usulan penelitian broiler

Upload: agrientya-saraswati

Post on 10-Feb-2018

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    1/21

    Judul : PENGGUNAAN PROTEIN AKIBAT PEMBERIAN PORSI

    RANSUM BERBEDA DIKOMBINASIKAN DENGAN LAMA

    PENCAHAYAAN PADA AYAM BROILER

    PENDAHULUAN

    Latar Belatang

    Ayam broiler merupakan unggas komersial yang dibudidayakan untuk

    menghasilkan daging dalam waktu singkat (5-6 minggu). Pertumbuhan ayam

    broiler yang cepat biasanya diikuti dengan lemak yang tinggi pula karena

    bertambahnya umur ayam pedaging dan meningkatnya energi dalam ransum

    makin meningkatkan lemak. Kelebihan energi dalam tubuh ayam dapat

    disimpan dalam bentuk lemak, sedangkan metabolisme pembentukan lemak

    tersebut membutuhkan banyak energi padahal konsumen menghindari makanan

    berlemak. Lingkungan dataran rendah tropis yang bersuhu tinggi terutama di siang

    hari seperti di Indonesia berdampak negatif terhadap kualitas pertumbuhan broiler

    karena tingginya suhu lingkungan di daerah tropis, akan menyebabkan terjadinya

    penimbunan panas dalam tubuh ayam sehingga ayam tersebut dapat menderita

    cekaman panas. Suhu sangat berpengaruh terhadap penurunan total protein tubuh

    dan peningkatan total lemak tubuh terutama ketika suhu lingkungan mulai

    meningkat dari 26,7 hingga 32,2oC. Jika suhu lingkungan terlalu tinggi dan ternak

    gagal mengatur suhu tubuhnya, maka badan ternak menjadi panas pula. Akibat

    meningkatnya suhu lingkungan, napsu makan ayam broiler menurun dan konversi

    makanan juga kurang baik, maka kandungan protein yang akan dimanfaatkan pun

    menjadi lebih rendah.

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    2/21

    Fenomena ini terjadi karena asupan protein akan meningkatkan produksi

    panas tubuh (Daghir, 2008), sehingga broiler yang dipelihara pada suhu

    lingkungan tinggi secara konsisten menolak ransum berprotein tinggi (diatas

    21,1%) (Cheng et. al., 1997). Apabila penolakan konsumsi protein terjadi

    berkepanjangan dan tidak seimbang dengan konsumsi karbohidrat maka terjadi

    penggemukan broileroleh lemak namun kurang massa protein otot tubuh.

    Dampak buruk pemberian ransum pada suhu lingkungan yang tinggi di

    siang hari perlu diatasi. Pembatasan ransum di siang hari dan mengoptimalkan

    pemberian ransum pada malam hari yang memiliki suhu lebih sejuk merupakan

    satu cara untuk mencapai performans seperti disebut diatas. Zulkifli et al. (2000)

    melaporkan bahwa ayam broilerterutama dengan pembatasan pemberian ransum

    menunjukkan adanya perbaikan efisiensi ransum dan dapat mengurangi angka

    kematian. Rincon dan Leeson (2002) menunjukkan bahwa pembatasan ransum

    secara kuantitatif dengan cara memberikan pakan hingga 85% ad libitum dapat

    menurunkan proporsi bagian karkas dan lemak abdominal sehubungan dengan

    rendahnya tingkat konsumsi energi selama pembatasan ransum. Pendekatan

    pembatasan ransum melalui pembatasan waktu makan dengan membatasi atau

    mengosongkan ketersedian ransum dalam rentang waktu tertentu lebih rendah

    dibandingkan dengan pembatasan ransum lainnya (Susbilla et al,. 2003).

    Pembatasan ransum 75% dan 50 % dengan periode pembatasan pada umur 5, 7

    dan 9 hari mempunyai nilai kecernaan nitrogen dan retensi nitrogen lebih tinggi

    daripada pemberian pakan ad libitum (Novele, 2009). Pengaturan pemberian porsi

    ransum antara siang dan malam hari sangat erat kaitannya dengan lama

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    3/21

    pencahayaan, karena pencahayaan mempunyai peranan penting bagi ayam untuk

    melakukan aktivitas seperti makan dan minum. Penelitian terdahulu menunjukkan

    bahwa broileryang dipelihara sampai 42 hari dengan lama pencahayaan konstan 8

    jam/hari dan 16 jam/hari (umur 21-42 hari) menghasilkan bobot badan dan

    konversi ransum yang lebih baik dibandingkan konstan 16 jam/hari (Lewis et. al.,

    2008).

    Pencahayaan secara bergantian (intermitten lighting) dapat mengurangi

    stress pada ayam broiler dibandingkan dengan ayam broiler yang diberikan

    cahaya secara terus-menerus yang diukur berdasarkan konsentrasi plasma

    kortikosteron. Plasma kortikosteron akan meningkat pada ayam broiler yang

    mengalami stress (Puvadolpirod dan Thaxton, 2000). Pemberian lama

    pencahayaan selama 16 jam akan menurunkan stres fisiologis, peningkatan respon

    kekebalan, peningkatan metabolisme tulang, peningkatan aktivitas total, dan

    peningkatan kesehatan kaki (Classen et al., 2004).

    Tujuan Penelitian

    Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan penggunaan protein

    berdasarkan kecernaan protein, rasio efisiensi protein dan retensi nitrogen pada

    ayam broiler akibat pengaruh kombinasi pemberian porsi ransum dan lama

    pencahayaan berbeda.

    Manfaat Penelitian

    Manfaat penilitian ini adalah memperoleh kombinasi porsi ransum dan

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    4/21

    lama pencahayaan yang tepat untuk meningkatkan performans broiler

    berdasarkan efisiensi penggunaan protein. Model konsumsi tersebut akan

    dijadikan referensi dalam manajemen broiler yang mudah diterapkan kepada

    peternak di dataran rendah tropis.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Jenis Ayam Broilerdi Indonesia dan Produktivitasnya

    Ayam broiler adalah ayam yang dikembangkan atau dibudidayakan

    khusus untuk menakankan dagingnya, sehingga dada ayam broiler lebih gemuk

    dibandingkan bagian dorsalnya. Dengan demikian, ayam jenis ini disebut ayam

    pedaging. Lama pemeliharaan ayam ini sekitar 30-32 hari untuk mencapai berat

    karkas 9001000 gram (Jayanata, 2010). Karakteristik ayam pedaging bersifat

    tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih

    dan produksi telur rendah (Susilorini et al., 2002). Ayam broilermerupakan jenis

    ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya

    produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Jenis strain ayam ras

    pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah Cobb, Kim cross, Lohman,

    Hyline, Vedette, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor

    Arcres, Tatum, Indian River, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-

    Broiler, Ross, Marshallm, Euribrid, dan Sussex. Strain ayam dijual dengan

    berbagai merk dagang, seperti Super 77, Tegel 70, ISA, Lohman 202, A.A 70

    (Arbor Arcres), H &N, Bromo, CP 707 (Cobb) (Junaidi, 2009). Pola pertumbuhan

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    5/21

    unggas dimulai secara perlahan lalu berlangsung lebih cepat dan akhirnya

    menurun kecepatannya atau berhenti sama sekali (Anggorodi, 1994).

    Ayam broiler memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat karena

    relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo,

    2000). Nutrisi merupakan bagian dari proses untuk menakankan pertumbuhan

    yang cepat pada broiler (Appleby et al., 2004). Sudaryani dan Santosa (1996)

    menyatakan ayam broiler mampu memproduksi daging secara optimal dengan

    hanya mengkonsumsi pakan dalam jumlah relatif sedikit. Bobot badan ayam

    broiler berdasarkan umur dihubungkan dengan konsumsi ransum akan dilihat

    pada Tabel 1. Periode pertumbuhan ayam broilerdibagi menjadi 2 yaitu; periode

    starter dan periode finisher. Periode starter pada ayam broilerdimulai sejak umur

    1 hari sampai umur 21 hari dan periode finisher dimulai sejak umur 21 hari

    sampai panen (Rasyaf, 1996).

    Tabel 1. Hubungan antara Konsumsi Ransum dengan Bobot Badan Akhir Ayam

    Broilerper Ekor

    Minggu ke Total Konsumsi Ransum (g) Bobot Badan Akhir (g)

    1 146 159

    2 514 419

    3 1124 803

    4 1923 1265

    5 2912 1756

    6 4036 2255

    Sumber : Charoen Pokphand (2006)

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    6/21

    Ransum Ayam Broilerdan Pola Pemberian

    Ransum adalah bahan yang telah dicampur dan biasanya terdiri dari

    berbagai jenis bahan ransum dengan komposisi tertentu. Pemberian ransum

    bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi

    daging (Siriwa dan Sudarso, 2007). Fungsi ransum adalah memenuhi kebutuhan

    pokok untuk hidup, membentuk sel-sel jaringan tubuh serta menggantikan bagian-

    bagian yang rusak selanjutnya digunakan untuk keperluan produksi (Sudaryani

    dan Santoso, 1995). Konsumsi ransum ayam pedaging tergantung pada strain,

    umur, aktivitas serta suhu lingkungan (Wahju,1992).

    Ransum broiler harus mengandung energi metabolisme, asam-asam

    amino, vitamin dan mineral yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya.

    Kebutuhan akan energi ayam broiler periode starter 2800-3300 kkal dengan

    protein 21-24 %. Kebutuhan protein ransum ayam broiler periode finisher

    sebanyak 18,1-21,1% (Anggorodi, 1994). Zarate et al. (2003) menambahkan ayam

    broiler pada periode finisher membutuhkan energi metabolis sebanyak 3200

    kkal/kg. Kebutuhan nutrien pakan ayam broilerakan dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Pakan AyamBroilerpada Periode Starter danPeriode Finisher

    Nutrien Starter Periode Finisher

    Protein (%) 23,00% 20,00%

    Energi Metabolis (kkal/ kg) 2800-3200 2900-3200

    Kalsium (%) 1,00 0,90

    Fosfor (%) 0,45 0,35

    Sumber: NRC (1994)

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    7/21

    Pemberian ransum pada broiler dapt dilakukan dengan dua cara, yaitu

    secara konvensional atau dengan pembatasan. Pembatasan ransum akan dilakukan

    pada tahap awal pertumbuhan, atau pada masa akhir pertumbuhan. Pembatasan

    ransum pada broiler pada dasarnya merupakan program untuk memberikan

    ransum pada ternak sesuai dengan kebutuhan hidup pokoknya pada umur dan

    periode tertentu (Sudaryani dan Santoso, 1996). Banyak penelitian pada ayam

    broiler jantan atau betina yang dibatasi ransum antara siang dan malam hari

    menunjukkan hasil peningkatan efisiensi ransum yang lebih baik, penurunan

    kandungan lemak tubuh dengan berat badan normal serta ketahanan tubuh

    meningkat. Menurut Amrullah (2003), pemberian ransum pada malam hari yang

    lebih banyak dibanding siang hari jauh lebih baik sebab dapat membantu

    meningkatkan efisiensi ransum sehingga konversi ransum menjadi lebih baik dan

    meningkatkan performanse pada broiler.

    Faktor Pencahayaan pada Pemeliharaan Broiler

    Lingkup cahaya yang berpengaruh terhadap fisiologis unggas yaitu lama

    pencahayaan, intensitas, warna, cahaya berselang, dan sumber cahaya. Intensitas

    cahaya yang di berikan pada unggas, berkisar 5-20 lux (Appleby et al., 2004).

    Intensitas adalah kekuatan cahaya yang di berikan kepada unggas, pada umumnya

    berkisar antara 5 -20 lux. Ayam broiler membutuhkan cahaya terang dengan

    intensitas 10-20 lux dan cahaya gelap dengan intensitas sekitar 1-3 lux (Oyedeji

    dan Atteh, 2005).

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    8/21

    Pembatasan cahaya juga bertujuan memberikan kesempatan bagi broiler

    untuk beristirahat dari aktivitas makan untuk mendukung proses pencernaan

    didalam tubuh sehingga akan berlangsung secara optimal dan mengurangi

    pengeluaran energi (Lewis dan Gous, 2007). Sumber cahaya adalah asal sinar

    yang akan berasal dari alam dan buatan. Cahaya berselang (intermiten) adalah

    pengaturan cahaya antara gelap dan terang (Prayitno, 2004). Lama pencahayaan 6

    jam dan 4 jam per hari juga digunakan untuk mengurangi lemak abdominal,

    sindrom kematian mendadak (sudden death syndrome) dan peningkatan kualitas

    karkas broiler(Oyedeji dan Atteh, 2005).

    Adanya program pencahayaan dengan intensitas iluminasi sebesar 0,35

    0,50 fc atau intensitas cahaya 8 10 lux menyebabkan keadaan kandang tetap

    terang sehingga memungkinkan ayam akan melihat dan memiliki kesempatan

    makan dan minum pada malam hari (Fadilah, 2004). Periode gelap harian

    diperlukan untuk membentuk pola sekresi hormon melatonin secara normal.

    Hormon melatonin, secara fisiologis yang disintesis dalam kelenjar pineal dan

    retina pada unggas, disekresikan selama periode gelap sebagai respon terhadap

    aktivitas enzim serotonin-N-acetyltranspherase. Enzim ini berfungsi

    mengkatalisis sintesis melatonin baik pada retina maupun kelenjar pineal dan

    terlibat dalam proses ritme harian suhu tubuh, beberapa fungsi esensial

    metabolisme tubuh terkait dengan konsumsi pakan dan pencernaan serta sekresi

    beberapa limphokines yang terkait dengan sistem kekebalan (Aperdoorn et al.,

    1999). Unggas yang diberikan periode gelap cukup mengurangi mortalitas,

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    9/21

    gangguan pada kaki, dan sindrom kematian mendadak (sudden death syndrome)

    (Moore dan Siopes, 2000).

    Penggunaan Protein dan Faktor yang Mempengaruhi

    Protein sangat penting bagi kebutuhan ternak karena jika kekurangan

    protein maka akan menyebabkan pertumbuhan terganggu (Kartasudjana dan

    Suprijatna, 2005). Protein berguna untuk membentuk jaringan tubuh,

    memperbaiki jaringan yang rusak, untuk keperluan berproduksi dan kelebihannya

    akan diubah menjadi energi. Nilai gizi dari protein dilihat dari segi nilai hayati

    dengan jumlah nitrogen yang akan diretensi (disimpan dalam tubuh) dan tidak

    dikeluarkan dalam urin, pengukuran melalui daya cerna protein dan retensi

    nitrogen (wahju, 1997).

    Protein yang masuk ke dalam tubuh ayam harus dipecah menjadi asam-

    asam amino terlebih dahulu sebelum diserap oleh tubuh. Asam amino yang harus

    ada atau harus diakankan dari pakan disebut asam amino esensial (dietary

    essential amino acid) (Widodo, 2010). Proses ini banyak membutuhkan energi.

    Makin tinggi jumlah protein yang diberikan maka jumlah energi metabolis yang

    dibutuhkan makin banyak. Hal ini berlaku juga pada saat periode produksi dimana

    pakan digunakan dengan imbangan energi-protein yang sempit dan pada saat laju

    produksi menurun maka digunakan imbangan energi-protein yang luas. Steineret.

    al. (2008) menunjukkan bahwa konsumsi ransum cenderung turun dengan

    meningkatnya protein kasar dan energi metabolis. Oleh karena itu, jumlah energi

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    10/21

    metabolis dan protein atau asam amino harus diperhitungkan dengan baik. Untuk

    mengetahui kecukupan protein yaitu dengan mengukur keseimbangan nitrogen.

    Kecernaan Protein dan Retensi Nitrogen

    Daya cerna protein dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kandungan serat

    kasar dalam ransum, jika ransum mengandung serat kasar yang terlalu tinggi

    maka daya cerna protein menjadi rendah karena unggas tidak mampu mencerna

    ransum dengan kandungan serat kasar yang terlalu tinggi. selain itu daya cerna

    juga dipengaruhi oleh keseimbangan kandungan nutrient antara bahan-bahan

    penyusun ransum. Kandungan serat kasar yang tinggi menyebabkan laju pakan

    dalam saluran pencernaan menjadi lambat, proses pencernaan lebih lama sehingga

    penyerapan nutrient menjadi lebih baik (Atmomarsono, 2000). Daya cerna juga

    dipengaruhi oleh bentuk fisik ransum, semakin kecil ukuran ransum maka

    semakin mudah untuk dicerna dalam saluran pencernaan (Tillman et. al., 1991).

    Wahju (1997) menyatakan bahwa retensi nitrogen adalah persen tase dari

    jumlah nitrogen yang disimpan di dalam tubuh dibandingkan dengan nitrogen

    yang dikonsumsi. Peningkatan konsumsi ransum akan selalu diikuti. dengan

    peningkatan protein, sehingga hal ini akan meningkatkan pemanfaatan nitrogen

    yang diretensi dari konsumsi proteinnya. Pemanfaatan nitrogen yang baik akan

    meningkatkan rasio efisiensi protein yang berarti bahwa ransum yang dikonsumsi

    secara efisien akan meningkatkan pertambahan bobot badan yang pada akhirnya

    mempengaruhipenampilan produksi ayam pedaging.

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    11/21

    Kualitas protein akan mempengaruhi besarnya retensi nitrogen, semakin

    baik kualitas protein maka semakin baik pula tingkat retensi nitrogen (Scott et. al.,

    1982). Hal ini diperkuat oleh (Wahju, 1997) bahwa tingkat retensi nitrogen

    tergantung pada kecernaan protein dan konsumsi protein. Tinggi rendahnya

    retensi nitrogen yang diberikan merupakan syarat untuk menunjang cepat

    lambatnya pertumbuhan ayam. Retensi nitrogen yang tinggi akan menghasilkan

    pertumbuhan ayam yang tinggi, sehingga produksi yang diharapkan diperoleh

    dalam waktu yang cepat. Wahju (1997) juga menambahkan nitrogen yang

    dimaksud adalah nitrogen yang berasal dari protein, sehingga retensi nitrogen

    akan digunakan untuk menilai kualitas protein dalam ransum. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi retensi nitrogen yaitu konsumsi ransum, konsumsi protein, kualitas

    prot, serta imbangan energi dan protein. Parakkasi (1990) menyatakan bahwa

    retensi nitrogen akan positif apabila nitrogen yang keluar lebih sedikit dari

    nitrogen yang masuk, sebaliknya nilai retensi nitrogen akan negatif jika nitrogen

    yang keluar lebih banyak dari nitrogen yang masuk.

    Rasio Efisiensi Protein

    Rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) adalah metode resmi dari

    AOAC (Assosiation Official of Analytical Chemist) dan banyak digunakan untuk

    menghitung kualitas protein (Tillman et al., 1991). Rasio efisiensi protein

    dinyatakan sebagai pertambahan bobot badan dibagi konsumsi protein (Sidadolog

    dan Yuwanta, 2009). Rasio efisiensi protein digunakan untuk menguji keefektifan

    protein ransum yang berarti bahwa kalau nilai rasio efisiensi proteinnya sudah

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    12/21

    secara nyata menurun berarti efektifitas penggunaan protein ransum juga sudah

    menurun atau rendah (Wahju, 1997). Faktor yang mempengaruhi REP antara lain

    yaitu kualitas asam amino dalam ransum, konsentrasi protein dan energi ransum,

    serta umur.

    MATERI DAN METODE

    Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan

    Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Diponegoro Semarang, dimulai pada

    bulan Desember sampai Januari 2012.

    Materi Penelitian

    Materi yang digunakan adalah DOC sebanyak 320 ekor, kandang batteray,

    tempat ransum, tempat minum, dan lampu pijar (bohlam) sebagai alat bantu

    pemanas. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Ransum yang

    digunakan adalah ransum starter dan ransum finisher. Materi yang digunakan saat

    pengambilan data adalah DOC sebanyak 32 ekor, Fe2O3, kertas karton dan plastik

    untuk menampung ekskreta, HCl 0,1N.

    Metode Penelitian

    Persiapan kandang dilakukan sebelum DOC datang dengan memebersihkan

    kandang dan menyiapkan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian.

    Menimbang bobot awal DOC lalu menempatkan pada kandang. Pemberian

    ransum secara ad libitium hingga ayam berumur satu minggu sebagai proses

    adaptasi, baru diberi perlakuan hingga panen. Seminggu sekali menimbang broiler

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    13/21

    untuk menghitung konversi dan efisiensi ransum. Pencegahan penyakit dilakukan

    melalui sanitasi dan vaksinasi serta pemberian vitachick untuk mencegah stress.

    Pengambilan data rasio efisiensi protein dan retensi nitrogen dilakukan dengan

    mengambil sample dari metode total koleksi ekskreta selama 3 hari terakhir. Total

    ekskreta dilakukan pada lima ekor ayam dari tiap unit percobaan. Selama total

    koleksi, ransum dicampur Fe2O3. Penampungan ekskreta dilakukan dengan

    nampan karton yang sudah dilapisi pastik di bagian bawah kandang. Ekskreta

    yang telah terkumpul dicampur dengan HCL 0,1 N setiap 4 jam untuk mencegah

    bakteri yang menguraikan N. Sampel ekskreta kering ditimbang setelah itu

    dihomogenkan. Sampel yang telah homogen kemudian dianalisis dengan metode

    Kjeldahl.

    Parameter

    Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi protein,

    rasio efisiensi penggunaan protein dan retensi nitrogen. Rumus perhitunganya

    adalah sebagai berikut :

    Kecernaan protein kasar (%) = x100%iterkonsumsransumPK

    fesesPKiterkonsumsransumPK

    Retensi nitrogen (N) = intake N( Ekskreta NEndogenous N)

    Pertambahan Bobot Badan Harian =anpemeliharalama

    awalbadanbobot-akhirbadanbobot

    Rancangan Percobaan dan Analisis Data

    Penelitian menggunakan split plot 3 x 2 dengan 3 kelompok dan 5 ulangan,

    faktor pertama adalah lama pencahayaan dan faktor kedua adalah pemberian porsi

    ransum pada siang dan malam hari, perlakuan dalam penelitian sebagai berikut:

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    14/21

    T0R0 = tanpa pembatasan cahaya dan tanpa pembatasan porsi ransum.

    T1R1 = intermitten 2 jam terang : 2 jam gelap pada malam hari + pemberian porsi

    ransum 40% siang dan 60% malam.

    T1R2 = intermitten 2 jam terang : 2 jam gelap pada malam hari + pemberian porsi

    ransum 30% siang dan 70% malam.

    T2R1 = 4 jam pencahayaan pada malam hari + pemberian porsi ransum 40%

    siang dan 60% malam.

    T2R2 = 4 jam pencahayaan pada malam hari + pemberian porsi ransum 30%

    siang dan 70% malam.

    T3R1 = 6 jam pencahayaan pada malam hari + pemberian porsi ransum 40%

    siang dan 60% malam.

    T3R2 = 6 jam pencahayaan pada malam hari + pemberian porsi ransum 30%

    siang dan 70% malam.

    Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan program SAS, apabila

    ada pengaruh nyata (p

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    15/21

    ik = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i dari lama pencahayaan dalam

    kelompok ke-k (galat petak utama).

    j = Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor pemberian porsi ransum berbeda.()ij = Pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari lama pencahayaan dan taraf ke-j

    dari pemberian porsi ransum berbeda.

    ijk = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf

    ke-i faktor lama pencahayaan dan taraf ke-j pemberian porsi ransum

    berbeda (galat anak petak).

    Hipotesis Statistik

    Pengaruh interaksi penggunaan protein akibat pemberian porsi ransum

    berbeda dikombinasikan dengan lama pencahayaan pada ayam broiler yaitu:

    H0 : (AB)ij = 0 untuk (i=1,2) (j=1,2,3) (Tidak terdapat interaksi pemberian porsi

    ransum dan lama pencahayaan berbeda terhadap penggunaan protein pada

    ayam broiler)

    H1 : minimal ada satu (AB)ij 0 (minimal ada satu interaksi pemberian porsi

    ransum dan lama pencahayaan berbeda terhadap penggunaan protein pada

    ayam broiler)

    Bila F hitung < F tabel dengan = 0,05 maka H0 diterima, H1 ditolak.

    Bila F hitung F tabel dengan = 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima.

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    16/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta

    Amrulah, I. K. 2003. Nutrien Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.

    Appleby, M. C., Mench, J. A., and Hughes, B. O. 2004. Poultry Behaviour and

    Welfare. CABI Publishing, Edinburgh United Kingdom.

    Aperdoorn, E.J., J.W. Schrama, M.M. Mashaly and H.K. Johnson, R.W., 1997.

    Inhibition of growth by proParmentier,1999. Effect of melatonin and

    lightingscheduleon energy metabolism in broiler chickens.Poult.Sci., 78:

    223-229.

    Atmomarsono, U. 2000. Pengaruh Substitusi Dedak Halus dalam Ransum

    Komersial Terhadap Efisienso Produksi dan Ukuran Saluran Pencernaan

    pada Ayam F1 Persilangan. J. Trop. Anim. Dev. 25 (4): 159-164.

    Charoen Pokphand Indonesia. 2006. Manual Broiler Manajemen CP 707. Charoen

    Pokhpand Indonesia, Jakarta.

    Cheng, T. K., Hamre, M. L., and Coon, C. N. 1997. Effect of environmental and

    energy levels on temperature, dietary protein, broiler performance. J. App.

    Poult.Sci. 6: 1-17

    Classen, H.L., C.B. Annett, K.V. Schwean-Lardner, R. Gonda and D. Derow,

    2004. The effects of lighting programmes with twelve hours of darkness per

    day provided in one, six or twelve hour intervals on theproductivity and

    health of broiler chickens. Br. Poult.Sci., 45: S31-32.

    Daghir, N. 2008. Poultry Production in Hot Climates, 2nd Eddition. CABI

    Publishing, Oxfordshire UK.

    Fadilah, R. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial.Agromedia, Jakarta.

    Jayanata, C. E. 2010. Ayam Kampung, Ayam Pejantan, dan Ayam Buras.

    http://www.pronic.co.id/. (Diakses tanggal 5 Mei 2010 pk. 14.36)

    Junaidi. 2009. BudidayaBroiler. http://tmtnews.wordpress.com/budidaya-broiler/.

    (Diakses tanggal 5 Mei 2010 pk. 13.46)

    Lewis, P. D.; Danisman, R.; dan Gous, R.M. 2008. Male Broiler Performance And

    Nocturnal Feeding Under Constant 8-h or 16-h Photoperiods, and Various

    Increasing Lighting Regimens. South Afr. J. Anim. Sci. 38 (3):159-165.

    http://www.pronic.co.id/http://www.pronic.co.id/
  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    17/21

    Lewis, P. D. and Gous, R. M. 2007. Broilers perform better on short or step-up

    photoperiods. South Afr. J. Anim. Sci. 37 (2): 90-96.

    Moore, C.B. and T.D. Siopes, 2000. Effects of light conditions and melatonin

    supplementation on the cellular and humoral immune responses in Japanese

    quail Coturnix coturnix japonica. Gen. Comp. Endocrinol., 119: 95-104.

    Murtidjo, B. A. 2000. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta.

    National Research Council (NRC). 1994. Nutrient requirements of poultry. 9th Ed.

    Washington, D.C.: National Academy ress.

    Novele, D. J., J.W. Ngambi, D. Norris, and C. A. Mbajiorgu. 2009. Effect ofdifferent feed restriction regimes during the starter stage on productivity and

    carcass characteristics of male and female Ross 308 broiler chickens. Int. J.

    Poultry. Sci. 8: 35-39.

    Oyedeji, J. O. dan Atteh, J. O. 2005. Effects of Nutrient Density and Photoperiod

    on the Performance and Abdominal Fat ofBroilers. Int. J. Poult. Sci. 4 (3):

    149-152.

    Puvadolpirod S and Thaxton JP. 2000. Model of physiology stress in chickens 3.

    Temporal patterns of response.Poultry Sci. 79:377-382.

    Rasyaf, M. 1996. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Rincon, M.U. and S. Leeson. 2002. Quantitative and qualitative feed restriction on

    growth characteristics of male broiler chicken. Poultry. Sci., 81: 679-688.

    Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of Chicken, 2nd Ed.

    M. L. Scot and Associates Ithaca, New York.

    Siriwa, A. dan Y. Sudarso. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Penebar Swadaya,

    Jakarta.

    Sidadolog, J.H.P. dan T. Yuwanta. 2009. Pengaruh konsentrasi protein-energi

    pakan terhadap pertambahan berat badan, efisiensi energi dan efisiensi

    protein pada masa pertumbuhan ayam merawang. J. Anim. Prod.11(1): 15-

    22.

    Steiner, Z; Domainovi, M; Antunovi Z; Steiner Z; Seni, ; Wagner J; Ki D.

    2008. Effect Of Dietary Protein/Energy Combinations On Male Broiler

    Breeder Performance. Acta agriculturae Slovenica. Suplement 2 (september

    2008), 107115.

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    18/21

    Sudaryani, T. dan H. Santosa. 1996. Pemeliharaan Ayam Ras di Kandang Baterai.

    Penebar Swadaya, Jakarta.

    Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak

    Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Susbilla, J.P., I. Tarvid, C.B. Gow and T. L. Frankel. 2003. Quantitative feed

    restriction or meal-feeding of broiler chicks alter functional development of

    enzymes for protein digestion. Br. Poult. Sci. 14: 698-709.

    Susilorini, T.E., M.E. Sawitri dan Muharlien. 2002. Budi Daya 22 Ternak

    Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Tillman, A. D. H. Tartadi S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.Lebdosokojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University

    Press. Yogyakarta.

    Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

    Zarate, A. J., E. T. Maron, Jr., and D. L. Burham. 2003. Reducing crude protein

    and increasing limiting essential amino acid levels with summer-reared,

    slow- and fast-feathing broilers. Poultry Sci. 7 (11) : 175-177.

    Zulkifi, I., Norma, M.T., Israf, D.A., Omar, A.R. 2000. The effect o early feed

    restriction on subsequent response to high enfironmental temperatures in

    female broiler chickens. Poultry Sci. 79:1401-1407.

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    19/21

    PENGGUNAAN PROTEIN AKIBAT PEMBERIAN PORSI RANSUM

    BERBEDA DIKOMBINASIKAN DENGAN LAMA PENCAHAYAAN

    PADA AYAM BROILER

    USULAN PENELITIAN

    Oleh

    AGRIENTYA SARASWATI

    PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

    FAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2 0 1 2

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    20/21

    PENGGUNAAN PROTEIN AKIBAT PEMBERIAN PORSI RANSUM

    BERBEDA DIKOMBINASIKAN DENGAN LAMA PENCAHAYAAN

    PADA AYAM BROILER

    Usulan Penelitian

    Untuk Penyusunan

    Skripsi Sarjana Peternakan

    OLEH

    AGRIENTYA SARASWATI

    H2C 008 002

    Disetujui oleh :

    Dosen Wali

    Ir. Hanny Indrat W, M. Sc. Ph. D.

    NIP. 19590615 198703 2 006

    Pembimbing Utama

    Prof. Nyoman Suthama, M. Sc. Ph. D.

    NIP. 19530713 198003 1 003

    Usulan Penelitian ini telah dicatat di program studi S-1 Reguler

    Nomor Registrasi :

    Tanggal :

    Ketua Program Studi

    Nutrisi dan Makanan Ternak

    Prof. Dr. Ir. Bambang Sukamto, S. U.

    NIP. 19530216 198103 1 004

    Pembimbing Anggota

    Prof. Ir. Vitus Dwi Yunianto B.I.,MS.,M. Sc. Ph. D.

    NIP. 19590615 198503 1 004

  • 7/22/2019 usulan penelitian broiler

    21/21