unud-1123-2109428737-tesis arniti

118
 TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR NI KETUT ARNITI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Upload: satria-adi-putra

Post on 05-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Satria Adi Putra

TRANSCRIPT

  • TESIS

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

    PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL

    DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR

    NI KETUT ARNITI

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2014

  • TESIS

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

    PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL

    DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR

    NI KETUT ARNITI

    NIM 1292161021

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2014

  • ii

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

    PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL

    DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR

    Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

    pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

    NI KETUT ARNITI

    NIM 1292161021

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2014

  • iii

    Lembar Pengesahan

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    TANGGAL 19 JUNI 2014

    Pembimbing I,

    Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH

    NIP. 194810101977021001

    Pembimbing II,

    dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH

    NIP. 197806272005012002

    Mengetahui

    Ketua Program Studi

    Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Program Pascasarjana

    Universitas Udayana,

    Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH

    NIP.194810101977021001

    Direktur

    Program Pascasarjana

    Universitas Udayana,

    Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K)

    NIP.195902151985102001

  • iv

    Tesis ini Telah Diuji pada

    Tanggal 19 Juni 2014

    Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

    Universitas Udayana No : 1755/UN 14.4/HK/2014

    Tanggal 17 Juni 2014

    Ketua : Prof.dr.Dewa Nyoman Wirawan, MPH

    Anggota :

    1. dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH 2. Prof. Dr. dr. Tuti Parwati Merati, SpPD 3. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K) 4. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, MSi

  • v

    SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

    Nama : Ni Ketut Arniti

    NIM : 1292161021

    Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Judul Tesis : Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penerimaan Tes

    HIV oleh Ibu Hamil di Puskesmas Kota Denpasar

    Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah *tesis/disertasi ini bebas plagiat.

    Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmuah ini, maka

    saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI Nomor : 17 tahun

    2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Denpasar,

    Ni Ketut Arniti

    NIM. 1292161021

  • vi

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur

    kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya

    atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis dapat diselesaikan.

    Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH sebagai

    pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberi dorongan, semangat,

    bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya

    dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis

    sampaikan kepada dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH sebagai pembimbing II

    yang telah dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan

    dan saran kepada penulis.

    Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

    Prof. Dr. dr. I Ketut Suatika, SpPD(KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang

    diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

    Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan

    terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana

    Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K)

    atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa

    Program Magister pada Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Tidak lupa

    penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH

    selaku ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

    Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada

    Kordinator Peminatan KIA-Kespro Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

    Masyarakat Universitas Udayana dan semua dosen serta staf di Program Studi

    Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan

    pula kepada para penguji tesis ini, yaitu Prof. Dr. dr. Tuti Parwati Merati, Sp.PD,

    Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro PA(K) dan Dr. dr. Dyah

    Pradnyaparamita Duarsa, M.Si yang telah memberikan masukan dan koreksi.

  • vii

    Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Puskesmas II Denpasar

    Selatan dr. AA Candrawati dan Kepala Puskesmas I Denpasar Utara dr. AAA.

    Ampera Prihatini, MM yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di

    tempat ini.

    Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

    tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru, mulai dari SD sampai

    perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang

    telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berfikir logik

    dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya

    kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada suami tercinta I Putu

    Agus Wahyu Arta Negara, SH serta anak-anak Putu Arnelita Devaney Arta

    Negara dan Made Averina Mieko Arta Negara tersayang, yang dengan penuh

    pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih

    berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

    Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu

    melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

    dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

    Denpasar,

    Penulis

  • viii

    ABSTRAK

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

    PENERIMAAN TES HIV OLEH IBU HAMIL

    DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR

    HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk

    Indonesia. Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia terus mengalami peningkatan

    begitupula kasus HIV pada perempuan dan anak. Tes HIV selama kehamilan

    merupakan salah satu upaya untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.

    Berdasarkan wawancara awal, diketahui bahwa berbagai faktor dapat

    mempengaruhi penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui alasan ibu hamil menerima atau tidak menerima tes HIV serta

    faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

    Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian

    cros-sectional dan besar sampel penelitian adalah 120 ibu hamil. Data

    dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terstruktur.

    Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi-square dan

    analisis multivariat dengan regresi logistik.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (67,5%)

    menerima tes HIV. Faktor yang ditemukan berhubungan dengan penerimaan tes

    HIV oleh ibu hamil adalah faktor dukungan suami atau keluarga

    (OR=8,711;95%CI=2,88726,279), faktor persepsi keparahan penyakit

    HIV/AIDS (OR=3,392;95%CI=1,076-10,692) serta faktor pekerjaan

    (OR=2,816;95%CI=1,0707,416). Faktor usia, pendidikan, paritas, frekuensi

    ANC, pengetahuan tentang HIV MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan,

    persepsi manfaat, persepsi halangan, dukungan petugas kesehatan dan dukungan

    teman tidak berhubungan secara signifikan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu

    hamil. Alasan menerima tes adalah karena mengikuti anjuran petugas kesehatan,

    ingin tahu status HIV nya saja dan hanya sebagian kecil alasan untuk melindungi

    anak. Alasan tidak menerima tes yang diungkapkan responden adalah takut

    diambil darah, takut hasil yang akan diterima dan tidak mendapat persetujuan

    untuk tes HIV dari suami.

    Simpulan dari penelitian adalah dukungan suami atau keluarga, persepsi

    keparahan penyakit HIV/AIDS dan pekerjaan merupakan faktor yang ditemukan

    berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Hasil penelitian ini

    diharapkan dapat berguna bagi petugas kesehatan di tempat pelayanan antenatal

    care dan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut.

    Kata Kunci : penerimaan tes HIV, ibu hamil, denpasar

  • ix

    ABSTRACT

    FACTORS RELATED TO ACEPTENCE OF HIV TESTING BY

    EXPECTANT MOTHERS IN COMMUNITY HEALTHCEARE

    CENTRES IN DENPASAR

    HIV/AIDS is a health problem throughout the world, including Indonesia.

    HIV is becoming an increasing concern in Indonesia, particularly among women

    of reproductive age. HIV testing during pregnancy is one way to prevent the

    transmission of HIV from mother to child. This study aims to determine the

    reasons behind the acceptance of pregnant women in undergoing HIV testing and

    the factors associated with the client willingness.

    This study was quantitative methods study design was cross sectional with a

    large sample of 120 expectant mothers. Data were collected by interviews using a

    structured questionnaire. Univariate data analysis, bivariate chi-square test and

    multivariate analysis with logistic regression was used to assess findings

    The results showed that the majority of respondents (67.5%) would be willing

    to undergo HIV testing. Factors associated with the acceptance of HIV testing by

    expectant mothers were husband/family support (OR=8.711,95%CI=2.887-

    26.279), perceived severity of HIV (OR = 3.392, 95% CI = 1.076 to 10.692) and

    employment status (OR = 2.816, 95% CI = 1.070 to 7.416). Factors of age,

    education, parity, frequency of ANC, knowledge, perception of susceptibility,

    perceived benefits, perceived barrier, support health workers and peer support

    were not significantly associated with acceptance of HIV testing by expectant

    mothers. Supporting factors include encouragement and advice from healthcare

    providers, concern about HIV status, and a minority were accepting because of

    concern for future children. Reasons behind non-acceptance of HIV testing

    included fear of the use of syringe in sample extraction, fear of results and lack of

    agreement from partner.

    The conclusions of the study is factors associated with the acceptance of HIV

    testing by expectant mothers were husband/family support perceived severity of

    and employment status. The results of this study are expected to be useful for

    health workers in the antenatal care and can be used as a basis for further research.

    Keywords: acceptance of HIV testing, expectant mothers, Denpasar

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman Sampul Dalam......

    Lembar Persyaratan Gelar Magister.....................................................................

    Lembar Persetujuan Pembimbing Tesis...

    Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis...

    Surat Pernyataan Bebas Plagiat.

    Ucapan Terima Kasih

    Abstrak

    Abstract

    Daftar Isi

    Daftar Gambar.

    Daftar Tabel.

    Daftar Singkatan.

    Daftar Lampiran.

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    1.2 Rumusan Masalah...

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    1.3.2 Tujuan Khusus..

    1.4 Manfaat Penelitian.

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    ix

    x

    xiii

    xiv

    xv

    xvii

    1

    6

    7

    7

    8

    9

    Halaman

  • xi

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Anak (PPIA)...................................

    2.2 Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC)....

    2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu

    Hamil..........................................................................................................................

    2.4 Teori Perubahan Prilaku oleh Para Ahli...................................................................

    BABA III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP

    DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Berpikir...

    3.2 Konsep Penelitian...

    3.3 Hipotesis Penelitian

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1 Rancangan Penelitian.

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.

    4.3 Ruang Lingkup Penelitian.

    4.4 Sumber Data..

    4.4.1 Populasi Penelitian

    4.4.2 Sampel Penelitian.

    4.5 Variabel Penelitian

    4.5.1 Variabel Bebas

    4.5.2 Variabel Tergantung

    4.5.3 Definisi Operasional Variabel

    4.6 Instrumrn Penelitian

    4.7 Cara Pengumpulan Data......

    4.8 Analisis Data

    10

    11

    12

    22

    26

    28

    28

    30

    30

    30

    30

    31

    31

    34

    34

    34

    34

    35

    36

    37

  • xii

    4.8.1 Teknik Pengolahan Data..

    4.8.2 Teknik Analisis Data...

    4.9 Pertimbangan Etik

    BAB V HASIL PENELITIAN

    5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan PPIA..

    5.2 Karakteristik Responden Penelitian.

    5.3 Hubungan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil dengan Variabel

    Independen.

    5.4 Hasil Analisis Multivariat..

    BAB VI PEMBAHASAN

    6.1 Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil..

    6.2 6.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil

    di Kota Denpasar..................................................................................................

    6.3 Keterbatasan Penelitian....

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Simpulan...

    7.2 Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    37

    40

    42

    43

    44

    50

    53

    55

    59

    68

    70

    71

    72

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Model Prilaku Green (1980)...........................................................23

    Gambar 3.2 Konsep Penelitian diadopsi dari Teori Lawrence Green dan Teori

    Health Belief Model..28

    Halaman

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Table 4.1 Perhitungan Besar Sampel..32

    Tabel Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel34

    Tabel 5.2.1 Penerimaan Tes HIV Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kota

    Denpasar..44

    Tabel 5.2.2 Karakteristik Responden Penelitian di Puskesmas Kota

    Denpasar..44

    Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban mengenai Sumber

    Informasi HIV/AIDS, MTCT, PMTCT, Alasan Menerima dan

    Menolak Tes HIV ...47

    Tabel 5.3 Analisis Bivariat Hubungan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu Hamil

    dengan Variabel Independen.50

    Tabel 5.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan

    Tes HIV oleh Ibu Hamil.....53

    Halaman

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    AIDS =Acquired Immune Deficiency Syndrome

    ARV =Antiretroviral

    ANC = Antenatal Care

    ARR =Adjusted Ratio Risk

    CI =Confodent Interval

    Dinkes =Dinas Kesehatan

    Depkes RI =Departemen Kesehatan Republik Indonesia

    Ditjen P2PL =Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan

    Lingkungan

    dkk =dan kawan-kawan

    HIV =Human Immunodeficiency Virus

    KB =Keluarga Berencana

    Kemkes RI =Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

    KIA =Kesehatan Ibu dan Anak

    KPA =Komisi Penanggulangan AIDS

    LKB =Layanan Komprehensif Berkesinambungan

    MTCT =Mother to Child HIV Transmission

    ODHA =Orang Dengan HIV/AIDS

    OR =Odds Ratio

    PITC =Provider Initiated HIV Testing and Counseling

  • xvi

    PMTCT =Prevention Mother to Child HIV Transmission

    PPIA =Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi

    Puskesmas =Pusat Kesehatan Masyarakat

    RR =Rate Ratio

    UNAIDS =United Nations Programme on HIV/AIDS

    VCT =Voluntary Counseling Test

    WHO =World Health Organization

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Output SPSS .................................................................76

    Lampiran 2 : Kuesioner Pengumpulan Data ......................................98

    Lampiran 3 : Keterangan Kelaikan Etik.............................................109

    Lampiran 4 : Ijin Penelitin dari Kesbanglinmas.................................110

    Halaman

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome

    (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

    Organization (WHO) menyatakan bahwa HIV/AIDS menjadi ancaman global dan

    mengakibatkan dampak merugikan di semua sektor. Penyakit HIV/AIDS

    merupakan penyakit infeksi penyebab kematian peringkat atas dengan angka

    kematian dan angka kejadian penyakit yang tinggi serta membutuhkan diagnosis

    serta terapi yang cukup lama (WHO, 2006).

    Laporan Epidemi HIV Global UNAIDS tahun 2012 menunjukan terdapat 34

    juta orang dengan HIV di seluruh dunia dan 50% di antaranya adalah perempuan

    dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia Selatan dan Tenggara,

    terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV dan AIDS dan 1,3 juta orang atau

    37% adalah perempuan (WHO, 2011). Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV

    dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya jumlah

    laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman, yang selanjutnya akan

    menularkan pada pasangan seksualnya.

    Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu dan selain itu

    juga dapat menularkan virus kepada bayinya. Virus HIV dapat ditularkan dari ibu

    yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan saat persalinan dan

    menyusui. Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tersebut diperkirakan 5-10%

    selama kehamilan, 10-20% selama persalinan dan 5-20% selama menyusui. Lebih

  • 2

    dari 90% kasus anak yang terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan

    dari ibu ke anak atau mother to child HIV transmission (MTCT) (Kemenkes,

    2012). UNAIDS tahun 2009 memperkirakan 22.000 anak di wilayah Asia Pasifik

    terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan dan setengah dari anak yang terinfeksi

    tersebut akan meninggal sebelum berusia dua tahun.

    Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama

    dan merupakan penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan

    anak. HIV telah ada di Indonesia sejak kasus pertama ditemukan di Bali tahun

    1987. Indonesia juga merupakan salah satu negara di dunia dengan estimasi

    peningkatan insidens rate infeksi HIV lebih dari 25% (UNAIDS, 2012). Saat ini

    Indonesia merupakan negara dengan tingkat epidemi HIV terkonsentrasi, karena

    terdapat beberapa daerah dengan prevalensi HIV lebih dari 5% pada subpopulasi

    tertentu, dan prevalensi HIV 2,4% pada populasi umum 15-49 tahun yang terjadi

    di Provinsi Papua dan Papua Barat.

    Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia terus mengalami peningkatan

    begitupula kasus HIV pada perempuan dan anak. Seiring dengan meningkatnya

    proporsi HIV pada perempuan yaitu 28%, terjadi pula peningkatan jumlah kasus

    AIDS pada ibu rumah tangga dari 172 orang pada tahun 2004 menjadi 3.368

    orang sampai bulan Juni 2012. Jumlah anak dengan AIDS yang tertular HIV dari

    ibunya meningkat pula dari 48 orang pada tahun 2004 menjadi 912 sampai bulan

    Juni 2012 (Kemenkes RI, 2012).

    Meskipun angka prevalensi dan penularan HIV dari ibu ke bayi masih

    terbatas, jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV cenderung meningkat. Prevalensi

  • 3

    HIV pada ibu hamil diproyeksikan meningkat dari 0,38% tahun 2012 menjadi

    0,49% pada tahun 2016. Infeksi HIV dari ibu ke anak dapat dicegah, melalui

    upaya pencegahan penularan dari ibu ke anak yang merujuk dari rekomendasi

    WHO tahun 2010, dimana pada dasarnya semua ibu hamil ditawarkan tes HIV.

    Penawaran tes HIV pada ibu hamil bisa dilakukan saat ibu datang untuk

    kunjungan antenatal. Hal ini sebagai wujud layanan integrasi Pencegahan

    Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) dengan pelayanan Kesehatan Ibu dan

    Anak (KIA) (Kemenkes, RI, 2012).

    Data WHO melaporkan bahwa cakupan ibu hamil yang sudah melakukan tes

    HIV mengalami peningkatan, kecuali Indonesia yang masih tetap paling rendah

    yaitu < 1% sedangkan Thailand pencapainnya paling tinggi yaitu 94%, China

    64%, Vietnam 52% dan Cambodia 41% (WHO, 2012). Data Kementerian

    Kesehatan juga menyebutkan bahwa hingga tahun 2012 kejadian penularan dari

    ibu ke anak sudah mencapai 2,6 persen dari seluruh kasus HIV/AIDS yang

    dilaporkan di Indonesia (Kemenkes RI, 2012).

    Di Provinsi Bali kasus kumulatif HIV/AID sejak di temukan di Bali tahun

    1987 sampai dengan bulan Mei 2013 adalah sebesar 7.856 orang dan 35,5 % dari

    keseluruhan kasus adalah perempuan. Pada tahun 2012 jumlah ibu hamil yang

    sudah melakukan tes HIV sebanyak 1.284 orang atau 1,8% dari sasaran ibu hamil

    sebanyak 72.713 orang. Dari ibu hamil yang melakukan tes HIV tersebut 53 orang

    dinyatakan positif HIV (Dinkes Provinsi Bali, 2013).

    Data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali menyatakan bahwa

    berdasarkan perhitungan secara statistik epidemiologi menunjukan bahwa sekitar

  • 4

    500 ibu hamil di Bali diperkirakan positif HIV/AIDS setiap tahun. Pola penularan

    HIV pada ibu hamil tersebut, adalah penularan dari suami yang berganti-ganti

    pasangan seksual kepada istrinya. Penularan tersebut tidak hanya pada ibu hamil

    yang terinfeksi HIV dari suami saja, namun berlanjut kepada anak yang

    dikandungnya (Wirawan, 2012).

    Di Provinsi Bali, kota Denpasar merupakan penyumbang angka HIV/AIDS

    tertinggi dibandingkan dengan 8 kabupaten lainnya. Jumlah kumulatif kasus

    HIV/AIDS sejak ditemukan tahun 1978 sampai dengan bulan Mei 2013 di Kota

    Denpasar sebanyak 3.146 orang atau 40,05% dari seluruh kasus HIV di Provinsi

    Bali. Sedangkan cakupan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HIV baru

    mencapai 2,58% dari 17.552 orang sasaran ibu hamil tahun 2012 (Dinkes Provinsi

    Bali, 2013).

    Terkait pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PPIA)

    yang terintegrasi pada layanan KIA, Bali mempunyai peluang untuk mengatasi

    permasalahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Hal ini dapat kita lihat dari cakupan

    K1 atau akses layanan kesehatan bagi ibu hamil mencapai 97,58% pada tahun

    2012 (Dinkes Provinsi Bali, 2012).

    Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan, dan penawaran tes

    HIV bagi ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC dimulai dari unit layanan

    pemerintah salah satunya puskesmas. Dengan penawaran tes HIV secara aktif

    dilakukan oleh petugas kesehatan bagi ibu hamil di Puskesmas maka harapan

    untuk penemuan dan pengobatan kasus HIV/AIDS menjadi lebih besar dan risiko

    penularan HIV dari ibu ke bayi dapat diturunkan.

  • 5

    Penawaran tes HIV secara aktif oleh petugas kesehatan bagi seluruh ibu hamil

    yang melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas di Bali khususnya Denpasar

    sebagian besar dilakukan sejak tahun 2012 dan ditingkatkan terus pada tahun

    2013. Namun seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa cakupan ibu hamil

    yang melakukan pemeriksaan HIV masih belum mencapai target yang

    diharapakan.

    Berdasarkan hasil wawancara terhadap 8 ibu hamil yang melakukan

    kunjungan ANC di 4 Puskesmas Kota Denpasar, berbagai alasan dikemukaan oleh

    ibu hamil untuk menerima dan menolak tes HIV. Alasan menerima tes HIV

    adalah karena mengikuti anjuran petugas kesehatan dan merasa memiliki risiko.

    Alasan menolak tes HIV oleh ibu hamil, karena merasa tidak memiliki faktor

    risiko untuk tertular HIV, takut dengan hasil jika dilakukan tes, takut dengan

    pandangan negatif orang yang melihat ketika mengunjungi klinik VCT, khawatir

    pandangan masyarakat bila ketahuan positif HIV, ibu bekerja sehingga tidak ada

    waktu untuk melakukan tes HIV serta tidak mendapatkan ijin dari pasangan atau

    suami.

    Pemeriksaan HIV pada ibu hamil merupakan peluang yang baik dalam upaya

    mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Namun dari hasil wawancara awal,

    diketahui bahwa berbagai faktor dapat mempengaruhi penerimaan ibu hamil

    terhadap tes HIV. Sejauh ini, belum pernah dilakukan kajian lebih lanjut

    mengenai faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan tes HIV oleh

    ibu hamil. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam

  • 6

    faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu

    hamil.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Apa alasan ibu hamil untuk menerima atau tidak menerima tes HIV?

    1.2.2 Apakah usia berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di

    Puskesmas Kota Denpasar?

    1.2.3 Apakah pekerjaan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu

    hamil di Puskesmas Kota Denpasar?

    1.2.4 Apakah pendidikan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu

    hamil di Puskesmas Kota Denpasar?

    1.2.5 Apakah status perkawinan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh

    ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar?

    1.2.6 Apakah paritas berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di

    Puskesmas Kota Denpasar?

    1.2.7 Apakah jumlah kunjungan ANC berhubungan dengan penerimaan tes HIV

    oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar?

    1.2.8 Apakah pengetahuan tentang HIV, MTCT, dan PMTCT berhubungan

    dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?

    1.2.9 Apakah persepsi kerentanan (perceived susceptibility) terhadap HIV dan

    AIDS berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di

    Puskesmas Kota Denpasar ?

  • 7

    1.2.10 Apakah persepsi keparahan (perceived saverity) HIV dan AIDS

    berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas

    Kota Denpasar ?

    1.2.11 Apakah persepsi manfaat (perceived benefits) tes HIV berhubungan

    dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?

    1.2.12 Apakah persepsi hambatan (perceived barrier) tes HIV berhubungan

    dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?

    1.2.13 Apakah dukungan suami atau keluarga berhubungan dengan penerimaan

    tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?

    1.2.14 Apakah dukungan petugas kesehatan berhubungan dengan penerimaan tes

    HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar ?

    1.2.15 Apakah dukungan teman berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh

    ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan ibu hamil

    untuk menerima maupun tidak menerima tes HIV dan mengetahui faktor-faktor

    yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di Puskesmas Kota

    Denpasar.

  • 8

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Penelitian ini ingin mengetahui :

    1.3.2.1 Alasan ibu hamil untuk menerima dan tidak menerima tes HIV.

    1.3.2.2 Hubungan antara penerimaan tes HIV oleh ibu hamil dengan :

    a. usia;

    b. pekerjaan;

    c. pendidikan;

    d. status perkawinan;

    e. paritas;

    f. jumlah kunjungan ANC;

    g. pengetahuan tentang HIV, MTCT, dan PMTCT;

    h. persepsi kerentanan terhadap HIV dan AIDS;

    i. persepsi keparahan HIV dan AIDS;

    j. persepsi manfaat tes HIV;

    k. persepsi halangan tes HIV;

    l. Dukungan suami atau keluarga;

    m. Dukungan petugas kesehatan;

    n. Dukungan teman;

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat teoritis penelitian adalah menjadi masukan dalam upaya

    pengembangan dan penerapan Ilmu Kesehatan Masyarakat bidang

    Kesehatan Ibu dan Anak.

  • 9

    1.4.2 Manfaat praktis penelitian adalah dapat bermanfaat bagi pemegang

    kebijakan pada bidang Kesehatan Ibu dan Anak serta HIV/AIDS

    khususnya dalam melakukan intervensi terhadap hal-hal yang dipandang

    perlu untuk perbaikan program penanggulangan kasus HIV/AIDS di

    masyarakat.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Anak (PPIA)

    Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of

    Mother to Child Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari upaya

    pengendalian HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia serta

    Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Layanan PPIA diintegrasikan dengan

    paket layanan KIA, KB, kesehatan reproduksi, dan kesehatan remaja di setiap

    jenjang pelayanan kesehatan dalam strategi Layanan Komprehensif

    Berkesinambungan (LKB) HIV/AIDS dan IMS.

    Pada akhir tahun 2011 Kemenkes melaporkan baru terdapat 94 layanan PPIA

    di Indonesia, yang baru menjangkau sekitar 7% dari perkiraan jumlah ibu yang

    memerlukan layanan PPIA. Program PPIA juga telah dilaksanakan oleh beberapa

    lembaga masyarakat khususnya untuk penjangkauan dan perluasan akses layanan

    bagi masyarakat.

    Agar penularan HIV dari ibu ke anak dapat dikendalikan, diperlukan

    peningkatan akses program dan pelayanan PPIA yang diintegrasikan ke dalam

    kegiatan pelayanan KIA, KB serta kesehatan remaja (PKPR) di setiap jenjang

    fasilitas layanan kesehatan dasar dan rujukan (Kemenkes RI, 2011).

    Pengembangan strategi implementasi PPIA merupakan bagian dari tujuan

    utama pengendalian HIV/AIDS secara global yaitu, yaitu untuk menurunkan

    kasus HIV serendah mungkin dengan menurunnya jumlah infeksi HIV baru,

  • 11

    mengurangi stigma dan diskriminasi, serta menurunnya kematian akibat AIDS

    atau lebih dikenal dengan Getting to Zero (UNAIDS, 2010).

    Pelaksanaan PPIA memperhatikan hal-hal berikut (Kemenkes, 2012).

    1. Semua perempuan yang datang ke pelayanan KIA, KB, kesehatan reproduksi,

    dan kesehatan remaja bisa mendapatkan informasi terkait reproduksi sehat,

    penyakit IMS/HIV, dan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak selama

    masa kehamilan dan menyusui.

    2. Tes HIV, skrining IMS dan tes sifilis merupakan pemeriksaan yang wajib

    ditawarkan kepada semua ibu hamil pada daerah epidemi HIV meluas dan

    terkonsentrasi yang datang ke layanan KIA/KB. Di layanan KIA tes HIV,

    skrining IMS dan tes sifilis ditawarkan sebagai bagian dari paket perawatan

    antenatal terpadu mulai kunjungan antenatal pertama hingga menjelang

    persalinan. Apabila ibu menolak untuk dites HIV, petugas dapat melaksanakan

    konseling pra-tes HIV atau merujuk ke layanan konseling dan testing sukarela.

    3. Konseling pasca tes bagi ibu yang hasil tesnya positif sedapatnya dilaksanakan

    bersamaan atau couple conselling, termasuk pemberian kondom sebagai alat

    pencegahan penularan IMS dan HIV di fasilitas pelayanan kesehatan.

    4. Perlu partisipasi laki-laki dalam mendukung keberhasilan PPIA.

    2.2 Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC)

    Provider Initiated HIV Testing and Counseling (PITC) adalah layanan tes dan

    konseling HIV terintegrasi di sarana kesehatan, yaitu tes dan konseling diprakarsai

    oleh petugas kesehatan ketika pasien mencari layanan kesehatan. Persyaratan

    penting bagi penerapan PITC tersebut adalah adanya lingkungan yang

  • 12

    memungkinkan. PITC sendiri harus disertai dengan paket layanan pencegahan,

    pengobatan, perawatan dan dukungan yang terkait HIV. Juga dilengkapi dengan

    mekanisme rujukan pada konseling pasca tes HIV yang efektif kepada semua

    pasien serta rujukan dan dukungan medis serta psikososial bagi mereka yang

    positif.

    Harus dipastikan bahwa dalam PITC tidak mengesampingkan kesukarelaan

    pasien dalam mengambil keputusan untuk tes HIV dan tidak berubah menjadi tes

    mandatori. Konseling prates sebagai komponen VCT disederhanakan tanpa sesi

    konseling dengan paket edukasi yang lengkap, namun tetap diupayakan agar

    tersedia layanan edukasi dan dukungan emosional di tatanan klinis bila

    diperlukan. Pendekatan PITC dapat merupakan jalan keluar dalam mengatasi

    keterbatasan waktu petugas kesehatan di tatanan klinis dan menyediakan anjuran

    yang jelas dan langsung tentang cara intervensi (Kemenkes RI, 2010).

    2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerimaan Tes HIV oleh Ibu

    Hamil

    Pada kenyataannya untuk mengetahui apakah individu terinfeksi HIV/AIDS

    atau tidak, bukanlah sesuatu yang mudah seperti pemeriksaan pada penyakit

    lainnya. Berbagai faktor menyebabkan masyarakat kurang menyadari bahwa

    HIV/AIDS sebetulnya mengancam kita semua sehingga mereka tidak ada

    keinginan untuk melakukan tes HIV.

    Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

    penerimaan tes HIV oleh ibu hamil, banyak penelitian telah dilakukan di berbagai

    negara. Ada banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan ibu hamil untuk tes

  • 13

    HIV salah satunya dilihat dari karakteristik ibu hamil yaitu usia. Seperti penelitian

    yang dilakukan oleh Thior dkk. (2006), tentang konseling dan tes sukarela di

    Botswana. Penelitian tersebut menyatakan bahwa penerimaan tes HIV secara

    sosiodemografi dipengaruhi oleh usia ibu.

    Hasil penelitia oleh Thior dkk. (2006) menemukan Ibu dengan usia 21 atau

    lebih muda lebih mungkin untuk menerima tes HIV daripada ibu dengan usia 32

    tahun atau lebih tua (OR=2,5;95%CI=1,8-3,7). Dalam penelitian ini dijelaskan

    ibu yang lebih tua lebih mungkin terkena HIV karena riwayat praktek-praktek

    seksual sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan pula dengan hasil penelitian

    untuk menilai prediktor ibu hamil untuk tes HIV di antara peserta antenatal di

    Lusaka, Zambia, oleh Thierman dkk. (2006). Dalam penelitian tersebut

    menemukan bahwa wanita yang lebih muda dari 20 tahun (ARR=1,14), lebih

    mungkin untuk menjalani tes HIV. Usia telah terbukti menjadi faktor yang

    signifikan dalam penentuan apakah ibu akan menerima tes HIV karena persepsi

    risiko lebih tinggi pada wanita yang lebih tua. Namun penelitian oleh Bajunirwe

    dan Muzoora, (2005) di Uganda dengan menganalisis usia sebagai dikotomis

    variabel menggunakan 25 tahun sebagai cut off, usia tidak terkait dengan

    kesediaan untuk menerima tes HIV (OR=0,87;95%CI=0,47-1,62). Penelitian oleh

    Demissie dkk. (2009) dalam PS, dkk (2012) mengatakan bahwa perilaku ibu

    hamil untuk tes HIV tidak hanya berhubungan dengan umur, namun berhubungan

    dengan pekerjaan, pengetahuan, persepsi risiko, persepsi manfaat dan keterlibatan

    suami.

  • 14

    Status perkawinan, merupakan salah satu faktor yang berubungan dengan

    penerimaan ibu terhadap tes HIV. Ibu atau perempuan yang sudah menikah lebih

    mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan dengan mereka yang tidak

    menikah (OR=5,83;95%CI=1,25-36,38). Demikian pula di kalangan perempuan

    menikah mereka yang hidup dengan suami mereka lebih mungkin untuk tes HIV

    dibandingkan dengan mereka yang pasangannya tinggal jauh

    (OR=7,38;95%CI=3,65-15,23) (Worku, 2005).

    Tingkat pendidikan, berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk

    menerima dan merespon terhadap berbagai informasi. Menurut Notoatmodjo

    (1989), pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan

    kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat

    dimana dia hidup. Pendidikan merupakan proses sosial dimana seseorang

    dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga

    mereka dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

    kemampuan individu yang optimum.

    Penelitian oleh Banjurniwe dan Muzoora, (2005) dalam analisisnya

    menyebutkan, ibu yang memiliki pendidikan lebih dari tujuh tahun hampir tiga

    kali lebih mungkin untuk melaporkan kesediaan untuk di tes HIV dibandingkan

    dengan mereka yang belum tamat pendidikan dasar atau belum berpendidikan

    sama sekali (OR=2,8;95 %CI=1,2-6,9). Selain itu, ibu yang mampu membaca dua

    kali lebih mungkin menerima tes HIV dibandingkan ibu yang tidak bisa membaca

    (OR=2,2;95%CI=1,02-4,9). Sejalan pula dengan penelitian oleh Worku. (2005)

    Wanita dengan pendidikan sekunder dan tersier adalah 3-5 kali lebih mungkin

  • 15

    untuk menerima tes HIV dibandingkan ibu yang hanya berpendidikan dasar atau

    tidak sekolah (OR=2,88;95%CI=1,43-5.84). Namun berbeda dengan hasil

    penelitian oleh Paoli dkk. (2004) yang mengatakan bahwa perilaku ibu hamil

    untuk mengikuti tes HIV tidak hanya berhubungan dengan pendidikan, namun

    berhubungan dengan persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi halangan,

    petunjuk berperilaku dan keterlibatan suami.

    Selain pendidikan, dalam penelitian Thior dkk. (2006), juga disebutkan

    bahwa pekerjaan berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

    Penelitian oleh Moges dan Ambarbir (2011) menegaskan bahwa status pekerjaan

    wanita itu ditemukan menjadi faktor penting dalam penerimaan tes HIV. Ibu yang

    bekerja di sektor swasta ataupun pemerintah 4 kali lebih mungkin untuk

    meneriama tes HIV dibandingkan dengan ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan

    karena ibu yang bekerja lebih banyak terpapar informasi tentang VCT di tempat

    kerja mereka sementara ibu rumah tangga sebagian besar waktu mereka di rumah.

    Berbeda dengan hasil penelitian oleh Kwofie (2008) bahwa pekerjaan tidak

    signifikan berhubungan dengan penerimaan konseling dan tes HIV oleh ibu hamil

    (OR=0,83;95%CI=0,41-1,68;P=0,71). Penelitian sejenis oleh PS, dkk (2012) di

    Semarang Indonesia, menemukan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja

    dan proporsi yang menerima tes HIV sebagian besar adalah ibu hamil yang tidak

    bekerja. Namun, secara statistik tidak ditemukan adanya hubungan penerimaan

    tes HIV oleh ibu hamil dengan pekerjaan.

    Jumlah kunjungan ANC juga berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh

    ibu hamil. Saat ANC ibu mendapatkan informasi-informasi penting tentang

  • 16

    kehamilannya di tiap-tiap kunjungan termasuk informasi tentang penularan

    HIV/AIDS dari ibu ke bayi. Jumlah kunjungan antenatal yang dilakukan oleh ibu

    berhubungan dengan penerimaan tes HIV. Ibu yang melakukan setidaknya dua

    kali kunjungan antenatal lebih mungkin untuk menerima tes HIV dibandingkan

    dengan ibu yang hadir kurang dari dua kunjungan antenatal

    (OR=2,73;95%CI=1,13-5,7) penelitian oleh Worku, tahun 2005. Sejalan pula

    dengan penelitian oleh Malaju dan Alene tahun 2012 bahwa Ibu yang menerima

    dua atau lebih perawatan antenatal 2,6 kali (95%CI=1,17-5,95) lebih mungkin

    untuk menerima tes HIV daripada mereka yang menghadiri pelayanan antenatal

    hanya sekali.

    Selain itu, ibu hamil dengan paritas lebih dari satu memiliki pengalaman dan

    pengetahuan lebih banyak tentang kehamilan sehingga berusaha untuk

    mendapatkan pelayanan yang lebih baik untuk diri dan janin yang dikandungnya

    termasuk juga upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Namun

    penelitian oleh PS dkk. (2012) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara

    paritas ibu hamil dengan prilaku untuk tes HIV. Sejalan pula dengan Paoli dkk.

    (2004) bahwa prilaku ibu hamil untuk tes HIV tidak hanya dipengaruhi oleh

    paritas namun dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lainnya.

    Selain dukungan fasilitas pelayanan dan dorongan dalam diri seseorang sering

    dibutuhkan orang terdekat yang mampu memberi dukungan dan pendapat pada

    ibu tentang apakah ibu menerima atau menolak tes HIV yang ditawarkan

    kepadanya. Orang terdekat yang dimaksud umumnya suami, pasangan ataupun

    dukungan keluarga terdekat ibu. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

  • 17

    Ethiopia bahwa selain sosiodemografi ibu, pengetahuan ibu tentang HIV, VCT,

    PMTCT, pengobatan HIV dan penularan HIV, persepsi terhadap HIV dan sikap

    ibu hamil, bahwa peran pasangan untuk pengambilan keputusan dan reaksi

    pasangan terhadap hasil tes yang positif mempengaruhi ibu untuk menerima tes

    HIV. Penelitian ini menyebutkan bahwa 74,1% ibu hamil bersedia untuk

    dikonseling dan melakukan tes HIV (Ambaye, 2006).

    Sejalan pula dengan penelitian oleh Paoli dkk. (2004) bahwa dukungan dari

    pasangan dan atau anggota keluarga akan menjadi faktor penting dalam

    menentukan apakah seorang wanita mampu sepenuhnya berpartisipasi dalam tes

    HIV untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Sama seperti penelitian

    yang dilakukan oleh PS dkk. (2012) di Semarang Indonesia bahwa faktor yang

    paling dominan berpengaruh terhadap prilaku ibu hamil untuk tes HIV adalah

    dukungan suami. Dukungan suami yang baik, 15,711 kali lebih memungkinkan

    ibu untuk menerima tes HIV dibandingkan ibu hamil yang tidak mendapat

    dukungan suami. Begitu pula dukungan petugas kesehatan khususnya bidan juga

    berpengaruh terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Dalam penelitian ini

    ditemukan dukungan petugas kesehatan secara statistik mempunyai hubungan

    yang signifikan dengan prilaku tes HIV

    Informasi-informasi serta dukungan dari teman juga berhubungan dengan

    penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Ibu hamil bisa berbagi informasi dan

    pengalaman mereka selama kehamilan. Kondisi seperti ini akan menambah

    pengetahuan ibu tentang berbagai informasi kehamilan termasuk tes HIV.

  • 18

    Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan

    penyembuhan atau pencegahan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang

    dirasakan. Semua itu tergantung pada belief masing-masing individu apakah dia

    mau mengakses layanan kesehatan yang ada atau tidak. Belief yang dimaksud

    berkaitan dengan kognitif seperti pengetahuan tentang masalah kesehatan dan

    persepsi individu mengenai simptom penyakit yang dirasakan (Sarafino,2006).

    Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Lamarque (2013), di Fort Dauphin,

    Madagascar yang menunjukkan bahwa pengetahuan tentang berbagai aspek

    HIV/AIDS adalah faktor yang ditemukan oleh peneliti bisa memainkan peran

    dalam keputusan untuk tes HIV. Kesenjangan informasi dapat menyebabkan

    kesalahpahaman tentang penyakit dan ini dapat meningkatkan diskriminasi dan

    stigma yang terkait dengan penyakit. Takut akan kemungkinan penolakan oleh

    pasangan, dan masyarakat luas, bisa berasal dari salah memahami suatu penyakit,

    sehingga bisa mempengaruhi keputusan untuk tes. Takut hasil tes yang akan

    diterima juga memainkan peran. Hal ini sejalan pula dengan penelitian oleh

    Worku (2005) bahwa penerimaan tes HIV adalah bermakna dikaitkan dengan

    pengetahuan tentang penularan vertikal atau penularan HIV dari ibu ke bayi

    (OR=7.34;95%CI=3,44-15,67). Ibu yang tahu adanya intervensi yang dapat

    menurunkan risiko infeksi HIV juga sekitar 3 kali lebih mungkin untuk menerima

    tes HIV dibandingkan dengan mereka yang tidak (OR=3,26;95%CI=1,02-11,55).

    Pengetahuan yang dimiliki ibu terkait HIV, MTCT dan PMTCT juga akan

    membentuk sikap dan keyakinan ibu terhadap manfaat tes HIV. Sikap ibu hamil

    terhadap manfaat tes HIV adalah bagaimana ibu menilai atau berpendapat

  • 19

    terhadap manfaat tes HIV tersebut. Pendapat dan penilaian inilah yang kemudian

    mendorong individu untuk melaksanakan dan mempraktekkan apa yang diketahui

    atau disikapi atau dinilai baik. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Fernandez

    dkk. (2000) bahwa penerimaan tes HIV oleh ibu hamil ditemukan berkaitan

    dengan persepsi yang kuat tentang manfaat tes HIV.

    Persepsi halangan tes HIV timbul sebagai akibat stigma dan diskriminasi

    yang ditujukan kepada penderita HIV/AIDS. Hal ini semakin membuat ibu hamil

    tidak mau melakukan pemeriksaan HIV. Penelitian yang dilakukan oleh Meiberg

    dkk, dalam Sitepu (2008) di Afrika Selatan menunjukkan bahwa ketakutan untuk

    menerima stigma dan ketakutan untuk mengetahui status HIV positif merupakan

    penghambat utama seseorang melakukan tes HIV. Kondisi seperti ini membawa

    konsekuensi negatif terhadap tindakan pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS.

    Akibatnya sebagian masyarakat terutama mereka yang pernah melakukan perilaku

    beresiko tinggi tertular HIV/AIDS masih enggan untuk memeriksakan dirinya ke

    klinik VCT karena merasa takut mendapatkan hasil yang positif. Hal ini sejalan

    dengan penelitian PS dkk. (2012) serta Paoli dkk.(2004) yang menyatakan bahwa

    ada hubungan persepsi halangan terhadap prilaku tes HIV.

    Persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS juga berhubungan dengan

    penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh PS

    dkk. (2012) dalam hasil penelitianya disebutkan bahwa ada hubungan yang

    signifikan antara persepsi kerentanan terhadap HIV dengan prilaku tes HIV.

    Begitu pula persepsi keparahan HIV dan AIDS berhubungan dengan penerimaan

    tes HIV oleh ibu hamil.

  • 20

    Studi terkait tentang penolakan tes HIV oleh ibu hamil yang melakukan ANC

    juga dilakukan di Ethiopia tepatnya di Gambella tahun 2008. Penelitian dengan

    rancangan gabungan cross sectional dan kualitatif ini, menyatakan ibu hamil

    dengan 2-3 kelahiran hidup di masa lalu, menyatakan perceraian sebagai respon

    yang diberikan oleh suami mereka setelah hasil tes yang diterima ibu adalah HIV

    positif. Begitu pula ketika tidak mengungkapkan dan mencari persetujuan dari

    suami mereka untuk tes HIV (Fanta dan Worku, 2008).

    Sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan Health Belief Model di

    Northwestern Ethiopia tahun 2011 menyebutkan alasan yang diungkapkan oleh

    responden untuk menolak tes HIV adalah ketidaksetujuan pasangan, takut diambil

    darah dan mengetahui status HIV mereka, serta stigma dan diskriminasi yang

    diterima ODHA yang disebutkan sebagai hambatan (Moges dan Amberbir, 2011).

    Veloso dkk. (2008) dalam studinya di Brazil menyatakan hubungan antara

    penerimaan ibu hamil untuk ikut tes HIV berbeda disetiap kota. Perbedaan

    penerimaan ini dipengaruhi oleh frekuensi dan kualitas ANC, ras, konseling, serta

    pengetahuan ibu sebelum tes HIV.

    Selain di Afrika penelitian terkait juga dilakukan di negara maju seperti

    Amerika. Penelitian dilakukan di Florida, Connecticut, dan New York City.

    Dalam penelitian ini menemukan 86% ibu hamil melaporkan telah melakukan tes

    HIV. Penerimaan tes ditemukan berkaitan dengan keyakinan yang kuat tentang

    manfaat tes, pengetahuan tentang penularan vertikal, adanya dukungan penyedia

    layanan tes, dan dukungan sosial. Wanita yang menolak tes mengatakan bahwa

    mereka melakukannya karena mereka tidak menganggap diri mereka berada pada

  • 21

    risiko untuk HIV atau mereka menghadapi kesulitan administrasi dengan beberapa

    aspek dari proses tes misalnya penjadwalan, dan terbatasnya ketersediaan pre-test

    koseling (Fernandez dkk, 2000).

    Di Bali pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui alasan ibu hamil

    menolak untuk tes HIV. Penelitian dengan rancangan kualitatif ini dilakukan oleh

    Ariasih (2012) di Singaraja. Dalam penelitiannya Ariasih menyebutkan alasan ibu

    hamil tidak melakukan tes HIV adalah dikarenakan kuatnya budaya patriarki

    mempengaruhi penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV, masih adanya stigma di

    masyarakat tentang HIV dan persepsi ibu hamil bahwa dirinya kurang berisiko

    tertular HIV.

    Hasil-hasil penelitian diatas menunjukan bahwa prilaku seseorang selain

    dipengaruh oleh faktor dari dalam individu itu sendiri juga dipengaruhi oleh faktor

    yang berasal dari luar individu. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada

    didalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam

    hidupnya mempunyai keinginan mempunyai kesehatan yang optimal sehingga

    jika tubuh merasakan timbulnya gejala yang menganggu kesehatannya maka akan

    berusaha untuk melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan. Munculnya

    keinginan untuk melakukan tindakan tersebut menjadi bagian dari perilaku

    kehidupan manusia. Menurut Sudarman (2008), bahwa dengan adanya dorongan

    dari dalam diri manusia maka menimbulkan keinginan seseorang untuk

    melakukan tindakan atau perilaku khusus yang mengarah kepada tujuannya.

    Seperti yang diuraikan diatas bahwa sudah banyak dilakukan penelitian yang

    dilakukan terkait faktor-faktor penerimaan tes HIV oleh ibu hamil. Namun

  • 22

    kebanyakan penelitian tersebut dilakukan di negara-negara seperti Afrika, dan

    Amerika dan hanya satu penelitian di Indonesia dan baru satu penelitian dengan

    rancangan kualitatif yang dilakukan di Bali. Oleh karena itu dipandang perlu

    untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang

    berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

    2.4 Teori Perubahan Prilaku olah Para Ahli

    2.4.1 Teori Lawrence Green (1980)

    Menurut Lawrence Green (Notoatmojo, 2003) kesehatan dipengaruhi oleh

    dua faktor pokok yaitu prilaku atau behavior causes dan faktor diluar prilaku atau

    non behavior causes. Selanjutnya prilaku itu sendiri ditentukan oleh tiga faktor

    yaitu :

    1. Predisposing Factors (Faktor Predisposisi ) faktor ini merupakan faktor yang

    mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor predisposisi

    terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai keyakinan,

    kebiasaan, norma sosial, budaya dan lain-lain.

    2. Enabling Factors (Faktor Pendorong) merupakan faktor-faktor yang

    memungkinkan terwujudnya perubahan perilaku, seperti adanya fasililitas,

    lingkungan, atau sumber-sumber khusus yang mendukung dan keterjangkauan

    sumber dan fasilitas kesehatan.

    3. Reinforcing Factors (Faktor Penguat) faktor-faktor penguat terjadinya perilaku,

    termasuk sikap dan perilaku petugas, dukungan suami atau keluarga, dan tokoh

    masyarakat.

  • 23

    Gambar 2.1 Model Prilaku Green (1980)

    2.4.2 Teori Health Belief Model

    Rosenstock (1980) menyatakan teori tentang suatu bentuk penjabaran dari

    model sosio-psikologi. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa

    masalah-masalah kesehatan ditandai oleh kegagalan individu atau masyarakat

    untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan yang

    diselenggarakan oleh penyedia layanan kesehatan.

    Dalam perkembangan model ini lebih menjelaskan pada kurangnya partisipasi

    publik dalam melakukan pemeriksaan dan program pencegahan. Model ini

    Predisposing Factors

    Keyakinan tentang prilaku

    Nilai-nilai yang diperoleh

    dari prilaku

    Keyakinan normatif

    Motivasi untuk mengikuti

    dorongan orang lain

    Reinfocing Factors

    Sikap dan prilaku tenaga

    kesehatan

    Dukungan suami atau

    keluarga dan tokoh

    masyarakat Enabling Factors

    Ketersediaan sumber daya

    Aksesbilitas

    Rujukan

    Aturan yang berlaku

    Keterampilan

    Faktor lingkungan

    Prilaku individu,

    kelompok atau

    kmunitas

  • 24

    diadaptasi untuk mengeksplorasikan berbagai perilaku kesehatan jangka panjang

    dan jangka pendek. Model kepercayaan ini mencakup lima unsur penting, yaitu :

    1. Unsur pertama yaitu persepsi individu tentang kemungkinan mereka terkena

    penyakit (Perceived susceptibility). Persepsi ini mempunyai banyak

    pengertian dan diikuti oleh beberapa variabel kunci , yaitu perceived threat ,

    ancaman persepsi. Variabel ini mengambarkan kerentanan yang di rasakan.

    Persepsi kerentanan merupakan persepsi subjektif seseorang dari resiko

    tertular penyakit. Agar seseorang bertindak mengobati atau mencegah

    penyakit, ia merasakan bahwa dia rentan terhadap penyakit tersebut. Hal ini

    membuat model kepercayaan kesehatan bergantung dari persepsi individu.

    Berkaitan dengan evaluasi terhadap pemanfaatan pelayanan apakah menerima

    konsekuen terhadap pelayanan medis dan klinis serta mengahadapi kondisi

    sosial.

    2. Unsur kedua merupakan pandangan individu tentang keparahan penyakit

    (Perceived severy) atau parahnya kondisi penyakit seseorang. Persepsi

    keparahan merupakan perasaan yang serius tertular penyakit atau meninggal

    karena tidak diobati. Sehingga menemukan kesulitan dalam pengobatan.

    Seseorang akan melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan bila

    diancam oleh penyakit yang dirasakan lebih parah dibandingkan dengan

    penyakit yang dirasakan lebih ringan. Hal ini menjadi stigma bagi penderita.

    3. Unsur ketiga merupakan persepsi manfaat atau perceived benefits. Persepsi

    ini mengungkapkan tentang kepercayaan akan efektifnya sebuah strategi yang

    dirancang dalam menanggulangi ancaman penularan penyakit. Tindakan yang

  • 25

    dilakukan akan tergantung pada manfaat yang dirasakan setelah mengambil

    keputusan tersebut.

    4. Unsur keempat merupakan hambatan yang dirasakan atau perceived barrier.

    Persepsi ini menjelaskan akan kemungkinan hambatan yang dirasakan pada

    saat melakukan sebuah pengobatan, atau munculnya konsekuensi negatif

    yang mungkin timbul dari pengambilan tindakan kesehatan tertentu.

    Keputusan yang diambil untuk menerima suatu bentuk tindakan akan

    menemui rintangan. Misalnya tuntutan fisik, diskriminasi, psikologi dan

    keuangan.

    5. Cues to action bisa sebagai isyarat atau tanda-tanda dengan melakukan aksi

    kegiatan sehubungan dengan mempromosikan pelayanan kesehatan melalui

    media tertentu yang benar. Diperlukan isyarat beberapa faktor eksternal untuk

    mendapat tindakan penerimaan yang benar. Faktor ekstenal tersebut misalnya

    adanya pesan-pesan pada media masa, nasihat atau anjuran dari

    teman-teman/dukungan sebaya, anggota keluarga. Media yang ada berupa

    poster, iklan bisa disampaikan berupa kegiatan penyuluhan tentang gejala

    fisik dari kondisi kesehatan atau melalui lingkungan berupa penjelasan

    melalui media publikasi yang kesemua acaranya memotivasi seseorang untuk

    mengambil tindakan.

  • 26

    BAB III

    KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Berpikir

    Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk

    Indonesia. Memeriksakan diri untuk tes HIV merupakan langkah yang penting

    dalam kehidupan seseorang terutama bagi ibu hamil karena bukan hanya untuk

    ibu tetapi juga bermanfaat untuk janin yang dikandung. Dengan mengetahui status

    HIV lebih awal maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat diturunkan.

    Pemerintah telah membuat program sebagai upaya untuk menurunkan risiko

    penularan HIV dari ibu ke bayi. Salah satu bentuk program tersebut adalah

    penawaran tes HIV bagi setiap ibu hamil yang melakukan ANC di pelayanan

    kesehatan dasar maupun rujukan. Namun sampai saat ini cakupan pemeriksaan

    HIV pada ibu hamil masih sangat rendah. Banyak penelitian telah dilakukan di

    berbagai negara untuk menganalisis faktor-faktor penerimaan tes HIV oleh ibu

    hamil. Dari penelitian-penelitian tersebut diketahui banyak faktor yang

    berhubungan dengan tes HIV oleh ibu hamil .

    Faktor-faktor tersebut antara lain karakteristik ibu hamil yaitu faktor

    sosiodemografi baik itu usia, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, jumlah

    kunjungan ANC dan paritas. Kepercayaan, nilai-nilai keyakinan, kebiasaan,

    norma social dan budaya juga dikatakan sebagai faktor predisposisi perubahan

    prilaku untuk menerima tes HIV. Disamping faktor sosiodemografi tersebut,

    faktor predisposisi lainnya dari penerimaan tes HIV oleh ibu hamil adalah

  • 27

    pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS, MTCT, dan PMTCT, persepsi

    kerentanan terhadap HIVdan AIDS, persepsi keparahan HIV dan AIDS serta

    persepsi manfaat serta halangan tes HIV. Dalam berbagai penelitian faktor-faktor

    ini banyak ditemukan sebagai faktor yang berhubungan dengan penerimaan tes

    HIV oleh ibu hamil.

    Sebagai faktor pendorong penerimaan tes HIV oleh ibu hamil adalah

    ketersediaan layanan tes HIV yang dibutuhkan oleh ibu hamil tersebut. Layanan

    tes HIV yang lengkap dan tersedia dalam satu unit pelayanan kesehatan akan

    memudahkan akses terhadap pelayanan kesehatan sehingga berpengaruh terhadap

    penerimaan ibu hamil terhadap tes HIV. Tersedianya pelayanan VCT secara

    bersama-sama dengan layanan ANC dalam satu pelayanan kesehatan, merupakan

    bentuk pelayanan yang mendorong penerimaan ibu terhadap tes HIV.

    Dukungan dari petugas kesehatan yang ada di tempat pelayanan kesehatan

    dan dukungan keluarga dalam hal ini suami atau pasangan ibu, tokoh masyarakat

    dan teman merupakan faktor pendorong ibu untuk menerima tes HIV. Dukungan

    suami, teman dan petugas kesehatan dalam berbagai penelitian sering

    disebut-sebut sebagai faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap

    penerimaan tes HIV.

  • 28

    3.2 Konsep Penelitian

    Keterangan :

    Gambar 3.2 Konsep Penelitian diadopsi dari Teori Lawrence Green dan Teori

    Health Belief Model

    3.3 Hipotesis Penelitian

    3.3.1 Ada hubungan usia terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

    3.3.2 Ada hubungan pekerjaan terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

    3.3.3 Ada hubungan pendidikan, terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

    Faktor Predisposisi

    1. Usia

    2. Pekerjaan

    3. Pendidikan

    4. Status Perkawinan

    5. Jumlah kunjungan ANC

    6. Paritas

    7. Pengetahuan tentang HIV,

    MTCT dan PMTCT

    8. Persepsi kerentanan

    9. Persepsi keparahan

    10. Persepsi manfaat

    11. Persepsi halangan

    Penerimaan tes HIV

    oleh ibu hamil

    Faktor Enabling (Pendukung )

    1. Ketersediaan layanan

    VCT (tes HIV)

    2. Aksesbilitas

    3. Biaya

    Faktor Reinforcing (Pendorong)

    1. Dukungan suami atau

    keluarga

    2. Dukungan petugas

    kesehatan

    3. Dukungan teman

    = diteliti

    = tidak diteliti

  • 29

    3.3.4 Ada hubungan status perkawinan, terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu

    hamil.

    3.3.5 Ada hubungan paritas terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

    3.3.6 Ada hubungan jumlah kunjungan ANC terhadap penerimaan tes HIV oleh

    ibu hamil.

    3.3.7 Ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang HIV, MTCT dan PMTCT

    terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

    3.3.8 Ada hubungan persepsi kerentanan HIV dan AIDS terhadap penerimaan

    tes HIV oleh ibu hamil.

    3.3.9 Ada hubungan persepsi keparahan HIV dan AIDS terhadap penerimaan tes

    HIV oleh ibu hamil.

    3.3.10 Ada hubungan persepsi manfaat tes HIV terhadap penerimaan tes HIV

    oleh ibu hamil.

    3.3.11 Ada hubungan persepsi halangan tes HIV terhadap penerimaan tes HIV

    oleh ibu hamil.

    3.3.12 Ada hubungan dukungan suami atau keluarga terhadap penerimaan tes

    HIV oleh ibu hamil.

    3.3.13 Ada hubungan dukungan petugas kesehatan terhadap penerimaan tes HIV

    oleh ibu hamil.

    3.3.14 Ada hubungan dukungan teman terhadap penerimaan tes HIV oleh ibu

    hamil.

  • 30

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan desain

    cross sectional , yaitu penelusuran sesaat, artinya subjek diamati hanya sesaat

    atau satu kali. Untuk memperoleh informasi tentang variabel dependen dan

    variabel independen maka pengukuruannya dilakukan bersama-sama pada saat

    penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di dua Puskesmas di Kota Denpasar yaitu

    Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas I Denpasar Utara. Penelitian

    dilaksanakan dari tanggal 26 Maret 2014 sampai dengan 22 April 2014.

    4.3 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian adalah bidang Kesehatan Ibu dan Anak.

    Penelitian ini membahas beberapa faktor yang berhubungan dengan

    penerimaan tes HIV oleh ibu hamil sebagi upaya pencegahan penularan HIV

    dari ibu ke anak.

    4.4 Sumber Data

    Sumber data penelitian adalah dengan wawancara langsung pada subjek

    penelitian. Data tentang karakteristik subjek dan faktor-faktor yang

    berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh ibu hamil diperoleh dari

  • 31

    responden dengan cara melakukan wawancara dengan menggunakan panduan

    kuesioner terstruktur.

    4.4.1 Populasi Penelitian

    a. Populasi Target

    Semua ibu hamil yang ada di Provinsi Bali

    b. Populasi Terjangkau

    Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan

    kunjungan ANC di dua Puskesmas di Kota Denpasar yaitu Puskesmas II

    Denpasar Selatan dan Puskesmas I Denpasar Utara.

    4.4.2 Sampel Penelitian

    Sampel penelitian diambil dari populasi terjangkau sesuai dengan

    perhitungan besar sampel sebanyak 120 ibu hamil. Ibu hamil yang menjadi

    sampel penelitian adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di

    Puskesmas II Denpasar Selatan dan Puskesmas I Denpasar Utara dari tanggal

    26 Maret 2014 sampai dengan 22 April 2014 yang sudah mendapat penawaran

    tes HIV. Adapun kriteria inklusi penelitian adalah ibu hamil yang sudah pernah

    melakukan ANC dan mendapat penawaran tes HIV dari petugas kesehatan

    serta bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi penelitian adalah ibu hamil

    yang belum pernah mendapat penawaran tes HIV oleh petugas kesehatan,

    sudah pernah diwawancara pada penelitian ini sebelumnya dan tidak bersedia

    menjadi responden.

  • 32

    4.4.2.1 Besar Sampel

    Besar sampel untuk penelitaian ini dihitung berdasarkan besar sampel

    penelitian cross-sectional dengan rencana analisa data tabulasi silang. Cara

    penghitungan sampel adalah dengan menetapkan variabel tertentu sebagai

    patokan. Dalam penelitian ini variabel yang dijadikan sebagai patokan adalah

    penerimaan tes HIV oleh ibu hamil sebagai variabel tergantung dan dukungan

    suami sebagai variabel bebas. Berdasarkan penelitian sejenis yang dilakukan di

    Semarang Indonesia tahun 2012 didapatkan bahwa ibu hamil yang menerima tes

    HIV adalah 135 orang (75,7%) dan yang menolak tes adalah 45 orang (24,3%).

    Ibu hamil dengan dukungan suami baik sebanyak 103 orang (57,2%) sedangkan

    ibu hamil dengan dukungan suami tidak baik adalah 77 orang (42,8%).

    Table 4.1 Perhitungan Besar Sampel

    Menerima tes

    HIV (0,757)

    Menolak Tes HIV

    (0,243)

    Dukungan suami

    baik (0,572)

    Dukungan suami

    tidak baik (0,428)

    205243,0

    50n 48

    )428,0()243,0(

    5

    Xn

    Berdasarkan perhitungan besar sampel diatas opsi pertama jumlah sampel

    penelitian adalah 205 sampel, dan opsi kedua adalah 48 sampel atau sebagai

    sampel minimal. Selain dengan perhitungan besar sampel seperti diatas, dalam

    penelitian ini memperhatikan pula cara perhitungan besar sampel menggunakan

    rule of tumb oleh Sastroasmoro dan Ismael (2011). Jumlah subjek yang diperlukan

    dalam penelitian antara 5 sampai 50 kali jumlah variabel independen dan pada

  • 33

    umumnya 10 kali. Berdasarkan uraian perhitungan besar sampel diatas dan

    mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana serta tenaga maka diambil 120

    sampel ibu hamil. Dasar pertimbangan jumlah tersebut adalah masih memenuhi

    kriteria dari rule of tumb dan perhitungan besar sampel dalam penelitian cross

    sectional.

    4.4.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel adalah non probability sampling. Teknik ini

    menjadi pilihan peneliti karena tidak mendapatkan kerangka sampel. Sampel

    diambil dari dua lokasi yang berbeda dengan harapan sampel yang didapatkan

    lebih bervariasi dari segi karakteristik demografi sehingga menyerupai hasil

    pemilihan sampel dengan probability sampling. Peneliti mengambil setiap

    kedatangan ibu hamil yang melakukan ANC di Poliklinik KIA di dua lokasi

    penelitian mulai tanggal 26 Maret sampai dengan 22 April 2014 yang memenuhi

    kriteria inklusi sampai dipenuhi 120 sampel. Peneliti memiliki asumsi bahwa

    semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC pasti ditawari tes HIV karena

    penawaran sudah merupakan kebijakan bagi seluruh Puskesmas khususnya di

    Kota Denpasar dari bulan Januari tahun 2014. Jumlah sampel yang diambil di

    masing-masing lokasi ditentukan dengan membuat proporsi. Sampel yang diambil

    di Puskesmas II Denpasar selatan sebanyak 60 ibu hamil dan di Puskesmas I

    Denpasar Utara sebanyak 60 ibu hamil.

  • 34

    4.5 Variabel Penelitian

    4.5.1 Variabel Bebas

    Usia, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, jumlah kunjungan ANC,

    paritas, pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan

    terhadap HIV dan AIDS, persepsi keparahan HIV dan AIDS, persepsi manfaat tes

    HIV, persepsi halangan tes HIV, dukungan suami atau keluarga, dukungan

    petugas kesehatan dan dukungan teman.

    4.5.2 Variabel Tergantung

    Variabel tergantung yaitu penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

    4.5.3 Definisi Operasional Variabel

    Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel

    Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

    Pengukuran

    Skala

    Analisis

    Usia Usia dalam tahun responden saat

    wawancara mengenai usia

    Kuesioner Interval Kategorikal

    Pekerjaan Status pekerjaan responden pada

    saat wawancara mengenai

    pekerjaan

    Kuesioner Nominal Kategorikal

    Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang

    ditamatkan oleh responden

    Kuesioner Ordinal Kategorikal

    Status

    Perkawinan

    Status perkawinan responden

    berdasarkan pengakuan responden

    Kuesioner Nominal Kategorikal

    Jumlah

    Kunjungan

    ANC

    Jumlah kunjungan perawatan

    kehamilan yang dilakukan ibu

    selama kehamilan ini

    Kuesioner Interval Kategorikal

    Paritas Jumlah anak hidup atau mati yang

    pernah dilahirkan ibu saat

    wawancara

    Kuesioner Interval

    Kategorikal

  • 35

    Lanjutan Tabel 4.2

    Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

    Pengukuran

    Skala

    Analisis

    Persepsi

    kerentanan

    terhadap HIV

    dan AIDS

    Pandangan ibu hamil tentang

    besarnya risiko untuk terkena HIV

    dan AIDS

    Kuesioner Interval Kategorikal

    Persepsi

    keparahan

    HIV /AIDS

    Pandangan ibu hamil tentang

    keparahan penyakit HIV/AIDS

    Kuesioner Interval Kategorikal

    Persepsi

    Manfaat tes

    HIV

    Pandangan ibu tentang manfaat

    tes HIV

    Kuesioner Interval Kategorikal

    Persepsi

    halangan tes

    HIV

    Pandangan ibu terhadap hal-hal

    yang dapat menjadi penghalang

    ibu untuk tes HIV

    Kuesioner Interval Kategorikal

    Dukungan

    suami atau

    keluarga

    Dukungan dari suami atau

    keluarga terhadap ibu untuk

    melakukan tes HIV

    Kuesioner Nominal Kategorikal

    Dukungan

    petugas

    Kesehatan

    Dukungan dari petugas kesehatan

    di puskesmas untuk melakukan

    tes HIV

    Kuesioner Nominal Katagorikal

    Dukungan

    teman

    Dukungan dari teman ibu hamil

    untuk melakukan tes HIV

    Kuesioner Nominal Kategorikal

    Penerimaan

    tes HIV oleh

    ibu hamil

    Pernah melakukan tes HIV selama

    kehamilan ini

    Kuesioner

    dan CM

    pasien

    Nominal Kategorikal

    4.6 Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadopsi dari

    penelitian sejenis dengan judul Factors Determining Acceptance of Voluntary

    HIV Testing Among Pregnant Women Attending Antenatal Clinic at Armed Force

    Hospitals in Addis ababa oleh Worku (2005) yang dimodifikasi sesuai dengan

  • 36

    situasi di Bali dan variabel penelitian. Untuk memastikan bahwa

    pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner dapat dimengerti oleh

    responden, kuesioner ini sudah dicoba terlebih dahulu pada sepuluh responden

    dengan tingkat pendidikan yang bervariasi. Responden tersebut adalah tamat SD,

    tamat SMP, tamat SMA, dan yang sudah tamat akademi atau universitas.

    4.7 Cara Pengumpulan Data Penelitian

    Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi

    umur, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, usia kehamilan, paritas,

    pengetahuan ibu hamil tentang HIV, MTCT dan PMTCT, persepsi kerentanan

    terhadap HIV dan AIDS, persepsi keparahan HIV dan AIDS, persepsi manfaat tes

    HIV, persepsi halangan tes HIV, dukungan suami atau keluarga, dukungan

    petugas kesehatan, dukungan teman serta penerimaan tes HIV oleh ibu hamil.

    Pengambilan data dilakukan di Puskesmas II Denpasar Selatan dan di Puskesmas

    I Denpasar Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung

    pada responden. Pewawancara membacakan pertanyaan penelitian dan dijawab

    oleh responden. Wawancara dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 4 orang

    tenaga kesehatan yang dilatih sebelumnya. Untuk menghindari pertanyaan yang

    terlewatkan pewawancara mengcek kembali lembar pertanyaan sebelum

    mengakhiri wawancara.

    Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

    a. Peneliti meminta izin kepada responden agar dapat melakukan penelitian,

    dengan cara menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

  • 37

    b. Peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden dalam penelitian

    kepada calon responden.

    c. Peneliti membacakan pertanyaan pada responden.

    d. Responden menjawab secara langsung, dan peneliti mencatat jawaban dari

    responden.

    e. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,

    hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.

    f. Peneliti mengcek kembali semua pertanyaan sebelum mengakhiri wawancara,

    untuk menghindari pertanyaan yang terlewatkan. Apabila ada pertanyaan

    yang belum ditanyaakan maka peneliti menanyakan kembali kepada

    responden untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat.

    4.8 Analisis Data

    4.8.1 Teknik Pengolahan Data

    Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data di lokasi penelitian diolah

    dengan langkah-langkah sebagai berikut :

    a. Editing

    Pada tahap ini data diperiksa untuk mengetahui kelengkapan data. Apabila

    ditemukan data yang kurang jelas atau kurang lengkap, maka dilengkapi dengan

    menanyakan kembali kepada responden.

    b. Scoring

    Beberapa variabel pada skala pengukuran pada saat pengumpulan data

    dikategorikan untuk kebutuhan analisis data sesuai tujuan penelitian.

  • 38

    1) Karakteristik responden dikategorikan sesuai dengan variasi data yang

    diperoleh dalam penelitian.

    2) Variabel pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT

    Ada 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menilai

    pengetahuan tentang HIV, MTCT dan PMTCT. Dari 10 pertanyaan

    tersebut hanya 8 pertanyaan yang diskoring untuk memperoleh skor

    pengetahuan. Delapan pertanyaan tersebut adalah pertanyaan nomor 301,

    303, 305, 306,307, 308, 309, 310. Nilai untuk jawaban benar dari

    masing-masing pertanyaan adalah 1 dan 0 untuk jawaban salah. Untuk

    pertanyaan nomor 305, 307 dan 310 bisa memiliki jawaban lebih dari satu,

    jadi semakin banyak jawaban benar semakin tinggi skor yang didapat.

    Nilai masing-masing pertanyaan dijumlahkan sehingga menjadi skor

    pengetahuan masing-masing responden. Skor pengetahuan seluruh

    responden dijumlahkan dan selanjutnya dihitung skor rata-rata

    pengetahuan responden. Pengetahuan dikategorikan baik apabila skor yang

    diperoleh responden rata-rata, dan dikategorikan kurang baik apabila

    skor < rata-rata.

    3) Variabel persepsi kerentanan terhadap HIV/AIDS. Ada 4 pertanyaan yang

    diajukan kepada responden untuk memperoleh nilai persepsi kerentanan

    terhadap HIV/AIDS. Pertanyaan tersebut adalah 401sampai dengan 404.

    Nilai untuk jawaban benar dari masing-masing pertanyaan adalah 1 dan 0

    untuk jawaban salah. Seluruh skor yang diperoleh responden dijumlahkan

    dan dihitung nilai rata-ratanya. Responden dikategorikan memeiliki

  • 39

    kerentanan tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS bila skor yang diperoleh

    rata-rata skor dan kerentanan rendah bila skor yang diperoleh < skor

    rata-rata.

    4) Variabel persepsi keparahan penyakit HIV/AIDS. Pertanyaan untuk

    variabel ini adalah 405 sampai dengan 408. Nilai jawaban benar adalah 1

    dan 0 untuk jawaban salah. Responden dikategorikan memeiliki keparahan

    tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS bila skor yang diperoleh rata-rata

    skor keseluruhan responden dan persepsi keparahan rendah bila skor yang

    diperoleh < skor rata-rata.

    5) Variabel manfaat tes HIV, terdapat dua pertanyaan persepsi manfaat tes

    HIV yaitu pertanyaan nomor 412 dan 413. Untuk pertanyaan 413 jawaban

    yang diberikan bisa lebih dari satu, jadi semakin banyak jawaban benar

    semakin tinggi skor yang diperoleh responden artinya semakin tinggi

    persepsi responden terhadap manfaat tes HIV.

    6) Variabel halangan tes HIV, variabel ini memeiliki satu pertanyaan yaitu

    nomor 414 dengan jawaban bisa lebih dari satu. Semakin banyak jawaban

    yang diberikan responden semakin tinggi skor yang diperoleh maka

    semakin tinggi halangan yang dirasakan oleh ibu untuk melakukan tes

    HIV.

    7) Variabel dukungan suami atau keluarga, variabel ini memiliki 3

    pertanyaan yaitu nomor 505 sampai dengan 507. Responden dikategorikan

    mendapat dukungan yang baik dari suami atau keluarga untuk melakukan

    tes HIV, bila skor yang diperoleh rata-rata skor keseluruhan responden

  • 40

    dan dukungan suami atau keluarga dikategorikan kurang bila skor yang

    diperoleh < skor rata-rata.

    8) Variabel dukungan petugas kesehatan, variabel ini memiliki 3 pertanyaan

    yaitu nomor 502 sampai dengan 504. Responden dikategorikan mendapat

    dukungan yang baik untuk melakukan tes HIV, bila skor yang diperoleh

    rata-rata skor keseluruhan responden dan dukungan dikategorikan kurang

    bila skor yang diperoleh < skor rata-rata.

    9) Variabel dukungan teman untuk tes HIV. Variabel ini memiliki 3

    pertanyaan yaitu nomor 508 sampai dengan 510. Responden dikategorikan

    mendapat dukungan yang baik dari teman untuk melakukan tes HIV, bila

    skor yang diperoleh rata-rata skor keseluruhan responden dan dukungan

    dikategorikan kurang bila skor yang diperoleh < skor rata-rata.

    c. Entering

    Data yang telah dikategorikan kemudian dimasukkan ke dalam Microsoft

    Excel, kemudian dibuatkan ke dalam softwere analisis data.

    d. Tabulating

    Data kemudian dianalisis dengan softwere dan disajikan secara deskriptif

    dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan.

    4.8.2 Teknik Analisis Data

    1. Analisis univariat

    Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan tabel distribusi frekuensi

    yang meliputi karakteristik responden, variabel bebas dan variabel terikat.

    Analisis ini untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari

  • 41

    masing-masing variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen.

    Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan proporsi untuk menjelaskan

    karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.

    2. Analisis bivariat

    Analisis bivariat dilakukan untuk menilai hubungan satu variabel bebas

    dengan satu variabel tergantung. Untuk menilai apakah hubungan variabel

    bebas dengan variabel tergantung bermakna secara statistik maka dilakukan uji

    statistik dengan menggunakan uji Chi-Square.

    Nilai OR=1 maka dikatakan tidak ada hubungan, dan jika nilai OR1

    maka dikatakan ada hubungan. Nilai OR yang lebih dari 1 artinya faktor

    tersebut mendukung prilaku ibu hamil untuk menerima tes HIV. Jika nilai OR

    kurang dari 1 maka sebaliknya faktor tersebut dapat mencegah penerimaan ibu

    hamil untuk tes HIV.

    Tingkat kemaknaan hubungan dilihat menggunakan p value atau nilai p.

    Disebut bermakna secara statistik apabila nilai p0,05. Jika sebaliknya nilai

    p>0,05 maka hubungan tersebut tidak bermakna secara statistik

    3. Analisis multivariat

    Analisis ini digunakan untuk menilai hubungan satu atau lebih variabel

    bebas terhadap satu variabel tergantung. Sehingga didapatkan pengaruh

    masing-masing variabel tersebut terhadap variabel tergantung. Uji satatistik

    yang dipakai pada analisis ini adalah Regresi logistik.

  • 42

    4.9 Pertimbangan Etik

    Penelitian ini diajukan ke komisi etik untuk mendapatkan kelaikan etika

    penelitian. Upaya yang dilakukan peneliti agar aspek etik pada subjek

    penelitian terjaga adalah dengan memberikan Informed Concent terlebih

    dahulu sebelum subjek berpartisipasi. Dalam Informed Concent calon

    responden memperoleh gambaran dan tujuan penelitian, penjelasan prosedur,

    ketidaknyamanan dan risiko yang mungkin terjadi, keuntungan, kerahasiaan,

    tentang pemutusan dan penolakan berpartisipasi serta hak dan keluhan subjek.

    Partisipasi subjek dalam penelitian ini bersifat sukarela dan ketika subjek

    menolak berpatisipasi dalam penelitian maka tidak ada pengaruh terhadap

    haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini juga

    mengutamakan kerahasiaan identitas subjek meskipun hasil penelitian ini

    kemungkinan akan dibagi dengan orang lain dan mungkin dipublikasikan

    dalam laporan ilmiah, namun kenyataan bahwa identitas subjek yang terlibat

    dalam penelitian ini tetap dirahasiakan.

  • 43

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan PPIA

    Penelitian dilakukan di dua Puskesmas di Kota Denpasar, yaitu Puskesmas

    I Denpasar Utara dan Puskesmas II Denpasar Selatan. Pada proposal penelitian,

    peneliti membedakan kedua lokasi penelitian dari segi ketersediaan fasilitas

    layanan VCT di Puskesmas tersebut. Namun untuk analisis selanjutnya tidak

    dibedakan lagi oleh karena pada saat penelitian dilakukan, kedua Puskesmas

    sama-sama telah memiliki layanan tes HIV atau klinik VCT. Di Puskesmas II

    Denpasar Selatan dua orang bidan yang telah dilatih PPIA bertugas di KIA

    penawarkan tes HIV pada ibu hamil dilakukan bagi semua ibu hamil yang

    berkunjung untuk ANC. Ibu hamil yang bersedia di tes akan di minta data-data

    pendukung dan diminta persetujuan untuk tes, dilanjutkan ke laboratorium dan

    hasil dikembalikan ke bagian KIA. Hasil tes non reaktif, langsung disampaikan

    kepada ibu hamil oleh bidan KIA namun, hasil reaktif di buka di klinik VCT

    dan dilakukan konseling pasca tes HIV.

    Pelaksanaan PPIA di Puskesmas I Denpasar Utara sedikit berbeda, setelah

    ibu hamil setuju untuk tes HIV, maka akan dilanjutkan dengan pre tes

    konseling oleh konselor VCT dilanjutkan dengan tes di laboratorium dan untuk

    membuka hasil ibu hamil kembali ke VCT untuk konseling post tes dan baru

    kembali ke bagian KIA. Prosedur tes di Puskesmas ini lebih panjang begitupula

  • 44

    waktu yang dibutuhkan. Sehingga ada beberapa pasien yang memutuskan

    untuk kembali keesokan harinya untuk membuka hasil.

    5.2 Karakteristik Responden Penelitian

    Variabel tergantung dari penelitian ini adalah penerimaan tes HIV oleh ibu

    hamil. Dari hasil pengumpulan data diperoleh penerimaan ibu hamil terhadap

    tes HIV seperti tabel 5.2.1 berikut.

    Tabel 5.2.1 Penerimaan Tes HIV pada Ibu Hamil

    Di Puskesmas Kota Denpasar

    Pada analisis univariat dapat dilihat bahwa ibu hamil yang menerima tes

    HIV sebanyak 67,7% dan yang tidak menerima tes HIV sebanyak 32,5%. Ibu

    hamil yang menerima tes HIV lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak

    menerima atau menolak tes HIV.

    Tabel 5.2.2 Karakteristik Responden Penelitian

    di Puskesmas Kota Denpasar

    Peneriman Tes HIV n (%)

    Ya 81(67,5)

    Tidak 39(32,5)

    Jumlah 120(100)

    Karakteristik Responden n=120 %

    Umur

  • 45

    Lanjutan Tabel 5.2.2

    Karakteristik Responden n=120 %

    Paritas

    Multigravida

    Primigravida

    78

    42

    65,0

    35,0

    Jumlah kunjungan ANC

    2

  • 46

    Dalam penelitian ditemukan bahwa semua responden dalam status kawin

    sehingga status perkawinan tidak bisa dikatakan sebagai variabel karena tidak

    ada variasi nilai status perkawinan. Sebagian besar (65%) responden sdang

    hamil yang kedua atau lebih (multigravida). Ibu hamil yang menjadi respnden

    dalam penelitian ini sebagaian besar (89,2%) melakukan kunjunga antenatal

    dua kali atau lebih.

    Dilihat dari pengetahuan responden tentang HIV, MTCT dan PMTCT dari

    keseluruhan responden ditemukan bawa 61,7% responden memiliki

    pengetahuan baik. Sebagian besar (83,3%) responden memiliki persepsi

    kerentanan terhadap HIV/AIDS. Begitupula mengenai persepsi keparahan

    sebagian besar responden (72,5%) memiliki persepsi bahwa penyakit

    HIV/AIDS merupakan penyakit dengan tingkat keparahan yang tinggi.

    Selain persepsi keparahan yang tinggi, dari keseluruhan responden 94,2%

    menjawab bahwa tes HIV selama kehamilan memiliki manfaat. Walaupun

    sebagian besar merasakan adanya manfaat tes HIV, namun masih ada

    responden yang merasa ada halangan untuk melakukan tes HIV yaitu sebesar

    32,5%.

    Penerimaan tes HIV oleh ibu hamil juga tidak terlepas dari dukungan yang

    diberikan oleh orang sekitar pada ibu seperti dukungan suami atau keluarga,

    tenaga kesehatan dan teman. Dari tabel 5.2.2 dapat dilihat bahwa 47,5%

    responden menyatakan memiliki dukungan suami baik dan 52,5% responden

    memiliki dukungan suami yang kurang. Begitupula dukungan dari tenaga

    kesehatan yang memberi pelayanan saat ibu melakukan kunjungan antenatal,

  • 47

    hampir seluruh responden (90,8%) menyatakan dukungan petugas kesehatan

    baik. Tabel 5.1.2 diatas menunjukan hanya sebagian kecil (10,9%) responden

    mendapat dukungan dari teman untuk menerima tes HIV selama kehamilan.

    Distribusi responden mengenai sumber informasi HIV/AIDS, MTCT dan

    PMTCT serta alasan menerima maupun menolak tes HIV disajikan dalam tabel

    5.2.3 berikut.

    Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban mengenai

    Sumber Informasi HIV/AIDS, MTCT, PMTCT, Alasan Menerima

    dan Menolak Tes HIV

    Jawaban Responden n=120 %

    Sumber Informasi mengenai HIV/AIDS

    Media cetak 43 35,8

    Media elektronik 95 74,2

    Teman 29 24,2

    Keluarga 10 8,3

    Petugas Kesehatan 73 60,8

    Lainnnya 2 1,7

    Cara Penularan HIV/AIDS

    Hubungan seksual 106 88,3

    Darah yang terinfeksi virus HIV 22 18,3

    Jarum suntuk bergantian 41 34,2

    Dari ibu hamil ke bayi yang dikandung 57 47,5

    Penggunaan jarum suntik tidak steril 11 9,2

    Lainnya 1 0,8

    Waktu Penularan HIV/AIDS

    Sejak kehamilan 54 45,0

    Saat melahirkan 7 5,8

    Saat menyusui 29 24,2

    Tidak tahu 56 46,7

    Lainnya 0 0,0

    Cara Mengurangi Penularan HIV/AIDS

    Menggunakan obat untuk HIV/AIDS 10 8,3

    Tidak menyusui bayi 14 11,7

    Melahirkan dengan cara operasi 4 3,3

    Tidak tahu 93 77,5

    Lainnya 3 2,5

  • 48

    Lanjutan Tabel 5.2.3

    Jawaban Responden n=120 %

    Cara Mengurangi Penularan HIV/AIDS

    Menggunakan obat untuk HIV/AIDS 10 8,3

    Tidak menyusui bayi 14 11,7

    Melahirkan dengan cara operasi 4 3,3

    Tidak tahu 93 77,5

    Lainnya 3 2,5

    Alasan Menerima Tes HIV

    Untuk melindungi anak 23 19,2

    Untuk melindungi pasangan 3 2,5

    Untuk mengetahui status saya 74 61,7

    Merasa memiliki risiko 2 1,7

    Mengikuti anjuran petugas kesehatan 79 65,8

    Tidak tahu 0 0,0

    Lainnya 0 0,0

    Alasan Tidak Menerima Tes HIV

    Mahal 0 0,0

    Akses Jauh 0 0,0

    Waktu tidak sesuai jam kerja 6 5,0

    Takut diambil darah 28 23,3

    Takut hasil tes yang akan diterima 22 18,3

    Takut pandangan negatif orang lain yang

    melihat (takut dikucilkan di masyarakat)

    1 0,8

    Merasa malu 1 0,8

    Tidak mendapat ijin suami/pasangan 20 16,7

    Lainnya 1 0,8

    Tabel 5.2.3 diatas menunjukan bahwa sumber informasi tentang

    HIV/AIDS terbanyak didapat dari media elektronik yaitu sebesar 74,2%.

    Sumber informasi lainnya yang di ungkapkan oleh responden adalah dari

    petugas kesehatan sebesar 60,8% dan yang terbanyak ketiga adalah dari media

    cetak sebesar 35,8%.

    Mengenai cara penularan HIV/AIDS sebanyak 88,3% responden

    menjawab melalui hubungan seksual, 18,3% dari darah yang terinfeksi virus

  • 49

    HIV, Sedangkan cara penularan dari ibu hamil ke bayi yang dikandung sebesar

    47,5%.

    Sebanyak 46,7% responden adalah tidak tahu ka