usulan penelitian empiris
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
1/34
USULAN PENELITIAN
KESADARAN HUKUM MASYARAKAT
SEBAGAI PENGGUNA JALAN DI KOTA DENPASAR
DEWA PUTU TAGEL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
i
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
2/34
USULAN PENELITIAN
KESADARAN HUKUM MASYARAKAT
SEBAGAI PENGGUNA JALAN DI KOTA DENPASAR
DEWA PUTU TAGEL
NIM : 0990561036
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
DAFTAR ISI
ii
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
3/34
SAMPUL DEPAN
...................................................................................................................
...................................................................................................................
i
...................................................................................................................
SAMPUL DALAM
...................................................................................................................
...................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................
...................................................................................................................
iii
1. PENDAHULUAN
............................................................................................................
............................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang
.....................................................................................................
.....................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
10
1.3 Ruang Lingkup Masalah
.....................................................................................................
.....................................................................................................
11
1.4 Tujuan Penelitian
iii
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
4/34
.....................................................................................................
.....................................................................................................
11
1.5 Manfaat Penelitian
.....................................................................................................
.....................................................................................................
12
2. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
............................................................................................................
............................................................................................................
12
2.1 Landasan Teori
.....................................................................................................
.....................................................................................................
12
2.2 Kerangka Berpikir
.....................................................................................................
.....................................................................................................
19
3. METODE PENELITIAN
............................................................................................................
............................................................................................................
20
3.1 Jenis Penelitian
.....................................................................................................
.....................................................................................................
20
3.2 Sifat Penelitian
.....................................................................................................
.....................................................................................................
21
iv
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
5/34
3.3 Data dan Sumber Data
.....................................................................................................
.....................................................................................................
21
3.4 Teknik Pengumpulan Data Hukum
.....................................................................................................
.....................................................................................................
23
3.5 Teknik Penentuan Sampel Penelitian
.....................................................................................................
.....................................................................................................
23
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
.....................................................................................................
.....................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA
v
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
6/34
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pergaulan hidup diatur oleh berbagai macam kaidah atau norma
yang pada hakekatnya bertujuan untuk menciptakan kehidupan bersama
yang tertib dan tentram. Untuk menciptakan kehidupan yang tertib dan
tentram tersebut, maka diperlukan sarana yang mempunyai kekuatan
dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Setiap masyarakat memerlukan suatu mekanisme pengendalian
sosial agar sesuatunya berjalan dengan tertib. Mekanisme pengendalian
sosial (mechanism of social control) adalah segala proses yang
direncanakan maupun tidak direncanakan untuk mendidik, mengajak atau
bahkan memaksa para warga masyarakat agar menyesuaikan diri dengan
kaidah-kaidah dan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang bersangkutan.1
Kebutuhan bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya
merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia. Perpindahan
manusia tersebut didasari dari kenyataan bahwa sumber kehidupan
manusia tidak terdapat di sembarang tempat. Untuk itu diperlukan sarana
ataupun prasarana transportasi guna mendukung pergerakan manusia
dalam pemenuhan kebutuhannya.
Bentuk perpindahan manusia atau barang tersebut secara fisik
dapat dilihat dari besarnya hubungan lalu lintas melalui suatu prasarana
penghubung yang disebut dengan jalan. Oleh sebab itu, jalan sebagai
1
Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,hal. 179.
1
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
7/34
prasarana perangkutan diharapkan dapat menampung semua kendaraan
yang melintas dan memberikan pelayanan yang baik bagi semua
pengguna jalan.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat baik dari segi kuantitas
maupun kualitas harus dibarengi dengan peningkatan, pengembangan
dan pengaturan transportasi yang cepat dan lebih baik yaitu peningkatan
ketersediaan prasarana dan sarana perangkutan baik berupa jalan maupun
fasilitas lainnya yang dapat menunjang kegiatan transportasi. Akan tetapi
kenyataannya bahwa peningkatan sarana maupun prasarana tak bisa
mengimbangi peningkatan kebutuhan dan perpindahan tersebut.
Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk
mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat,
lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, serta menjangkau seluruh
pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan
stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan
nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Penanganan lalu lintas dan permasalahannya perlu dilakukan
suatu penguraian dari setiap komponen yang terlibat didalamnya baik
secara langsung maupun tidak langsung yang akan berpengaruh terhadap
situasi lalu lintas jalan raya sehingga dapat ditemukan solusi terbaik dan
terintegrasi dalam suatu program kegiatan yang mampu mengakomodir
setiap komponen tersebut dengan harapan upaya penanganan dapat
berhasil sesuai dengan harapan ataupoint goal, terpeliharanya keamanan,
2
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
8/34
keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas guna mendukung
terselenggaranya pembangunan nasional.
Dari hasil pengamatan, faktor yang berpotensi menimbulkan
permasalahan terhadap Keamanan, Keselamatan, Ketertiban dan
Kelancaran lalu lintas antara lain :
a. Prasarana
Jalan yang dioperasional harus dilengkapi dengan prasarana
jalan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang
Nomor 22 tahun 2009 menyatakan bahwa : Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan
Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan,
alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitaspendukung.
b. Lokasi Jalan :
1. Dalam kota (di daerah pasar, pertokoan, perkantoran, sekolah,
perumahan),
2. luar kota (pedesaan, penghubung antar daerah).
c. Volume Lalu Lintas
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa makin padat lalu lintas
jalan, makin banyak pula kecelakaan yang terjadi, akan tetapi
kerusakan tidak fatal, makin sepi lalu lintas makin sedikit
kemungkinan kecelakaan akan tetapi kerusakan akan sangat tinggi.
Adanya komposisi lalu lintas seperti tersebut, diharapkan pada
3
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
9/34
pengemudi yang sedang mengendarai kendaraannya agar selalu
berhati-hati dengan keadaan tersebut.
d. Kelas Jalan
Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan
angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas, Pembagian jalan dalam
beberapa kelas didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan
moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan
karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi
kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor
serta konstruksi jalan, penetapan kelas jalan pada ruas-ruas jalan
wajib dinyatakan dengan rambu-rambu.
e. Fasilitas pendukung
Fasilitas pendukung meliputi fasilitas pejalan kaki, parkir pada badan
jalan, halte, tempat istirahat, dan penerangan jalan. Fasilitas pejalan
kaki terdiri dari trotoar : tempat penyeberangan yang dinyatakan
dengan marka jalan dan/atau rambu-rambu, jembatan penyeberangan
dan terowongan penyeberangan.
Pembangunan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan ditata
dalam satu kesatuan sistim dengan mengintegrasikan dan
mendinamisasikan unsur-unsur seperti jaringan transportasi jalan,
kendaraan maupun manusia sebagai penggunanya.
Jalan sebagai salah satu unsur transportasi tidak dapat dipisahkan
dari unsur-unsur transportasi lain yang ditata dalam sistem transportasi
4
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
10/34
nasional yang dinamis dan mampu mengadaptasi kemajuan di masa
depan, mempunyai karakteristik yang mampu menjangkau seluruh
pelosok wilayah daratan dan memadukan unsur-unsur transportasi
lainnya.
Jaringan transportasi jalan merupakan serangkaian simpul
dan/atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas
sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. Menurut Pasal 1 angka
12 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, dinyatakan bahwa :
Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas
umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 27 Undang-undang No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dinyatakan bahwa :
Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan untuk berlalu
lintas.
Penanganan faktor jalan merupakan sebuah ranah yang memiliki
kompleksitas kepentingan serta tanggung jawab yang melibatkan
berbagai instansi terkait, sehingga dalam penanganannya perlu dilakukan
koordinasi yang komprehensip antar instansi tersebut, dimana setiap
instansi berkewajiban memberikan masukan dilengkapi dengan data dan
5
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
11/34
fakta serta analisis sesuai dengan bidang tugasnya untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam merumuskan solusi secara bersama.
Interaksi antara faktor Manusia, Kendaraan, Jalan dan
Lingkungan sangat bergantung dari perilaku Manusia sebagai pengguna
jalan menjadi hal yang paling dominan terhadap Keamanan, keselamatan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas, hal ini sangat ditentukan oleh
beberapa indikator yang membentuk sikap dan perilakunya di Jalan raya
berupa :
a. Mental
Mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna jalan
merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh
terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan-santun, toleransi antar
pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta
kepedulian pengguna jalan di jalan raya akan menimbulkan sebuah
interaksi yang dapat mewarnai situasi lalu lintas berupa hasil yang
positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan dan kelancaran
lalu lintas maupun dampak negatif yang dapat menimbulkan
kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas,
sehingga mentalitas pengguna Jalan merupakan suatu hal yang
fundamental dalam mewujudkan situasi lalu lintas yang baik.
Mental dan perilaku pengguna jalan merupakan suatu
cerminan budaya berlalu lintas, hal ini tidak dapat dibentuk secara
instant oleh suatu lembaga tertentu, baik itu lembaga pendidikan
6
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
12/34
maupun lembaga lainnya, tetapi terbentuk secara berkesinambungan
mulai kehidupan sehari-hari dalam keluarga, lingkungan dan situasi
lalu lintas yang kasat mata secara keseharian selalu terlihat oleh
pengguna jalan sehingga membentuk kultur mentalitas berlalu lintas
seseorang.
b. Pengetahuan
Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan,
Keselamatan, Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah
dilakukan pengaturan yang disesuaikan dengan perkembangan
situasi lalu lintas yang ada dengan mempertimbangkan
perkembangan teknologi di bidang transportasi baik yang
berhubungan dengan kendaraan, sarana dan prasarana jalan serta
dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas
dan jelas serta telah melalui proses sosialisai secara bertahap
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di jalan raya.
Setiap Pengguna Jalan wajib memahami setiap aturan yang
telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang,
Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga
terdapat satu persepsi dalam berinteraksi di jalan raya.
Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap
aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan yang
berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik
antar pengguna jalan itu sendiri maupun antara pengguna jalan
7
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
13/34
dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan penegakkan
hukum di jalan raya.
Selain pemahaman terhadap pengetahuan tentang peraturan
perundang-undangan yang berlaku, pengetahuan tentang
karakteristik kendaraan merupakan suatu hal yang tidak dapat
diabaikan, setiap kendaraan memiliki karakteristik yang berbeda
dalam penanganannya, pengetahuan terhadap karakteristik
kendaraan sangat berpengaruh terhadap operasional kendaraan di
jalan raya yang secara otomatis akan berpengaruh pula terhadap
situasi lalu lintas jalan raya, pengetahuan tentang karakteristik
kendaraan bisa didapat dengan mempelajari buku manual kendaraan
tersebut serta dengan mempelajari karakter kendaraan secara
langsung (fisik).
c. Keterampilan
Kemampuan dalam mengendarai kendaraan baik kendaraan
bermotor maupun kendaraan tidak bermotor di jalan raya akan
berpengaruh besar terhadap situasi lalu lintas, keterampilan
mengendalikan kendaraan merupakan suatu keharusan yang mutlak
demi keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaraan lalu lintas
baik bagi pengemudi/pengendara kendaraan tersebut maupun
pengguna jalan lainnya.
Lisensi terhadap kemampuan dalam mengendalikan
kendaraan di wujudkan secara formal melalui Surat Izin Mengemudi
8
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
14/34
yang di keluarkan oleh Kepolisian sesuai dengan peruntukan
kendaraan bermotor yang dikemudikan/dikendarai oleh pengguna
jalan sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bab VIII tentang Pengemudi.
Keterampilan mengendalikan (Mengendarai/Mengemudi)
kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak
bermotor diperoleh melalui serangkaian pelatihan sebelum
mengajukan Lisensi keterampilannya (SIM), secara formal khusus
untuk kendaraan bermotor setiap pemohon SIM diwajibkan telah
memiliki ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor yang
dapat diperoleh baik melalui lembaga pendidikan dan pelatihan
mengemudi maupun tidak melalui lembaga pendidikan dan pelatihan
mengemudi yang berarti pemohon telah melalui proses pelatihan
keterampilan sebelum dilanjutkan proses pengujian keterampilannya
untuk mendapatkan SIM.
Situasi lalu lintas saat ini khususnya di kota-kota besar diwarnai
dengan mobilitas masyarakat yang cukup tinggi, dimana pertambahan
kendaraan cukup pesat namun kurang diimbangi dengan penambahan
sarana dan prasarana jalan, selain itu masih rendahnya kesadaran hukum
masyarakat dalam mematuhi peraturan lalu lintas (traffic regulations),
adalah beberapa faktor yang mempengaruhi belum terwujudnya sistem
perlalu lintasan yang aman, tertib dan lancar (traffic savety).
9
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
15/34
Budaya hukum yang berkembang dimasyarakat kita ternyata lebih
banyak mencerminkan bentuk prilaku opportunis yang dapat diibarat
mereka yang berkenderaan berlalu lintas di jalan raya, ketika lampu
merah dan kebetulan tidak ada polisi yang jaga maka banyak diantara
mereka nekat tetap jalan terus dengan tidak mengindahkan atau
memperdulikan lampu merah yang sedang menyala.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut, apabila
dianalisa dan dievaluasi lebih lanjut ternyata banyak disebabkan oleh
faktor manusia sebagai pengguna atau pemakai jalan. Polri khususnya
satuan lalu lintas telah berupaya secara terus menerus baik melalui
kegiatan preventif meliputi kegiatan penjagaan, pengaturan, patroli dan
penyuluhan tentang pengetahuan lalu lintas maupun kegiatan dalam
penegakan hukum berupa penindakan terhadap para pelaku pelanggaran
lalu lintas sebagai salah satu upaya untuk menumbuhkan efek jera dalam
melakukan pelanggaran lalu lintas, namun hasilnya belum memberikan
kontribusi yang signifikan dalam rangka menumbuhkan dan mewujudkan
keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Oleh karena masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat
dalam menggunakan jalan, maka dalam penelitian ini diberi judul
Kesadaran Hukum Masyarakat Sebagai Pengguna Jalan di Kota
Denpasar
10
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
16/34
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini, antara lain :
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kesadaran hukum
masyarakat dalam menggunakan jalan di kota Denpasar?
2. Hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota
Denpasar?
3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini, lingkup permasalahan dibatasi pada
kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan yang mencakup
faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat,
hambatan-hambatan dan upaya-upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di
Kota Denpasar terhadap pelaksanaan UU No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
11
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
17/34
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji
kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota
Denpasar.
1.4.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran
hukum masyarakat dalam menggunakan jalan di Kota Denpasar.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna
jalan di Kota Denpasar.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna
jalan di Kota Denpasar.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis bagi pengembangan ilmu hukum, serta dapat digunakan
sebagai acuan oleh pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian
lebih mendalam tentang Kesadaran Hukum Masyarakat.
12
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
18/34
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijakan tentang penerapan hukum terhadap pengguna jalan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat sebagai acuan penggunaan jalan sehingga terwujud
keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
2. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Landasan Teoritis
Landasan teoritis dari penelitian ini meliputi teori-teori, konsep-
konsep dan pendangan para sarjana.
a. Teori.
Ada tiga teori yang digunakan sebagai landasan teoritis dalam
penelitian ini yaitu : 1) Teori Sistem Hukum (Legal System Theory),
2) Teori Efektifitas Hukum dan 3) TeoriPragmatic Legal Realism.
1. Teori Sistem Hukum (Legal System Theory) dari Lawrence M.
Friedman. Inti teorinya adalah : suatu sistem hukum terdiri dari tiga
komponen. Tiga komponen sistem hukum tersebut yaitu :
a. Legal Substance ( Substansi hukum)
The substance is composed of substantive rules and rules
about how institutions should behave 2. (substansi terdiri dari
2 Lawrence M. Friedman, 1975, The Legal System A Social Sentence Perpective, Rusell Sage
Foundation, New York, hal. 14.
13
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
19/34
aturan substantif dan aturan tentang bagaimana lembaga-
lembaga harus bersikap). Substansi di sini dimaksudkan adalah
aturan atau norma, substansi juga berarti produk atau aturan
baru yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem
hukum itu, yang dipakai pada waktu melaksanakan.
b. Legal Structure (Struktur hukum)
Structure, to be sure, is one basic and obvious element of the
legal system .... The structure of a system is its skeletal
fremework, it is the elements shape, the institutional body of the
system 3.. (struktur adalah satu dasar dan merupakan unsur
nyata dari sistem hukum. Struktur dalam sebuah sistem adalah
kerangka permanen, atau unsur tubuh lembaga dalam sistem
hukum). Dalam hal ini adalah institusi penegak hukum yang
merupakan unsur nyata dari suatu sistem hukum.
c. Legal Culture (Budaya hukum)
Legal culture refers, then, to those parts of general culture,
customs, opinion, ways of doing and thinking, that bend social
forces toward or away from the law and in particular ways4
.
(budaya hukum bagian dari budaya pada umumnya, berupa adat
istiadat, pandangan, cara berpikir dan bertingkah laku,
kesemuanya itu dapat membentuk kekuatan sosial yang bergerak
mendekati hukum dan cara-cara tertentu). Maksudnya adalah
3
Ibid.4Ibid, hal. 15.
14
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
20/34
sikap prilaku manusia, kebiasaan-kebiasaan yang dapat
membentuk kekuatan-kekuatan sosial untuk mentaati hukum
atau sebaliknya melanggar hukum. Dengan kata lain budaya
hukum adalah bentuk prilaku masyarakat bagaimana hukum
digunakan, dipatuhi dan ditaati.
Ketiga komponen sistem hukum tersebut digunakan untuk
mengkaji kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan
di Kota Denpasar.
2. Teori Efektivitas Hukum dari Soerjono Soekanto. Inti teorinya
adalah hukum berlaku efektif ditentukan oleh lima faktor. Kelima
faktor yang menentukan efektivitas berlakunya hukum adalah :
a. Faktor Hukumnya sendiri.
b. Faktor Penegak hukum, yakni pihka-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut
berlaku atau diterapkan.
e. Faktor Kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.5
Apabila hukum berlaku efektif maka akan menimbulkan
perubahan, dan perubahan itu dapat dikatagorikan sebagai
perubahan sosial. Dalam pandangan ini Soerjono Soekamto
5 Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan hukum, Rajawai
Pers, Jakarta, hal. 8.
15
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
21/34
mengemukakan bahwa, dalam setiap proses perubahan senantiasa
akan dijumpai faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan, baik
yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri maupun yang
berasal dari luar masyarakat tersebut.6 Teori efektivitas hukum
dapat digunakan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota
Denpasar.
3. Teori Pragmatic Legal Realism dari Rescoe Pound. Inti teorinya
adalah hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat ( law as a
tool of social engeneering). Artinya hukum dapat berperan
memimpin perubahan dalam kehidupan masyarakat untuk
mewujudkan ketertiban, termasuk di dalam pemakaian tanah dana
bukti. Teori Pragmatic Legal Realism digunakan untuk mengkaji
hambatan-hambatan dan upaya penanggulangannya dalam
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna
jalan di Kota Denpasar.
b. Konsep
Konsep-konsep yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini
adalah :
1. Kesadaran Hukum
6
Soerjono Soekanto, 1993, Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum, Bina Aksara, Jakarta,hal. 17.
16
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
22/34
Suatu aturan hukum hanya akan efektif apabila selaras
dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.7 Walaupun hukum
yang dibuat itu memenuhi persyaratan yang ditentukan secara
filosofis dan yuridis, tetapi kalau kesadaran hukum masyarakat
tidak mempunyai respon untuk mentaati dan mematuhi peraturan
hukum tidak ada, maka peraturan hukum yang dibuat itu tidak akan
efektif berlakunya.8 Artinya efektivitas suatu aturan hukum, selain
berisikan norma-norma yang hidup dalam masyarakat juga
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kesadaran hukum
masyarakat. Tujuan dari hukum adalah tercapainya keadilan,
ketertiban dan kepastian. Di samping kepastian hukum juga
diharapkan suatu kesadaran hukum, karena kesadaran hukum
terkait dengan ketaatan terhadap hukum.9
Dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia, yang disebut
dengan kesadaran hukum adalah kesadaran seseorang akan nilai-
nilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai hukum yang ada,
kesadaran seseorang akan pengetahuan bahwa suatu prilaku
tertentu diatur oleh hukum.10
7 H.R.Otje Salman Soemodiningrat, 2009, Filsafat Hukum (Perkembangan dan Dinamika
Masalah), Refika Aditama, Badung, hal. 72.
8 Abdul Manan, 2005,Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, hal.97.
9 H.R. Ojte Salman Soemodiningrat, 1989, Beberapa Aspek Sosiologi Hukum, Alumni,
Bandung, hal. 52.
10 Istiyono Wahyu Y., Ostaria Silaban, 2006, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Karisma
Publishing Group, Jakarta, hal. 499.
17
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
23/34
Kesadaran hukum masyarakat tidak identik dengan
kepatuhan hukum masyarakat itu sendiri. Kepatuhan hukum pada
hakikatnya adalah kesetiaan seseorang atau subyek hukum terhadap
hukum itu yang diwujudkan dalam bentuk prilaku nyata, sedangkan
kesadaran hukum masyarakat masih bersifat abstrak belum
merupakan bentuk prilaku nyata yang mengakomodir kehendak
hukum itu sendiri. Banyak diantara anggota masyarakat sebenarnya
sadar akan perlunya penghormatan terhadap hukum secara rational
namun mereka cenderung tidak patuh terhadap hukum.
2. Masyarakat
Dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan masyarakat adalah sejumlah orang dalam kelompok
tertentu yang membentuk perikehidupan berbudaya.11
Menurut Soerjono Soekanto, pada dasarnya masyarkat
memiliki beberapat unsur, antara lain :
a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama.
b. Bercampur dalam waktu yang cukup lama. Manusia mempunyai
keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-
perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem
komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
antar manusia dalam kelompok tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem
kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap
anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.12
3. Pengguna Jalan
11Ibid, hal. 370.12 Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,
hal. 22.
18
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
24/34
Dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Jalan disamakan
dengan perlintasan yaitu tempat untuk lalu lintas orang atau
kendaraan barat.13
Menurut Pasal 1 angka 12 Undang-undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan
bahwa : jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu
Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. Selanjutnya
pada Pasal 1 angka 27 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009,
menyatakan bahwa : pengguna jalan adalah orang yang
menggunakan jalan untuk berlalu lintas.
2.2 Kerangka Berpikir
13Ibid, hal. 234.
19
LEGAL SUBSTANCE
KESADARAN HUKUM
MASYARAKAT
SEBAGAI PENGUNA
JALAN
LEGAL
STRUCTURE
LEGAL
CULTURE
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
25/34
Keterangan :
Kesadaran hukum masyarakat sebagai penguna jalan, tidak lepas
dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel-variabel yang mempengaruh
adalah variabel substansi hukumnya (legal substance), variabel struktur
hukum (legal structur), variabel budaya hukum (legal culture), variabel
masyarakat dan variabel Sarana atau fasilitas. Variabel-variabel itu
merupakan turunan dari teori Lawrwnce M. Friedman dan turunan teori
Soerjono Soekanto. Apabila salah satu varibel-variabel tersebut dilangar,
maka kesadaran hukum masyarakat berkurang.
Ketidak adanya kesadaran hukum masyarakat, maka di perlukan upaya
untuk melakukan pembaharuan prilaku masyarakat guna mengara pada
kepatuhan dan ketaatan.
20
PERILAKU MASYARAKAT AGAR
MENUJU PADA KESADARAN
HUKUM
MASYARAKAT SARANA/
FASILITAS
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
26/34
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam sebuah penelitian hukum, menurut Soerjono
Soekanto dapat dilakukan melalui penelitian hukum normatif,
penelitian hukum sosiologi, empiris atau keduanya. 14
Berdasarkan jenis- jenis penelitian tersebut, maka penelitian
ini termasuk penelitian ilmu hukum dengan aspek empiris yaitu
penelitian tentang fakta-fakta sosial masyarakat atau fakta tentang
berlakunya hukum ditengah-tengah masyarakat.15 Penelitian semacam
ini juga disebut socio legal research.16 Penelitian empiris ini berguna
untuk mengetahui tingkat kesadaran hukum masyarakat dalam
menggunakan jalan di Kota Denpasar dengan mengacu pada Undang-
undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3.2 Sifat Penelitian
Penelitian hukum empiris dapat dibedakan menurut sifatnya yaitu
eksploratif, deskriptif dan eksplanatoris. Dalam penelitian hukum ini
bersifat deskriptif.
Penelitian yang sifatnya deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala
atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala,
14 Soerjono Soekanto, 1984,Pengantar Penelitian Hukum, UII-Press, Jakarta, hal. 201.
15 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung,
hal. 135.
16 Bambang Sunggono, 2003,Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pres, Jakarta, hal. 41.
21
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
27/34
atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala
dengan gejala lain dalam masyarakat.17
Oleh karena itu, dalam penelitian ini bersifat deskriptif karena
penelitian ini mengkaji gejala atau kelompok tertentu yaitu kesadaran
hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar.
3.3 Data dan Sumber Data
a. Jenis Data.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer yaitu data dasar yang diperoleh
langsung dari sumber pertama. Data sekender adalah data-data yang
diperoleh secara tidak langsung dari sumber pertamanya, melainkan
diperoleh melalui penelitian kepustakaan.
b. Sumber data.
Terry Hutchinson menyatakan bahwa non doctrinal research
is characterised by a lesser emphasis on the primary and secondary
source of law18 yang dapat diterjemahkan kurang lebih : penelitian
non doktrinal ditandai dengan penekanan pada sumber hukum primer
dan sumber hukum skunder.
17 PS. Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unud, 2008, Pedoman Penulisan UsulanPenelitian dan Tesis, PS. Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unud, Denpasar, hal. 37.
18 Terry Hutchinson, 2002, Researching and Writing in Law, Lawbook Co, Riverwood,
NSW, hal. 18.
22
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
28/34
Dalam Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan
sumber data sekunder. Data primer bersumber dari hasil penelitian
langsung di lapangan dari sumber pertama yaitu informan dan
responden melalui wawancara yang dilakukan di wilayah Kota
Denpasar. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari
penelitian kepustakaan dalam berbagai bentuk bahan-bahan hukum :
1. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat
yaitu Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
2. Bahan hukum sekunder meliputi hasil penelitian hukum, jurnal,
artikel dan literatur hukum maupun bukan hukum yang terkait
dengan penelitian. Menurut Robert Watt bahwa bahan hukum
sekunder All of the other materials in the library are used
basically to assist the researcher in understanding the law, and
this group we call secondary materials19 yang dapat
diterjemahkan kurang lebih : semua bahan perpustakaan pada
dasarnya digunakan untuk membantu peneliti dalam mamahami
hukum dan bagian ini disebut bahan hukum sekunder.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
19
Robert Watt, 2001, Concise Lagal Research, The Federation Press, Leichhardt, NSW, hal.1.
23
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
29/34
1. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara
langsung dan mendalam. Wawancara dilakuka dengan cara tanya
jawab secara langsung di lapangan kepada informan dan responden.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
yang disusun bertujuan untuk memperoleh jawaban-jawaban yang
relevan dengan permasalahan yang diteliti.
2. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan teknik dokumen
dengan kajian pustaka yaitu berupa bahan-bahan hukum yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian.
3.5 Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah teknik non
probability sampling yaitu tidak semua subyek atau individu
mendapat kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel.20 Dari
beberapa jenis tekniknon probability samplingyang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Hilman
Hadikusuma purposive samplingadalah pengambilan contoh dengan
cara langsung berdasarkan tujuan tertentu.21
Tehnik non probability sampling dengan bentuk purposive sampling
merupakan teknik penetuan sampel dengan menentukan orang-orang
yang diangap mengetahui tentang kesadaran hukum masyarakat
20 Bahder Johan Nasution, Op Cit. hal. 156.21 Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum,
Mandar Maju, Bandung, hal. 74.
24
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
30/34
sebagai pengguna jalan di kota Denpasar, seperti Kepolisian, Dinas
Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum dan masyarakat itu sendiri.
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data.
Proses pengolahan data pimer dilakukan secara terus menerus
sejak pencarian data di lapangan dengan langkah-langkah sebagai
berukut :
a. Pengeditan data
Semua data hasil penelitian yang terkumpul dilakukan
pengeditan data dengan tujuan untuk mengetahui data mana yang
akan digunakan sebagai bahan analisis dan data mana yang tidak
sesuai dengan permasalahan yang harus dihilangkan.
b. Koding data
Artinya memberi kode dengan angka atau huruf terhadap
lembaran-lembaran hasil wawancara menurut permasalahan yang
diteliti.
2. Teknik analisis data.
Setelah dilakukan pengolahan data, baik data primer maupun
data sekunder tahap selanjutnya adalah analisis dengan menggunakan
analisis kualitatif yaitu data naturalistik berdasarkan kualitas terdiri
25
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
31/34
atas kata-kata yang tidak diolah menjadi angka-angka, bersifat
monografis atau berwujud kasus-kasus.22 Proses analisis data
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengklasifikasikan atau mengelompokkan.
Mengelompokan data dengan mengabungkan data yang satu
dengan data yang lainnya sesuai dengan permasalahan yang dikaji
b. Intepretasi atau ditafsirkan
Intepretasi dilakukan untuk memahami makna dari
keseluruhan kualitas data, sehingga memperoleh gambaran
terhadap permasalahan yang diteliti.
c. Penyajian data
Setelah melakukan penafsiran keseluruhan data dari
perspektif penelitian, langkah selanjutnya adalah penyajian data
hasil penelitian yang dilakukan secara deskriptif analitik yaitu
menggambarkan permasalahan dan menganalisis permasalahan
yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdul Manan, 2006, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana, Jakarta.
22
Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum,Mandar Maju, Bandung, hal. 99.
26
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
32/34
Ali, Achmad. 2002, Keterpurukan Hukum di Indonesia, Ghalia Indonesia,
Jakarta
Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar
Maju, Bandung.
Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali pres,
Jakarta.
Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi
Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung.
H.R. Ojte Salman Soemodiningrat, 1989,Beberapa Aspek Sosiologi Hukum,
Alumni, Bandung.
Istiyono Wahyu Y., Ostaria Silaban, 2006,Kamus Pintar Bahasa Indonesia,
Karisma Publishing Group, Jakarta
Kusumaatmaja, Mochtar, 2006, Konsep-Konsep Hukum Dalam
Pembangunan, Alumni, Bandung.
Lawrence M. Friedman, 1975, The Legal System A Social Sentence
Perpective, Rusell Sage Foundation, New York.
Mertokusuma, Sudikno dan A. Pitlo, 1993, Bab-Bab tentang Penemuan
Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.
PS. Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unud, 2008, Pedoman
Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, PS. Magister Ilmu
Hukum Program Pascasarjana Unud, Denpasar
Robert Watt, 2001, Concise Lagal Research, The Federation Press,
Leichhardt, NSW.
27
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
33/34
Raharjo, Sutjipto, 2009, hukum dan perubahan sosial. Genta publishing,
Yogyakarta.
Soerjono Soekanto, 1984,Pengantar Penelitian Hukum, UII-Press, Jakarta
------------------,, 2007, sosiologi suatu pengantar, PT. RajaGrafindo Perkasa,
Jakarta
------------------,, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan hukum, Rajawali
Pres, Jakarta.
------------------, 1983,Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung.
------------------, 1983, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum, Rajawali Pres, Jakarta.
------------------, 1988. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
-----------------, 1993,Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum, Bina Aksara,
Jakarta.
Songgono, Bambang, 2003, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pres,
Jakarta.
Sunarso, Siswanto, 2005, Wawasan Penegakan Hukum di Indonesia, Cipta
Aditya Bakti, Bandung
Terry Hutchinson, 2002, Researching and Writing in Law, Lawbook Co,
Riverwood, NSW.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945
28
-
7/29/2019 USULAN PENELITIAN EMPIRIS
34/34
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan