unud 413 473527986 tesis ia ekayudha pratiwi

198
TESIS PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE DEBAT PLUS DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS XI IPA SMA PARIWISATA KERTHA WISATA DENPASAR IDA AYU EKAYUDHA PRATIWI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

Upload: arfika-switee

Post on 17-Feb-2015

93 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

TESIS

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE DEBAT PLUS DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SISWA

KELAS XI IPA SMA PARIWISATA KERTHA WISATA DENPASAR

IDA AYU EKAYUDHA PRATIWI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2012

Page 2: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan bahasa yang perlu

dikuasai dengan baik. Keterampilan ini merupakan suatu indikator terpenting bagi

keberhasilan siswa terutama dalam belajar bahasa Inggris. Dengan penguasaan

keterampilan berbicara yang baik, siswa dapat mengomunikasikan ide-ide mereka,

baik di sekolah maupun dengan penutur asing, dan juga menjaga hubungan baik

dengan orang lain.

Berhubungan dengan pernyataan di atas, Ur (1996) menyatakan bahwa

“Jika seseorang menguasai suatu bahasa, secara intuitif ia mampu berbicara dalam

bahasa tersebut”. Pendapat ini jelas mengindikasikan bahwa keterampilan

berbicara mengisyaratkan bahwa seseorang mengetahui suatu bahasa. Selain itu,

keterampilan berbicara bisa juga digunakan sebagai suatu media untuk belajar

(Izquirdo, 1993). Keterampilan ini sangat terkait dengan pelafalan, gramatika,

kosakata, diskursus, keterampilan mendengarkan, dan lain lain.

Pada umumnya, siswa SMA masih mengalami kesulitan untuk

menyampaikan gagasan, pikiran, pertanyaan dan sebagainya dalam bahasa Inggris

dengan menggunakan ragam bahasa lisan dengan baik dan benar. Hal ini juga

dialami oleh sebagian besar siswa SMA Pariwisata Kerta Wisata Denpasar. Hal

Page 3: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

2

tersebut disebabkan oleh rendahnya kreativitas guru dalam menentukan teknik

pembelajaran keterampilan berbicara kepada siswa. Para guru pada saat proses

belajar-mengajar di kelas lebih cenderung berfokus pada keterampilan lain, seperti

keterampilan membaca (reading), keterampilan menulis (writing) dan

keterampilan mendengarkan (listening). Hal itu disebabkan oleh para guru yang

lebih berfokus pada hasil UN (Ujian Nasional) yang akan diraih siswa nantinya.

Fenomena seperti ini merupakan permasalahan yang perlu segera ditemukan

alternatif-alternatif pemecahannya. Salah satu upaya yang dapat dijadikan

alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran

keterampilan berbicara dengan ”metode debat plus”.

Penggunaan kata plus dimaksudkan untuk menyampaikan pesan adanya

“manipulasi/modifikasi’ terhadap sebuah metode pembelajaran keterampilan

berbicara sehingga siswa diajak belajar sambil bermain dengan permainan

(games) serta kuis. Game dan kuis dicantumkan dalam metode ini mulai dari

teknik pembagian kelompok, kegiatan dalam debat, ataupun di tengah-tengah

kegiatan atau setelah kegiatan debat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah permasalahan utama yang dialami siswa dalam berbicara bahasa

Inggris dari segi pelafalan, tata bahasa dan pemilihan kosa kata bahasa

Inggris?

Page 4: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

3

2) Bagaimanakah mekanisme penerapan metode debat plus dalam

pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas XI IPA

SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar?

3) Bagaimanakah hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa

Inggris setelah tindakan (treatment) dilakukan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas

kegiatan “debat plus” dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dalam

meningkatkan kemampuan berbicara. Efektivitas dalam penelitian ini berarti

bagaimana debat dapat meningkatkan aspek-aspek kebahasaan dari kemampuan

berbicara, baik aspek verbal maupun aspek nonverbal.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui permasalahan utama yang dialami siswa dalam berbicara

bahasa Inggris dari segi pelafalan, tata bahasa dan pemilihan kosa kata

bahasa Inggris;

2) Mendeskripsikan mekanisme penerapan metode debat plus dalam

pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas XI IPA SMA

Pariwisata Kertha Wisata Denpasar; dan

Page 5: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

4

3) Memperoleh gambaran tentang hasil pembelajaran keterampilan berbicara

bahasa Inggris setelah tindakan (treatment) dilakukan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Sebuah penelitian memerlukan pembatasan pada pembahasannya agar

permasalahan yang hendak diteliti tidak terlalu luas. Adapun pembatasan

permasalahan dijabarkan sebagai berikut:

1) Permasalahan utama yang dialami siswa dalam berbicara bahasa Inggris

dari segi pelafalan, tata bahasa dan pemilihan kosa kata bahasa Inggris;

2) Mekanisme penerapan metode debat plus dalam pembelajaran

keterampilan berbicara bahasa Inggris di kelas XI IPA SMA Pariwisata

Kertha Wisata Denpasar yang meliputi penilaian kemampuan berbicara

siswa dibatasi pada communication skills yang mencakup ketepatan

berbahasa (accuracy), kelancaran (fluency), pemahaman topik

(comprehensibility), dan metode penyampaian argumen (methods of

delivering arguments).

3) Menganalisis hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris

melalui metode debat plus dalam meningkatkan keterampilan berbicara

siswa kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar yang

mencakup peningkatan pemakaian bahasa siswa dibatasi pada kemampuan

pelafalan, tata bahasa (grammar) dan kosa kata (vocabulary).

Page 6: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

5

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ada dua macam, yaitu manfaat

akademis dan manfaat praktis.

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

pengembangan teori pembelajaran bahasa, khususnya yang berkenaan dengan

pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa Kelas XI IPA SMA Pariwisata

Kertha Wisata sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian-

penelitian lain yang serupa. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk

memperkaya khazanah penelitian, terutama yang berupa penelitian tindakan kelas.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru

bahasa Inggris khususnya guru Kelas XI IPA dan bagi siswa. Bagi guru,

penelitian ini dapat dijadikan model pembelajaran berbicara yang lebih efektif

sehingga dapat memberikan alternatif teknik dalam pembelajaran pengembangan

keterampilan berbicara.

Bagi siswa, manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah untuk

meningkatkan motivasi dan keterampilan berbicara di kelas.

Page 7: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

Pada bab ini berturut-turut disajikan beberapa hal seperti kajian pustaka,

konsep, landasan teori, dan model penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian mengenai keterampilan berbahasa pada umumnya dan

keterampilan berbicara pada khususnya bukanlah hal baru dalam dunia

pendidikan. Para mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris telah

banyak melakukannya. Penelitian-penelitian tersebut merupakan penelitian

tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran keterampilan berbicara yang

berlangsung selama ini.

Pustaka-pustaka yang mendasari penelitian ini adalah tulisan hasil

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang

mengangkat permasalahan pembelajaran keterampilan berbicara, antara lain,

dilakukan oleh Sumarwati (1999), Dewi (2003), dan Hubert (2008)

Sumarwati (1999) meneliti tentang peningkatan keterampilan berbicara

siswa melalui teknik bermain peran di SLTPN 8 Denpasar. Dari hasil penelitian

itu diperoleh simpulan bahwa teknik bermain peran dapat meningkatkan

keterampilan berbicara siswa. Secara kuantitatif, hasil penelitian melalui dua

siklus itu menunjukkan peningkatan sebesar 10,6% untuk aspek kebahasaan dan

Page 8: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

7

11,6% untuk aspek nonkebahasaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati

berbeda dengan penelitian ini karena jenis penelitian sebelumnya merupakan

penelitian secara deskriptif guna mendeskripsikan fenomena dan permasalahan-

permasalahan yang terjadi di lapangan sehubungan dengan prosedur yang

diterapkan oleh guru dalam proses pengajaran speaking di SLTPN 8 Denpasar,

sedangkan penelitian ini bersifat improftif (perbaikan) yang bertujuan untuk

mendeskripsikan perbedaan hasil belajar siswa dalam pengajaran speaking

sebelum dan sesudah tindakan dilakukan.

Dewi (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “The Success of

Communication Approach in teaching-learning process at the third levels of IEC

Denpasar 01” membahas tentang keberhasilan pendekatan komunikatif dalam

proses belajar mengajar pada level ketiga di lembaga pendidikan bahasa Inggris

IEC Denpasar 01. Penerapan pendekatan komunikatif tersebut mencakup 4

(empat) keterampilan bahasa, yaitu keterampilan mendengarkan (listening),

keterampilan berbicara (speaking), keterampilan membaca (reading), dan

keterampilan menulis (writing). Keberhasilan penerapan pendekatan komunikatif

tersebut didukung oleh peran guru dalam pemberian materi, dan peran siswa

sendiri yang memiliki kemauan yang besar dalam meningkatkan kemampuan

berbahasa Inggrisnya.

Hubert (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ”Incorporating

Classroom Debate into University EFL Speaking Courses” membahas betapa

pentingnya debat dalam meningkatkan kemampuan berbicara di kalangan

mahasiswa Universitas Kyoto Sangyo Jepang. Studi tersebut berfokus pada

Page 9: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

8

penerapan langkah-langkah debat formal dengan sistem “Australasian

Parliamentary Sistem”, yang mencakup peran masing-masing pembicara di kedua

tim, isi dari topik yang diperdebatkan, sehingga studi tersebut lebih menargetkan

peningkatan pemahaman (comprehensibility) daripada kelancaran (fluency) dan

ketepatan ujaran (Accuracy).

2.2 Konsep

Studi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa konsep yang

memerlukan penjelasan. Konsep-konsep tersebut antara lain peningkatan,

keterampilan berbicara, pendekatan metode dan teknik pembelajaran berbicara,

dan metode debat plus.

2.2.1 Peningkatan

Peningkatan adalah suatu proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,

kegiatan, dsb) (Purwadarminta, 1976: 118). Peningkatan dalam hal ini adalah

suatu proses meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa.

2.2.2 Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara pada hakikatnya adalah “kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan” (Tarigan

1981:15).

Page 10: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

9

2.2.3 Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Berbicara

Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode dengan cakupan

teoretis tertentu. Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Metode adalah

prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Satu metode dapat

diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik adalah cara kongkret

yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung, guru dapat berganti-ganti

teknik meskipun dalam koridor metode yang sama (Sugandi, 2004:15).

Pembelajaran berbicara memiliki banyak sekali teknik pembelajaran. Teknik-

teknik tersebut antara lain: wawancara, cerita berpasangan, pidato tanpa teks,

pidato dengan teks, mengomentari film/sinetron/cerpen/novel, debat,

membawakan acara, memimpin rapat, menerangkan obat/makanan/minuman atau

benda lainnya, bermain peran, info berantai, dan cerita berangkai (Sugandi,

2004:112-121).

2.2.4 Metode Debat Plus

Debat merupakan kegiatan bertukar pikiran antara 2 (dua) orang atau lebih

yang masing–masing berusaha memengaruhi orang lain untuk menerima usul

yang disampaikan (Simon, 2005:3). Debat dapat diartikan pula sebagai silang

pendapat tentang tema tertentu antara pihak pendukung dan pihak penyangkal

melalui dialog formal yang terorganisasi (Depdiknas, 2001: 2). Sementara itu,

”plus” merupakan penyampaian pesan melalui “manipulasi/modifikasi’ terhadap

metode debat sehingga siswa diajak belajar sambil bermain dengan berbagai

permainan (games) serta kuis. Game & kuis disertakan dalam metode debat plus

Page 11: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

10

mulai dari teknis pembagian kelompok, kegiatan dalam debat, ataupun di tengah-

tengah kegiatan atau setelah kegiatan debat. Adapun untuk tema debat akan

dipilihkan tema yang terkait dengan topik materi yang dipelajari pada saat itu,

tema dari kejadian/fenomena aktual yang menantang namun tidak asing.

2.3 Landasan Teori

Sejumlah pandangan para ahli yang digunakan sebagai landasan teori

penelitian ini bersangkutan dengan: (1) berbicara dan keterampilan berbicara; (2)

faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara; (3) pelafalan; (4) tata bahasa; (5)

kosa-kata; (6) penelitian tindakan kelas; (7) Pendekatan komunikatif

(communicative approach); (8) penilaian; (9) tes dan nontes; dan (10) metode

debat plus.

2.3.1 Berbicara dan Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan sebuah bentuk penyampaian informasi dengan

menggunakan kata-kata atau kalimat. Dengan kata lain, berbicara berarti

menggunakan bahasa untuk bermacam-macam tergantung dari para penuturnya.

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau

pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara

berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Harmer (1983) menyatakan bahwa

berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat

untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.

Lebih jauh lagi Harmer (1983) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah

kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui

Page 12: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

11

kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari

masyarakat yang berbeda.

Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan

berkaitan dengan berbagai keterampilan mikro (Brown, 2001) seperti (1)

menghasilkan ujaran-ujaran bahasa yang bervariasi; (2) menghasilkan fonem-

fonem dan varian-varian alophon lisan yang berbeda dalam bahasa Inggris; (3)

menghasilkan pola-pola tekanan, kata-kata yang mendapat dan tidak mendapat

tekanan, struktur ritmis dan intonasi; (4) menghasilkan bentuk-bentuk kata dan

frasa yang diperpendek; (5) menggunakan sejumlah kata yang tepat untuk

mencapai tujuan-tujuan pragmatis; (6) menghasilkan pemberbicaraan yang fasih

dalam berbagai kecepatan yang berbeda; (7) mengamati bahasa lisan yang

dihasilkan dan menggunakan berbagai strategi yang bervariasi, yang meliputi

pemberhentian sementara, pengoreksian sendiri, pengulangan, untuk kejelasan

pesan; (8) menggunakan kelas kata (kata benda, kata kerja, dll.) sistem (tenses,

agreement dan plural), pengurutan kata, pola-pola, aturan-aturan dan bentuk

ellipsis; (9) menghasilkan pemberbicaraan yang menggunakan elemen-elemen

alami dalam frasa, stop, nafas dan kalimat yang tepat; (10) mengekspresikan

makna tertentu dalam bentuk-bentuk gramatika yang berbeda; (11) menggunakan

bentuk-bentuk kohesif dalam diskursus lisan; (12) menyelesaikan fungsi-fungsi

komunikasi dengan tepat menurut situasi, partisipan dan tujuan; (13)

menggunakan register, implikatur, aturan-aturan pragmatik dan fitur-fitur

sosiolinguistik yang tepat dalam komunikasi langsung; (14) menunjukkan

hubungan antara kejadian dan mengomunikasikan hubungan-hubungan antara ide

Page 13: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

12

utama, ide pendukung, informasi lama, informasi baru, generalisasi dan contoh;

(15) menggunakan bahasa wajah, kinetik, bahasa tubuh dan bahasa-bahasa

nonverbal yang lainnya bersamaan dengan bahasa verbal untuk menyampaikan

makna; dan (16) mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi berbicara,

seperti memberi tekanan pada kata kunci, parafrase, menyediakan konteks untuk

menginterpretasikan makna-makna kata, meminta pertolongan dan secara tepat

menilai seberapa baik interlokutor memahami apa yang dikatakan.

Richard (1986: 21-28) membagi fungsi berbicara menjadi tiga sebagai

berikut:

(1) Berbicara sebagai interaksi (talk as interaction)

Fungsi berbicara sebagai interaksi mengacu pada kegiatan percakapan

yang biasa dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial. Fokus

utamanya adalah kepada si penutur dan bagaimana mereka

menunjukkan diri mereka kepada orang lain. Bahasa tuturannya bisa

formal ataupun berupa tuturan yang sering digunakan dalam

percakapan sehari-hari. Beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan

dalam kegiatan berbicara sebagai sebuah interaksi, antara lain:

a) membuka dan menutup percakapan; b) memilih topik; c) membuat percakapan-percakapan kecil/ringan; d) bergurau; e) menceritakan kejadian dan pengalaman pribadi; f) dilakukan secara bergantian; g) adanya interupsi/menyela percakapan; h) bereaksi terhadap satu sama lain; i) menggunakan gaya berbicara yang sesuai.

Page 14: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

13

(2) Berbicara sebagai transaksi (talk as transaction)

Kegiatan berbicara sebagai transaksi lebih memfokuskan kepada pesan

yang ingin disampaikan dalam kegiatan berbicara. Richard (1986: 21-

28). Ada dua tipe dalam kegiatan sebagai sebuah interaksi yaitu:

(a) Kegiatan yang fokus utamanya memberi dan menerima informasi,

dengan kata lain membuat orang lain mengerti dengan jelas dan

akurat terhadap pesan yang disampaikan daripada peserta tutur dan

bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Ketepatan

bukannya menjadi fokus utama selama informasi berhasil

dikomunikasikan dan dimengerti.

(b) Kedua adalah kegiatan yang fokus utamanya adalah untuk

memeroleh barang atau jasa, misalnya dalam percakapan seseorang

yang memesan makanan di restoran.

(3) Berbicara sebagai penampilan (talk as performance)

Berbicara sebagai penampilan mengacu pada kegiatan berbicara guna

menyampaikan informasi di depan umum atau peserta. Berbicara

model ini lebih kepada berbicara satu arah daripada dua arah (dialog)

dan lebih terkesan seperti bahasa tulis daripada percakapan. Richard

(1986: 21-28)

Ciri utama kegiatan berbicara sebagai penampilan adalah (a) fokus

pada pesan yang ingin disampaikan dan kepada peserta, (b)

Page 15: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

14

mementingkan bentuk dan ketepatan ucapan, (c) bahasa yang

digunakan terkesan seperti bahasa tulis, (d) lebih sering monolog, dan

(e) struktur dan urutannya dapat diprediksikan. Dalam pembelajaran

bahasa, menurut Bygate (1995:5-6) ada dua cara mendasar yang kerap

kita lakukan yang dapat dikategorikan sebagai skill (keterampilan)

yaitu:

1) Motor-perceptive skill yang mencakup mengartikan, menghasilkan,

dan mengucapkan bunyi dan struktur bahasa secara benar.

2) Interaction skill yang mencakup membuat keputusan tentang

sebuah komunikasi misalnya ingin mengungkapkan apa,

bagaimana mengatakannya, mengembangkannya sesuai dengan

yang dimaksudkan oleh orang lain.

Belajar bahasa Inggris berarti memiliki kemampuan untuk memproduksi

ujaran grammatikal dari sebuah bahasa dan tahu bagaimana menggunakannya

dengan benar untuk dapat berkomunikasi secara efektif. (Harmer, 1983:13).

Dalam mempelajari bahasa di kelas, siswa lebih cenderung memberi perhatian

untuk menjadi lebih teliti (accuracy) akan tetapi pada dasarnya mereka juga harus

berlatih untuk menggunakan bahasa secara fasih (fluency).

Ada beberapa alasan tentang dilakukannya latihan berbicara selama

pelajaran berlangsung di kelas antara lain (Baker dan Westrup, 2003:5) antara

lain:

Page 16: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

15

1) Kegiatan berbicara akan menguatkan pemerolehan kosakata baru, tata

bahasa, dan bahasa secara fungsional

2) Memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan bahasa yang

dipelajarinya

3) Memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih mahir untuk

mencoba bahasa yang telah mereka ketahui dalam situasi dan topik

yang berbeda

4) Memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih mahir untuk

mencoba bahasa yang telah mereka ketahui dalam situasi dan topik

yang berbeda

Dengan demikian, untuk memudahkan guru dalam merancang program

pengajaran yang baik demi mencapai tujuan komunikasi, maka guru

diharuskan mengetahui fungsi bahasa yang akan dipakai siswa untuk

berinteraksi dalam sebuah komunikasi.

2.3.2 Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Seorang pembicara yang baik harus mempu memberikan kesan bahwa ia

menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan topik yang baik akan

menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Selain menguasai topik, seorang

pembicara harus berbicara (mengucapkan bunyi-bunyi bahasa) dengan jelas dan

tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian

pendengar. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan seseorang untuk dapat

Page 17: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

16

menjadi pembicara yang baik. Faktor-faktor tersebut adalah faktor verbal dan

faktor non-verbal (Arsjad dan Mukti, 1988:17).

1) Faktor Verbal

a) Ketepatan ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat dapat

mengalihkan perhatian pendengar. Hal ini akan mengganggu keefektifan

berbicara. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat akan

menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik, atau setidaknya

dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa

dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga

terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi atau pemakainya (pembicara)

dianggap aneh. (Arsjad dan Mukti, 1988:19).

b) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik

tersendiri dalam berbicara, bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu.

Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan

tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalahnya

menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat

dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan tentu berkurang.

Penempatan tekanan pada kata atau suku kata yang kurang sesuai akan

mengakibatkan kejanggalan. (Arsjad dan Mukti, 1988:19)

Page 18: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

17

Kejanggalan ini akan mengakibatkan perhatian pendengar akan beralih

pada cara berbicara pembicara, sehingga pokok pembicaraan atau pokok pesan

yang disampaikan kurang diperhatikan. Akibatnya, keefektifan komunikasi akan

terganggu.

c) Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Dalam setiap

pembicaraan pemakaian kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-

kata yang muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal memang mengakibatkan

rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. (Arsjad dan

Mukti, 1988:19).

Hendaknya pembicara menyadari siapa pendengarnya, apa pokok

pembicaraannya, dan menyesuaikan pilihan katanya dengan pokok pembicaraan

dan pendengarnya. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau

pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya.

d) Ketepatan sasaran pembicaraan

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan

kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.

Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang

mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan

atau menimbulkan akibat. (Arsjad dan Mukti, 1988:20).

Page 19: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

18

2) Faktor Nonverbal

a) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku

Pembicaraan yang tidak tenang, lesu dan kaku tentulah akan memberikan

kesan pertama yang kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya

pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. (Arsjad dan

Mukti, 1988:21). Sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat dan

penguasaan materi. Penguasaan materi yang baik setidaknya akan menghilangkan

kegugupan. Namun, sikap ini memerlukan latihan. Kalau sudah terbiasa, lama-

kelamaan rasa gugup akan hilang dan akan timbul sikap tenang dan wajar

b) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara

Pandangan pembicara hendaknya diarahkan kepada semua pendengar.

Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah akan menyebabkan pendengar

merasa kurang diperhatikan. Banyak pembicara ketika berbicara tidak

memperhatikan pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping atau menunduk.

Akibatnya, perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya

pendengar merasa terlibat dan diperhatikan (Arsjad dan Mukti, 1988:21).

c) Kesediaan menghargai pendapat orang lain

Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya

memiliki sikap terbuka, dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia

menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru.

(Arsjad dan Mukti, 1988:21). Namun, tidak berarti si pembicara begitu saja

Page 20: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

19

mengikuti pendapat orang lain dan mengubah pendapatnya. Ia juga harus mampu

mempertahankan pendapatnya dan meyakinkan orang lain. Tentu saja pendapat

itu harus mengandung argumentasi yang kuat, yang diyakini kebenarannya.

d) Gerak-gerik dan mimik yang tepat

Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan

berbicara. Hal-hal penting selain mendapatkan tekanan, biasanya juga dibantu

dengan gerak tangan atau mimik. (Arsjad dan Mukti, 1988:21). Hal ini dapat

menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Akan tetapi, gerak-gerik yang

berlebihan akan menggangu keefektifan berbicara. Mungkin perhatian pendengar

akan terarah pada gerak-gerik dan mimik yang berlebihan ini, sehingga pesan

kurang dipahami.

e) Kenyaringan suara

Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, dan jumlah

pendengar. (Arsjad dan Mukti, 1988:22). Yang perlu diperhatikan adalah jangan

berteriak. Kita atur kenyaringan suara kita supaya dapat didengar oleh pendengar

dengan jelas.

f) Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar

menangkap isi pembicaraannya. (Arsjad dan Mukti, 1988:23). Seringkali

pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu

Page 21: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

20

diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang mengganggu penangkapan pendengar,

misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara

yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap pokok

pembicaraannya.

g) Relevansi/Penalaran

Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis (Arsjad dan

Mukti, 1988:24). Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah

logis. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat

dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.

h) Penguasaan Topik

Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain

supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan

menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini sangat

penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara (Arsjad dan Mukti,

1988:24). .

2.3.3 Pelafalan/pengucapan bahasa Inggris

Pelafalan bahasa Inggris adalah faktor yang sangat penting dalam

keberhasilan komunikasi lisan. Pelafalan yang salah dapat menyebabkan

terjadinya salah pengertian dan pada akhirnya menyebabkan gangguan

komunikasi atau communication breakdown.

Page 22: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

21

Dalam kamus Longman Dictionary of Applied Linguistics (1985: 232),

pengucapan adalah cara mengeluarkan suara tertentu yang menekankan pada

suara yang terdengar oleh pendengarnya, dan bukan teknik mengeluarkan suara

tertentu atau yang biasa disebut artikulasi.

Bunyi dan lambang bahasa Inggris adalah salah satu dari kelompok bahasa

yang tidak sempurna karena sistem pengucapan lambang bunyinya tidak konsisten

lambang bunyi dalam alfabet yang berjumlah 26 itu dalam bahasa Inggris

mewakili lebih dari empat puluh bunyi yang berbeda. (Zubaidi, 2006: 150).

Perhatikan satu contoh cara satu lambang bunyi yang diucapkan secara berbeda:

Dane’s father who lives in a village in America, called my Dad many times.

(Widarso, 1989:31). Dalam satu kalimat tersebut terdapat sembilan lambang bunyi

yang sama, yaitu a. Namun dari satu lambang bunyi tersebut ada tujuh bunyi yang

berbeda. Bunyi yang berbeda tersebut adalah sebagai berikut: Dane [ei]; father

[a]; a [e]; village [i]; America [e] [a]; called [o:]; Dad [æ]; many [e].

Berbeda dengan bahasa Inggris, bahasa Indonesia merupakan salah satu

kelompok bahasa yang sempurna karena antara ucapan dan lambang bunyinya

konsisten (kecuali mungkin pada lambang bunyi e yang bisa dibaca [e] pada

setiap dan [é] pada kata tempe; dan pada lambang bunyi o yang bisa dibaca [o]

pada kata jodo dan [c] pada kata lombok) .

Dalam bahasa Inggris masih terdapat banyak lagi masalah

pengucapan yang serupa itu. Hal ini menjadi hambatan yang cukup besar

khususnya bagi pembelajar, apalagi bagi pembeajar pemula. Khusus untuk bunyi

Page 23: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

22

vokal sendiri, bahasa Inggris ,mempunyai 20 bunyi yang berbeda dan

dilambangkan dalam satu lambang atau dua lambang. Berikut ini adalah daftar

bunyi baik vokal dan konsonan dalam bahasa Inggris.

Tabel 2.1 Daftar bunyi vokal bahasa Inggris

(Ladefoged, 1989: 56)

Front Central Back

Long Short Long Short Long Short Close i: I u: ʊ Mid З: ə ɔ: Open æ ʌ a: a

Tabel 2.2 Daftar bunyi vokal dan lambang bunyi dalam bahasa Inggris

(O’Connor, 1980: 44)

Bunyi Lambang bunyi

i: feel I fill e fell ɔ: fall u full ɔi foil æ cat a cot ʌ cut З: curt u: fool ei fail əu foal ai fail au foul a: cart Iə tier eə tear uə tour ə banana

Page 24: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

23

Konsonan bahasa Inggris memiiki 24 bunyi yang berbeda. Berikut adalah

daftar bunyi konsonan bahasa Inggris. (Ladefoged, 1989: 51) dan lambang bunyi

konsonan bahasa Inggris. (Hornby, 1974: 112 ).

Tabel 2.3 Daftar bunyi konsonan bahasa Inggris

(Ladefoged, 1989: 57)

Bilabial Labio dental

Dental alveolar Palato Alveolar

Palatal Velar

Nasal m

n ŋ

Stop p b

t d

k g

Fricative

f v θ ð s z ∫ ʒ

Central (approximant)

w

r j

Lateral (approximant)

l

Tabel 2.4 Daftar bunyi konsonan dan lambang bunyi dalam bahasa Inggris

(Hornby, 1974: 112)

Homofon adalah kata-kata yang

Bunyi Lambang bunyi

p pen b bad t tea d did k cat g got t∫ chin dj june f fall v voice θ thin ð then s so z zoo

∫ she ʒ vision h how m man n no ŋ sing l leg r red j yes w wet

Page 25: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

24

diucapkan sama tetapi ditulis dengan ejaan yang berbeda dan seringkali

mempunyai makna yang berbeda (Ladefoged, 1989: 130). Bagi pembelajar ini

homofon sering menimbulkan masalah karena pengucapannya sama sehingga

salah memahaminya kecuali dia mengetahui dengan baik konteks

pembicaraannya.

1) peace [pi:s] = kedamaian vs. piece [pi:s] = sepotong

2) two [tu:] = dua vs. too [tu:] = juga vs. to [tu:] = untuk; ke

Perbedaan beberapa bunyi yang mirip bagi lidah orang Indonesia umumnya

lebih fleksibel dalam meniru bunyi-bunyi bahasa asing. Mereka umumnya tidak

mengalami kesulitan untuk menirukan bunyi-bunyi tertentu, sementara orang-

orang bangsa lain mengalaminya. Beberapa kata dalam bahasa Inggris cenderung

juga diucapkan secara salah karena bunyi yang terdapat di dalam kata tersebut

mirip. (Zubaidi, 2006: 156).

Pembelajar sering menyepelekan perbedaan bunyi yang mirip tersebut.

Contohnya adalah bunyi [s] dan bunyi [∫]. Kata she [∫i:] (dia perempuan)

seringkali diucapkan [si] yang merupakan bunyi untuk kata see (melihat) atau sea

(laut). Bila demikian situasinya maka pembelajar tentu akan menggunakan bunyi

yang sama untuk kata berbeda dalam kalimat: She sells sea shells on the sea

shore. (Zubaidi, 2006: 156). Berikut ini adalah contoh beberapa kata dalam

bahasa Inggris yang memiliki lafaal yang mirip (tetapi berbeda), yang cenderung

akan diucapkan sama oleh pembelajar (Ladefoged, 1989: 140).

Page 26: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

25

Lambang bunyi yang tidak diucapkan selain dari masalah-masalah

pelafalan di atas, dalam bahasa Inggris juga terdapat beberapa kata yang lambang

bunyinya tidak dilafalkan (Ladefoged, 1989:140). Seringkali pembelajar salah

dalam mengucapkan kata-kata ini karena semua lambang bunyinya diucapkan.

Beberapa contohnya adalah sebagai berikut, dimana lambang bunyi yang dicetak

tebal tidak dilafalkan.

Know = mengetahui Knife = pisau Write = menulis Whole = keseluruhan Mnemonic = alat pembangkit Psychology = psikologi Science = ilmu pengetahuan Wednesday = rabu (Zubaidi, 2006:157) 2.3.4 Tata bahasa Inggris

Gebhard (1996: 3), seorang ahli bahasa mendefinisikan tatabahasa sebagai

suatu kumpulan sistem yang harus dipatuhi oleh pengguna bahasa sesuatu

bahasa itu, dan ia menjadi dasar untuk melahirkan asperasi bahasa yang baik

dan indah, serta menjamin kemantapan bahasa sesuatu bahasa. Menurut

Gebhard lagi, tatabahasa berfungsi dalam memisahkan bentuk-bentuk bahasa

yang gramatis, daripada yang tidak gramatis. Untuk itu dalam mempelajari

bahasa Inggris. diperlukan pemahaman terhadap kaidah-kaidah yang mengatur

penggunaan bahasa yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan grammar.

Bagian-bagian grammar tersebut adalah:

1) Kata-kata benda tunggal dan jamak (Singular and plural nouns)

Page 27: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

26

Perbedaan kata benda tunggal dan kata benda jamak daam kalimat

bahasa Inggris perlu diperhatikan, karena berpengaruh terhadap

penggunaan kata kerja (baik verb to be, verb to have maupun kata kerja).

Kata benda tunggal dalam kalimat harus memakai kata kerja tunggal,

sedangkan kata benda jamak harus menggunakan kata kerja jamak

(Murphy, 1985:213).

contoh:

This car is expensive (mobil ini mahal)

(car bentuk tunggal, memakai is)

These cars are expensive (mobil-mobil ini mahal)

(cars bentuk jamak, memakai are)

Pada umumnya kata benda jamak dibentuk dengan menambahkan

–s atau –es pada kata benda tungga, dengan beberapa ,perkecualian

(Murphy, 1985:213).

Cara membentuk kata benda jamak:

a) Dengan menambahkan –s pada kata benda tunggal:

Tunggal Jamak Arti

door doors pintu school schools sekolah

(Murphy, 1985:213)

Page 28: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

27

b) Dengan menambahkan –es jika kata benda tunggal itu berakhir huruf –s, -

x, –z, –ch, dan –sh.

Tunggal Jamak Arti

ass asses keledai bus buses bus box boxes kotak buzz buzzes dengungan bench benches bangku brush brushes sikat (Murphy, 1985:213)

c) Dengan menambahkan –es jika kata benda tunggal itu berakhir huruf –o : Tunggal Jamak Arti

hero heroes pahlawan negro negroes orang negro tomato tomatoes tomat mango mangoes mangga

(Murphy, 1985:213)

Akan tetapi hanya dengan menambahkan –s saja, jika kata benda tunggal

itu berakhir huruf –oo, io, -oe, atau –yo, dan beberapa kata benda

berakhiran –o yang didahului oleh sebuah konsonan (huruf mati) di bawah

ini (Murphy, 1985:213):

Tunggal Jamak Arti

radio radios radio photo photos foto dynamo dynamos dinamo proviso provisos ketentuan, syarat

Page 29: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

28

(Murphy, 1985:213)

d) Dengan mengubah –y menjadi i lalu ditambah –es, jika y didahului oleh

sebuah huruf mati:

Tunggal Jamak Arti

baby babies bayi lady ladies wanita duty duties tugas/kewajiban library libraries perpustakaan

(Murphy, 1985:214)

e) Dengan mengubah –f atau –fe menjadi ves: Tunggal Jamak Arti

calf calves anak sapi knife knives pisau shelf shelves rak/papan wolf wolves serigala

(Murphy, 1985:214)

Bentuk jamak yang tidak beraturan (irregular plurals)

Sejumlah kata benda mempunyai bentuk jamak yang tidak beraturan (Murphy,

1985:214).

a) Dengan mengadakan perubahan vocal (huruf hidup) yang di dalamnya:

Tunggal Jamak Arti

man men pria foot feet kaki woman woman wanita tooth tooth kaki goose geese angsa loose lice kutu mouse mice tikus

Page 30: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

29

(Murphy, 1985:215)

b) Dengan memberikan –en atau –ne untuk membentuk jamaknya:

Tunggal Jamak Arti

ox oxen lembu jantan child children anak brother brethren saudara cow kine sapi

(Murphy, 1985:215)

c) Kata-kata benda yang mempunyai bentuk jamak yang sama dengan bentuk

tunggalnya:

Tuggal Jamak Arti

swine swine babi deer deer rusa sheep sheep domba fish fish ikan

(Murphy, 1985:215)

d) Kata-kata benda yang selalu dalam bentuk jamak dan tidak mempunyai

bentuk tunggal:

Jamak Arti

Glasses kacamata Arms senjata Bellows hembusan Scissors gunting Trousers celana panjang Shoes sepatu

Page 31: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

30

Shorts celana pendek

(Murphy, 1985:215)

2) Adalah (to be)

To be (is, am, are) berarti ada atau adalah, tetapi dalam bahasa Indonesia,

pada umumnya to be tidak diterjemahkan (Murphy, 1985:215).

To be digunakan sebagai penghubung antara subjek dan predikat. Predikat

suatu kalimat dapat terdiri atas:

a) Kata sifat (adjective)

b) Kata benda (noun)

c) Kata keterangan/tambahan (adverb)

d) Kata kerja (verb) yang menyatakan sedang melakukan sesuatu.

To be menghubungkan subjek dan predikat, to be dapat berubah-ubah

sesuai dengan subjek (pelaku) (Murphy, 1985:215). Contoh:

a) Predikat kalimat kata sifat:

1) I am happy = Saya gembira 2) You are right = Anda benar 3) He is handsome = Ia (laki-laki) tampan 4) We are healthy = Kami sehat

(Murphy, 1985:215)

b) Predikat kalimat kata benda :

Page 32: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

31

1) I am a teacher = Saya (adalah) seorang guru 2) You are a physician = Anda seorang dokter 3) He is a student = Ia seorang siswa 4) She is a singer = Ia seorang penyanyi

(Murphy, 1985:215)

c) Predikat kalimat kata keterangan:

1) I am in the room = Saya di dalam kamar 2) You are in the class = Anda di dalam kelas 3) We are at home = Kami di rumah 4) She is in the garden = Dia berada di kebun

(Murphy, 1985:215)

d) Predikatnya kata kerja yang menyatakan sedang melakukan sesuatu:

1) I am reading a book = Saya sedang membaca buku 2) You are studying English = Anda sedang mempelajari bahasa

Inggris 3) We are sitting = Kami sedang duduk 4) She is watching television = Dia sedang menonton televise

(Murphy, 1985:215)

3) Kalimat Verbal

Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya terdiri atas kata kerja. Kata

kerja yang belum berfungsi dalam kalimat diawali dengan to dan disebut

Infinitive atau Non-Finite Verb (Murphy, 1985:216).

To study belajar To read membaca

Page 33: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

32

To write menulis To speak berbicara Akan tetapi, bila kata kerja itu telah dipakai sebagai predikat, maka: to tidak

dipakai lagi.

Subject Predicate Object I/We Study English everyday You Read English everyday He/She Writes English everyday They speak English everyday

(Murphy, 1985:216)

Macam-macam kalimat verbal

Dalam kalimat verbal bila kita ingin membuat:

(1) Kalimat negative, disertai kata kerja bantu.

Kata kerja bantu itu biasanya berbentuk:

a) Do not, bila subjeknya jamak, seperti: we, you dan they atau kalau

subjeknya tunggal, seperti: I dan You. (Murphy, 1985:216).

b) Does not, bila subjeknya tunggal, seperti: he, she dan it

Kata kerja bantu ini akan diletakkan sesudah subjek misalnya:

I do not study English everyday He does not (doesn’t) study English everyday (Murphy, 1985:216).

Page 34: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

33

(2) Kalimat negative interrogative, dipakai juga peraturan seperti no. 1 di atas,

tetapi dengan meletakkan kata kerja bantu itu di depan subjeknya dalam

kalimat (Murphy, 1985:216).

Contoh:

Don’t you study English everyday? Doesn’t he study English everyday?

(3) Kalimat Tanya (interrogative)

Digunakan kata kerja bantu:

Do, untuk subjek : I, you, we, they Does, untuk subjek : he, she , it

Contoh

Do you read a book everyday? Does he read a book everyday?

(4) Kalimat perintah (imperative)

Kata kerja langsung diletakkan paling depan atau sesudah please/don’t.

(Murphy, 1985:217).

Contoh:

Study, please

Page 35: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

34

Please, speak Don’t run

(Murphy, 1985:217).

4) Indefinite numerals

Menunjukkan bilangan jenis tertentu tanpa mengatakan secara tepat berapa

bilangan itu. Oleh karena itu disebut Indefinite Numerals. (Murphy,

1985:219).

Kata-kata sifat utama golongan ini adalah: all, some, enough, no, many, few,

several.

Contoh.

All men are mortal Some men die young Fifteen men will be enough No men were present Many men are poor Few men are rich Several men came

(Murphy, 1985:219).

5) Tingkat perbandingan (degree of comparison)

Kebanyakan kata sifat yang menunjukkan sifat, dua buah kata sifat

kuantitatif, yaitu much dan little, dan dua buah kata sifat bilangan, yaitu

many dan few, mempunyai tingkat perbandingan (degree of comparison).

(Murphy, 1985:220).

Page 36: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

35

Tingkat perbandingan berjumlah tiga tingkat, yaitu:

The positive degree (tingkat biasa) The comparative (tingkat lebih/perbandingan) The superlative (tingkat paling)

(Murphy, 1985:220).

Kata sifat yang terdiri dari satu suku kata dan beberapa kata sifat

bersuku kata dua dapat dibentuk Comparative dengan menambahkan –

-er atau –r, dan Superlative dengan menambahkan –est dan –est

ditambahkan. (Murphy, 1985:223).

Positive (bentuk kata positive)

Comparative (bentuk komparatif)

Superlative (bentuk superlatif)

Rich Richer Richest Thick Thicker Thickest Fast Faster Fastest Small Smaller Smallest great Greater Greatest

(Murphy, 1985:223).

Kata sifat yang bersuku kata dua (yang tekanan suaranya jatuh pada

suku kata awal) atau lebih, ditambahkan more untuk membentuk

Comparatives dan most untuk Superlatives.

Positive (bentuk kata positive)

Comparative (bentuk komparatif)

Superlative (bentuk superlatif)

Famous more famous most famous Useful more useful most useful Beautiful more beautiful most beautiful Interesting more interesting most interesting difficult more difficult most difficult

Page 37: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

36

Beberapa kata sifat dibentuk dengan cara tak beraturan (irregular)

untuk Comparatives dan superlatives (Murphy, 1985:225).

Positive (bentuk kata positive)

Comparative (bentuk komparatif)

Superlative (bentuk superlatif)

Bad worse Worst Good better Best Little less Least Much more Most Fore former Foremost

6) Kata kerja bantu (auxiliary verbs)

Auxiliary verbs adalah kata kerja bantu yang diletakkan di depan kata kerja

pokok untuk membentuk bentuk waktu (tense), ragam grammatikal (voice)

dan modus (mood) (Murphy, 1985:226).

Misalnya: can, could, may, might, must, shall, should, will, would, ought,

dsb. Be (is, am, are, was, were, been), do (do, does, did), have (have, has,

had), need, dare dan used to kadang-kadang juga dipakai sebagai Auxiliary

Verbs (kata kerja bantu).

2.3.5 Kata

Dalam kegiatan berkomunikasi kata-kata dijalinsatukan dalam suatu

konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah sintaksis yang ada dalam suatu

bahasa. Yang penting adalah pengertian yang tersirat di balik kata yang digunakan

harus mampu dipahami oleh orang lain sehingga tercipta komunikasi dua arah

Page 38: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

37

yang baik dan harmonis. Keraf (2007: 23) memberikan pengertian kata sebagai

suatu unit dalam bahasa yang memiliki komponen tertentu dan secara relative

memiliki distribusi yang bebas.

Kata menurut pemakaian bahasa oleh Arifin dan Junaiyah (2008:2)

didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang diujarkan, bersifat berulang ulang,

dan secara potensial dapat berdiri sendiri. Kosa kata atau perbendaharaan kata

adalah jumlah seluruh kata dalam suatu bahasa; juga kemampuan kata-kata yang

diketahui dan digunakan seseorang dalam berbicara dan menulis. Kosa kata dari

suatu bahasa itu selalu mengalami perubahan dan berkembang karena kehidupan

yang semakin kompleks. Dengan mengerti kegunaan dan fungsi dari suatu kata

dan bagaimana kata-kata dapat tergabung dan menyatu membuat sebuah

komunikasi yang bermakna. Sebagian besar siswa tidak mampu berkomunikasi

yang benar secara gramatikal karena mereka tidak mengetahui kegunaan dan

fungsi dari tiap-tiap bagian dari berbicara. Bagian-bagian tersebut dijelaskan

sebagai berikut.

1) Kata benda atau nomina (noun)

Kata benda sering digunakan untuk menamai seseorang, tempat atau

benda. Door, hand, school ,day adalah contoh dari noun. Noun (kata

benda) dapat dibedakan menjadi dua sub kelass. Satu diantaranya memiliki

dua bagian . (Finegan, 1992: 115)

a. Proper Noun

Proper Nouns adalah nama orang-orang, tempat, dan sesuatu yang

biasanya diawali dengan huruf kapital pada bagian awal penulisan.

Page 39: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

38

Contoh: Debbie Mars

b. Common Noun

Common Nouns biasanya tidak diawali dengan huruf kapital pada awal

penulisan katanya, kecuali saat kata tersebut terletak pada awal kalimat.

Common Nouns dapat dibedakan menjadi dua bagian (Finegan, 1992:

115):

Count Nouns Cup loaf stalk

Coin plank sheet

Count nouns merupakan kata benda yang dapat dihitung dan memiliki

bentuk tunggal dan bentuk jamak (Finegan, 1992: 115).

.

Noncount Nouns money bread hay

Milk wood paper

Noncount Nouns merupakan kata benda yang tidak dapat dihitung dan

dalam bentuk tunggalnya tidak dapat ditambahkan kata a atau an didepan

kata tersebut (Finegan, 1992: 115)

Akhiran Pembentuk Kata benda

Berikut ini akan dijelaskan beberapa akhiran yang dapat membentuk suatu

kata menjadi kata benda. (Finegan, 1992: 116)

a) Pembentuk agen atau objek

Page 40: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

39

-er : driver, employer, examiner, writer

-or : actor, collector, director, educator, elevator

-ar : beggar, liar

-ant : accountant, assistant, attendant, combatant, servant

-ist : biologist, chemist, economist, dentist, scientist

-ee : employee, examinee, refugee, referee, invitee

(Finegan, 1992: 116)

b) Pembentuk kata benda dari kata kerja (verb)

-age : breakage, coverage, drainage, marriage, leakage

-al : approval, arrival, refusal

-ance : acceptance, appearance, performance

-ery : delivery, discovery,recovery

-ment : agreement, arrangement, employment, management

-sion : collision, decision, division, confusion

-ation : education, attention, solution

-ure : departure, failure, closure

(Finegan, 1992: 116)

c) Pembentuk kata benda abstrak dari kata sifat (adjective)

-ance/-ence : importance, absence, presence, diligence

-ity : ability, activity, equlity, divinity

-ness : darkness, happiness, kindness

-th : length, strength, truth, width

Page 41: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

40

(Finegan, 1992: 117)

2) Kata kerja (verb)

Verb (kata kerja) sering ditujukan sebagai sebuah kata yang

menunjukkan aksi atau tindakan (Gebhard, 1996: 42).

Verb (kata kerja) dapat membentuk sebuah kelas kata, adapun bagian-

bagiannya adalah:

a. Melakukan suatu pekerjaan:

take, go, jump, talk, ran

b. Dapat membuat suatu bentuk –ing, atau infinitive (bentuk to-)

to swim/swimming to listen/listening to be/being to write/writing

c. Dapat dikombinasikan dengan kata benda, determiners, dan kata ganti,

untuk memberitahu kita siapa (atau apa) yang dilakukan, untuk apa,

dan untuk siapa.

We slept soundly They played hockey Adam gave Tia a gift

d. Dapat muncul baik dalam bentuk sendiri (single verns) maupun dalam

bentuk kelompok (verbs groups) – yaitu suatu untaian kata yang

berkombinasi membentuk satu arti. (Finegan, 1992: 226)

Single Verbs Know learns discover Verbs Groups Have known is learning will discover Kata kerja mempunyai dua bagian sub kelas:

Page 42: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

41

a. Lexical verbs (dapat dikatakan ”dictionary verbs”) adalah kata

kerja uang mempunyai arti. Run, jump, sit, stand;

b. Auxiliary verbs/kata kerja bantu (dapat dikatakan ”helping verbs”)

adalah kata kerja yang biasanya digunakan untuk tujuan gramatikal

daripada untuk arrti;

They have all gone They will not return They did not see the snow

Kata kerja yang ditebalkan di atas tidak memiliki arti,

mereka adalah auxiliary (kata kerja bantu). Tanpa mereka kalimat

tetap memiliki arti tetapi tidak gramatikal.

They all gone They not return They not see the snow

(Finegan, 1992: 226)

3) Kata sifat (adjective)

Kata sifat sering ditujukan sebagai sebuah kata yang menjelaskan atau

memberikan informasi lebih tentang noun atau pronoun (Gebhard, 1996:

46). Kata sifat menjelaskan kata benda dalam bentuk sebagai keterangan

ukuran, warna, dan nomber.

Kata sifat memiliki tiga sub kelas sebagai berikut.

a. Descriptive adjective

Descriptive adjective adalah tipe adjective yang paling umum.

(Finegan, 1992: 227). Beberapa dari tipe ini terbentuk dari anggota

kelas kata lain yang diikuti oleh akhiran. (reason -> reasonable,

Page 43: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

42

wonder -> wonderful). Beberapa contoh descriptive adjective yang

menyatakan kualitas:

Beautiful smart ugly pretty Stupid clever patient honest

b. Proper Adjectives

Tipe ini biasanya dibentuk dengan akhiran dari proper nouns.

Layaknya seperti proper nouns, proper adjectives biasanya dimulai

dengan huruf kapital.

Proper Noun Proper Adjective

Australia Australian China Chinese Shakespeare Shakesperian

(Finegan, 1992: 228)

c. Verbal Adjectives

Kata sifat verbal adalah kata kerja yang berfungsi sebagai kata sifat.

1) Bentuk –ing (present participle):

Shaking taking noting

2) Bentuk -en (past participle), biasanya dengan akhiran –en atau –

ed.

Shaken taken noted

Dari penjelasan diatas, kita dapat merangkum akhiran kata yang

dimiliki oleh kata sifat yang diderivasi dari kelas kata lain. (Hartanto, 1996: 67)

-able :comfortable -ish : greyish

Page 44: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

43

-ful : playful -less : useless

-al : physical -ous : dangerous

-ic : scientific -y : dirty

Empat Kriteria Kata Sifat

a) Dapat berfungsi sebagai atributif (yang terletak diantara determiner dan

kata benda, misalnya an ugly painting

b) Dapat berfungsi sebagai predikatif (sebagai komplemen subjek), atau

sebagai komplemen objek.

The painting is ugly I thought the painting ugly

c) Dapat diberi premodifier very

They are very happy The very happy children

d) Dapat mengambil bentuk komparatif dan superlaatif baik secara infleksi

[=dengan akhiran –er dan –est] maupun secara perifrastik [= dengan

menggunakan more dan most].

Happy-happier-happiest [secara infleksi] Intelligent-more intelligent-most intelligent [secara perifrastik]

4) Kata keterangan (adverb)

Kata keterangan biasanya dimaksudkan sebagai kata yang memberikan

informasi lebih tentang verb, adjective atau adverb lainnya. Secara

morfologi kata keterangan dapat dikelompokkan sebagai berikut.

a) Adverb sederhana, misalnya: just, only, well.

b) Adverb majemuk, misalnya: somehow, somewhere, therefore

Page 45: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

44

c) Adverb derivasional. Banyak dari adverb yang diderivasi dari adjective

(kata sifat) dengan diberi akhiran –ly:

oddly, interestingly,warmly, quickly

(Finegan, 1992: 238)

5) Kata ganti (pronoun)

Kata ganti sering dimaksudkan sebagai sebuah kata yang bisa digunakan

sebagai sebuah noun. Kata ganti dapat dibedakan menjadi empat sub kelas.

a. Personal pronoun

Personal pronoun mengacu pada kamu, aku dan kepada orang lain.

Daftar dibawah ini menunjukkan bentuk yang berbeda dari personal

pronouns.

Subjective Pronoun

Objective pronoun

Possessive pronoun

Possessive determiners

Emphatic reflexive pronouns

I me mine my myself You you yours your yourself He him his his himself She her hers her herself It it its its itself We us ours our ourselves You you yours your yourselves They them theirs their themselves

b. Indefinite pronouns

Indefinite pronouns adalah some-, any-, no-,every-, yang

dikombinasikan dengan –body, -one, -thing:

Somebody anybody nobody everybody Someone anyone no one everyone Something anything nothing everything

Page 46: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

45

c. Interogative pronoun

Interogative pronoun adalah pronoun yang digunakan dalam bentuk

tanya. Terdapat lima interrogative pronouns:

Who? Whom? Whose? What? Which?

d. Relative pronouns

Relative pronouns terletak pada bagian depan dari adjective clauses

(disebut juga dengan relative clauses) yang memodifikasi sebuah noun

atau sebuah pronoun. Relative pronouns yang paling umum adalah:

Who whom whose which That when where

6) Kata depan (preposition)

Kata depan adalah sebuah kata yang menunjukkan hubungan dengan kata-

kata lainnya dalam suatu kalimat. (Finegan, 1992: 240) Hubungan tersebut antara

lain: arah, tempat, waktu, sebab, cara, dan jumlah.

Kata depan dapat diidentifikasi berdasarkan fungsinya yang menunjukkan

hubungan anatar sesuatu. Berikut adalah daftar dari lima puluh kata depan yang

paling umum.

Aboard behind in over About below inside past Above beneath into plus Across beside like round After between minus through Against beyond near to Along by next towards Amid despite of under Among down off unlike

Page 47: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

46

Around during on up At except onto with Before from out Dalam garis besarnya makna preposition berkaitan dengan perihal

berikut:

a) Ruang (in, on, outside)

b) Waktu (in, at, on, during, since, for)

c) Arah atau gerak (into, up, down)

d) Sebab (because of, due to, thank to, owing to, on account of)

e) Hal (about, on, concerning, instead of)

f) Alat, cara, dan lain-lain (with a hammer in amazement, in blue

dress)

7) Kata penghubung (conjunction)

Kata penghubung adalah sebuah kata yang menghubungkan kata-kata atau

kelompok kata lainnya. (Finegan, 1992: 241). Kata penghubung dapat

dibedakan menjadi dua bagian:

a. Coordinating conjuctions

and, but, either … or, neither …nor

b. Subordinating Conjuctions

Kata benda whoever, whichever, that Adjectival who, whom, which, that Adverbial if, unless, when, because

8) Kata seru (interjections)

Page 48: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

47

Kata seru adalah sebuah kata seperti urrgh!, gosh!, wow!, yang

menunjukkan ungkapan emosi atau seperti senang, kaget, terkejut, dan

jijik, tapi tidak menunjuk pada arti lain. (Finegan, 1992: 241). Interjection

jarang digunakan dalam berbicara atau menulis.

2.3.5 Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga dengan Classroom

Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. (Burns, 2009: 6).

Fokus PTK adalah pada siswa atau pada proses belajar mengajar yang terjadi

di kelas. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata

yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata Guru dalam

pengembangan profesionalnya. Secara rinci, tujuan PTK antara lain: (1)

Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan

pembelajaran di sekolah, (2) Membantu Guru dan tenaga kependidikan

lainnya mengatasi masalah pembelajaran, (3) Meningkatkan sikap

profesional pendidik dan tenaga kependidikan, (4) Menumbuhkembangkan

budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif

dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara

berkelanjutan. (Burns, 2009: 8)

Dari PTK dapat dihasilkan upaya-upaya (1) peningkatan atau

perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah, (2) peningkatan atau

perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas, (3) peningkatan atau perbaikan

Page 49: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

48

kualitas penggunaan media, alat bantu, dan sumber belajar lainnya, (4)

peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi untuk

mengukur proses dan hasil belajar siswa, (5) peningkatan atau perbaikan

terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah, dan (6) peningkatan

atau perbaikan kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi

siswa di sekolah. (Trianto, 2011: 18)

PTK ini memiliki keunggulan antara lain:

1) peneliti atau guru tidak perlu meninggalkan kelas atau pekerjaannya;

2) tidak memerlukan biaya yang tinggi dan dapat dilakukan kapan saja;

3) hasil penelitiannya yang direncanakan dapat dirasakan;

4) bila treatment (perlakuan) dilakukan kepada responden, mereka dapat

merasakan hasilnya;

Treatment yang dilakukan memberikan motivasi kepada subjek didik untuk

menghasilkan perubahan sikap. Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat

untuk memperluas kemampuan dan memperoleh pemahaman yang lebih

tentang kelas, siswa dan diri sendiri sebagai guru. (Trianto, 2011: 18)

Lewin (dalam Suparno, 2008: 11) mengembangkan model spiral dalam

penelitian tindakan yang kemudian menjadi sumber acuan dan banyak

dikembangkan oleh para ahli lainnya sebagai berikut:

(4) Refleksi

(1) Perencanaan

(2) Tindakan

(5) Aksi berikutnya

Page 50: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

49

(Suparno, 2008: 11)

Berdasarkan bagan di atas, penelitian tindakan kelas sebagai sebuah siklus

menggambarkan seperangkat langkah-langkah untuk selanjutnya diadakan

perencanaan ulang, pengamatan ulang dan refleksi ulang. Burns (2009: 8)

memberikan penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan

sebagai berikut:

1) Perencanaan

Fase ini memegang peranan yang penting karena dsalam fase ini

rencana tindakan dikembangkan berdasarkan permasalahan yang ada

di lapangan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan di era

yang lebih khusus. (Burns, 2009: 8)

2) Tindakan

Rencana yang melibatkan intervensi pada situasi pengajaran harus

dipertimbangkan dengan baik untuk dilaksanakan ke dalam suatu

tindakan dengan batasan waktu yang ditentukan.

3) Pengamatan

(3) Observasi

Page 51: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

50

Fase ini mencakup pengamatan secara sistematis dampak dari tindakan

yang dilakukan dan mencatat/ mendokumentasikan konteks, kegiatan,

dan opin dari semua yang ikut terlibat di dalamnya.

4) Refleksi

Pada fase ini, guru melihat kembali kegiatan yang telah dilakukannya.

Dengan kata lain, guru menggambarkan, mengevaluasi, dan

mendeskripsikan dampak dari tindakan yang dilakukan dengan tujuan

memberikan penjelasan yang rasional dan memahami permasalahan

yang telah dikaji lebih jelas. (Burns, 2009: 8)

2.3.6 Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif perlu dipahami oleh setiap guru bahasa Inggris

agar dapat menyusun perencanaan pengajaran, melaksanakan penyajian materi

pelajaran, mengevaluasi hasil belajar dan proses pembelajaran dengan baik.

(Dewi, 2003 : 23). Pendekatan komunikatif dipandang sebagai pendekatan yang

unggul dalam pengajaran bahasa. Keunggulan ini antara lain karena berdasarkan

pada pandangan ilmu bahasa dan teori belajar bahasa yang mengutamakan

pemakaian bahasa sesuai dengan fungsinya. Di samping itu, tujuan pengajaran

bahasa dengan pendekatan komunikatif adalah membentuk komunikatif siswa.

Artinya, melalui berbagai kegiatan pembelajaran diharapkan siswa menguasai

kemampuan berkomunikasi yakni kemampuan menggunakan bentuk-bentuk

Page 52: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

51

tuturan sesuai dengan fungsi-fungsi bahasa dalam proses pemahaman maupun

penggunaan. (Brumfit, 1979 :42)

2.3.6.1 Hakikat Pendekatan Komunikatif

Munculnya istilah pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa

diilhami oleh suatu teori yang memandang bahasa sebagai alat berkomunikasi.

Berdasarkan teori tersebut, maka tujuan pembelajaran bahasa dirumuskan sebagai

ikhtisar untuk mengembangkan kemampuan yang disebut kompetensi

komunikatif. (Brumfit, 1979 :43)

2.3.6.2 Prosedur pembelajaran komunikatif

Berkenaan dengan prosedur pembelajaran dalam kelas yang berdasarkan

pendekatan komunikatif, Brumfit (1979) menawarkan garis besar kegiatan

pembelajaran untuk tingkat sekolah menengah atas. Garis besar tersebut sebagai

berikut.

a) Penyajian dialog singkat

Penyajian ini didahului dengan pemberian motivasi dengan cara menghubungkan

situasi dialog dengan pengalaman pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

b) Pelatihan lisan dialog

Pelatihan dialog singkat diawali dengan contoh yang dilakukan oleh guru. Para

siswa mengulang contoh lisan gurunya, baik secara bersama-sama, setengah,

kelompok kecil, atau secara individu.

Page 53: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

52

c) Tanya-jawab

Hal ini dilakukan dua fase. Pertama, tanya-jawab yang berdasarkan topik dan

situasi dialog. Kedua, tanya-jawab tentang topik itu dikaitkan dengan pengalaman

pribadi siswa.

d) Pengkajian

Siswa diajak untuk mengkaji salah satu ungkapan yang terdapat dalam dialog.

Selanjutnya, para siswa diberi tugas untuk memberikan contoh ungkapan lain

yang fungsi komunikatifnya sama.

e) Penarikan simpulan

Siswa diarahkan untuk membuat simpulan tentang kaidah tata bahasa yang

terkandung dalam dialog.

f) Aktivitas interpretatif

Siswa diarahkan untuk menafsirkan beberapa dialog yang dilisankan.

g) Aktivitas produksi lisan

Dimulai dari aktivitas komunikasi terbimbing sampai kepada aktivitas

yang bebas.

h) Pemberian Tugas

Page 54: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

53

Memberikan tugas tertulis sebagai pekerjaan rumah

i) Evaluasi

Evaluasi pembelajaran dilakukan secara lisan

Memperhatikan prosedur di atas, dapat dilihat adanya kesamaan antara prosedur

pembelajaran yang berdasarkan prinsip pendekatan struktural.

Lain halnya yang disodorkan oleh Littlewood adalah prosedur metodologis

yang terbagi atas kegiatan pra-komunikatif dan kegiatan komunikatif. Sejalan

dengan itu, Harmer (1983) mengemukakan bahwa tahap-tahap pembelajaran

bahasa komunikatif harus dimulai dari aktivitas nonkomunikatif menuju aktivitas

komunikatif. Dalam fase kegiatan nonkomunikatif, para pembelajar belum

memiliki keinginan untuk berkomunikasi, juga mereka tidak memiliki tujuan

berkomunikasi.

Pada tahap ini peranan guru masih dominan, guru masih sering melakukan

intervensi. Dalam fase komunikatif, pembelajar sudah memiliki keinginan dan

tujuan berkomunikasi. Pembelajar tidak lagi menitikberatkan pada bentuk, tetapi

pada isi. Berkenaan dengan penggunaan pendekatan komunikatif Littlewood,

mengemukakan ada dua kegiatan komunikatif yang perlu dikenal, yaitu:

(1) Kegiatan komunikasi fungsional;

(2) Kegiatan interaksi sosial.

Page 55: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

54

Kegiatan komunikasi fungsional dapat berupa kegiatan berbahasa untuk

saling membagi informasi dan kegiatan berbahasa untuk mengolah informasi yang

keduanya dapat dirinci menjadi:

(a)kegiatan saling membagi informasi dengan kerja sama yang terbatas;

(b) kegiatan saling membagi informasi dengan kerja sama yang tidak terbatas;

(c) kegiatan saling membagi informasi dan mengolah informasi;

(d) kegiatan mengolah informasi.

Kegiatan interaksi sosial dapat berupa:

(a)dialog dan bermain peran;

(b) simulasi;

(c) memerankan lakon pendek yang lucu;

(d) improvisasi;

(e) berdebat; dan

(f) melaksanakan berbagai bentuk diskusi.

2.3.7 Penilaian

Penilaian merupakan proses untuk menentukan nilai seseorang melalui

pengukuran untuk memperoleh informasi yang berupa nilai kualitatif (pernyataan

naratif dalam kata-kata) tentang hasil belajar peserta didik atau ketercapaian

kompetensi peserta didik dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Ada dua

macam pendekatan yang digunakan dalam prosedur penilaian kegiatan berbicara

siswa menurut Madsen (1983: 91-95) yaitu holistic scoring dan objectified

scoring. Holistic scoring cenderung dipilih ketika guru mengevaluasi bermacam-

Page 56: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

55

macam kriteria/ aspek yang luas secara spontan misalnya ketepatan, kelancaran,

tata bahasa, kosakata dan pengucapan. Sedang objectified scoring difokuskan

untuk mengevaluasi aspek yang terbatas sesuai dengan tujuan diadakannya

penilaian. Dalam pelaksanaan penilaian, baik menggunakan pendekatan holistic

maupun objectified penilaian harus memiliki kriteria.

2.3.8 Tes dan Non-Tes

Trianto (2011: 61) memberikan definisi tes sebagai alat yang digunakan

untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar siswa berupa nilai yang diperoleh dari

pelaksanaan tes sedangkan non-tes adalah cara lain mengukur segala sesuatu yang

tidak teramati dalam proses belajar mengajar yang mana alat pengukuran non-tes

antara lain berupapedoman observasi, skala sikap, daftar cek, catatan riwayat

kelakuan dan jaringan sisiomentrik. Selain kemampuan menggunakan bahasa

Inggris dalam berbicara salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar

adalah partisipasi siswa secara sukarela dalam kegiatan belajar mengajar. Cara

untuk mendapatkan informasi hasil belajar siswa dalam hal ini berbeda yaitu

dengan menggunakan tes (mengukur kemampuan yang dapat diamati) dan non-tes

(yang berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dan proses mental

lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera).

2.3.9 Metode Debat plus

Metode debat plus ini merupakan metode debat yang diadopsi dari sistem

debat Australasia parliamentari (Australasian parliamentary Debate) milik Simon

(2005). Pembelajaran dengan menggunakan metode Debat Plus adalah suatu

Page 57: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

56

metode pembelajaran dimana seluruh siswa diharuskan untuk tampil aktif dan

cepat dalam mencerna, menyikapi, kemudian merespon/bersikap dengan

menyampaikan pendapat/pemikirannya berdasarkan pengetahuan, pemahaman

dan pengalaman mereka selama ini terhadap suatu fenomena/permasalahan aktual

yang sedang terjadi disekitarnya.

Penggunaan kata plus dimaksudkan untuk menyampaikan pesan adanya

modifikasi terhadap metode ini sehingga siswa diajak belajar sambil bermain

dengan berbagai permainan (games). Adapun untuk tema debat akan dipilihkan

tema yang terkait dengan topik materi yang dipelajari pada saat itu, tema dari

kejadian/fenomena aktual yang menantang namun tidak asing.

Metode Debat Plus tersebut juga sangat fleksibel mengingat guru sangat

mungkin untuk menambah, menyederhanakan serta mengembangkan lagi sesuai

kebutuhan, kondisi serta tujuan penelitian sendiri. Melalui jurnal Guru dan jurnal

siswa dapat dilihat distribusi keaktifan, keterampilan, kemampuan para siswa,

serta pesan dan kesan siswa terkait dengan metode debat.

Semua hal tersebut tentunya untuk menghidupkan suasana belajar siswa.

Diharapkan dengan kondisi yang menyenangkan tersebut motivasi siswa akan

meningkat dari awal sampai akhir pelajaran, sehingga akan memberikan efek

berganda seperti bertambah mudahnya siswa dalam memahami konsep tanpa

terasa seolah terdoktrinasi serta meningkatkan kemampuan menghubungkan

berbagai variabel konsep dengan kondisi riel yang terjadi di lapangan. Semua itu

muaranya kearah peningkatan atau perbaikan prestasi siswa.

Page 58: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

57

Disinilah guru dituntut untuk merancang metode pembelajaran yang selain

mampu mengembangkan kompetensi ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik

juga metode itu harus berpusat pada siswa, menyenangkan, mudah diterapkan,

tidak membutuhkan waktu panjang & berbagai peralatan serta tidak membutuhkan

biaya tinggi

Ada dua hal yang berkaitan dengan metode debat plus, yaitu pengertian

dan berbagai aktivitas dalam metode debat plus.

Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut

identik dengan istilah sawala yang berasal dari bahasa Kawi yang berarti

berpegang teguh pada argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu

pendapat untuk saling mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi debat

sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk

argumen disertai bukti–bukti yang mendukung kasus dari masing–masing pihak

yang berdebat.

Debat plus dilakukan dengan cara berkelompok, yaitu ada dua pihak yang

di sini masing–masing memegang peranan sebagai pihak positif dan negatif.

Selain itu, mereka mencoba mempertahankan argumen mereka dengan di dukung

oleh bukti–bukti serta fakta–fakta yang mendukung kasus mereka, namun terlebih

dahulu sebelum mereka melakukan hal tersebut kedua belah pihak harus

memberikan suatu parameter yang jelas mengenai kasus (motion) mereka atau

memberikan suatu definisi yang menjelaskan kemana arah dari kasus

mereka.(Simon, 2005:12).

Page 59: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

58

(1) Tujuan debat plus

Tujuan dari debat plus adalah upaya kedua belah pihak yang mencoba

membangun suatu kasus dengan didukung oleh argumen–argumen yang

mendukung kasus mereka di mana cara membuat satu argumen yang baik dan

benar adalah suatu argumen selalu berdasarkan pada pertanyaan–pertanyaan dasar

berupa; Apa (What),Mengapa (Why), Bagaimana (How), dan Kesimpulannya (So

What is the conclusion). Dalam debat plus diperlukan kemampuan berbahasa yang

baik dan benar. (Hubert, 2008: 2). Aspek-aspek linguistik keterampilan berbicara

bahasa Inggris menjadi target utama dalam debat plus ini. Berbeda dengan debat

pada umumnya yang lebih menekankan pada analogi pola pikir yang benar

mengenai pengetahuan pengetahuan umum atau kasus – kasus yang sedang terjadi

di dalam masyarakat dan lebih menekankan pada metode dan aturan-aturan dalam

debat. Dalam debat plus, diperlukan pula kemampuan merespon suatu masalah

dikarenakan di sini terjadi adanya suatu proses saling mempertahankan pendapat

antara kedua belah pihak. Di dalam debat plus dilarang menyangkutpautkan suku,

agama, ras, dan adat, disebabkan di dalam debat plus sendiri kita masih

menggunakan etika sebagai seorang manusia untuk berpendapat.

(2) Topik debat plus

Topik debat plus, atau yang biasa disebut motion, adalah suatu

permasalahan umum yang terjadi di dalam masyarakat dan diketahui secara global

oleh setiap orang. Dalam metode debat plus ini, topik diambil dari judul bab yang

Page 60: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

59

terdapat dalam buku panduan yang dipakai guru dan siswa sesuai dengan silabus

pembelajaran yang digunakan.

(3) Langkah-langkah debat plus

Di dalam melakukan debat plus ada langkah – langkah yang harus

ditempuh di dalam aplikasinya, adapun langkah – langkahnya adalah sebagai

berikut:

(a) Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran

(b) Siswa mendengarkan penjelasan singkat guru tentang materi yang dipelajari

dan materi yang akan didiskusikan melalui perdebatan. Guru telah

menyampaikan tindakan yang akan diujicobakan pada pertemuan minggu

kemarin agar kegiatan belajar mengajar tidak terganggu serta berjalan wajar.

(c) Guru menyampaikan aturan main (rule of game) serta semua hal, tahapan atau

langkah yang harus dilaksanakan dalam kegiatan perdebatan nanti, termasuk

perbedaan- perbedaan Debat Plus dengan debat secara umum.

(d) Guru membagi 2 (dua) kelompok siswa yang saling berhadapan, yakni pro

(setuju) dan pihak kontra (tidak setuju) dengan jumlah anggota yang sama

melalui game tak tik tuk tok untuk menentukan anggota kelompok.

(e) Melalui Game ini siswa disuruh membentuk lingkaran/segi empat

(disesuaikan space ruang) kemudian seluruh siswa diharuskan mengucapkan

kata TAK TIK TUK TOK secara bergantian. Siswa yang mengucapkan kata

TAK akan bergabung 1 kelompok dengan siswa yang mengucapkan kata TUK,

Page 61: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

60

sedangkan siswa yang mengucapkan kata TIK 1 kelompok dengan siswa yang

mengucapkan TOK.

(f) Guru mengingatkan kembali cara–cara berkomunikasi dan berpendapat yang

efektif dan benar serta poin–poin utama yang harus siswa pegang dari kegiatan

Debat Plus.

(g) Setelah itu guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara/

menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi/dibahas oleh kelompok

yang kontra, demikian seterusnya sampai diharapkan seluruh siswa bisa

mengemukakan pendapatnya.

(h) Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis pointer/inti ide–ide

dari setiap siswa di lembar/catatan guru yang ditempel di tembok, baik yang

pro ataupun yang kontra. Dari catatan ini guru dapat melihat distribusi siswa

yang aktif dan yang kurang/tidak aktif.

(i) Untuk mempermudah proses pencatatan ide dan nama–nama siswa selama

perdebatan berlangsung guru memberikan semacam Kartu pengenal bernomor

yang berbeda warna pada 2 kelompok tersebut.

(j) Guru melaksanakan kegiatan Debat dengan 2 tema, namun per 1 (satu) tema

selesai guru harus memberikan arahan, penjelasan/tambahan konsep,

kesimpulan serta menentukan pemenang debat pada tema tersebut.

Page 62: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

61

(k) Kriteria penilaian pemenang Debat berasal dari “kekompakan kelompok”

(kecepatan dalam memberikan tanggapan) sebelum batas waktu yang

ditentukan serta “distribusi keaktifan” dari kelompok tersebut.

(l) Setelah sesi pertama selesai, guru melanjutkan kegiatan Debat kembali dengan

tema selanjutnya.

(m) Saat Debat berlangsung guru harus memberikan batasan waktu melalui

ketukan (misal 5 ketukan) untuk mempersilahkan kelompok lain untuk

memberikan tanggapan. Apabila setelah batasan waktu (misal 5 ketukan) telah

terlewati dan suatu kelompok yang mendapat giliran untuk memberikan

tanggapan belum/tidak bisa memberikan tanggapan, maka kelompok tersebut

dinyatakan kalah.

(n) Kemudian jika perdebatan berlangsung imbang (dua kelompok sama – sama

mampu memberikan tanggapan), maka melalui lembar/catatan, guru akan bisa

melihat distribusi keaktifan siswa dan menentukan kelompok mana yang paling

merata keaktifannya dan kelompok mana yang masih didominasi oleh siswa –

siswa tertentu.

(o) Dari data – data di lembar catatan guru yang ditempel didepan tersebut, guru

bisa mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada

topik/materi yang ingin dicapai dan dikumpulkan pada guru.

2.4 Model Penelitian

Page 63: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

62

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan

kelas. Dalam setiap penelitian tindakan, termasuk penelitian tindakan kelas,

terdapat empat aspek pokok, yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) tindakan; (3)

observasi; dan (4) refleksi. Keempat aspek pokok tersebut pengkajiannya

dilakukan secara berbaur, bertahap, dan sistematis yang diterapkan dalam dua

siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

kualitatif dan pendekatan kuantitatif, sebagaimana dapat dilihat pada diagram di

bawah ini, data kualitatif tersebut diperoleh melalui observasi, dan jurnal kegiatan.

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes perbuatan siswa pada saat melakukan tes

keterampilan berbicara dengan metode debat plus, baik pada tes awal, tes akhir 1,

tes akhir 2, dan kuesioner.

Diagram 2.1 Alur Model Penelitian

Hubungan antara siklus I dan siklus II dapat diterangkan dalam gambar sebagai

berikut ini.

Data

kualitatif 1. Jurnal Kegiatan (observasi)

2. Kuesioner 3. Rekaman

kuantitatif

1. Hasil tes awal (pre-test) 2. Hasil tes akhir (post-test)

analisis deskriptif

P E R E N C A N A A N

R E F LE K S I P E LA K S A N A A NS IK LU S I

P E N G A M AT A N

P E R E N C A N A A N

R E F L E K S I P E L A K S A N A A NS I K L U S II

Page 64: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

63

Diagram 2.2 Hubungan Siklus I dan Siklus II

Proses kegiatan tindakan kelas dilakukan adalah bertolak dari

permasalahan yang akan dipecahkan, kemudian direncanakan suatu tindakan dan

pelaksanakannya. Pada pelaksanaan tindakan dilakukan penyampaian materi, tes

perbuatan, dan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan.

Tahap berikutnya, berdasarkan hasil observasi, dan jurnal direfleksikan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Permasalahan-permasalahan yang muncul pada

siklus I merupakan permasalahan yang harus dipecahkan pada siklus II.

Selanjutnya, kegiatan dimulai lagi seperti kegiatan pada siklus I, yakni

perencaaan, tindakan, observasi, dan refleksi dengan perubahan-perubahan untuk

mengatasi permasalahan yang muncul pada siklus I.

Page 65: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

64

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara kerja untuk memahami objek

yang menjadi sasaran yang bersangkutan. Dengan menggunakan metode yang

tepat akan memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, sebab metode

penelitian sebagai petunjuk yang memeberikan arah, corak, dan tahapan kerja

suatu penelitian. Metode penelitian yang digunakan, yaitu metode penelitian

tindakan kelas (action research). Proses penelitian tindakan kelas ini

direncanakan berlangsung dalam dua siklus.

Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2)

tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Proses kegiatan tindakan kelas yang

peneliti lakukan adalah bertolak dari permasalahan yang dipecahkan, kemudian

peneliti merencanakan suatu tindakan dan melaksanakannya. Pada pelaksanaan

tindakan peneliti melakukan penyampaian materi, tes perbuatan, dan observasi

terhadap kegiatan yang dilakukan. Tahap berikutnya, berdasarkan hasil observasi,

dan jurnal peneliti merefleksi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Permasalahan-

permasalahan yang muncul pada siklus I merupakan permasalahan yang harus

dipecahkan pada siklus II. Selanjutnya, kegiatan dimulai lagi seperti kegiatan pada

siklus I, yakni perencaaan, tindakan, observasi, dan refleksi dengan perubahan-

perubahan untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada siklus I.

Page 66: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

65

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif

berhubungan dengan bagaimana debat dapat meningkatkan keterampilan

berbicara siswa. Data kualitatif tersebut diperoleh melalui observasi langsung,

jurnal kegiatan, dan kuesioner.

Pendekatan kuantitatif berhubungan dengan perbandingan dari hasil tes yang

diperoleh sebelum dan sesudah treatment. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes

keterampilan berbicara siswa baik pada tes awal (pre-test), tes akhir I (post-test 1),

dan tes akhir II (post-test II).

3.2 Lokasi Penelitian

Penilitian ini dilaksanakan di SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar.

yang bertempat di Jl. Tukad Balian Renon Denpasar. Lokasi penelitian ini dipilih

karena SMA Pariwisata Kertha Wisata merupakan satu-satunya Sekolah

Menengah Atas plus Pariwisata yang situasi penggunaan bahasa Inggrisnya tinggi

tetapi kemampuan berbicara siswanya masih rendah. Situasi ini diketahui dengan

diadakannya wawancara awal dan observasi langsung dengan guru dan beberapa

siswa tentang penguasaan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Selain itu

berdasarkan hasil wawancara awal, pemilihan lokasi juga dikarenakan target

(goal) pada kompetensi dasar keterampilan Berbicara (speaking) selama ini

dirasakan masih kurang, sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk mencapai

target kompetensi berbicara.

Page 67: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

66

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer adalah data kualitatif yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui

observasi langsung, pemberian tes, jurnal kegiatan, pencatatan dan rekaman yaitu

berupa bahasa Inggris lisan yang diucapkan siswa di kelas serta data kuantitatif

yang berupa angka dan nilai-nilai yang diperoleh dari nilai hasil tes awal, niai

hasil tes akhir dan kuesioner.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA

Pariwisata Kertha Wisata Denpasar dengan jumlah siswa 19 orang yang terdiri

dari 13 (tiga belas) orang siswa laki-laki dan 6 (enam) siswa perempuan.

Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran bahasa Inggris.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menjaring data adalah sebagai berikut.

Page 68: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

67

3.4.1 Kuesioner

Kuesioner diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi yang

berkaitan dengan perasaan siswa, minat dan motivasi siswa sebelum dan

setelah dilakukannya tindakan. Kuesioner juga digunakan untuk mengungkap

efektifitas penggunaan metode debat plus dalam pembelajaran keterampilan

berbicara dan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa ketika berbicara melalui

metode debat plus. Adapun aspek yang diungkap melalui kuisioner ini adalah

a) Pendapat siswa tentang pemberian metode debat dalam pembelajaran,

b) Apakah metode yang disajikan guru dapat membantu siswa dalam

melaksanakan proses belajar mengajar dalam standar kompetensi

berbicara,

c) Apakah metode tersebut membantu siswa untuk dapat berbicara dengan

baik,

d) Apa pendapat siswa mengenai pembentukan kelompok yang dilakukan guru

e) Menurut siswa, topik/permasalahan apa yang cocok untuk diperdebatkan di

dalam kelas,

f) Pendapat siswa mengenai pelaksanaan debat untuk membahas masalah-

masalah yang diberikan,

g) Apakah dalam diskusi dan penyampaian pendapat dalam debat tersebut

siswa mengalami kesulitan dalam berbicara dan diminta menyebutkan

kesulitan-kesulitan tersebut,

h) Usaha apa yang siswa lakukan agar kesulitan tersebut tidak terjadi lagi pada

pelaksanaan debat selanjutnya,

Page 69: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

68

3.4.2 Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan maupun hasil belajar siswa.

Tes awal (diagnostic test) digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam

berbicara bahasa inggris sebelum diberikan treatment, sedangkan tes akhir

(achievement test) digunakan sebagai alat ukur tingkat kemampuan dan tingkat

peningkatan kemampuan berbicara bahasa Inggris yang dicapai oleh siswa dikelas

XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar, sejauhmana metode debat plus

tersebut berhasil meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Aspek-aspek yang

dinilai meliputi aspek-aspek kebahasaan yang terdiri atas pelafalan, tata bahasa

dan kosa kata yang diucapkan siswa yang dinilai berdasarkan penjabaran pada

rubric keterampilan berbicara yakni ketepatan, kefasihan berbicara dan

pemahaman serta cara penyampaian argumen (accuracy, fluency

,comprehensibility dan method of delivering argument).

3.4.3 Jurnal kegiatan

Setiap akhir pertemuan kegiatan belajar-mengajar, guru membuat jurnal

kegiatan selama mengajar. Jurnal yang dibuat ini bertujuan untuk mengetahui

kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran dan untuk mengetahui kegiatan

atau sikap siswa selama proses pembelajaran. Dari jurnal kegiatan ini guru

merekapitulasi hasilnya. Hasil rekapitulasi ini kemudian digunakan untuk

melakukan refleksi diri terhadap proses mengajar.

Page 70: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

69

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah

metode pengamatan atau observasi (Sudaryanto, 1993:133). Metode pengamatan

atau observasi dibantu dengan teknik perekaman dan pencatatan. Perekaman dan

pencatatan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu dapat

didengarkan secara berulangkali tetapi terdapat banyak gangguan dari suara

kendaraan hal ini karena kelas tempat dilangsungkannya penelitian terletak tepat

disisi jalan raya, oleh karena itu, teknik pencatatan juga dipergunakan di dalam

pengumpulan data. Data yang diperoleh melalui teknik ini langsung bisa

ditranskripsi.

Teknik pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

berpartisipasi. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini

dilaksanakan melalui tiga fase yaitu fase sebelum diberlakukannya Siklus Pra-

tindakan, Siklus I dan Siklus II yang masing-masing siklus tersebut dijabarkan

sebagai berikut.

3.5.1 Pre-Observasi

Pre-observasi pada siklus pra-tindakan dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris

di kelas, kemampuan awal pada keterampilan berbicara dan sejauh mana

pemakaian bahasa siswa sebelum diberlakukannya tindakan. Aktivitas yang

dilakukan pada pre-observasi adalah sebagai berikut:

Page 71: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

70

1) Mengumpulkan informasi untuk mengetahui situasi belajar siswa, motivasi

belajar siswa, metode belajar-mengajar keterampilan berbicara bahasa

Inggris siswa guna mengetahui permasalahan utama yang dialami siswa

dalam berbicara bahasa Inggris. Informasi dikumpulkan dari siswa

menggunakan teknik pencatatan dan kuesioner untuk mengetahui respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di kelas sebelum

diberlakukannya tindakan.

2) Menggunakan teknik observasi partisipasi dengan berpatisipasi dalam

proses pembelajaran di kelas untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

berbicara bahasa Inggris siswa, kemampuan kebahasaan dan kemampuan

pemakaian bahasanya dengan mengadakan tes awal (pre-test).

3.5.2 Siklus I

Siklus I dilaksanakan dengan empat tahapan, tahapan pelaksanaan siklus I ini

dijabarkan sebagai berikut:

1) Perencanaan

Pada tahap ini, persiapan yang dilakukan sebelum mengadakan observasi

lansung ke kelas adalah dengan mempersiapkan skenario pembelajaran,

materi ajar untuk dipakai dalam pembelajaran di kelas dan tes akhir di

akhir siklus I serta kriteria penilaian hasil belajar.

Page 72: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

71

2) Pelaksanaan

Fase pelaksanaan di siklus I ini merupakan fase yang mendeskripsikan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti. Rancangan pelaksanaan

penelitian pada siklus I sebagai berikut:

(1) Pendahuluan (15 menit)

(a) Guru mengucapkan salam kepada siswa

(b) Guru mengecek kehadiran siswa

(c) Guru menyampaikan topik bahasan yang akan diajarkan dengan

mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik.

(2) Kegiatan inti (65 menit)

(a) Guru memperkenalkan topik dan menerangkan lebih rinci topik

bahasan dalam pembelajaran di kelas.

(b) Guru menjelaskan lebih detail tentang cara menyampaikan

pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking

someone’s point of view), menyatakan sikap suka (expressing

pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure)

(c) Guru memberikan contoh cara mengucapkan ekspresi

menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta

pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap

suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure)

(d) Guru meminta siswa untuk mengungkapkan ekspresi

menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta

pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap

Page 73: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

72

suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure)

rasa suka atau tidak suka terhadap beberapa topic yang diberikan

melalui debat plus.

(e) Guru meminta siswa untuk melakukan debat.

(f) Guru memandu jalannya debat dan menilai kemampuan berbicara

bahasa Inggris siswa

(g) Guru mengoreksi dan membahas ketepatan berbicara siswa

(3) Kegiatan akhir (20 menit)

(a) menyimpulkan topik pembelajaran yang dipelajari hari ini termasuk memperbaiki kesalahan berbahasa siswa.

(b) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

(c) menutup proses belajar mengajar hari ini dan memberikan salam penutup

3) Tindakan

Fase tindakan merupakan pelaksanaan dari skenario pembelajaran yang

telah dirancang pada tahap perencanaan.

4) Pengamatan

Pada fase ini, pengamatan difokuskan pada data yang diperoleh di kelas

selama siklus I berlangsung dengan mengamati hasil dari pengajaran

keterampilan berbicara di kelas (metode debat plus).

Page 74: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

73

5) Refleksi

Pada fase ini, guru mendeskripsikan dan mengevaluasi hasil dari tindakan

pada siklus I dengan tujuan untuk selanjutnya merancang rencana tindakan

treatment pada siklus II.

Data yang berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes akhir siklus

I, dievaluasi dan dihitung menggunakan rumus untuk menentukan skor perolehan

masing-masing siswa. Demikian pula data kualitatif yang diperoleh akan

dijabarkan dalam bentuk tulisan secara deskriptif.

3.5.3 Siklus II

Siklus II dibagi menjadi empat tahapan, sama halnya pada siklus I, masing-masing

tahapan dijabarkan sebagai berikut:

1) Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, persiapan yang dilakukan sebelum

mengaplikasikan metode debat plus dalam kegiatan pengajaran berbicara

di kelas adalah sebagai berikut:

a) Skenario pembelajaran dibuat untuk digunakan pada siklus II

b) Mempersiapkan materi ajar dan topik-topik yang dapat diperdebatkan

untuk melatih keterampilan berbicara siswa

c) Mempersiapkan tes akhir untuk diberikan kepada siswa di akhir siklus

berdasarkan materi yang diajarkan.

Page 75: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

74

2) Pelaksanaan

Fase pelaksanaan di siklus II ini merupakan fase dimana penelitian yang

telah direncanakan tersebut dilaksanakan di kelas. Rancangan pelaksanaan

penelitian pada siklus II sebagai berikut:

(1) Pendahuluan (15 menit)

(a) Guru mengucapkan salam kepada siswa

(b) Guru mengecek kehadiran siswa

(c) Guru menyampaikan topik bahasan yang akan diajarkan

tentang bagaimana melakukan presentasi lisan menyampaikan

pendapat dan alasan yang mendukung dengan meode debat

plus dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan

topik.

(2) Kegiatan inti (65 menit)

(a) Guru memperkenalkan topik dan menerangkan lebih rinci topik

bahasan dalam pembelajaran di kelas.

(b) Guru menjelaskan lebih detail tentang cara melakukan

presentasi lisan dengan baik, mencakup hal-hal yang harus

diperhatikan dalam menyampaikan presentasi (Introduction,

body, conclusion)

(c) Guru meminta siswa untuk membagi diri dalam kelompok,

yaitu kelompok pro dan kontra, 1 kelompok terdiri dari 3

orang.

Page 76: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

75

(d) Guru memberikan beberapa topic, dan mengundi topic serta

mengundi kelompok yang maju untuk mengungkapkan

pendapat, mempertahankan pendapat, dan disertai alasan.

(e) Guru memandu jalannya debat dan menilai kemampuan

berbicara bahasa Inggris siswa

(f) Guru membahas kesalahan berbahasa Inggris siswa dan

mengoreksinya dengan ekpresi bahasa yang tepat.

(g) Guru memberikan contoh cara mengucapkan ekspresi yang

tepat dan meminta siswa untuk mengungkapkan ekspresi yang

tepat tersebut.

(3) Kegiatan akhir (20 menit)

(a) menyimpulkan topik pembelajaran yang dipelajari hari ini

termasuk memperbaiki kesalahan berbahasa siswa.

(b) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

(c) menutup proses belajar mengajar hari ini dan memberikan

salam penutup

3) Tindakan

Pada fase tindakan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

dirancang tadi mulai dilaksanakan.

4) Pengamatan

Page 77: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

76

Pengamatan difokuskan pada data yang diperoleh di kelas selama siklus II

berlangsung dengan mengamati hasil dari pengajaran keterampilan

berbicara di kelas (metode debat plus).

5) Refleksi

Pada fase ini, guru mendeskripsikan dan mengevaluasi hasil dari tindakan

pada siklus II. Jika hasil dari tindakan pada siklus II mencapai target, maka

pemberian tindakan dicukupkan.

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

Ada 2 (dua) jenis data dalam penelitian ini. Data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil jurnal kegiatan pada setiap tindakan

(treatment) di masing-masing siklus. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari

data hasil tes awal siswa, tes akhir I, dan tes akhir II dan kuesioner. Kedua data

tersebut dianalisis secara deskriptif. Hasil dari kuesioner dianalisis secara

deskriptif dengan membandingkan hasil kuesioner tes awal, kuesioner tes akhir I

dan kuesioner tes akhir II.

Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui

peningkatan keterampilan berbicara yang dikuasai siswa dari perbandingan hasil

tes awal dan tes akhir. Kriteria yang digunakan dalam penilaian keterampilan

berbicara siswa diadopsi dari Rubric Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa

oleh Simon (2005: 15). yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi siswa. Adapun

rubric penilaian yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Page 78: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

77

No Indikator Skor Penjelasan

5 (85%

-100%)

1. Penggunaan kosakata yang luas dan tepat , respon yang tepat dan mampu dipahami secara logis tanpa ada kesulitan pada pengucapan 2. Tidak terdapat kesalahan gramatika 3. Penggunaan aksen penutur asli

4 (70%

-84%)

1. Penggunaan kosakata yang cukup memadai dan luas, respon yang mampu dipahami 2. Terkadang masih terjadi kesalahan gramatika 3. Menggunakan aksen bahasa Ibu yang tidak begitu kental

3 (55%

-69%)

1.Jawaban sesuai dengan pertanyaan dan dapat dipahami, meskipun terjadi kesalahan pada pengucapan dan tata bahasa 2. Penggunaan kosakata yang memadai tapi tidak bervariasi jelas 3. Penggunaan aksen bahasa Ibu yang tidak begitu kental

2 (40%

- 54%)

1.Jawaban dapat diterima, sulit untuk dimengerti (tidak jelas didengar) Penggunaan kosakata yang kurang 2.Kesalahan mendasar pada gramatika 3.Penggunaan aksen bahasa Ibu yang kental

1 Ketepatan berbahasa (Accuracy)

1 (0%- 39%)

Jawaban tidak dapat diterima karena kesalahan dalam pengucapan sehingga menyebabkan komunikasi terganggu atau mengaburkan makna

5 (85%

-100%)

1. Dapat berkomunikasi secara efektif dan mudah 2. Dapat berbicara dengan waktu yang lama

4 (70%-84%)

Berkomunikasi secara efektif pada giliran berbicara, tapi tidak bisa berbicara pada waktu yang lama.

2 Kefasihan Berbahasa (Fluency)

3 (55%

-69%)

Dapat menyampaikan ide, tetapi dengan tergesa-gesa dan pendek.

2 (40%

- 54%)

1. Sangat tergesa-gesa dengan penggunaan ungkapan yang pendek-pendek 2. Terkadang sulit untuk dimengerti

1 (0%

- 39%)

Hampir tidak ada komunikasi

5 (85%

-100%)

Dapat memahami pembicaraan tanpa kesulitan

4 (70%-84%)

Dapat memahami pembicaraan dengan kecepatan yang normal dan bereaksi secara cepat

3 (55%

-69%)

Dapat memahami sebagian besar pembicaraan tetapi lambat memberikan reaksi

2 (40%

-54%)

Sulit mengikuti percakapan orang lain

3 Pemahaman Topic pembicaraan (Comprehensibility)

1 (0%

-39%)

Tidak dapat memahami maksud pembicaraan

4. Cara penyampaian argument, ide/pendapat (method of delivering arguments,ideas/opinions)

5 (85%

-100%)

Mampu membangun suatu kasus dengan didukung oleh argumen–argumen yang mendukung kasus berdasarkan pada pertanyaan–pertanyaan dasar berupa; Apa (What),Mengapa (Why), Bagaimana (How), dan Kesimpulannya (So What is the conclusion) urutan penyampaian terstruktur dengan baik.

Page 79: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

78

Tabel 3.1 Rubric Penilaian Keterampilan Berbicara (Simon, 2005:15)

Dalam menentukan perolehan nilai tes hasil belajar masing-masing siswa

dan rata-rata kelas, digunakanlah rumus sebagai berikut :

a. Nilai tes hasil belajar siswa menggunakan rumus:

b.Rata- rata kelas menggunakan rumus :

( Arikunto, 2002: 122)

4 (70%-84%)

Mampu menyampaikan pendapatnya tentang suatu kasus mulai dari apa (what) mengapa (why) disertai dengan pemberian kesimpulan diakhir pmbicaraan. penyampaian kurang terstruktur. setelah pemberian kesimpulan kadang ditambahkan dengan definisi (what) lagi.

3 (55%

-69%)

menyampaikan pendapatnya berfokus pada apa (what) dan mengapa (why) kemudian diulangi lagi dengan penekanan akan apa (what) yang sama dan mengapa (why) yang sama.

2 (40%

-54%)

Siswa langsung menyampaikan mengapa (why) tanpa diawali dengan apa (what) dan tanpa diakhiri dengan kesimpulan.

1 (0%

-39%)

Penyampaian ide hanya pada mengapa (why) dan sangat singkat.

Nilai = Nilai yang diperoleh siswa x 100

Jumlah skor maksimal

X = N x 100

n

Page 80: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

79

Keterangan :

X = Maen

N = Nilai total yang diperoleh siswa

N = Jumlah siswa

Sedangkan untuk menginterpretasikan skor yang berhubungan dengan

penilaian berbicara siswa, digunakan kriteria acuan penilaian milik Simon (2005:

17).

No Skor (%) Tingkat Kemampuan 1 85% - 100% Sangat baik (A) 2 70%-84% Baik (B) 3 55%-69% Cukup (C) 4 40%-54% Kurang (D) 5 0%-39% Sangat kurang (E)

Tabel 3.2 Kriteria Acuan Penilaian Keterampilan Berbicara (Simon, 2005:15)

Berdasarkan tabel di atas, kategori tingkat pencapaian siswa sebagai berikut:

1) Kategori ‘sangat baik’ apabila nilai perolehan siswa antara 85 sampai

dengan 100

2) Kategori ‘baik’ apabila nilai perolehan siswa antara 70 sampai dengan 84

3) Kategori ‘cukup’ apabila nilai perolehan siswa antara 55 sampai dengan

69

4) Kategori ‘kurang’ apabila nilai perolehan siswa antara 40 sampai dengan

54, dan

5) Kategori ‘sangat kurang’ apabila nilai perolehan siswa antara 0 sampai

dengan 39

Page 81: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

80

Hasil dari kuesioner baik pada tes awal mauoun tes akhir dihitung dan

dipersentasi dari masing-masing pertanyaan digambarkan secara deskriptif

melalui rumus sebagai berikut :

(Heaton, 1998: 25)

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk mata pelajaran bahasa Inggris

di SMA Pariwisata Kertha Wisata adalah 65, jadi berkaitan dengan hal tersebut,

pemberian treatment (siklus) akan berakhir setelah angka KKM 65 bisa diperoleh.

3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Penulisan hasil penelitian ini menggunakan metode formal dan informal.

Metode informal digunakan dalam bentuk perian dengan untaian kata-kata biasa

agar penjelasannya terkesan terinci dan terurai (Sudaryanto, 1993:145).

Sedangkan metode formal yang penyajiannya adalah perumusan dengan tanda

atau lambing-lambang dipakai sebagai pelengkap metode informal. Bentuk tanda

tau lambang yang dimaksud yaitu: A = Accuracy (ketepatan berbahasa); F =

Fluency (kelancaran berbicara); C = Comprehensibility (pemahaman topik); M =

Method of delivering argument (metode penyampaian topik); T = Transkripsi; S

= Standar.

% = jumlah siswa yang memilih pertanyaan X 100 %

Jumlah keseluruhan siswa

Page 82: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diberikan penjelasan tentang hasil penelitian yang berfokus

pada data dan analisis dari permasalahan yang dikaji yang mencakup data

kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif menunjukkan hasil belajar siswa

dalam bentuk persen dan nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil tes awal, tes

akhir I, dan tes akhir II. Selanjutnya, data tersebut dibandingkan untuk

mengetahui peningkatan siswa dalam berbicara pada setiap tindakan (treatment)

yang dilakukan. Sedangkan, data hasil kualitatif diperoleh dari kuesioner dan

jurnal kegiatan.

4.1 Permasalahan Utama Siswa Dalam Berbicara Bahasa Inggris

4.1.1 Data Sebelum Tindakan (treatment) Dilakukan

Berdasarkan hasil observasi langsung yang dilakukan terhadap siswa kelas

IX IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar ketika dilakukannya tes awal,

ditemukan bahwa siswa memiliki keterampilan berbicara yang kurang memadai.

Hal tersebut diuraikan berikut.

4.1.1.1 Pelafalan Bahasa Inggris Siswa

Pelafalan kata-kata bahasa Inggris yang tepat memiliki peranan yang

penting dalam suksesnya komunikasi dengan bahasa tersebut. Namun, pelafalan

kata dalam bahasa Inggris memiliki sifat tidak konsisten sehingga menjadi

Page 83: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

82

masalah bagi pembelajar. Bahasa Inggris memiliki 44 bunyi, yang terdiri dari 20

bunyi vokal dan 24 bunyi konsonan. Contoh lambang bunyi yang secara tidak

konsisten dibunyikan adalah oo yang dalam kata book dibaca [bʊk], tetapi dalam

kata flood dibaca [fld]; dan lambang bunyi u dibaca [u] pada put, tetapi dibaca

[] pada cut, dan dibaca [yu] pada university.

Berdasarkan hasil tes awal, ditemukan beberapa kesalahan pelafalan siswa,

kesalahan-kesalahan tersebut sebagai berikut:

1) Perubahan bunyi ”t” yang beraspirasi [th] beraspirasi menjadi t yang

tidak beraspirasi [t]

Dalam data ditemukan adanya perubahan dari [th] beraspirasi menjadi [t]

dental. Perubahan itu terjadi pada semua posisi yaitu posisi awal, tengah dan

akhir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh-contoh berikut.

(i) T : We can to take everything (data 1)

[wi: kən tik evriθIŋ]

St : We can take everything

[wi: kən t eik evriθIŋ]

(ii) T : One bottle beer mean one soul dissapear (data 2)

[wn botol bi:r min wn soul disəpe:r]

St : One bottle beer means one soul disappear

[wn botəl biər mi:nz səul disəpiər]

Page 84: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

83

(iii) T : But this one more easy to do (data 3)

[ Bt dis wn iziə tu: du:]

St : But this one is easier to do

[Bt ðis wn iz iziə tu: du:]

Transkripsi pengucapan yang muncul pada contoh kalimat di atas

menunjukkan adanya kesalahan bila dibandingkan dengan lafal bahasa

sumbernya, yakni bahasa Inggris. Kesalahan yang dimaksud adalah

pengucapan bunyi [t] pada kata take, bottle, dan but. Bunyi [th] yang

terucap adalah [t] dental (take) dan [t] retoflek (bottle,but) sedangkan [t]

dalam bahasa Inggris adalah [th] pada posisi awal yang diucapkan dengan

aspirasi [th]. [t] yang diucapkan beraspirasi didahului atau diikuti oleh

vokal baik yang muncul di tengah (bottle), awal (take), maupun di akhir

kata (but). [t] retoflek pada data ini yaitu pada kata bottle,but dipengaruhi

oleh bahasa Bali yang memiliki aksen dental (t) yang kental.

Alveolar [t] dalam bahasa Inggris dapat berdistribusi pada awal,

tengah, dan akhir kata. Jika berdistribusi pada awal kata serta langsung

diikuti oleh vokal keras bertekanan, [t] diucapkan beraspirasi. (Ladefoged,

1989: 35).

2) Perubahan bunyi dental frikatif tak bersuara [] menjadi bunyi [t]

Data menunjukkan bahwa terjadi perubahan dari bunyi dental frikatif tak

bersuara [] menjadi [t], baik pada posisi awal, tengah, dan akhir kata.

Perubahan-perubahan tersebut sebagai berikut:

Page 85: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

84

(i) T : Thank you much for the government (data 4)

[Tekyu veri mt tu: də gvermənt ]

St : Thank you very much to the government

[æk yu veri mt tu: ðə gvənmənt]

(ii) T : We looking for something important in internet. (data 1)

[wi luki for smtI im’po:tn in intənet ]

St : We are looking for something important in Internet

[wi ə: luki for smI im’p:tnt in intənet]

Contoh di atas menunjukkan adanya perubahan dari bunyi [] menjadi

bunyi [t] di awal (thank), dan tengah (something). Ini terjadi karena tidak

dimilikinya bunyi [] dalam bahasa Bali atau pun bahasa Indonesia, dan juga

karena kurang fasihnya pemakai bahasa tersebut (siswa) dalam melafalkan

bunyi [th] menjadi []. Perbedaan di antara kedua bunyi itu ialah [] sebagai

konsonan keras tak bersuara hambatannya lebih panjang, sedangkan [ð] adalah

konsonan lunak bersuara hambatannya lebih pendek. (Ladefoged, 1989: 40).

3) Perubahan bunyi [f], [v] menjadi [p]

Berubahnya bunyi konsonan [f/]dan [v] banyak ditemukan karena bunyi

konsonan seperti itu kemungkinan tidak selalu ada pada setiap bahasa.

Perubahan tersebut dapat disimak dalam data berupa kalimat yang digunakan,

sebagai berikut.

Page 86: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

85

(i) T : I have very much example (data 1)

[Ae hep peri mch ek’sa:mpl ]

St : I have a lot of examples

[Ae hæv ə lot əv Ig’za:mpl]

(ii) T : Even adolescence love play PS (data 1)

[ i:pen edəlesn lv plei PS]

St : Even adolescenct love playing PS

[i:vn ædəlesnt lv pleie PS]

(iii) T : Government never forget the vendor (data 4)

[gvenment nepə: foget de vendr]

St : Government never forget about the vendor

[gvnmnt nev: f’get baÚt vendr]

Perubahan pengucapan bunyi [f] dan [v] menjadi [p] pada contoh 1-3

dalam kata-kata very, forget (posisi awal), never, information (posisi tengah),

dan have (posisi akhir) disebabkan oleh tidak adanya kedua bunyi tersebut

dalam bahasa daerah (misalnya bahasa Bali) walaupun ada dalam bahasa

Indonesia. Namun pada data 3, siswa sudah mampu mengucapkan kata vendor

[vendr] dengan benar.

Page 87: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

86

4.1.1.2 Tata Bahasa Inggris Siswa

Pada bagian ini dicermati kesalahan yang terjadi dalam tata bahasa

Inggris yang digunakan oleh siswa.

1) Ketidaksesuaian antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda

Sejumlah data menunjukkan terjadinya ketidaksesuaian antara bentuk

kata penunjuk dengan kata benda yang mengikutinya. Kata penunjuk dalam

bentuk singular sedangkan kata benda dalam bentuk jamak.

Contoh :

(i) T : This televisons is bad influence for childrens (data 3)

St : This television is bad influence for children

(ii) T : This is our jobs as the young generation (data 2)

St : this is our duty as the young generation

(iii) T : Many peoples love play games on the internet (data 1)

St : Many people love playing games on the internet

Kata penunjuk this yang muncul pada awal kedua kata benda di

atas (pada contoh 1 dan 2) sangat tidak tepat karena tidak adanya

kesesuaian antara kata penunjuk this yang berbentuk singular dengan

kedua kata benda yang berbentuk jamak (televisions, jobs). Hal ini terjadi

karena pengaruh bahasa Bali maupun Indonesia salah satu bentuk

penjamakannya dengan mengulang kata dasar. Dalam bahasa Inggris

harus ada kesesuaian antara kata penunjuk dengan kata benda sehingga

Page 88: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

87

kalimat yang benar seperti Buku-buku ini harus dikembalikan besok, dan

Meja ini berat adalah ’these books must be returned tomorrow dan This

table is heavy, yaitu ada kesesuaian antara these dengan books, begitu

pula antara this dengan table. Pada contoh 1,3 terdapat kesalahan

penggunaan kata children dan peoples yang tidak perlu dibubuhi akhiran

’s’ karena kata children dan people sendiri sudah menunjukkan jamak.

2) Tidak adanya penanda jamak (suffix ’s’/ ’-es’) pada kata benda

jamak

Absennya suffix ’s’/’-es’ sebagai penanda jamak, ditemukan dalam

tes awal ini. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan

menerjemahkan kata mengikuti aturan bahasa Ibu mereka (bahasa Bali dan

bahasa Indonesia). Tentunya kedua bahasa ini memiliki aturan yang

berbeda dalam pemberian penanda jamak pada tiap kata bendanya dengan

aturan penanda jamak dalam bahasa Inggris. Kesalahan-kesalahan siswa

dalam hal ini dapat dilihat sebagai berikut.

(i) T : All subject of vocational school must teach in

English (data 5)

St : All subjects of vocational school must be taught in

English

Page 89: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

88

(ii) T : Many student bored with English lesson

because to many regulation on it (data 5)

St : Many students bored with the English beause there are too

many regulations in the grammar

(iii) T : Nowdays the party are need reducement (data 6)

St : Nowdays the number of the parties are need to be

reduced.

Pada contoh 1-3 di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa tidak

ada penambahan penanda jamak pada kata benda subject, student,

regulation dan party padahal sudah jelas ada kata keterangan jamak seperti

kata all (sebelum kata subject), many (sebelum kata student) dan to be

’are’ (setelah kata party) yang menandakan bahwa kata-kata benda

tersebut harus dibubuhi penanda jamak. Hal ini terjadi karena (1)

berbedanya kaedah penjamakan antara bahasa Bali maupun bahasa

Indonesia dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa Bali maupun Indonesia

penjamakan dilakukan dengan penambahan kata numeralia jamak, seperti

banyak, para atau dengan mengulang kata dasar, sedangkan dalam bahasa

Inggris penjamakan dilakukan dengan penambahan tanda pluralisasi

seperti ’s’, ’-es’, -en’ dan ’zero’ pada kata benda yang bisa dihitung.

Page 90: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

89

Contoh : Bahasa Indonesia Bahasa Inggris

Anak-anak children

Buku-buku books

Para pedagang sellers

Ikan-ikan fish (zero)

Banyak murid students

3) Terjadinya bentuk pengulangan

Bentuk pengulangan ditemukan pada kata keterangan waktu, kata

keterangan kuantitas, dan kata kerja. Bentuk pengulangan seperti itu ada

dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

Dalam data ditemukan :

(i) T : For many-many times already discussed... (data 2)

St : It have been many times being discussed

(ii) T : There very many conflicts caused by internet (data 1)

St : There are many conflicts caused by the existence of Internet

(iii)T : If we just looking and looking the past time we will never succeed

people (data 6)

St : If we are only looking at the past, we will never be succeeded.

Page 91: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

90

Many-many (contoh 1), very many (contoh 2), dan looking and looking

(contoh 3) adalah bentuk pengulangan yang sangat dipengaruhi oleh bahasa

daerah maupun bahasa Indonesia, yaitu dengan mengulang bentuk kata dasar.

Many-many (contoh 1) dikatakan benar jika digunakan dalam bahasa casual atau

bahasa pergaulan, tetapi dikatakan salah menurut aturan standar bahasa Inggris.

Dalam bahasa Inggris salah satu bentuk pengulangan dilakukan dengan

penambahan quntifier seperti much, more, dan tidak ada pengulangan dengan

mengulang bentuk kata dasar.

4) Penggunaan kata much, more untuk menyatakan lebih

Sejumlah data menunjukkan terjadi penambahan kata much dan more pada

kata sifat yang terdiri dari satu dan empat suku kata. Penambahan seperti berikut

benar dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia tetapi salah dalam bahasa

Inggris.

Contoh :

(i) T : That death punishment much strong than that (data 7)

St : The death punishment is much stronger than that one.

(ii) T : With sport people get look more young (data 8)

St : by doing sport, people look younger than they are

Pemakaian kata much dan more pada contoh 1 dan 2 di atas jika

digunakan untuk menyatakan makna lebih tidak bisa dibenarkan. Rumusan untuk

Page 92: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

91

menyatakan lebih pada kata keterangan atau kata sifat yang terdiri dari satu atau

dua suku kata dalam bahasa Inggris harus dengan menambahkan akhiran /-r/ atau

/-er/ pada kata yang terdiri dari satu atau dua suku kata sehingga menjadi

younger dan stronger. Tetapi bila kata keterangan atau kata sifat itu terdiri lebih

dari dua suku kata maka di depannya harus ditambah dengan more sehingga

menjadi more interesting.

Didalam bahasa Indonesia pemarkahan morfemis terhadap adjectiva

sepeti di dalam bahasa Inggris tidak ada, tetapi ciri adjectiva dapat diketahui

secara sintaksis, misalnya dengan mendampingkan kata-kata seperti lebih, sekali,

terlalu, agak, kurang, hampir di sebelah kata yang akan di uji.

5) Penggunaan to be untuk kata kerja bantu do atau did

Ketidaksesuaian pada pemakaian kata kerja to be juga ditemukan dalam

sejumlah data. Pemakaian kata kerja bantu do dan to be seharusnya

disesuaikan dengan jenis kata yang mengikutinya. data berikut bisa di cermati

lebih seksama.

(i) T : Are you have evidence? (data 1)

St : Do you have any evidence?

(ii) T : They are not care with the rule in the school (data 5)

St : They don’t care about the school’s rule

Page 93: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

92

(iii)T : The TV reality show is not give bad influence to the children

(data 9)

St : The TV reality shows don’t give bad influnce to the children

Penggunaan to be (am, is, are, was, were, dan been) yang disatukan

dengan kata kerja dalam kala sekarang tidaklah tepat, yang tepat adalah

menggunakan kata kerja bantu do dengan perubahan bentuknya (does, did,

dan done) agar dapat bersesuaian dengan kata kerja utama sehingga secara

berturut-turut menjadi do you (1), they do (2) dan the reality shows do.

6) Pelepasan to be pada kalimat nonverbal

Dari data yang terjaring banyak terjadi pelesapan. Dalam bahasa

Indonesia digunakan kata adalah sebagai penyepadanan kata kerja bantu, hal

tersebut dapat dilihat pada :

(i) T : This already special suggestion for students (data 5)

St : This is already special suggestion for students

(ii) T : This not bad, this already good choice (data 5)

St : This is not bad, it’s good choice already

(iii) T : Smoke will damage your lungs, you will difficult to

breath (data 2)

Page 94: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

93

St : Smoke will damage your lungs, you will be difficult to

breath

(iv) T : If the Putra Daerah more interesting to lead the regency

(data 10)

St : If the Putra Daerah is more interested to lead the regency

Pada data 1-4 tidak ditemukan to be pada tempat yang

membutuhkan to be. Seperti telah disebutkan di depan bahwa to be

disepadankan dengan adalah. Adalah dalam bahasa Indonesia merupakan

kata yang digunakan pada saat memberikan keterangan mengenai suatu

hal (misalnya yang menyangkut pekerjaan). To be diperlukan pada kalimat

tersebut karena menyangkut faktor kesesuaian antara kata penunjuk

dengan kata sifat, kata keterangan, dan kata benda.

7) Penggantian dan pelesapan kata sandang (the > )

Kata sandang ini dan itu dalam bahasa Indonesia, the dalam bahasa

Inggris. penggantian dan pelepasan kata-kata tersebut ditemukan dalam

sejumlah data.

Contoh :

(i) T : Quality number one (data 10)

St : The quatity is number one

Page 95: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

94

Pemakaian kata sandang dalam setiap bahasa memiliki kaidah

yang berbeda. Dalam bahasa Inggris kata sandang harus dipakai dalam

data 1 karena kata quality (kualitas) yang letaknya sebelum kata benda.

4.1.1.3 Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa

Tes awal menunjukkan terjadinya kesalahan dalam pemilihan kosakata yang

dikategorikan menjadi kesalahan penggunaan kosakata yang tidak tepat, hal

seperti ini muncul dikarenakan kurangnya pemahaman yang benar terhadap

makna suatu kata dan kesusahan yang dialami siswa dalam memilih sinonimi kata

tersebut. Kesalahan yang dimaksud bisa dilihat pada data yang ditampilkan dalam

contoh berikut ini.

(i) T : All the students are demanded to study regularly. (data 5)

St : All the students are requested to study regularly.

(ii) T : OSIS is one of the students’ organization in school that has

important roles and function. (data 8)

St : OSIS is one of the students’ organization in school that plays

important roles and function.

(iii)T : They speak with tourist in order to realize knowledge of English at

school (data 5)

St : They speak with tourist in order to apply knowledge of Englsh at

Page 96: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

95

School

(iv) T : The aim of ”Sekolah Bertaraf International” programs is to repair

the skill of students (data 5)

St : The aim of ”Sekolah Bertaraf International” programs is to

Improve the skill of students

(v) T : I Hope vice of University from Bali for the next time will be the

winner in Debat Contest in National (data 5)

St : I Hope representative of University from Bali for the next time

will be the winner in Debat Contest in National

Digunakannya kata-kata yang digarisbawahi pada data di atas jika

dihubungkan dengan konteks kalimat-kalimat tersebut sangat tidak tepat

karena sudah ada kata atau istilah yang benar seperti tampak pada kalimat

bahasa Inggris standar yang dihadirkan setelah bahasa Inggris hasil transkripsi

yang diutarakan oleh siswa.

Pada data 1, pemilihan leksikon demand berdasarkan arti kamus

yang berarti ‘meminta’ sehingga siswa memilih demand sedangkan sesuai

dengan konteks kalimat, request yang hampir sama artinya, jauh lebih tepat.

Dapat diamati perbedaan arti yang halus diberikan oleh kamus Oxford

Advance Learners’ of Current English. Demands didefinisikan sebagai “ask

for (something) as if ordering , or as if one has a right to, asked what I

Page 97: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

96

wanted”. ‘meminta (sesuatu) jika dipesan, atau jika berhak untuk, meminta

apa yang saya inginkan’. Sedangkan definisi request dalam kamus ini adalah:

“asking or being asked, expression of desire for something ‘meminta atau

diminta, ekpresi keinginan terhadap sesuatu’. Sehingga digunakanlah kata

‘request’ untuk menggantikan kata ‘demand’.

Kemudian pada data 2, kata have dalam kamus Oxford Advance

Learners’ of Current English didefinisikan sebagai “possess, own something

concrete : he has a house ‘(menunjukkan kepemilikan, memiliki sesuatu:

contoh, dia (L) memiliki sebuah rumah’ kemudian posisi kata ‘have’ lebih

tepat digantikan dengan kata ‘play’yang dalam Oxford Advance Learners’ of

Current English, ‘play’ didefinisikan sebagai “perform, cause to be heard”.

kata play dirasakan memiliki nuansa yang lebih idiomatik daripada have.

Sehingga kata play dapat diartikan ‘memiliki peranan penting atau memainkan

peranan penting.’

Data 3 pemilihan kata realize mungkin maksudnya ‘merealisasikan

pengetahuan,’ padahal maksudnya ‘menerapkan’. Dalam kamus Oxford

Advance Learners’ of Current English, kata realize berarti “convert (a hope,

plan, etc) into a pack”. Sehingga kata realize tersebut lebih tepat digantikan

dengan kata apply yang dalam kamus berarti “make’ practical use of

(research, a discovery) ‘membuat; penerapan dari (penelitian, sebuah

penemuan).

Kata repair pada data 4 berarti “restore (something worn or

damage) to good condition : repair the road” ‘membereskan (sesuatu yang

Page 98: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

97

dikenakan atau yang rusak) menjadi baik . Kata repair dirasakan kurang tepat

penggunaannya dalam kalimat tersebut, karena biasanya mengacu pada

‘memperbaiki barang-barang’ sehingga posisi kata ‘repair’ lebih tepat

digantikan dengan kata ‘improve’ yang dalam kamus berarti “make or become

better” ‘membuat menjadi lebih baik, meningkatkan’. Demikian halnya

dengan kata vice yang dirasakan kurang tepat digunakan dalam kalimat pada

data 5. Dijelaskan menurut kamus Oxford Advance Learners’ of Current

English bahwa vice berarti “next in rank to somebody and able to represent

them or act for them”, ‘wakil dari suatu jabatan tertinggi’. Oleh karenanya

dipilihkannya kata representative sebagai pengganti kata ‘vice’ karena sesuai

dengan definisi kata representative berarti ‘ seseorang yang dipilih untuk

berbicara atau mewakili segenap orang.

4.1.1.4 Hasil Tes Awal

Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa sebelum

dilakukannya tindakan. Hasil tes awal ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Hasil tes awal (pre-test)

Indikator

Total Nilai

% (Nilai dalam persen)

Tingkat kemampuan

Siswa

A F C M Dwipa 2 2 1 2 7 35 35% Sangat kurang Juniawan 2 2 3 1 8 40 40% Kurang Tunyasa 2 2 2 2 8 40 40% Kurang Alit 3 2 2 3 10 50 50% Kurang

Page 99: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

98

Supitri 2 3 2 3 10 50 50% Kurang Arya 2 2 1 2 7 35 35% Sangat Kurang Chintya 3 3 2 2 10 50 50% Kurang Dimas 2 2 1 1 7 35 35% Sangat kurang Eka 2 2 1 2 7 35 35% Sangat kurang Gde Bagus

2 2 3 3 10 50 50% Kurang

Indri 2 3 3 2 10 50 50% Kurang Puji 3 3 2 3 11 55 55% Cukup Suka 2 2 2 2 8 40 40% Kurang Umar 2 1 2 3 8 40 40% Kurang Windi 2 2 1 1 6 30 30% Sangat kurang Dayu Wiri

3 3 3 2 11 55 55% Cukup

Wiwin 3 3 2 2 10 50 50% Kurang Yoga 2 2 1 1 6 30 30% Sangat kurang Yoga ari 3 2 3 3 11 55 55% Cukup Rata-rata 2.3 2.2 1.9 2.1 825 Nilai 46 45 38 42 43% Kurang Catatan: A : Accuracy (ketepatan berbahasa) F : Fluency (kelancaran) C : Comprehensibility (pemahaman topik) M : Method of Delivering Arguments (cara penyampaian argumen)

Tabel di atas menggambarkan nilai yang diperoleh siswa dalam

keterampilan berbicara bahasa Inggris pada pemberian tes awal (pre-test) adalah

43% dan nilai ini sangat jauh dari nilai target, yaitu 65 %. Berdasarkan tabel hasil

tes awal di atas dapat dijelaskan bahwa comprehensibility (pemahaman topik) siswa

berada dalam kategori yang sangat kurang. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan

nilai total siswa unuk aspek comprehensibility yaitu sebesar 38% dengan nilai rata-

rata 1,9. Lima siswa memperoleh nilai 3, delapan siswa memperoleh nilai 2 dan

sisanya mmperoleh nilai 1. Pemahaman topik yang dibicarakan ini diperoleh dari isi

pembicaraan siswa selama tes awal berlangsung. Rata-rata siswa kurang mampu

Page 100: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

99

menguasai topik yang dibicarakan, hal ini dikarenakan minimnya informasi seputar

topik yang diberikan pada saat tes awal.

Elemen Method of delivering argument dicapai dengan 42%. Dalam

menyampaikan pendapatnya secara langsung, siswa tidak mengetahui teknik

penyampaian ide/pendapat yang benar, siswa cenderung langsung pada poin

pembicaraan, apakah siswa tersebut setuju ataupun tidak setuju dan langsung

memberikan alasannya. hal ini menyebabkan waktu penyampaian menjadi sangat

singkat karena sebagian besar siswa menggunakan kalimat yang pendek dan

terkadang sulit untuk dimengerti.

Elemen Fluency diperoleh dengan angka 45%. Sebagian besar siswa

masih kebingungan ketika diminta pendapatnya secara langsung, mereka

cenderung terdiam lama, meminta guru untuk mengulangi pertanyaan, dan

menyampaikan ide/pendapatnya secara tergesa-gesa dengan penggunaan

ungkapan yang pendek-pendek terkadang sulit untuk dimengerti.

Kekuranglancaran siswa disebabkan rasa grogi dan tegang ketika berbicara karena

belum terbiasa berbicara langsung tanpa diberikan waktu untuk menulis dikertas

apa yang akan dibicarakan. selain itu, kurang lancarnya siswa juga disebabkan

karena kurangnya penguasaan akan informasi tentang topik yang ditanyakan oleh

guru pada saat pre-test. Siklus berikutnya siswa perlu dimotivasi untuk

menghilangkan perasaan-perasaan grogi dan takut salah dalam berbicara bahasa

inggris.

Dan elemen terakhir Accuracy yang diperoleh dengan angka 46%. Siswa

belum mampu menggunakan bahasa secara tepat, terbukti dari tes awal ini

Page 101: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

100

ditemukan banyak kesalahan dalam ketepatan berbahasa siswa baik dari segi

pelafalan, tata bahasa dan kosa kata bahasa Inggris.

4.1.1.5 Hasil Jurnal Kegiatan Tes Awal

Tes awal dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Maret 2011. Ketika guru

memasuki kelas, para siswa menyambut dengan memberi salam dan kemudian

duduk dengan sedikit gaduh, hal ini mungkin dikarenakan guru yang masuk ke

kelas mereka bukanlah guru yang biasanya mengajar mata pelajaran bahasa

Inggris di kelas mereka. Setelah guru memperkenalkan diri dan memberitahu

mereka terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan di kelas ini, para siswa

pun menjadi agak tenang dan guru mulai mengajar.

Pertama-tama, guru mengecek daftar hadir siswa dan menjelaskan topik

yang akan mereka pelajari, yaitu pada buku pegangan Bab V “Thinking

Critically”. Proses belajar mengajar dimulai dengan penjelasan tentang subtopik

yang tertuang dalam Bab V tersebut dan aktivitas serta tes yang akan dilakukan

siswa. Pertama-tama guru menjelaskan definisi, tujuan, situasi, contoh-contoh,

dan cara mengutarakan pendapat (Expressing Opinion) dan menanyakan pendapat

(asking for opinion).

Setelah para siswa cukup paham dengan semua penjelasan yang diberikan

oleh guru, maka siswa dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar ( pro dan kontra)

dan diminta untuk menanggapi tiga buah topik yang berhubungan dengan

permasalahan umum. Adapun ketiga topik yang dipilihkan yaitu : (1) That we

Page 102: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

101

would put affirmative action toward vocational school’s graduates, (2) That

women should give equal rights in the working fields, (3) That workers’

demonstration is the best way to get sufficient income.”

Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan aktivitas ini adalah 15 menit.

Topik (motion) yang dipilih oleh siswa setelah dilakukan pengundian adalah

“That we would put affirmative action toward vocational school’s graduates.”

Kegiatan ini berjalan dengan cukup lancar, debat dipenuhi dengan argumen-

argumen dari kedua kelompok yang saling mempertahankan argumen mereka.

Argumen dari setiap siswa direkam dan dicatat oleh guru sehingga dapat diketahui

kemampuan berbicara siswa dalam mengutarakan pendapatnya. Kegiatan ini

hanya didominasi oleh siswa yang kemampuan berbahasa Inggrisnya bagus,

sedangkan sebagian besar siswa yang kemampuan bahasa Inggrisnya rendah

hanya memberikan pendapat secara singkat dan dengan kalimat same with my

friend ‘pendapat saya sama dengan teman saya’ dan terlihat tidak termotivasi

untuk mengungkapkan idenya.

Setelah kegiatan ini usai, dilanjutkan dengan pemberian tes awal (pre-test).

Siswa diminta duduk berkelompok (tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga sampai

empat siswa) dan tiap kelompok secara bergiliran maju ke depan guru, selanjutnya

tiap-tiap siswa dalam kelompok diminta mengungkapkan idenya terkait dengan

topik yang diberikan oleh guru. Topik yang dipilih untuk tiap siswa dalam

kelompok berbeda. Hal ini untuk menghindari pendapat/ide yang sama dari tiap

siswa. Sehingga dapat diketahui sejauh mana kemampuan awal siswa dalam

berbicara dengan bahasa Inggris.

Page 103: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

102

Dalam penilaian, setiap indikator ditentukan skornya sebagai patokan atau

ukuran berdasarkan kategori skor yang telah ditentukan. Skor tersebut

dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori yaitu sangat kurang, kurang, cukup, baik,

dan sangat baik di tiap-tiap indikator penilaian

(accuracy,fluency,comprehensibility,dan method of delivering argument).

Kategori sangat kurang apabila siswa mendapatkan skor 1 (0-39%), kategori

kurang jika skor yang diperoleh adalah 2 (40-54%), kategori cukup jika siswa

mendapatkan skor 3 (55-69%), kategori baik jika siswa mendapatkan skor 4 (70-

84%), dan kategori sangat baik jika skor yang didapatkan siswa yaitu 5 (85-

100%).

4.1.1.6 Hasil Kuesioner Tes Awal

Setelah pemberian tes awal (pre-test) selesai, siswa diberikan kuesioner

dengan beberapa intruksi terkait dengan pengisian kuesioner tersebut. Setelah

diberikan instruksi, siswa mengisi kuesioner tersebut dalam waktu 10

menit.Tujuan dari dilaksanakan pemberian kuesioner pada saat tes awal adalah

untuk mengetahui permasalahan apa yang dihadapi siswa dalam berbicara dengan

bahasa Inggris.

Ada 8 (delapan) pertanyaan dalam kuisioner ini, 4 (empat) pertanyaan

untuk mengetahui sikap siswa terkait dengan keterampilan berbicara bahasa

Inggris dan 4 (empat) pertanyaan lagi untuk mengetahui gambaran dan tanggapan

siswa tentang teknik guru dalam mengajarkan keterampilan berbicara (speaking).

Page 104: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

103

Diantara 19 (Sembilan belas siswa), 14 siswa (73,7%) mengatakan

bahwa berbicara bahasa Inggris sangat susah dan tidak satupun dari siswa yang

menyatakan bahwa berbicara dalam bahasa Inggris itu mudah. Ketika siswa

diminta untuk berbicara dengan mengemukakan pendapatnya dalam bahasa

Inggris, 12 siswa (63,2%) merasa kurang suka dan tidak satupun yang antusias

dalam berbicara bahasa Inggris.

Enam belas siswa (84,2%) siswa mengatakan bahwa sangat penting

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbicara bahasa Inggris.

Dalam proses belajar mengajar keterampilan berbicara bahasa Inggris, 17 siswa

(89,4%) mengatakan bahwa guru mengajar dengan metode yang biasa, dimana

siswa diminta mencatat dialog ataupun percakapan di buku, kemudian

mempraktekkannya dengan membawa buku ke depan kelas, kemudian siswa

diminta untuk melakukan percakapan dengan teknik role-play. Setelah semua

siswa maju kedepan, guru tidak memberi penjelasan yang lebih terperinci tentang

pelajaran berbicara yang mereka praktekkan, demikian pula pada akhir pelajaran,

guru tidak menyimpulkan materi yang mereka pelajari ataupun yang mereka

praktekkan pada hari itu, sehingga siswapun menjadi acuh tak acuh dengan

bahasa Inggris dan menjadi pasif berbicara. Hal tersebut juga didukung dari

pernyataan beberapa siswa saat dilakukan interview langsung, siswa tersebut

menyatakan bahwa guru mengajarkan mereka cenderung berpusat pada buku

tanpa diselingi games atau permainan dan metode yang bervariatif sehingga siswa

merasa bosan dan tidak termotivasi dalam berbicara bahasa Inggris.

Page 105: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

104

Empat pertanyaan terakhir pada kuesioner dirancang untuk mengetahui

gambaran dan tanggapan siswa tentang teknik guru dalam mengajarkan

keterampilan berbicara (speaking). 15 siswa (78,9%) menyatakan kadang-kadang

guru membantu mereka dalam kegiatan berbicara di kelas. 12 siswa (63,2%)

mengatakan bahwa kadang-kadang guru membantu mereka jika menemukan

kesusahan dalam berbicara bahasa Inggris. 17 siswa (89,4%) (menyatakan bahwa

guru sangat jarang menggunakan media dalam mengajar bahasa Inggris siswa di

kelas.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa masih berpikir bahwa berbicara

bahasa Inggris merupakan aktivitas yang susah karena sangatlah susah bagi

mereka untuk mengungkapkan ide dan pendapatnya secara langsung di depan

umum dan siswa juga mengalami kesusahan dalam meningkatkan pemahaman

mereka terhadap apa yang dibicarakan tanpa suatu metode alternatif yang dapat

membantu mereka dalam berbicara bahasa Inggris sehingga mereka semakin

termotivasi dalam meningkatkan kemampuan berbicaranya.

4.1.1.7 Refleksi Tes Awal

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat tes awal, dapat

disimpulkan beberapa hal yaitu: minat dan kemampuan siswa dalam berbicara

bahasa Inggris masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh

siswa dalam tes awal. Siswa masih mengalami kebingungan, apa yang harus

mereka katakan pada saat berbicara lisan. Sehingga proses belajar mengajar

Page 106: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

105

dirasakan berjalan kurang kondusif. Sebenarnya masalah sesungguhnya yang

dihadapi siswa adalah stigma mereka akan keterampilan berbicara yang susah.

Mereka cenderung berpikiran bahwa berbicara bahasa Inggris itu sangat susah dan

mereka sangat takut salah dalam berbicara. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan

siswa pada saat interview yaitu “Belajar bahasa inggris itu susah bu. Saya selalu

takut kalau mau ngomong, saya merasa kurang menguasai kota kata, setiap saya

ingat grammar dan struktur batallah saya mengucapkan kalimat bahasa inggris.

Kalau sudah begitu bu, yang ada hanya rasa bosan, malas, dan takut salah.

Gimana ya bu?’’. Karena hal itulah siswa menjadi enggan mengemukakan

pendapat ataupun berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris.

Hasil dari analisis kuisioner menunjukkan bahwa 14 siswa (73,7%)

menyatakan bahwa berbicara mengemukakan pendapat dalam bahasa Inggris

sangat susah dan tidak satupun dari siswa yang menyatakan bahwa berbicara

bahasa Inggris itu mudah dan 16 siswa (84,2%) menyatakan bahwa sangat penting

untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Diharapkan dengan

menggunakan metode debat plus, siswa menjadi lebih termotivasi dan senang

dalam mengemukakan ide-ide mereka terkait dengan kehidupan sekitar mereka

dan isu-isu nasional yang sedang hangat diperbincangkan, sehingga akan

diperoleh hubungan antara apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka

alami. Tindakan yang dilakukan guru yaitu menegaskan kembali penerapan rumus

5W+H dalam menyampaikan pendapatnya tentang informasi terkait dengan topik

yang diberikan supaya informasi yang disampaikan utuh dan akurat. Oleh sebab

Page 107: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

106

itu, melalui teknik debat plus nantinya, siswa diajarakan cara berpendapat yang

benar sesuai dengan urutannya serta teknik yang tepat.

4.1.2 Pembahasan

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini

berfokus pada permasalahan utama yang dihadapi siswa kelas XI SMA Pariwisata

Kertha Wisata Denpasar dalam berbicara bahasa Inggris. Hasil dari tes awal

menunjukkan bahwa keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa dikategorikan

sangat rendah. Keterampilan berbicara berhak mendapatkan perhatian penting

karena berbicara memiliki tujuan utama yaitu untuk berkomunikasi. Berdasarkan

observasi yang dilakukan pada setiap pertemuan di setiap siklus, kuesioner dan

jurnal kegiatan, dapat disimpulkan hal-hal yang merupakan permasalahan utama

yang dihadapi siswa dalam berbicara bahasa Inggris sebagai berikut:

1) Guru tidak pernah mengecek kesalahan siswa

Kadang-kadang karena disibukkan dengan nilai yang harus dicapai pada

mata pelajaran bahasa Inggris yang diajarkan, guru cenderung

menganggap remeh tata bahasa pada aspek keterampilan berbicara siswa.

2) Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional

Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa siswa dan guru selama proses

observasi, dapat disimpulkan bahwa metode dan teknik mengajar yang

digunakan selama ini masih sangat konvensional. Teknik dan metode

pengajaran yang konvensional, seperti siswa diberikan topik untuk

Page 108: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

107

dikembangkan menjadi dialog, atau diberi situasi dengan teknik role-play

yang pada akhirnya dipresentasikan, seolah-olah sangat membosankan dan

kurang menantang bagi siswa. Selain itu, selama ini proses belajar

mengajar keterampilan berbicara (speaking) juga sangat jarang

menggunakan media atau fasilitas yang dapat mencerahkan atmosfer

pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dirasakan sangat monoton.

3) Motivasi belajar siswa yang masih rendah

Dari hasil pengamatan selama proses pemberian tes awal, baik sebelum

maupun sesudah pemberian tes awal, ditemukan bahwa motivasi siswa

selama proses belajar dan mengajar juga kurang baik. Kalau sedang tidak

diperhatikan, mereka lebih memilih untuk berbicara dengan bahasa

Indonesia atau bahasa daerah dan yang dibicarakan umumnya adalah

topik-topik di luar mata pelajaran. Ketika seorang dari mereka

mempresentasikan sesuatu di depan kelas, siswa yang lainnya cenderung

untuk kurang memperhatikan presentasi.

4) Anggapan siswa terhadap bahasa Inggris itu sukar

Sebagian besar siswa diselimuti oleh sebuah pemikiran bahwa pelajaran

Bahasa Inggris yang mereka anggap sukar untuk dikuasaisehingga mereka

dipenuhi semacam perasaan enggan mempelajari bahkan, mengucapkan

bahasa Inggris.

Page 109: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

108

5) Kesulitan memilih kata-kata yang padanan bahasa Indonesianya

sama

Sama halnya dengan Bahasa Indonesia, bahasa Inggris juga memiliki

padanan kata. Hal ini membuat siswa sulit dalam menentukan kosakata

yang tepat dalam berkomunikasi lisan. Misalnya saja kata “tall” dan

“high”, kedua kata itu memiliki padanan yang sama dalam bahasa

Indonesia, kadang-kadang siswa masih salah dalam menggunakan kedua

kata tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas terutama dalam

penguasaan keterampilan berbicara siswa yang masih sangat rendah, telah

dilakukan treatment dengan metode debat plus yang terbukti efektif dalam

meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa SMA Pariwisata

Kertha Wisata Denpasar.

4.2 Mekanisme Penerapan Metode Debat Plus dalam Pembelajaran Bebicara

Bahasa Inggris

4.2.1 Data Siklus I

Siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Seluruh kegiatan pada siklus I ini dijabarkan sebagai berikut:

4.2.1.1 Perencanaan Siklus I

Sebelum kegiatan dilaksanakan, skenario pengajaran, Jurnal kegiatan,

topik debat, lembar kerja siswa untuk masing-masing sesi telah dirancang

Page 110: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

109

sehingga diharapkan proses belajar mengajar nantinya berjalan sesuai dengan

yang diharapkan.

4.2.1.2 Pelaksanaan Siklus I

Siklus ini terdiri dari 4 (empat) pertemuan. Pertemuan pertama, kedua dan

ketiga adalah penerapan metode debat plus dalam meningkatkan keterampilan

berbicara berbahasa Inggris siswa dan pertemuan ke-empat diisi dengan

pemberian tes akhir I. Tes akhir I dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan

keterampilan berbicara siswa setelah dilaksanakannya tes awal. Kuesioner tes

akhir I dilaksanakan setelah tes akhir I usai dilakukan. Tujuan diberikannya

kuesioner pada tes akhir I ini adalah untuk mengetahui kesan dan respon siswa

terkait dengan metode debat plus yang berikan. Semua aktivitas yang dilakukan

pada siklus I ini direkam dalam rekaman dan jurnal kegiatan.

4.2.1.3 Hasil Jurnal Kegiatan sesi I Tes Akhir I

Observasi ini dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2011. Ketika guru

memasuki kelas, siswa mengucapkan salam. Kemudian guru membalas salam dan

mengecek kehadiran siswa. Pada hari ini, 100 % siswa hadir.

Pada hari ini guru menjelaskan kembali cara menyampaikan pendapat

dengan benar baik cara menanyakan pendapat kepada seseorang (asking for

opinion), memberikan pendapat (giving opinion), pernyataan setuju (agreement),

dan pernyataan tidak setuju (disagreement). Siswa memperhatikan penjelasan

Page 111: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

110

guru dan tampak beberapa siswa mencatat apa yang disampaikan dan dituliskan

guru di papan tulis.

Kemudian guru juga membahas hasil tes awal yang dilakukan siswa, dan

memberikan penjelasan terkait dengan beberapa kesalahan siswa dalam

mengutarakan pendapatnya dalam berbicara dengan bahasa inggris, baik itu pada

segi ketepatan berbahasa, kelancaran, pemahaman dan metode penyampaian

pendapat. Kemudian siswa mulai diperkenalkan dengan metode debat plus. Siswa

diberikan pemahaman tentang cara-cara mengemukakan pendapat dengan metod

debat plus, aturan-aturan dalam permainan debat plus. Kemudian guru

memberikan topic dan meminta siswa untuk membagi diri menjadi dua grup

besar. Proses pembagian grup ini dilakukan dengan meminta siswa untuk

membentuk lingkaran kemudian seluruh siswa diharuskan mengucapkan kata

TAK TIK TUK TOK secara bergantian. siswa yang mengucapkan kata TAK akan

bergabung 1 kelompok dengan siswa yang mengucapkan kata TUK, sedangkan

siswa yang mengucapkan kata TIK 1 kelompok dengan siswa yang mengucapkan

TOK. Topik yang dimainkan pada hari ini adalah “the house would implement

quota for woman in the parliament”. Masing-masing kelompok yang akan

berdebat diberikan waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan kelompoknya.

Kemudian siswa mulai melakukan debat. Guru menunjuk salah satu anggota

kelompok pro untuk menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi oleh

kelompok yang kontra, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mengemukakan

pendapatnya. Pada awal pelaksanaan, hanya siswa yang dapat berbahasa inggris

saja yang berani mengemukakan pendapat, siswa yang kurang fasih hanya berkata

Page 112: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

111

‘yes, I agree with my friend’s opinion” saja, tanpa menambahkan argumennya

sendiri. Padahal jika diminta untuk menuliskan pendapat mereka pada secarik

kertas, banyak sekali ide-ide yang mereka ciptakan, tapi giliran mengemukakan

secara lisan, mereka enggan.

Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari

setiap siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru dapat

melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Setelah permainan usai,

guru membahas hasil debat, menambahkan argumen untuk topik debat yang baru

saja dimainkan, mengoreksi penggunaan bahasa siswa yang kurang tepat dan

memberikan arahan kepada siswa untuk terus menggali kemampuan berbicara

bahasa Inggris mereka.

4.2.1.4 Hasil Jurnal Kegiatan sesi II Tes Akhir I

Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 1 April 2011. Seperti biasa,

siswa memberi salam kepada guru saat guru memasuki kelas. Pada pertemuan

kedua di kelas, jumlah siswa yang hadir sama dengan pertemuan pertama. Pada

hari ini, guru menjelaskan cara menyampaikan pendapat dengan benar dan cara

melakukan presentasi lisan yang mencakup introduction, body dan conclusion.

Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tampak beberapa siswa mencatat apa

yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis.

Kemudian siswa diajak untuk menyampaikan presentasinya dalam

permainan debat plus. Adapun topik-topik yang disediakan adalah: (1) That

Page 113: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

112

internet marginalize tradition, (2) That we should follow the West. , (3) school

uniform are necessary for high school students.

Kemudian siswa di bagi kedalam kelompoknya (1 kelompok terdiri dari

3 siswa) guru memberikan topik dan meminta siswa dalam grup sesi pertama

untuk mempersiapkan timnya dalam permainan debat plus. Adapun topik yang

dimainkan pada sesi ini yaitu “That we should follow the West,“ karena siswa

kelas XI IPA berjumlah 19 orang, maka terbentuklah 6 (enam) kelompok. setelah

6 (enam) kelompok terbentuk, dilakukan pengundian kelompok yang akan

berdebat hari ini. Setelah dilakukan pengundian, tim yang berdebat hari ini adalah

kelompok II dan kelompok V. Sebelum permainan dimulai, siswa diberikan kartu

pengenal bernomor dan bewarna yang berbeda untuk memudahkan guru dalam

proses pencatatan ide pada lembar guru yang ditempel di tembok. Tim pro

berwarna biru dan tim kontra berwarna merah.

KELOMPOK II (pro)

Alit Supitri Arya

KELOMPOK V (kontra)

Suka Umar Windi

Page 114: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

113

Masing-masing kelompok yang akan berdebat diberikan waktu 10 menit

untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Pada saat siswa berdiskusi, guru kembali

mengingatkan cara-cara menyatakan pendapat dengan menggunakan ekpresi yang

tepat. Kemudian siswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama kelompok pro

mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya kemudian

ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya sampai

seluruh anggota kelompok dimasing-masing tim mengemukakan pendapatnya.

Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap

siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru dapat melihat

distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Debat plus sesi pertama usai,

dilanjutkan dengan sesi ke-dua, tim yang maju kali ini akan membahas topik

“school uniform are necessary for high school students”. Tim yang maju pada

sesi ke-dua adalah: KELOMPOK 1 (pro)

Dwipa Juniawan Tunyasa KELOMPOK IV (kontra)

Gde Bagus Indri Puji

Setelah permainan sesi kedua usai, guru membahas hasil debat,

menambahkan argumen untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi

penggunaan bahasa siswa yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada

siswa untuk terus menggali kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka.

Page 115: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

114

Observasi hari ini diakhiri dengan pemberian beberapa topik untuk dimainkan

pada pertemuan selanjutnya, siswa diminta untuk menyiapkan bukti-bukti

argument mereka yang dapat menguatkan pendapatnya. Siswa pun sangat antusias

mencatat topik-topik yang ditulis di papan tulis dan telihat kompak membagi

tugas untuk mencari bahan, materi tentang topik debat dengan timnya.

4.2.1.5 Hasil Jurnal Kegiatan sesi III Tes Akhir I

Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 15 April 2011. Seperti biasa,

siswa memberi salam kepada guru saat guru memasuki kelas. Hari ini guru

menjelaskan cara menyampaikan ekspresi setuju dan tidak setuju terhadap suatu

isu. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tampak beberapa siswa mencatat

apa yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis.

Kemudian siswa diajak untuk menyampaikan pernyataan setuju atau tidak

setuju secara langsung berdasarkan situasi yang diberikan pada latihan siswa,

setelah itu dilanjutkan dengan sesi debat yang membahas topic yaitu “That

tourism exploits our culture”

Seperti biasa, sebelum permainan dimulai, siswa diberikan kartu

pengenal bernomor dan bewarna yang berbeda untuk memudahkan guru dalam

proses pencatatan ide pada lembar guru yang ditempel di tembok.

KELOMPOK III (pro)

Chintya Dimas Eka

Page 116: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

115

KELOMPOK VI (kontra)

Dayu Wiri Wiwin Yoga Yoga ari

Masing-masing kelompok yang akan berdebat diberikan waktu 10 menit

untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Pembicara pertama kelompok pro

mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya kemudian

ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra. Pada saat siswa menyampaikan

gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap siswa di lembar guru yang ditempel

di tembok untuk melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif.

Setelah permainan usai, guru membahas hasil debat, menambahkan

argumen untuk topik debat, mengoreksi pemakaian bahasa siswa yang kurang

tepat dan memberikan arahan dan motivasi kepada siswa untuk terus menggali

kemampuan berbicara bahasa inggris mereka.

4.2.1.6 Hasil Jurnal Kegiatan sesi IV Tes Akhir I

Pada hari ini, Selasa, 19 April 2011 dilaksanakan sesi ke-empat yang

diisi dengan pemberian tes akhir I. Siswa diminta duduk dalam kelompoknya dan

siswa diminta untuk mengungkapkan pendapatnya seputar topik yang dipilihkan.

Topik yang dipilihkan untuk tiap siswa berbeda-beda, hal ini untuk mengindari

adanya kesamaan pendapat diantara siswa jika diberikan topik yang sama.

Diperlukan ide-ide asli yang berasal dari pemikiran siswa itu sendiri, sehingga

Page 117: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

116

diketahui seberapa jauh peningkatan keterampilan berbicaranya termasuk

ketepatan berbahasa tiap siswa. Kegiatan ini menghabiskan waktu yang cukup

lama, mengingat sebagian besar siswa sudah mampu berbicara dalam waktu 5

menit.

4.2.1.7 Refleksi Siklus I

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat tes akhir I, dapat

disimpulkan beberapa hal yaitu: minat dan kemampuan siswa dalam berbicara

bahasa Inggris mulai menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai

yang diperoleh siswa dalam tes akhir I yaitu 64%. Siswa sudah mulai

memperhatikan ketepatan berbahasa, walaupun masih ditemukan beberapa

kesalahan dalam ketepatan berbahasa seperti penggunaan kosakata yang sudah

mulai bervariasi, kesalahan yang cukup mendasar pada grammatika dan masih

adanya aksen bahasa ibu yang kental. Dalam menyampaikan pendapat/ide, siswa

masih sangat tergesa-gesa dan cenderung mengungkapkannya dalam waktu yang

singkat walaupun cara penyampaiannya sudah cukup terstruktur.

Walaupun dalam hasil tes akhir I sudah ditemukan beberapa peningkatan

siswa, namun nilai hasil yang diperoleh siswa belum mencapai nilai target yaitu

65%. Oleh sebab itu, diperlukan untuk mengadakan siklus kedua.

4.2.2 Data Siklus II

Siklus II juga terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Segala kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II ini dijabarkan sebagai berikut:

Page 118: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

117

4.2.2.1 Perencanaan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, persiapan yang dilakukan sebelum

mengaplikasikan metode debat plus dalam kegiatan pengajaran berbicara di kelas

adalah sebagai berikut:

a) Skenario pembelajaran dibuat untuk digunakan pada siklus II dan

mempersiapkan alat dan bahan mengajar (lembar guru yang ditempel di

tembok, kartu penanda grup pro dan kontra)

b) Mempersiapkan materi ajar dan topik-topik yang dapat diperdebatkan

untuk melatih keterampilan berbicara siswa

c) Mempersiapkan tes akhir untuk diberikan kepada siswa di akhir siklus

berdasarkan materi yang diajarkan

4.2.2.2 Pelaksanaan Siklus II

Fase pelaksanaan di siklus II ini merupakan fase dimana penelitian yang

telah direncanakan tersebut dilaksanakan di kelas. Siklus II terdiri atas tiga

pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua diisi dengan pemberian tindakan,

sedangkan pertemuan ketiga diisi dengan pemberian tes akhir II.

4.2.2.3 Hasil Jurnal Kegiatan sesi I Tes Akhir II

Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 1 April 2011. Seperti biasa,

ketika guru memasuki kelas, siswa memberi salam dengan sopan. Pada pertemuan

pertama di siklus kedua ini, jumlah siswa yang hadir hanya 18 orang, 1 orang

siswa tidak masuk karena sakit. Pada hari ini guru mengingatkan kembali cara

Page 119: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

118

menyampaikan pendapat dengan benar baik dan cara melakukan presentasi lisan

yang mencakup introduction, body dan conclusion, cara mengungkapkan ekspresi

setuju dan tidak setuju, serta cara mengungkapakan pernyataan suka dan tidak

suka. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan siswa mencatat apa yang

disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis. pada kesempatan ini pula, guru

melakukan pembahasan terhadap permasalahan-permasalahan ketepatan

berbahasa siswa selama siklus I seperti membahas struktur gramatikal kalimat,

pelafalan, struktur kata dan kalimat serta pemilihan kata, hal ini guna

meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin muncul pada siklus II ini,

setelah aktivitas ini usai, dilanjutkan dengan mengundang siswa melakukan

permainan debat plus.

Topik yang dimainkan hari ini adalahh: (1) That “pacaran” motivates our

study, dan (2) That boy bands are not art.

Kemudian siswa di bagi kedalam kelompoknya dan guru memberikan

topik dan meminta siswa dalam grup sesi pertama untuk mempersiapkan timnya

dalam permainan debat plus. Adapun topik yang dimainkan pada sesi ini yaitu

“That “pacaran” motivates our study,“ kelompok yang akan berdebat kali ini

adalah:

KELOMPOK 1 (kontra)

Dwipa Juniawan Tunyasa

Page 120: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

119

KELOMPOK IV (pro)

Gde Bagus Indri Puji

Seperti biasa, siswa diberikan waktu 10 menit untuk berdiskusi dengan

kelompoknya. Kemudian siswa mulai melakukan debat. Pembicara pertama

kelompok pro mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya

kemudian ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya

sampai seluruh anggota kelompok dimasing-masing tim mengemukakan

pendapatnya. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide

dari setiap siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru

dapat melihat distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif.

Setelah permainan sesi kedua usai, guru membahas hasil debat,

menambahkan argumen untuk topik debat yang baru saja dimainkan, mengoreksi

penggunaan bahasa siswa yang kurang tepat dan memberikan arahan kepada

siswa untuk terus menggali kemampuan berbicara bahasa Inggris mereka. Pada

observasi hari ini keterampilan berbicara siswa sudah menunjukkan adanya

peningkatan. Siswa sudah tidak canggung lagi mengungkapkan pendapatnya di

depan kelas, walaupun masih ada kesalahan-kesalahan kecil dalam gramatika,

struktur kata dan kalimat.

Page 121: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

120

4.2.2.4 Hasil Jurnal Kegiatan sesi II Tes Akhir II

Observasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 29 April 2011. Seperti biasa,

siswa memberi salam kepada guru saat guru memasuki kelas. Hari ini jumlah

siswa lengkap, yakni berjumlah 19 siswa. Pada hari ini guru menjelaskan cara

mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan

seseorang (asking someone’s point of view), mengungkapkan perasaan senang

(expressing pleased) dan mengungkapkan perasaan tidak senang (expressing

displeased). Siswa memperhatikan penjelasan guru dan tampak beberapa siswa

mencatat apa yang disampaikan dan dituliskan guru di papan tulis.

Setelah siswa cukup paham dengan apa yang disampaikan oleh guru, siswa

diminta untuk melakukan beberapa latihan-latihan berbicara seperti membuat

dialog berpasangan dan dipraktekkan didepan kelas dengan menkombinasikan

berbagai ekspresi cara menanyakan pendapat, menyampaikan pendapat,

mengungkapkan setuju dan tidak setuju, suka dan tidak suka, disertai dengan cara

penyampaian yang mencakup introduction, body and conclusion. Setelah latihan-

latihan usai, siswa diajak kembali untuk melakukan permainan debat. Kemudian

siswa diajak untuk menyampaikan presentasinya dalam permainan debat plus.

Adapun topik-topik yang dipilihkan adalah disediakan adalah: (1) That internet

marginalize tradition, (2) That technology is a time bomb. Kelompok yang

berdebat hari ini adalah:

KELOMPOK II (kontra)

Alit Supitri Arya

Page 122: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

121

KELOMPOK V (pro)

Suka Umar Windi

Masing-masing kelompok yang akan berdebat diberikan waktu 10 menit

untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Pada saat siswa berdiskusi, guru kembali

mengingatkan cara-cara menyatakan pendapat dengan menggunakan ekpresi yang

tepat. Kemudian siswa mulai melakukan debat. pembicara pertama kelompok pro

mengemukakan pendapatnya, siswa menyampaikan pemikirannya kemudian

ditanggapi dan dibahas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya sampai

seluruh anggota kelompok dimasing-masing tim mengemukakan pendapatnya.

Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis ide-ide dari setiap

siswa di lembar guru yang ditempel di tembok, dari lembar ini guru dapat melihat

distribusi siswa yang aktif dan yang kurang aktif. Debat plus sesi pertama usai,

dilanjutkan dengan sesi ke-dua, tim yang maju kali ini akan membahas topik

“That technology is a time bomb”.

KELOMPOK III (kontra)

Chintya Dimas Eka

Page 123: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

122

KELOMPOK VI (pro)

Dayu Wiri Wiwin Yoga Yoga ari

Setelah permainan sesi kedua usai, guru membahas hasil debat,

menambahkan argumen untuk topik debat yang baru saja dimainkan dan

mengoreksi penggunaan bahasa siswa. Berdasarkan hasil observasi hari ini,

disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan dalam minat belajar siswa, motivasi

belajar siswa yang terlihat, suasana kelas yang tidak membosankan, karena siswa

mempersiapkan untuk tampil lebih baik dalam memepertahankan argument

mereka di depan kelas.

4.2.2.5 Hasil Jurnal Kegiatan sesi III Tes Akhir II

Pada hari ini, Jumat, 6 Mei 2011 dilaksanakan sesi ke-tiga yang diisi

dengan pemberian tes akhir II. Siswa diminta duduk dalam kelompoknya dan

siswa diminta untuk mengungkapkan pendapatnya seputar topik yang dipilihkan.

Topik yang dipilihkan untuk tiap siswa berbeda-beda. Hal ini untuk mengindari

adanya kesamaan pendapat diantara siswa jika diberikan topik yang sama.

Diperlukan ide-ide asli yang berasal dari pemikiran siswa itu sendiri, sehingga

diketahui seberapa jauh peningkatan keterampilan berbicaranya termasuk

ketepatan berbahasa tiap siswa. Topik untuk tiap-tiap siswa pada tes awal, tes

Page 124: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

123

akhir I, dan tes akhir II tidaklah sama, hal ini untuk mengukur peningkatan

kemampuan berbicara siswa.

4.2.2.6 Refleksi Siklus II

Hasil observasi pada siklus II sangat memuaskan, karena tindakan yang

dilakukan di siklus II ini berjalan dengan lancar dan siswa mampu mencapai

target 65% bahkan ada beberapa siswa yang melebihi target. 14 siswa

mendapatkan skor melebihi 65. Pada siklus ini, sebagian besar siswa sangat

antusias dalam melakukan kegiatan debat plus secara aktiv dan terlihat sangat

kritis dalam mengungkapkan ide mereka, dan menyanggah pendapat lawan.

Walaupun dalam berbicara bahasa Inggris, masih terdapat kesalahan tata bahasa

tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi hasil peningkatan berbicara mereka. Siswa

yang awalnya terlihat pasif sudah mulai aktif berbicara mengikuti siswa yang lain.

Komunikasi antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam berbahasa

Inggris secara lisan sudah mengalami peningkatan.

Page 125: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

124

4.3 Hasil Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Setelah

Tindakan dilakukan

4.3.1 Observasi Siklus I

4.3.1.1 Hasil Tes Akhir I

Hasil dari tes akhir I akan dibandingkan dengan hasil tes awal untuk

mengetahui seberapa jauh peningkatan yang dialami siswa dari tes awal sampai

pada tes akhir I.

Tabel 4.4 Hasil tes akhir 1

Indikator Total Nilai

% (Nilai dalam%)

Tingkat kemampuan

Siswa

A F C M Dwipa 3 2 3 3 11 55 55% Cukup Juniawan 4 3 3 4 14 70 70% Baik Tunyasa 3 4 3 4 14 70 70% Baik Alit 4 3 4 3 14 70 70% Baik Supitri 4 3 4 4 15 75 75% Baik Arya 3 2 2 3 10 50 50% Kurang Chintya 4 3 3 4 14 70 70% Baik Dimas 2 3 3 3 11 55 55% Cukup Eka 3 3 4 3 13 65 65% Cukup Gde Bagus

4 4 4 3 15 75 75% Baik

Indri 4 3 4 4 15 75 75% Baik Puji 4 3 3 3 13 65 65% Cukup Suka 3 3 2 3 11 55 55% Cukup Umar 4 3 4 4 15 75 75% Baik Windi 2 2 3 3 10 50 50% Kurang Dayu Wiri

3 3 3 4 13 65 65% Cukup

Wiwin 4 3 4 3 14 70 70% Cukup Yoga 2 3 3 3 11 55 55% Cukup Yoga ari 4 3 4 4 15 75 75% Baik Rata-rata 3.3 2.9 3.3 3.4 1240 Nilai 68 58 66 68 64% Cukup

Page 126: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

125

Catatan: A : Accuracy (ketepatan) F : Fluency (kelancaran) C : Comprehensibility (pemahaman) M : Method of Delivering Arguments (metode penyampaian argumen)

Tabel di atas menggambarkan nilai yang diperoleh siswa dalam

keterampilan berbicara bahasa Inggris pada tes akhir I adalah 64% dan nilai ini

hampir mendekati target , yaitu 65 %. Berdasarkan tabel di atas, hasil dari elemen

Fluency mendeskripsikan tingkat kelancaran berbicara siswa masih kurang

walaupun sudah ada sedikit peningkatan . Hal ini ditandai dengan perolehan nilai

total yang dicapai sebesar 58% dengan nilai rata-rata 2,9. Kekuranglancaran siswa

masih disebabkan rasa grogi dan tegang ketika berbicara karena belum terbiasa

berbicara langsung tanpa diberikan waktu untuk menulis dikertas apa yang akan

dibicarakan. Selain itu, kurangnya penguasaan akan informasi tentang topik yang

ditanyakan oleh guru pada saat tes awal juga masih menjadi kendala. Walaupun

siswa sudah diberikan topik-topik yang akan diperdebatkan untuk selanjutnya

dicarikan informasi terkait topik-topik tersebut, pada kenyataannya sebagian siswa

masih belum mampu menyampaikan argumennya tanpa membaca materi. Dalam

menyampaikan argumennya, seringkali siswa berbicara terputus-putus, bahkan

antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang

mengganggu pembicaraan, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan

sebagainya. Banyak juga ditemukan kesalahan pelafalan yang menyebabkan

kurang efektifnya penggunaan bahasa siswa.

Berdasarkan tabel hasil tes akhir I, elemen comprehensibility berada

dalam kategori cukup. Rata-rata siswa cukup paham dengan topik yang

Page 127: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

126

ditanyakan kepada mereka, karena topik-topik masalah yang peneliti berikan

adalah masalah-masalah seputar dunia siswa yang dekat dengan kehidupan siswa

di sekolah. Siswa yang kurang memahami topik tersebut disebabkan oleh topik

yang diterimanya kurang disenangi, sehingga ia kurang menguasai topik

permasalahan yang diterimanya ketika berbicara menyampaikan ide/pendapatnya

kepada guru pada saat tes akhir I.

Hasil dari indikator elemen accuracy dalam tes akhir I masih sangat kurang.

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari indikator accuracy adalah 3.3 (68%) dan

dinilai bahwa hasilnya cukup meningkat jika dibandingkan saat tes awal.

Ditemukan ada 10 (sepuluh) siswa yang mendapat nilai 4 pada indikator ketepatan

berbicara.

Sedangkan elemen method of delivering arguments, diperoleh nilai rata-rata

siswa pada indikator ini yaitu 3.4 atau 68% siswa sudah cukup mampu

menyampaikan idenya dengan baik. Siswa menyampaikan ide/pendapatnya diawali

dengan pemberian definisi ‘apa’ (what), kemudian mnjelaskan ‘mengapa’ (why)

dan memberikan kesimpulan di akhir penyampaian idenya. namun sebagian siswa

masih kurang paham, sehingga setelah menyampaikan kesimpulan, merka

cenderung menegaskan lagi bagian definisi ‘apa’ (what), kemudian mnjelaskan

‘mengapa’ (why) dan menutup kembali pembicaraan.

4.3.1.2 Pelafalan Bahasa Inggris Siswa

Pada bagian ini dicermati peningkatan yang terjadi dalam pelafalan kata-

kata bahasa Inggris siswa.

Page 128: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

127

1) Bunyi [t] yang sudah beraspirasi [th]

Dalam data ditemukan adanya peningkatan pelafalan dari [th] beraspirasi.

Contoh :

(i) T : Thousand people die because drug (data 1)

[θoʊznd pi:pel daI bikɒz əv drg]

St : Thousand people die because of drug

[θaʊznd pi:pl daI bikɒz əv drg]

Setelah dilaksanakannya tindakan (siklus I) ditemukan adanya

peningkatan dalam pelafalan, transkripsi pengucapan yang muncul pada contoh

kalimat di atas menunjukkan adanya peningkatan pelafalan bunyi [t] pada kata

thousand [θaʊznd]

2) Peningkatan bunyi [f], [v] menjadi [p]

Peningkatan bunyi [f], [v] dapat disimak dalam data berupa kalimat yang

digunakan, sebagai berikut:

(i) T : Start from last february in this school all students not allow brings

handphone (data 4)

[sta:t from lɑ:st februəry in dis skul ol stju:dn nαt əloud briŋ

henphʊn]

St : It’s started from last februəry all students are not allowed to bring

handphone in this school.

[sta:t frəm la:st februari ɔ:l stju:dnt ə: nαt ələud tu briŋ hæn fəun

in ðis skul]

Page 129: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

128

(ii) T : Most the society still fanatic about the govermental sistem in

province (data 2)

[moʊs ov de sosαiəti stil fənætik əbout the gʌvənməntɑl sistəm in

Provins]

St : Most of the society still fanatic about the governmental system in

provinsi.

[məust əv ðe sə’sαiəti stil fənætik əbαut ðə gʌvənməntl sistəm

in prɒvins]

(iii) T : The phenomena of national examination always make student

nervous (data 5)

[ðe fənominən ov nænəl egzæmineIn ɔ:lweiz meIk stju:dnt

ne:vəs]

St : The phenomenon of national examination always make student

nervous

[ðe fə’nominən əv naænəl igzæmineIn ɔ:lweiz meIk stju:dnt

nɜ:vəs]

(iv) T : Each party must have the philosophy of Bhineka tunggal

Ika (data 6)

[i:t parti mas həv ðə fəilosəfi əv Bhineka tunggal ika]

St : Each party must have the philosophy of Bhineka tunggal

Ika

Page 130: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

129

[i:t pa:ti məst həv ðə fəlosəfi əv Bhineka tunggal ika]

(v) T : They can to enjoy see new up date fashion in Internet (data 7)

[ðeI kən tu enƷɔI si: nju əp tu deIt fesn in intənet]

St : They can enjoy searching up to date fashion in the internet

[ðeI kən inƷcI s3:tfiŋ Ap tu deIt fæsn on ðə intənet]

Pelafalan bunyi [f] dan [v] yang tepat pada contoh 1-5 menunjukkan terjadinya

peningkatan pada pelafalan bahasa Inggris siswa. Pada siklus I siswa sudah mulai

berhati-hati dalam memproduksi bunyi-bunyi bahasa Inggris saat berbicara.

3) Perubahan bunyi [au], [dƷ], [ə], [o], [ɒ] , [ɜ] menjadi [o],[d ], [a], [a] dan

[o], [e]

Pada tes akhir I ditemukan adanya kesalahan baru, kesalahan ini tidak

ditemukan pada tes awal karena pada tes awal siswa belum mampu

mengemukakan pendapatnya secara gamblang, karena siswa masih berkutat pada

rasa takut untuk memproduksi bunyi dan ketidaktahuan siswa akan bunyi bahasa

tersebut. Berikut ditampilkan kesalahan pelafalan bahasa Inggris yang ditemukan

pada tes akhir siklus I ini.

Data menunjukkan banyak terjadi perubahan bunyi dari bahasa Inggris ke

bahasa Bali maupun bahasa Indonesia. Perubahan-perubahan yang dimaksud bisa

dicermati pada contoh-contoh berikut:

(i) T : Thousand people die because of drug (data 1)

[tosənd pi:pel daI bikoz əv drg]

Page 131: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

130

St : Thousand people die because of drug

[θaUznd pi:pl daI bikqz əv drg]

(ii) T : It proved that 70% persons prefer live in the village (data 8)

[it pru:v ðæt 70% p3:sn prife: liv in ðə vilid]

St :It proved that 70% persons prefer live in the village

[it pru:v ðæt 70% p3:sns prIfʒ: liv in ðə vilidƷ]

(iii) T : The government should give special attention to the poor (data 9)

[ðə gʌvənmən səd giv spəsial əenn tu ðə pɔ:]

St : The government should give special attention to the poor

[ðə gʌvənmən səd giv spəl ə’tenn tu ðə pɔ:]

(iv) T : All the material must present in English (data 10)

[ɔl ðə matərial məst prizentid in iŋgli]

St : All the materials must be presented in English

[ɔl ðə mətiəriəl məst bi prizentid in iŋgli]

(v) T : The human resourches quality in Indonesia need to increase

[ðə hju:mən risc kwaleti in indonesia nid tu Inkri:sd] (data 10)

St : The human resourches quality in Indonesia need to be increased

[ðə hju:mən risc:s kwDləti in indonesia nid tu bi Inkri:sd]

Page 132: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

131

(vi) T : Teenage film bring many problem (data 2)

[ti:nid film briŋs meni probləms]

St : Teenage film brings many problems

[ti:neidƷ film briŋs meni prabləms]

(vii) T : The phenomena of national examination always make

student nervous (data 5)

[ðə penominən əv naænəl egzæmineIn ɔlweis meIk stju:dnt

ne:ves]

St : The phenomenon of national examination always make student

nervous

[ðə fə’nominən əv naænəl igzæmineIn ɔ:lweiz meIk stju:dnt

nɜ:vəs]

Jika diperhatikan data di atas maka dapat kita lihat beberapa perubahan

bunyi vokal. Perubahan bunyi vokal seperti itu disebabkan oleh kuatnya

pengaruh bahasa daerah sehingga cara mengucapkannya disesuaikan dengan

apa yang tertulis dengan membaca salah satu dari vokal rangkap tersebut. Oleh

karena itu terjadilah perubahan-perubahan seperti yang tampak pada contoh di

atas, yakni :

contoh 1 [au] berubah menjadi [o] pada kata thousand, contoh 2 [dƷ] berubah menjadi [d] pada kata village, contoh 3,4 [ə] berubah menjadi [a] pada kata special dan material, contoh 5 [O] berubah menjadi [a] pada kata quality, contoh 6 [ɒ] berubah menjadi [o] pada kata problem,,

Page 133: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

132

contoh 7 [ɜ] berubah menjadi [e] pada kata nervous.

4.3.1.3 Tata Bahasa Inggris Siswa

Pada bagian ini akan dicermati peningkatan dalam tata bahasa siswa,

diantaranya:

1)Kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda

Pada tes akhir I ditemukan adanya peningkatan sejumlah data yang menunjukkan

terjadinya kesesuaian antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda yang

mengikutinya.

Contoh :

(i) T : This house believes that public should give a room for putra

daerah... (data 12)

St : This house believes that public should give a room for putra

daerah...

(ii) T : Sometimes the children like spend times on internet. (data 7)

St : Sometimes the children like spending their times on internet.

Kata penunjuk a yang muncul pada awal kata benda room (pada

contoh 1) sangat tepat karena a menunjukkan benda tunggal (room)

sehingga tidak diperlukan adanya penambahan benda jamak (s) pada kata

room. Demikian pula pada contoh 2, kata benda ’children’ bukanlah orang

ketiga tunggal, sehingga pada kata kerjanya (like) tidak perlu ditambahkan

akhiran ’s’.

Page 134: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

133

2) Adanya penanda jamak (suffix ’s’/ ’-es’) pada kata benda jamak

Pada siklus I ini, siswa diberikan pemahaman yang lebih mendetail

mengenai tata bahasa, terbukti pada tes akhir I ditemukan adanya peningkatan

dalam pemberian penanda jamak (suffix ’s’ / ’-es’). Peningkatan siswa dapat

dilihat sebagai berikut:

(i) T : There are so many reasons said by the government to increase the

fuel price. (data 9)

St : There are many reasons said by the government to increase the

fuel price.

(ii) T : In big cities in Indonesia there will be many problems of social

living. (data 9)

St : In the Indonesia’s big cities there will be many problems of social

living.

(iii)T : Because Bali had million cultures and arts. (data 8)

St : Because Bali had million cultures and arts

Pada contoh 1-3 di atas bisa dilihat dengan jelas bahwa

penambahan tanda jamak terhadap kata benda reason, problem, culture

dan art sudah tepat. Sudah jelas ada kata keterangan jamak seperti kata

many (sebelum kata reason,problem), dan million (setelah kata culture

dan art) yang menandakan bahwa kata benda kalimat tersebut harus

dibubuhkan penanda jamak.

Page 135: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

134

3) Pemakaian kata kerja bantu ’do/does’

Kesesuaian pada pemakaian kata kerja bantu do telah dibuktikan, berikut bisa

dicermati lebih seksama.

(i) T : They don’t keep our nation. (data 9)

St : They don’t keep our nation

(ii) T : English does not help teacher at all, the student get bored infact

students but they will bored (data 10)

St : English does not help teacher at all, the student will get bored

infact

Pemakaian kata kerja bantu ’do’ pada contoh 1 dan kata kerja bantu ’does’

pada contoh 2 menunjukkan adanya peningkatan dalam tata bahasa siswa. Proses

pemunculan verba yang berfungsi sebagai kata kerja bantu (auxiliary dengan atau

tanpa sufiks-es) pada kalimat bentuk negative dan interrogative dengan contoh

perubahan dari positive sentence menjadi negative dan interrogative sentence

seperti pada kalimat They keep our nation (contoh 1). Verba keep memerlukan

primary auxiliary ”do” untuk dapat berdistribusi dalam negative sentence karena

verba tersebut mengikuti subjek pertama jamak dan tidak mendapat imbuhan

sufiks –s, sehingga verba keep menjadi don’t keep pada kalimat They don’t keep

our nation.

Perubahan bentuk verba help (yang mendapat sufiks –es) sehingga

mengharuskan auxiliary ’do’ mendapatkan imbuhan sufiks –es sehingga menjadi

’does’, pada saat verba mengikuti subjek pertama dan personal pronoun bentuk

Page 136: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

135

tunggal, seperti pada kalimat English helps teacher (contoh 2). Berdasarkan hal

itu, verba help, dalam kasus ini, membutuhkan auxiliary ’do’ bersufik-es,

sehingga verba help mengalami perubahan bentuk menjadi doesn’t help saat

berdistribusi pada negative sentence.

4)Penggunaan to be pada kata nonverbal

Tes akhir I menunjukkan terjadinya peningkatan dalam

penggunaan ’to be’ sebelum kata-kata nonverbal. Beberapa data berikut

digunakan sebagai contoh:

(i) T : Some students are happy join competition (data 10)

St : Some students are happy to join the competiton

(ii) T : Golkar and PDI are two big parties now (data 6)

St : Golkar and PDI are two big parties now.

(iii) T : Facebook is a social network will influence student

share everything to the world (data 7)

St : Facebook is a social network that will influence students

to share everything to the world

(iv) T : If parents are more exciting if children study in

internet it will become better (data 7)

St : If parents are more exciting to let their children study

through internet it will be better

Page 137: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

136

Data 1-4 telah ditemukan pemakaian to be yang tepat. Hal ini

dikarenakan semakin tingginya motivasi belajar siswa untuk mampu

menggunakan kosa kata bahasa Inggris secara tepat.

4.3.1.4 Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa

Tes akhir I menunjukkan siswa masih mengalami kesulitan dalam

memilih kosakata yang tepat. Banyak siswa yang masih menggunakan

kosakata yang kurang tepat dalam berbicara. Kesalahan ini terjadi

disebabkan karena pengaruh terjemahan dari bahasa Indonesia yang

memiliki perbedaan kelas kata dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa

Indonesia, tidak ditemukan afiks yang menunjukkan perbedaan kelas kata,

baik itu pada kata benda, kata sifat, kata keterangan seperti yang

ditunjukkan dibawah ini.

saya sukses dalam ujian akhir. saya mendapat sukses saya mengerjakan pekerjaan itu dengan sukses.

Sementara dalam bahasa Inggris, pengklasifikasian kata pada umumnya

sangat jelas ditunjukkan, seperti contoh di bawah ini.

I succeeded in the final examination I was successful in the final examination. I did the final examination successfully.

Hasil tes akhir I menunjukkan beberapa kesalahan siswa dalam

penggunaan kosakata yang tidak tepat secara sintaksis, diantaranya.

Page 138: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

137

(i) T : With it, however our country’s development will be

succeed. (data 9)

St : ’With it, however our country’s development will be

successful.

Kata yang bergaris bawah diatas kurang tepat secara sintaksis. Hal ini

karena kata yang harus digunakan setelah ’be’ adalah kata sifat,

sementara kata ’succeed’ berfungsi sebagai kata kerja, kata yang

diperlukan adalah kata ’successful’. sehingga kalimatnya menjadi ’with

it, however our country’s development will be successful.

(ii)T : All of us boring with the English class. (data 10)

St : All of us feel bored with the English class

Kata boring pada kalimat di atas harus diganti dengan kata bored,

walaupun kedua kata tersebut termasuk dalam kelas kata sifat

(adjective). Tetapi terdapat perbedaan dalam penggunaan masing-

masing. ’bored’ digunakan untuk mendeskripsikan perasaan seseorang

akan kebosanan, sementara ’boring’ mendeskripsikan sesuatu yang

sudah tidak menyenangkan lagi. pada kalimat diatas kata ’boring’

seharusnya menggambarkan semua perasaan, jadi kata pada kalimat

Page 139: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

138

diatas harus diganti dengan kata ’bored’ sehingga maksud kalimat di

atas menjadi jelas, yaitu menggambarkan perasaan bosan para siswa.

(iii) T : Because of that we are in Bali have to tolerance in others.

(data 8)

St : ’Because of that we are in Bali have to tolerate in others

Tolerance dalam klasifikasi kelas kata termasuk kelas kata

benda. sedangkan dalam kalimat tersebut diperlukan kelas kata kerja,

yaitu kata ’tolerate, sehingga kalimat yang diharapkan menjadi

’because of that we are in Bali have to tolerate in others’

(iv) T : It was a necessary for student to study English (data 10)

St : It was necessary for student to study English

Jika menggunakan kata ’necessary’ dengan didahului ’a’ didepan kata

tersebut menunjukkan seolah-olah kata necessary adalah sebuah kata benda

(noun). padahal kata yang diperlukan untuk menyampaikan maksud kalimat di

atas adalah kata sifat (adjective), sehingga kalimat yang benar seharusnya, ’ it was

necessary for student to study English’

Page 140: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

139

Hasil dari tes akhir I ini juga menunjukkan adanya beberapa peningkatan

yang terjadi pada pemilihan kosa kata, bisa dilihat pada data yang ditampilkan

sebagai contoh berikut ini.

Contoh:

(i) T : The articles have to fulfill the technical requirements (data 6)

St : The articles have to fulfil the technical requirements

Pemilihan leksikon fulfill berdasarkan arti kamus yang berarti ‘memenuhi’

sudah tepat untuk kalimat di atas.

(ii)T : Therefore, the tutor quality will raise and the sametime the

educational quality will improve (data 10)

St : Therefore, the quality of tutors will raise and at the sametime the

educational quality will improve

Pemilihan kata improve sangat tepat karena dirasakan memiliki nuansa yang

lebih idiomatik. Dalam kamus kata improve memiliki arti ‘make or become

better’ yaitu ‘membuat sesuatu jadi lebih baik’. Sehingga pemilihan kosakata

improve dirasakan sangat tepat.

4.3.1.5 Hasil Kuesioner Tes Akhir I

Ada 8 (delapan) pertanyaan yang tercantum di kuesioner tahap II ini,

sama seperti kuesioner tahap I. 4 (empat) pertanyaan disusun untuk mengetahui

Page 141: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

140

kesan siswa tentang speaking dan empat pertanyaan lagi disusun untuk

mengetahui pendapat mereka tentang guru bahasa Inggris dalam mengajar

speaking.

Hasil kuesioner menunjukkan 15 siswa (78,9%) menyatakan bahwa

mereka menyukai belajar speaking dengan metode debat plus yang disertakan

dalam proses belajar-mengajar di kelas. Jika dibandingkan dengan hasil tes awal

jelas terlihat peningkatan yang diperoleh siswa. Saat tes awal, 14 (73,7%) siswa

menyatakan bahwa berbicara bahasa Inggris sangat sukar. Melalui metode debat,

15 siswa (78,9%) menyatakan bahwa speaking bukanlah hal yang sukar, seperti

apa yang mereka rasakan saat awal pertemuan. 16 siswa (84,2%) menyatakan

dengan metode debat banyak membantu mereka dalam mengembangkan ide-ide;

16 siswa (84,2%) menyatakan mereka jadi tahu komponen-komponen dalam

speaking yang harus diperhatikan ketika berbicara menyampaikan argument; 17

siswa (89,5%) menyatakan mereka semakin kritis dan termotivasi dalam berbicara

bahasa Inggris dan 17 (89,5%) siswa menyatakan keterampilan berbicara bahasa

Inggris mereka meningkat dan mereka semakin percaya diri dalam berkomunikasi

lisan dengan bahasa Inggris.

Hasil kuesioner ini membuktikan bahwa metode debat plus efektif dalam

meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa.

Page 142: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

141

4.3.2 Observasi Siklus II

4.3.2.1 Hasil Tes Akhir II

Hasil dari tes akhir II kelas XI IPA dalam mengungkapkan pendapatnya

menunjukkan adanya peningkatan dalam keterampilan berbicara bahasa Inggris

siswa.

Table 4.5 Hasil tes akhir II

Indikator Total Nilai

% (Nilai dalam%)

Tingkat kemampuan

Siswa

A F C M Dwipa 4 3 4 4 15 75 75% Baik Juniawan 3 3 4 3 13 65 65% Cukup Tunyasa 3 4 4 4 15 75 75% Baik Alit 4 3 3 4 14 70 70% Baik Supitri 4 4 4 4 16 80 80% Baik Arya 3 3 4 4 14 70 70% Baik Chintya 4 4 4 4 16 80 80% Baik Dimas 3 3 4 3 13 65 65% Cukup Eka 4 3 4 3 14 70 70% Baik Gde Bagus

5 4 5 5 19 95 95% Sangat baik

Indri 5 5 4 5 19 95 95% Sangat baik Puji 4 5 5 5 19 95 95% Sangat baik Suka 3 3 4 3 13 65 65% Cukup Umar 4 3 4 5 16 80 80% Baik Windi 4 3 3 3 13 65 65% Cukup Dayu Wiri

5 4 5 4 18 90 90% Sangat baik

Wiwin 4 5 5 5 19 95 95% Sangat baik Yoga 3 4 3 3 13 65 65% Cukup Yoga ari 5 4 5 5 19 95 95% Sangat baik Rata-rata 3.8 3.6 4.0 3.9 1490 Nilai 77 73 81 78 78% Baik Catatan: A : Accuracy (ketepatan) F : Fluency (kelancaran) C : Comprehensibility (pemahaman) M : Method of delivering argument (metode penyampian argument)

Page 143: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

142

Tabel di atas menggambarkan nilai yang diperoleh siswa dalam

keterampilan berbicara bahasa Inggris pada tes akhir II adalah 78% dan nilai ini

sesuai dengan nilai target, yaitu 65%.

Hasil dari indikator accuracy ini dalam tes akhir II sudah mengalami

peningkatan. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari indikator accuracy adalah

3.8 (77%) dan dinilai bahwa hasilnya sudah cukup baik. Ditemukan hanya 4

(empat) siswa yang mendapat nilai 5 pada indikator ketepatan berbicara, 9

(Sembilan) siswa mendapat nilai 4, dan 6 (enam) siswa mendapat nilai 3.

Sebagian besar siswa sudah mulai memperhatikan ketepatan berbicara bahasa

Inggris, baik pada pegucapan, pembentukan kata dan kalimat serta pemilihan kata

yang tepat.

Dari tabel hasil tes akhir II dapat dijelaskan bahwa kelancaran (fluency)

siswa dalam berbicara sudah cukup baik dan meningkat. Hal ini ditandai dengan

perolehan nilai total yang dicapai sebesar 73% dengan nilai rata-rata 3,6.

Sebanyak 3 siswa memperoleh nilai 5, 7 siswa mendapatkan nilai 4, dan 9 siswa

memperoleh nilai 3. Ekspresi siswa dalam berbicara sudah cukup baik, dengan

penekanan pada kalimat-kalimat yang tampak jelas, jeda dengan menyelipkan

bunyi ee, oo, aa, pada saat berbicara sudah tidak tampak. Ketika guru meminta

pendapat siswa akan topik yang dipilihkan, sebagian besar siswa sudah mampu

memberikan respon jawaban yang cepat, sehingga guru tidak perlu mengulang

lagi memberikan pertanyaan seperti halnya yang terjadi pada tes awal siswa,

sebelum dilakukannya siklus I dan II.

Page 144: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

143

Tabel menunjukkan penguasaan topik siswa berada dalam kategori baik.

Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai total siswa sebesar 81%. Rata-rata

siswa cukup paham dengan topik yang ditanyakan kepada mereka, karena topik-

topik masalah yang peneliti berikan adalah masalah-masalah seputar dunia siswa

yang dekat dengan kehidupan siswa di sekolah. Siswa juga sudah mulai aktif

mencari bahan-bahan yang dapat dijadikan referensi untuk kasus-kasus dalam

topik perdebatan yang dilakukan di kelas. Sehingga hal tersebut mampu

memperkaya kosakata siswa. Referensi itu mereka dapat dari berbagai media

massa cetak dan internet.

Siswa dalam menyampaikan pendapat/idenya telah menggunakan kata-

kata yang cukup bervariasi, dan informasi yang disampaikan juga sudah cukup

mendetail. Dalam penyampaian ide/pendapatnya, siswa sudah mampu berbicara

secara terstruktur. Terbukti dengan diperolehnya nilai rata-rata siswa pada

indikator ini yaitu 3.9 atau sekitar 78% siswa sudah mampu menyampaian idenya

dengan baik. Siswa menyampaikan ide/pendapatnya diawali dengan pemberian

definisi ‘apa’ (what), kemudian menjelaskan ‘mengapa’ (why) dan memberikan

kesimpulan di akhir penyampaian idenya. Hal ini tentu saja dikarenakan motivasi

belajar siswa yang telah meningkat, suasana belajar dikelas yang baik, siswa

bersemangat untuk tampil menjadi yang terbaik dalam menyampaikan

ide/pendapatnya dalam bahasa Inggris seputar topik-topik yang dipilihkan.

Page 145: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

144

4.3.2.2 Pelafalan Bahasa Inggris Siswa

Dari hasil tes akhir II, siswa mulai memperhatikan pelafalan kata-kata

bahasa Inggris dengan baik, terbukti dari data yang ditemukan pada hasil tes akhir

II ini, ditemukan adanya peningkatan pelafalan diantaranya :

1) Peningkatan pelafalan bunyi [f], [v]

Bunyi [f], [v] sudah diucapkan dengan tepat oleh siswa. Hal ini dapat disimak

dalam data berupa kalimat yang digunakan, sebagai berikut:

(i) T : Many value we can take from use english in all lesson

(data 1)

[meni velju: kən wi teik frəm jus eŋglI in ɔ:l lesns]

St : There are many values can we take from using english in

all lessons

[ðeə meni vælju: kən wi teik frəm jusiŋ iŋglI in ɔ:l lesns]

(ii) T : With sport like basketball, volleyball and footbal we can

make our brain relax (data 2)

[ baI doiŋ spɔrt laIk bα:skit bɔ:l, volibɔ:l ənd futbɔ:’

wi kən meIk α: breIn rilæks]

St : By doing sports such as basketball, volleyball, and football

we can make our brain relax

[ baI duiŋ spɔ:t sʌt əs bα:skit bɔ:l, volibɔ:l ənd futbɔ:’ wi

kən meIk α: breIn rilæks]

Page 146: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

145

Contoh di atas menunjukkan adanya peningkatan pelafalan bunyi [f] dan

[v] yang diucapkan oleh siswa.

2) Ketepatan pengucapan bunyi [ɜ]

Pada siklus II, siswa sudah mulai berhati-hati dalam mengucapkan setiap kata

pada kalimat, sehingga kesalahan pada pelafalan sudah mampu diminimalisir.

berikut ditemukan satu bukti adanya peningkatan pelafalan, yaitu :

(i) T : Government must make some work plan to help the poor (data 3)

[gʌvənmənt məst meIk sɑm wɜ:k plæns tu help ðə pɔ:]

St : Government must make some work plan to help the poor

[ gʌvənmənt məst meIk sʌm wɜ:k plæns tu help ðə pɔ:]

Ketepatan pelafalan bunyi [ɜ] menunjukkan peningkatan siswa dalam

memproduksi bunyi-bunyi bahasa Inggris.

4.3.2.3 Tata Bahasa Inggris Siswa

Pada bagian ini dicermati peningkatan tata bahasa siswa salam berbicara

bahasa Inggris, peningkatan tersebut sebagai berikut.

1) Kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda

Sebagian besar siswa sudah memperhatikan bentuk kata penunjuk dengan

kata benda yang mengikutinya. Apabila kata penunjuk dalam bentuk singular

maka tidak perlu dibubuhkan penanda jamak (s/es) pada akhir kata benda.

Page 147: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

146

Contoh :

(i) T : ... a social network problem can occur everywhere (data 4)

St : ... a social network problem can occur everywhere

(ii) T : Poverty is a damage of the indonesia government (data 5)

St : Poverty is a threat of the indonesia government

Artikel a yang muncul pada awal kedua kata benda di atas (pada contoh 1

dan 2) menunjukkan bahwa kata benda pada kalimat tersebut sudah tunggal,

sehingga tidak diperlukan adanya akhiran ’s/es’.

2)Adanya penanda jamak (suffix ’s’/ ’-es’) pada kata benda jamak

Suffix ’s’/’-es’ sebagai penanda jamak, ditemukan dalam data ini.

Siswa sudah mampu menghasilkan ujaran yang jelas dengan disertai akhiran

’s/es’ sebagai penanda jamak dari kata benda yang mereka sampaikan dalam

kalimat, contohnya dapat dilihat sebagai berikut:

(i) T : Students and their future will brighter without drug. (data 6)

St : Students and their future will be brighter without drug.

(ii) T : All students to be know result examination theirself (data1)

St : All students know their examination result.

(iii)T : Cigarettes have many consumers (data 7)

St : Cigarettes have many consumers

Page 148: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

147

Pada contoh 1-3 di atas bisa dilihat dengan jelas bahwa penambahan tanda jamak

terhadap kata benda, student, dan buyer semuanya tepat. Kata keterangan jamak

seperti kata their (setelah kata student), all (sebelum kata student) dan many

(setelah kata consumer yang menandakan bahwa kata benda kalimat tersebut

harus dibubuhkan penanda jamak.

3) Penggunaan kata kerja bantu do atau did yang tepat

Hasil siklus kedua menunjukkan adanya kesesuaian pada pemakaian kata kerja

bantu do dan disesuaikan dengan jenis kata yang mengikutinya, contoh dalam

data, yaitu :

(i) T : For example, would you like to listen your teacher teaching

science by using English language meanwhile you do not

understand what he said?” (data 1)

St : For example, would you like to listen your teacher teaching

science by using English language meanwhile you don’t

understand what he said?”

(ii) T : Many parents do not guide their children,because they busy

work. (data 8)

St : Many parents do not guide their children because they are busy

at work

Page 149: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

148

(iii) T : The fact proved that many Indonesian films do not educate the

Teenagers (data 8)

St : The fact proved that many Indonesian films do not educate the

teenagers

Penggunaan kata kerja bantu do dengan perubahan bentuknya (does, did, dan

done) agar bisa bersesuaian dengan kata kerja utama sehingga secara berturut-

turut menjadi you do not (1), many parents do not (2) dan indonesian films do not

(3).

3) Penggunaan to be sebelum kata-kata nonverbal

Data menunjukkan adanya peningkatan dalam penggunaan to be

sebelum kata-kata nonverbal. Beberapa data berikut digunakan sebagai contoh:

(i) T : There is an agreement and disagree answer (data 7)

St : There is an agreement and disagreement respon

(ii) T : If they are careless their children can use cigarette (data 7)

St : If they are careless their children can produce cigarette

Data 1-2 ditemukan pemakaian to be pada tempat yang tepat. Seperti telah

disebutkan di depan bahwa to be disepadankan dengan adalah. Sehingga pada

kalimat di atas diperlukan to be ’is’ (contoh 1) dan to be ’are’ (contoh 2).

Page 150: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

149

4.3.2.4 Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa

Data hasil tes akhir II menunjukkan peningkatan yang dialami siswa dalam

pemilihan kosa kata yang tepat, seperti:

(i) T : The meaning of study hard is to study regularly. (data 1)

St : The meaning of study hard is to study regularly.

Pada contoh 1, kata ‘mean’ merupakan kata kerja (verb), sedangkan kata

yang diperlukan dalam kalimat pada contoh 1 adalah kata benda (noun),

sehingga posisi kata ‘mean’ (verb) digantikan dengan kata ‘meaning’

(noun). Dalam kalimat tersebut, siswa sudah mampu memilih dengan tepat

kata benda (meaning) yang dimaksudkan dalam kalimat.

(ii) T : Children just study to satisfy their parents to keep the

family harmonious (data 8)

St : Children just study to satisfy their parents to keep the

family harmonious

Penggunaan kata ‘harmonious’ dinyatakan sudah tepat karena kata yang

seharusnya digunakan setelah kata ‘family’ adalah kata sifat (adjective),

sehingga kata yang digunakan adalah kata ‘harmonious’.

Page 151: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

150

(iii). T : The member of the party discuss the new regulation with

seriously(data 9)

St : The member of the party discuss the new regulation

Seriously

Kata ‘seriously’ pada contoh nomor 4 merupakan kata keterangan

(adverb). Kalimat pada contoh 4 dinyatakan sudah tepat karena

diperlukan sebuah kata keterangan untuk menerangkan kata kerja

(discuss).

(iv). T : If there many parties it will spend much money for

celebrating the feast day (data 9)

St : If there are many parties it will spend much money for

celebrating the feast day

Kata celebrating dalam contoh diatas sudah dinyatakan tepat,

karena setelah menggunakan kata for harus diikuti dengan bentuk –ing,

sehingga kata yang tepat menjadi kata celebrating.

(v) T : Because of that we are in Bali have to tolerate in others (data 4)

St : Because of that we are in Bali have to tolerate in others ...

Page 152: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

151

Demikian halnya pada contoh 5, kata tolerate yang merupakan kelas kata

kerja(verb) yang telah digunakan dengan tepat menjadi ‘to tolerate’ (verb) .

Data hasil tes akhir II masih menunjukkan beberapa kesalahan kecil yang

terjadi pada pemilihan kosa kata siswa secara semantik. Hal seperti ini muncul

dikarenakan antara lain oleh kurangnya pemahaman yang benar terhadap makna

suatu kata. Kesalahan yang dimaksud bisa dilihat pada data yang ditampilkan

sebagai contoh berikut ini.

Contoh:

(i) T : Students can practice Englsh to repair their language skill (data 1)

St : Students can practice Englsh to improve their language skill

Pada contoh di atas, pemilihan kata repair kurang tepat, karena yang dimaksudkan

dalam kalimat tersebut adalah ‘mampu meningkatkan menjadi lebih baik’. Kata

repair akan tepat jika dimaksudkna untuk menyatakan ‘memperbaiki sesuatu

benda’. Maka, kata yang tepat untuk menggantikan kata repair adalah kata

improve karena memiliki arti yang lebih idiomatik, yaitu ‘meningkatkan sesuatu

menjadi lebih baik’. Sehingga makna dan pesan dari kalimat di atas dapat

dipahami.

(ii)T : So the distance my age with my brother is about three

years (data10)

St : So the difference my age with my brother is about three years.

Page 153: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

152

Demikian pula pada contoh di atas, kata distance dirasakan tidak

tepat untuk memberikan makna ‘jarak’, karena pesan yang dimaksudkan dalam

kalimat tersebut adalah, ‘perbedaan umur’, sehingga pemilihan kata difference

lebih tepat untuk menggantikan kata distance.

Tindakan dihentikan pada siklus II karena hasil perolehan rata-rata

siswa telah sesuai dengan standar yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu 65.

hal ini juga berarti bahwa penelitian ini telah mencapai keberhasilan sesuai

dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus pra-tindakan, siklus I

dan II, diperolehlah perbandingan ketiga rata-rata siswa pada tiap tingkatannya.

Hal ini dapat disimak pada data kuantitatif hasil perolehan nilai siswa disetiap

siklus yang mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya, dapat disimak tabel

nilai rata-rata yang diperoleh siswa ditiap-tiap siklus di bawah ini.

Tabel 4.6 Nilai rata-rata tiap Siklus

Tes X Tingkat

penguasaan

Tes Awal 43 Sangat rendah

Tes Akhir I 64 Cukup

Tes Akhir II 78 Baik

Berdasarkan keseluruhan hasil belajar siswa pada siklus pra tindakan,

siklus I dan siklus II, diperolehlah perbandingan ketiga nilai rata-rata siswa pada

tiap tingkatannya ditampilkan dalam tabel diagram di bawah ini.

Page 154: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

153

Tabel 4.7 Peningkatan siswa di tiap Siklus

Data kuantitatif juga didukung oleh data kualitatif dalam penelitian ini

yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan ditiap siklus. Kuesioner yang

mencakup respon siswa terkait dengan pemberian tindakan dengan metode debat

plus mendukung peningkatan penguasaan keterampilan berbicara siswa.

0102030405060708090

TesAwal

TesAkhir I

TesAkhir II

Tes Akhir IITes Akhir ITes Awal

Page 155: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

154

BAB V

KURIKULUM, SILABUS, RENCANA PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN, MATERI, DAN EVALUASI

Bab ini membahas tentang sumbangan linguistik di dalam proses

pembelajaran dan hubungan antara linguistik dan pengajaran bahasa dalam

menyukseskan proses belajar mengajar. Dalam bab ini dibahas pula kurikulum,

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi dan evaluasi yang digunakan

selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas yang disimpulkan sangat efektif

dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan membandingkan

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi dan evaluasi yang dipakai

disekolah tempat berlangsungnya penelitian ini (SMA Pariwisata Kertha Wisata).

5.1 Linguistik Terapan

Pengajaran bahasa merupakan salah satu cabang dari linguistik terapan

(applied linguistics), karena pengajaran bahasa merupakan aktivitas yang berfokus

pada aplikasi dari ilmu bahasa. Linguistik terapan berusaha untuk menerapkan

hasil penelitian linguistik untuk keperluan praktis, atau memecahkan persoalan

praktis yang berhubungan dengan bahasa, bahasa dijadikan alat. Contoh: dalam

pengajaran bahasa dan penerjemahan mengutamakan penelitian bahasa dari segi

internal.

Dalam pengajaran linguistik termasuk juga psikolinguistik dan

sosiolinguistik membekali guru tentang teori-teori seputar hakikat bahasa, proses

Page 156: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

155

berbahasa, pemerolehan bahasa, penggunaan bahasa secara aktual dalam

komunikasi sehari-hari dan lain-lain yang bisa dijadikan asumsi dasar atau

panduan dalam menentukan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran bahasa

termasuk didalamnya adalah pengorganisasian materi.

Linguistik membekali guru dengan kemampuan untuk menganalisis aspek-

aspek bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, semantik) yang berguna dalam

mengantisipasi berbagai kemungkinan hambatan yang dihadapi dalam kegiatan

pembelajaran bahasa. Pada dasarnya metodologi pengajaran bahasa adalah cabang

linguistik terapan yang menitikberatkan perhatiannya pada kemungkinan teori-

teori linguistik dipakai, dimanfaatkan atau dipraktekkan dalam proses

pembelajaran bahasa.

5.2 Desain Kurikulum

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan

dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas).

Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan

berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama,

sosialemosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap

memasuki pendidikan dasar Richards (1985:145).

Kurikulum dikatakan sebagai bahan acuan dalam pengajaran. Kurikulum

yang berlaku saat ini dan digunakan oleh SMA Pariwisata Kertha Wisata adalah

kurikulum KTSP 2006. KTSP 2006 lebih sederhana dibandingkan KBK 2004.

Kurikulum 2006 ini didisain sedemikian rupa sehingga pembelajaran grammar

Page 157: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

156

yang monoton dieliminisasi karena pembelajaran yang fokus ke grammar bisa

membuat siswa terpaku dengan pola tata bahasa. Kini siswa bisa lebih luwes

menerapkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan, dalam

kurikulum 2006 ini siswa menjadi lebih komunikatif yaitu dengan belajar

language focus atau ungkapan kebahasaan atau expressing something, seperti

mengungkapkan pendapat, mengucapkan terima kasih, dan juga belajar

memberikan respon. Selain itu juga ada teks yang sesuai dengan kebutuhan siswa,

seperti teks dalam bentuk procedure yang biasanya sering digunakan dalam teks

berupa cooking instruction, ataupun petunjuk pemakaian suatu alat. Ada lagi teks

bergenre Analytical Exposition, Hortatory Exposition, dan Discussion yang sangat

berguna bagi siswa untuk berlatih cara mengemukakan pendapat dan berdebat

dalam tata cara yang benar.

5.3 Silabus

Silabus adalah suatu rencana yang mengatur kegiatan pembelajaran dan

pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar dari suatu mata pelajaran. Silabus

ini merupakan bagian dari kurikulum sebagai penjabaran Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Dengan demikian

pengembangan silabus ini minimal harus mampu menjawab pertanyaan sebagai

berikut: kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh peserta didik, bagaimana

cara membentuk kompetensi tersebut, dan bagaimana cara mengetahui bahwa

peserta didik telah memiliki kompetensi itu.

Page 158: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

157

Harmer (1983:19) menyatakan bahwa silabus ini akan sangat

bermanfaat sebagai pedoman bagi pengajar karena berisi petunjuk secara

keseluruhan mengenai tujuan dan ruang lingkup materi yang harus

dipelajari oleh peserta didik. Selain itu, juga menerangkan tentang

kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan

dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. Dengan berpedoman

pada silabus diharapkan pengajar akan dapat mengajar lebih baik, tanpa

khawatir akan keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, strategi belajar

mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya. (Harmer

1983:19).

5.3.1 Profil Pembelajar

Profil pembelajar mencakup tiga komponen utama yaitu, gambaran

tentang pembelajar, gambaran tentang kebutuhan belajar siswa

(pembelajar) dan gambaran tentang materi pembelajaran yang akan

diajarkan (Harmer, 1983:22).

Objek pembelajar dari penelitian ini adalah siswa kelas sebelas (XI)

IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Berikut informasi tentang

profil pembelajar pada penelitian ini.

1. Jenis Kelamin : Siswa Laki-laki dan Perempuan

2. Jumlah Siswa : 19 siswa

3. Umur : 16-17 tahun

Page 159: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

158

4. Latar Belakang Keluarga : Ekonomi menengah ke bawah

5. Tingkat kepandaian (profiency) : Rendah

6. Motivasi : Lancar berbahasa Inggris agar mampu

lulus Ujian Akhir

7. IQ rata-rata : Sedang

8. Sikap : Siswa cukup serius dalam proses

belajar mengajar dan memiliki

motivasi belajar yang cukup baik

dalam mengikuti pembelajaran

dikelas. Namun disaat tertentu

pada pertengahan proses

pembelajaran, ketika berbicara,

siswa tampak kurang konsentrasi

karena takut salah ucap, terdiam

setelah mengucapkan satu sampai

dua kalimat, tampak lelah dan

terlihat malas.

9. Minat : Meningkatkan kemampuan

berbicara bahasa Inggris siswa,

termasuk pelafalan, kosa kata

dan tata bahasa siswa.

Page 160: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

159

10. Bahasa yang dikuasai siswa : Bahasa Indonesia dan Bahasa

Ibu (bahasa Bali)

11. Latar Belakang Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Swasta

12. Tujuan Belajar : secara umum, tujuan belajar

siswa adalah mampu

berkomunikasi dalam bahasa

Inggris sehingga siswa dapat

lulus Ujian Nasional SMA.

5.3.2 Analisis Kebutuhan Belajar Siswa (Needs Analysis)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan belajar

siswa adalah mengetahui materi ajar apa yang sudah mampu dikuasai siswa, apa

yang harus mereka kuasai di akhir pembelajaran dan apa materi yang ingin

mereka ketahui. Bahan ajar disusun secara terstruktur berdasarkan kebutuhan

pembelajar dan berdasarkan rencana kegiatan belajar mengajar yang telah

ditetapkan dan harus mendukung kegiatan belajar tersebut dalam rangka mencapai

tujuan kompetensi yang diinginkan. Sebelum bahan ajar tersebut disusun, perlulah

dilakukan suatu analisis yang merupakan prosedur untuk mengumpulkan

informasi tentang kebutuhan pembelajar yang disebut dengan needs analysis

(Richard, 1986: 51). Richard menyatakan bahwa needs analysis adalah suatu

aktivitas yang mendeskripsikan perbedaan antara aktivitas bahasa apa yang sudah

Page 161: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

160

dikuasai dan dilakukan pembelajar saat ini dan aktivitas bahasa apa yang

diharapkan mampu dikuasai siswa nantinya.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, analisis kebutuhan dari

penelitian ini dapat disusun sebagai berikut:

1. Kebutuhan berkomunikasi (Communication needs) : kebutuhan

berkomunikasi yang tinggi, mengingat sekolah tempat siswa ini belajar

adalah sekolah plus pariwisata yang mengharapkan siswanya siap kerja

sehingga diperlukan kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar.

2. Prinsip Target Kebutuhan (Principal Target Needs) : mampu

berkomunikasi dengan baik dan lancar, memahami pembicaraan, mampu

menyampaikan pendapat dan mampu merespon pertanyaan dengan lafal

yang benar, tata bahasa yang tepat dan kosa-kata yang yang luas serta

mampu dipahami.

3. Kebutuhan Belajar (Learning Needs) :

a. Menyampaikan pendapat; meminta dan memberi pendapat

(expressing opinion; asking and giving opinion)

b. Menyampaikan setuju dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal

(agree and disagree)

c. Menyampaikan kesukaan dan ketidaksukaan (likes and dislike)

Page 162: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

161

d. Menyampaikan ekspresi dalam menanyakan pandangan (asking

someone’s point of view)

5.3.3 Analisis Frame Faktor (Frame Factors Analysis)

Dalam mengembangkan silabus, sangat perlu diperhatikan situasi dan

kondisi dimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan karena hal tersebut

mendukung berhasilnya proses belajar mengajar di kelas. Situasi dan kondisi yang

dimaksud meliputi, jumlah siswa di dalam kelas, tipe kelas, dan sarana parasarana

pendukung yang tersedia di kelas. Berikut dijabarkan analisis frame faktor:

1. Deskripsi kelas : Pembelajaran ini dimulai pukul 11.45-13.10 setiap

hari Selasa dan Jumat. Karena pelajaran ini dilaksanakan siang hari,

sebagian besar siswa tampak lelah, hilang semangat belajar, kurang

konsentrasi, mengantuk dan gerah karena tidak disediakan AC atau kipas

angin. Ruangan kelas cukup besar sehingga tampak sangat cukup

menampung jumlah siswa yang hanya 19 siswa.

2. Sarana dan Prasarana mengajar : teks, kartu, gambar, lembar

distribusi yang ditempel.

3. Kendala belajar yang mungkin muncul : kata-kata asing, salah

memahami arti kata, kesulitan mencari kata-kata yang dimaksud karena

ketidaktahuan siswa.

5.3.4 Tujuan (Objective)

Tujuan dari disusunnya disain pembelajaran pada penelitian ini adalah:

Page 163: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

162

1. Memotivasi siswa agar mampu lebih aktiv dalam berkomunikasi

menggunakan bahasa Inggris, seperti :

a) Siswa dapat merespon dengan benar terhadap tindak tutur:

mengungkapkan/meminta pendapat (expressing: opinion ).

b) Siswa dapat melakukan presentasi lisan dengan

menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan

berterima dalam berkomunikasi sehari-hari dengan metode

debat plus.

c) Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya dengan

menyertakan alasan.

d) Siswa dapat melakukan berbagai tindak tutur dalam wacana

lisan interpersonal/ transaksional: memberikan pernyataan

setuju dan tidak setuju

e) Siswa dapat merespons dengan benar terhadap tindak tutur:

menyatakan berbagai sikap (suka dan tidak suka).

f) siswa mampu menyampaikan ekspresi untuk menanyakan

pandangan (asking someone’s point of view) terhadap

sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of

view) mengungkapkan perasaan senang (expressing

pleased) dan mengungkpakan ekspresi ketidaksukaan

(expressing displeased) dengan bahasa yang benar.

Page 164: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

163

2. Mengembangkan tingkat penguasaan kosa-kata siswa dan struktur

tata bahasa Inggris siswa.

Keempat elemen tersebut (profil pembelajar, analisis kebutuhan belajar

siswa, analisis frame faktor, dan tujuan ) merupakan dasar dari

perencanaan awal pembelajaran.

Silabus yang digunakan untuk kelas XI IPA SMA Pariwisata

Kertha Wisata adalah Silabus Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu

pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Muatan Lokal Bahasa

Inggris yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar Badan Standar Nasional Pendidikan untuk kelas XI. Silabus Sekolah

ini terdiri atas Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi

Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, dan Alokasi

Waktu. Berikut ditampilkan silabus bahasa Inggris kelas XI SMA

Pariwisata Kertha Wisata Denpasar.

Page 165: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

164

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu

(Menit)

Mendengarkan

1. Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari

Berbicara

3. Mengungkapkan makna dalam teks percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari

1.1 Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: setuju dan tidak setuju, perasaan senang /tidak senang (pleased, displeased)

Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: Menyampaikan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap suatu setuju dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal.

o Setuju-senang

o tidak setuju-tidak senang

o setuju-suka

o tidak setuju-tidak suka

Melakukan studi pustaka untuk mengidentifikasi berbagai ungkapan setuju dan tidak setuju, senang, tidak senang beserta responnya secara kelompok.

Mendengarkan percakapan transaksional/interper-sonal melalui tape secara klasikal

Mendiskusikan tindak tutur yang digunakan dan responnya dalam percakapan yang didengar secara berkelompok

Bermain peran secara berkelompok

Mengidentifikasi makna tindak tutur mengungkapkan setuju

Merespon tindak tutur tidak setuju

Mengidentifikasi makna tindak tutur tidak setuju

Merespon tindak tutur tidak setuju Mengidentifikasi makna tindak

tutur tidak senang Merespon tindak tutur tidak

senang

Menggunakan tindak tutur setuju-suka

Merespon tindak tutur menasehati Menggunakan tindak tutur tidak

setuju-tidak suka

Tertulis

Quiz

Tugas

Tugas

Performans

2 x 45 menit

2x 45 menit

Page 166: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

165

5.6 Silabus SMA Pariwisata Kertha Wisata

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi Waktu

(Menit)

Berbicara

5. mampu memahami presentasi lisan secara terstruktur dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-har berbicara

6. mampu menggunakan ekpresi dalam menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) (expressing point of view)) dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari

5.2 Merespon makna dan langkah dalam sebuah presentasi lisan yang menggunakan ragam bahasa secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari

6.2 Menyampaikan ekspresi dalam menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) memberikan pandangan (expressing point of view)

Memahami struktur sebuah tes lisan dengan menyimak

(introduction, body,conclusion)

menanyakan

pandangan (asking someone’s point of view) memberikan

pandangan (expressing point of view)

Menyimak sebuah naskah presentasi

Mendiskusikan berbagai aspek dari teks seperti isi, struktur teks, secara berkelompok.

mampu menggunakan kalimat untuk menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) memberikan pandangan (expressing point of view)

Membaca nyaring bermakna

naskah presentasi ragam tulis yang dibahas dengan ucapan dan intonasi yang benar

Mengidentifikasi topik dari teks yang dibaca

Mengidentifikasi informasi tertentu dari teks presentasi

memberikan pandangannya terhadap sebuah acara televise dan film dengan menggunakan ekpresi menyampaikan pandangan secara tepat.

quiz

Tes tertulis

tugas

Tugas

Performans

2 x 45

2 x 45

Page 167: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

166

SILABUS

Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas : XI Semester : II Aspek : Speaking (berbicara) Standar kompetensi : Siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan

ragam bahasa lisan secara lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur

penilaian Kompetensi dasar

Materi pembelajaran

Kegiatan pembelajaran

Indikator

Teknik Instrument contoh

Alokasi waktu

Sumber belajar

Siswa mampu mengungkapkan / menyampaikan pendapat, ide, opini dan memberi pendapat dengan benar dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari

Menyampaikan Pendapat (Expressing opinion)

* Asking for opinion

1. what do you think about?

*Giving opinion

1. I think that… I believe that…

siswa memperhatikan pemaparan tentang cara menyampaikan pendapat (asking for opinion, giving opinion,

Menggunakan ekspresi menyampaikan pendapat,memberi pendapat

Memprakktekan penggunaan ekspresi dalam menyampaikan pendapat dengan melakukan debat secara berkelompok

membahas kesalahan dalam penggunaan bahasa yang dilakukan slama kegiatan berdebat.

mengulas kembali topic yang dibahas sehingga memungkinkan adanya pendapat tambahan dari siswa

siswa

memperhatikan pemaparan tentang cara menyampaikan pendapat.

melakukan presentasi lisan

Memprakktekapresentasi lisan

siwa mampu menggunakan kalimat untuk menyampaikan pendapat, menanyakan pendapat, pernyataan setju dan tidak setuju dalam praktik berdebat perkelompok

merespon dengan benar terhadap tindak tutur : mengungkapkan pendapat.

Observasi

Melakukan role play menanyakan pendapat, menyampaikan pendapat, menyatakan setuju dan ketidaksetujuan

Melakukan debat dengan Motion/topik debat

A: “what do you think about living in Bali and living in Jakarta?”

B: “……………!”

Siswa akan lebih memahami cara menyampaikan pendapat dengan berpartisipasi langsung dalam kegiaan debat

2 x 45minutes

Buku Look a head II

Progress handbook

Kangguru Indonesia

Guidelines for debating

Page 168: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

167

Siswa mampu menampilkan presentasi lisan(debat plus) tentang suatu topic secara terstruktur dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari

Melakukan presentasi lisan memaparkan informasi atau pendapat tentang suatu topik yang diberikan dengan memperhatikan tahapan-tahapan presentasi lisan.

*state the topic of presentation (e.g., today I will discuss a primary school classroom)

*give the listener a plan of what is to be discussed (e.g., I will first consider two points in favour”)

*use connectives that can help your audience have a sense of structure (e.g, firstly, secondly..

* give signal to the listener that the talk is almost finished: “In conclusion …”

dengan topic yang diberikan secara berkelompok

membahas kesalahan dalam penggunaan bahasa yang dilakukan slama kegiatan presentasi

mengulas kembali topic yang dibahas sehingga memungkinkan adanya pendapat tambahan dari siswa

siswa mampu

melakukan presentasi lisan secara berkelompok dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari

siswa mampu menyampaikan pendapat dan alasan dengan menggunakan bahasa yang tepat.

Observasi

Melakukan presentasi sesuai dengan aturan melakukan presentasi

“well good morning member of this house, in this lovely occasion I would like to discuss about the role of education…”

2 x 45minutes

Buku Look a head II

Progress handbook

Guidelines for debating

New interchange book

penilaian Kompetensi dasar

Materi pembelajaran

Kegiatan belajar Indikator

Teknik Instrumen Contoh

waktu

Sumber belajar

Siswa mampu mengungkapkan / menyampaikan pernyataan setuju dan tidak setuju dengan benar dengan menggunakan ragam bahasa

Menyampaikan setuju dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal. (Expressing agreement dan disagreement)

Siswa memperhatikan pemaparan tentang cara menyampaikan pernyataan setuju dan ketidaksetujuan terhadap

siwa mampu menggunakan kalimat untuk menyampaikan pernyataan setuju dan tidak setuju

Observation

debat

Membuat dialog sigkat menyatakan setuju dan tidak setuju berdasarkan model yang

A: I don’t think that some parents are wise. they don’t listen to us?

B. I agree

1x 90 minutes

Buku Look a head II

Progress handbook

Guidelines for debating

LKS Kreatif

Page 169: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

168

lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari

*agreement (I agree, I think so,etc)

*disagreement (I don’t think so, I disagree,etc)

suatu hal Menggunakan

ekspresi menyampaikan pernyataan setuju dan tidak setuju

Memprakktekan penggunaan penyataan setuju dan tidak setuju dalam menyampaikan pendapat

membahas kesalahan dalam penggunaan bahasa yang dilakukan slama kegiatan berdebat.

mengulas kembali topic yang dibahas sehingga memungkinkan adanya pendapat tambahan dari siswa

dalam siswa

mampu merespon dengan baik tindak tutur yang tepat

diberikan

Melakukan debat dengan Motion/topik debat yang diberikan

with you. the try to give us a lot of advice

Advanced Learning English II

P O S T T E S T I

Siswa mampu mengungkapkan ekpresi suka dan tidak suka terhadap sesuatu fenomena,topic,hal yang ada dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari

Menyampaikan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap suatu setuju dan ketidaksetujuan terhadap suatu hal. (Expressing like and dislike )

*Likes (I like, I love, I am keen on, I am crazy about, we all enjoy, etc)

*dislike (I don’t really like, I dislike, I am not really interested in, can’t enjoy, I can’t stand, I hate,etc)

Siswa memperhatikan pemaparan tentang cara menyampaikan pernyataan suka dan tidak suka terhadap sesuatu

Menggunakan ekspresi menyampaikan suka dan tidak suka dengan bahasa yang benar

Memprakktekan penggunaan penyataan suka dan tidak suka dengan memeberikan pendapat terhadap gambar yang diberikan (berkelompok).

membahas hasil dari pemaparan kelompok (ketepatan berbahasa)

siwa mampu menggunakan kalimat untuk menyampaikan suka dan tidak suka terhadap sesuatu secara tepat.

melakukan debat dengan menggunakan ungkapan suka dan tidak suka terhadap topic yang dipilihkan dan menyampaikan pendaoatnya berdasarkan kesukaan atau ketidak sukaan tersebut

Observation

debat

Siswa memberikan tanggapan suka dan tidak suka terhadap movies/tv programs yang diberikan.

Melakukan debat dengan Motion/topik debat yang diberikan

A: Do you like the comedian series bajaj bajuri?

B. …

“I like watching “Liputan 6”, personally I believe that watching Liputan 6 not only gives me the latest information, but also increasesmy awareness about the environment”

..

1 x 90 minutes

Buku Look a head II

Progress handbook

Guidelines for debating

Advanced Learning English II

Siswa mampu menggunakan ekpresi dalam menanyakan pandangan

Menyampaikan ekspresi dalam menanyakan pandangan (asking someone’s

Siswa memperhatikan pemaparan tentang cara menanyakan

siswa mampu menggunakan kalimat untuk

Observation

Debat

Siswa memberikan pandangannya terhadap sebuah acara televise

2 x 45 minutes

Buku Look a head II

Progress handbook

Page 170: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

169

Tabel 5.7 Silabus Penelitian Tindakan Kelas

Silabus pada tabel di atas merupakan silabus yang digunakan selama

penelitian ini. Silabus ini diadopsi dari silabus mata pelajaran bahasa Inggris yang

digunakan oleh SMA Pariwisata Kertha Wisata dari Depdiknas (2008:52) dan

dijadikan pedoman selama proses belajar-mengajar setelah sebelumnya dilakukan

(asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari

point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased)

*asking someone point of view (I’d be glad to have your view on ..)

*Expressing points of view (personally, I believe.. )

*Expressing pleased (How wonderful..)

*Expressing displeased (I am very annoyed.. )

pandangan seseorang terhadap sesuatu, cara menyampaikan pandangan terhadap sesuatu, cara mengungkapkan ekspresi suka dan ketidaksukaan

Menggunakan ekspresi menanyakan pandangan seseorang terhadap sesuatu, cara menyampaikan pandangan terhadap sesuatu, cara mengungkapkan ekspresi suka dan ketidaksukaandengan bahasa yang benar

Memprakktekan penggunaan penyataan menanyakan pandangan seseorang terhadap sesuatu, cara menyampaikan pandangan terhadap sesuatu, cara mengungkapkan ekspresi suka dan ketidaksukaan dengan benar melalui latihan menyampaikan pandangan

membahas hasil dari pemaparan kelompok (ketepatan berbahasa)

menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan bahasa yang benar.

melakukan debat dengan menggunakan ekspresi menyampaikan pandangan akan suatu permasalahan yang muncul.

dan film dengan menggunakan ekpresi menyampaikan pandangan secara tepat.

Guidelines for debating

Bahan Ajar SMA (Dispora Prov. Bali)

LKS Kharisma

LkS Kretif

P O S T T EST II

Page 171: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

170

beberapa pengubahan dan pengembangan kegiatan belajar dan indikator sesuai

dengan kebutuhan pada penelitian. Jika dibandingkan dengan silabus milik SMA

Pariwisata Kertha Wisata yang selama ini digunakan oleh sekolah ini, diamati

sangat sedikit sekali disorot kompetensi dasar berbicara dan kegiatan belajar yang

dilakukan siswa sesuai dengan indikator yang tercantum pada silabus tersebut

terlihat masih monoton.

Silabus yang digunakan masih kurang mencapai target, khususnya untuk

standar kompetensi berbicara. Dirasakan guru cenderung berfokus pada standar

kompetensi membaca (reading), menulis (writing) dan mendengarkan (listening).

Hal ini dikarenakan guru lebih berfokus pada target Ujian Nasional yang lebih

mengutamakan kompetensi membaca (reading), dan kompetensi mendengarkan

(listening). Padahal, pada semester genap ini setelah 3 bulan belajar di kelas siswa

kelas XI disekolah ini akan melakukan program praktek ke industri

(pariwisata,ekonomi bisnis) sehingaa sekiranya diperlukan penguasaan bahasa

inggris yang aktif terutama dalam aspek berbicara. Untuk lebih jelasnya, dapat

disimak silabus yang digunakan oleh SMA Pariwisata Kertha Wisata dalam

semester genap ini.

Page 172: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

171

5.4 Materi

Materi yang disusun sesuai dengan silabus dan sesuai dengan kebutuhan

siswa serta tujuan yang akan dicapai. Materi selengkapnya dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 5.8 Rencana Materi Pelaksanaan Siklus

PERTEMUAN MATERI

SIKLUS I

Tes Awal dan Kuesioner I

1 Asking for opinion, Delivering opinion

2 How to make a good oral presentation (debat plus)

3 Expressing agreement dan disagreement

4 Tes akhir I Kuesioner II

SIKLUS II

1 Expressing like and dislike

2 Asking someone’s point of view, giving point of view

(Expressing pleased)

(Expressing displeased)

3 Tes akhir II Kuesioner II

Page 173: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

172

Materi 1)Ways to say it Expressing opinions

Asking other people’s opinion :

what do you think of … is that right (true) that … do you think it’s going … why do they behave like that? do you have any idea? how do you like…? please give me your frank opinion. what’s your opinion?

Expressing opinions:

in my opinion, … I personally believe … I personally think … I personally feel … from my point of view … I think … I believe … in my case … what I’m more concerned with is …

2) Learn the structure of oral presentation below

oral presentation consist of : introduction, body and conclusion.

Introduction

capture the attention and interest of your audience, perhaps with quoting a proverb or statement.

state the topic or aim of the presentation (e.g, Today I will discuss a primary school classroom”)

give any relevant background precisely

give the listener a plan of what is to be discussed (e.g, “ I will first consider two points in favour”)

Body

develop each point according to your plan

Page 174: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

173

use connective that can help your audience have a sense of structure (e.g., firstly, secondly). this is needed more frequently and more emphatically than in essay or written presentation because the listener cannot ‘see’ when a new point begins.

Conclusion

Give signal to the listener that the talk is almost finished : “In conclusion …”

Restate the main points evaluate the importance of the information draw a strong conclusion.

3) Expressing agreement and disagreement

Saying that you agree :

yes, I agree with you I’m sure you’re right that’s right that’s exactly what I think yes, I suppose so I don’t have any objections I think so too

Saying that you don’t agree politely :

I see your point, but … yes, may be, but … I don’t entirely agree with … you may be right, but … do you think so? I see what you mean, but … to some extent, yes, but … I don’t think so I don’t agree with you. I’m not sure I agree with you I don’t like the idea

Saying that you don’t agree

we will never agree not at all I disagree I think that’s nonsense

Page 175: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

174

making a conclusion

in conclusion therefore we state that … to conclude on the whole, on this basis, we agree that… from the statement we can conclude … from the facts above 4) Expressing like and dislikes (ungkapan suka dan tidak suka)

1. Ketika kita akan mengungkapkan kesukaan terhadap sesuatu, kita berkata: a. I like .. d. I am crazy about .. b. I love .. e. We all enjoy.. c. I am keen on .. f. … is my cup of tea

2. Mengungkapkan rasa tidak suka terhadap sesuatu, kita berkata : a. I don’t really like e. … is not my cup of tea b. I dislike biology f. I can’t stand c. I am not really interested in .. g. I hate it d. I can’t enjoy

5) Asking someone’s point of view: What do you think about the comedian series ‘Bajaj

Bajuri?’ Excuse me, what do you feel about the Harry Potter

and the Sorcerer’s Stone? What are your feelings about the two characters which

were terrified by a tyrannosaurus rex in Jurassic park? have you got any comments about the latest album on

Padi? what is your reaction to …? I’d be glad to have your view on …

Expressing points of view:

Fantastic! I always love the ‘Bajaj Bajuri’ serial and all of the silly ideas of these series

personally I believe … In my view … it seems to me … From my point of view … well, to my mind this … to be perfectly frank …

Page 176: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

175

5.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau

lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. RPP ini dapat

digunakan oleh setiap pengajar sebagai pedoman umum untuk melaksanakan

pembelajaran kepada peserta didiknya, karena di dalamnya berisi petunjuk secara

rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang

harus diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus

digunakan. Oleh karena itu, dengan berpedoman RPP ini pengajar akan dapat

mengajar dengan sistematis, tanpa khawatir keluar dari tujuan, ruang lingkup

materi, strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang

seharusnya. RPP akan membantu si pengajar dalam mengorganisasikan materi

standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin

timbul dalam pembelajaran.

Baik pengajar maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang

hendak dicapai dan cara mencapainya. Dengan demikian pengajar dapat

mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatian dalam

pembelajaran yang telah diprogramkannya. Sebaliknya, tanpa RPP atau tanpa

persiapan tertulis maupun tidak tertulis, seorang pengajar akan mengalami

kesulitan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Seorang pengajar yang

belum berpengalaman pada umumnya memerlukan perencanaan yang lebih rinci

dibandingkan seorang pengajar yang sudah berpengalaman.

Page 177: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

176

Berikut ini dicantumkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan

dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas/Semester : XI/II Pertemuan ke :7 Hari/tanggal : Jumat, 29 April 2011 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Standar Kompetensi

Siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur

Kompetensi Dasar

Siswa mampu menggunakan ekpresi dalam menanyakan pandangan (asking

someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan

(expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased)

dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan

menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam

berkomunikasi sehari-hari

Indikator

siswa mampu menggunakan kalimat untuk menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan bahasa yang benar.

melakukan debat dengan menggunakan ekspresi menyampaikan pandangan akan suatu permasalahan yang muncul.

Page 178: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

177

Tujuan Pembelajaran siswa mampu menyampaikan ekspresi untuk menanyakan pandangan

(asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan (expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekspresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan bahasa yang benar.

siswa mampu melakukan debat dengan menggunakan ekspresi menyampaikan pandangan diserta alasan yang logis.

Materi Pokok

Asking someone’s point of view: What do you think about the comedian series ‘Bajaj

Bajuri?’ Excuse me, what do you feel about the Harry Potter

and the Sorcerer’s Stone? What are your feelings about the two characters which

were terrified by a tyrannosaurus rex in Jurassic park? have you got any comments about the latest album on

Padi? what is your reaction to …? I’d be glad to have your view on …

Expressing points of view:

Fantastic! I always love the ‘Bajaj Bajuri’ serial and all of the silly ideas of these series

personally I believe … In my view … it seems to me … From my point of view … well, to my mind this … to be perfectly frank …

Topik yang dapat didiskusikan, misalnya:

- Is TV good or bad for students?

- Should mobile phones be banned from school?

Page 179: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

178

Kegiatan Belajar Mengajar

Guru Siswa

Kegiatan Awal

Guru mengucapkan salam kepada siswa

Guru mengecek kehadiran siswa

Guru menyampaikan topic bahasan yaitu tentang bagaimana menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure)

siswa merespon salam guru siswa memperhatikan dan

mengangkat tangan siswa memperhatikan

Kegiatan Inti

Guru memperkenalkan topik Guru menjelaskan lebih detail

tentang cara menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure)

Guru memberikan contoh cara mengucapkan ekspresi menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap suka (expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure)

Guru meminta siswa untuk mengungkapkan ekspresi menyampaikan pandangan (expressing points of view) meminta pandangan (asking someone’s point of view), menyatakan sikap suka

siswa memperhatikan siswa memperhatikan

siswa mendengarkan dengan seksama dan mengikuti cara pengucapkan ekspresi yang dicontohkan oleh guru

siwa menyampaikan pandangannya (sesuai topic yang diberikan) siswa yang mendapat giliran melakukan debat, bersiap-siap untuk menyampaikan pandangannya.

Page 180: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

179

(expressing pleasure) dan tidak suka (expressing displeasure) rasa suka atau tidak suka terhadap beberapa topic yang diberikan melalui debat plus.

Guru meminta siswa untuk melakukan debat.

Guru memandu jalannya debat dan menilai kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa

Guru mengoreksi dan membahas ketepatan berbicara siswa

siswa berdebat menyampaikan pandangan mereka.

siswa memperhatikan dan berdebat

siswa memperhatikan

Kegiatan akhir

menyimpulkan topic pembelajaran yang dipelajari hari ini

memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

menutup proses belajar mengajar hari ini dan memberikan salam penutup

siswa memperhatikan

siswa bertanya

siswa membalas salam penutup Pendekatan/metode pembelajaran:

Pendekatan komunikatif Intruksi langsung (Direct instruction) Observasi

Sumber belajar

Buku Look A head II Progress Grade XI Advanced Learning English II Bahan Ajar SMA (Dispora Prov.Bali) Listen and Learn with kangguru Indonesia II Interchange 1,2,3 by Jack C.Richards LKS Kreatif XI LKS Kharisma XI

Page 181: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

180

Penilaian

Teknik: Performance Assesment

Bentuk: diskusi dan debat

Your turn!!

Work in pairs. in turns, express an opinion about the following topic. see the model below. A : In my opinion, the local TV programs are not very good B : I don’t think so. they are generally very good

OR C : I personally think that the talk shows are very boring and long D : I don’t know about that. but I think the topics discussed are current. The quiz programs Too childish and not

challenging Appealing to younger viewers

The advertisements uninteresting Very entertaining and creative

The sports programs Too short and too localized

People don’t want to see foreign sport programs

The movies Very old-fashioned and poor quality

Many people like seeing older and well-known actors and actres

Try this Create a new short dialog based on the items given. see the model below Dialog A Sandra : There are too many silly cartoons on television lately. don’t you agree? Tony : Not at all. actually, I like cartoons because they’re very entertaining. Cartoons Western films Interviews Women’s programs

Silly programs Too much violence Gossips Luxurious fashions

Entertaining You can study English Interesting topics Up to date fashions

Dialog B Tita : I don’t think that young people should be allowed to wear strange hair styles Jono : why? What’s wrong with them? Tita : Well, I personally believe that people who wear strange hair styles will look untidy and badly-behaved. Jono : I see your point, but I think they just want to be stylish. that’s all.

Page 182: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

181

Kriteria penilaian :

Tes lisan: 0-39 (sangat kurang), 40-54 (kurang), 55-69 (cukup), 70-84 (baik), dan 85-

100 (sangat baik)

Drink alcohol smoke wear strange hair styles

Bad-mannered Dirty and smell awful untidy

Forget their problems Want to be relaxed Want to appear stylish

No Indikator Skor Penjelasan

5 (85%

-100%)

1. Penggunaan kosakata yang luas dan tepat , respon yang tepat dan mampu dipahami secara logis tanpa ada kesulitan pada pengucapan 2. Tidak terdapat kesalahan gramatika 3. Penggunaan aksen penutur asli

4 (70%

-84%)

1. Penggunaan kosakata yang cukup memadai dan luas, respon yang mampu dipahami 2. Terkadang masih terjadi kesalahan gramatika 3. Menggunakan aksen bahasa Ibu yang tidak begitu kental

3 (55%

-69%)

1.Jawaban sesuai dengan pertanyaan dan dapat dipahami, meskipun terjadi kesalahan pada pengucapan dan tata bahasa 2. Penggunaan kosakata yang memadai tapi tidak bervariasi jelas 3. Penggunaan aksen bahasa Ibu yang tidak begitu kental

2 (40%

- 54%)

1.Jawaban dapat diterima, sulit untuk dimengerti (tidak jelas didengar) Penggunaan kosakata yang kurang 2.Kesalahan mendasar pada gramatika 3.Penggunaan aksen bahasa Ibu yang kental

1 Ketepatan berbahasa (Accuracy)

1 (0%- 39%)

Jawaban tidak dapat diterima karena kesalahan dalam pengucapan sehingga menyebabkan komunikasi terganggu atau mengaburkan makna

5 (85%

-100%)

1. Dapat berkomunikasi secara efektif dan mudah 2. Dapat berbicara dengan waktu yang lama

4 (70%-84%)

Berkomunikasi secara efektif pada giliran berbicara, tapi tidak bisa berbicara pada waktu yang lama.

3 (55%

-69%)

Dapat menyampaikan ide, tetapi dengan tergesa-gesa dan pendek.

2 (40%

- 54%)

1. Sangat tergesa-gesa dengan penggunaan ungkapan yang pendek-pendek 2. Terkadang sulit untuk dimengerti

2 Kefasihan Berbahasa (Fluency)

1 (0%

- 39%)

Hampir tidak ada komunikasi

5 (85%

-100%)

Dapat memahami pembicaraan tanpa kesulitan

4 (70%-84%)

Dapat memahami pembicaraan dengan kecepatan yang normal dan bereaksi secara cepat

3 Pemahaman Topic pembicaraan (Comprehensibility)

3 (55%

-69%)

Dapat memahami sebagian besar pembicaraan tetapi lambat memberikan reaksi

Page 183: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

182

Mengetahui Denpasar, …………

Kepala Sekolah SMA (P) Kertha Wisata Guru Mata Pelajaran Bhs. Inggris

2 (40%

-54%)

Sulit mengikuti percakapan orang lain

1 (0%

-39%)

Tidak dapat memahami maksud pembicaraan

5 (85%

-100%)

Mampu membangun suatu kasus dengan didukung oleh argumen–argumen yang mendukung kasus berdasarkan pada pertanyaan–pertanyaan dasar berupa; Apa (What),Mengapa (Why), Bagaimana (How), dan Kesimpulannya (So What is the conclusion) urutan penyampaian terstruktur dengan baik.

4 (70%-84%)

Mampu menyampaikan pendapatnya tentang suatu kasus mulai dari apa (what) mengapa (why) disertai dengan pemberian kesimpulan diakhir pmbicaraan. penyampaian kurang terstruktur. setelah pemberian kesimpulan kadang ditambahkan dengan definisi (what) lagi.

3 (55%

-69%)

menyampaikan pendapatnya berfokus pada apa (what) dan mengapa (why) kemudian diulangi lagi dengan penekanan akan apa (what) yang sama dan mengapa (why) yang sama.

2 (40%

-54%)

Siswa langsung menyampaikan mengapa (why) tanpa diawali dengan apa (what) dan tanpa diakhiri dengan kesimpulan.

4. Cara penyampaian argument, ide/pendapat (method of delivering arguments,ideas/opinions)

1 (0%

-39%)

Penyampaian ide hanya pada mengapa (why) dan sangat singkat.

Page 184: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

183

I Gusti Bagus Swadaya, S.Sos IA Ekayudha Pratiwi, S.S

Rencana pelaksanaan pembelajaran diatas diadopsi dari rencana pelaksanaan

pembelajaran yang digunakan di SMA Pariwisata Kertha Wisata, dan dilakukan

beberapa pengembangan pada indikator dan kegiatan belajar siswa dikelas. Jika

dicermati pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang dipakai di SMA

Pariwisata Kertha Wisata, indikator serta kegiatan belajar yang dicantumkan

masih sederhana dan terkesan sangat singkat. Sehingga siswa tersebut belum

mampu memahami dan menggunakan materi pembelajaran pada setiap

kompetensi dasar yang disampaikan oleh guru. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan di SMA Pariwisata Kertha

Wisata sebelum dilakukan penelitian ini, sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Sma Kertha Wisata Mata Pelajaran : Bhs Inggris Kelas / Semester : XI / Genap Pertemuan ke : - Alokasi Waktu : 2 X Pertemuan (2 X 45 menit) Standar Kompetensi : Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar : mampu menggunakan ekpresi dalam menanyakan pandangan

(asking someone’s point of view) terhadap sesuatu,hal memberikan pandangan

(expressing point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan

mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dengan menggunakan

ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berkomunikasi sehari-hari

Page 185: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

184

Indikator : Mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) I. Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat memahami ekspresi yang digunakan dalam mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) dalam kehidupan sehari-hari. II. Materi Ajar : Speaking : menyatakan sikap terhadap sesuatu: mengungkapkan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased) III. Metode Pengajaran : Ceramah, tanya jawab, diskusi dan Praktek IV. Langkah Pembelajaran : A. Kegiatan Awal : - Doa - Presensi Siswa - Motivasi dengan mengarahkan siswa pada situasi pembelajaran B. Kegiatan Inti :

i. Guru menjelaskan berbagai ungkapan, menyatakan pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased)

ii. Guru menyuruh siswa membuat percakapan dengan ungkapan mengungkapkan

pandangan (expressing point of view), menanyakan pandangan (asking someone’s point of view) mengungkapkan perasaan senang (expressing pleased) dan mengungkpakan ekpresi ketidaksukaan (expressing displeased)

iii. Guru menyuruh siswa mempraktekannya didepan kelas secara berpasangan.

C. Kegiatan Akhir : - Membahas bersama - Salam penutup V. Sumber Belajar : Buku in progress 2, LKS Kharisma dan Kamus VI. Penilaian : Tugas dan unjuk kerja Tes Tulis :40-50 (kurang), 50-56 (cukup), 65-80 (baik), 80 (sangat baik).

Mengetahui Denpasar, 11 Juli 2011 Kepala Sekolah SMA (P) Kertha Wisata Guru Mata Pelajaran Bhs. Inggris

Page 186: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

185

I Gusti Bagus Swadaya, S.Sos Rebecca K.Putri , S.S

Rencana pelaksanaan pembelajaran milik SMA Pariwisata di atas

dirasakan masih jauh dari efektif. Metode pembelajaran yang dicantumkan dalam

RPP yang diterbitkan oleh Sekolah lebih banyak pada metode ceramah meskipun

metode tanya jawab, diskusi dan praktek tercantum di dalamnya. Hal ini

disebabkan karena pendekatan yang dipakai oleh sekolah adalah pendekatan

struktural yang lebih memusatkan struktur dibandingkan kepada fungsi bahasa,

sedangkan pelaksanaan RPP yang dibuat untuk penelitian ini lebih menekankan

kepada pendekatan komunikatif yang melibatkan siswa untuk banyak

berpartisipasi dalam kegiatan berbicara dan menggunakan bahasa yang dipelajari

di kelas dengan praktik berbicara dalam setiap materi ajar.

Aktivitas belajar-mengajar yang dilakukan siswa dan guru tidak dijelaskan

secara terperinci, sehingga tidak bisa digambarkan situasi belajar-mengajar di

kelas. Sedangkan RPP yang digunakan dalam penelitian ini berisikan gambaran

aktivitas belajar-mengajar dikelas, sehingga dapat dilihat distribusi keaktifan

suasana di kelas dan memudahkan proses belajar mengajar di kelas. Sumber ajar

yang dipakai oleh sekolah pada sumber tersebut, sedangkan sumber ajar yang

dipakai dalam penelitian ini mengompilasi dari berbagai sumber yang relevan

dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa RPP

Page 187: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

186

yang digunakan sebagai pedoman dalam kepentingan penelitian ini merupakan

RPP yang sangat efektif.

4.6 Evaluasi

Evaluasi pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari

dilakukannya tindakan terhadap kemampuan berbicara siswa kelas XI IPA SMA

Pariwisata Kertha Wisata Denpasar.

Tes I : Tes Awal (menilai kemampuan berbicara siswa dengan meminta siswa

menyampaikan pendapat/ide terhadap topik yang diberikan secara

langsung)

Tes II : Tes akhir I (siswa diminta untuk memberikan pendapat/ide/pandangan

apakah setuju/tidak setuju dengan topic yang diberikan secara langsung)

Tes III : Tes akhir II (siswa diminta untuk memberikan pendapat/ide/pandangan

apakah setuju/tidak setuju dengan topic yang diberikan secara langsung)

Berikut dicantumkan latihan-latihan keterampilan berbicara siswa yang digunakan

selama siklus (siklus I dan II)

Activity 1 Work in pairs. choose one of the situations here. Make a dialogue. Then, practice it in front of the class.

Page 188: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

187

Maya and Nube are discussing their new English teacher. Maya likes her, Nube doesn’t.

Akbar and Rina has just returned from a movie. Risna didn’t like it, but her boyfriend did.

Toga bought the new album of Britney Spears. He likes it, but Jacky, his friend, doesn’t.

Anggi and puspita are discussing about Bali. both of them like it. Pipit and hanum are talking about the latest fashion. they like it.

Activity 2 Show It Off Your mission Share your opinion by making your own oral presentation. you can use your own topic or choose one of these topics.

Smoking is dangerous for your health The use of mobile phones is not allowed in school School uniform are necessary for high school students.

Activity 3 Express your attitude when you agree and disagree based on the following situations. Do it orally. Number 1 has been done for you as an example.

The play ended at ten o’clock Agree : Yeah that’s right Disagree : No, it didn’t. they told me it’s at eleven

Did you know that the couple had divorced before they left the country? Agree : Disagree :

In my opinion, a man should have one wife only. marrying another woman is a crime. Agree : Disagree :

The movie played by Tom Cruise is boring. Agree : Disagree :

The rich people must have spent a lot of money for the party. Agree : Disagree :

Page 189: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

188

Think about it Look at the following picture. Then answer the questions.

Have you seen ‘Superman Returns’ movie? Did you like it? Why/why not? What kind of movies do you like to watch? How do you express your point of view about a movie?

Activity 6 Your turn Have you ever watched any of the following movies/Tv programs? give your point of view about them. see the example.

I like watching “Liputan 6”, Personally I believe that watching Liputan 6 not only gives me the latest information. but also increases my awareness about the environment.

Page 190: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

189

_____________________

_____________________ _____________________

_____________________

_____________________

_____________________

_____________________

_____________________

Page 191: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

190

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, ada

beberapa faktor yang menyebabkan penguasaan keterampilan berbicara siswa

masih dikategorikan rendah. Faktor-faktor itu meliputi: (a) guru tidak pernah

mengecek kesalahan siswa ; (b) metode pembelajaran yang digunakan masih

_____________________

_____________________

_____________________

_____________________

Page 192: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

191

sangat sederhana, siswa mencatat dialog kemudian mempraktikkannya dengan

membawa buku ke depan kelas, ; (c) motivasi belajar siswa yang masih rendah;

(d) anggapan siswa terhadap bahasa Inggris itu sukar; (e) kesulitan memilih kata-

kata yang padanan bahasa Indonesianya sama. Hal ini dapat dilihat dari hasil

kuesioner tes awal bahwa (15) 78,9% siswa mengatakan bahwa guru tidak pernah

mengecek kesalahan siswa, (12) 63,2 % siswa menyatakan bahwa motivasi belajar

mereka masih rendah, selama ini proses pembelajaran keterampilan berbicara

(speaking) juga sangat jarang menggunakan media atau fasilitas yang dapat

mencerahkan atmosfer pembelajaran sehingga proses pembelajaran terasa sangat

monoton., siswa merasa kurang suka dan tidak satu pun yang antusias dalam

berbicara, (14) 73,7 % siswa beranggapan bahwa bahasa Inggris itu sukar, dan

dalam berbicara (16) 84,2 % siswa menyatakan bahwa mereka mengalami

kesulitan memilih kata-kata yang padanan bahasa Indonesianya sama. Sebelum

metode debat plus ini diterapkan, siswa merasa kesulitan dalam berbicara dengan

bahasa Inggris. Dari hasil pengamatan awal ditemukan bahwa motivasi siswa

selama proses belajar dan mengajar juga kurang baik. Kalau sedang tidak

diperhatikan, mereka lebih memilih untuk berbicara dengan bahasa Indonesia atau

bahasa daerah dan yang dibicarakan umumnya adalah topik-topik diluar mata

pelajaran. Terkait dengan teknik dan metode pengajaran yang konvensional,

diciptakanlah sebuah inovasi dalam pembelajaran dengan memanfaatkan

permainan debat sehingga memberikan nuansa yang menyenangkan dan

menantang. Metode debat plus diperkenalkan pada pertemuan pertama dan

diaplikasikan pada tiap-tiap pertemuan di masing-masing siklus.

Page 193: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

192

Hasil tes awal menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam

berbicara bahasa Inggris masih sangat rendah. Data kuantitatif menunjukkan

bahwa nilai rata-rata siswa 43% pada tes awal yang dikategorikan ke dalam level

kurang. Data kualitatif menunjukkan banyak kesalahan dalam pelafalan siswa, tata

bahasa, dan pemilihan kosakata. Dari aspek ketepatan berbahasa ditemukan

kesalahan dalam pelafalan, seperti (a) pelafalan bunyi [t] yang beraspirasi [th]

menjadi [t] yang tidak beraspirasi; (b) perubahan bunyi dental frikatif tak bersuara

[] menjadi bunyi [t]; (c) perubahan bunyi [f], [v] menjadi [p]. Dari segi

penguasaan tata bahasa bahasa Inggris siswa, ditemukan; (a) ketidaksesuaian

antara bentuk kata penunjuk dengan kata benda; (b) tdak adanya penanda jamak

(suffix ’s’/’es’) pada kata benda jamak; (c) Terjadinya bentuk pengulangan; (d)

penggunaan much, more untuk menyatakan lebih; (e) penggunaan to be untuk kata

kerja bantu do atau did; (f) pelepasan to be pada kalimat nonverbal; dan (g)

pelesapan kata sandang (the >). Dari segi penguasaan kosa kata ditemukan

adanya pemilihan kosakata yang tidak sesuai dengan konteks kalimat, seperti :

kata demanded yang seharusnya digantikan oleh kata requested, kata has yang

seharusnya digantikan oleh kata plays, kata realize yang seharusnya digantikan

dengan kata apply, kata repair yang seharusnya digantikan dengan kata improve

dan kata vice yang seharusnya digantikan dengan kata representative.

Selama proses pembelajaran di kelas pada siklus I sesi pertama siswa

sering mengalami kesulitan dalam berbicara menyampaikan ide/pendapatnya.

Mereka terdiam lama setelah menyampaikan dua sampai tiga kata dan sering

menggunakan bahasa Inggris yang tidak tepat baik, dari segi pelafalan, tata bahasa

Page 194: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

193

maupun pemilihan kosa katanya, siswa mulai berani berbicara pada sesi terakhir

siklus I setelah diterapkannya metode debat plus.

Keterampilan berbicara siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan

metode debat plus. Peningkatan ini dapat dilihat dengan membandingkan hasil tes

keterampilan berbicara siklus I yang mengalami peningkatan. Hasil siklus I

sebesar 64% berada pada kategori cukup. Peningkatan yang terjadi juga dapat

dilihat dari data kualitatif yang berupa (1) peningkatan dalam pelafalan, seperti (a)

bunyi [t] yang sudah beraspirasi [th], (b) pelafalan bunyi [f], [v] secara tepat. (2)

peningkatan dalam penggunaan tata bahasa, seperti (a) kesesuaian bentuk kata

penunjuk dengan kata benda, (b) adanya penanda jamak (suffix s/es) (c)

pemakaian kata kerja bantu, (d) penggunaan to be pada kata nonverbal. (3)

peningkatan dalam pemilihan kosakata, seperti pemilihan kata fulfil dan improve.

Peningkatan yang dialami siswa juga semakin terlihat pada penerapan

siklus II. Secara kuantitatif pemerolehan nilai sebesar 74% berada dalam kategori

baik. Peningkatan nilai tes keterampilan berbicara ini meliputi seluruh aspek

keterampilan berbicara yang dijadikan kriteria penilaian. Ketepatan berbahasa

siswa yang mengalami peningkatan mencakup peningkatan pelafalan kata-kata

bahasa Inggris, tata bahasa dan kosa-kata bahasa Inggris. Dari segi pelafalan

ditemukan: (a) adanya ketepatan pelafalan bunyi [f], [v], (b) ketepatan

pengucapan bunyi [3]. Dari aspek penguasaan tata bahasa ditemukan: (a) Adanya

kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda, [b] adanya penanda jamak

(suffiks ’s’/-es), (c) pemakaian kata kerja bantu, (d) penggunaan to be pada kata

nonverbal pada kata benda jamak. Dari aspek pemilihan kosa-kata ditemukan

Page 195: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

194

adanya ketepatan dalam pemilihan kosa kata seperti kata-kata: meaning,

harmonious, dan seriously.

Metode debat plus efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara

siswa. Dengan dilaksanakannya metode debat plus, suasana belajar di kelas

menjadi lebih menyenangkan, motivasi belajar siswa meningkat, komunikasi

siswa dengan guru dalam berbicara bahasa Inggris juga mengalami peningkatan

karena siswa menjadi lebih aktif dan kritis dalam berargumentasi.

Peningkatan ini juga dapat dilihat dari hasil kuesioner bahwa 89,5% siswa

menyatakan keterampilan berbicara bahasa Inggris mereka meningkat dan mereka

semakin percaya diri dalam berkomunikasi lisan dengan bahasa Inggris.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini yaitu pembelajaran

keterampilan berbicara dengan metode debat plus secara teoretis dapat bermanfaat

untuk pengembangan teori bahasa, khususnya yang berkenaan dengan

pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas XI. Namun, tidak menutup

kemungkinan masih ada teori yang perlu dikaji ulang.

Terkait dengan upaya peningkatan pembelajaran keterampilan berbicara

bahasa Inggris di kelas, guru diharapkan merubah kurikulum pembelajaran

terutama pada kegiatan pembelajarannya sehingga proses pembelajaran akan

menjadi semakin efektif, oleh karena itu melalui penelitian tindakan kelas ini telah

dirancang kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

disarankan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara

bahasa Inggris. Pembelajaran keterampilan berbicara dengan metode debat plus

Page 196: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

195

dapat dimanfaatkan sebagai alternatif oleh guru bahasa Inggris khususnya pada

pembelajaran menyampaikan ide, pendapat, bertanya, dan merespon pertanyaan.

Metode pembelajaran ini juga dapat diterapkan pada pembelajaran lain

sehingga kreativitas guru sangat diperlukan. Selain itu, perlu disampaikan metode

debat plus bukan satu-satunya metode yang dapat meningkatkan keberhasilan

dalam pembelajaran keterampilan berbicara sehingga diharapkan guru dapat

mencari metode-metode lain yang lebih menarik, kreatif, dan variatif.

Pembelajaran keterampilan berbicara dengan metode debat plus merupakan

pembelajaran yang melatih siswa berbicara menyampaikan pendapat, ide,

bertanya dan merespon pertanyaan secara langsung dan dengan cara praktik

sehingga siswa dapat menerapkan keterampilannya didalam pelajaran bahasa

lainnya.

Page 197: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

196

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 198: Unud 413 473527986 Tesis Ia Ekayudha Pratiwi

197