usulan penelitian (1)

84
USULAN PENELITIAN PENGARUH PERANAN AUDIT INTERNAL TERHADAP PENERAPAN TATA KELOLA (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (STUDI KASUS : PT ANGKASA PURA I) Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun skripsi S1 Jurusan Akuntansi Diajukan Oleh: I Made Arya Putra Bharata NIM : 1215351018 PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Upload: arya-putra-bharata

Post on 28-Jan-2016

73 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

usulan penelitian akuntansi audit internal dan gcg

TRANSCRIPT

Page 1: USULAN PENELITIAN (1)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PERANAN AUDIT INTERNAL TERHADAP PENERAPAN

TATA KELOLA (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PADA BADAN

USAHA MILIK NEGARA (STUDI KASUS : PT ANGKASA PURA I)

Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun skripsi

S1 Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh:

I Made Arya Putra BharataNIM : 1215351018

PROGRAM EKSTENSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR

2015

Page 2: USULAN PENELITIAN (1)

A. Judul : Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Tata

Kelola (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara

(Studi Kasus : PT. Angkasa Pura I)

B. Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita ketahui, salah satu pilar kegiatan ekonomi di Indonesia yang

dikenal adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN merupakan suatu unit

usaha yang sebagian besar atau seluruh modalnya berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan untuk membuat suatu produk atau jasa yang sebesar-besarnya yang tidak

lain digunakan untuk kemakmuran rakyat. Menurut Undang-Undang Pemerintah

Nomor. 19 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Badan Usaha Milik Negara, menyatakan

bahwa :

1. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan

usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan.

2. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang

berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang

seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki

oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

1

Page 3: USULAN PENELITIAN (1)

BUMN memiliki peran dan wewenang yang sangat besar dalam

menggerakan perekonomian suatu negara yang diharapkan akan mampu mendukung

terhadap upaya perwujudan kesejahteraan sosial, karena semua ekonomi, potensi

sumber daya alam, dan faktor-faktor produksi yang ada, dikuasai oleh negara dan

dialokasikan pengelolaannya oleh negara kepada organisasi, badan usaha, dan

individu untuk kesejahteraan rakyatnya. Agar harapan ini dapat diwujudkan, maka

upaya serius diperlukan dalam mengoptimalkan keberadaan BUMN sebagai pilar

ekonomi di Indonesia.

Dewasa ini, perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

semakin pesat tidak terkecuali pada BUMN. Para pelaku bisnispun dihadapkan pada

berbagai macam tantangan yang semakin beragam, mulai dari semakin maraknya

praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta berbagai kecurangan yang dapat

membahayakan harta perusahaan, munculnya perusahaan-perusahaan pesaing dan

juga perusahaan-perusahaan yang berasal dari luar negeri (asing). Berdasarkan

kondisi tersebut, perlu kiranya setiap perusahaan khususnya BUMN berusaha

meningkatkan kesadaran untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG)

guna meminimalisir tantangan-tantangan bisnis tersebut. Keputusan Menteri Badan

Usaha Milik Negara Nomor. 117 Tahun. 2002 Pasal 1 tentang Penerapan Praktek

Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan

bahwa :

2

Page 4: USULAN PENELITIAN (1)

“Corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh

organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas

perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang

dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan

peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”.

Good Corporate Governance dapat menjadi salah satu kunci sukses perusahaan untuk

tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan

persaingan bisnis global terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang

sekaligus menjadi terbuka serta untuk menjauhkan perusahaan dari tantangan-

tantangan yang kerap muncul pada saat ini. Good Corporate Governance itu sendiri

merupakan sebuah sistem mengenai bagaimana mengontrol dan mengarahkan

perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) dan untuk memperhatikan

berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dan stakeholders seperti

kreditor, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, karyawan, pemerintah, serta

masyarakat umum. Good Corporate Governance juga mengatur hubungan antara

Dewan Komisaris, Direksi, dan manajemen perusahaan agar terjadi keseimbangan

dalam pengelolaan organisasi.

Good Corporate Governance sangat memberikan pengaruh positif terhadap

keberlangsungan suatu perusahaan, baik itu BUMN ataupun perusahaan yang dimiliki

oleh pihak swasta. Optimalisasi keberadaan BUMN akan mampu diwujudkan apabila

BUMN tersebut mampu menghadirkan pengelolaan BUMN yang efisien dan efektif.

3

Page 5: USULAN PENELITIAN (1)

Dengan demikian, sejalan dengan pemikiran ini, BUMN juga semestinya mampu

mengimplementasikan prinsip Good Corporate Governance. Akan tetapi, dalam

kenyataannya BUMN dalam melakukan kegiatan usahanya kurang begitu

memperhatikan implementasi prinsip Good Corporate Governance.

Adapun, fenomena umum yang terjadi diantaranya saat krisis keuangan

melanda kawasan Asia di sekitar tahun 1997-1998, dimana Indonesia termasuk

didalamnya telah dirasakan sangat membertakan kehidupan bagi semua kalangan.

Krisis ini kemudian diperburuk lagi dengan krisis politik dengan puncaknya berupa

kejatuhan pemerintahan Soeharto di tahun 1998 sehingga pada akhirnya merusak

perekonomian Indonesia. Pada saat itu negara kita bukan lagi hanya sekedar

mengalami krisis keuangan, melainkan telah meluas menjadi krisis ekonomi. Hal ini

ditandai dengan menciutnya produk domestik bruto (GDP) pada tahun 1998 itu

menjadi minus 13,68% dibandingkan dengan 4,65% di tahun 1997, begitu juga

dengan laju inflasi yang naik menjadi 77,63% pada tahun itu dibandingkan dengan

hanya 11,05% di tahun sebelumnya.

Sebagaimana dikemukakan oleh Baird (2000) bahwa salah satu akar penyebab

timbulnya krisis ekonomi di Indonesia dan juga di berbagai negara Asia lainnya

adalah buruknya pelaksanaan corporate governance (tata kelola perusahaan)

dihampir semua perusahaan yang ada, baik perusahaan yang dimiliki pemerintahan

(BUMN) maupun yang dimiliki pihak swasta. Dengan buruknya pelaksanaan

corporate governance, maka tingkat kepercayaan pemilik modal menjadi turun

4

Page 6: USULAN PENELITIAN (1)

karena investasi yang mereka lakukan menjadi tidak aman. Hal ini tentu akan diikuti

dengan tindakan penarikan atas investasi yang sudah ditanamkan, sementara investor

baru juga enggan untuk melakukan investasi.

(Sumber : AZHAR MAKSUM, PIDATO PENGUKUHAN JABATAN GURU BESAR

TETAP, Desember 2005:1-3)

Pada sektor BUMN, tidak dilaksanakannya Good Corporate Governance dan

keterlibatan pejabat negara atau birokrasi dalam manajemen telah menyebabkan

kinerja BUMN tidak berkembang, bahkan sering diidentikan sebagai unit usaha yang

tidak efesien. Investasi BUMN pada tahun 1998 sebesar Rp. 500 triliun, ternyata

hanya mampu menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp.17,6 triliun. Dari jumlah

tersebut, ternyata kontribusi BUMN kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) relatif kecil, tingkat return yang dihasilkan masih di bawah cost

capital perbankan. Selain itu, BUMN juga belum sepenuhnya dapat menyediakan

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi bagi masyarakat dengan harga yang

terjangkau serta belum mampu berkompetisi dalam persaingan bisnis secara global

(Mishardi Wilamarta, 2002).

(Sumber : BUDI AGUS RISWANDI, FENOMENA Vol.4 No.2 September 2006 : 122-

123)

Berdasarkan hasil studi Asian Development Bank (ADB) terhadap negara-

negara di Asia, tidak diterapkannya corporate governance bisa berdampak fatal bagi

perekonomian suatu negara bahkan bisa berdampak pula bagi negara sekitarnya.

5

Page 7: USULAN PENELITIAN (1)

Hasil laporan tersebut menunjukkan lemahnya corporate governance yang

merupakan salah satu faktor utama dari krisis ekonomi di Asia Tenggara pada kurun

waktu krisis 1997-1998 (Syarifuddin, 2007).

Adanya fenomena mengenai buruknya implementasi Good Corporate

Governance tersebut, diharapkan mulai dari sekarang semua perusahaan melakukan

upaya untuk mulai mengimplementasikan Good Corporate Governance guna

mencapai sasaran dan tujuan yang hendak ingin dicapai oleh perusahaan. Dalam

upaya penerapan Good Corporate Governance peran audit internal yang independen

sangatlah penting. Menurut (The International Professional Practices Framework

(IPPF) yang dirilis oleh The Institute of Internal Auditors (The IIA), 2009) audit

Internal adalah kegiatan pemastian dan konsultasi yang independen dan objektif yang

dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal

membantu organisasi mencapai tujuannya melalui pendekatan yang sistematik dan

teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas proses pengelolaan risiko,

pengendalian, dan tata kelola.

Keberadaan atau pembentukan audit internal pada perusahaan swasta maupun

BUMN diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor. 3 Tahun 1983 Pasal 46

tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan, Perum, dan Persero yang

menyatakan bahwa :

1. Satuan pengawasan intern bertugas membantu Direktur Utama dalam

mengadakan penilaian atas sistem pengendalian pengelolaan (manajemen)

6

Page 8: USULAN PENELITIAN (1)

dan pelaksanaannya pada badan usaha yang bersangkutan dan memberikan

saran-saran perbaikan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka manajemen

suatu perusahaan dituntut untuk mengembangkan audit internal agar dapat

memberikan kontribusi yang positif dalam meningkatkan kinerja di

perusahaan.

2. Pimpinan BUMN dan BUMD menggunakan pendapat dan saran-saran dari

satuan pengawasan intern sebagai bahan untuk melaksanakan penyempurnaan

pengelolaan (manajemen) perusahaan yang baik dan dapat dipertanggung

jawabkan.

Audit internal merupakan bagian dari Good Corporate Governance, dimana

didalamnya mencakup pengawasan yang memadai, etika bisnis, independensi,

pengungkapan yang akurat dan tepat waku, akuntabilitas dari seluruh pihak yang

terlibat dalam proses pengelolaan perusahaan, serta mekanisme untuk memastikan

adanya tindak lanjut yang seksama jika terjadi pelanggaran dalam perusahaan.

Menurut Tjager dkk. (2003) dalam Sela (2012) mengemukakan bahwa salah satu

unsur pelaksanaan Good Corporate Governance adalah audit internal. Fungsi audit

internal meliputi pemeriksaan dan penilaian tentang sistem pengendalian internal

perusahaan untuk memastikan efektifitas dikaitkan dengan rencana strategi

perusahaan.

Peran audit internal pada perusahaan swasta maupun BUMN sangatlah

diperlukan guna membantu pihak manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab

7

Page 9: USULAN PENELITIAN (1)

mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran dan

komentar yang objektif mengenai kegiatan atau hal-hal yang diperiksa. Dalam hal ini,

manajemen perlu mendelegasikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang kepada

pihak lain yaitu auditor internal yang berada pada divisi SPI (Satuan Pengawasan

Intern).

Auditor internal merupakan organ pendukung yang dibentuk oleh Direksi

dalam penerapan Good Corporate Governance. Peranan dan fungsi auditor internal

dalam suatu perusahaan digunakan sebagai parameter dan indikator untuk mengukur

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (Zulkarnain, 2010). Peran

auditor internal yang independen sangat penting dalam penerapan prinsip tersebut.

Good Corporate Governance di perusahaan. Auditor internal yang

independen dapat berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan

memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktik-praktik dalam

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di dalam perusahaan yang

meliputi: akuntabilitas (accountability), pertanggung-jawaban (responsibility),

keterbukaan (transparency), serta kewajaran (fairness). Ini merupakan upaya agar

tercipatanya keseimbangan antar kepentingan dari para stakeholder, karyawan

perusahaan, suppliers, pemerintah, konsumen yang merupakan indikator tercapainya

keseimbangan kepentingan, sehingga benturan kepentingan yang terjadi dapat

diarahkan dan dikontrol serta tidak menimbulkan kerugian pada masing-masing pihak

(Trimanto, 2010).

8

Page 10: USULAN PENELITIAN (1)

Berdasarkan uraian di atas mengingat pentingnya audit internal terhadap

penerapan Good Corporate Governance, maka penulis tertarik untuk mengambil judul

“Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Tata Kelola (Good Corporate

Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara (Studi Kasus : PT. Angkasa Pura I)”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,

maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: apakah peranan

audit internal berpengaruh terhadap penerapan tata kelola (Good Corporate

Governance) pada PT. Angkasa Pura I?

D. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan latar belakang serta identifikasi masalah tersebut,

penelitian ini dimaksudkan untuk mencoba mempelajari dan menilai pengaruh

peranan Audit Internal terhadap penerapan tata kelola (Good Corporate Governance),

adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh peranan

audit internal terhadap penerapan tata kelola (Good Corporate Governance) pada PT.

Angkasa Pura I.

E. Kegunaan Penelitian

9

Page 11: USULAN PENELITIAN (1)

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai

Pengaruh Peranan Audit Internal terhadap Penerapan tata kelola (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. Selain itu, dapat juga dipergunakan

sebagai bahan pertimbangan antara teori dan praktek yang sebenarnya di dalam

sebuah perusahaan yang selanjutnya sebagai referensi untuk peneliti lebih lanjut.

Selain itu, penulis juga mengharapkan kiranya penelitian ini dapat berguna untuk

menambah pengetahuan bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Udayana.

2. Kegunaan Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan

masukan bagi pihak perusahaan yang berupa saran dalam peningkatan kualitas

peranan audit internal sejalan dengan penerapan Good Corporate Governance.

F. Kajian Pustaka

F.1 Landasan Teori

F.1.1 Audit Internal

F.1.1.1 Definisi Audit Internal

Audit internal timbul sebagai suatu cara atau teknik guna mengatasi risiko

yang meningkat akibat semakin pesatnya laju perkembangan dunia usaha. Dimana,

10

Page 12: USULAN PENELITIAN (1)

pesatnya perkembangan tersebut terjadi karena adanya perubahan secara dinamis dan

tidak dapat diprediksi sehubungan dengan era globalisasi, sehingga sumber informasi

yang sifatnya tradisional dan informal sudah tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan

para manajer yang bertanggungjawab atas hal-hal yang tidak teramati secara

langsung.

Menurut Institute of Internal Auditing (IIA) dalam Ardeno Kurniawan

(2012:7) definisi audit internal adalah sebagai berikut :

“Audit internal adalah aktivitas penjaminan yang independen dan objektif

serta jasa konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan

meningkatkan operasi organisasi. Audit internal akan membantu organisasi

mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan

terjadwal untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses

pengelolaan risiko, kecukupan pengendalian dan pengelolaan pengendalian”.

Definisi audit internal menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah :

“Suatu aktivitas yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan

mengevaluasi aktifitas-aktifitas organisasi sebagai pemberi bantuan bagi

manajemen”.

Menurut Agoes Sukrisno (2013:203) definisi dari audit internal adalah

sebagai berikut :

11

Page 13: USULAN PENELITIAN (1)

“Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh

bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan

akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen

puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah

misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup,

perbankan, perindustrian, investasi, dan lain-lain”.

Sedangkan Sawyer’s, at all, (2003:10) dalam Moh. Wahyudin Zarkasyi

(2008:25) mendefinisikan audit internal sebagai berikut :

“Internal auditing is systematic, objective appraisal by internal auditors of

the diverse operation and controls within an organizatitonal to determine

whether :

1. financial and operating informations is accurate and reliable;

2. risks to the enterprise are identified and minized;

3. external regulation and acceptable internal policies and procedures are

followed;

4. satisfactory operating criteria are met;

5. resources are used efficiently and economically; and

6. the organization’s objectives are effectivelly achieved- all for the purpose

of consulting with management and for assiting members all for the

organization in the effective discharge of their governance

responsibilities”.

12

Page 14: USULAN PENELITIAN (1)

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa audit internal adalah sebuah penilaian

sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol

yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah :

1. informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;

2. risiko yang dihadapi oleh perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisi;

3. peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima

telah diikuti;

4. kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;

5. sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis;

6. tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

Dari definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa audit internal merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjamin pencapaian tujuan dan sasaran suatu

organisasi. Dimana, kegiatan ini dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah

(value added) dalam rangka meningkatkan kualitas dan aktivitas operasional

organisasi tersebut. Audit internal juga mencakup kegiatan pemberian konsultasi

kepada pihak manajemen sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. Konsultasi

ini diberikan sesuai dengan hasil temuan dan analisis yang dilakukan atas berbagai

aktifitas operasional secara independen dan objektif dalam bentuk hasil temuan dan

rekomendasi atau saran yang ditujukan untuk keperluan organisasi.

Audit internal dilakukan oleh seseorang yang berasal dari dalam organisasi

yang bersangkutan yang disebut dengan auditor internal. Keberadaan profesi auditor

13

Page 15: USULAN PENELITIAN (1)

internal didalam suatu organisasi membantu perusahaan mencapai tujuannya dengan

pendekatan yang sistematis dan ketat agar dapat melakukan evaluasi dan

peningkatkan efektivitas terhadap manajemen resiko, pengendalian dan proses tata

kelola (Elder dkk, 2011:450).

F.1.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal

Tujuan audit internal yang dikemukakan oleh The Institute of Internal

Auditors (IIA) dan dikutip oleh Boynton et.al adalah sebagai berikut :

“It helps an organization accomplish it objectives by bringing a systematic,

disciplined approach to evaluated and improved the effectivenes of risk

management, control, and governance process”.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa audit internal membantu organisasi dalam

usaha mencapai tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan yang disiplin

dan sistematis untuk mengevaluasi dan meningatkan keefektifan manajemen risiko,

pengendalian, pengaturan proses serta pengelolaan organisasi.

Sedangkan menurut Hery (2010:39) tujuan dari audit internal adalah sebagai

berikut :

“Audit internal secara umum memiliki tujuan untuk membantu segenap

anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab mereka secara

efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang

objektif mengenai kegiatan atau hal-hal yang diperiksa”.

14

Page 16: USULAN PENELITIAN (1)

Pada dasarnya tujuan dari audit internal adalah membantu manajemen di

dalam suatu organisasi untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara sistematis

dan efektif dengan cara memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, konsultasi dan

informasi sehubungan dengan aktivitas yang diperiksanya.

Masih menurut Hery (2010:39) bahwa untuk mencapai keseluruhan tujuan

tersebut, maka auditor internal harus melakukan beberapa aktivitas (ruang lingkup

audit internal) yaitu sebagai berikut :

1. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi keuangan

dan operasi lainnya.

2. Memeriksa sampai sejauhmana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan,

rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.

3. Memeriksa sampai sejauhmana aktiva perusahaan dipertanggung jawabkan

dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian.

4. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh

perusahaan.

5. Menilai prestasi kerja para pejabat/ pelaksana dalam menyelesaikan

tanggung jawab yang telah ditugaskan.

Adapun aktivitas dari audit internal yang disebutkan di atas digolongkan

kedalam dua macam, diantaranya :

1. Financial Auditing

Kegiatan ini antara lain mencakup pengecekan atas kecermatan dan kebenaran

15

Page 17: USULAN PENELITIAN (1)

segala data keuangan, mencegah terjadinya kesalahan atau kecurangan dan

menjaga kekayaan perusahaan.

2. Operational Auditing

Kegiatan pemeriksaan ini lebih ditujukan pada operasional untuk dapat

memberikan rekomendasi yang berupa perbaikan dalam cara kerja, sistem

pengendalian dan sebagainya.

Ruang lingkup audit internal tersebut haruslah dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya guna membantu pihak manajemen dalam mengawasi dan mengevaluasi

berjalannya roda suatu organisasi.

F.1.1.3 Fungsi Audit Internal

Fungsi audit internal yang dikemukakan Ardeno Kurniawan (2012: 53) :

“Fungsi audit internal adalah memberikan berbagai macam jasa kepada

organisasi termasuk audit kinerja dan audit operasional yang akan dapat

membantu manajemen senior dan dewan komisaris di dalam memantau

kinerja yang dihasilkan oleh manajemen dan para personil di dalam organisasi

sehingga auditor internal dapat memberikan penilaian yang independen

mengenai seberapa baik kinerja organisasi”.

Sedangkan fungsi audit internal menurut Standar Profesi Akuntan Publik

(SPAP) adalah sebagai berikut :

“Fungsi audit internal dapat terdiri dari satu atau lebih individu yang

16

Page 18: USULAN PENELITIAN (1)

melaksanakan aktivitas audit internal dalam suatu entitas. Mereka secara

teratur memberikan informasi tentang berfungsinya pengendalian,

memfokuskan sebagian besar perhatian mereka pada evaluasi terhadap desain

tentang kekuatan dan kelemahan dan rekomendasi untuk memperbaiki

pengendalian intern”.

Secara umun fungsi audit internal adalah untuk memberikan penilaian

terhadap keefektifan suatu pengendalian di dalam organisasi. Fungsi audit internal

bukan hanya terpaku kepada pencarian ketepatan dan kebenaran atas catatan-catatan

akuntansi saja, melainkan harus juga melakukan suatu penelitian dari berbagai

operasional yang terjadi di perusahaan.

F.1.1.4 Kode Etik Audit Internal

Definisi dari etika itu sendiri menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark

S. Beasley (2008:98) adalah :

“Etika (ethics) secara garis besar dapat diartikan sebagai serangkaian prinsip

atau nilai moral”.

Bagi profesi audit internal, kode etik merupakan hal yang sangat penting dan

diperlukan dalam pelaksanaan tugas profesional terutama yang menyangkut

manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola.

Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) dan dikutip oleh Moh.Wahyudin

Zarkasyi (2008:25) bahwa ada dua komponen penting dalam kode etik audit internal,

17

Page 19: USULAN PENELITIAN (1)

diantaranya yaitu :

“1. Prinsip-prinsip yang relevan dengan profesi maupun praktik audit internal.

2. Rule of conduct yang mengatur norma perilaku yang diharapkan dari

auditor internal”.

Adapun prinsip-prinsip kode etik yang harus dijaga oleh audit internal, yaitu :

a. Integritas

Integritas dari auditor internal menimbulkan kepercayaan dan memberikan

basis untuk mempercayai keputusannya.

b. Objektif

Auditor internal membuat penilaian yang berimbang atas hal-hal yang

relevan dan tidak terpengaruh kepentingan pribadi atau pihak lain dalam

pengambilan keputusan.

c. Confidential

Auditor internal harus menghargai nilai-nilai dan pemikiran atas informasi

yang mereka terima dan tidak menyebarkan tanpa izin kecuali ada

kewajiban profesional.

d. Kompetensi

Auditor internal menerapkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang

diperlukan untuk melaksanakan jasa audit internal.

F.1.1.5 Standar Profesional Audit Internal

18

Page 20: USULAN PENELITIAN (1)

Menurut Hery (2010:73) standar profesional audit internal terbagi atas empat

macam diantaranya yaitu :

1. Independensi

2. Kemampuan Profesional

3. Lingkup Pekerjaan

4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Adapun penjelasan dari keempat standar profesional audit internal tersebut

adalah :

1. Independensi

a) Mandiri

Audit internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang

diperiksa. Audit inernal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan

pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian audit internal sangat

penting terutama dalam memberikan penilaian yang tidak memihak (netral).

Hal ini hanya dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif dari

para audit interrnal. Status organisasi audit internal harus dapat memberikan

keleluasaan bagi audit internal dalam menyelesaikan tanggung jawab

pemeriksaan secara maksimal.

b) Dukungan moral manajemen senior dan dewan

Audit internal haruslah memperoleh dukungan moral secara penuh dari

segenap jajaran manajemen senior dan dewan (dewan direksi dan komite

19

Page 21: USULAN PENELITIAN (1)

audit) agar dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai

campur tangan pihak lain. Pimpinan audit internal harus bertanggung jawab

untuk mewujudkan kemandirian pemeriksaan. Koordinasi yang teratur antara

pimpinan audit internal dengan dewan direksi dan komite audit akan

membantu terjaminnya kemandirian dan juga merupakan sarana bagi semua

pihak untuk dapat saling memberikan informasi demi kepentingan organisasi

secara keseluruhan. Kehadiran pimpinan audit internal dalam rapat dewan

juga akan melengkapi pertukaran informasi berkaitan dengan rencana dan

kegiatan audit internal. Pimpinan audit internal harus bertemu langsung

dengan dewan secara periodik, paling tidak setiap tiga bulan sekali.

2. Kemampuan Profesional

a) Pengetahuan dan kemampuan

Kemampuan profesional wajib dimiliki oleh audit internal. Dalam setiap

pemeriksaan, pimpinan audit internal haruslah menugaskan orang-orang yang

secara bersama-sama atau keseluruhan memiliki pengetahuan dan

kemampuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti akuntansi, ekonomi,

keuangan, statistik, pemrosesan data elektronik, perpajakan, dan hukum yang

memang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.

b) Pengawasan

Pimpinan audit internal bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan

terhadap segala aktivitas pemeriksaan yang dilakukan oleh para stafnya.

20

Page 22: USULAN PENELITIAN (1)

Pengawasan yang dilakukan sifatnya berkelanjutan, yang dimulai dengan

perencanaan dan diakhiri dengan penyimpulan hasil pemeriksaan yang

dilakukan. Pengawasan yang dimaksud mencakup :

Memberikan instruksi kepada para staf audit internal pada awal pemeriksaan

dan menyetujui program-program pemeriksaan.

Melihat apakah program pemeriksaan yang telah disetujui dilaksanakan,

kecuali bila terdapat penyimpangan yang dibenarkan atau disalahkan.

Menentukan apakah kertas kerja pemeriksaan telah cukup untuk mendukung

temuan pemeriksaan, kesimpulan-kesimpulan, dan laporan hasil pemeriksaan.

Meyakinkan apakah laporan pemeriksaan tersebut akurat, objektif, jelas,

ringkas, konstruktif dan tepat waktu.

Menentukan apakah tujuan pemeriksaan telah dicapai.

c) Kecakapan berkomunikasi

Audit internal harus memiliki kemampuan berkomunikasi untuk menghadapi

orang lain dan berkomunikasi secara efektif. Audi internal dituntut untuk

dapat memahami hubungan antar manusia dan mengembangkan hubungan

yang baik dengan audit. Audit internal juga harus memiliki kecakapan dalam

berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, sehingga audit internal

dapat dengan jelas dan efektif menyampaikan berbagai hal, seperti tujuan

pemeriksaan, evaluasi, kesimpulan, dan juga dalam hal memberikan

rekomendasi (saran-saran perbaikan).

21

Page 23: USULAN PENELITIAN (1)

d) Pendidikan berkelanjutan

Audit internal harus meningkatkan kemampuan tekniknya melalui pendidikan

berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan

keahliannya. Audit internal harus berusaha memperoleh informasi mengenai

kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur, dan teknik-teknik

audit.

e) Mewaspadai kemungkinan terjadinya pelanggaran

Audit internal harus dapat bekerja secara teliti dalam melaksankan

pemeriksaan. Audit internal harus mewaspadai berbagai kemungkinan

terjadinya pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan, kelalaian,

ketidakefektifan, pemborosan (ketidakefesienan), dan konflik kepentingan.

f) Merekomendasikan perbaikan

Audit internal harus dapat mengidentifikasi pengendalian intern yang lemah

dan merekomendasikan perbaikan terhadap pengendalian intern yang lemah

tersebut untuk menciptakan kesesuaian dengan berbagai prosedur dan praktek

yang sehat guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh

perusahaan.

3. Lingkup Pekerjaan

a) Pengujian dan evaluasi

Lingkup pekerjaan audit internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap

kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh

22

Page 24: USULAN PENELITIAN (1)

organisasi. Tujuan peninjauan terhadap kecukupan dan keefektifan suatu

sistem pengendalian internal ini adalah untuk menentukan apakah sistem yang

telah ditetapkan dapat memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan dan

sasaran organisasi dapat tercapai secara efisien, ekonomis, serta untuk

memastikan apakah sistem tersebut telah berfungsi sebagaimana yang

diharapkan.

b) Keandalan informasi

Auditor internal haruslah menguji sistem informasi tersebut, dan menentukan

apakah berbagai catatan, laporan finansial dan laporan operasional perusahaan

mengandung informasi yang akurat, dapat dibuktikan kebenarannya, tepat

waktu, lengkap, dan berguna.

c) Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-

undangan

Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan sistem, yang dibuat dengan

tujuan memastikan pemenuhan berbagai persyaratan, seperti kebijakan,

rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan. Audit internal

bertanggung jawab untuk menentukan apakah sistem tersebut telah cukup

efektif dan apakah berbagai kegiatan yang diperiksa telah sesuai dengan

kebijakan yang ditetapkan.

d) Perlindungan aktiva

Audit internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan untuk

23

Page 25: USULAN PENELITIAN (1)

melindungi aktiva perusahaan terhadap berbagai jenis kerugian, seperti

kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, dan kegiatan yang ilegal. Pada saat

memverifikasi keberadaan suatu aktiva, audit internal harus menggunakan

prosedur pemeriksaan yang sesuai dan tepat.

e) Penggunaan sumber daya

Audit internal harus dapat memastikan keekonomisan dan keefesienan

penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Audit internal

bertanggung jawab untuk :

Telah menetapkan suatu standar operasional untuk mengukur

keekonomisan dan efesiensi

Standar operasional tersebut telah dipahami dan dipenuhi

Berbagai penyimpangan dari standar operasional telah diidentifikasi,

dianalisis, dan diberitahukan kepada berbagai pihak yang bertanggung

jawab untuk melakukan tindakan perbaikan.

Tindakan perbaikan telah dilakukan

f) Pencapaian tujuan

Audit internal harus dapat memberikan kepastian bahwa semua pemeriksaan

yang dilakukan sudah mengarah kepada pencapaian tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan oleh perusahan.

4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

a) Perencanaan kegiatan pemeriksaan

24

Page 26: USULAN PENELITIAN (1)

Audit internal harus terlebih dahulu melakukan perencanaan pemeriksaan

dengan meliputi :

Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan

Memperoleh informasi dasar tentang objek yang akan diperiksa

Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan

Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu

Melakukan survei secara tepat untuk lebih mengenali bidang atau area

yang akan diperiksa

Penetapan program pemeriksaan

Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil pemeriksaan

disampaikan

Memperoleh persetujuan atas rencana kerja pemeriksaan

b) Rapat manajemen

Audit internal haruslah melakukan rapat dengan manajemen yang

bertanggung jawab terhadap bidang yang akan diperiksa. Hal-hal yang

didiskusikan antara lain mencakup berbagai tujuan dan lingkup kerja

pemeriksaan yang direncanakan, waktu pelaksanaan pemeriksaan, staf audit

ynag akan ditugaskan, hal-hal yang menjadi perhatian audit internal.

c) Pengujian dan pengevaluasian

Audit internal harus melakukan pengujian dan pengevaluasian terhadap semua

informasi yang ada guna memastikan ketepatan dari informasi tersebut yang

25

Page 27: USULAN PENELITIAN (1)

nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan. Berbagai informasi tentang

seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan pemeriksaan dan lingkup kerja

haruslah dikumpulkan. Informasi yang dikumpulkan haruslah kompeten,

mencukupi, relevan, dan berguna untuk membuat dasar yang logis bagi

temuan pemeriksaan dan rekomendasi.

d) Pelaporan hasil pemeriksaan

Audit internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya.

Laporan yang dibuat haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat

waktu. Objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak, dan terbebas dari

distorsi. Laporan yang jelas adalah laporan yang mudah dimengerti dan logis.

Laporan yang singkat adalah laporan yang diringkas langsung membicarakan

pokok permasalahan dan menghindari berbagai perincian yang tidak

diperlukan. Laporan yang konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan

sifatnya akan membantu pihak yang diperiksa dan organisasi serta

menghasilkan berbagai perbaikan yang diperlukan. Laporan yang tepat waktu

adalah laporan yang pemberitaannya tidak ditunda dan mempercepat

kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan yang koreksi dan efektif. Audit

internal juga harus langsung melaporkan hasil pemeriksaannya kepada

pimpinan dan karyawan lain apabila membutuhkan.

e) Tindak lanjut pemeriksaan

Audit internal harus secara terus menerus meninjau dan melakukan tindak

26

Page 28: USULAN PENELITIAN (1)

lanjut untuk memastikan apakah suatu tindakan perbaikan telah dilakukan dan

memberikan berbagai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut audit internal

didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan,

dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen

terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang dilaporkan.

F.1.2 Good Corporate Governance

F.1.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Dalam rangka memahami konsep Good Corporate Governance, maka

digunakanlah dasar persfektif hubungan keagenan. Menurut Jansen dan Meckling

(1976) dalam Anggitasari (2012), teori keagenan adalah :

“Teori yang mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dengan

manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul

ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang

pengambilan keputusan kepada agen tersebut”.

Sembiring (2003) dalam Syuhada (2012), Agency theory (teori keagenan)

menjelaskan tentang hubungan antara dua pihak dimana salah satu pihak menjadi

agen dan pihak yang lain bertindak sebagai prinsipal. Menurut Jensen dan Mecking

(1976) dalam Syuhada (2012), teori keagenan ini menyatakan bahwa hubungan

keagenan timbul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk

27

Page 29: USULAN PENELITIAN (1)

melakukan beberapa jasa untuk kepentingannya yang melibatkan pendelegasian

beberapa otoritas pembuatan keputusan kepada agen. Yang dimaksud dengan

prinsipal adalah pemegang saham atau investor, sedangkan yang dimaksud agen

adalah manajemen yang mengelola perusahaan.

Masalah corporate governance sangat erat kaitannya dengan agency theory.

Agency theory menjelaskan bagaimana pihak – pihak yang terlibat dalam perusahaan

(manajer, pemilik perusahaan dan kreditor) akan berperilaku, karena pada dasarnya

mereka memiliki kepentingan yang berbeda. Manajer mempunyai kewajiban untuk

memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer

juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

Berdasarkan agency theory tersebut dapat dilihat adanya perbedaan kepentingan

antara manajemen dan kepentingan pemegang saham perusahaan. Pemegang saham

tidak menyukai kepentingan pribadi manajer, karena hal itu akan menambah biaya

perusahaan. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah

yang disebut dengan masalah keagenan (conflict agency) (Dini, 2010).

F.1.2.2 Definisi Good Corporate Governance

Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu konsep

kewajiban yang mengontrol perusahaan untuk bertindak secara adil baik bagi

kepentingan seluruh pemegang saham ataupun untuk stakeholders. Konsep kewajiban

ini didasari oleh agency theory, dimana permasalahan agency muncul ketika

28

Page 30: USULAN PENELITIAN (1)

kepengurusan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikan. Dengan kata lain, dewan

komisaris dan direksi sebagai agen dalam perusahaan mempunyai kepentingan yang

berbeda dengan pemegang saham (Akmalia, 2008). Ada beberapa definisi Good

Corporate Governance, diantaranya :

Menurut Moh.Wahyudin Zarkasyi (2008:36) definisi dari Good Corporate

Governance adalah sebagai berikut :

“Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya merupakan suatu sistem

(input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti

sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan

direksi demi terciptanya tujuan perusahaan”.

Ardeno Kurniawan (2012:27) mendefinisikan Good Corporate

Governance sebagai berikut :

“Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola organisasi adalah

seperangkat hubungan yang terjadi antara manajemen, direksi, pemegang

saham dan stakeholder-stakeholder lain seperti pegawai, kreditor dan

masyarakat”.

Sedangkan pengertian Good Corporate Governance menurut Forum

Corporate Governance in Indonesian dalam Hery (2010:11) adalah :

“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para

29

Page 31: USULAN PENELITIAN (1)

pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-

hak dan kewajiban mereka”.

Penerapan Good Corporate Governance merupakan alternatif penting yang

diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah akibat benturan kepentingan antara

pihak-pihak yang terkait baik itu untuk BUMN ataupun perusahaan swasta. Good

Corporate Governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan dan

mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang signifikan dalam strategi perusahaan

dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki

dengan segera.Pengaturan dan pengimplementasian Good Corporate Governance

memerlukan komitmen dari seluruh jajaran organisasi dan dimulai dengan penetapan

kebijakan dasar serta tata tertib yang harus dianut oleh top manajemen dan penerapan

kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada didalamnya. Apabila sistem

Good Corporate Governance yang terdiri atas struktur corporate governance

(pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, sekretaris

perusahaan, manajer dan karyawan, auditor) dilaksanakan dengan mekanisme yang

baik dan dilandasi dengan prinsip Good Corporate Governance maka akan

bermanfaat dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan (Cahyaningsih & Venty,

2011).

Dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance, perusahaan

memerlukan peran audit internal yang bertugas meneliti, mengevaluasi suatu sistem

akuntansi, serta menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Audit internal

30

Page 32: USULAN PENELITIAN (1)

merupakan salah satu profesi yang menunjang terwujudnya Good Corporate

Governance yang pada saat ini telah berkembang menjadi komponen utama dalam

meningkatkan perusahaan secara efektif dan efisien.

F.1.2.3 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Menurut Valery G.Kumat (2011:22) prinsip-prinsip Good Corporate

Governance adalah sebagai berikut :

1. Kewajaran (Fairness)

2. Keterbukaan (Transparency)

3. Akuntabilitas (Accountability)

4. Pertanggung jawaban (Responsibility)

Adapun penjelasan dari prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang

dikemukakan oleh Valery G.Kumat tersebut adalah :

1. Kewajaran (Fairness)

Adalah perlakuan yang adil terhadap para pemegang saham, khususnya

menyangkut hak dan kewajiban mereka, termasuk bagi pemegang saham

minoritas/asing.

Prinsip ini perlu ditegakan oleh perusahaan dalam bentuk :

a. Penyajian informasi secara full disclosure menyangkut setiap materi yang

relevan bagi para pemegang saham (termasuk aspek remunerasi para

Komisaris/Direksi).

31

Page 33: USULAN PENELITIAN (1)

b. Berbagai larangan terkait “permainan” harga saham (wajib bagi

perusahaan Tbk), seperti sistem pembagian dividen tersendiri bagi internal

shareholders, perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading),

otoritas penetapan harga dengan otoritas tunggal (self dealing), dan

sebagainya.

2. Keterbukaan (Transparency)

Adalah keterbukaan informasi (secara akurat dengan tepat waktu) mengenai

kinerja perusahaan.

Prinsip ini diwujudkan dalam bentuk :

a. Pengembangan Sistem Akuntansi (Accounting system) perusahaan

berdasarkan standar akuntansi (PSAK), kelaziman terkait kualitas

pelaporan, serta secara berkala diperiksa oleh auditor eksternal yang

disetujui oleh RUPS. Hal ini untuk menjamin sebuah Laporan Keuangan

Korporasi yang dapat diungkapkan secara kualitatif.

b. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen (Management Information

System) untuk menunjang efektivitas dalam hal penelusuran permasalahan

disekitar kinerja, penilaian kinerja, serta pengambilan keputusan

manajemen yang efektif. Pengembangan Sistem Manajemen Risiko (Risk

Management System) untuk memastikan semua risiko yang signifkan telah

dikelola dengan tingkat toleransi yang dapat diterima.

3. Akuntabilitas (Accountability)

32

Page 34: USULAN PENELITIAN (1)

Adalah bentuk tanggung jawab korporasi yang diwujudkan dengan

menyediakan seluruh perangkat pengawasan secara komperhensif serta siap

untuk digugat sesuai peraturan dan regulasi yang berlaku.

Hal ini diterapkan antara lain dengan :

a. Merumuskan kembali peran/fungsi Audit Internal sebagai mitra bisnis

strategik berdasarkan best practice (bukan sekedar ada), yaitu berupa

“risk-based auditing”.

b. Memperkuat pengawasan intenal dan pengelolaan risiko dengan

pembentukan Komite Audit/ Komite Risiko yang memperkuat peran

pengawasan oleh Dewan Komisaris, disamping menempatkan Komisaris

Independen dalam Dewan Komisaris.

c. Menunjuk dan mengevaluasi auditor eksternal berdasarkan azas

profesionalisme (bukan sekedar referensi pihak yang berpengaruh).

4. Pertanggung jawaban (Responsibility)

Adalah bentuk pertanggung jawaban seluruh internal stakeholders

(Business Owner/ RUPS, Komisaris dan Direksi, Karyawan) kepada para

eksternal stakeholders lainnya. Termasuk seluruh masyarakat melalui : Misi

menjadikan perusahaan berkategori sehat, penciptaan lapangan kerja, serta

nilai tambah bagi masyarakat dimana bisnis mendapatkan manfaat dari

seluruh aktivitasnya.

Hal ini diungkapkan dengan cara :

33

Page 35: USULAN PENELITIAN (1)

a. Membangun lingkungan bisnis yang sehat, menghindari penyalahgunaan

tanggung jawab/ wewenang, mengembangkan profesionalisme, serta

menjunjung etika universal dan budaya setempat.

b. Menyatakan kepedulian terhadap permasalahan aktual di masyarakat yang

menjadi tanggung jawab seluruh bangsa, seperti pengentasan kemiskinan,

pengurangan angka populasi buta huruf dan anak putus sekolah,

kepedulian terhadap dampak bencana alam, dan sebagainya.

F.1.2.4 Kriteria Good Corporate Governance

Menurut versi The Organization for Economic Co-operation and

Development (OEDC) dalam Hery (2010:6) ada lima kriteria dari Good Corporate

Governance, yaitu :

1. The rights of shareholders

2. The equitable treatment of shareholders

3. The role of stakeholders in corporate governance

4. Disclosure and transparency

5. The responsibilities of the board

Adapun penjelasan dari kelima kriteria Good Corporate Governance tersebut

adalah :

1. The rights of shareholders

Hak para pemegang saham terdiri dari hak untuk menerima informasi yang

34

Page 36: USULAN PENELITIAN (1)

relevan mengenai perusahaan pada waktu yang tepat, mempunyai peluang

untuk ikut berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan termasuk hak

dalam hal pembagian keuntungan/ laba perusahaan. Pengendalian terhadap

perusahaan haruslah dilakukan secara efisien dan se-transparan mungkin.

2. The equitable treatment of shareholders

Adanya perlakuan adil kepada seluruh pemegang saham, khususnya bagi para

pemegang saham minoritas atau asing, yang terdiri dari hak atas

pengungkapan yang lengkap mengenai segala informasi perusahaan yang

material. Seluruh pemegang saham dengan kelas saham yang sama harus

diperlakukan secara adil. Anggota corporate board dan manajer diharuskan

mengungkapkan segala kepentingan yang material atas setiap transaksi

perusahaan yang telah terjadi.

3. The role of stakeholders in corporate governance

Peran pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan haruslah diakui

melalui penetapan secara hukum. Kerangka kerja GCG harus dapat

mendorong kerja sama yang aktif antara pihak perusahaan dengan

stakeholders demi menciptakan pekerjaan, kemakmuran, dan perusahaan yang

sehat serta finansial.

4. Disclosure and transparency

Adanya pengungkapan dan transparansi yang akurat dan tepat waktu atas

segala hal yang material terhadap kinerja perusahaan, kepemilikan, dan tata

35

Page 37: USULAN PENELITIAN (1)

kelola perusahaan, serta masalah lain yang berkaitan dengan karyawan dan

stakeholders. Laporan keuangan haruslah diaudit oleh pihak yang independen

dan disajikan berdasarkan standar kualitas tertinggi.

5. The responsibilities of the board

Kerangka kerja GCG harus menjamin adanya arahan, bimbingan, dan

pengaturan yang strategis atas jalannya operasional maupun finansial

perusahaan, pemantauan dan pengawasan yang efektif oleh corporate board,

dan adanya pertanggung jawaban corporate board kepada perusahaan dan

pemegang saham.

F.1.2.5 Pedoman Praktik Pelaksanaan Good Corporate Governance

Pelaksanaan Good Corporate Governance perlu dilakukan secara

sistematis dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pedoman praktis yang dapat

dijadikan acuan oleh perusahaan dalam melaksanakan Good Corporate Governance.

Untuk melaksanakan Good Corporate Governance diperlukan penyusunan pedoman

Good Corporate Governance yang spesifik untuk masing-masing perusahaan.

Menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008: 46) pedoman pelaksanaan Good

Corporate Governance mencakup berbagai kebijakan yang sekurang-kurangnya

meliputi hal- hal sebagai berikut :

1. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan.

2. Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, Komite-komite

36

Page 38: USULAN PENELITIAN (1)

Penunjang Dewan Komisaris, dan Pengawasan Internal.

3. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya efektivitas fungsi masing-masing

organ perusahaan.

4. Kebijakan untuk memastikan akuntabilitas dan efektivitas pengendalian

internal dalam laporan keuangan.

5. Pedoman perilaku (code of conduct) yang didasarkan pada etika bisnis yang

disepakati.

6. Sarana pengungkapan informasi untuk pemangku (public disclosure).

7. Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka

memenuhi prinsip Good Corporate Governance.

Masih menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008: 46) agar pelaksanaan Good

Corporate Governance dapat berjalan efektif, diperlukan proses keikutsertaan semua

pihak dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut :

1. Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen semua organ perusahaan

dan semua karyawan dengan dipelopori oleh pemegang saham.

2. Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan

pelaksanaan Good Corporate Governance dan tindakan penyempurnaan yang

diperlukan.

3. Menyusun program dan pedoman pelaksanan Good Corporate Governance.

4. Melakukan internalisasi pelaksanaan Good Corporate Governance sehingga

terbangun rasa memiliki dari semua pihak dalam perusahaan, serta

37

Page 39: USULAN PENELITIAN (1)

pemahaman atas aplikasi dari pedoman Good Corporate Governance dalam

aktivitas sehari-hari.

5. Melakukan penilaian baik secara sendiri (self assessment) maupun dengan

menggunakan jasa pihak eksternal yang independen untuk memastikan

implementasi Good Corporate Governance secara berkesinambungan.

Penilaian (assessment) ini sebaiknya dilakukan setiap tahun dan hasil

penilaian tersebut dilaporkan kepada pemegang saham pada pelaksanaan

RUPS dan kepada publik dalam laporan tahunan.

Mekanisme tata kelola organisasi pada dasarnya merupakan suatu aturan

main, prosedur-prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil

keputusan dengan pihak yang melakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut.

Mekanisme tata kelola organisasi diarahkan untuk menjamin dan mengawasi

berjalannya sistem tata kelola di dalam organisasi. Dengan mekanisme tata kelola

yang baik akan dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh

manajemen yang dapat merugikan investor/ pemegang saham yang telah

menanamkan modalnya di dalam suatu organisasi.

F.1.2.6 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance

Menurut Hery (2010:5) manfaat yang dapat diperoleh perusahaan yang

menerapkan Good corporate Governance, yaitu sebagai berikut :

1. Good Corporate Governance secara tidak langsung akan dapat mendorong

38

Page 40: USULAN PENELITIAN (1)

pemanfaatan sumber daya perusahaan ke arah yang lebih efektif dan efisien,

yang pada gilirannya akan turut membantu terciptanya pertumbuhan atau

perkembangan ekonomi nasional.

2. Good Corporate Governance dapat membantu perusahaan dan perekonomian

nasional dalam hal menarik modal investor dengan biaya yang lebih rendah

melalui perbaikan kepercayaan investor dan kreditor domestik maupun

internasional.

3. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan/ menjamin bahwa

perusahaan telah taat pada ketentuan, hukum dan peraturan.

4. Membantu manajemen dan corporate board dalam pemantauan penggunaan

aset perusahaan.

5. Mengurangi korupsi.

Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN No.117 Tahun. 2002 pada Bab II

menyatakan bahwa tujuan dari penerapan Good corporate Governance pada BUMN

adalah :

1. Memaksimalkan nilai BUMN;

2. Mendorong pengelolaan BUMN;

3. Mendorong agar keputusan yang dibuat dilandasi : nilai moral tinggi,

kepatuhan terhadap perundang-undangan, kesadaran akan tanggung jawab

sosial BUMN terhadap stakeholders dan lingkungan sekitar;

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;

39

Page 41: USULAN PENELITIAN (1)

5. Meningkatkan iklim investasi nasional;

6. Mensukseskan program privatisasi.

F.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat

dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini

telah dilakukan oleh beberapa orang. Untuk memperjelas perbedaan dan

persamaannya dengan penelitian sekarang. Maka dapat disajikan dalam tabel sebagai

berikut :

Tabel 2.1Penelitian dan Referensi Terdahulu

No Nama Peneliti/Tahun Judul Penelitian

Variabel Yang Diteliti

Hasil Penelitian

1 Surya Pratolo (2007) GCG dan Kinerja BUMN di Indonesia : Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Internal sebagai Variabel Eksogen serta tinjauannya pada jenis perusahaan

Audit Manajemen (X1), Pengendalian Internal (X2), Penerapan prinsip-prinsip GCG (Y), Kinerja Perusahaan (Z)

Audit Manajemen dan Pengendalian Intern saling mendukung dalam rangka mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja perusahaan

2 Evelyn Yusrina Sitompul (2008)

Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawas Internal (SPI) terhadap pelaksanaan GCG pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa

Variabel Independen adalah Peranan Biro SPI (X), Variabel Dependen adalah pelaksanaan GCG (Y)

Peranan Biro SPI berpengaruh terhadap pelaksanaan GCG

40

Page 42: USULAN PENELITIAN (1)

F.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

F.3.1 Kerangka Konseptual

GCG adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki

tujuan untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara

yang tidak merugikan stakeholders organisasi tersebut. Penerapan Corporate

Governance pada perusahaan akan memberikan keuntungan sebagai berikut :

1. Menurunkan risiko

2. Meningkatkan nilai saham

3. Menjamin kepatuhan

4. Memiliki daya tahan

5. Memacu kinerja

6. Meningkatkan akuntabilitas publik

7. Membantu penerimaan Negara

Melalui peranan SPI sebagai auditor internal dalam organisasi perusahaan,

maka diharapkan pula GCG dapat dilaksanakan secara optimal. Pengendalian internal

dalam perusahaan umumnya dilakukan oleh seluruh aspek sumberdaya manusia tanpa

terkecuali, namun audit internal yang menjadi pemantau atas pelaksanaan

pengendalian internal yang ada. Menurut Pratolo (2007), pengendalian internal secara

simultan dan parsial berpengaruh langsung terhadap pelaksanaa GCG. Kondisi

penerapan GCG yang belum optimal pada BUMN di Indonesia secara dominan

dipengaruhi juga oleh kondisi pengendalian internal BUMN yang belum optimal. Hal

41

Page 43: USULAN PENELITIAN (1)

ini juga mengindikasikan bahwa, buruknya pengendalian internal juga sebagai

dampak buruknya peranan audit internal.

Berdasarkan uraian tersebut, penulisan merumuskan kerangka konseptual

sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

F.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban ataupun dugaan sementara terhadap suatu

masalah yang dihadapi, yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut melalui

analisa data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Hipotesis penelitian ini adalah

peranan auditor internal berpengaruh terhadap penerapan tata kelola (GCG) pada PT.

Angkasa Pura I.

G. Metode Penelitian

G.1 Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif

berbentuk asosiatif dengan hubungan kausalitas. Desain kausal berguna untuk

42

Peranan Audit Internal (X)

Penerapan GCG (Y)

Page 44: USULAN PENELITIAN (1)

mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk manganalisis

bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar,2003:30). Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh peranan audit internal sebagai variabel

independen terhadap penerapan tata kelola (GCG) sebagai variabel dependen.

G.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah objek yang diteliti dan dianalisis. Dalam penelitian

ini, yang menjadi objek penelitian adalah audit internal dan Good Corporate

Governance pada sebuah perusahaan BUMN yaitu PT. Angkasa Pura I yang

berkantor di Jalan Raya Gusti Ngurah Rai, Bali 80362. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara peranan audit internal terhadap

penerapan tata kelola (Good Corporate Governance).

G.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau

narasumber. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil

kuesioner yang telah diisi oleh seluruh pegawai SPI.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa sejarah

perusahaan singkat berdirinya perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.

43

Page 45: USULAN PENELITIAN (1)

G.4 Metode Penentuan

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subyek yang

mempunyai kausalitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dapat dipelajari dan kemudian akan ditarik kesimpulannya mengenai populasi

tersebuut (Sugiyono,2008). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai

bagian SPI PT. Angkasa Pura I yang berjumlah 14 responden. Sampel penelitian ini

adalah seluruh populasi penelitian. Menurut Erlina (2007:72), jika peneliti

menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian, maka disebut sensus,

jika sebagian saja disebut sampel. Dengan demikian metode pengambilan sampel

yang digunakan adalah sensus. Maka itu, data kuantitatif yang diperoleh melalui

pendistribusian kuesioner terhadap seluruh pegawai yang ada pada bagian SPI PT.

Angkasa Pura I. Hasil kuesioner tersebutlah yang dijadikan sebagai acuan untuk

diolah dengan menggunakan alat SPSS versi 20.0.

G.5 Metode Pengumpulan Data

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono,2008:199). Dengan mengumpulkan data primer yang berupa

kuesioner, ada beberapa langkah yang dilakukan penulis, yaitu:

1. Memberikan kuesioner kepada seluruh responden

44

Page 46: USULAN PENELITIAN (1)

2. Responden meminta waktu satu minggu untuk mempelajari dan mengisi

kuesioner tersebut

3. Kuesioner yang dikembalikan sebanyak 14 kuesioner

Data sekunder yang berupa sejarah perusahaan dan struktur organisasi

perusahaan yang didapatkan langsung dari perusahaan.

G.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan variabel

dependen.

1. Variabel Bebas (Independent Variable) yaitu peranan Audit Internal

Audit internal (SPI) adalah satu bagian dalam perusahaan yang berfungsi

sebagai aparat pengawasan internal PT. Angkasa Pura I yang bertugas

melakukan pengendalian dan konsultasi secara objektif dan independen

terhadap aktivitas/operasi perusahaan untuk member nilai tambah dan

meningkatkan operasi perusahaan serta membantu organisasi dalam

mengefektifkan manajemen risiko. Kuesioner yang digunakan pada

penelitian untuk variabel X diadaptasi dari kuesioner yang dipublikasikan

oleh PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Kuesioner ini dibentuk dan

disesuaikan dengan PT. Angkasa Pura I, mengingat bahwa segmen kedua

perusahaan ini berbeda. Variabel ini diperoleh dari hasil kuesioner dan diukur

dengan skala likert yaitu pengukuran sikap dengan menyatakan setuju atau

45

Page 47: USULAN PENELITIAN (1)

tidak setuju, dimana poin 1 (sangat tidak setuju), poin 2 (tidak setuju), poin 3

(netral), poin 4 (setuju), dan poin 5 (sangat setuju).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) yaitu penerapan GCG

Sederhananya GCG diartikan sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk

mengarahkan dan mengendalikan organisasi. GCG merupakan variabel

dependen dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini setiap responden diminta

untuk menunjukkan apakah mereka setuju dengan pernyataan yang terdapat

dalam kuesioner mengenai elemen-elemen GCG. Terdapat lima elemen GCG

yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan

kewajaran. Kuesioner untuk elemen-elemen GCG tersebut disusun oleh

penulis sendiri sesuai dengan Buku Pedoman GCG Indonesia 2006 yang

dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance. Dalam kuesioner

penerapan GCG, seluruh elemen GCG digabung untuk memudahkan analisis

statistik. Hal ini dikarenakan penulis tidak menggunakan sub variabel

dependen dan penelitian ini hanya menggunakan dua variabel saja. Agar tidak

terjadi kesalahpahaman, maka penulis akan mengelompokkan pernyataan-

pernyataan yang ada dengan elemen-elemen GCG yang ada. Berikut ini

adalah pengelompokkannya.

1) Pernyataan 1-6 mencakup elemen transparansi

2) Pernyataan 7-11 mencakup elemen kemandirian

3) Pernyataan 12-16 mencakup elemen akuntabilitas

46

Page 48: USULAN PENELITIAN (1)

4) Pernyataan 17-21 mencakup elemen pertanggungjawaban

5) Pernyataan 21-26 mencakup elemen kewajaran

Variabel dependen ini diperoleh dari hasil kuesioner dan diukur dengan skala

likert yaitu pengukuran sikap dengan menyatakan setuju atau tidak setuju,

dimana poin 1 (sangat tidak setuju), poin 2 (tidak setuju), poin 3 (netral), poin

4 (setuju), dan poin 5 (sangat setuju).

G.7 Uji Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen dalam penelitian ini yaitu dengan menguji validitas dan

reliabilitas instrumen. Mengingat adanya pengumpulan data melalui kuesioner,

amaka kesungguhan responden menjawab merupakan suatu hal yang penting.

Instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil

yang valid dan reliable. Data yang telah terkumpul diuji dengan bantuan komputer

dengan Program SPSS versi 20.0 yang merupakan program pengolah data statistik

sebagai berikut :

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah teknik analisis data yang digunakan untuk mengukur

seberapa kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Menurut Sugiyono

(2008:172), bahwa instrumen valid adalah suatu instrumen yang dapat digunakan

untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan

valid apabila pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut mampu

47

Page 49: USULAN PENELITIAN (1)

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Hasil pengujian

validitas ditentukan dengan nilai signifikansi. Jika tingkat signifikansi tersebut lebih

kecil dari 0.05 maka instrumen penelitian ini adalah valid. Pengolahan validitas

dapat menggunakan Correlation Pearson dimana untuk mengetahui tidak adanya

hubungan dua variabel. Apabila nilai korelasi F hitung > 0.30 maka dapat diambil

kesimpulan bahwa item tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu teknik analisis data yang digunakan untuk

mengukur konsistensi suatu variabel pada penelitian. Kuesioner dapat dikatakan

reliable atau handal apabila jawaban ata pertanyaan yang diberikan adalah konsisten

atau dengan kata lain instrument tersebut stabil dari waktu ke waktu

(Ghozali,2009:45). Teknik yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrument

dalam penelitian ini adalah CrnbachAlpha. Suatu variable dikatan reliable jika

memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali,2009:46).

G.8 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Model ini

mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang

bersifat linier, yang melibatkan satu variabel bebas sebagai alat prediksi besarnya

nilai variabel terikat, Rochaety,dkk.(2007:131). Sesuai dengan hipotesis yang diuji

dalam penelitian ini maka persamaan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut :

48

Page 50: USULAN PENELITIAN (1)

Y = a + bX + e

Keterangan :

Y = Variabel dependen yakni penerapan GCG

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X =Variabel Independen yakni peranan Audit Internal

e = Error (tingkat kesalahan)

G.9 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini

dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah

sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal

atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik. Penelitian ini

menggunakan analisis grafik dan analisis statistik untuk mengetahui apakah distribusi

sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dengan

menggunakan uji grafik dilakukan dengan dua cara yaitu melalui grafik histogram

dan normal PP Plot, sedangkan dengan uji statistik digunakan uji Kolmogorov-

Smirnov (K-S).

2. Uji heteroskedastisitas

49

Page 51: USULAN PENELITIAN (1)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap,

maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut

heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada

grafik scatterplot di sekitar nilai residual dan variabel dependen suatu penelitian. Jika

terdapat pola tertentu maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas.

G.10 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan regresi linier sedrehana.

Analisis regresi linier sederhana adalah apabila terdapat hubungan kausal (sebab

akibat) antara satu variabel bebas (independen) dengan satu variabel terikat

(dependen). Pada penelitian ini hanya menggunakan uji signifikansi parsial (Uji-t).

1. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Menurut Ghozali (2005:56), “uji-t digunakan untuk menentukan apakah dua

sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda”. Uji ini

menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependen. Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi

thitung dengan ketentuan :

Jika signifikansi thitung < 0,05, maka Ha diterima

Jika signifikansi thitung > 0,05, maka Ha ditolak

50

Page 52: USULAN PENELITIAN (1)

2. Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan variabel-variabel independen dapat menjelaskan variasi dalam variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah anatar nol sampai denagn satu. Hal ini

berarti jika R2 = 0 menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Bila nilai R2 mendekati nol,menunjukkan

semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel dependen,

sebaliknya jika nilai R2 mendekati satu menunjukkan semakin besar pengaruh

variabel independen terhadap variasi variabel dependen.

51

Page 53: USULAN PENELITIAN (1)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing : Petunjuk Praktis Akuntansi oleh Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat

Arens, Alvin A. Elder, J.Randal . Beasley, S.Mark. Jusuf, Amir. 2008. Jilid I, Edisi Ke Duabelas. Auditing dan Jasa Assurance, alih bahasa oleh Herman Wibowo. Jakarta : Erlangga.

Arens, Alvin A. Elder, J.Randal . Beasley, S.Mark. Jusuf, Amir. 2011. Jasa Audit dan Assurance, alih bahasa oleh Desti Fitriani. Jakarta : Erlangga.

Cahyaningsih & Venty. 2011. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung jawab Sosial.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang

Hery. 2010. Cetakan Kesatu. Potret Profesi Audit Internal. Bandung : Alfabeta.

Islahuzzaman. 2012. Istilah-istilah Akuntansi. Jakarta : Bumi Aksara.

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. 117 Tahun. 2002 Pasal 1tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Kumaat, Valery.G. 2011. Internal Audit. Jakarta : Erlangga.

Kurniawan, Ardeno. 2012. Audit Internal Nilai Tambah Bagi Organisasi. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.

Mansyur, Syuhada. 2012. Pelaporan Corporate Social Responsibility Perbankan Syariah Dalam Perspektif Syariah Enterprise Theory.

Mulyadi. 2010. Jilid I, Cetakan ke Tujuh. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

52

Page 54: USULAN PENELITIAN (1)

Nurafrillia, Nindya. 2012. Pengaruh Implementasi Sistem Enterprise Resource Planning Terhadap Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen.

Peraturan Pemerintah. Pasal 46 Nomor. 3 tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan, Perum, dan Persero.

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap, Azhar Maksum, Desember (2005):1-3.

Riswandi, Budi (Fenomena Vol.4 No.2 September 2006 : 122-123)

Sela. 2012. Pengaruh Audit Terhadap Pencapaian Good Corporate Governance.

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Undang-Undang Pemerintah Nomor. 19 Tahun. 2003 Pasal 1 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Undang-undang Pemerintah Nomor. 40 Tahun. 2007 Pasal 1 tentang Perseroan Terbatas.

Tunggal, Widjaja, Amin. 2012. The Fraud Audit (Mencegah dan Mendeteksi Fraud). Jakarta : Harvarindo.

Universitas Pasundan. 2009. Pedoman Penyusunan Skripsi dan Sidang Ujian Akhir. Bandung : Fakultas Ekonomi.

Zarkasyi, Wahyudin. Moh. 2008. Cetakan Kesatu. Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung : Alfabeta.

http://www.angkasapura1.co.id/cabang/bandar-udara-internasional-ngurah-rai (Diakses 14 Mei 2015)

http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=2875 (Diakses 14 Mei 2015)

53

Page 55: USULAN PENELITIAN (1)

54