usulan penelitian 2

65
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum Tamangapa dibangun sebagai lahan TPA, sampah padat perkotaan dibuang di Panampu, Kecamatan Ujung Tanah, pada tahun 1979.Karena lokasi yang dekat dengan laut, tempat pembuangan sampah itu dipindahkan ke Kantinasang, Kecamatan Biringkanaya pada tahun 1980. Akibat menurunnya kualitas air, maka pada tahun 1984, pemerintah kota Makassar membangun TPA baru di Tanjung Bunga, Kecamatan Tamalate. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan pendirian wilayah perumahan di sekitar Kecamatan Tamalate mendorong pemerintah kota pada tahun 1992 memilih Tamangapa sebagai lahan TPA untuk kota Makassar. Lalu pada tahun 1993, Tamangapa ditetapkan sebagai lokasi TPA hingga saat ini. TPA Tamanggapa memiliki luas sekitar 14,3 hektar. (Imran, 2005). Di sekitar TPA terdapat beberapa pusat aktivitas seperti tempat ibadah, sekolah, perkantoran dan pemukiman penduduk yang berlokasi kurang dari 1 km 1

Upload: nurul-fitri-rasyid

Post on 15-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

doc

TRANSCRIPT

Page 1: USULAN PENELITIAN 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebelum Tamangapa dibangun sebagai lahan TPA, sampah padat

perkotaan dibuang di Panampu, Kecamatan Ujung Tanah, pada tahun

1979.Karena lokasi yang dekat dengan laut, tempat pembuangan sampah itu

dipindahkan ke Kantinasang, Kecamatan Biringkanaya pada tahun 1980. Akibat

menurunnya kualitas air, maka pada tahun 1984, pemerintah kota Makassar

membangun TPA baru di Tanjung Bunga, Kecamatan Tamalate. Akan tetapi,

pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan pendirian wilayah perumahan

di sekitar Kecamatan Tamalate mendorong pemerintah kota pada tahun 1992

memilih Tamangapa sebagai lahan TPA untuk kota Makassar. Lalu pada tahun

1993, Tamangapa ditetapkan sebagai lokasi TPA hingga saat ini. TPA

Tamanggapa memiliki luas sekitar 14,3 hektar. (Imran, 2005).

Di sekitar TPA terdapat beberapa pusat aktivitas seperti tempat ibadah,

sekolah, perkantoran dan pemukiman penduduk yang berlokasi kurang dari 1 km

dari TPA. Berbagai perumahan telah didirikan sejak tahun 2000, seperti

Perumahan Antang, Perumahan TNI Angkatan Laut, Perumahan Graha Janah,

Perumahan Griya Tamangapa, dan Perumahan Taman Asri Indah yang lokasinya

berdekatan dengan TPA Tamangapa. Ada pula dua buah rawa yang berdekatan

dengan perumahan tersebut, yaitu Rawa Borong yang berlokasi di sebelah utara

dan Rawa Mangara yang bertempat di sebelah timur. Air dari Rawa Mangara

mengalir menuju Sungai Tallo dan air dari Rawa Borong mengalir menuju saluran

air Borong.

1

Page 2: USULAN PENELITIAN 2

Berdasarkan catatan dinas kebersihan dan lingkungan hidup, Makassar

dengan jumlah penduduk lokal mencapai sekitar 1,3 juta jiwa, menghasilkan

sekitar 3.800 m3 atau setara dengan 300 ton sampah perkotaan setiap harinya.

Padahal kapasitas maksimum dari TPA Tamangapa hanya sekitar 2.800 m3

sampah perkotaan setiap harinya.Diperlukan tambahan lahan TPA untuk

pembuangan 1000 m3 sisa sampah.Sekitar 87% sampah di Makassar merupakan

sampah organik dan sekitar 13% adalah sampah anorganik, seperti plastik dan

kertas.

Sebagian besar sampah berasal dari aktivitas penduduk seperti pasar, pusat

perdagangan, rumah makan, dan hotel. Apabila tidak terdapat rencana dan

pengelolaan sampah padat perkotaan yang memadai, ini jelas akan menjadi

masalah yang serius.

Maka dari itu, kami mengadakan survei di daerah tersebut dengan

mengangkat tema “Partisipasi Masyarakat” dengan judul “Dampak keberadaan

tpa tamangapa terhadap kegiatan masyarakat di sekitarnya”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan di

bahas dalam proposal ini adalah:

a. Bagaimana kehidupan para pemulung di Tempat Pembuangan Sampah

Tamangapa, Antang?

b. Bagaimana konstribusi dan keterlibatan masyarakat sekitar terhadap

keadaan para pemulung di Tempat Pembuagan Akhir Tamangapa,

Antang?

1.3. Tujuan Penelitian

2

Page 3: USULAN PENELITIAN 2

Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui kehidupan para pemulung di Tempat Pembuangan Sampah

Tamangappa, Antang.

b. Mengetahui konstribusi dan keterlibatan masyarakat sekitar terhadap

keadaan para pemulung di Tempat Pembuagan Akhir Tamangappa,

Antang.

1.4.Kegunaan Penelitian

1.4.1.Kegunaan Teoritis

Bagi Penulis :

1. Sebagai pembelajaran atas teori-teori yang didapatkan di bangku kuliah

dengan kenyataan yang terjadi.

2. Membantu penulis dalam memahami dan mendalami masalah dampak

keberadaan TPA Tamangapa terhadap kegiatan masyarakat di sekitarnya.

Bagi Universitas :

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk

pegembangan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi yang memerlukan sehingga

dapat menambah pengetahuan.

1.4.2.Kegunaan Praktis

1. Sebagai implementasi ilmu pengetahuan yang didapatkan oleh penulis di

bangku kuliah

1.5.Sistematika Pembahasan

3

Page 4: USULAN PENELITIAN 2

Rencana sistematika yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat

dirinci satu persatu sebagai berikut :

Bab pertama pendahuluan yang berisikan, latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua tinjauan pustaka yang berisikan pengertian partisipasi

masyarakat, bentuk dan tipe partisipasi masyarakat, tingkat dan peran serta

masyarakat, tempat pembuangan akhir, pengertian sampah dan pemulung.

Bab ketiga metode penelitian yang berisikan jenis penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,

teknik dan alat pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan teknik

analisis data.

Bab keempat hasil dan pembahasan terdiri dari uraian mengenai gambaran

kehidupan para pemulung sampah dan konstribusi masyarakat sekitar terhadap

pemulung di TPA Tamangappa, hasil- hasil data survei yang diteliti dan di

analisis.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan yang

dibuat berdasarkan hasil penelitian dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

BAB II

4

Page 5: USULAN PENELITIAN 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian partisipasi masyarakat

Istilah partisipasi telah cukup lama dikenal khususnya di dalam pengkajian

peranan anggota di dalam suatu organisasi, baik organisasi yang sifatnya tidak

sukarela maupun yang sukarela.Namun demikian, didalam percakapan tentang

pembangunan, istilah partisipasi merupakan suatu istilah yang relatif masih

baru.Istilah ini telah digunakan di dalam konteks yang beraneka ragam. Istilah

partisipasi sering diartikan dalam kaitannya dengan pembangunan sebagai

pembangunan masyarakat yang mandiri, perwakilan, mobilisasi sosial, pembagian

sosial yang merata terhadap hasil-hasil pembangunan, penetapan kelembagaan

khusus, demokrasi politik dan sosial, reformasi sosial, atau bahkan yang disebut

revolusi rakyat.

Penggunaan istilah itu sebenarnya bukan menjelaskan arti yang

sebenarnya dari partisipasi, akan tetapi hanya hal-hal yang berkaitan dengannya.

Oleh sebab itu, Dusseldorp menyatakan bahwa banyak literature tentang

partisipasi memulai pernyataannya bahwa partisipasi digunakan dengan cara yang

bercampur aduk, tidak ajeg, dan bahkan secara retorik.

Untuk memberi arti partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yang

menarik adalah hasil rumusan PBB. Dalam berbagai resolusi, PBB secara jelas

menunjukkan bahwa ada tiga cara memandang partisipasi masyarakat dalam

pembangunan. Pertama adalah pembagian massal dari hasil-hasil

pembangunan.Kedua, sumbangan massal terhadap jerih payah

pembangunan.Ketiga, pembuatan keputusan didalam pembangunan.

Oleh karena partisipasi dilihat dalam hubungannya dengan pembangunan,

maka kiranya adalah ada gunanya untuk sedikit menyinggung konsep

5

Page 6: USULAN PENELITIAN 2

pembangunan.Banyak literatur yang membicarakan sekaligus memberikan keritik

terhadap suatu model pembangunan.Salah satunya adalah pembangunan

masyarakat.Selain itu, disajikan pula pengertian partisipasi menutrut para ahli,

diantaranya :

1. KeithDavis

Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi orang-orang

dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk

menyumbangkan pada tujuan-tujuan kelompok dan bersama-sama

bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut.

2. Mubyarto(1997)

Partisipasi adalah tindakan mengambil bagian dalam kegiatan,

sedangkan partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat

dalam suatu proses pembangunan di mana masyarakat ikut terlibat

mulai dari tahap penyusunan program, perencanaan dan pembangunan,

perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.

3. Sulaiman (1985:6)

Partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat

secara perorangan, kelompok, atau dalam kesatuan masyarakat dalam

proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan

program serta usaha pelayanan dan pembangunan kesejahteraan sosial

di dalam dan atau di luar lingkungan masyarakat atas dasar rasa

kesadaran tanggung jawab sosialnya.

4. Ach. Wazir Ws

Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara

sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan

pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya

dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan

6

Page 7: USULAN PENELITIAN 2

orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan

tanggungjawab bersama.

5. Isbandi (2007: 27)

Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam

proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,

pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk

menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan

keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang

terjadi

6. Mikkelsen (1999: 64)

Dalam mendefenisikan partisipasi, Mikkelsen membaginya ke

dalam 6 bagian yaitu :(1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari

masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan

keputusan;(2) Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak

masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan

untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan;(3) Partisipasi adalah

keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang

ditentukannya sendiri;(4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif,

yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait,

mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan

hal itu;(5) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat

setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan,

monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai

konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;(6)Partisipasi adalah

keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan

lingkungan mereka.

Dari beberapa defenisi partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh

beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi

masyarakat adalah sesuatu melibatkan masyarakat bukan hanya kepada proses

7

Page 8: USULAN PENELITIAN 2

pelaksanaan kegiatan saja, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam hal

perencanaan dan pengembangan dari pelaksanaan program tersebut, termasuk

menikmati hasil dari pelaksanaan program tersebut.

Lebih lanjut secara sederhana partisipasi masyarakat adalah keterlibatan

seseorang (individu) atau sekelompok masyarakat secara sukarela, dalam suatu

kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai kepada

proses pengembangan kegiatan atau program tersebut.

2.2. Bentuk dan tipe partisipasi masyarakat

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam

suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda,

partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi

sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi

representatif.

Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka

bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi

yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi

yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak).Bentuk partisipasi yang nyata

misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk

partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial,

pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-

usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan

Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,

biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi

yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat

menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu

memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota

8

Page 9: USULAN PENELITIAN 2

masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut

dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan

ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program

maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk

mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna

mengembangkan kegiatan yang diikutinya.Partisipasi sosial diberikan oleh

partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan

lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka

memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat terlibat

dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang

terkait dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representatif

dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang

duduk dalam organisasi atau panitia. Penjelasan mengenai bentuk-bentuk

partisipasi dan beberapa ahli dapat dilihat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi

Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi

(Hamijoyo, 2007: 21;

Chapin, 2002: 43 &

Holil, 1980: 81)

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk

memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian

kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

(Hamijoyo, 2007: 21;

Holil, 1980: 81 &

Pasaribu dan

Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam

bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa

alat-alat kerja  atau perkakas.

(Hamijoyo, 2007: 21 &

Pasaribu dan

Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan

dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha

9

Page 10: USULAN PENELITIAN 2

Simanjutak, 2005: 11) yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

(Hamijoyo, 2007: 21 &

Pasaribu dan

Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan

melalui keterampilan yang dimilikinya kepada

anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.

Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan

kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan

sosialnya.

(Hamijoyo, 2007: 21 &

Pasaribu dan

Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa

sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran

konstruktif, baik untuk menyusun program maupun

untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga

untuk mewujudkannya dengan memberikan

pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan

kegiatan yang diikutinya.

(Hamijoyo, 2007: 21 &

Pasaribu dan

Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh

partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan,

menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga

sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam

rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

(Chapin, 2002: 43 &

Holil, 1980: 81)

Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.

Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam

rangka untuk mengambil keputusan yang terkait

dengan kepentingan bersama.

Berdasarkan bentuk-bentuk partisipasi yang telah dianalisis, dapat ditarik

sebuah kesimpulan mengenai tipe partisipasi yang diberikan masyarakat.Tipe

partisipasi masyarakat pada dasarnya dapat kita sebut juga sebagai tingkatan

10

Page 11: USULAN PENELITIAN 2

partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat. Sekretariat Bina Desa (1999: 32-33)

mengidentifikasikan partisipasi masyarakat menjadi 7 (tujuh) tipe berdasarkan

karakteristiknya, yaitu partisipasi pasif/manipulatif, partisipasi dengan cara

memberikan informasi, partisipasi melalui konsultasi, partisipasi untuk insentif

materil, partisipasi fungsional, partisipasi interaktif, dan self mobilization. Untuk

lebih jelasnya lihat Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Tipe Partisipasi

No. Tipologi Karakteristik

1. Partisipasi pasif/

manipulative

a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu

apa yang sedang atau telah terjadi; b. Pengumuman

sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek

tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat; c.

Informasi yang dipertukarkan terbatas pada

kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

2. Partisipasi dengan

cara memberikan

informasi

a. Masyarakat berpartisipasi dengan cara

menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti

dalam kuesioner atau sejenisnya; b. Masyarakat

tidak punya kesempatan untuk terlibat dan

mempengaruhi proses penyelesaian; c. Akurasi

hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.

3. Partisipasi melalui

konsultasi

(a)Masyarakat berpartisipasi dengan cara

berkonsultasi;(b) Orang luar mendengarkan dan

membangun pandangan-pandangannya sendiri

untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan

pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-

tanggapan masyarakat; (c) Tidak ada peluang bagi

pembuat keputusan bersama;(d) Para profesional

tidak berkewajiban mengajukan pandangan-

11

Page 12: USULAN PENELITIAN 2

pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk

ditindaklanjuti.

4. Partisipasi untuk

insentif materil

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara

menyediakan sumber daya seperti tenaga kerja,

demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan

sebagainya;(b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam

eksperimen atau proses pembelajarannya; (c)

Masyarakat tidak mempunyai andil untuk

melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

pada saat insentif yang disediakan/diterima habis.

5. Partisipasi

fungsional

(a)Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk

kelompok untuk mencapai tujuan yang

berhubungan dengan proyek;(b)Pembentukan

kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-

keputusan utama yang disepakati; (c)Pada awalnya,

kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak

luar (fasilitator) tetapi pada saatnya mampu

mandiri.

6. Partisipasi

interaktif

(a)Masyarakat berpartisipasi dalam analisis

bersama yang mengarah pada perencanaan kegiatan

dan pembentukan lembaga sosial baru atau

penguatan kelembagaan yang telah ada;(b) 

Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-

disiplin yang mencari keragaman perspektif dalam

proses belajar yang terstruktur dan sistematik; (c)

Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai

peran kontrol atas keputusan-keputusan mereka,

sehingga mereka mempunyai andil dalam seluruh

12

Page 13: USULAN PENELITIAN 2

penyelenggaraan kegiatan.

7. Self mobilization (a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil

inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan

pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau

nilai-nilai yang mereka miliki;(b) Masyarakat

mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga

lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis

dan sumberdaya yang dibutuhkan; (c) Masyarakat

memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya

yang ada.

Pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu program akan

berkelanjutan melalui partisipasi semata. Keberhasilannya tergantung sampai

pada tipe macam apa partisipasi masyarakat dalam proses penerapannya. Artinya,

sampai sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap suatu program sehingga ia

turut berpartisipasi.

2.3. Tingkat peran serta masyarakat

Mekipun masalah peran serta masyarakat telah banyak di bicarakan, yang

sering kali masih menjadi pertanyaan adalah seberapa jauh tingkat peran serta

masyrakat di perlukan agar usaha tersebut dapat berhasil dengan baik.Hal ini

perlu di fikirkan dengan baik, karena pada kenyataannya terdapat berbagai macam

tingkat peran serta masyarakat yang tidak mudah di klasifikasikan.

Secara garis besar topologi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Manipulation atau manipulasi

13

Page 14: USULAN PENELITIAN 2

Tingkatan ini adalah paling rendah, karena masyarakat hanya dipakai

namanya sebagai anggota dalam berbagai badan penasihat advising board,

dalam hal ini : tidak ada peran serta masyarakat yang sebenarnya tulus, tetapi

diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi dari pihak penguasa.

2) Therapy atau penyembuhan

Istilah ini di ambil dari group therapy atau kelompok penyembuhan.

Dengan kedok melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, para

perancang memerlukan anggota seperti proses penyembuhan penyakit jiwa

dalam group therapy. Meskipun masyarakat terlibat pada banyak kegiatan,

pada umumnya kegiatan tersebut lebih banyak untuk mengubah pola pikir

masyarakat yang bersangkutan dari pada mendapatkan masukan atau usulan-

usulan dari mereka.

3) Informing atau pemberian informasi

Memberi informasi kepada masyarakat tentang hak-hak mereka,

tanggung jawab dan berbagai pilihan dapat menjadi langkah pertama yang

sangat penting dalam pelaksanaan peran serta masyarakat.Mekipun demikian

yang sering terjadi penekanannya lebih pada pemberian informasi satu arah

dari pihak pemegang kuasa kepada masyarakat.Tanpa adanya kemungkinan

untuk memberikan umpan balik atau kekuatan untuk negosiasi dari

masyarakat. Dalam keadaan semacam ini, terutama bila informasi di berikan

pada saat-saat terakhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit

kesempatan untuk mempengaruhi rencana program tersebut agar dapat

menguntungkan mereka. Alat-alat yang sering digunakan untuk komunikasi

searah adalah media berita.Pamflet, poster, dan tanggapan atas pertanyaan-

pertanyaan.

4) Consultation atau konsultasi

14

Page 15: USULAN PENELITIAN 2

Mengubah opini masyarakat, setelah memberi informasi kepada

mereka, dapat merupakan langkah penting dalam menuju peran serta penuh

dari masyarakat. Akan tetapi, bila konsultasi dengan masyarakat tersebut di

sertai dengan cara-cara peran serta yang lain, cara ini tingkat keberhasilannya

rendah, karena tidak adanya jaminan bahwa kepedulian dan ide masyrakat

akan di perhatikan. Metode yang sering digunakan adalah attitude survey atau

survey tentang arah fikir masyarakat, neghbourhood meeting atau pertemuan

lingkungan masyarakat dan public hearing atau dengar pendapat dengan

masyarakat.

5) Placation atau perujukan

Pada tingkat ini masyarakat mulai mempunyai beberapa pengaruh

meskipun beberapa hal masih tetap di tentukan oleh pihak yang mempunyai

kekuasaan. Dalam pelaksanaan, beberapa anggota masyarakat yang dianggap

dapat di masukkan sebagi anggota dalam badan-badan kerja sama

pengembangan kelompok masyarakat yang anggota-anggota lainnya wakil-

wakil dan berbagian instansi pemerintahan. Dengan sistem ini usul-usul atau

keinginan dari masyarakat berpenghasilan rendah dapat di kemukakan.

Namun, sering kali suara dari masyarakat tersebut tidak di perhitungkan

karenan kemampuan dan kedudukannya relatif lebih rendah. Atau jumlah

mereka terlalu sedikit bila dibandingkan dengan anggota-anggota instansi

pemerintahan yang lain.

6) Partnership atau kemitraan

Pada tingkatan ini, atas kesepakatan bersama, kekuasaan dalam

berbagai hal di bagi dari pihak masyarakat dengan pihak pemegang

kekuasaan.Dalam hal ini di sepakati bersama untuk saling berbagi tanggung

jawab dalam perencanaan, pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan dan

pemecahan berbagai masalah yang di hadapi.Setelah adanya

kesepakatantentang peraturan dasar tersebut maka tidak di benarkan adanya

perubahan-perubahan yang di lakukan secara sepihak oleh pihak apapun.

15

Page 16: USULAN PENELITIAN 2

7) Delegated power atau pelimpahan kekuasaan

Pada tingkat ini, masyarakat di berikan limpahan kewenangan untuk

membuat keputusan pada rencana atau program tertentu. Pada tahap ini

masyarakat memiliki kewenangan untuk memperhitungkan bahwa program-

program yang akan dilaksanakan bermanfaat bagi mereka. Untuk

memecahkan perbedaan yang muncul, pemilik kekuasaan yang dalam hal ini

adalah pemerintahanharus mengadakan tawar menawar dengan masyrakat dan

tidak dapat memberi tekanan-tekanan dari atas.

8) Citizen control atau masyarakat yang mengontrol

Pada tingkat ini masyarakat memiliki kekuasaan unyuk mengontrol

program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan

mereka.Mereka mempunyai wewenang penuh di bidang kebijaksanaan, aspek-

aspek pengelolaan dan dapat mengadakan negosiasi dengan “pihak-pihak

luar” yang hendak melakukan perubahan.

Dalam hal ini usaha bersam warga atau neigh bourhood corporation, dapat

langsung berhubungan dengan sumber-sumber dana untuk mendapatkan bantuan

atau pinjaman dana, tanpa melewati pihak ketiga. Dari delapan tipologi tersebut,

menurut arnstein secara umum dapat di kelompokkan dalam 3 kelompok besar,

yaitu sebagai berikut:

a. Tidak ada peran serta atau non partisipation yang meliputi peran serta

pada tingkat manipulation therapy.

b. Peran serta masyarakat dalam bentuk tinggal menerima beberapa

ketentuan yang di berikan atau degrees of tokenism yang meliputi peran

serta tingkat informing, consultation, dan placation.

c. Peran serta masyarakat dalam bentuk mempunyai kekuasaan atau degrees

of citize power yang meliputi peran serta pada tingkat partnership,

delegated power dan citize contro.

16

Page 17: USULAN PENELITIAN 2

Meskipun topologi tersebut di atas berdasarkan kasus-kasus peremajaan

kota, program anti kemiskinan dan kota model di amerika serikat, dapat pula di

pakai sebagai gambar atau contoh pada kegiatan-kegiatan lain.

2.4. Tempat pembuangan akhir

Tempat Pembuangan Akhir adalah tempat mengkarantinakan sampah atau

menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak

mengganggu lingkungan.Sebelum kita membuat atau merencanakan membangun

Tempat Pambuangan Akhir Sampah, terlebih dahulu harus dilakukan Study Andal

karena suatu TPA Sampah sudah pasti akan menimbulkan dampak negatif.

Dengan melalui Study Andal maka beberapa dampak negatif yang telah

diprediksi akan timbul diusahakan dikelola sehingga tidak melampaui nilai

ambang batas yang telah ditetukan oleh Pemerintah RI dalam Peraturan Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup (AMDAL). Bila melalui Study Andal tersebut

lokasi terpilih tidak memenuhi syarat maka harus dicari lagi lokasi lain yang

sesuai dengan SK_SNI mengenai TPA Sampah dan hasil dari Study Andal

dampak negatip yang diprediksi akan timbul tersebut harus dikelola sehingga

tidak mencemari lingkungan.

2.5. Pengertian Sampah

17

Page 18: USULAN PENELITIAN 2

Dalam keseharian kita, sampah sudah menjadi bagian yang tidak dapat

dipisahkan dengan kehidupan kita. Berikut ini adalah pengertian atau definisi

definisi sampah menurut beberapa ahli:

1. Tanjung, Dr. M.Sc

Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh

pemiliknya atau pemakai semula.

2. Radyastuti, W. Prof. Ir (1996)

Sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai.

3. Basriyanta

Sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan

dibuang oleh pemilik / pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai atau

dikelola dengan prosedur yang benar.

4. Kamus Lingkungan (1994)

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga

untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian;

barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau materi berlebihan atau

buangan.

5. Ecolink (1996)

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber

hasil aktivitas manusia meupun proses alam yang belum memiliki nilai

ekonomis

6. Setyo Purwendro

Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga,

pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri ataupun

aktivitas manusia lainnya sehingga dengan kata lain, sampah merupakan hasil

sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai.

2.6. Pemulung

18

Page 19: USULAN PENELITIAN 2

Pemulung adalah orang yang berhubungan dengan kurangnya ekonomi

walaupun kata “miskin” adalah relatif tergantung dari bagaimana orang

memandang dirinya sendiri.Dengan kerelatifan itu maka dari segala sudut kita

dapat melihat bagaimana kemiskinan itu sendiri.istilah pemulung sering di

identikkan dengan kata “orang miskin” yang arti sederhananya adalah orang yang

berhubungan dengan keadaan ekonomi serba kekurangan dan kehidupan sosial

yang selalu dikucilkan atau tidak diperhatikan orang. Tetapi istilah “pemulung”

yang sama dengan miskin ini bukanlah istilah yang mutlak tetapi istilah yang

relatif.

Wolfgang Stegemann menuliskan bahwa: “Kemiskinan adalah istilah yang

relatif. Pengertian semula dari istilah ini menggambarkan syarat kehidupan

manusia secara lahiriah, ekonomis dan social.Kenyataan hidup yang digambarkan

di dalam pengertian ini tentunya sangat bergantung pada situasi sosial ekonomi

masyarakat umumnya dan tempat yang bersangkutan itu sendiri secara khusus”.

BAB III

19

Page 20: USULAN PENELITIAN 2

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengkaji mengenai kehidupan para pemulung serta

keterlibatan masyarakat disekitar lokasi TPA Tamangapa, Antang.Dalam

mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif, yakni penelitian yang memusatkan perhatian

kepada masalah-masalah aktual, sebagaimana adanya pada masa sekarang, pada

saat penelitian dilakukan.Secara keseluruhan kegiatan penelitian ini dapat

dijabarkan ke dalam bagan alur seperti pada gambar berikut:

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

20

Pengumpulan Data

Inventarisasi Kebutuhan

Studi Kasus Metode Survei Metode Wawancara

Mulai

Survei Data Primer

Survei wawancara dan kuesioner

Survei Data Sekunder

Kantor Dinas Pertamanan dan Kebersihan.

Analisis

Dampak terhadap kesehatan pemulung Dampak terhadap pendidikan dan perekonomian pemulung Keterlibatan masyarakat terhadap pemulung

Studi

Identifikasi

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1.1 Bagan alur kegiatan penelitian

Page 21: USULAN PENELITIAN 2

Lokasi penelitian yaitu di sekitar TPA Tamangapa, Antang, yang

dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2013.

Gambar 1.2 Lokasi TPA Tamangappa (dokumentasi Google Earth)

3.3. Variabel Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak keberadaan TPA

Tamangapa, Antang terhadap kegiatan masyarakat. Berdasarkan tujuan penelitian

yang telah ditetapkan, maka variabel penelitian yang akan diteliti yaitu sebagai

berikut:

1. Variable bebas: Adanya TPA yang berada di tengah pemukiman

masyarakat.

2. Variable terikat : Kegiatan masyarakat di sekitar lokasi TPA

Tamangapa, Antang.

3.4. Populasi dan Sampel

21

Page 22: USULAN PENELITIAN 2

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kompleks

TPA Tamangapa, Antang.

2. Sampel

a. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemulung serta

pengusaha-pengusaha yang ada sebanyak 50 orang.

b. Metode Sampling

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bagian dari

populasi yang dianggap dapat mewakili untuk diteliti. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode strarifed

random sampling yaitumetode pemilihan sampel dengan cara membagi

populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut

strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap populasi

tersebut.

3.5. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data diperoleh dari kuesioner, wawancara, dan observasi secara

langsung dengan berkunjung ke tempat penelitian untuk memperoleh data

tentang kehidupan para pemulung serta keterlibatan masyarakat disekitar TPA

Tamangapa. Tahap pengumpulan data antara lain:

a. Melakukan observasi di lokasi penelitian.

b. Menentukan responden yang akan diwawancarai dengan

menggunakan metode strarifed random sampling.

c. Menanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai dan

meyakinkan bahwa identitas sampel tidak akan dipublikasikan.

d. Bila responden bersedia diwawancarai, maka proses wawancara

dapat dilakukan berdasarkan pada kuesioner penelitian.

e. Setelah semua pertanyaan selesai ditanyakan, maka peneliti

mengucapkan terima kasih.

22

Page 23: USULAN PENELITIAN 2

f. Melakukan kembali proses pewawancaraan sampai jumlah

responden yang diinginkan terpenuhi.

g. Meninggalkan lokasi penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder dapat diperoleh dari Kantor Dinas Pertamanan dan

Kebersihan.

3.6. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Observasi Langsung

Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung adalah

pengamatan langsung terhadap objek maupun subjek penelitian untuk

mendapatkan data. Dengan cara pengamatan langsung peneliti dapat

mencatat segala sesuatu kejadian yang sedang terjadi pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Dari pengamatan langsung peneliti dapat

memperoleh data dari subjek, baik yang tidak dapat berkomunikasi secara

verbal atau yangtidak mau berkomunikasi secara verbal. (Nazir,

2009:175).

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara

sipewawancara (peneliti) dan responden, menggunakan alat

yangdinamakan panduan wawancara. (Nazir, 2009:193-194)

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi ialah cara peneliti untuk memperoleh

informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang

berupa gambar, foto dan lampiran dari responden yang mendukung

penelitian. (Sukardi, 2009:81)

2. Alat pengumpulan data

23

Page 24: USULAN PENELITIAN 2

a. Lembar Observasi.

b. Lembar Wawancara dan kuesioner.

c. Dokumentasi

3.7. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan pengumpulan data yang diperoleh

dan melakukan diskusi.

2. Penyajian data

Data yang telah dianalisis dapat disajikan dalam bentuk tabel dan

narasi untuk membahas hasil penelitian.

3.8. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif.Analisis data secara kualitatif berarti suatu proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil catatan observasi,

wawancara, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari sehingga mampu

untuk dipahami.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lokasi penelitian, selama di lokasi penelitian, dan setelah selesai

melakukan penelitian.Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution dalam buku yang

dikarang oleh Sugiyono, menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan

dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus

sampai penulisan hasil penelitian.Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian

selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”. (Nasution dalam

Sugiyono, 1988: 89 – 90).Berdasarkan pendapat tersebut maka penelitian ini

24

Page 25: USULAN PENELITIAN 2

dianalisis sebelum peneliti terjun ke lapangan, selanjutnya saat di lapangan,

hingga juga pada saat selesai di lapangan.

3.9. Teknik Analisis Data

Adapun secara lebih rinci teknik analisis data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dalam lokasi ditulis atau diketik dalam bentuk

uraian atau laporan yang terperinci.Selanjutnya direduksi, dirangkum, dipilih

hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, diberi susunan yang

lebih sistematis, sehingga dapat lebih mudah dikendalikan.(Nasution,

1988:129).

2. Penyajian data

Untuk menganalisis data selanjutnya yang sudah menumpuk dalam

jumlah yang banyak maka diperlukan pentabelan agar peneliti mudah

membaca data, baik data observasi berupa catatan-catatan kehidupan para

pemulung, maupun keterlibatan masyarakat di lokasi TPA Tamangapa.

3. Kesimpulan dan verifikasi

Verifikasi berarti memeriksa kebenaran laporan, dengan melalui

rekaman yang dapat didengar atau dilihat mengenai kehidupan masyarakat

disekitar wilayah TPA Tamangapa, serta dengan wawancara yang sudah

diperoleh.Kemudian menyimpulkan semua data yang telah diperoleh.

BAB IV

25

Page 26: USULAN PENELITIAN 2

PEMBAHASAN MASALAH

4.1. Kehidupan para pemulung di Tempat Pembuangan Sampah

Tamangappa, Antang

Setelah melakukan peninjauan langsung ke lapangan, tepatnya TPA

Tamangappa, Antang, bidang pokok yang menonjol utamanya terdapat pada 4

bidang kehidupan.Keempatnya adalah bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan

dan sosial.Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkapnya.

1. Dalam Bidang Pendidikan

Ditinjau dari segi pendidikan, para pemulung di TPA

Tamanggappa sangatlah minim.Hal ini dibuktikan saat kami

mewawancarai salah satu pemulung di TPA tersebut, dengan kosa kata

yang sangat minim dan agak sulit untuk di mengerti pemulung tersebut

manjawab beberapa pertanyaan yang kami ajukan.Hal ini telah

menggambarkan dengan jelas betapa beberapa program pendidikan disana

yang kurang terlaksana.Dan dari beberapa anak pemulung yang

diwawancarai, hanya sebagian kecil yang masih tetap bersekolah.

Gambar 1.3 Kondisi anak pemulung di TPA Tamangappa

(dokumentasi pribadi)

Dari survei yang telah dilakukan, adapun faktor-faktor yang

menyebabkan mereka putus sekolah, sebagai berikut.

26

Page 27: USULAN PENELITIAN 2

Tabel 1.3 Faktor

anak-anak TPA

Tamangappa tidak sekolah.

Gambar 1.4 Persentase faktor anak-anak TPA Tamangappa tidak sekolah.

Namun,di salah satu sudut TPA Tamanggappa, berdiri dengan

kokohnya sebuah sekolah sosial dibawah bimbingan salah satu Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM). Lembaga terdiri atas beberapa sukarelawan

yang jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah murid (dalam hal ini

adalah anak-anak pemulung) di sekolah binaan tersebut.

LSM ini berada di bawah salah satu Yayasan Swasta Pa’battaumi,

sekolah ini didirikan dan beroperasi pada tahun 1993, namun baru

mendapatkan izin tahun 1997. Sekolah ini dididirikan bertujuan untuk

meningkatkan semangat menuntut ilmu para anak-anak pemulung dan

sebagai fasilitator yang menawarkan kemudahan untuk anak-anak

pemulung yang memiliki semangat belajar yang tinggi namun bermasalah

27

No Faktor tidak sekolah Jumlah anak1 Malas 52 Cari uang 73 Dilarang orang tua 34 Tidak ada biaya 8

∑ 23

Page 28: USULAN PENELITIAN 2

dengan pembiayaannya.LSM ini disamping memberikan pendidikan bagi

anak-anak pemulung, juga memberikan pendidikan dan pelatihan bagi

orang tua (terutama ibu-ibu) tentang pendidikan bahkan kesehatan.

Dalam tiga kali dalam seminggu diadakan kegiatan belajar

mengajar.Dengan jumlah murid kurang lebih 300 orang yang dibagi ke

dalam tiga golongan.Golongan pertama anak kelas 1 sampai kelas 3 SD,

golongan yang kedua anak kelas 4-6 SD, dan yang terakhir golongan

ketiga anak yang telah duduk di bangku SMP dan SMA.Walau dengan

kelas yang sederhana, para pemulung tersebut bisa memperoleh informasi

dan mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.

Gambar 1.5 Gedung sekolah dikelola LSM Pa’battaumi (dokumentasi pribadi).

Walau termasuk sekolah yang informal, sekolah sosial ini tak

pernah tertinggal dengan perkembangan yang ada. Selain itu metode

pengajaran yang diberikan juga tergolong efektif.Salah satunya adalah

dengan sering mengikut sertakan para siswa didiknya ke ajang-ajang

perlombaan olahraga pada berbagai tingkat daerah.

Sekolah sosial ini dulunya adalah sebuah rumah panggung, namun

pada tanggal 17 Juli 2011, nasib malang melandanya. Terjadi sebuah

28

Page 29: USULAN PENELITIAN 2

kebakaran yang menyebabkan seluruh koleksi buku (sekitar 5000 buah),

alat-alat bermain bagi TK, dan beberapa sarana serta prasarana sekolah

juga ikut terlahap. Namun, hal itu tidak melenyapkan semangat para

sukarelawan dalam mewujudkan salah satu cita-cita bangsa Indonesia,

yakni “turut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Perlu diketahui juga bahwa para tenaga sukarela di sekolah sosial

tersebut, dulunya juga merupakan para pemulung.Mereka adalah para

pemulung yang memiliki semangat perubahan dan kepedulian yang tinggi

terhadap kondisi dan keadaanya.Untuk itu, setelah mengikuti pelatihan

yang dulunya diadakan oleh pihak yayasan, maka mereka kini bertekad

untuk memperbaiki taraf kehidupan di daerahnya, dalam hal ini terfokus

pada pendidikan.

2. Dalam Bidang Ekonomi

Jika hanya dilihat sebelah mata, orang akan berpendapat bahwa

para pemulung hanya menghasilkan uang untuk membeli makanan untuk

hari itu saja. Namun, kondisi nyata di lapangan menunjukkan bahwa tidak

semua dari para pemulung tersebut hidup dalam kondisi yang

dikategorikan dalam keadaan miskin

Gambar 1.6 Kegiatan pemulung di TPA Tamangappa (dokumentasi pribadi)

29

Page 30: USULAN PENELITIAN 2

Data yang kami peroleh di lapangan terbagi atas penghasilan

perhari dewasa dan anak. Bagi anak-anak, mereka mampu memperoleh

penghasilan rata-rata minimal Rp 30.000 - Rp 50.000 per hari. Sedangkan

untuk kategoi dewasa, penghasilan rata-rata minimal Rp 150.000,00 - Rp

250.000,00 perhari.Itupun belum termasuk penghasilan perbulannya bila

dia termasuk ke dalam kategori pemulung yang dipekerjakan oleh para

pengelola pabrik-pabrik pressing kecil yang bisa menerima penghasilan

mencapai satu juta perbulannya. Jadi para pemulung sedikitnya

berpenghasilan Rp 5.000.000,00 perbulannya.

Pada awalnya, keberadaan TPA ini ditolak oleh sebagian besar

warga di Tamangappa.Salah satu alasannya disebabkan oleh prasangka

masyarakat yang memandang konotasi dari TPA itu kurang baik.Mereka

tidak ingin manjadikan daerah yang mereka huni sebagai tempat

pembuangan sampah-sampah para penduduk. Namun, setelah berjalan

beberapa waktu dan melihat adanya “sumber dana” dari tumpukan sampah

tersebut, para warga di daerah tersebut kini menikmati profesinya sebagai

pemulung. Bahkan tidak ingin bila TPA tersebut dipindahkan.

3. Dalam Bidang Kesehatan

Ditinjau dari segi kesehatan pemulung merupakan salah satu

pekerjaan yang mempunyai resiko tinggi dalam kesehatan. Setiap harinya

pemulung bekerja memilah-milah barang dari tumpukan sampah

Semangat kerja yang antusias yang ditunjukan oleh pemulung

ternyata mampu mengalahkan perasaan jijik ataupun bau busuk yang

menusuk hidung.Bahkan, mereka tidak memikirkan bahwa dihadapan

mereka tertimbun racun dan berbagai bibit penyakit yang setiap saat

mengancam dan membahayakan kesehatan dan jiwa mereka.Risiko yang

paling dekat dengan pemulung sampah adalah terjangkitnya penyakit

akibat sampah seperti diare, penyakit jamur kulit (gatal-gatal), penyakit

30

Page 31: USULAN PENELITIAN 2

cacingan, dan flu.Penyakit ,tersebut disebabkan karena kontak langsung

dengan sampah serta tidak memperhatikan personal hygiene.

Dari hasil survei yang kami lakukan, berikut persentase penyakit

yang diderita pemulung di TPA Tamangappa.

No Penyakit Jumlah pemulung1 Flu 142 Jamur kulit 213 Cacingan 34 Diare 12

∑ 50

Tabel 1.4Penyakit yang diderita oleh pemulung.

Gambar 1.7Persentase penyakit yang diderita oleh pemulung.

4. Dalam Bidang Sosial

Keadaan para pemulung ditinjau dari bidang sosial menunjukkan

pola hidup dan keseharian para pemulung yang kebanyakan masih

“diramaikan” dengan aktifitas seperti mabuk-mabukan, judi, dan

pertikaian antar kelompok tertentu. Salah satu penyebabnya adalah faktor

sifat “kedaerahan” yang kental pada masyarakat.

31

Page 32: USULAN PENELITIAN 2

Namun, hal ini telah terminimalisir semenjak dibangunnya sebuah

tempat ibadah (masjid) di daerah tersebut.Secara tidak sadar,

pembangunan tersebut telah mempengaruhi pola hidup masyarakat di

daerah tersebut.Hal ini seperti yang diutarakan oleh salah seorang

warga.Sehingga, kegiatan-kegiatan yang awalnya meresahkan tersebut

dapat dikendalikan sedikit demi sedikit.

Namun demikian, sisi positif yang kami temukan di daerah

tersebut adalah rasa kekeluargaan yang tinggi diantara sesama

pemulung.Contohnya adalah tidak ada kegiatan saling menguntungkan

diri sendiri dalam hal mencari rejeki di TPA ini.

4.2. Konstribusi dan keterlibatan masyarakat sekitar terhadap para

pemulung di Tempat Pembuangan Akhir Tamangappa, Antang

Kondisi para pemulung di Tempat Pembuagan Akhir Tamangappa,

Antang pada awalnya sangat memprihatinkan.Sebab, awalnya para pemulung

hanya bekerja sebagai “pemulung biasa”.Namun, setelah para pendatang

berdatangan dan melihat adanya peluang usaha dari tumpukan sampah tersebut,

maka beberapa diantaranya membuka usaha “Press Sampah”.

Salah satu yang memanfaatkan kesempatan tersebut adalah Ibu H. Suryani

(75).Beliau membuka usaha tersebut sekitar tahun 2003.Menurut pengakuan

beliau, yang menganjurkan untuk membuka usaha ini berawal dari suami Ibu

Suryani yang bekerja sebagai pegawai (supir) di Dinas Kesehatan setempat.Para

pemulung yang berada di daerah tersebut kemudian dijadikan karyawan.Hingga

saat ini, jumlah karyawan yang dimiliki mencapai 20 sampai 30 orang.

32

Page 33: USULAN PENELITIAN 2

Gambar 1.8 Ibu H. Suryani, Salah satu pengelola pabrik pressing di TPA

Tamangappa (dokumentasi pribadi).

Setelah hasil dari pengumpulan sampah dilakukan, maka sampah

tersebut dipisahkan berdasarkan jenisnya, misalnya kaleng, plastik, karton,

dan lain-lain. Proses pemisahan ini kebanyakan dilakukan oleh para kaum

wanita, sedangkan untuk proses pengumpulan, pressing, dan penyaluran hasil

press dilakukan oleh kaum pria. Hasil pressing ini kemudian dikirim ke

daerah-daerah sekitar yang kemudian akan diolah lebih lanjut, bahkan hingga

ke Surabaya. Berikut gambar sampah yang sebelum di press dan sesudah di

press.

33

Page 34: USULAN PENELITIAN 2

sebelum sesudah

Gambar 1.9 Sampah-sampah hasil pressing (dokumentasi pribadi).

Proses penggajian para karyawan dilakukan secara bervariasi. Ada yang

digaji per minggu ( Rp 20.000- Rp 40.000), per bulan ( sekitar Rp 1.000.000), dan

secara borongan (Rp 500 per kilogram). Proses penggajian secara borongan ini

kebanyakan dilakukan oleh para pemulung yang bukan menjadi karyawan tetap,

namun oleh para pemulung harian. Dari hasil tersebutlah mereka membiayai

hidup.

Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat peran serta masyarakat di daerah

tersebut termasuk dalam kategori perujukan (placation).Hal ini dikarenakan pada

tingkat ini masyarakat mulai mempunyai beberapa pengaruh meskipun beberapa

hal masih tetap di tentukan oleh pihak yang mempunyai kekuasaan. Dalam

pelaksanaan, beberapa anggota masyarakat (contohya suami Ibu Suryani) yang

dianggap dapat di masukkan sebagai anggota dalam badan-badan kerja sama

pengembangan kelompok masyarakat yang anggota-anggota lainnya wakil-wakil

dan berbagian instansi pemerintahan. Dengan sistem ini usul-usul atau keinginan

dari masyarakat berpenghasilan rendah dapat di kemukakan. Namun, sering kali

suara dari masyarakat tersebut tidak di perhitungkan karenan kemampuan dan

kedudukannya relatif lebih rendah. Atau jumlah mereka terlalu sedikit bila

dibandingkan dengan anggota-anggota instansi pemerintahan yang lain.

Satu lagi kontribusi dari masyarakat yang tinggal di sekitar TPA

Tamangappa yaitu masyarakat di sana membuatkan shelter bagi pemulung untuk

mengurangi resiko kecelakaan kerja. Jadi setelah sampah di turunkan, para

34

Page 35: USULAN PENELITIAN 2

pemulung dapat dengan aman memilah sampah. Sisa sampah yang tidak dapat

dimamfaatkan di buang ke lokasi yang sudah ditetapkan dan di harapkan

pemulung sudah tidak lagi mengais di lokasi tersebut.

Selain itu ada juga yayasan YPKB (Yayasan Pembina Kader Indonesia)

yang didirikan oleh mahasiswa dan tokoh masyarakat setempat yang tinggal di

sekitar TPA Tamangappa, lembaga ini membantu dalam pendidikan informal bagi

anak-anak pemulung. Kontribusi masyarakat setempat yang tinggal di sekitar

TPA Tamangappa yaitu menjadi donatur untuk membantu penyelenggarakan

pendidikan YPKB, terutama yang tinggal di daerah perumahan dan warga

masyarakat di Kelurahan Tamangappa. Namun terjadi masalah dalam hal ini

dimana jumlah donatur setiap tahunnya selalu berubah karena tidak ada satu pun

yang tetap. Sedangkan instansi pemerintah melalui dinas pendidikan adalah

sumbangan buku pengajaran yang setiap tahunnya selalu diberikan kepada

yayasan dan dana operasional sebesar Rp. 150.00/bulan.

4.3. Tanggung jawab pemerintah terhadap masalah masyarakat yang berada

di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Tamangappa, Antang

Sejauh info yang kami dapatkan di lapangan, tanggung jawab yang

ditunjukkan pemerintah utamanya pada bidang pengontrolan terhadap

kebersihan.Hal ini ditunjukkan dengan kerjasama yang dilakukan pemerintah

dengan para pengusaha asing yang tertarik untuk mengolah sampah-sampah yang

terdapat di daerah tersebut.Contohnya adalah GIKOKO, perusahaan yang

mengolah gas metan pada sampah menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Gas.

Contoh lainnya adalah perusahaan ORGI yang mengolah sampah-sampah tersebut

menjadi pupuk.

Selain kegiatan kerjasama tersebut, pemerintah juga telah merencanakan

perluasan wilayah terhadap TPA Tamangappa.Hal ini dikemukakan oleh salah

seorang petugas di Dinas Pertamanan dan Kebersihan. Beliau menjelaskan bahwa

35

Page 36: USULAN PENELITIAN 2

pemerintah akan memperluas wilayah TPA Tamangappa seluas 2 hektar lagi. Hal

ini dimaksudkan sebab luas wilayah yang tersedia tidak mampu mengimbangi

jumlah sampah yang makin meningkat.

Berkaitan dengan tanggung jawab pemerintah di bidang lain, misalnya

keamanan, pemerintah telah menyediakan pos polisi. Namun, keberadaan polisi

tersebut tidak terlalu berdampak pada perubahan kondisi di Tamangappa

berkaitan dengan kriminalitas.Hal ini dianggukkan oleh para warga yang kami

wawancarai.

Bila dilihat dari tanggung jawab terhadap kesehatan, pemerintah telah

mendirikan sebuah PUSTU. PUSTU tersebut memberikan bantuan jasa kepada

para warga dan pemulung dengan program kesehatan gratis. Hal ini tentunya

disambut baik bagi para warga dan pemulung, walaupun bentuk pelayanan tidak

sebaik di Puskesmas.Selain itu, pemerintah juga menyediakan RASKIN bagi para

pemulung dan warga sekitar yang kurang mampu.

36

Page 37: USULAN PENELITIAN 2

BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lokasi Tempat

Pembuangan Sampah Tamangappa Antang, maka dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya TPA Tamangappa dapat berdampak pada kehidupan masyarakat

dan pemulung baik pada bidang pendidikan, bidang ekonomi, bidang kesehatan

maupun bidang sosial. Hal ini dapat berdampak positif dan berdampak negatif,

seperti yang telah dituliskan dalam pembahasan sebelumnya. Misalnya pada

bidang ekonomi, akan berdampak positif bagi pemulung karena TPA tersebut

dapat menjadi sumber penghasilan bagi setiap pemulung serta masyarakat sebagai

pengusaha di wilayah tersebut. Sedangkan pada bidang pendidikan, akan

berdampak negatif karena minimnya pengetahuan yang kuasai oleh anak-anak

pemulung.

Keterlibatan atau tingkat peran serta masyarakat tersebut terhadap

pemulung di daerah tersebut termasuk dalam kategori perujukan (placation).Hal

ini dikarenakan pada tingkat ini masyarakat mulai mempunyai beberapa pengaruh

meskipun beberapa hal masih tetap di tentukan oleh pihak yang mempunyai

kekuasaan.

Sejauh ini keberadaan pemulung kurang diperhatikan ditengah kehidupan

warga kelurahan Tamangappa. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya

kontribusi dari masyarakat disana. Melihat kenyataan itu, sudah sepatutnya

37

Page 38: USULAN PENELITIAN 2

masyarakat tersadarkan bahwa di balik profesi para pemulung itu sebenarnya

mereka telah memberikan kontribusi besar dalam penyelamatan lingkungan hidup

jika tidak ada mereka siapa yang akan memunguti sampah-sampah yang kita

hasilkan setiap hari disamping petugas resmi yang ada, jadi sepatutnya berterima

kasihlah kepada mereka. Dan perlu diketahui juga bahwa profesi pemulung

bukanlah sebuah profesi yang terpaksa harus dilakukan. Tetapi, profesi pemulung

dapat menjadi profesi yang menjanjikan.

5.2. Saran

Penulis mengharapkan agar peneliti selanjutnya dapat terinspirasi dengan

laporan penelitian ini, sehingga dapat melakukan penelitian selanjutnya.Semoga

dengan adanya laporan penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya

untuk bisa melakukan penelitian yang lebih baik lagi mengenai kehidupan

masyarakat disekitar TPA Tamangapa, Antang.

38

Page 39: USULAN PENELITIAN 2

DAFTAR PUSTAKA

Ach. Wazir Ws.,et al., ed. 1999. Panduan Penguatan Manajemen LSM. Jakarta:

Sekretariat Bina Desa dengan dukungan AusAIDS melalui Indonesia

HIV/AIDS and STD Prevention and Care Project.

Agus Supendie. 2009. Tempat Pembuangan Akhir Sampah (online).http://tpa-

sampah.blogspot.com . 12 Desember 2013 (11.38 am).

Holil Soelaiman. 1980. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.

Bandung.

Ine Wahyuni. 2012. Berkat Sampah TPA Tamangapa, Antang

(online).http://riakangin.blogspot.com . 12 Desember 2013 (11.29 am).

Khairil Anas. 2012. Melongok TPA Tamangapa

(online).http://herycfart.wordpress.com . 12 Desember 2013 (11.23 am).

Lidya Wehti. 2009. Pemulung

(online).http://lidyasosialjob2705pemulung.blogspot.com . 12 Desember

2013 (11.25 am)

Luly Wahyuni. 2011. Studi tentang Perbedaan Jarak Pemukiman

(online).http://laboratoriumlingkungan.blogspot.com . 12 Desember 2013

(11.34 am).

Yaszer. 2011. Mengintip TPA Tamangapa Antang, Makassar

(online).http://yaszero.blogspot.com. 12 Desember 2013 (11.18 am).

39

Page 40: USULAN PENELITIAN 2

LAMPIRAN GAMBAR

Kondisi TPA Tamangappa, Antang

40

Page 41: USULAN PENELITIAN 2

Kegiatan para pemulung TPA Tamangappa, Antang

41

Page 42: USULAN PENELITIAN 2

Proses pewawancaraan terhadap para pemulung, pengusaha, dan staff Dinas

Pertanaman dan Kebersihan

42

Page 43: USULAN PENELITIAN 2

Kondisi LSM di sekitar TPA Tamangappa, Antang

Kantor Dinas Pertamanan dan Kebersihan di TPA Tamangappa, Antang

43