usulan penelitian nabigh nabiyl_1

Upload: nabigh-nabiyl

Post on 14-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENELITIAN

KAJIAN BATIMETRI, ARUS DAN SEDIMEN DASARDI PERAIRAN LEPAS PANTAI, LAMPUNG TIMUR

Disusun untuk dipresentasikan dalam rangka penelitian untuk Skripsi diJurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan Teknik

oleh: Nabigh NabiylNIM. H1K011050

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2014

USULAN PENELITIAN

KAJIAN DATA BATIMETRI, ARUS DAN SEDIMEN DASARDI PERAIRAN LEPAS PANTAI, LAMPUNG TIMUR

oleh: Nabigh NabiylNIM. H1K011050

disetujui dan dipresentasikantanggal

Pembimbing Utama,

Tri Nur Cahyo, ST., M.SiNIP. 19750403 200501 1 001

Pembimbing Anggota

Ir. Muhammad BasuriNIP.

Mengetahui,Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan,

Ir. H. Arif Mahdiana, M.SiNIP. 19590126 198601 1 001

Daftar Isi

halamanDaftar Isi3Daftar Tabel4Daftar Gambar5Daftar Lampiran6

I. PENDAHULUAN71.1.Latar Belakang71.2.Perumusan Masalah91.3.Tujuan101.4.Manfaat10

II.TINJAUAN PUSTAKA112.1.Peta112.2.Batimetri112.3.Arus122.4.Pasang Surut Air Laut142.5.Sedimen152.6.Seismik Statigrafi212.7.Hidroakustik22

III.MATERI DAN METODE243.1.Alat dan Bahan243.3.Metode253.4.Waktu Dan Tempat31

DAFTAR PUSTAKA32

Daftar Tabel

Tabel halaman1. Alat23

Daftar Gambar

Gambar halaman1. Skema Pengkuran Kemiringan Pantai26

I. Pendahuluan

1.1. Latar BelakangIndonesia memiliki 17.504 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 104.000 km. Umumnya wilayah pantai merupakan daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia. Wilayah pantai biasanya dimanfaatkan sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan, pariwisata, dan sebagainya (Triatmodjo, 1999). Salah satu wilayah pantai dan laut yang pemanfaatannya sudah banyak di Indonesia yaitu wilayah perairan Kabupaten Lampung Timur. Kabupaten Lampung Timuradalah salah satukabupatendiProvinsi Lampung,Indonesia.Ibu kotakabupaten ini terletak di Sukadana. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.300 km dan berpenduduk sebesar 989.639 jiwa (sensus, 2010). Kondisi pantai di timur Propinsi Lampung berlawanan dengan di Pantai Barat, dimana pantai yang landai di temui di bagian utara dan makin curam menuju ke selatan. Keadaan ini dicirikan oleh garis-garis isobathnya. Garis isobath 5 m, misalnya, di sebelah utara (dekat perbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan) berada pada jarak sekitar 12 km dari garis pantai. Menuju ke selatan di daerah Labuan Maringgai, garis isobath tersebut mendekat ke arah pantai hingga sekitar 6 km dari garis pantai. Lebih ke selatan di daerah Ketapang, garis tersebut berada pada jarak kurang dari 3 km dari garis pantai. Kondisi yang serupa ditunjukkan oleh garis isobath 10 m. Di bagian utara, garis tersebut berada pada jarak sekitar 22 km. Menuju ke daerah Labuan Maringgai, garis isobath ini berjarak sekitar 10 km dari garis pantai, sedangkan lebih ke selatan di daerah Ketapang jarak tersebut mengecil menjadi sekitar 3 km. Disamping itu, tipe pasut di perairan Lampung timur adalah tipe campuran dengan dominasi tunggal (Pariwono, 1985). Lebih jauh ke timur (menuju ke arah Kep. Seribu) pasut di perairan ini berubah menjadi tipe pasut tunggal, dimana dalam satu hari hanya terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Hal ini ditunjukkan oleh nilai bilangan Formzahl = 3.31 di Pulau Sabira (Wyrtki, 1961). Kondisi pasut merupakan elemen penting dalam perencanaan dan pembangunan bangunan di pantai maupun lepas pantai. Kondisi pasut suatu perairan berhubungan erat dalam pembuatan peta batimetri, kondisi pasut merupakan parameter penting dimana digunakan dalam koreksi pengukuran kedalaman laut.Batimetri adalah gambaran relief dasar laut, perbedaan kenampakan atau ciri-ciri dasar laut dan mempunyai arti penting dalam penelitian karena dengan mengetahui roman muka bumi akan memudahkan mengetahui kondisi morfologi suatu daerah (Nontji,1987). Relief dari dasar laut akan akan menyebabkan tipe arus yang berbeda beda pada dasar laut dimana arus akan membawa sedimen dari satu area ke area yang lain1.2. Perumusan MasalahPenentuan jalur pipa merupakan faktor penting ketika mendesain pipa bawah laut, ini akan menentukan daerah-daerah di mana pipa dapat dan tidak dapat diletakkan. Idealnya, konsep seleksi rute pipa adalah dengan menggunakan rute terpendek sebagai garis lurus antara dua titik. Dalam penelitian kali ini maka dirumuskan masalah yang ada dalam penentuan jalur pipa, yaitu :1. Bagaimanakah morfologi dasar laut yang tepat bagi penentuan jalur pipa?2. Bagaimanakah cara penentuan jalur pipa berdasarkan morfologi dasar laut?1.3. TujuanTujuan dari penelitian ini adalah :1. Mengetahui morfologi dasar laut dalam penentuan jalur pipa2. Mengetahui beberapa jalur yang tepat berdasarkan morfologi dasar laut1.4. ManfaatManfaat dari penelitian ini adalah :1. Penentuan standar morfologi dasar laut dalam penentuan jalur pipa2. Penentuan jalur yang paling tepat berdasarkan morfologi dasar laut

II. Tinjauan Pustaka

2.1. PetaPeta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Pada awal abad ke 2 (87M -150M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama Atlas Ptolomaeus. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi. Sedangkan orang ahli membuat peta disebut kartografer (Romenah, 2002).Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.2. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.3. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.7. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.8. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.2.2. BatimetriBatimetri (berasal dari bahasa Yunani: Bati yang berarti kedalaman, dan metri yang berarti ukuran) adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau . Batimetri juga didefinisikan sebagai gambaran relief dasar laut, perbedaan kenampakan atau ciri-ciri dasar laut dan mempunyai arti penting dalam penelitian karena dengan mengetahui roman muka bumi akan memudahkan mengetahui kondisi morfologi suatu daerah (Nontji,1987). Batimetri terdiri dari dua suku kata yaitu Bathy yang berarti kedalaman serta kata Metry yang berarti ilmu pengukuran. Oleh karena itu secara harfiah, kata batimetri dapat diartikan sebagai ukuran kedalaman laut, baik mengenai ukuran tentang elevasi maupun mengenai depresi dasar laut yang merupakan sumber informasi dan gambaran dari dasar laut,serta memberikan banyak petunjuk tentang struktur laut (Nurjaya, 1991). Batimetri (bathos: kedalaman, metry: pengukuran) adalah pengukuran kedalaman laut dan memetakannya berdasarkan kondisi dan topografi dasar laut (Thurman, 2004).Peta batimetri sendiri dapat diartikan sebagai peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka kedalaman serta garis-garis kedalaman. Peta batimetri ini juga dapat divisualisasikan dalam bentuk tampilan 2 dimensi (2D) maupun 3 dimensi (3D). Visualisasi tersebut dapat dilakukan karena perkembangan teknologi yang semakin hari sangat semakin maju, sehingga penggunaan komputer untuk melakukan kalkulasi dalam pemetaan menjasi mudah untuk dilakukan. Data batimetri dapat diperoleh dengan menggunakan teknik interpolasi, untuk pendugaan data kedalaman untuk daerah-daerah yang tidak terdeteksi, dan merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan. Teknik interpolasi yang sering digunakan adalah teori Universal Kriging dan teori IRFK (Intrinsic Random Function of Order K) (David et al., 1985 dalam Defilmisa, 2003)2.3. ArusArus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang mempengaruhinya. Aruslaut(sea current) adalah gerakan massa airlautdari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping).Menurut sirkulasi dari arus laut terbagi atas dua kategori yaitu sirkulasi di permukaan laut (surface circulation) dan sirkulasi di dalam laut (intermediate or deep circulation). Arus pada sirkulasi di permukaan laut didominasi oleh arus yang ditimbulkan oleh angin sedangkan sirkulasi di dalam laut didominasi oleh arus termohalin. Arus termohalin timbul sebagai akibat adanya perbedaan densitas karena berubahnya suhu dan salinitas massa air laut. Perlu diingat bahwa arus termohalin dapat pula terjadi di permukaan laut demikian juga dengan arus yang ditimbulkan oleh angin dapat terjadi hingga dasar laut. Sirkulasi yang digerakan oleh angin terbatas pada gerakan horisontal dari lapisan atas air laut. Berbeda dengan sirkulasi yang digerakan angin secara horisontal, sirkulasi termohalin mempunyai komponen gerakan vertikal dan merupakan agen dari pencampuran massa air di lapisan dalam (Nining, 2002).Arus memainkan peranan penting dalam memodifikasi cuaca dan iklim dunia (Duxbury et al, 2002). Di Atlantik Utara, aliran arus yang relatif panas di sekitar Islandia dan Semenanjung Skandinavia membuat pelabuhan-pelabuhan di daerah Arctic bebas dari es meskipun pada musim dingin dan membuat udara di daerah tersebut menjadi lebih hangat dibanding daerah lain pada lintang yang sama. Di Samudera Pasifik arus Kuroshio yang panas yang mengalir ke arah utara di pantai timur Kepulauan Jepang memainkan peranan yang sama di daerah ekuator Pulau Aleutian. Sebaliknya, arus dingin seperti arus Labrador dan arus California menyebabkan udara panas di atasnya menjadi dingin dan menimbulkan kabut laut (Matthias et al., 1994). Gaya coriolis yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral ekman (Pond dan Pickard, 1983).Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air adalah vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya yang bekerja yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain adalah gradien densitas airlaut, gradient tekanan mendatar dan gesekan lapisan air (Gross, 1990)Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaanlaut. Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaanarus laut. Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter (Bernawis,2000)2.4. Pasang Surut Air LautPasang surut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di luar materi itu berada. Sehingga pasang surut yang terjadi di bumi terdapat dalam tiga bentuk (Gross, 1990) yaitu: 1. Pasang surut atmosfer (Atmospheric Tide)2. Pasang surut laut (Ocean Tide)3. Pasang surut bumi (Boily Tide) Pasang surut atmosfer adalah gerakan atmosfer bumi yang diakibatkan oleh adanya aksi gravitasi dari matahari dan bulan atau benda langit lainnya. Gerakan atmosfer akibat hal ini bias dideteksi dengan alat barometer yang mencatat perubahan tekanan udara di muka laut. Pasang surut bumi adalah gangguan akibat gaya gravitasi benda langit terhadap bagian bumi padat. Gangguan ini sangat kecil, sehingga hampir tidak dapat dilihat secara jelas tapi untuk pengukuran dari ketinggian suatu tempat dan penelitian geofisika lainnya gangguan ini harus diperhatikan. Tetapi karena uraian yang kita bahas tentang pasang surut laut, maka untuk selanjutnya pasang surut diartikan sebagai pasang surut laut. Tujuan dan kegunaan studi tentang pasang surut terutama adalah untuk kepentingan ilmu (scientific interest); tujuan ini adalah tujuan pertama sekali dari para ilmuwan dalam mempelajari gejala alam. Beberapa aplikasi misalnya dalam navigasi, digunakan untuk memperkirakan tinggi muka air dan kekuatan serta arah arusnya.2.5. SedimenSedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia (Pipkin, 1977).Sedangkan Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut.Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.Menurut Bhatt (1978), sedimen yaitu lepasnya puing-puing endapan padat pada permukaan bumi yang dapat terkandung di dalam udara, air, atau es dibawah kondisi normal. Sedimentasi adalah proses yang meliputi pelapukan, transportasi, dan pengendapan. Batuan sedimen adalah batuan yang dibentuk oleh sedimen. Tekstur sedimen yaitu hubungan bersama antara ukuran butir dalam batuan dan pada umumnya ukuran butir ini dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Komposisi sedimen merupakan acuan terhadap mineral-mineral dan struktur kimia dalam batuan. Batuan klastik adalah batuan dimana material penyusun utamanya berupa material detrital (misalnya batupasir dan serpihan). Batuan nonklastik adalah batuan dimana material penyusun utamanya berupa material organik dan unsur kimia (misalnya batugamping terumbu, halit, dan dolomit)Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang sedimen yaitu batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi. Sedangkan sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen oleh media air, angin, atau es pada suatu cekungan pengendapan pada kondisi suhu dan tekanan tertentu.Dalam batuan sedimen dikenal dengan istillah tekstur dan struktur. Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan erat dengan ukuran, bentuk butir, dan susunan kompone mineral-mineral penyusunnya. Studi tekstur paling bagus dilakukan pada contoh batuan yang kecil atau asahan tipis.Struktur merupakan suatu kenampakan yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling bagus diamati di lapangan misal pada perlapisan batuan. (Sugeng Widada, 2002)Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat, hal ini terjadi karena adanya kondisi fisik yang ekstrim, seperti adanya proses pemanasan dan pendinginan yang terjadi berulang-ulang di padang pasir. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah. Saat sedimen sampai pada laut penyebarannya ditentukan oleh sifat fisik dari partikel-patikel itu sendiri. Khusunya oleh lama dan ukuran partikel tersebut melayang di lapisan air. Partikel yang berukuran besar akan cepat tenggelam daripada partikel yang kecil di mana partikel yang berukuran besar misalnya pasir akan cepat diendapkan ketika sampai dilaut dan cenderung mengumpul di daerah dekat daratan (pantai). Sedangkan partikel yang berukuran kecil seperti lumpur dan tanah liat diangkut lebih jauh ke tengah laut dan akan mengendap di daerah Continental Shelf dan partikel-partikel yang berukuran sangat kecil diendapkan pada dasar laut yang paling dalam. Beberapa sungai di dunia yang mengalir di daerah daratan yang begitu luas akan memindahkan sejumlah besar sedimen ke laut.

2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi. Sedimen ini berasal dari sisa-sisa kerangka organisme hidup yang akan membentuk endapan partikel-partikel halus yang dinamakan ooze yang mengendap pada daerah yang jauh dari pantai. Sedimen ini digolongkan menjadi 2 tipe. yaitu: Calcareous dan Siliseous Ooze. Hal ini tergantung oleh organisme darimana mereka berasal.Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersuspensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun. Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral. Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat tersebar pada :1. Daerah perairan dangkalEndapan yang terjadi pada paparan benua (Continental Shelf) dan lereng benua (Continental Slope). Dijelaskan oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt (1978) bahwa Continental Shelf adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai kurang lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar dari pantai 50 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang ada di atasnya di antara 100 200 meter. Pada umumnya Glacial Continental Shelf dicirikan dengan susunan utamanya campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan Non Glacial Continental Shelf endapannya biasanya mengandung lumpur yang berasal dari sungai. Di tempat lain (continental shelf) dimana pada dasar laut gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material batuan kasar dan kerikil biasanya akan diendapkan.Continental Slope adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari continental shelf, kemiringannya anatara 3 6 %. Sebagian besar pada Continental slope kemiringannya lebih terjal sehingga sedimen tidak akan terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang miring pada permukaannya dicirikan berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau halus dan lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.2. Daerah perairan dalamEndapan yang terjadi pada laut dalam. Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Biogenik Pelagis dan Sedimen Terigen Pelagis :1. Sedimen Biogenik PelagisDengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk hujan sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.2. Sedimen Terigen PelagisHampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya. Transport Sedimen LautSedimen dapat diangkut dengan tiga cara dari batuan induknya ke tempat pengendapannya, yakni supensi (suspendedload), bedload transport dan saltation. Suspensi Pada umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada. Sifat sedimen hasil pengendapan suspensi ini adalah mengandung prosentase massa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak mengambang dalam masa dasar dan umumnywa disertai memilahan butir yang buruk. Ciri lain dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran. Bedload transportTerjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi:1. endapan arus traksi2. endapan arus pekat (density current) dan3. endapan suspensi.Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau pasang-surut air laut. Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang berstruktur silang siur.Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat (density) disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari gunungapi. Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung yang dihembuskan angin atau endapan lempung pelagik pada laut dalam (Selley, 1988) 2.6. Seismik StatigrafiSeismik stratigrafi adalah penafsiran stratigrafi dari data seismik (Vail dan Mitchum,1977). Metode seismik merupakan salah satu metode eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran respon gelombang suara yang menjalar pada suatu medium dan kemudian direfleksikan dan direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan sedimen atau batas-batas batuan. Metode seismik refleksi dibagi menjadi dua yaitu metode seismik dangkal dan metode seismik dalam. Seismik dangkal (shallow seismik reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kebutuhan data geofisika kelautan memperlihatkan kecenderungan yang meningkat akibat semakin maraknya kegiatan eksplorasi sumber daya mineral dan energi di laut. Salah satu metode yang cukup handal untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah metode seismik refleksi. Metode ini memiliki keakuratan yang tinggi untuk mengetahui karakteristik dasar laut, seperti ketebalan dan volume endapan sedimen permukaan laut, struktur dasar laut, dan kedalaman suatu perairan. Kemampuan dasar dari metode ini menyajikan informasi resolusi tinggi dengan pengoperasian yang relative sederhana, sehingga metode ini sering digunakan pada penelitian geologi kelautan. Secara umum, metode seismik refleksi terbagi atas tiga bagian penting yaitu pertama adalah akuisisi data seismik yaitu merupakan kegiatan untuk memperoleh data dari lapangan yang disurvei, kedua adalah pemrosesan data seismik sehingga dihasilkan penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap untuk diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah interpretasi data seismik untuk memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan dan bahkan juga untuk memperkirakan material batuan di bawah permukaan.2.7. HidroakustikAdalah Ilmu yang mempelajari tentang suara beserta penyebabnya. Dalam dunia perikanan dan kelautan, ilmu akustik digunakan untuk meneliti atau mengamati wilayah di bawah air (Underwater Acoustic) yang biasa disebut dengan teknologi hydroakustikMenurutArnaya (1991)Kegunaan lain dari akustik bawah air adalah untuk penentuan kedalaman air dalam pelayaran, jenis dan komposisi dasar laut (lumpur, pasir, kerikil, karang dan sebagainya), untuk penentuan contour dasar laut, lokasi kapal berlabuh atau pemasangan bangunan laut, untuk eksplorasi minyak dan mineral didasar laut, mempelajari proses sedimentasi dan untuk pertahanan keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan pemasangan buoy-systemAkustik didefinisikan sebagai Ilmu yang mempelajari tentang suara beserta penyebabnya. Dalam dunia perikanan dan kelautan, ilmu akustik digunakan untuk meneliti atau mengamati wilayah di bawah air (Underwater Acoustic) yang biasa disebut dengan teknologi hydroakustik. Beberapa yang digunakan dalam hidroakustik yaitu : Sonar dan echo-sounder Salah satu aplikasi dari sistem aplikasi akustik aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan batimetri. Sonar (Sound Navigation And Ranging) berupa sinyal akustik yang diemisikan dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal selam) atau dari dasar laut. Bila gelombang akustik bergerak vertikal ke dasar laut dan kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk mengukur kedalaman air. Teknik echo-sounding untuk menentukan kedalaman dan pemetaan dasar laut bertambah maju dengan berkembangnya peralatan sonar seperti SeaBeam dan Hydrosweep yang merupakan sistem echo-sounding multi-beam yang menentukan kedalaman air di sepanjang swath lantai laut di bawah kapal penarik, menghasilkan peta-peta batimetri yang sangat detail. Sidescan imaging system, sperti GLORIA (Geological Long Range Inclined Asdic), SeaMARC, dan TOBI (Towed Oceand Bottom Instrument) menghasilkan fotografi aerial yang sama atau citra-citra radar, menggunakan bunyi atau microwave. Hydrographic EchosounderPrinsip kerja echo sounder untuk pengukuran jarak digambarkan dalam pulsa ultrasonik yang merupakan sinyal ultrasonik dengan frekuensi lebih kurang 41 KHz sebanyak 12 periode, dikirimkan dari pemancar ultrasonik. Ketika pulsa mengenai benda penghalang, pulsa ini dipantulkan, dan diterima kembali oleh penerima Ultrasonic. Dengan mengukur selang waktu antara saat pulsa dikirim dan pulsa pantul diterima, jarak antara alat pengukur dan benda penghalang bisa dihitung Multi-beam EchosounderMulti-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setalah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), beberapa pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Dua arah waktu penjalaran antara pengiriman dan penerimaan dihitung dengan algoritma pendeteksian terhadap dasar laut tersebut. Dengan mengaplikasikan penjejakan sinar, sistem ini dapat menentukan kedalaman dan jarak transveral terhadap pusat area liputan. Multi-Beam Echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi (0,1 m akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horisontalnya)

III. MATERI DAN Metode

3.1. Alat dan Bahan3.1.2. AlatAlat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan untuk pengamatan di lapangan dan di laboratorium yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. AlatAlatKegunaan

Multi Beam EchosounderMengambil data kedalaman

Side Scan SonarMengetahui benda-benda pada dasar perairan

GPSMengetahui koordinat

SurferSoftware pengolah data

Global MapperSoftware pengolah data

ArcGisAutocad Map 3DSoftware pengolah dataSoftware pengolah data

3.2. BahanMateri dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. kedalaman laut (batimetri)2. Sedimen dasar laut, kemiringan dasar laut3. Kemiringan pantai4. Pasang surut air laut. Data pendukung (data sekunder) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:1. Data pasang surut air laut dari Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS TNI-AL).2. Data Interpretasi Seismik3. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia4. Citra satelit GeoEye (Google Earth).

3.3. MetodeMetode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode ilmiah (scientific) karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang konkret/empiris, obyektif, terukur, rasional, sistematis. Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik atau model (Sugiyono, 2009). Penentuan titik-titik pengambilan data menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan titik pengambilan data dengan hanya mengambil beberapa titik sampling yang mewakili keadaan keseluruhan daerah yang dikaji (Hadi, 1982)Metode penelitian yang digunakanadalah metode studi kasus. Studi kasus dalampenelitian ini adalah mengetahui kedalaman,sedimen permukaan dasar laut dan kondisioseanografi fisika di perairan Pantai Marina3.3.1. Pengambilan data kedalaman lautPengambilan data kedalaman laut (batimetri) yang dilakukan berpegang pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 7646:2010 mengenai Survei Hidrografi Menggunakan Single Beam Echosounder agar didapatkan data yang terjamin kualitasnya. Pengambilan data kedalaman laut (pemeruman) dilakukan dengan luasan daerah sekitar 4x21 km2. Pengambilan data kedalalaman laut (pemeruman) dilakukan menggunakan echosounder sigle beam, Garmin tipe GPSmap 585 dan menggunakan alat trasportasi berupa perahu motor dengan kecepatan laju perahu 5-6 knot. Menurut Soeprapto (2001) dalam Simanjuntak (2012) bahwa data hasil pengukuran batimetri harus dikoreksi terhadap kedudukan permukaan air laut (MSL, Z0, dan TWLt) pada waktu pengukuran dan dilakukan koreksi terhadap jarak tenggelam transduser (koreksi transduser) agar diporoleh kedalaman sebenarnya. Reduksi (koreksi) terhadap pasang surut air laut dirumuskan sebagai berikut: rt = TWLt (MSL + Z0) (1)Keterangan: rt : Besarnya reduksi (koreksi) yang diberikan kepada hasil pengukurankedalaman pada waktu t. TWLt : Kedudukan permukaan laut sebenarnya (true water level) pada waktu t. MSL : Muka air laut rata-rata (Mean Sea Level). Z0 : Kedalaman muka surutan di bawah MSL.Persamaan (1) menghasilkan besarnya reduksi (koreksi) terhadap pasang surut air laut, selanjutnya menghitung kedalaman sebenarnya, yaitu dengan rumus sebagai berikut: D = dT rt (2)Keterangan:D : kedalaman sebenarnyadT : kedalaman terkoreksi tranduserrt : Reduksi (koreksi) pasang surut laut Data kedalaman laut yang telah dikoreksi menggunkan persamaan (1) dan (2) selanjutnya diinterpolasi menggunakan metode Krigging dengan bantuan perangkat lunak Surfer 11, sehingga didapat kontur kedalaman. Membuat model 3D morfologi dasar laut menggunakan perangkat lunak Surfer 11, dan penampang melintang morfologi dasar laut menggunakan bantuan perangkat lunak Global Mapper 13 untuk menganalisa bentuk permukaan dasar laut (sebed surface). 3.3.2. Pengambilan sampel sedimen dasar lautPengambilan sampel sedimen dasar laut dilakukan menggunakan grab sampler. Menurut Poerbandono dan Djunarsjah (2005) sampel sedimen dasar laut yang diambil menggunakan grab sampler mewakili karakter sedimen yang terletak di lapisan teratas dari suatu dasar perairan. Pemilihan titik pengambilan sampel memperhatikan daerah kunci yang mewakili keadaan keseluruhan (Hadi, 1982). Terhadap sampel sedimen dasar laut dilakukan analisis ukuran butir sedimen (grain size). Analisis ukuran butir sedimen dilakukan dengan metode dry sieving (pengayakan) dan wet sieving (pemipetan). Pengayakan, pemipetan, dan penamaan jenis sedimen mengikuti metode Buchanan (1984) dalam Mc.Intyre dan Holme (1984). Jenis sedimen diklasifikasikan berdasarkan skala Wentworth.Dari hasil pengambilan sampel sedimen dasar laut juga dilihat data interpretasi seismik untuk mengetahui statigrafi dari dasar laut. Interpretasi seismik diperlukan untuk mengetahui seberapa dalam sedimen dasar yang didapat dari hasil penggunaan grab sampler.3.3.3. Pengukuran kemiringan pantaiPengukuran kemiringan pantai yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat sederhana yaitu tongkat ukur dan selang waterpass. Pengukuran ini menggunakan prinsip yang sama dengan metode pengukuran kemiringan pantai metode Blong dalam Setiyono (2008).

Gambar 1. Skema Pengkuran Kemiringan PantaiDengan H adalah selisih tinggi dari b dan a , l adalah jarak nyata antara kedua tongkat ukur, dan a adalah besarnya sudut kemiringan pantai (slope) dalam derajat. Kemiringan pantai dikategorikan menurut Verstappen (1953) yang mengacu pada United State Soil System Managemen (USSSM) dan Universal Soil Loss Equation (USLE). Kemiringa pantai (slope) dihitung dengan menggunakan persamaan sin, yang dirumuskan sebagai berikut:

Sin = H / l (2.3)Keterangan: : besarnya sudut (O) kemiringan pantai (slope)H : selisih ketinggian yang diperoleh tongkat ukur (cm) l : jarak nyata antara kedua tongkat ukur (cm)3.3.4. Kemiringan dasar lautKemiringan dasar laut diperoleh dengan menghitung kemiringan menggunakan peta kontur batimetri dari hasil pengolahan data batimetri. Kemiringan dasar laut dikategorikan menurut Verstappen (1953) yang mengacu pada United State Soil System Managemen (USSSM) dan Universal Soil Loss Equation (USLE). Perhitungan kemiringan dasar laut menggunakan rumus sebagai berikut: Tan = H / L (2.4)Keterangan : : besarnya sudut kemiringan dasar laut (slope)H : selisih elevasi antara dua kontur batimetri (m) L: jarak horizontal (tegak lurus) antara kedua garis kontur batimetri (m)3.3.5. Pengambilan data pasang surut air lautPengambilan data pasang surut air laut dilakukan selama 3 hari dengan selang waktu pencatatan 1 jam secara kontinyu dan simultan (20-22 Mei 2013). Pengambilan data pasang surut air laut dilakukan menggunakan palem pasut. Menurut Poerbandono dan Djunarsjah (2005) cara paling sederhana untuk mengamati pasang surut air laut dilakukan dengan palem atau rambu pengamat pasut. Pasang surut dianalisa menggunakan metode Admiralty (Ongkosongo dan Suyarso, 1989). Admiralty adalah metode analisa data pasang surut untuk memperoleh besarnya nilai komponen-komponen pasang surut. Analisis menggunakan metode Admiralty menghasilkan besarnya nilai komponen-komponen harmonik pasang surut air laut (S0, M2, S2, N2, K2, K1, O1, P1, MS4, dan M), sehingga dapat dihitung nilai Formzahl untuk mengetahui tipe pasang surut dan chart datum (Z0) yang akan digunakan sebagai koreksi data kedalaman laut untuk memperoleh kedalaman laut sebenarnya. Chart datum (Z0) dalam penelitian ini dihitung menggunakan persamaan yang digunakan DISHIDROS Cilacap (Ongkosongo dan Suyarso, 1987),sebagai berikut: Z0= S0 (1.2 x (M2 + S2 + K2)) (2.5)Keterangan :S0: Muka air rerata (Mean Sea Level)Z0 : Chart DatumM2 : Pasang surut semi diurnal yang dipengaruhi oleh bulanS2: Pasang surut semi diurnal yang dipengaruhi oleh matahari K2: Pasang surut semi diurnal karena pengaruh perubahan jarak akibat lintasan bulan yang elips3.4. Waktu Dan TempatPenelitian akan dilakukan pada FSRU Lampung Timur untuk diamati secara in-situ dan untuk pengolahan data di kantor PT Rekayasa Industri, Kalibata, Jakarta Selatan. Penelitian di rencanakan untuk diadakan selama 2 bulan. 20 Mei hingga 20 Juli 2014. Penelitian termasuk akuisisi data dan analisis data.

DAFTAR PUSTAKA

Arnaya, I.N. 1991. Dasar-dasar Akustik. Diktat Kuliah Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Bernawis, Lamona I. 2000. Temperature and Pressure Responses on El-Nino 1997 and La-Nina 1998 in Lombok Strait. Proc. The JSPS-DGHE International Symposium on Fisheries Science in Tropical Area

Bhatt, J. J. 1978. Oceanography Exploring the Planet Ocean. Dvon Nonstrand Company, Toronto

Duxbury, A. B., Duxbury, A. C., dan Sverdrup, K. A. 2002. Fundamentals of Oceanography.

Gross, M. G.1990. Oceanography ; A View of Earth. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff. New Jersey

Hadi, Sutrisno. 1982. Metedologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Hutabarat,S. dan Evans, S.M, 1984. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Holme N.A and Mc Intyre, A. D. 1984. Methods for The Study of Marine Benthos. Backwall Scientific Publications, Oxford.

Nining, S. N. 2002. Oseanografi Fisis.Kumpulan Transparansi Kuliah Oseanografi Fisika, Program Studi Oseanografi, ITB.

Nontji, Anugerah, Dr. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta

Miro, Fidel, 2002, Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta

Mitchum, R. M., Jr.. 1977. Seismic Stratigraphy and Global Changes in Sea-Level, Part VII, AAPG Mem. 26. Tulsa, Oklahoma, p.205-212.

Ongkosongo, Otto S.R. 1989. Pasang Surut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Pariwono, J., 1985. Australian cooperative programmes in marine sciences: tides and tidal phenontena in the ASEAN region. Fl inders University, Flinders.

Pettijohn, F.J. (1975): Sedimentary rocks. 3rd Ed. Harper & Row, New York.

Pipkin, B.W.1977. Laboratory Exercise in Oceanography. W.H Freeman and Company. San Fransisco.

Poerbandono dan E. Djunarsjah. 2005. Survey Hidrografi. Refika Aditama, Bandung.

Pond, S. and G. L. Pickard, 1983. Introductory dynamical oceanography.2 End ed. British Library Cataloguing in Publication. Data

Selley, R.C. 1988. Applied Sedimentology. xii+446 pp. London: Academic Press.

Setiyono, H. 2008. Bekal Lapangan Survai Pantai. BP UNDIP Press, Semarang.

Soegiono. 2006. Pipa Laut. Airlangga University Press, Surabaya.

Soeprapto. 2001. Survei Hidrografi. Gadjah Mada University Oress, Yoyakarta.

Sugeng widada, 2002, Modul Mata Kuliah. Universitas Diponegoro : Semarang

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D/ Bandung:Alfabeta.

Thurman, H., A. P. Trujillo. 2004. Introductory Oceanography 10th. Pearson Education.

Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta

Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.

Vail, Peter. 1987. Seismic Stratigraphy Interpretation Using Sequence Stratigraphy. Rice University, Houston, Texas

Verstappen, H.Th, 1953. Applied Geomorphology, Geomorphological Surveys for Environmental Development. Elsivier, Amsterdam.

Wichers, Johan. 2013. Guide to Single Point Moorings. WMooring Inc. USA.

Wyrtki,K.,1961. Physical oceanography of Southeast Asian waters Vol II, University of California, La Lolla.