unud-1335-773524674-tesis dr. agus antara, m.biomed, sp.s

Upload: muhammad-hafizi

Post on 26-Feb-2018

278 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    1/149

    TESIS

    KORELASI KUALITAS TIDUR DENGAN NYERI

    KEPALA PRIMER PADA SISWA-SISWI SEKOLAH

    MENENGAH ATAS NEGERI 1 AMLAPURA

    KABUPATEN KARANGASEM

    AGUS ANTARA

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2015

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    2/149

    TESIS

    KORELASI KUALITAS TIDUR DENGAN NYERI

    KEPALA PRIMER PADA SISWA-SISWI SEKOLAH

    MENENGAH ATAS NEGERI 1 AMLAPURA

    KABUPATEN KARANGASEM

    AGUS ANTARA

    NIM : 1014068103

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2015

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    3/149

    KORELASI KUALITAS TIDUR DENGAN NYERI

    KEPALA PRIMER PADA SISWA-SISWI SEKOLAH

    MENENGAH ATAS NEGERI 1 AMLAPURA

    KABUPATEN KARANGASEM

    Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

    pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

    AGUS ANTARA

    NIM : 1014068103

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2015

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    4/149

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    5/149

    iii

    Lembar Pengesahan

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    TANGGAL 3 MARET 2015

    Pembimbing I,

    dr. I Made Oka Adnyana, Sp. S (K)NIP 195610101983121001

    Pembimbing II,

    Dr. dr. D. P. G. Purwa Samatra, Sp. S (K)NIP 195503211983031004

    Mengetahui

    Ketua Program Magister Ilmu Biomedik

    Program Pascasarjana

    Universitas Udayana,

    Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And, FAACS

    NIP 194612131971071001

    Direktur

    Program Pascasarjana

    Universitas Udayana,

    Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K)

    NIP 195902151985102001

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    6/149

    iv

    Tesis Ini Telah Diuji pada

    Tanggal 3 Maret 2015

    Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

    Universitas Udayana, No.: 402/UN 14.4/HK/2015, Tanggal 3 Februari 2015

    Ketua : dr. I Made Oka Adnyana, Sp. S (K)

    Anggota : 1. Dr. dr. D. P.G. Purwa Samatra, Sp. S (K)

    2. Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K)

    3. Dr. dr. A. A. A. Putri Laksmidewi, Sp. S (K)

    4. dr. I Putu Eka Widyadharma, M. Sc, Sp. S (K)

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    7/149

    v

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    8/149

    vi

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan

    Yang Maha Esa, karena hanya atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan karya akhir ini.

    Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

    yang telah berperan besar sehingga penulis dapat menyelesaikan Program Pendidikan

    Dokter Spesialis (PPDS) I Neurologi dan Program Magister Program Studi Ilmu

    Biomedik Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.

    Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada pembimbing karya akhir

    ini, dr. I Made Oka Adnyana, Sp. S (K) dan Dr. dr. D. P. G. Purwa Samatra, Sp. S (K)

    atas segala bimbingan, masukan dan sarannya khususnya terkait penyusunan karya

    akhir ini. Kepada dr. I Putu Eka Widyadharma, M. Sc, Sp. S (K) penulis mengucapkan

    terima kasih atas bantuan dan bimbingannya khususnya yang berkenaan dengan

    statistik.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr.

    Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

    Prof. Dr. dr. Putu Astawa, M. Kes, Sp. OT (K) atas izin dan fasilitas yang diberikan

    kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Saraf FK

    UNUD/RSUP Sanglah.

    Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. A. A. Raka

    Sudewi, Sp. S (K), selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana dan

    kepada Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And, FAACS selaku Ketua Program

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    9/149

    vii

    Studi Magister Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas izin

    dan fasilitas yang diberikan kepada penulis saat mengikuti dan menyelesaikan PPDS I

    Neurologi FK UNUD/RSUP Sanglah dan Program Magister Program Studi Ilmu

    Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana FK UNUD/RSUP Sanglah.

    Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Direktur Utama RSUP Sanglah

    Denpasar dr. Anak Ayu Sri Saraswati, MARS dan mantan Direktur Utama RSUP

    Sanglah Denpasar, dr.Wayan Sutarga, MPHM atas izin, tempat dan fasilitas yang

    sudah diberikan. Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ketua TKP

    PPDS I FK UNUD/ RSUP Sanglah, dr. Nyoman Semadi, Sp. BTKV dan mantan

    Ketua TKP PPDS I FK UNUD/RSUP Sanglah, dr. I Wayan Kondra, Sp. S (K) atas

    kesempatan mengikuti pendidikan ini.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para

    penguji, dr. I Made Oka Adnyana, Sp. S (K), Dr. dr. D. P. G. Purwa Samatra, Sp. S

    (K), Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K), dr. I. G. N. Purna Putra, Sp. S (K),

    Dr. dr. A. A. A. Putri Laksmidewi, Sp. S (K) dan dr. I Putu Eka Widyadharma, M. Sc,

    Sp. S(K) atas bimbingan, saran dan koreksi dari tahap praproposal, ujian proposal,

    seminar hasil penelitian, ujian hasil penelitian dan ujian akhir tesis.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. dr. D. P. G. Purwa Samatra, Sp. S (K)

    selaku Kepala Bagian/SMF Neurologi FK UNUD/RSUP Sanglah pada periode 2006-

    2014 dan dr. A. A. B. N. Nuartha Sp. S (K) selaku Kepala Bagian/SMF Neurologi FK

    UNUD/RSUP Sanglah periode 2014-2019, yang telah memberikan kesempatan untuk

    mengikuti dan menyelesaikan pendidikan ini. Kepada dr. I Made Oka Adnyana, Sp. S

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    10/149

    viii

    (K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis I Neurologi Fakultas

    Kedokteran Universitas Udayana pada saat penulis diterima sebagai peserta PPDS I

    Neurologi dan Dr. dr. A. A. A. Putri Laksmidewi, Sp. S (K) selaku Plt. Ketua Program

    Studi Pendidikan Dokter Spesialis I Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas

    Udayana, atas kesempatan, fasilitas yang diberikan serta dorongan yang tiada henti

    kepada penulis untuk mengikuti dan segera menyelesaikan pendidikan ini. Kepada dr.

    Desak Ketut Indrasari Utami, Sp. S sebagai pembimbing akademik, penulis ucapkan

    terima kasih yang tak terhingga atas segala bimbingan, didikan, nasehat, motivasi dan

    petunjuk yang diberikan selama proses pendidikan.

    Kepada seluruh supervisor sekaligus guru penulis di Bagian/SMF Neurologi FK

    UNUD/RSUP Sanglah, dr. I Wayan Kondra, Sp. S (K), dr. A. A. B. N. Nuartha, Sp. S

    (K), Dr. dr. D. P. G. Purwa Samatra, Sp. S (K), dr. I. G. N. Budiarsa, Sp. S, dr. I Made

    Oka Adnyana, Sp. S (K), Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K), Dr. dr. Thomas

    Eko Purwata, Sp. S (K), dr. I. G. N. Purna Putra, Sp. S (K), Dr. dr. A. A. A. Putri

    Laksmidewi, Sp. S (K), Dr. dr. Anna Marita G. Sinardja, Sp. S (K), dr. A. A. A.

    Meidiary, Sp. S, dr. I Komang Arimbawa, Sp. S, dr. I. B. Kusuma Putra, Sp. S, dr.

    Desak Ketut Indrasari Utami, Sp. S, dr. I Putu Eka Widyadharma, M. Sc, Sp. S (K),

    dr. Kumara Tini, Sp. S, FINS, dr. Ketut Widyastuti, Sp. S, dr. Ni Made Susilawathi,

    Sp. S, dr. I. A. Sri Indrayani, Sp. S, dr. Ni Putu Witari, Sp. S, dr. I. A. Sri Wijayanti,

    M. Biomed, Sp. S dan dr. Sri Yenni Trisnawati, M. Biomed, Sp. S penulis ucapkan

    terima kasih tak berhingga atas segala bimbingan dan saran selama penulis mengikuti

    pendidikan.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    11/149

    ix

    Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Luh Putu Lina Kamelia, Sp. S, dr. Yosi

    P. Silalahi, Sp. S, dr. Ni Putu Witari, Sp. S, dr. I Dewa Ngurah Agung Satriawan, Sp.

    S, dr. Desie Yuliani, Sp. S dan dr. I Gusti Martin Widanta, M. Biomed, Sp. S yang

    selalu memberi bimbingan dan dorongan semangat kepada penulis untuk

    menyelesaikan karya akhir ini. Terima kasih kepada semua teman sejawat PPDS I

    Neurologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar atas kerjasama, dorongan semangat,

    dan pengertian teman-teman selama penulis mengikuti pendidikan ini, khususnya

    kepada dr. I Nyoman Darsana, M. Biomed, Sp. S, dr. Bhaskoro A. W. Nugroho, dr I.

    A. Sri Wijayanti, M. Biomed, Sp. S, dr. Sri Yenni Trisnawari, M. Biomed, Sp. S dan

    dr. I Wayan Widyantara, M. Biomed, Sp. S. Terima kasih kepada dr. Octavianus

    Darmawan, dr. Ni Made Dwita Pratiwi, dr. Ni Putu Ayu Putri Mahadewi dan dr. Putri

    Ayuna Sundari atas bantuannya dalam karya akhir ini. Terima kasih kepada tenaga

    administrasi Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK UNUD/RSUP Sanglah I Wayan

    Sika Priantha, Ni Putu Oka Swardani, Ni Kadek Arie Ardhiani, Amd, Akun., Ni Made

    Febriyanti, S. E. dan Ni Wayan Ayu Sukyartini, S. E. atas kerjasama dan bantuannya

    selama penulis mengikuti pendidikan.

    Pada kesempatan ini secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih

    kepada seluruh siswa-siswi SMA Negeri 1 Amlapura dan Bapak Wakasek Drs. I

    Nyoman Kanten atas bantuan dan kerjasamanya selama melaksanakan karya akhir ini.

    Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih yang tidak ternilai kepada kedua

    orang tua tercinta I Wayan Sujana dan Ni Wayan Suasti yang selalu memberikan

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    12/149

    x

    kasih sayang, doa, nasihat, semangat dan dorongan. Terima kasih kepada saudara-

    saudara tercinta dan seluruh keluarga besar atas doa dan bantuannya.

    Penulis menyadari bahwa karya akhir ini jauh dari kata sempurna baik dari aspek

    materi maupun penyajiannya, sehingga tetap mengharapkan kritik dan saran dalam

    perbaikan karya akhir ini.

    Terakhir penulis menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak, bila

    dalam proses pendidikan maupun dalam pergaulan sehari-hari ada tutur kata dan sikap

    yang kurang berkenan dihati. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu

    melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu

    pelaksanaan dan penyelesaian karya akhir ini.

    Ilmu pengetahuan adalah antidot dari segala ketakutan

    Denpasar, Februari 2015

    Agus Antara

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    13/149

    xi

    KORELASI KUALITAS TIDUR DENGAN NYERI KEPALA PRIMER PADA

    SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 AMLAPURA

    KABUPATEN KARANGASEM

    ABSTRAK

    Nyeri kepala primer (NKP) dan gangguan tidur merupakan penyakit yang sering

    dijumpai pada remaja. Keduanya berhubungan secara resiprokal. Prevalesi NKP pada

    remaja cukup tinggi. Beberapa faktor yang berhubungan dengan timbulnya NKP

    antara lain kualitas tidur yang buruk, obesitas, depresi, kecemasan, stres dan

    kelelahan. Gangguan tidur pada remaja sering dikaitkan dengan penurunan prestasi

    belajar di sekolah dan rendahnya angka kelulusan siswa. Kabupaten Karangasem

    menempati peringkat kedua tertinggi angka ketidaklulusan siswa dari seluruh

    kabupaten/kota di Bali. Masih sedikitnya data mengenai hubungan gangguan tidur

    dengan NKP khususnya di Bali melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini.

    Penelitian ini merupakan analitik observasional potong lintang dengan pengambilan

    sampel secara simple random sampling. Kualitas tidur dinilai dengan The Pitssburg

    Sleep Qualiy Index (PSQI). Analisis deskriptif untuk menentukan karakteristik subyek

    sedangkan korelasi antara kualitas tidur dengan NKP dilakukan dengan uji koefisien

    kontingensi. Data dianalisis dengan program SPSS 16.0 for windows. Sampelsebanyak 96 orang siswa ini diambil pada bulan September 2014 di SMA Negeri 1

    Amlapura didapatkan proporsi kualitas tidur buruk dan NKP yang tinggi (71,87% dan

    85,41%) sedangkan kualiatas tidur yang buruk dengan NKP berkorelasi sedang (p 5

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    76/149

    53

    4. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab struktural

    organik, yang dapat digolongkan menjadi migren, TTH, NKK, dan NKP lainnya

    (PERDOSSI, 2013).

    Migren adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72

    jam. Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang-berat,

    bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti oleh nausea dan/atau

    fotofobia dan fonofobia (PERDOSSI, 2013).

    Tension type headache adalah nyeri kepala episodik yang infrequen berlangsung

    beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat

    dengan intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktivitas fisik

    rutin, tidak didapatkan mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia (PERDOSSI,

    2013).

    Nyeri kepala klaster (NKK) adalah nyeri kepala yang hebat, unilateral di orbita,

    supraorbita, temporal atau kombinasi dari tempat-tempat tersebut, berlangsung 1-

    180 menit dan terjadi dengan frekuensi sekali sehari tiap 2 hari sampai 8 kali

    dalam sehari. Serangannya disertai satu atau lebih sebagai berikut : semuanya

    ipsilateral: injeksi konjungtival, lakrimasi, kongesti nasal, rinoroea, berkeringat di

    kening dan wajah, miosis, ptosis, udem palpebra. Selama serangan sebagian besar

    pasien gelisah atau agitasi (PERDOSSI, 2013).

    Nyeri kepala primer tipe lainnya adalah NKP selain golongan migren, TTH dan

    klaster, misalnya nyeri kepala yang digolongkan pada diagnosis sebagai berikut :

    primary stabbing headache, primary cough headache, primary exertional

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    77/149

    54

    headache, NKP sehubungan dengan aktivitas seksual, HH, primary thunderclap

    headache, hemikrania kontinua, new daily persistent headache (PERDOSSI,

    2013).

    Data disajikan dalam bentuk skala kategorikal nominal.

    5. Obesitas adalah suatu kondisi abnormal atau penumpukan lemak berlebihan dari

    yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Obesitas ditentukan dengan

    menghitung nilai indeks massa tubuh (IMT) (WHO, 1998). Rumus IMT adalah

    sebagai berikut :

    IMT = Berat Badan (BB) dalam (kg)

    Tinggi Badan (TB)2 dalam (m2)

    - Iya : bila IMT 30,0 kg/m2

    - Tidak : bila IMT < 30,0 kg/m2

    Data disajikan dalam skala kategorikal nominal.

    6. Kelelahan adalah suatu perasaan yang menyebar yang disertai dengan adanya

    penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas yang ditandai dengan

    berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas

    dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status

    kesehatan, dan keadaan gizi. Kelelahan secara subjektif diukur dengan kuesioner

    The Subjective Symptoms Test (SST). Jawaban untuk kuesioner SST dibagi

    menjadi empat kategori dengan nilai yaitu sangat sering (3), sering (2), kadang-

    kadang (1), tidak pernah (0)

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    78/149

    55

    Interpretasi tingkat kelelahan menurut kuesioner :

    - Nilai 30 : tidak ada kelelahan

    - Nilai 31-60 : kelelahan ringan

    - Nilai 61-90 : kelelahan sedang

    - Nilai 91-120 : kelelahan berat (Tarwaka, 2009).

    Data disajikan dalam bentuk skala kategorikal nominal ya (ada kelelahan dengan

    nilai SST 30, dan bila ada kelelahan dengan nilai SST >30).

    7. Stres adalah tekanan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan,

    misalnya tuntutan belajar menjelang ujian, menghadapi masalah keluarga atau

    hubungan antar teman (Rathus dan Nevid, 2002).

    Depresi adalah suasana hati (afek) atau hilang minat atau kesenangan dalam semua

    aktivitas selama sekurang-kurangnya 2 minggu, disertai beberapa gejala

    berhubungan (Maslim, 2004).

    Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan ketakutan

    disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang hiperaktif (Kaplan dan

    Saddock, 1997).

    Depresi, kecemasan dan stres diukur dengan Depression Anxiety Stress Scale

    (DASS) 42 (Lovibond, 1995; Crowford dan Henry, 2003; Kholifah, 2013).

    Data disajikan dalam bentuk skala kategorikal nominal.

    - Depresi (ada) : bila skor DASS 42 untuk depresi >9

    Tidak ada : bila skor DASS untuk depresi 0-9

    - Kecemasan (ada) : bila skor DASS 42 untuk kecemasan >7

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    79/149

    56

    Tidak ada : bila skor DASS 42 untuk kecemasan 0-7

    - Stres (ada) : bila skor DASS 42 untuk stress >14

    Tidak ada : bila skor DASS 42 untuk stres 0-14

    8. Konsumsi kopi dan/atau minuman mengandung kafein lainnya adalah kebiasaan

    mengkonsumsi kopi dan/atau minuman yang mengandung kafein sejumlah 3-4

    cangkir selama tiga bulan terakhir (Shirlow dan Mathers, 1984; Hagen, 2009).

    Data disajikan dalam bentuk data berskala kategorikal nominal.

    - Iya : bila mengkonsumsi kopi dan/atau minuman yang mengandung kafein

    sejumlah 3-4 cangkir sehari, selama 3 bulan terakhir.

    -Tidak : bila tidak mengkonsumsi kopi dan/atau minuman yang mengandung

    kafein sejumlah 3-4 cangkir dalam sehari, selama 3 bulan terakhir.

    9. Konsumsi alkohol yaitu konsumsi minuman yang mengandung alkohol dalam

    waktu paling lama 24 jam sebelum timbulnya serangan nyeri kepala.

    Data disajikan dalam bentuk skala kategorikal nominal ya dan tidak.

    10. Tumor otak merupakan lesi ekspansif yang bersifat jinak atau ganas yang

    membentuk massa dalam ruang tengkorak otak (intra kranial) dan menyebabkan

    meningkatnya tekanan intra kranial. Manifestasi klinik tumor otak adalah nyeri

    kepala yang disertai dengan perubahan status mental, kejang atau bangkitan,

    muntah, vertigo, kelemahan separuh tubuh, pandangan kabur atau ganda (Price dan

    Wilson, 2006).

    11. Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal, diukur secara aksila >37,5oC

    (High dkk., 2009).

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    80/149

    57

    12. Trauma kapitis adalah cedera mekanik terhadap kepala baik secara langsung

    ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu

    gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen

    (PERDOSSI, 2006).

    13. Gangguan vaskularisasi otak merupakan gangguan fungsional otak akibat adanya

    gangguan pada aliran darah atau pembuluh darah intrakranial yang disebabkan

    oleh stroke, trombosis vena serebral, artery-venous malformation, vaskulitis

    dengan manifestasi klinis berupa defisit neurologis fokal ataupun global.

    14. Penyakit otoimun adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya respon imun

    terhadap antigen spesifik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri yang menyebabkan

    berlangsungnya kerusakan jaringan. Manifestasi klinis penyakit otoimun dalam hal

    ini Lupus serebri adalah adanya gangguan neuropsikiatri berupa nyeri kepala,

    kejang, kelemahan separuh tubuh, gangguan gerak, gangguan visual dan

    sebagainya (Wallace, 2008).

    4.7 Instrumen Penelitian

    Data primer diperoleh dari penderita melalui wawancara aktif menggunakan

    lembar pengumpulan data atau kuesioner.

    Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur subjek

    penelitian adalah PSQI. Instrumen ini merupakan suatu kuesioner yang mengukur

    kualitas tidur yang telah banyak digunakan pada penelitian-penelitian yang menilai

    kualitas tidur di luar maupun dalam negeri. Kuesioner PSQI terdiri dari 7 kelompok

    dengan total 19 buah pertanyaan tentang kebiasaan-kebiasaan tidur seseorang dalam

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    81/149

    58

    sebulan terakhir. Untuk menilai efisiensi tidur pada komponen nomor 4 berdasarkan

    hasil penjumlahan dan pembagian nilai yang diperoleh dari skor item pertanyaan

    nomor 1, 3, 4. Penghitungannya adalah dengan menjumlahkan lamanya waktu tidur

    (dalam jam) dibagi waktu lamanya di atas tempat tidur kemudian dikalikan 100%. Jika

    hasilnya >85% diberi skor 0, 75-84% diberi skor 1, 65-74% diberi skor 2, dan

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    82/149

    59

    penelitian kualitas tidur di Indonesia pada 30 orang responden mendapatkan hasil nilai

    Cronbach alpha 0,766 ( Buysse dkk, 1989; Backhaus dkk, 2002, Agustin, 2012).

    Instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah DASS 42 menilai ada

    tidaknya depresi, kecemasan, dan stres sedangkan untuk mengukur ada tidaknya

    kelelahan menggunakan instrumen SST. Instrumen DASS 42 terdiri dari 42 item

    pertanyaan yang terdiri dari 3 subvariabel yaitu fisik, psikologi dan perilaku. Nilai

    depresi, kecemasan, dan stres ditentukan oleh nilai dari komponen DASS yang relevan

    untuk masing-masing kriteria. Komponen DASS untuk depresi adalah

    3,5,10,13,16,17,21,24,26,31,34,37,38,42. Kecemasan diukur oleh komponen nomor

    2,4,7,9,15,19,20,23,25,28,30,36,40,41. Sedangkan stres ditunjukkan oleh komponen

    1,6,8,11,12,14,18,22,27,29,32,33,35,39 Instrumen ini telah melalui uji reliabilitas dan

    validitas berdasarkan penilaian Cronbachs alpha sebesar 0,91 (Lovibond, 1995;

    Crawford dan Henry, 2003; Kholifah, 2013).

    4.8 Prosedur dan Alur Penelitian

    Gambar 4.2

    Bagan Alur Penelitian

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    83/149

    60

    4.9 Analisis Penelitian

    Analisis hasil penelitian akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut

    di bawah ini :

    1. Analisis deskriptif digunakan untuk menentukan karakteristik subjek penelitian

    berdasarkan umur, jenis kelamin, ,obesitas, kelelahan, kecemasan, stres dan

    depresi.

    2. Korelasi antara kualitas tidur dengan NKP dianalisis dengan uji korelasi koefisien

    kontingensi karena kedua variabel berskala nominal setara. Uji korelasi akan

    menunjukkan hasil kekuatan korelasi (r) dengan interpretasi sangat lemah (r=0,00-

    0,199), lemah (r=0,20-0,399), sedang (r=0,40-0,599), kuat (r=0,60-0,799), dan

    sangat kuat (r=0,80-1,00). Korelasi dikatakan bermakna antara kedua variabel

    yang diuji apabila nilai p

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    84/149

    61

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    Dari 150 siswa kelas 2 SMA Negeri 1 Amlapura, 96 subjek memenuhi kriteria

    inklusi dan eksklusi. Sedangkan siswa kelas 1 dan 3 tidak terlibat karena mengikuti

    ujian semester. Berikut merupakan tabel karakteristik subjek penelitian.

    Tabel 5.1

    Karakteristik Subjek Penelitian

    Karakteristik JumlahN %

    Umur- 15 tahun

    - 16 tahun

    - 17 tahun

    5

    80

    11

    5,20

    83,30

    11,50

    Jenis kelamin- Laki-laki

    - Perempuan

    51

    45

    53,10

    46,90

    IMT

    - Tidak obesitas- Obesitas

    897

    92,707,30

    Kelelahan- Tidak ada

    - Ada

    1

    95

    1,05

    98,95

    Depresi- Tidak ada

    - Ada

    56

    40

    58,34

    41,66

    Kecemasan

    - Tidak ada- Ada 4452 45,8454,16

    Stres- Tidak ada

    - Ada

    49

    47

    51,05

    48,95

    Jumlah total subjek 96 100

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    85/149

    62

    Berdasarkan Tabel 5.1 di atas maka dapat diketahui bahwa subjek penelitian

    merupakan remaja dengan rentang umur 15 tahun sampai 17 tahun. Kelompok

    terbesar adalah subjek dengan umur 16 tahun yaitu 83,30%. Subjek penelitian adalah

    remaja siswa-siswa SMA Negeri 1 Amlapura yang diambil dari kelas 1, 2, maupun

    kelas 3. Perbandingan persentase subjek laki-laki dan perempuan pada penelitian ini

    adalah 53,10% : 46,90%. Jumlah subjek laki-laki dan perempuan pada penelitian ini

    tidak jauh berbeda.

    Penelitian ini juga menggolongkan subjek berdasarkan IMT. Sebagian besar

    peserta tidak tergolong obesitas, hanya sekitar 7,30% subjek penelitian dengan IMT

    sesuai obesitas.

    Hampir seluruh subjek penelitian mengalami kelelahan (98,95%), demikian pula

    sebanyak 54,16% subjek penelitian mengalami kecemasan. Subjek penelitian sebagian

    besar tidak mengalami depresi (58,34%) dan stres ( 51,05%).

    Tabel 5.2 berikut ini menunjukkan gambaran kualitas tidur subjek penelitian

    sesuai dengan jenis kelamin.

    Tabel 5.2

    Kualitas Tidur Berdasarkan Jenis Kelamin

    Kualitas Tidur Jenis kelamin Total

    n (%)Laki-laki Perempuan

    n % N %

    Baik 17 33,33 10 22,22 27 (28,13)Buruk 34 66,67 35 77,78 69 (71,87)

    Total 51 100,00 45 100,00 96 (100,00)

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    86/149

    63

    Tabel 5.2 di atas menunjukkan kualitas tidur subjek penelitian berdasarkan jenis

    kelamin. Persentase subjek penelitian dengan kualitas tidur buruk hampir sama antara

    laki-laki dan perempuan yaitu 66,67% dan 77,78%. Sedangkan perbandingan

    persentase subjek penelitian laki-laki dan perempuan dengan kualitas tidur baik adalah

    33,34% dan 22,24%.

    Tabel 5.3

    Kualitas Tidur Berdasarkan IMT

    Kualitas

    Tidur

    IMT Total

    n (%)Obesitas Tidak Obesitas

    n % n %Baik 1 14,28 26 29,21 27 (28,13)Buruk 6 85,72 63 70,79 69 (71,87)

    Total 7 100,00 89 100,00 96 (100,00)

    Tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh subjek penelitian dengan

    obesitas mengalami tidur kualitas buruk (85,72%), sedangkan 70,79% subjek

    penelitian dengan IMT normal juga mengalami kualitas tidur yang buruk.

    Tabel 5.4 berikut memberikan gambaran mengenai proporsi NKP yang dialami

    oleh remaja subjek penelitian ini.

    Tabel 5.4

    Proporsi NKP Berdasarkan Jenis Kelamin

    Nyeri kepala Jenis kelamin Total

    n (%)Laki-laki Perempuan

    n % n %

    Tidak ada 9 17,64 5 11,11 14 (14,58)Ada 42 82,35 40 88,89 82 (85,42)

    Total 51 100,00 45 100,00 96 (100,00)

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    87/149

    64

    Sejumlah 82 orang (85,42%) subjek penelitian mengalami NKP. Empat puluh dua

    orang diantaranya (82,35%%) adalah subjek laki-laki, sedangkan sisanya adalah

    perempuan (88,89%).

    Korelasi antara kualitas tidur dengan NKP dapat dilihat padaTabel 5.5 berikut

    ini. Sedangkan nilai korelasi faktor-faktor lain dengan NKP dapat dilihat pada Tabel

    5.6 berikutnya.

    Tabel 5.5

    Korelasi Kualitas Tidur dengan NKP

    KualitasTidur

    NKP Totaln (%)

    r pTidak Ada Ada

    n % N %

    Baik 11 40,74 16 59,26 27 (100,00)

    0,421

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    88/149

    65

    menunjukkan kekuatan korelasi sedang (Dahlan, 2004). Kesimpulan data di atas

    adalah kualitas tidur yang buruk berkorelasi cukup erat dengan adanya NKP pada

    remaja pada subjek peserta penelitian ini.

    Tabel berikut menunjukkan korelasi jenis kelamin, obesitas, depresi, kecemasan,

    stres dan kelelahan dengan NKP.

    Tabel 5.6

    Korelasi Faktor-Faktor Lain dengan NKP

    Faktor-faktor lain

    NKP

    Total

    n (%)

    r pTidak Ada Ada

    n % N %Jenis kelamin

    - Laki-laki

    - Perempuan

    Total

    IMT

    - Tidak obesitas

    - Obesitas

    Total

    Depresi

    -

    Tidak ada- Ada

    Total

    Kecemasan

    - Tidak ada

    - Ada

    Total

    Stres

    - Tidak ada

    - Ada

    Total

    Kelelahan

    - Tidak ada

    - AdaTotal

    9

    5

    14

    14

    0

    14

    86

    14

    8

    6

    14

    9

    5

    14

    0

    14

    14

    64,28

    35,72

    100

    100

    0

    100

    57,1542,85

    100

    57,14

    42,86

    100

    64,28

    35,72

    100

    0,00

    100

    100

    42

    40

    82

    75

    7

    82

    4834

    82

    36

    46

    82

    40

    42

    82

    1

    81

    82

    51,21

    48,79

    100

    91,46

    8,54

    100

    58,5441,46

    100

    43,90

    56,10

    100

    48,78

    51,22

    100

    1,22

    98,78

    100

    51 (53,12)

    45 (46,88)

    96 (100)

    89 (92,70)

    7 (7,70)

    96 (100)

    56 (58,33)40 (41,67)

    96 (100)

    44 (45,83)

    52 (54,17)

    96 (100)

    49 (51,04)

    47 (48,96)

    96 (100)

    1 (1,05)

    95 (98,95)

    96 (100)

    0,365

    0,115

    0,010

    0,358

    0,109

    0,402

    0,092

    0,256

    0,922

    0,093

    0,283

    0,678

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    89/149

    66

    Tabel 5.6 di atas menunjukkan nilai korelasi (p) dan besarnya korelasi (r) antara

    beberapa faktor lain dengan NKP. Masing-masing faktor tersebut menunjukkan

    korelasi yang tidak bermakna dengan NKP.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    90/149

    67

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    6.1 Karakteristik Subjek Penelitian

    Nyeri kepala merupakan masalah kesehatan yang sering timbul pada remaja.

    Nyeri kepala primer (NKP) yang berulang merupakan faktor risiko terjadi nyeri kepala

    kronik di kemudian hari. Berbagai jenis NKP menurunkan kualitas hidup remaja dan

    merupakan penyebab utama ketidakhadiran siswa di sekolah. Namun demikian

    penelitian berbasis populasi yang menilai prevalensi NKP pada remaja masih terbatas.

    Prevalensi NKP memiliki rentang yang sangat luas yaitu sekitar 0,9% sampai 72,3%

    (Fendrich dkk., 2007).

    Penelitian ini mengambil sampel subjek remaja usia sekolah menengah atas

    (SMA) dengan rentang umur 15-17 tahun. Kelompok terbesar adalah subjek dengan

    umur 16 tahun yaitu 83,30%. Perbandingan persentase laki-laki dan perempuan pada

    penelitian ini tidak terpaut jauh yaitu 53,10% : 46,90%.

    Suatu penelitian berbasis populasi di Swedia dengan 237 sampel remaja sekolah

    menengah pertama dan lanjut dengan rentang usia 12-18 tahun. Jumlah sampel dengan

    usia 15-16 tahun sekitar 26,6%, dengan jumlah subjek perempuan lebih banyak

    daripada laki-laki dengan perbandingan 57% : 43% (Larsson dan Fichtel, 2014).

    Penelitian ini mengambil data karakteristik subjek sesuai dengan IMT. Sebagian

    besar subjek penelitian (92,70%) tidak mengalami obesitas, sedangkan subjek

    penelitian yang mengalami obesitas hanya 7,30%.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    91/149

    68

    Seperti halnya nyeri kepala dan masalah tidur, obesitas juga merupakan masalah

    yang sering dialami oleh remaja. Data yang diambil dari tahun 2003-2006

    menunjukkan bahwa sekitar 16,3% remaja memiliki IMT sesuai dengan kriteria

    obesitas. Angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah. Obesitas dihubungkan

    dengan berbagai kondisi medis pada anak dan remaja diantaranya masalah psikologis,

    hipertensi pada anak dan remaja, diabetes melitus, gangguan tidur dan meningkatnya

    risiko gangguan serebrovaskular dan kardiovaskular (Palkanis dan Kring, 2012).

    Data mengenai efek obesitas terhadap kejadian nyeri kepala masih terbatas. Suatu

    penelitian yang berfokus pada IMT dan nyeri kepala pada anak dan remaja

    menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada remaja sebanyak 17,1%. Semakin

    meningkat IMT semakin meningkat pula frekuensi nyeri kepala dan disabilitas yang

    disebabkan oleh nyeri kepala. Risiko terjadinya nyeri kepala meningkat empat kali

    lipat pada remaja perempuan dengan obesitas (Palkanis dan Kring, 2012).

    Menurut Bellini dkk. (2013) melaporkan berbagai gangguan psikiatri yang

    merupakan komorbidi dari suatu NKP kronik pada remaja dan diperkirakan dapat

    menjelaskan bagaimana hubungan antara status psikiatri penderita dengan

    memberatnya gejala NKP. Hasil penelitiannya menunjukkan 29,6% subjek dengan

    NKP memenuhi kriteria paling tidak mengalami satu diagnosis gangguan psikiatri.

    Gangguan cemas merupakan gangguan psikiatri tersering yaitu sekitar 16,6%.

    Sedangkan hanya sekitar 9,46% penderita NKP kronis yang memenuhi kriteria

    diagnosis gangguan depresi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yang

    menunjukkan angka kecemasan, stres dan depresi cukup tinggi.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    92/149

    69

    Kelelahan merupakan suatu kondisi yang komorbid pula pada penderita NKP.

    Pada penelitian ini didapatkan bahwa hampir seluruh subjek mengalami kelelahan.

    Tingginya angka kelelahan pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh aktivitas

    di sekolah yang cukup padat dan sebagian siswa di luar waktu sekolah ikut membantu

    orang tuanya bekerja. Hal ini didukung oleh penelitian kasus kontrol oleh Spierings

    dan van Hoof (1997), setelah melakukan penyesuaian terhadap umur dan jenis

    kelamin, kelelahan ditemukan sekitar 70,3% pada kelompok kasus remaja dengan

    NKP dan sekitar 60% pada kelompok kontrol.

    6.2 Prevalensi NKP dan Kualitas Tidur Remaja

    Prevalensi NKP pada penelitian ini adalah 85,41% atau sekitar 82 orang dari 96

    subjek penelitian.

    Suatu penelitian tinjauan sistematik yang dilakukan di Kanada terhadap 185

    penelitian di beberapa negara Amerika, Asia dan Eropa yang menilai nyeri pada

    remaja menunjukkan bahwa NKP merupakan keluhan yang tersering dialami oleh

    remaja dengan prevalensi bervariasi mulai dari 8% sampai 82,9% (King dkk., 2011).

    Larsson dan Fichtel (2014) memperoleh prevalensi yang cukup tinggi pula pada

    penelitiannya yaitu 58,4%. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh beberapa

    penelitian yang dilakukan di Skandinavia, Belanda dan Taiwan yang menunjukkan

    peningkatan prevalensi nyeri kepala pada remaja usia sekolah sepanjang dekade

    terakhir. Nyeri kepala primer yang terjadi secara frekuen berdampak pada kualitas

    hidup anak dan remaja dan menyebabkan peningkatan masalah emosional terutama

    kecemasan dan depresi serta beberapa keluhan somatik (Larsson dan Fichtel, 2014).

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    93/149

    70

    Dua penelitian berbasis populasi remaja yang dilakukan di Jerman Barat

    memperoleh angka prevalensi NKP sangat tinggi yaitu 90,0% dan 75,4% (Fendrich

    dkk., 2007).

    Suatu studi tinjauan sistematik lain yang dilakukan di Glasgow, Inggris terhadap

    50 penelitian berbasis populasi anak dan remaja yang mengalami NKP dengan metode

    pengambilan sampel secara acak. Penelitian-penelitian yang dianalisis tersebut

    dilakukan di negara-negara Eropa dan Asia sepanjang rentang waktu 1 Januari 1990

    hingga 31 Desember 2007. Prevalensi NKP yang didapatkan adalah 58,4% (Abu-

    Arafeh dkk., 2010).

    Penelitan lain yang memberikan data prevalensi NKP pada remaja adalah Lima

    dkk. (2014) di Brazil dengan angka yang cukup tinggi, yaitu 87,8%.

    Rentang angka prevalensi NKP yang berbeda antara penelitian ini dengan

    penelitian sebelumnya kemungkinan disebabkan karena perbedaan karakteristik

    populasi, instrumen atau kuesioner yang digunakan berbeda dan kondisi

    sosiogeografis yang berbeda pula (Lima dkk., 2014).

    Prevalensi NKP remaja perempuan pada penelitian ini adalah 88,89%. Angka ini

    lebih besar dibanding dengan prevalensi NKP pada remaja laki-laki yang hanya sekitar

    82,35%. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian mengenai NKP yang mengambil

    populasi remaja melaporkan bahwa prevalensi NKP pada remaja perempuan memang

    lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki (Fendrich dkk., 2007).

    Abu-Arafeh dkk. (2010) menunjukkan bahwa prevalensi NKP pada remaja

    perempuan lebih tinggi dibanding remaja pria dengan rasio odds 1,53, 95% CI.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    94/149

    71

    Pada beberapa penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi

    tingginya prevalensi NKP pada remaja perempuan berkaitan dengan faktor psikososial

    yaitu adanya kecemasan dan depresi dan rendahnya kepercayaan diri yang sering

    menjadi masalah psikologis remaja perempuan (King dkk., 2011).

    Prevalensi NKP pada remaja perempuan dilaporkan secara bermakna lebih tinggi

    daripada remaja laki-laki. Perubahan hormonal diperkirakan menjadi salah satu faktor

    penyebabnya. Adanya perubahan kadar estradiol pada saat fase menstruasi dari siklus

    ovarium berhubungan dengan munculnya beberapa gangguan neurologi misalnya pada

    penderita migren (Fendrich dkk., 2007; Lima dkk., 2014).

    Tidur memainkan peranan penting dalam perkembangan remaja. Selama masa

    remaja pola tidur secara umum mengalami keterlambatan waktu memulai tidur tetapi

    remaja dituntut harus bangun lebih cepat untuk berangkat ke sekolah. Keterlambatan

    fase tidur merupakan akibat dari keterlambatan jam biologis irama sirkadian pada

    remaja dan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi misalnya pola tidur orang

    tua atau aktivitas di sekitar lingkungannya (Sivertsent dkk., 2013).

    Masalah tidur pada remaja sangat sering terjadi dan dilaporkan memiliki

    prevalensi yang bervariasi mulai 5% sampai dengan 43% (Reigstad dkk., 2009).

    Penelitian ini mendapatkan data bahwa 69 dari 96 orang (71,87%) subjek

    penelitian memiliki kualitas tidur buruk. Remaja perempuan dengan kualitas tidur

    buruk mencapai 36,45% sedangkan remaja laki-laki 35,42% dari keseluruhan jumlah

    sampel penelitian. Kualitas tidur yang buruk pada penelitian ini sebagian besar terkait

    dengan pemanjangan latensi tidur subjek sehingga berdampak pada kualitas tidur

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    95/149

    72

    secara umum. Pemanjangan latensi tidur ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa

    faktor, diantaranya adalah aktivitas subjek sebelum tidur seperti bemain dengan

    telepon seluler dan berkomunikasi dengan teman baik verbal maupun tulisan (media

    sosial) sampai larut malam. Kemungkinan lain, seperti kecemasan yang dialami subjek

    menjelang tidur malam akibat beban atau tugas di sekolah yang akan dihadapi

    keesokan harinya, dapat juga menjadi faktor yang menyebabkan latensi tidur

    memanjang pada penelitian ini.

    Guo dkk. (2014) mempublikasikan hasil penelitian tentang gangguan tidur pada

    remaja di China yang memperoleh angka prevalensi 39,6%. Penelitian lain yang

    serupa mendukung penelitian tersebut dengan prevalensi 66%-90%. Hasil penelitian

    tersebut mendukung data-data yang diperoleh dari berbagai penelitian yang dilakukan

    negara-negara Barat dengan angka prevalensi sekitar 43%. Adanya variasi angka

    prevalensi mungkin disebabkan oleh perbedaan metode penelitian, populasi, besar

    sampel, intsrumen penelitian serta lokasi geografi tempat dilakukannya penelitian.

    Terdapat 2 faktor yang berperan terhadap kebiasaan yang mempengaruhi pola

    tidur yang baik pada remaja, yaitu ketidakadekuatan pengaturan waktu tidur meliputi

    waktu bangun tidur yang tidak teratur, terlambat tidur siang dan waktu tidur malam

    yang kurang sesuai. Faktor yang lain adalah meningkatnya waktu terjaga yang

    disebabkan oleh penggunaan media elektronik seperti televisi, game di dalam kamar

    tidur dan kebiasaan mengkonsumsi minuman berkafein. Efisiensi tidur malam yang

    tidak adekuat karena berbagai faktor tersebut dapat diperbaiki dengan mengambil

    waktu tidur siang 30-45 menit. Namun demikian perbedaan jadwal waktu tidur harian

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    96/149

    73

    tidak boleh melebihi 1-2 jam untuk mendapatkan pola tidur yang baik (Mindell dan

    Meltzer, 2008).

    Selama masa remaja, terjadi interaksi faktor biologis, psikologis dan sosial yang

    menyebabkan pemendekan durasi tidur. Hal ini pada akhirnya memberikan dampak

    terhadap kualitas hidup remaja yang dianalogikan sebagai the perfect storm. Durasi

    tidur yang pendek ini tidak disertai oleh kecukupan kebutuhan tidur sehingga terjadi

    insufisiensi tidur pada remaja. Masalah tidur yang berkepanjangan menyebabkan

    penurunan kemampuan remaja di sekolah, meningkatkan kecenderungan munculnya

    masalah-masalah mental dan berkaitan dengan terjadinya peningkatan insiden

    kecelakaan lalu lintas pada remaja (Carskadon, 2011; Hysing dkk., 2013).

    Karakteristik tidur remaja ditandai dengan ketidaksesuaian antara jadwal tidur

    harian dan pola tidur mingguan serta pergeseran waktu tidur menjadi lebih larut

    sekitar 1-2 jam pada saat akhir pekan. Sekitar 20%-26% remaja mengalami

    pergeseran latensi tidur melebihi 30 menit. Suatu penelitian gangguan tidur pada

    remaja di Islandia menunjukkan pergeseran rerata latensi tidur sekitar 16,8 menit.

    Adanya pemanjangan latensi tidur menunjukkan adanya karakteristik suatu gangguan

    tidur insomnia yang sering dialami remaja sesuai dengan DSM-IV (Hysing dkk.,

    2013).

    Beberapa penelitian mengenai pola tidur remaja menunjukkan karakteristik

    tertentu, yaitu adanya keterlambatan waktu tidur, pemanjangan latensi tidur dan

    pemendekan durasi tidur, yang menyebabkan insufisiensi tidur sekitar 2 jam setiap

    harinya dari kebutuhan tidur normal remaja. Remaja wanita memiliki prevalensi lebih

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    97/149

    74

    tinggi terhadap kecenderungan gangguan tidur ini dibanding remaja laki-laki (Hysing

    dkk., 2013).

    6.3 Korelasi Kualitas Tidur dengan NKP

    Prevalensi gangguan kualitas tidur dan NKP yang tinggi pada penelitian ini

    menunjukkan pentingnya diketahui hubungan antara kedua hal tersebut. Penelitian ini

    menunjukkan sebanyak 95,65% subjek penelitian dengan kualitas tidur buruk

    mengalami NKP. Jumlah yang tinggi tersebut memperlihatkan kemungkinan bahwa

    kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan timbulnya NKP pada remaja. Uji

    statistik menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara kualitas tidur dengan

    NKP.

    Nyeri kepala merupakan salah satu keluhan yang paling sering dialami oleh

    remaja. Menurut data National Health Interview Survey, lebih dari 90% remaja usia

    11-21 tahun di Amerika Serikat sering mengeluh nyeri kepala dalam jangka waktu 12

    bulan.

    Gangguan tidur merupakan keluhan yang sering pula dialami oleh remaja dan

    biasanya menyertai NKP. Nyeri kepala dapat timbul saat tidur maupun saat bangun

    tidur dan kemungkinan berhubungan dengan stadium tidur. Kualitas tidur buruk dan

    durasi tidur yang tidak adekuat seringkali mencetuskan nyeri kepala. Meskipun

    gangguan tidur sering terjadi pada remaja yang mengalami NKP, sangat sedikit

    penelitian terutama yang berbasis populasi yang memperlihatkan hubungan antara

    keduanya. Data-data mengenai karakteristik NKP meliputi intensitas, durasi dan

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    98/149

    75

    frekuensi yang berhubungan dengan kebiasaan tidur masih kurang (Gilman dkk.,

    2007).

    Suatu penelitian yang menilai hubungan antara insufisiensi tidur dengan NKP

    pada remaja melaporkan 65,7% remaja dengan NKP tidak tidur sesuai dengan

    kebutuhan tidur yang seharusnya. Hal ini didukung oleh laporan dari National Sleep

    Foundation tahun 2006 yang menunjukkan 45% remaja tidak berhasil mendapatkan

    tidur optimal tiap malam. Penelitian lain melaporkan bahwa 85% penderita NKP

    memilih tidur untuk meredakan nyeri kepalanya (Gilman dkk., 2007; Yagihara dkk,

    2012).

    The Third Nord-Trndelag Health Study yang merupakan penelitian berbasis

    populasi di Norwegia melaporkan adanya hubungan antara gangguan tidur dengan

    NKP. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa subjek dengan NKP kronik (terutama

    migren kronik) berisiko mengalami gangguan tidur 17 kali lebih besar daripada subjek

    tanpa NKP. Tetapi penelitian tersebut tidak dapat memberikan penjelasan hubungan

    sebab akibat antara gangguan tidur dengan NKP karena keterbatasan metode

    penelitian yang digunakan (Odegard dkk., 2012).

    Salah satu penjelasan yang dapat diterima mengenai hubungan antara gangguan

    tidur dengan NKP, yaitu nyeri (dalam hal ini NKP) menyebabkan tetap terjaga dan

    mencegah tidur serta mengubah arsitektur tidur menjadi lebih terfragmentasi sehingga

    durasi tidur menjadi lebih singkat dan timbul rasa kantuk yang berlebihan pada siang

    hari.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    99/149

    76

    Teori yang lain mengatakan bahwa kualitas tidur yang buruk dapat mengubah

    proses modulasi nyeri sehingga menjadi lebih peka terhadap nyeri. Beberapa

    penelitian lain menunjukkan bahwa sleep deprivation (SD) menyebabkan perubahan

    sesaat pada sistem kontrol inhibisi nyeri. Konsep hubungan antara gangguan tidur dan

    NKP tidak meniadakan satu sama lain tetapi menjadi hubungan yang saling

    mempengaruhi (resiprokal). Suatu penelitian mengenai NKP kronik mengemukakan

    suatu teori mengenai hubungan NKP dengan gangguan tidur merupakan suatu

    lingkaran yang tidak terputus. Hal ini dapat menjelaskan suatu NKP episodik dapat

    berkembang menjadi NKP kronik pada beberapa individu (Odegard dkk., 2012).

    Pendapat lain menyebutkan bahwa bukan gangguan tidur yang menyebabkan

    nyeri ataupun sebaliknya tetapi keduanya merupakan fenomena sekunder yang

    disebabkan oleh disfungsi neurobiologi secara umum. Hipotalamus diperkirakan

    sebagai tempat utama dimulainya disfungsi neurobiologi. Hipotalamus berhubungan

    dengan batang otak dalam proses regulasi nyeri dan tidur. Teori ini diperkuat oleh

    beberapa penelitian lain yang melaporkan adanya aktivasi batang otak serta

    hipotalamus yang dapat dinilai melalui MRI pada saat terjadi serangan nyeri kepala.

    Walaupun peranan hipotalamus selama serangan nyeri kepala belum terlalu jelas,

    beberapa hasil penelitian terakhir menunjukkan adanya hubungan yang kuat terhadap

    hipotalamus pada penderita NKP khususnya migren dibandingkan dengan penderita

    TTH. Hal ini diperkirakan karena adanya gangguan tidur dan kantuk yang berlebihan

    saat siang hari hamper di setiap penderita migren (Montagna, 2006; Alstadhaug, 2008;

    Odegard dkk., 2012).

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    100/149

    77

    Hipotalamus posterior mewakili pusat pengaturan utama fungsi otonom sentral,

    sehingga jika terjadi perubahan pada fungsi homeostatik akan menyebabkan

    perubahan pada kontrol nyeri. Hipotalamus posterior juga memiliki koneksi yang

    penting dengan sistem modulasi nyeri, menerima input dari korteks singulatus

    anterior, nuklues septal lateral, nukleus preoptik, nuklues ventromedial dan lateral

    talamus serta PAG. Hipotalamus posterior kemudian memproyeksikan serabutnya ke

    subtalamus, amigdala, dasar dari otak depan, regio limbik dan nukleus trigeminal

    kaudalis. Hipotalamus dapat menjelaskan hubungan neuroanatomi antara timbulnya

    NKP dengan gangguan tidur (Alstadhaug, 2008).

    Selain secara neuroanatomi, teori melatonin juga dapat menjelaskan hubungan

    antara keduanya. Kadar melatonin yang rendah terdapat pada subjek penderita NKP

    kronik. Melatonin itu sendiri merupakan hormon dengan efek hipnosis.

    Ketidakteraturan secara sirkadian badan pineal yang menghasilkan kadar melatonin

    khususnya dalam jumlah rendah mendasari teori bahwa melatonin memainkan peranan

    penting terhadap cetusan NKP. Secara biokimia, rendahnya kadar melatonin

    disebabkan pula karena penurunan ketersediaan serotonin yang diperlukan untuk

    menghasilkan hormon tersebut (Bruera dkk., 2008).

    Faktor-faktor psikis dapat menjadi pemicu NKP kronik dan gangguan tidur karena

    berbagai penelitian yang dilakukan telah membuktikan adanya hubungan kedua

    kondisi tersebut dengan kecemasan dan depresi. Kecemasan, depresi dan faktor

    psikososial telah lama diketahui sebagai faktor-faktor pencetus TTH (Grieser, 2010;

    Odegard dkk., 2012).

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    101/149

    78

    Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara

    kualitas tidur dengan NKP. Hal ini didukung oleh penelitian Odegard dkk.(2012),

    setelah melakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor demografi (umur, jenis

    kelamin), latihan, penggunaan obat-obat tidur, status pekerjaan dan kelelahan.

    Kemudian melakukan analisis multivariat terhadap pengaruh kecemasan dan depresi.

    6.4 Korelasi Faktor-Faktor Lain dengan NKP

    Pada penelitian ini dilakukan uji korelasi beberapa faktor-faktor lain dengan NKP.

    Tidak seperti kualitas tidur, tidak terdapat korelasi yang bermakna antara jenis

    kelamin, obesitas, depresi, kecemasan, stress dan kelelahan dengan NKP.

    Kemungkinan adanya perbedaan letak geografis, besar sampel, populasi, metode serta

    instrumen penelitian yang digunakan menyebabkan hasil penelitian ini berbeda dengan

    penelitian-penelitian sebelumnya.

    Beberapa penelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan metode kasus kontrol

    dan kohort untuk mencari hubungan antara nyeri kepala dengan kecemasan, depresi,

    stres dan kelelahan. Demikian pula kuesioner yang digunakan untuk menjaring subjek

    penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pun berbeda dengan penelitian

    sebelumnya.

    Suatu penelitian dengan hasil tidak bermakna secara statistik memang merupakan

    hasil perhitungan yang menunjukkan nilai secara obyektif, namun dari sisi praktis

    (practical significance) tidak selalu memiliki makna yang sejalan. Suatu penelitian

    dapat memiliki nilai kemaknaan praktis yang dilandasi oleh pertimbangan akal. Hal ini

    disebabkan karena bermakna atau tidaknya suatu hasil uji statistik tergantung antara

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    102/149

    79

    lain jumlah sampel (n) dan variabilitas data. Kemaknaan secara statistik merupakan

    pernyataan mengenai probabilitas keluaran spesifik (likehood) penelitian tersebut,

    bukan yang lain (Hays, 1973).

    Faktor-faktor komorbiditas NKP terutama migren, diantaranya depresi,

    gangguan cemas dan epilepsi. Suatu penelitian yang menilai hubungan antara depresi

    dengan meningkatnya insiden disabilitas termasuk diantaranya migren menunjukkan

    disabilitas yang sedang sampai berat terjadi pada depresi yang komorbid dengan

    migren (Brandes dan Roberson, 2002).

    Penelitian lain melaporkan adanya prevalensi gangguan mooddan cemas yaitu 2

    samapi 10 kali lebih tinggi pada penderita NKP dibanding populasi normal. Penelitian

    berbasis populasi lainnya menunjukkan prevalensi depresi pada penderita migren

    mencapai 17%-42% sedangkan 16% penderita NKP kronik mengalami gangguan

    cemas. Kecemasan mempengaruhi frekuensi NKP dan kualitas hidup tetapi tidak

    mempengaruhi intensitas dan durasi NKP. Sedangkan depresi ikut berperan dalam

    menurunkan kualitas hidup penderita NKP (Penacoba-Puente dkk., 2008; Yavuz dkk.,

    2013).

    Stres psikologis yang berkepanjangan tidak hanya berperan sebagai pencetus NKP

    melainkan juga merupakan faktor penting dalam perkembangan suatu NKP episodik

    dapat menjadi kronik (Yavuz dkk., 2013).

    Suatu penelitian berbasis populasi skala besar dengan 798 subjek NKP episodik

    memperlihatkan subjek obesitas cenderung mengalami perubahan bentuk menjadi

    chronic daily headache (CDH) 5 kali lebih sering daripada subjek yang tidak obesitas.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    103/149

    80

    Namun demikian penelitian tersebut tidak dapat menunjukkan hubungan yang

    bermakna antara NKP dengan obesitas (Evans dkk., 2012).

    Spierings dan van Hoof (1997) melakukan penelitian kasus kontrol terhadap 113

    subjek dengan NKP kronik melaporkan sebanyak 70,3% subjek tersebut mengalami

    kelelahan. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian terhadap 68 siswa SMA

    yang melaporkan bahwa kelelahan merupakan penyebab timbulnya nyeri kepala pada

    67,7% peserta penelitian.

    6.5 Limitasi dan Kelebihan Penelitian

    6.5.1 Limitasi

    Penelitian memakai subjek pada populasi tertentu dan dilakukan tempat tertentu

    pula sehingga hasil penelitian ini belum tentu menggambarkan kondisi yang sama

    pada populasi dan tempat yang berbeda. Subjek penelitian tidak melibatkan semua

    siswa kelas 1, 2 dan 3 karena masalah teknis di lapangan sehingga mungkin tidak bisa

    mewakili seluruh siswa yang ada di SMA Negeri 1 Amlapura.

    6.5.2 Kelebihan

    Belum banyak penelitian yang mencari korelasi antara kualitas tidur dan faktor-

    faktor lain dengan nyeri kepala primer khususnya pada remaja sehingga dapat

    dijadikan salah satu acuan untuk penelitian lebih lanjut. Subjek penelitian sudah

    diberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner sebelumnya sehingga pengisian

    kuesioner lebih akurat. Selain itu, pada penelitian ini memakai instrumen yang sudah

    dilakukan uji reabilitas dan validitas dengan hasil yang cukup baik.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    104/149

    81

    BAB VII

    SIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat dibuat simpulan

    sebagai berikut:

    1. Proporsi gangguan tidur dan nyeri kepala primer (NKP) pada remaja cukup

    tinggi, yaitu 71,87% dan 85,42%.

    2. Terdapat korelasi yang bermakna antara kualitas tidur yang buruk dengan NKP

    dengan kekuatan korelasi sedang.

    3. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara faktor-faktor lain seperti jenis

    kelamin, obesitas, depresi, kecemasan, stres dan kelelahan dengan NKP.

    7.2 Saran

    1. Melakukan penelitian pada populasi yang lebih besar dengan lokasi yang

    berbeda pada sekolah-sekolah lain di seluruh wilayah Provinsi Bali untuk

    mendapatkan data yang lebih banyak mengenai proporsi gangguan tidur dan

    NKP pada remaja.

    2. Melakukan penelitian lanjutan dengan metode yang berbeda sehingga

    menjelaskan hubungan sebab akibat antara kualitas tidur yang buruk dan

    faktor-farktor lain dengan timbulnya NKP pada remaja.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    105/149

    82

    3. Melakukan penilaian kualitas tidur untuk mencari salah satu faktor pencetus

    timbulnya NKP pada siswa .

    4. Memberikan informasi megenai pola tidur yang baik(sleep hygiene) untuk

    mencegah timbulnya nyeri NKP dan meningkatkan kemampuan belajar

    siswa di antaranya dengan tidur dan bangun teratur pada jam yang sama tiap

    hari, tidur dengan waktu yang cukup, berolahraga setiap hari tetapi jangan

    sebelum tidur atau larut di malam hari, makan teratur, hindari gangguan fisik

    (suara berisik, cahaya terang, panas dan dingin) dan apabila biasa tidur siang

    lakukan pada waktu yang sama tiap hari (sebaiknya sesudah makan siang dan

    jangan melebihi 45 menit).

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    106/149

    83

    DAFTAR PUSTAKA

    Abu-Arafeh, I., Razak, S., Sivaraman, B., Graham, C. 2010. Prevalence ofHeadache and Migraine in Children and Adolescents: a Systematic Review of

    Population-Based Studies. Developmental Medicine and Child Neurology;52:1088-

    1097.

    Adnyana, O. 2012. Prevalensi, Karakteristik, dan Beberapa Faktor yang Berkaitan

    dengan Nyeri Kepala Migren pada Mahasiswa STIKES Bali.Neurona; 29(3):14-19.

    Agustin, D. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur pada

    Pekerja Shift di PT. Krakatau Tirta Industri Cilegon (Skripsi). Jakarta: Universitas

    Indonesia.

    Alberti A. 2006. Headache and Sleep. SleepMedicine Review;10(6):431-437.

    Alstadhaug, K. 2009. Migraine and Hypothalamus. Cephalalgia;29(8):809-817.

    Arifin, Z. 2011. Analisis Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Glukosa Darah

    Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara

    Barat(tesis). Jakarta: Universitas Indonesia.

    Backhaus, J., Junghanns, K., Broock, A., Riemann, D., Hohagen, F. 2002. Test

    Re-Test Reliability and Validity of The Pittsburgh Sleep Quality Index In Primary

    Insomnia.J Psychosom Res;53(3):734-740.

    Bali Dalam Angka 2013. 2014. Penduduk Provinsi Bali Menurut Kelompok Usia

    Hasil Sensus Penduduk 2010.Badan Pusat Statistik Provinsi Bali;[cited 2015 Peb 24].Available from: www.bali.bps.go.id

    Bellini, B., Arruda, M., Cescut, A., Saulle, C., Persico, A., Carutenuto, M., Gatta,

    M., Nacinovich, R., Piazza, F., Termine, C., Tozzi, E., Lucchese, F., Guidetti, V.2013. Headache and Comorbidity in Children and Adolescents.J Headache

    Pain;14(1):79-83.

    Bhavsar, B., Farooq, M., Bhatt, A. 2009. The Therapeutic Potential Of Melatonin

    In Neurological Disorders. Recent Patents on Endocrine, Metabolic & Immune DrugDiscovery; 3: 60-64.

    Boardman, H., Thomas, E., Millson, D., Croft, P. 2005. Psychological, Sleep,

    Lifestyle, and Morbid Associations with Headache.Headache;45:65769.

    Bhm, S. 2012. Sleep and Chronotype in Adolescents (Dissertation). Munich:

    Universitt zu Mnchen.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    107/149

    84

    Brandes, J., Roberson, S. 2002. The Relationship Between Comorbid Depression

    And Migraine Disability: Preliminary Insights From A Specialist Headache Clinic.Advanced Studies in Medicine;2(16):578-581.

    Bruera, O., Sances, G., Levin, G., Cristina, S., Medina, C., Nappi, G., Figuerola,ML. 2008. Plasma Melatonin Pattern in Chronic and Episodic Headaches: Evaluation

    during Sleep and Waking. Functional Neurology; 23(2):77-81.

    Brun, J., Claustrat, B., Saddier, P., Chazot, G. 1995. Nocturnal MelatoninExcretion is Decreased in Patient with Migraine without Aura Attacks associated with

    Menses. Cephalalgia;15:136-139.

    Bruni, O., Ottaviano, S., Guidetti, V., 1996. The Sleep Disturbances Scale for

    Children (SDCS) Construction and Validation of an Instrument to Evaluate Sleep

    Disturbances in Childhood and Adolescence.J Sleep Rrs;5:251-261.

    Buysse, D., Reynold, C., Monk, T., Berman, S., Kupfer, D.1989. The Pittsburgh

    Sleep Quality Index : A New Instrument for Psychiatric Practice and Research.

    Psychiatry Res; 28(2):193-213.

    Calhoun, A., Ford, S. 2007. Behavioral Sleep Modification may Revert

    Transformed Migraine to Episodic Migraine.Headache;47:1178-1183.

    Carskadon, M., Wolfson, A., Acebo, C., Tzischinsky, O., Seifer, R. 1998.

    Adolescent Sleep Patterns, Circadian Timing, and Sleepiness at A Transition to Early

    School Days. Sleep;21(8):871-881.

    Carskadon, M. 2011. Sleep in Adolescents: The Perfect Storm. Pediatr Clin NorthAm.;58: 637647.

    Chokroverty, S. 2010. Overview of Sleep and Sleep Disorder. Indian J Med

    Res;131:126-140.

    Craven, R., Hirnle, C. 2000. Fundamental of Nursing : Human Health and

    Function. 3rdEd. Philadelphia : Lippincott William&Wilkins.

    Crawford, J., Henry, J. 2003. The Depresson Anxiety Stress Scale (DASS):Normative Data and Latent Structure in A Large Non-Clinical Sample. Br J Clin

    Psychol;42(Pt 2):111-31.

    Cunha, da B., Zanetti, L., Hass, J. 2008. Sleep Quality in Type 2 Diabetics.Rev

    Latino-am Enfermagem;16(5):850-855.

    Cueller, G., Ratcliffe, J. 2008. A Comparison Of Glycemic Control , Sleep,

    Fatique, and Depression, in Type 2 Diabetes with and without Restless Leg Syndrome.

    J clin sleep med;4(1):50-56.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    108/149

    85

    Culebras, A., Ivanenko, A., Kushida, C., Watson, N. 2007. Insomnia and

    Circadian Dysrhythmias. In : Culebras, A., editor. Sleep Disorders and Neurologic

    Diseases. 2nd. Ed. New York: Informa Healthcare USA, Inc.p.39-53.

    Curcio, G., Ferrera, dkk. 2006. Sleep Loss, Learning Capacity and Academic

    Performance. Sleep Med Rev;10(5):323-337.

    Dahlan, M. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian

    Kedokteran dan Kesehatan. Ed II. Jakarta : Salemba medika.

    Dosi, C., Riccioni, A., dell Corte, M., Novelli, L., Ferri, R., Bruni, O. 2013.

    Comorbidities of Sleep Disorders in Childhood and Adolescence: focus on migraine.

    Nature and Science Sleep;5:77-85.

    Doufas, A., Panagiotou, O., Ioannidis, J. 2012. Concordance of Sleep and Pain

    Outcomes of Diverse Interventions: An Umbrella Review. PLoS One on line journal;

    7(7), [cited 2013 Des. 22]. Available from:

    URL:http:/www.europepmc.org/article/PMC3398909.

    Dinges, D., Rogers, N., Baynard, M. 2011. Chronic Sleep Deprivation. In :

    Kryger, M., Roth, T., Dement, W, editors. Principles and Practice of Sleep Medicine.

    5th.Ed. Missouri: Elsevier-Saunder.p.67-77.

    Diener H, Obermann M, Holle D. 2012. Hypnic Headache: Clinical Course and

    Treatment. Current Treatment Options in Neurology;14(1):15-26.

    Dodick D, Eross E, Parish J. 2003. Clinical, Anatomical, and Physiologic

    Relationship between Sleep and Headache.Headache;43:282-292.

    El-Gendy, A., El-Gendy, A., Colyar, M. 2009. Pediatric and Adolescent SleepDisorders.Egyptian Journal of bronchology;3(2):157-164.

    Evans, R., Williams, M., Rapaport, A., Peterlin, B. 2012. The Association ofObesity With Episodic and Chronic Migraine.

    . .Headache;;52:663-671.

    Falafigna, A., Telles, A., Velho, M., Vedana, V., da Silva R., Mazzocchin, T.,

    Basso, M., de Braga, G. 2010. Prevalence and Impact Headache in Undergraduate

    Students in Southern Brazil.Arq neuropsiquiatr;68(6):873-877.

    Fendrich, K., Vennemann, M., Pfaffenrath, M., Evers,S., May, A., Berger, K.,

    Hoffmann, W. 2007. Headache Prevalence Among Adolescents -- The German

    DMKG Headache Study. Cephalalgia;27:347-354.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    109/149

    86

    Fukui, P., Goncalves, T., Strabelli, C., Lucchino, N., Matos, F., dos Santos, J.,

    Zukerman, E., Zukerman-Guendler, V., Mercante, J., Masruha, M., Viera, D., Peres,

    M. 2008. Trigger factors in migraine patients. Arq neuropsiquiatr;66(3-A):494-99.

    Fuller,P., Gooley, J., dkk. 2006. Neurobiology of Sleep-Wake Cycle: Sleep

    Architecture, Circadian Regulation, and Regulatory Feedback. J Biol

    Rhythms;21(6):482-493.

    Gilman, D., Palermo, T., Kabbouche, M., Hershey, A., Powers, SC. 2007.

    Primary Headache and Sleep Disturbance in Adolescent.Headache;47:1189-1194.

    Guo, L., Deng, J.,He, Y., Deng, X., Huang, J., Huang, G., Gao, X., Lu, C. 2014.Prevalence and Correlates of Sleep Disturbance and Depressive Symptoms among

    Chinese Adolescents: A Cross-Sectional Survey Study.Bmj Open;4.

    Hagen, K., Thoresen, K., Stovner, L., Zwart, J-A. 2009. High Dietary Caffeine

    Consumption is Associated with a Modest Increase in Headache Prevalence : Resultfrom The Head-HUNT Study.J Headache Pain;10:153-159.

    Haryono, A., Rindiarti, A., Arianti, A., Pawitri, A., Ushuluddin, A., Setiawati, A.,

    Reza, A., Wawolumaja, CW. 2009. Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-

    15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri;11(3):149-154.

    Hays, W. 1973. Statistics for The Behavioral Sciences. 2ed. New York:Holt

    Rinehart and Winston Inc.

    High, K., Bradley, S., Gravenstein, S., Mehr, D., Quagliarello, V., Richard,

    C.,Yoshikawa, T. 2009. Clinical Practice Guideline for the Evaluation of Fever and

    Infection in Older Adult Residents of Long-Term Care Facilities: 2008 Update by theInfectious Disease Society of America. Clinical Infectious Diseases;48:149-71.

    Hoban, T. 2010. Sleep Disorder in Children. Ann N Y Acad Sci;1184:1-14.

    Houle, T., Butschek, R., Turner, D., Smitherman, T., Rains, J., Penzien, D. 2012.Stress and Sleep Duration Predict Headache Severity in Chronic Headache Sufferers.Pain;153(12): 2432-2440.

    Hysing, M., Pallesen, S., Stormark, K., Lundervold, A., Si Vertsen. B. 2013.

    Sleep Patterns And Insomnia Among Adolescents: A Population-Based Study. JSleep Res;

    22: 549556.

    Kelman, L., Rain, J. 2005. Headache and Sleep : Examination of Sleep Pattern

    and Complaint in A Large Clinical Sample of Migraineurs.Headache;45:904-910.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    110/149

    87

    Kholifah, A. 2013. Gambaran Tingkat Stres pada Anak Usia Sekolah

    Menghadapi Menstruasi Pertama (Menarche) di Sekolah Dasar Negeri Gegerkalong

    Girang 2 (Skripsi). Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.

    King, S., Chambers, C., Huquet, A., MacNevin, R., McGrath., Parker, L.,MacDonald, A. 2011. The Epidemiology of Chronic Pain in Children and Adolescents

    Revisited: A Systematic Review. Pain;152:27292738.

    Kutlu, A., Yalug, I., muyalim, S., Obuz, O., Selekler, M. 2010. Triggers Factorsof Migraine.Noropsikiyatri Arsivi;47(1):58-63.

    Larsson, B., Fichtel, A. 2014. Headache prevalence and characteristics amongadolescents in the general population: a comparison between retrospect questionnaire

    and prospective paper diary data. The Journal of Headache and Pain;15(8).

    Lange, T., Born, J. 2011. The Immune Recovery Function of Sleep-Tracked byNeutrophil Counts.Brain Behave Immune;25(1):14-15.

    Leger, D., Porsain, B., Neubauer, D., Uchiyama, M. 2008. An International

    Survey of Sleeping Problems in The General Population. Current Medical researchand Opinion; 24(1): 307-317.

    Lewis, D. 2002. Headaches in Children and Adolescents. Am Fam Physician,

    15;65(4): 625-633.

    Lima, A., de Araujo., Gomes, M., de Almeida, L., de Souza, Gabriely., Cunha, S.,

    Pitangu, A. 2014. Prevalence Of Headache and its Interference in The Activities OfDaily Living in Female Adolescent Students.Rev Paul Pediatr;32(2):256-61.

    Lina Waty, Supriatmo, Saing, B. 2013. Relationship between Migraine and SleepDisorders in Adolescents. Paediatrica Indonesiana;53(4):214-17.

    Liu, X., Zhao, Z., Jia, C., Buysse, D. 2008. Sleep Pattern and Problems among

    Chinese Adolescent. Pediatrics;121(6):1165-1173.

    Lovibond, S., Lovibond, P. 1995. Manual for the Depression Anxiety Stress Scale

    2ndEd. Sydney: Psychology Foundation.

    Lumbantobing. 2008. Gangguan Tidur. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia.

    Lund, H., Reider, B., Whiting, R., Prichard, J. 2010. Sleep Patterns and

    Predictors of Disturbed Sleep in A Large Population of College Students. Journal of

    Adolescent Health.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    111/149

    88

    Mahdi, A., Fatima, G., Kumar Das, S., Verma, N. 2011. Abnormality ofCircadian Rhythm of Serum Melatonin and Other Biochemical Parameters in

    Fibromyalia Syndrome.Indian Journal of Biochemistry & Biophysics;48:82-87.

    Mindell, J., Owens, J., 2003. A Sleep in The Pediatric Practice. In: Mindell J,

    editor. A Clinical Guide to Pediatric Sleep: Diagnosis and Management of SleepProblems. Lippincott: Williams&Wilkins;1-10.

    Mindell, J., Meltzer, L. 2008. Behavioral Sleep Disorders in Children and

    Adolescents.Ann Acad med Singapore;37:722-728.

    Moldofsky, H. 2001. Sleep and Pain. Sleep Medicine Reviews;5(5):387398.

    Moran, A., Everhart, D. 2012. Adolescent Sleep: Review of Characteristics,

    Consequences, and Intervention.Journal of sleep disorders: treatment&care;1(2).

    Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT.Rhineka Cipta.

    Ohida, T., Osaki, Y., Doi, Y., Tanihata, T., Minowa, M., Suzuki, K, dkk. 2004.

    An Epidemiologic Study of Self Reported Sleep Problems among JapaneseAdolescent. Sleep.27;978-985.

    Pace-Schott, E., Hobson, J. 2002. The Neurobiology of Sleep: Genetics, CellularPhysiology and Subcortical Networks.Nature Review;(3):501-605.

    Palkanis, A., Kring, D. 2012. Chronic Daily Headache, Medication Overuse, andObesity in Children and Adolescents.J Child Neurol; 27(5): 577580.

    Paiva T, Farinha A, Martins A, Batista A, Guilleminault C. Chronic Headaches

    and Sleep Disorders. 1997.Arch Intern Med;157:1701-1705.

    Penacoba-Puente, C., Fernandez de las Penas, C., Gonzalles-Gutierrez, J.,Miangolarra-Page, J., Pareja, J.2008. Interaction Between Anxiety, Depression,Quality Of Life And Clinical Parameters In Chronic Tension-Type Headache.

    European Journal of Pain;12(7):886-894.

    PERDOSSI, 2006. Konsensus Nasional : Penanganan Trauma Kapitis dan

    Trauma Spinal. Dalam: Soertidewi L., Misbach J., Sjahrir H., Hamid A., Jannis J.,Bustami M.. Editor. Kelompok Studi Traumatologi. Jakarta. Perdossi.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    112/149

    89

    PERDOSSI. 2013. Konsensus Nasional IV: Diagnostik dan Penatalaksanaan

    Nyeri Kepala. Dalam: Sjahrir, H., Machfoed, H., Suharjanti, I., Basir, H., Surbakti,KP., Mutiawati, E., Basjiruddin, H., Gunawan, BI., Yuanita, A., Aninditha, T., dkk.

    Editor. Kelompok Studi Nyeri Kepala. Surabaya. Airlangga University Press.

    Peres, M. 2005. Melatonin, The Pineal Gland and Their Implications for

    Headache Disorders. Cephalalgia;25: 403-411.

    Peres M, Marusha M, Zulkerman E, Moreira-Filho J, Cavalheiro E. 2006.Potensial Therapeutics Use of Melatonin in Migraine and Other Headache Disorder.

    Exper OpinInvest Drugs; 15(4): 367-375.

    Pilcher, J., Ginter, D., Sadowsky, B. 1997. Sleep Quality Versus Sleep Quantity:

    Relationship Between Sleep and Measure of Health, Well-Being, and Sleepiness in

    College Students.J Psychosom Res;42(6):583-596.

    Prather, A., Puterman, E., Epel, E., Dhabar, F. 2014. Poor Sleep Quality

    Potentiates Stress-Indusced Cytokine Reactivity in Postmenopausal Women with HighVisceral Abdominal Adiposity.Brain, Behavior, and Immunity;35:155-162.

    Price, A., Wilson, L. 2006. Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease

    Processes. New York:Mosby.

    Rains J, Poceta J, Penzien D. Sleep and Headaches. 2008. Current Neurology and

    Neuroscience Reports;8:167175.

    Rasmussen, B. 1993. Migrain and Tension Type Headache in a GeneralPopulation : Precipitating Factors, Female Hormones, Sleep Pattern and Relation ToLifestyle (abstr). Pain; 53(1):65-72.

    Rathus, S., Nevid, J. 2002. Psychology and The Challenge of Life : Adjustment in

    The New Millennium. Eight edition. Danver; John Wiley&Sons, Inc.

    Reigstad, B., Jrgensen, K., Sund, A., Wichstrm, L. 2009. Prevalences and

    correlates of sleep problems among adolescents in specialty mental health services andin the community: What differs?Nord J Psychiatry;00:19.

    Roennerberg, T., Kuehnle, T. 2004. A Marker for The End of Adolescence. Curr

    Biol; 14(24):1038-1039.

    Sancisi, E., Coveli, S., Vignatelli, L., Mariana, N., Pierangeli, G., Zanigni, S.,Grimaldi, D., Cortelli, P., Montagna, P. 2010. Increase Prevalence of Sleep Disorders

    in Chronic Headache: A Case Control Study.Headache; 50(9):1464-1472.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    113/149

    90

    Saper,C., Scammell, T. 2005. Hyphotalamic Regulation of sSeep and Circadian

    Rhythms.Nature;437(7063):1257-1263.

    Schochat, T., Bretler, O., Tzizchinsky, O. Sleep Pattern, Media Exposure, and

    Daytime Sleep-Related Behaviors among Israeli Adolescents.ActaPaediatrica;99:1396-13400.

    Seshia, S., Phillips, D., von Baeyer, C. 2008. Childhood Chronic Daily Headache :

    A Biopsychosocial Perspective.Dev med Child Neurol;50(7):541-545.

    Shirlow, M., Mathers, C. 1985. A Study of Coffee Consumption and Symptoms :

    Indigestion, Palpitations, Tremor, Headache and Insomnia.Int J Epidemiol;14(2):239-249.

    Shneerson, J. 2005. Physiological Basis of Sleep and Wakefulness. Sleep

    Medicine : A Guide to Sleep and Its Disorder. Massachusetts. Blackwell PublishingLtd:22-53.

    Silberstein, S., Lipton, R., Goadsby, P. 2002. Headache in Clinical Practice. 2nd

    edition. Martin Dunitz Ltd. United kingdom:16-17.

    Sivertsen, B., Pallesen, S., Stormark, K., Be T., Lundervold, A., Hysing, M.2013. Delayed Phase Syndrome in Adolescents: Prevalence and Correlates in a Large

    Population Based Study.BMC Public Health;13:1163

    Sjahrir, H., Nasution, D. 2003.Prevalensi nyeri kepala paroksismal pada

    mahasiswa FK USU Medan.Naskah lengkap Bienial Meeting PNPNCh

    . Surabaya.

    Sjahrir, H. 2009. Insiden Jenis Penyakit Pasien yang Berobat Jalan di Klinik Saraf

    Klinik Spesialis Bunda. Cermin Dunia Kedokteran;36(6):399-402.

    Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:PT. Rhineka Cipta.

    Spierings, E., van Hoof, M. 1992. Fatique and Sleep in Chronic HeadacheSufferers: An Age-and Sex-Controlled Questionnaire Study.Headache;37:549-552.

    Straube, A., Heinen, F., Ebinger, F., Kries, R. 2013. Headache in School Children: Prevalence and Risk Factors.Dtsch Arztebl Int;110(48):811-818.

    Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, danProduktivitas. UNIBA press. Surakarta.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    114/149

    91

    Teron J. 2002. Is The 5-HT7 Receptor Involved in The Pathogenesis and

    Prophylactic Treatment of Migraine?European Journal of Pharmacology;439:1-11.

    Tikotzsky, L., Sadeh, A. 2012. Sleep Problems during Adolescence: Links with

    Daytime Functioning. In: Latzer, Y and Tzischinsky, O., editor. The Dance OfSleeping And Eating Among Adolescents. Israel. Nova Science Publishers, Inc:109-

    127.

    Van Cauter, E., Holmback, U., Knutson, K.,Leproult, R., Miller, A., Nedeltcheva,A., Pannain, s., Penev, P., Tasali, E., Spiegel, K. 2007. Impact of Sleep and Sleep Loss

    on Neuroendocrine and Metabolic Function.Horm Res;67[Suppl 1]2-9.

    Wang, S., Fuh, J., Lu, S. 2009. Chronic Daily Headache in Adolescent : an 8-year

    follow-up study.Neurology;73:416-422.

    Wallace, D. 2008. The Lupus Book: a Guide for Patients and Their Family.4

    ed

    .New York: Oxford University Press.

    Wahyuni, D.,Rahmadewi. 2011. Kajian Profil Penduduk Remaja (10-24 Tahun):

    Ada Apa dengan Remaja? Policy Brieft Pusat Penelitian dan PengembanganKependudukan BKKBN;1(6):1-4.

    WHO. 1998. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Report of

    A WHO Consultation on Obesity. Geneva: World Health Organisation.

    Yagihara, F, Lucchesi, L, Smith, A, Speciali, J. 2012. Primary Headaches and

    Their Relationship with Sleep.Sleep Sci

    ;5(1):28-32.

    Yavus, B., Aydinlar, E., Dikmen, P., Incesu, C. 2013. Association Between

    Somatic Amplification, Anxiety, Depression, Stress And Migraine. The Journal ofHeadache and Pain;14:53:

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    115/149

    Lampiran 1

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    116/149

    Lampiran 2

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    117/149

    Lampiran 3

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    118/149

    Lampiran 4

    95

    INFORMASI PASIEN

    Kami mengharapkan partisipasi anak Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ilmiah

    yang dilaksanakan oleh dr. Agus Antara.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi kualitas tidur

    dengan nyeri kepala primer (NKP) pada siswa-siswi Sekolah Menengah Atas

    (SMA) Negeri 1 Amlapura Kabupaten Karangasem.

    Gangguan tidur dan nyeri kepala merupakan 2 hal yang sering dialami oleh

    remaja. Penatalaksanaan kedua hal tersebut seringkali tidak memuaskan. Nyeri kepala

    yang timbul dengan frekuensi yang sering dapat menyebabkan penurunan konsentrasidan kemampuan remaja beraktivitas dan tentu saja menurunkan prestasi remaja di

    sekolah.

    Bacalah/dengarkan dengan saksama informasi ini sebelum Bapak/Ibu/Saudara

    memutuskan apakah anak Bapak/Ibu/Saudara akan turut berpartisipasi atau tidak dan

    jangan ragu-ragu untuk bertanya jika ada hal-hal yang belum dimengerti. Bila anak

    Bapak/Ibu/Saudara memutuskan berpartisipasi, kami harapkan Bapak/Ibu/Saudara

    bersedia memberikan izin kepada kami untuk mewawancarai dan melakukanpemeriksaan fisik kepada anak Bapak/Ibu/Saudara.

    Dalam penelitian ini, peneliti atau petugas yang telah dilatih akan mewawancarai

    dan melakukan pememeriksaan fisik terhadap anak Bapak/Ibu/Saudara terutama

    menanyakan tentang masalah tidur dan nyeri kepala yang dialami oleh anak

    Bapak/Ibu/Saudara. Tidak ada efek samping pada penelitian ini karena hanya berupa

    wawancara dan pemeriksaan fisik luar saja. Selama penelitian ini, Bapak/Ibu/Saudara

    tidak dikenakan biaya.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    119/149

    96

    Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan disimpan dalam data

    komputer tanpa mencantumkan nama anak Bapak/Ibu/Saudara. Hanya peneliti yang

    mengetahui data-data anak Bapak/Ibu/Saudara. Hasil penelitian ini mungkin akan

    dipublikasikan di forum ilmiah terbatas tanpa menampilkan identitas anak

    Bapak/Ibu/Saudara.

    Sehubungan dengan penelitian ini, bila terdapat pertanyaan mengenai penelitian

    ini harap menghubungi : dr. Agus Antara, nomor telepon : 081316632400.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    120/149

    Lampiran 5

    FORMULIR PERSETUJUAN TERTULIS

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku orang tua/wali dari :

    Nama :

    Umur :

    Jenis kelamin :

    Pekerjaan :

    Telah membaca dengan saksama keterangan/informasi yang berkenaan dengan

    penelitian ini dan setelah mendapat penjelasan saya mengerti dan mengizinkan

    anak kami untuk ikut serta dalam penelitian ini.

    Menyetujui Dokter/Petugas

    Peserta Yang memberikan penjelasan

    ( ) ( )

    Orang tua/wali peserta

    (..)

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    121/149

    Lampiran 6

    LEMBAR PENGUMPULAN DATA

    KORELASI KUALITAS TIDUR DENGAN NYERI KEPALA PRIMERPADA SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1

    AMLAPURA DI KABUPATEN KARANGASEM

    1. Nomor urut

    2. Tanggal Pemeriksaan

    3. Pemeriksa

    4. Nama

    5. Alamat

    6. Nomor telepon

    7. Tanggal lahir

    8. Umur

    9. Jenis kelamin (1) Laki-laki

    (2) Perempuan

    10. SMA (kelas)

    11. Tinggi/BB .........cm ...........kg

    12. IMT (1) Obesitas

    (2) Tidak obesitas

    13. Riwayat cedera kepala (1) Ya

    (2) Tidak

    14. Riwayat kejang (1) Ya

    (2) Tidak

    15. Sinusitis (1) Ya

    (2) Tidak16. Sakit gigi dan tempromandibula (1) Ya

    (2) Tidak

    17. Pemeriksaan fisik

    - Tekanan darah (1) Normal

    (2) Hipertensi

    - Nadi (1) < 60 kali/menit

    (2) 61-100 kali/menit

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    122/149

    99

    (3) > 100 kali/menit

    - Respirasi (1) 20 kali/menit

    - Temperatur (1) Normal

    (2) Di atas normal

    18. Tanda perangsangan meningeal (1) Ada

    (2) Tidak

    19. Nervus kranialis (1) Normal

    (2) Terganggu

    20. Sistem motorik (1) Normal

    (2) Tidak normal

    21. Refleks fisiologis (APR) (1) Normal

    (2) Menurun

    (3) Meningkat

    22. Refleks patologis (1) Ada

    (2) Tidak

    23. Sistem sensorik

    - Raba/tekan (1) Normal

    (2) Menurun

    (3) Meningkat

    - Nyeri, suhu (1) Normal

    (2) Menurun

    (3) Meningkat

    - Proprioseptif (1) Normal

    (2) Menurun

    - Vibrasi (1) Normal

    (2) Menurun

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    123/149

    100

    Kuesioner Nyeri Kepala

    1. Apakah anda menderita nyeri kepala dalam tiga bulan terakhir?(1) Ya

    (2) Tidak

    2. Jika ya, berapa lama nyeri kepala tersebut berlangsung setiap serangan ?

    (1) 7 hari

    (4) Beberapa jam atau terus menerus

    3. Frekuensi nyeri kepala dalam sebulan :

    (1) Sepuluh episode serangan dengan rerata < 1 hari/bulan (infrekuen)

    (2) Sepuluh episode serangan dalam 1-15 hari/bulan selama minimal 3 bulan

    (frekuen)

    (3) > 15 hari/bulan selama > 3 bulan (kronis)4. Tipe nyeri kepala :

    (1) Berdenyut

    (2) Tidak berdenyut (menekan/mengikat)

    5. Lokasi nyeri kepala

    (1) Bilateral (2 sisi)

    (2) Unilateral (satu sisi)

    6. Gejala prodromal (muncul 2 jam2 hari sebelum sakit kepala perubahan suasanahati, mudah tersinggung, depresi, euforia, lemas, sangat ingin makanan tertentu,

    konstipasi/diare, makin sensitif bau/suara) :

    (1) Ada

    (2) Tidak ada

    7. Aura (visual, sensoris, disfasia) :(1) Ada

    (2) Tidak

    8. Gejala penyerta (mual, muntah, fotofobia, fonofobia, rinore, lakrimasi, edema

    palpebra, dahi/wajah berkeringat ipsilateral, ptosis ipsilateral) :

    (1) Ada

    (2) Tidak ada

    9. Intensitas nyeri kepala yang paling sering dirasakan setiap kali serangan

    (1) Ringan : Numeric Pain Rating Scale (NPRS) 1-4

    (2) Sedang : Numeric Pain Rating Scale (NPRS) 5-7

    (3) Berat : Numeric Pain Rating Scale (NPRS) 8-10

    10. Bertambah berat dengan aktivitas

    (1) Ya

    (2) Tidak

    11. Ada faktor pencetus :

    (1) Ya

    (2) Tidak

    12. Jika ada, berupa apa : makanan, cuaca, stres fisik, stres psikis, kurang tidur/tidur

    terganggu, perubahan pola/kebiasaan, menstruasi (sebutkan) :

    13. Awitan pertama kali nyeri kepala yersebut muncul saat berumur (sebutkan) :

    14. Tipe nyeri kepala primer yang diderita :

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    124/149

    101

    KUESIONER GANGGUAN TIDUR

    The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

    Petunjuk :

    Petanyaan berikut berhubungan dengan kebiasaan tidur Anda selama satu bulan/

    satu minggu terakhir. Jawaban anda harus menunjukkan jawaban yang paling

    akurat untuk menggambarkan sebagian besar malam dan hari selama

    seminggu/sebulan yang lalu. Kami berharap Anda menjawab semua pertanyaan

    dimana untuk pertanyaan nomor 1-4, jawablah dengan angka, sedangkan

    jawaban untuk pertanyaan nomor 5-9 cukup dengan memberi tanda () padasalah satu kolom pilihan jawaban yang ada.

    1. Selama satu bulan terakhir, sekitar pukul berapa biasanya anda tidur di malam hari?

    (pukul ..)

    2. Selama satu bulan terakhir, berapa lama (dalam menit) waktu untuk tertidur di malam

    hari? ( menit)3. Selama satu bulan terakhir, sekitar pukul berapa anda biasanya bangun di pagi hari ?

    (pukul .. )

    4. Selama satu bulan terakhir, berapa jam anda dapat tidur nyenyak di malam hari? ( ini

    mungkin berbeda dengan jumlah waktu yang dihabiskan saat tidur ) (. jam)

    5. Selama sebulanterakhir ,

    seberapa sering

    anda

    mengalamikesulitan tidur,

    yang

    disebabkan

    karena :

    Tidak pernah

    (0)

    1x seminggu

    (1)

    2x seminggu

    (2)

    3xseminggu (3)

    A. Tidak dapat

    tertdur dalam

    waktu 30 menit

    B. Terbangun di

    tengah malam

    atau pagi-pagisekali

    C. Terbangun

    karena ingin ketoilet

    D. Tidak dapat

    bernapas

    dengan nyaman

    E. Batuk atau

    mendengkur

    dengan keras

    F. Merasa sangat

    kedinginan

    G. Merasa sangat

    kepanasan

    H. Mimpi buruk

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    125/149

    102

    I. Merasa nyeri

    J. Alasan lain:

    6. Selama satubulan terakhir,

    seberapa sering

    anda

    mengkonsumsiobat untuk

    membantu anda

    agar dapat

    tertidur (resep

    ataupun dari

    toko obat)?

    7. Selama satu

    bulan terakhir,

    seberapa seringanda

    mengantuk saat

    berkendaraan,

    makan, atauketika

    melakukan

    aktivitas sosial?

    Tidak

    menjadi

    masalah (0)

    Hanya

    masalah kecil

    (1)

    Agak menjadi

    masalah

    (2)

    Masalah

    besar (3)

    8. Selama satu

    bulan terakhir,

    seberapa berat

    anda untuk

    dapat tetapbersemangat

    dalam

    mengerjakan

    sesuatu?

    Sangat baik

    (0)

    Baik

    (1)

    Buruk

    (2)

    Sangat buruk

    (3)9. Selama satu

    bulan terakhir,

    bagaimana

    anda menilaikualitas tidur

    anda secara

    keseluruhan?

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    126/149

    103

    KUESIONER TENTANG DEPRESI, KECEMASAN DAN STRES (DASS

    42)

    Kuesoner ini terdiri dari berbagai pertanyaan yang mungkin sesuai dengan

    pengalaman anda dalam menghadapi situasi sehari-hari. Terdapat empat pilihan

    jawaban yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu :

    0 : Tidak pernah/tidak sesuai dengan saya sama sekali

    1 : Kadang-kadang/sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu

    2 : Cukup sering/sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan

    3 : Sering sekali/sangat sesuai dengan saya

    No Pertanyaan

    Nilai

    0 1 2 3

    1 Saya merasa diri saya menjadi marah karena hal-hal

    sepele.

    2 Saya merasa bibir saya sering kering.

    3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan

    positif

    4 Saya mengalami kesulitan bernapas (misalnya

    seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernapas

    padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).

    5 Saya sepertinya sudah tidak kuat lagi untuk melakukan

    suatu kegiatan.

    6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu

    situasi.

    7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa terlepas)

    8 Saya merasa sulit untuk bersantai.

    9 Saya merasa diri saya berada dalam situasi yang

    membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan

    merasa sangat lega jika semua ini berakhir.

    10 Saya merasa tidak ada yang bisa diharapkan di masa

    depan.

    11 Saya mudah merasa kesal.

    12 Saya menghabiskan banyak energi karena cemas.

  • 7/25/2019 Unud-1335-773524674-Tesis Dr. Agus Antara, m.biomed, Sp.s

    127/149

    104

    13 Saya merasa sedih dan tertekan.

    14 Saya merasa tidak sabar saat mengalami penundaan

    (misalnya saat kem