usulan penelitian skripsi.doc

Upload: halwasiti-nurjali

Post on 07-Mar-2016

5 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam dengan jumlah besar akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi kehidupan ikan relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor.UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan bahwa sungai merupakan salah satu bentuk alur air permukaan yang harus dikelola secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.Kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam tanpa memperhatikan aspek lingkungan dapat menimbulkan tekanan terhadap lingkungan. Berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air sungai.Salah satu wilayah perairan Kalimantan Barat yang belum termanfaatkan secara optimal dari segi perikanan yaitu sungai Ambawang yang merupakan anak dari sungai Landak yang bermuara di sungai Kapuas. Sungai yang berada di Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya hingga saat ini hanya dimanfaatkan sebagai jalur transportasi dan belum ada masyarakat yang melakukan kegiatan budidaya diwilayah sepanjang perairan sungai tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian parameter air serta analisis kualitas perairan untuk kegiatan budidaya perairan di Sungai Ambawang, Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.B. Rumusan MasalahJika dilihat dari kasat mata kondisi perairan sungai Ambawang merupakan lahan yang dapat difungsikan masyarakat untuk kegiatan budidaya perikanan dan menciptakan peluang usaha serta bisnis di kalangan masyarakat. Mengingat sungai ini merupakan anak dari sungai Landak yang bermuara di sungai Kapuas yang hngga kini merupakan tempat favorit untuk budidaya KJA. Hal tersebut mungkin saja dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kelayakan parameter air yang terdapat diperairan tersebut.

Penulisan perumusan masalahnya adalah untuk mengetahui kandungan perairan serta parameter air yang terdapat di perairan Sungai Ambawang. Serta menentukan perairan tersebut apakah layak digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan. C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui parameter air Sungai Ambawang Desa Mega Timur serta kelayakan perairan bagi usaha budidaya perikanan sungai Ambawang.D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam kegiatan budidaya perikanan di sungai Ambawang. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Sungai AmbawangSecara geografis kecamatan sungai Ambawang terletak diantara ; sebelah utara berbatasan dengan kecamatan kuala Mandor B, Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan sungai Raya, sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten sanggau dan sebelah Barat berbatasan dengan Kota madya pontianak.Sungai Ambawang merupakan anak sungai Landak yang bermuara di sungai Kapuas yang terletak di Kabupaten Kubu Raya. Sungai ini memiliki peluang dibidang budidaya perikanan yang cukup besar, mengingat sungai Ambawang ini merupakan anak dari sungai Kapuas yang saat ini merupakan lokasi Keramba Jaring Apung (KJA) yang cukup berkembang.2.2 Budidaya PerikananMenurut Saparinto (2011), Budidaya adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Akuakultur berasal dari bahasa Inggris aquaculture (aqua = perairan; culture = budidaya) dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi budidaya perairan atau budidaya perikanan. Oleh karena itu, akuakultur dapat didefinisikan menjadi campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan (growth), serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan.Sukardi (2002) menambahkan, Peningkatan teknologi budidaya perikanan menjadi penting dalam pencapaian tujuan tersebut di atas. Upaya ini dilakukan dengan memperhatikan potensi sumberdaya lahan, pemahaman terhadap faktor kelayakan budidaya, tingkatan teknologi budidaya dan pemanfaatan plasma nutfah ikan budidaya.Usaha budidaya yang umum dilakukan di perairan sungai adalah usaha Keramba Jaring Apung (KJA) dan Keramba Jaring Tancap (KJT).2.3 Kualitas Air

Menurut Effendi (2003), kualitas air secara luas dapat diartikan sebagai faktor fisika, kimia dan biologi yang mempunyai manfaat dan penggunaan air bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kualitas air ini menunjukan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu.

Irwan (2000) menambahkan bahwa kualitas air yang baik untuk budidaya ikan meliputi berbagai parameter yang semuanya berpengaruh pada penyelenggaraan homoetatis yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi pada ikan.

Apabila dari parameter tersebut tidak memenuhi syarat ataupun terjadi perubahan yang melebihi dari batas normal, maka dapat menyebabkan stress dan penyakit, bahkan berdampak kematian pada ikan.

2.3.1 Suhu

Menurut Effendi (2003), suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air, sehingga sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan hewan air. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu sampai batas tertentu yang dapat menekan kehidupan ikan dan bahkan menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan selain pengaruh langsung, suhu juga mempengaruhi kelarutan gas-gas dalam air, termasuk oksigen. Semakin tinggi suhu semakin kecil kelarutan oksigen dalam air, padahal kebutuhan oksigen bagi ikan semakin besar karena tingkat metabolisme semain tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian Tatangindatu (2013), Suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan yang dibudidaya, kisaran yang baik untuk menunjang pertumbuhan optimal adalah 28 0C 32 0C.2.3.2 pH Air (Derajat Keasaman)

Menurut Effendi (2003), pH (derajat keasaman sering digunakan sebagai salah satu petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai tempat lingkungan hidup ikn. Karena pH mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseimbangan ikan. Untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suatu perairan, pH air harus sudah mantap atau perubahannya tidak terlalu besar, jika ini terpenuhi kehudupan ikan akan normal.

Pada penelitian Tatangindatu (2013) dikatakan, pH yang ideal bagi kehidupan biota air tawar adalah antara 6,8 - 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air.2.3.3 Salinitas

Menurut Effendi (2003), Salah satu parameter kualitas air yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan adalah salinitas. Salinitas merupakan gambaran jumlah garam dalam suatu perairan. Salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas, semakin tinggi pula tekanan osmotik dalam air. Salinitas yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan akan mengganggu kesehatannya, karena secara fisiologis salinitas akan mempengaruhi fungsi organ osmoregulator ikan. Sebagian besar energi yang disimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi yang kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistim pencernaan dan transportasi zat-zat makanan dalam darah.Saparinto (2011) menambahkan, setiap spesis ikan memiliki toleransi yang berbeda terhadap salinitas. Beberapa ikan air tawar pada umumnya memiliki toleransi terhadap salinitas maksimal 0,5 ppt.

2.3.4 Oksigen Terlarut (DO)

Menurut Effendi (2003), oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh. Oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, pH dan karbondiosida. Semakin tinggi suhu maka semakin kurang kandungan oksigen terlarut sehingga pH menjadi turun dan kandungan karbon dioksida akan naik. Pada penelitian Tatangindatu (2013) dikatakan, DO yang seimbang untuk hewan budidaya adalah lebih dari 5mg/l. Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah. Pada siang hari, oksigen dihasilkan melalui proses fotosintesa sedangkan pada malam hari, oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh alga untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum menjelang pagi hari.2.3.5 KecerahanMenurut Effendi (2003), kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakn alat ukur seche dish. Kecerahan perairan sangat ditentukan oleh keberadaan tersuspensi, zat-zat terlarut, partikel-partikel dan warna air. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan cm.Cahaya matahari di dalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/tanaman di dalam air. Oleh karena itu daya tembus cahaya kedalam air sangat menentukan tingkat kesuburan air. Dengan diketahuinya intensitas cahaya pada berbagai kedalaman tertentu dapat diketahui sampai titik mana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi di dalam air.Pada penelitian Tatangindatu (2003) dikatakan, kecerahan yang baik bagi ikan air tawar berkisar antara 30-40 cm.2.3.6 Arus AirMenurut Effendi (2003), arus air sangat membantu proses pertukaran air dalam Keramba Jaring Apung (KJA). Adanya arus air disamping dapat berfungsi membersihkan timbunan sisa-sisa matabolisme ikan, juga membawa oksigen terlarut yang sangat dibutuhkan oleh ikan. Namun arus air yang berlebih juga harus dihindari, sebab dapat merusak posisi KJA juga menyebabkan stress pada ikan. Karena energinya banyak terbuang dan selera makan berkurang. Kecepatan arus air yang ideal untuk penempatan KJA adalah 10 cm 30 cm / detik.2.3.7 PlanktonMenurut Effendi (2003), Plankton adalah organisme renik dalam air yang bergerak mengikuti arus. Menurut jenisnya plankton dibedakan menjadi dua yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah organisme renik yang dapat berfotosintesis karena mengandung klorofil. Fitoplankton berperan sebagai 02 dan berperan sebagai makanan bagi zooplankton. BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitin ini akan dilaksanakan di perairan Sungai Ambawang Desa Mega Timur Kecamatan Sungai Ambawang Kabupatan Kubu Raya dengan cara mengambil sampel air di perairan tersebut. Lokasi pengambilan sampel di lakukan pada empat titik stasiun yang sudah ditentukan, sebagai tindak lanjut analisis kualitas air dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air Universitas Tanjung Pura Pontinak. Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 30 hari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat Penggunaan alat dalam penelitian ini ada yang bersifat langsung di lapangan pada saat pengukuran air sampel, dan di laboratorium dengan metode pengamatan.

Peralatan yang lansung digunakan di lapangan seperti termometer, DO meter, pH test, secchi dish, refraktometer, serta beberapa alat bantu lainnya seperti planktonet, botol sampel, alat tulis, kertas label dan kamera.

Beberapa peralatan yang digunakan di laboratorium seperti: mikroskop, pipet tetes, gelas objek, cawan petri dan lain-lain.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian seperti: air sungai sebagai air sampel, larutan formalin 4% atau alkohol 70% sebagai pengawet pada air sampel. 3.3 Rancangan PenelitianRancangan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara menentukan titik lokasi pengambilan air sampel yang dibagi dalam 4 titik stasiun, yaitu:Stasiun 1: di lokasi pabrik pengolahan kelapa sawitStasiun 2: di lokasi pemukiman pendudukStasiun 3: di lokasi pertanian wargaStasiun 4: di kawasan hutanPemilihan lokasi pengamatan berdasarkan pada peta geografis sungai ambawang, dari detail pada peta tersebut diperkirakan terdapat wilayah perairan di Desa Mega Timur yang layak digunakan untuk budidaya.3.4 Prosedur PenelitianPenelitian ini akan dilakukan mneggunakan metode deskriptif dengan waktu yang telah direncanakan selama + 1 bulan (30 hari) dan akan dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:3.4.1 Persiapan PenelitianTahapan persiapan penelitian ini direncanakan selama + 1 minggu (7 hari). Yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian dan pengambilan data di lapangan, seperti alat ukur parameter air dan peralatan pendukung lainnya.3.4.2 Pelaksanaan PenelitianTahapan pelaksanaan akan dilakukan selama + 2 minggu (14 hari) dengan kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:

3.4.2.1 Pengambilan Sampel Air

Pengambilan sampel air dilakukan pada tiap-tiap stasiun. Pengambilan sampel dilakukan dilakukan pada lapisan permukaan dengan cara mengambil air dengan menggunakan botol sampel searah dengan arus sungai kemudian botol tersebut rapat dan diberi label.3.4.2.2 Pengukuran parameter airPengukuran parameter air dilakukan di lapangan pada masing-masing stasiun. Parameter air yang dilakukan pengukuran dilapangan diantaranya:a. Suhu Air

Alat ukur yang digunakan adalah termometer. Cara pengukuran yaitu dengan mencelupkan termometer ke dalam perairan dan diamkan beberapa saat. Kemudian baca skala angka yang ditunjukan air raksa pada termometer dan catat hasilnya.b. Salinitas

Alat ukur yang digunakan adalah refraktometer. Cara yang dilakukan adalah dengan meneteskan sampel air pada kaca refrakto kemudian tutup kaca tersebut sampai air tersebar secara merata. Lihat hasil yang tertera pada lensa dan catat angkanya.

c. pH

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur salinitas adalah pH test. Cara yang dilakukan adalah dengan menyalakan pH test kemudian mencelupkan bagian ujung pH test tersebut dan lihat angka yang ditunjukan pada monitor lalu catat hasilnya.

d. Oksigen Terlarut (DO)Alat yang digunakan adalah DO meter. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukan sensor probe ke dalam perairan sungai, tunggu beberapa saat sampai perubahan angka digital pada display stabil kemudian catat data kadar oksigen terlarut.e. Kecerahan

Alat ukur yang digunakan adalah secche dish. Dilakukan dengan cara mencelupkan sechee dish ke dalam perairan hingga terlihat samar-samar. Lihat angka pada tongkat pengukur seche dish dan catat hasilnya.

f. Kecepatan Arus

Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan botol air mineral yang diisi air sebanyak 1/3 botol dan dihanyutkan. Ukur kecepatan botol tersebut hanyut diperairan menggunakan stopwatc start 0 m dan stop di 2 m. Kemudian hitung kecepatannya dan catat hasil yang didapat.g. Plankton

Untuk mengukur plankton dilakukan dengan cara sampel air diambil menggunakan planktonet bbrukuran mata jaring 20m dengan menyaring air sungai sebanyak 20 liter. Pengambilan air dilakukan secara vertikal. Sampel ditampung dalam botol 30 ml yang diberi larutan formalin 4% sebanyak 2 tetes.Mengukur kelimpahan dan identifikasi plankton:Untuk mengukur kelimpahan plankton dapat dihitung dengan menggunakan metode lapang pandang, dengan rumus yang digunakan untuk mengukur kelimpahan yaitu:

Dimana:

ind/I: Jumlan individu per liter

A: Jumlah air yang disaring (I)

B: Jumlah konsentrat (ml)

C: Volume wadah preparat (ml)

D: Luas wadah preparat

F: Jumlah lapang pandang yang diobservasi

E: Luas 1 lapang pandang (mm2)

n: Jumlah indivdu yang ditemukan dari F lapang pandang yang diobservasiPengamatan plankton dilakukan dengan cara mengambil 1 ml sampel dengan menggunakan pipet tetes lalu diteteskan pada setwig refler (SR). Seluruh sampel yang ada pada SR diamati dan masing-masing plankton diidentifikasi sesuai dengan jenisnya dibawah mikroskop.Untuk menilai keanekaragaman plankton digunakan indeks keanekaragaman. Indeks yang digunakan adalah indeks Shannon-Wiener (1949) dalam basmi (1999) dengan rumus sebagai berikut:

H1= P1 Ln Pi

Dimana:

Hi= Indeks keanekaragaman spesies (indeks shanon)

Pi= Kelimpahan relatif dari jenis biota ke-i yang besarnya antara 0,0-0,1

S= Jumlah spesies dalam komunikasi plankton bersangkutan

Adapun kaidah penilaian keanekaragaman spesies adalah:

1. H1 < 1= dikatakan bahwa komunikasi biota perairan tersebut tidak stabil (kestabilan rendah), kondisi perairan tidak subur2. H1m 1-3= kesuburan menengah kondisi perairan berubah ubah

3. H1 >3

= kesuburan tinggi, kondisi perairan subur

Indeks Dominasi dinyatakan dengan rumus sebagai berikut (Romimuctarto, 2000):

D = 1 E

Adapun kaidah penilaian dominasi spesies adalah sebagai berikut:

1. D mendekati nol tidak ada spesies

2. D mendekati satu ada spesies yang dominan

Pedoman identifikasi plankton adalah buku identifikasi dari Yamaji (1966), dan Basmi (1999).

4 Tahap Akhir Pelaksanaan

Tahap akhir penelitian direncanakan selama + 2 minggu (14 hari) dengan kegiatan yang dilaksanakan adalah:a. Melakukan analisis data dari beberapa variabel hasil pengukuran

b. Mengolah data untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat

c. Menyusun laporan akhir / skripsi

3.5 Metode Analisis

Data parameter kualitas air diukur dan dianalisis secara kualitatif dengan nilai pembobotan (Skoring) menggunakan nilai rata-rata 4 kali ulangan dan ditabulasikan kedalam tabel dan grafik batang. Tabulasi data tersebut dibandingkan dengan baku mutu kualitas air menurut peruntukannya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 telah mendapat baku mutu kualitas air untuk budidaya perikanan.3.5.1 Metode Skoring

Menurut Mahendra (2007) metode skoring (pembobotan) adalah setiap parameter diperhitungkan dengan pembobotan yang berbeda. Bobot yang digunakan sangat tergantung dari percobaan atau pengalaman empiris yang telah dilakukan. Semakin banyak sudah di uji coba semakin akurat pula metode skoring yang digunakan.Ada 4 (empat) tahapan yang diperlukan:

a. Pembobotan kesesuaian (kesesuaian bobot). Tujuannya untuk membedakan nilai pada tingkat kesesuaian agar bisa diperhitungkan dalam perhitungan akhir zonasi dengan menggunakan metode skorsing pembobotan kesesuaian didefinisikan sebagai berikut:1. Sangat tidak sesuai diberi skor 12. Tidak sesuai diberi skor 23. Hampir sesuai diberi skor 3

4. Cukup sesuai diberi skor 4

5. Sangat sesuai diberi skor 5b. Pembobotan parameter (parameter bobot). Metode skoring juga menggunakan pembobotan untuk setiap parameter memliki andil yang berbeda dalam menunjang kehidupan komoditas. Parameter yang memiliki peran besar akan mendapatkan nilai lebih besar dari parameter yang tidak memiliki dampak besar. Untuk komoditas yang berbeda, pembobotan pada setiap parameter juga berbeda. Skoring dan pembobotan kesesuaian dapat diliht pada tabel 1 berikut:Tabel 1. Skoring dan pembobotan kesesuaian air untuk budidaya

NoParameterKisaranNilai (N)Bobot (B)Skor (NxB)

1Suhu (0C)29

28-30

27-31

26-32>32 atau 11 atau 8

40

0,55

4

3

2

131512

9

6

3

6Arus air

(cm)20

10-30

5-35

0-40

>0 - 2,0

0,20

0,10-0,20

0,05-0,10

0,02-0,05

0,00-0,025

4

3

2

1210

8

6

4

2

9Ammonia 0,5

5

4

3

2

115

4

3

2

1

c. Pembobotan skoring dilakukan untuk menghitung tingkat kesesuaian berdasarkan pembobotan kesesuaian (kesesuaian bobot) dan parameter (parameter bobot).

d. Kesesuaian skoring (skoring kesesuaian). Kesesuaian ditetapkan berdasarkan nilai pembobotan skoring dengan perhitungan kriteria pada tebel 2 berikut sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil skoring kesesuaian perairan untuk budidayaTotal skorTingkat kesesuaianKualitas perairan

81-100Sangat seauai (S1)Potensial, tidak mempunyai faktor penghambat

65-80Cukup sesuai (S2)Memenuhi persyaratan minimal

41-64Hampir sesuai (S3)Mempunyai faktor pembatas, perlu perlakuan khusus

21-40Tidak sesuai saat ini (N1)Diperlukan biaya yang tinggi agar dapat memenuhi prsyaratan minimal