usulan penelitian kemiri sunan.docx

25
USULAN PENELITIAN BIO-DIESEL DARI KEMIRI SUNAN (Reutealis trisperma Blanco) OLEH : Rio Saputra (1207121226) Annur Fauzi Syaputra (1207113567) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

Upload: fauziputra

Post on 26-Dec-2015

151 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

USULAN PENELITIAN

BIO-DIESEL DARI KEMIRI SUNAN

(Reutealis trisperma Blanco)

OLEH :

Rio Saputra (1207121226)

Annur Fauzi Syaputra (1207113567)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2014

Page 2: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkurangnya sumber minyak bumi yang merupakan sumber

energi utama saat ini, telah menyebabkan manusia mencari sumber energi

alternatif, keadaan ini mendorong upaya mengembangkan bahan bakar nabati.

Sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable) yang cukup

potensial adalah biodiesel dari kemiri sunan yang sampai saat ini belum

termanfaatkan secara optimal. Pembuatan bahan bakar cair dari kemiri sunan

merupakan salah satu cara untuk menggali sumber energi yang potensial [Erika,

2008].

Pada saat ini sumber utama bagi biodiesel di Indonesia adalah kelapa

sawit, namun perkembangannya terhambat karena beberapa faktor yaitu salah

satunya fungsi dari minyak kelapa sawit itu sendiri yang merupakan sumber

bahan pangan sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan pangan

nasional dan juga terbentur regulasi FAO sehingga biodiesel dari minyak kelapa

sawit dianggap produk yang kurang ramah lingkungan sehingga menyulitkan

untuk diekspor. Oleh karena itu, diperlukan sumber biodiesel lain yang berpotensi

menjadi sumber energi terbarukan. Salah satunya adalah (Reutealis trisperma

Blanco) kemiri sunan [Erika, 2008].

Kemiri sunan yang menurut sejarahnya merupakan tanaman yang berasal

dari negara Filipina dapat tumbuh dengan sangat baik di berbagai lingkungan dan

wilayah di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh pada dataran rendah hingga

1000 meter dpl, sehingga berpotensi untuk dibudidayakan di Riau. Tanaman ini

berupa pohon besar yang menghasilkan buah dengan biji yang mengandung

minyak nabati yang tinggi dan bersifat toksik sehingga tidak dapat dijadikan

minyak makan (edible oil) [Sumarno, 2009]. Menurut perkiraan produktivitas

minyak kemiri sunan per hektar dapat mengimbangi produktifitas kelapa sawit

yang saat ini menjadi penghasil minyak yang paling produktif. Sebagai upaya

untuk mendorong kemiri sunan sebagai tanaman perkebunan yang mampu

Page 3: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

menyumbangkan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel, selain kelapa sawit,

jarak pagar dan beberapa tanaman lainnya [Tatang, 2010].

1.2 Perumusan Masalah

Pada saat sekarang ini, kebutuhan masyarakat terhadap bahan bakar

minyak semakin meningkat. Namun produksi minyak bumi sebagai pemasok

utama bahan bakar semakin menipis, sehingga bio-diesel dapat digunakan sebagai

salah satu bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi. Bio-diesel diolah dari

biomassa yang berasal kemiri sunan dengan menggunakan proses transesterifikasi.

Kemiri sunan yang digunakan yaitu bagian biji yang banyak mengandung minyak

nabati.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan bio-diesel sebagai energi

alternatif pengganti minyak bumi melalui proses transesterifikasi. Serta

mempelajari pengaruh temperatur transesterifikasi terhadap jumlah bio-diesel

yang dihasilkan dan mempelajari kinetika reaksi pada proses transesterifikasi.

1.4 ManfaatPenelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan :

1. Bagi peneliti sebagai pengembangan pada ilmu pengetahuan yang

terkait didalam bidang/industri dalam pembuatan bio-diesel.

2. Bagi civitas akademik sebagai literatur atau referensi dalam

pelaksanaan pembelajaran.

3. Bagi perindustrian sebagai pengembangan iptek dan diharapkan dapat

menjadi referensi pada industri bio-diesel ataupun industi yang terkait.

1.5 Ruang Lingkup

1. Pembuatan bio-diesel menggunakan minyak kemiri sunan dengan cara

transesterifkasi dengan katalis KOH.

2. Pembuatan bio-diesel dengan memvariasikan rasio mol, temperatur

reaksi dan kecepatan pengadukan pada pembuatan bio-diesel.

Page 4: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat laboratory research. Data-data yang diperoleh

kemudian dibandingkan dengan beberapa referensi yang terkait dengan penelitian

ini. Hasil yang diperoleh akan disajikan secara deskriptif yang disertai dengan

analisa sehingga menunjukkan suatu kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan

diterapkan lebih lanjut.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan usulan penelitian terdiri dari 3 Bab. Bab I berisi

tentang latar belakang mengapa perlu melakukan pembuatan bio-diesel,

identifikasi masalah, tujuan, ruang lingkup, manfaat, metode dan sistematika

penulisan penelitian. Bab II berisikan tinjauan pustaka mengenai bahan baku,

proses serta produk yang telah komersil. Bab III berisikan metode penelitian yaitu

menjelaskan tentang bahan dan alat yang digunakan, prosedur penelitian, variabel

yang akan dilakukan dan tempat serta jadwal pelaksanaan penelitian. Selain itu,

terdapat daftar pustaka yang berisi sumber-sumber bahan pustaka mengenai

penelitian ini. Kemudian terdapat lampiran yang berisi tentang cara menghitung

penggunaan bahan baku dan prosedur analisa hasil penelitian.

Page 5: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomassa

Biomassa merupakan salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui.

Biomassa sebagai sumber energi yang sangat potensial pada abad 21 mempunyai

dua karakteristik. Pertama, biomassa sebagai sumber bahan organik yang dapat

diperbaharui dan persediannya melimpah (berdasarkan data yang dilaporkan

suwono kira-kira mencapai 40 milyar ton/tahun). Kedua, biomassa dapat

mengikat karbon dioksida dari atmosfir [Song dkk, 2000].

Biomassa dapat diperoleh dari limbah organik yang terdapat pada limbah

pertanian, limbah hutan, dan limbah perkotaan. Biomassa dapat dibagi atas 3

kategori, yaitu:

1. Biomassa hutan dapat berupa ranting kayu, sisa penebangan, serbuk kayu,

kulit kayu, dan limbah hutan lainnya.

2. Biomassa pertanian berasal dari limbah yang dihasilkan setelah panen dan

limbah dari perkebunan.

3. biomassa perkotaan berasal dari sampah perkotaan, perdagangan dan

limbah industri.

Kandungan biomassa yang terdiri dari karbon dan hidrogen dapat

dijadikan dasar sebagai kandungan yang terdapat dalam bahan bakar [Quebec,

2004].

Teknologi yang digunakan untuk mengkonversi biomassa dapat dibagi

menjadi empat kategori. Proses pembakaran langsung, proses termokimia, proses

biokimia dan proses agrokimia. Proses konversi termokimia dapat dibagi lagi

menjadi : gasifikasi, pyrolysis dan pencairan langsung yang menghasilkan cairan

yang lebih banyak dari proses lainnya [Song dkk, 2000].

2.2 Kemiri Sunan

Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) merupakan tumbuhan asli dari

Filipina, namun saat ini banyak umbuh secara alami di Jawa Barat. Tanaman

Page 6: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

kemiri sunan diklasifikasikan kedalam divisi Magnoliophyta, kelas

Magnoliopsida, ordo Malpiqhiales, famili Euphorbiaceae, sub-famili

Crotonoideae, genus Aleurites, spesies Aleurites trisperma. Tanaman ini

merupakan jenis tanaman liar dari Filipina yang dapat tumbuh pada daerah

berketinggian rendah sampai sedang [Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan, 2009].

Bahkan di Jawa Barat ditemukan tumbuh dan berproduksi dengan baik

hingga ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Potensi terbesar dari

tanaman kemiri sunan terdapat pada buah yang terdiri dari biji dan cangkang

(kulit). Pada biji terdapat inti biji dan kulit biji. Inti biji (kernel) inilah yang dapat

diproses menghasilkan minyak nabati yang sangat potensial sebagai, penghasil

biosolar beserta turunan-turunannya [Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan, 2009].

Potensi terbesar dari tanaman Kemiri Sunan ada pada buah yang terdiri

dari biji dan cangkang (kulit). Pada biji terdapat inti biji dan kulit biji. Inti biji

inilah yang nantinya dapat diproses menjadi minyak kemiri sunan dan digunakan

sebagai sumber energi alternatif pengganti solar (biodiesel) melalui proses lebih

lanjut.

Inti dari buah mampu menghasilkan minyak sebesar 56 % [Vassen &

Umali, 2001]. Untuk mendapatkan minyak, inti biji harus diperah terlebih dahulu.

Hasil dari perahan ini berupa minyak berwujud cairan bening berwarna kuning

dan bungkil.

Komposisi minyak terdiri dari asam palmitic 10 %, asam stearic 9 %, asam

oleic 12 %, asam linoleic 19 % dan asam α-elaeostearic 51 %. Asam α-

elaeostearic menjelaskan adanya kandungan racun pada minyak.

Minyak Kemiri Sunan hasil perahan tersebut kemudian diproses lebih

lanjut menjadi biodiesel. Minyak tersebut selain digunakan sebagai biodiesel, juga

digunakan dalam berbagai produk industri. Antara lain digunakan sebagai bahan

untuk membuat pernis, cat, sabun, linoleum, minyak kain, resin, kulit sintetis,

Page 7: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

pelumas, kampas, dan campuran pada pembersih/pengkilap, pelindung kontainer

makanan dan obat-obatan, melapisi/melindungi permukaan kawat dan logam lain

seperti pada radio, radar, telepon, dan perlengkapan telegraf [Duke, 1978].

Sisa dari ekstraksi berupa bungkil mengandung 6 % nitrogen, 1,7 %

potassium dan 0,5 % phosphor. Bungkil ini dapat diolah lebih lanjut menjadi

biogas. Dari 3 kg bungkil diperoleh 1,5 m3 biogas atau setara dengan 1 liter

minyak tanah.

Menurut Tatang (2007), rata-rata kebutuhan harian biogas utk 1 rumah

tangga adalah 2 - 3 m3/hari, sehingga dibutuhkan 6 – 9 kg bungkil per hari, atau 2

– 3 ton bungkil per tahun. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut diperlukan sekitar

6 ton biji kering per tahun.

Jika diasumsikan produktivitas per pohon pada usia diatas 7 tahun

mencapai 300 kg biji kering per tahun, maka tiap rumah tangga mampu

mencukupi sendiri kebutuhan biogas per tahun hanya dengan menanam 15 pohon

Kemiri Sunan, tidak perlu lagi membeli minyak tanah. Dengan demikian

penjarahan hutan untuk kayu bakar tidak perlu terjadi lagi.

Limbah bungkil sisa dipakai untuk biogas dapat digunakan sebagai pupuk.

Sebagai pembanding, untuk 1 Ha tanaman padi dibutuhkan pupuk urea sebesar

150 kg (kandungan N 45%).

2.3 Biodiesel

Biodiesel adalah sejenis bahan bakar yang termasuk kedalam kelompok

bahan bakar nabati (BBN) .Bahan bakunya bisa berasal dari berbagai sumber

daya nabati, yaitu kelompok minyak dan lemak.

Biodiesel merupakan suatu nama dari Alkyl Ester atau rantai panjang asam

lemak yang berasal dari minyak nabati maupun lemak hewan. Biodiesel tidak

mengandung petroleum diesel atau solar.

Page 8: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester yang diproduksi melalui reaksi

transesterifikasi antara trigliserida (minyak nabati, seperti minyak sawit, minyak

jarak dll) dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis

basa.

2.4 Ekstraksi Sokletasi

Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis

ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang-ulang dan

menjaga jumlah pelarut relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet. Minyak

nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun

tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut baik dalam pelarut organik, seperti

benzen dan heksan. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bagian tumbuhan

dapat dilakukan metode sokletasi dengan menggunakan pelarut yang sesuai

[Ketaren, 1986].

Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa

dari material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah

labu didih, ekstraktor dan kondensor. Sampel dalam sokletasi perlu dikeringkan

sebelum disokletasi. Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk

mengilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample sedangkan dihaluskan

adalah untuk mempermudah senyawa terlarut dalam pelarut. Didalam sokletasi

digunakan pelarut yang mudah menguap. Pelarut itu bergantung pada

tingkatannya, polar atau non polar [Ketaren, 1986].

Bila penyaringan telah selesai maka pelarut yang telah di uapkan kembali

adalah zat yang bersisa. n-heksana merupakan pelarut yang baik untuk

hidrokarbon dan untuk senyawa yang mengandung oksigen proses penyaringan

yang berulang ulang pada proses sokletasi bergantung pada tetesan yang mengalir

pada bahan yang di ekstraksi. Sampel pelarut yang digunakan bening atau tidak

berwarna lagi. Umumnya prosedur sokletasi hanya pengulangan, sistematis dan

dengan menggunakan pemisahan labu untuk ekstraksi sederhana tetapi lebih

Page 9: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

merupakan metode yang spesial, dan alat yang digunakan lebih kompleks, Oleh

karena itu alat soklet cenderung mahal.

Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi:

a. Pelarut yang mudah menguap, misalnya n-heksana, eter, petroleum eter,

metil klorida dan alkohol;

b. Titik didih pelarut rendah;

c. Pelarut dapat melarutkan senyawa yang diinginkan;

d. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan; dan

e. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi (polar atau nonpolar).

Keuntungan metode ini adalah :

1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak

tahanterhadap pemanasan secara langsung.

2. Digunakan pelarut yang lebih sedikit.

3. Pemanasannya dapat diatur.

Kerugian dari metode ini :

1. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah

bawah terus- menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi

peruraian oleh panas.

2. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya

dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan

membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

3. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan

pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena

seluruh alat yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini

untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.

2.5 Transesterifikasi

2.5.1 Aspek Umum Transesterifikasi

Transesterifikasi adalah istilah umum yang digunakan untuk

menjabarkan reaksi organik yang penting di mana ester ditransformasi menjadi

Page 10: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

bahan lain melalui interchange dari alkoksi. Jika reaksi terjadi antara ester

original dengan suatu alkohol maka proses transesterifikasi disebut sebagai

alkoholisis. Dalam review ini istilah transesterifikasi digunakan juga sebagai

sinonim dari alkoholisis ester karboksilat. Reaksi transesterifikasi adalah reaksi

setimbang dan transformasinya terjadi oleh adanya pencampuran reaktan.

Keberadaan katalis dapat mempercepat pengaturan kesetimbangan. Untuk

memperoleh yield ester yang tinggi maka digunakan alkohol berlebih.

2.5.2 Transesterifikasi Minyak Nabati

Dalam transesterifikasi minyak nabati, trigliserida bereaksi dengan

alkohol dengan adanya asam kuat atau basa kuat sebagai katalis menghasilkan

campuran fatty acid alkyl ester dan gliserol (Freedman, et al.,1986). Reaksi

transesterifikasi antara minyak atau lemak alami dengan metanol digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.1. Reaksi Transesterifikasi [Renita, 2006]

Freedman, et al (1986) melaporkan bahwa reaksi transesterifikasi

merupakan reaksi tiga tahap dan reversibel di mana mono dan digliserida

terbentuk sebagai intermediate. Reaksi stoikimetris membutuhkan 1 mol

trigliserida dan 3 mol alkohol. Dalam hal ini digunakan alkohol berlebih untuk

meningkatkan yield alkyl ester dan untuk memudahkan pemisahan fasanya dari

gliserol yang terbentuk [Schuchardt, et al., 1998].

Proses transesterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu,

kecepatan pengadukan, jenis dan konsentrasi katalis dan perbandingan etanol-

asam lemak. Proses transesterifikasi akan berlangsung lebih cepat bila suhu

Page 11: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

dinaikkan mendekati titik didih alkohol yang digunakan. Semakin tinggi

kecepatan pengadukan akan menaikkan pergerakan molekul dan menyebabkan

terjadinya tumbukan. Pada awal terjadinya reaksi, pengadukan akan

menyebabkan terjadinya difusi antara minyak atau lemak sampai terbentuk metil

ester. Pemakaian alkohol berlebih akan mendorong reaksi ke arah pembentukan

etil ester dan semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul-

molekul metanol dan minyak yang bereaksi [Hui, 1996].

Menurut Schuchardt, et al. (1998) di samping faktor-faktor yang telah

disebutkan sebelumnya, kemurnian reaktan terutama kandungan air dan

kandungan asam lemak bebas (FFA) juga merupakan faktor yang mempengaruhi

keberlangsungan transesterifikasi.

Transesterifikasi minyak nabati menjadi metil ester dilakukan dengan

satu atau dua tahap proses, tergantung pada mutu awal minyak nabati. Proses

transesterifikasi memerlukan katalis untuk mempercepat laju pembentukan ester.

Biasanya katalis yang digunakan berupa asam (HCl, H2SO4) atau katalis

basa/alkali (NaOCH3, KOH dan NaOH).

Gambar 2.2 mekanisme transesterifikasi dengan katalis asam [Manurung, 2005]

Mekanisme transesterifikasi-katalis basa ditunjukkan dalam Gambar 2.2

Tahap I : reaksi antara basa dan alkohol menghasilkan alkoksida dan katalis

terprotonkan.

Tahap II : nukleofilik menyerang alkoksida pada grup karbonil dari TG

Page 12: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

membentuk suatu intermediate.

Tahap III : pen-stabilan muatan intermediate membentuk digliserida dan alkil

ester.

Tahap IV : katalis mengalami deprotonasi dan kembali ke keadaan

semula.

Pembentukan monogliserida dan ester terjadi melalui mekanisme yang

serupa.

Gambar 2.3 Mekanisme Transesterifikasi [Manurung, 2005]

Page 13: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian

3.1.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi biji kemiri

sunan yang telah dikeringkan dengan berat 500 g, KOH 1,5% berat sampel,

metanol p.a., n-heksan p.a.

3.1.2 Alat

Satu unit reaktor yang dilengkapi dengan motor pengaduk, satu set alat

sokletasi, blender untuk menghaluskan biji kemiri sunan, pipet tetes, timbangan,

gelas ukur, gelas kimia, erlenmeyer, sentrifus, unit destilasi, piknometer,

viskometer Oswald, Cleveland flash point tester, Kalorimeter.

3.1.3 Rangkaian Alat

Pada penelitian Pembuatan bio-diesel dari kemiri sunan, menggunakan

alat ekstraksi berupa 1 set alat soklet. Rangkaian alat tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut:

Keterangan :

1. Kondensor

2. Tabung soklet

3. Selongsong

4. Statif

5. Labu didih dasar

bulat

6. Mantel pemanas

2

4

3

1

5

6

Gambar 3.1 Rangkaian alat sokletasi

Page 14: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Tetap

1. Waktu reaksi 4 jam

3.2.2 Variabel Bebas

1. Ratio minyak : methanol : 1:4, 1:5, 1:6

2. Suhu Reaksi : 50oC, 60oC, 70oC

3. Kecepatan Pengadukan : 550 rpm, 600 rpm, 650 rpm

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Persiapan bahan baku

Kernel kemiri sunan yang telah dikeringkan dibeli dari penjual. Bahan-

bahan kimia diperoleh dari penjual bahan-bahan kimia di daerah panam.

3.3.2 Proses ekstraksi minyak pada biji kemiri sunan

Pada penelitian ini minyak kernel kemiri sunan dipisahkan dengan cara

ekstraksi sokletasi.

Gambar 3.2. Proses Ekstraksi Bio-oil

500 g kernel kemiri sunan

Pembersihan pengeringan dan pengecilan ukuran

Ekstraksi menggunakan pelarut

Minyak Ampas

Page 15: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

Biji kemiri sunan yang telah dikeringkan terlebih dahulu di diperkecil

ukurannnya dengan cara diblender, lalu dibungkus dalam selongsong yang terbuat

dari kertas saring, lalu dimasukkan kedalam unit sokletasi lalu mulai diekstraksi

sampai pelarut yang merendam bahan berwarna bening, proses sokletasi

dilakukan pada suhu sekitar 70oC-75 oC. Minyak yang diperoleh tersebut dianalisis

kadar ALB-nya.

3.3.3 Proses pembuatan biodiesel dari minyak biji kemiri sunan

Minyak (Bio-oil) yang didapat dari proses ekstraksi, di masukkan kedalam

labu reaksi yang dilengkapi dengan pengaduk magnetik dengan menambahkan

metanol. Setelah itu dilakukan proses transesterifikasi, dengan menambahkan

katalis KOH 1,5% untuk memulai proses transesterifikasi selama 4 jam. Setelah

proses transesterifikasi selesai, campuran biodiesel, gliserol dan metanol

dipisahkan. Pertama, dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan giserol dari

biodiesel kemudian dilakukan proses destilasi untuk memisahkan metanol dari

biodiesel dan selanjutnya didapatkan biodiesel murni.

3.4 Analisis Kualitas Biodiesel.

Untuk mengetahui kualitas biodiesel yang dihasilkan maka dilakukan

beberapa analisis parameter antara lain densitas 40◦C, Viskositas kinematik pada

40oC, titik nyala, titik tuang, angka setane, dan nilai kalor.

1. Penentuan Densitas

Penentuan masa jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer.

2. Penentuan Viskositas

Viskositas ditentukan menggunakan alat ukur berupa viskometer oswald.

3. Penentuan Titik Nyala

Titik nyala ditentukan dengan menggunakan alat titik nyala cleveland flash

point tester.

4. Penentuan Titik Tuang (Pour Point)

Page 16: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

Untuk menentukan titik tuang, minyak mula-mula dipanaskan sampai

115oF, dimana semua lilin sudah larut lalu didinginkan menjadi suhu mula-

mula minyak sebelum dipanaskan yaitu sekitar 90oF.

5. Penentuan nilai kalor

Nilai kalor bahan bakar ditentukan berdasarkan hasil pengukuran dengan

Kalorimeter.

6. Penentuan angka setana

Untuk menghitung setana indeks digunakan persamaan ASTM D-4373 dan

menggunkan ASTM D-976.

3.5 Tempat dan Pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan di lab TRK yang berada di fakultas teknik

Universitas Riau selama 5 minggu dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan

No KegiatanMinggu ke-

1 2 3 4 5

1. Penelusuran literatur lanjutan

2. Persiapan bahan dan peralatan

3. Pelaksanaan eksperimen

4. Pengujian sifat mekanik, dan morfologi sampel

5. Pengolahan dan analisis data eksperimen

6. Pembuatan laporan dan pelaporan penelitian

Page 17: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

DAFTAR PUSTAKA

Duke, J.A. 1978. The quest for tolerant germplasm. p. 1-61. In: ASA Special

Symposium 32, Crop tolerance to suboptimal land conditions. Am. Soc.

Agron. Madison, WI.

Erika. 2008. Biofuel Dilemma : Alternative Energy Vs Food Crisis, Studi Kasus

Mengenai Dilema Penggunaan Biofuel Sebagai Sumber Energi Alternatif

dan Krisis Pangan yang Ditimbulkannya. Tugas Makalah Akhir. Jakarta.

Freedman, B., Butterfield, R. O., Pryde, E., H., 1986. Transesterification Kinetics

of Soybean Oil, J. Am. Oil Chem. Soc, 63 (10): 1375-80.

Hui, Y. H., 1996, Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, Oilseed Product, 5th

ed, 2. New York. John Wiley and Son Company Pub.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit

Universitas Indonesia. Jakarta.

Manurung, R. 2005. Optimasi dan Kinetika Transesterifikasi Minyak Sawit

Menjadi Metil Ester. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara. Medan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2009. InfoTek Perkebunan.

Volume 1, nomor 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Bogor.

Quebec. 2004. Biomass. http://www.mrn.gouv.qc.ca/english/energy/index.jsp.mtl.

26 April 2014.

Schuchardt, U., Sercheli, R., and Vargas, R. Matheus, 1998, Transesterification of

Vegetable Oil: a Review, Journal Braz. Chem. Society 9 (1): 199-210.

Song,.C, Hu,.H, Wang,.G, dan Chen,.G. 2000. Liquefaction of Biomass with

Water in Sub – and Supercritical States. Scientific Research Fund For

Doctoral Award Unit In Chines University

Tatang H. Soerawidjaja, Oxidative and Thermal Degradations of Biodiesel and

Possible Methods for Determining Related Stabilities, Presented at The

3rd Meeting of Working Group for the Standardization of Biodiesel Fuel

Page 18: USULAN PENELITIAN kemiri sunan.docx

for Vehicles in East Asia, Nakanoshima Center, Osaka, Japan, 29-30

November 2007.

Vossen, H. A. M.; Umali, B. E. (Editors). 2001. Plant resources of South-East

Asia No 14. Vegetable oils and fats. Backhuys Publishers, Leiden, the

Netherlands. 229 pp.