call to improve speaking unud-428-1004071627-tesis

104
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pendidikan menghasilkan berbagai konsep dan praktik pendidikan yang banyak memanfaatkan media sebagai sumber belajar. Kenyataan ini menimbulkan persepsi bahwa teknologi pendidikan sama dengan media, padahal kedudukan media sebagai sarana untuk mempermudah dalam menyampaikan informasi atau bahan ajar. Kedudukan teknologi dari segi sistem pendidikan berfungsi untuk memperkuat pengembangan kurikulum terutama dalam disain dan pengembangan, serta implementasinya, bahkan terdapat asumsi bahwa kurikulum berkaitan dengan “What”, sedangkan teknologi pendidikan mengkaji tentang ”Who”. Teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran bermanfaat untuk memperkuat dalam merekayasa berbagai cara dan teknik dari mulai tahap mendisain, pengembangan, pemanfaatan berbagai sumber belajar, implementasi, penilaian program, dan penilaian hasil belajar. Lalu bagaimana dengan teknologi dalam CALL ada proses pembelajaran? Teknologi dalam pendidikan merupakan penggunaan media sebagai sumber atau sarana dalam proses pembelajaran untuk mempermudah pencapaian. Kemajuan dan peranan teknologi sudah demikian meningkat, sehingga penggunaan alat-alat, perlengkapan pendidikan, media pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah mulai disesuaikan dengan kemajuan penggunaan alat-alat bantu mengajar, alat-alat bantu peraga pendidikan, audio, visual, dan audio-visual serta perlengkapan peralatan kerja lainnya.

Upload: adi-joyoboyo

Post on 06-Aug-2015

51 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi pendidikan menghasilkan berbagai konsep dan

praktik pendidikan yang banyak memanfaatkan media sebagai sumber belajar.

Kenyataan ini menimbulkan persepsi bahwa teknologi pendidikan sama dengan

media, padahal kedudukan media sebagai sarana untuk mempermudah dalam

menyampaikan informasi atau bahan ajar. Kedudukan teknologi dari segi sistem

pendidikan berfungsi untuk memperkuat pengembangan kurikulum terutama

dalam disain dan pengembangan, serta implementasinya, bahkan terdapat asumsi

bahwa kurikulum berkaitan dengan “What”, sedangkan teknologi pendidikan

mengkaji tentang ”Who”. Teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran

bermanfaat untuk memperkuat dalam merekayasa berbagai cara dan teknik dari

mulai tahap mendisain, pengembangan, pemanfaatan berbagai sumber belajar,

implementasi, penilaian program, dan penilaian hasil belajar. Lalu bagaimana

dengan teknologi dalam CALL ada proses pembelajaran? Teknologi dalam

pendidikan merupakan penggunaan media sebagai sumber atau sarana dalam

proses pembelajaran untuk mempermudah pencapaian.

Kemajuan dan peranan teknologi sudah demikian meningkat, sehingga

penggunaan alat-alat, perlengkapan pendidikan, media pendidikan dan

pengajaran di sekolah-sekolah mulai disesuaikan dengan kemajuan penggunaan

alat-alat bantu mengajar, alat-alat bantu peraga pendidikan, audio, visual, dan

audio-visual serta perlengkapan peralatan kerja lainnya.

Page 2: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

2

Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak positif bagi

kemajuan dunia pendidikan dewasa ini, khususnya teknologi komputer dan

internet, baik dalam hal perangkat keras maupun lunak. Kemajuan teknologi

memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang

proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien bagi

siswa. Keuntungan yang ditawarkan dalam kemajuan teknologi bukan saja

terletak pada faktor kecepatan untuk mendapatkan infomasi namun juga fasilitas

multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual dan interaktif.

Sejalan dengan perkembangan teknologi internet, banyak kegiatan pembelajaran

yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi.

Parera (2010:12) menegaskan bahwa media dalam pembelajaran adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai suatu perantara atau sarana untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan, sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minat untuk proses komunikasi. Media

pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang dapat menyajikan,

menyampaikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, sedangkan media

berbasis komputer adalah media yang menggabungkan dan menseinergikan

berbagai elemen, yaitu teks, grafis, foto, video, animasi, musik, dan narasi yang

paling terhubung memungkinkan pemakai melakukan interaksi dan komunikasi.

Fungsi media dalam pembelajaran ialah mengatasi keterbatasan pengalaman

siswa, dapat melampaui batasan ruangan kelas, memungkinkan interaksi

langsung antara siswa dan lingkungannya, menghasilkan keseragaman

pengamatan, menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan realistik.

Page 3: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

3

Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, serta membangkitkan

motivasi siswa untuk belajar dan memberikan pengalaman yang integral atau

menyeluruh dari yang konkret sampai dengan yang abstrak.

Dewasa ini, dengan adanya perkembangan dalam bidang teknologi,

menuntut guru menciptakan pembelajaran efektif dan efisien dengan

meninggalkan proses pembelajaran tradisional-konvensional yang terjadi dalam

ruang kelas, pada desentralisasi dan globalisasi saat ini, pelan tetapi pasti akan

mulai mengalami kehilangan bentuk (Sa’ud, 2008:182).

UNESCO merumuskan bahwa pendidikan merupakan komunikasi

terorganisasi dan kelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan kegiatan belajar

pada diri siswa (education as organized and sustained communication designed to

bring about learning). Selanjutnya, badan tersebut (dalam Munir, 2008:2),

merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan. Pertama, Learning to

know, yaitu proses belajar untuk mengetahui, memahami, dan menghayati cara-

cara untuk memperoleh pengetahuan dan pendidikan yang diberikan kepada siswa

sebagai bekal ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran ini memungkinkan siswa

mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan serta mencari informasi dan

menemukan ilmu pengetahuan. Dalam kondisi ini siswa akan selalu mencari

jawaban secara ilmiah yang mampu mendukung perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi sebagai bagian dari kehidupannya. Siswa belajar dengan cerdas

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Siswa akan cendrung merasa

perlu untuk terus menelusuri setiap masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan

ilmu pengetahuan (Rahayu dan Nuryata, 2010:47-48). Kedua, Learning to do,

Page 4: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

4

yaitu proses belajar melakukan atau mengerjakan sesuatu. Belajar berbuat dan

melakukan secara aktif, dengan melakukan langsung siswa menemukan makna

suatu hal terhadap dirinya dan bagaimana memanfaatkannya dalam kehidupannya,

pendidikan, seharusnya memberikan bekal-bekal kemampuan atau keterampilan.

Dalam proses ini, siswa dikondisikan untuk mendapatkan pengalaman melakukan

suatu aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan

berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Siswa mampu menghadapi masalah

dan memecahkannya dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

didasarkan pada pengetahuan dan tekonologi (Rahayu dan Nuryata, 2010:-48).

Ketiga, Learning to be, yaitu pendidikan seharusnya memberikan bekal

kemampuan untuk mengembangkan diri. Dalam belajar siswa di dorong untuk

memikirkan, mempersepsikan dan bertindak sebagai individu yang menjadi

seorang individu. Ketika belajar tentang sesuatu yang terikat dengan suatu profesi,

siswa mempersepsikan diri sebagai individu dengan profesi tertentu dan

memahami pengetahuan, bertindak dengan sikap dan menggunakan keterampilan

secara profesional. Proses pembelajaran ini hendaknya dilaksanakan dengan

menggunakan kondisi yang nyata atau sedapat mungkin mendekati kenyataan.

Misalnya, dalam pembelajaran praktik, siswa benar-benar melakukan aktivitas

nyata yang menggunakan bahan, alat dengan kondisi-kondisi yang disiapkan

demikian rupa sehingga benar-benar nyata (Rahayu dan Nuryata, 2010:48-49).

Keempat. Learning to live together, yaitu pendidikan seharusnya memberikan

bekal kemampuan untuk dapat hidup dan bersama dalam masyarakat yang

majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap toleransi antar sesama

Page 5: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

5

manusia. Dalam Learning to live together, siswa diharapkan mampu untuk hidup

bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi karena sesama

manusia terjadi saling ketergantungan satu sama lain. Sekali lagi, bahwa peran

pengajar adalah menanamkan sikap kebersamaan karena pada dasarnya manusia

itu sama sebagai makhluk Tuhan dan hanya berbeda dalam suku, bangsa, adat

istirahat atau budayanya (Rahayu dan Nuryata, 2010:49-50).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan warna

tersendiri bagi dunia pendidikan pada umumnya serta mampu mengubah

paradigma lama pembelajaran dengan menampilkan teknologi sebagai alat bantu

mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Bagi

sekolah-sekolah yang sudah maju dan mampu menggunakan alat-alat tersebut

sebagai alat bantu mengajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan

efisien (Sanaky, 2009:1) Untuk Membangun masyarakat terdidik dan masyarakat

yang cerdas maka sistem pendidikan harus diubah. Formalitas dan legalitas tetap

saja menjadi sesuatu yang penting adalah melalui penataan kembali sistem

pendidikan dengan paradigma baru.

Pembelajaran dengan berbasis bahasa asing dan teknologi dewasa ini telah

berkembang pesat dalam segala bentuk variatifnya. Salah satu Pembelajaran dari

teknologi ini adalah pembelajaran bahasa Inggris berbasis CALL (Computer

Assisted Language Learning) media pembelajaran berbantuan komputer.

Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan saat ini sudah mulai

dikembangkan. Penggunaan media komputer dalam bidang pendidikan memiliki

banyak keuntungan antara lain, dengan teknologi ini ilmu pengetahuan akan lebih

Page 6: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

6

mudah diakses, disebar, dan disimpan (Zain, 2007:1). Media pembelajaran

berbasis CALL memiliki beberapa kelebihan, yaitu 1) Fun: memberikan rasa

senang untuk belajar pada siswa, 2) Responsibility: memberi kesempatan siswa

bertanggung jawab atas penguasaan materi-materi, yaitu dengan mengerjakan

tugas-tugas yang dikerjakan, 3) Active: Siswa akan berperan aktif di setiap

kegiatan selama pembelajaran, 4) Communicative: banyak hal imajinatif yang

sulit dipikirkan siswa dapat dipresentasikan melalui simulasi komputer sehingga

keadaan yang demikian itu akan memudahkan dan lebih menyederhanakan jalan

pikiran siswa dalam memahami bahasa Inggris (Iswanti dan Lolita, 2010,

diunduh tanggal 2 januari 2011 pukul 20.05).

Secara pedagogis arah pendidikan terkait dengan pengembangan

pendekatan dan metodologi proses pendidikan dan pembelajaran yang

memanfaatkan berbagai sumber belajar (multi learning resources). Kehadiran

teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan telah mengubah paradigma

pendidikan yang menempatkan guru sebagai fasilitator dan agen pembelajaran

karena siswa dapat memiliki akses yang seluas-luasnya kepada beragam media

untuk kepentingan pendidikannya (Aunurrahman, 2009:5-6).

Proses pembelajaran yang kurang memperhatikan prinsip-prinsip belajar

yang efektif dan efesien serta kurang memperhatikan persiapan atau rencana

pembelajaran, akan cenderung terpaku pada pola-pola pembelajaran konvensional.

Guru akan menyajikan materi pelajaran berdasarkan hal-hal yang diingat saja,

bahkan bisa terjadi kehilangan arah pembelajaran karena tidak didasari persiapan

yang matang. Penerapan pembelajaran konvesional adalah proses pembelajaran

Page 7: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

7

yang dilakukan berdasarkan kebiasaan-kebiasaan sebelumnya yang kurang

inovatif dan tanpa memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

di bidang pendidikan. Menurut Elmubarok (2008:57), pendekatan atau pola-pola

pembelajaran konvensional cenderung kurang memperhatikan kelangsungan

pengalaman siswa yang di peroleh dalam kehidupan keluarga dan lingkungan

masyarakat sehingga sulit untuk mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran

konvensional kurang memperhatikan relevansi, dan faktor-faktor yang turut

memengaruhi proses pembelajaran. Guru lebih berorientasi pada hasil belajar,

bukan pada proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru sering

mengabaikan pemilihan dan penggunaan media dalam proses pembelajaran,

padahal media merupakan salah satu sumber informasi yang turut serta dalam

menentukan pencapaian tujuan belajar.

Pola pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pembelajaran yang menggunakan media yang tunggal berupa buku teks

pelajaran. Buku teks pelajaran yang hanya berupa uraian kata-kata tentu kurang

memperhatikan kondisi dan prinsip-prinsip pembelajaran efektif, dan efisien

siswa akan merasa cepat bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran yang

disajikan oleh guru. Siswa hanya bisa menghafal sejumlah kata-kata saja tanpa

memahami dengan benar sesuatu yang dipelajari dan kemungkinan untuk lupa

sangat besar. Hal itu yang menyebabkan hasil belajar siswa masih sangat rendah.

Hasil belajar atau kualitas pendidikan yang rendah ditenggarai akibat dari

pembelajaran yang berlangsung secara konvensional dengan menggunakan

pendekatan ceramah dan tanya jawab. Pendekatan ini bagi siswa dirasakan sangat

Page 8: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

8

kurang menarik. Hal itu ditunjukkan oleh siswa kurang berminat terhadap

pelajaran Bahasa Inggris, apalagi siswa yang sekolah di SMKN Kubu kebanyakan

siswa tingkat kemauan belajar sangatlah rendah. Hal ini bisa dilihat dari cara

siswa mengikut pelajaran di kelas, kemudian hasil ulangan harian yang pertama

yang menunjukkan hasil belajar peserta didik 35 % ketuntasan belajar dari

ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yakni nilai 67 dengan pertimbangan

intik, dan daya dukung terhadap pembelajaran yang tersedia di SMKN Kubu,

sehingga hasil yang kita dapatkan belum mencapai maksimal sesuai dengan tujuan

yang ditetapkan. Untuk meningkatkan minat dan prestasi siswa dalam proses

belajar dan mengajar perlu adanya paradigma baru untuk menambah pengetahuan

siswa termasuk faktor pendukung untuk melengkapi fasilitas belajar dan

mengajar. Menggunakan CALL dikerapkan dapat mengatasi permasalahan

tersebut dan dapat membantu siswa serta guru dalam proses belajar mengajar.

Dengan munculnya CALL dapat memberikan warna baru dalam proses

pembelajaran dan meningkatkan interaksi pembelajaran antara siswa dengan guru.

Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran dengan media elektronik dapat

meningkatkan interaksi pembelajaran, baik siswa dengan guru, atau siswa dengan

siswa maupun dengan bahan belajar (enhance interactivity), dalam kegiatan

pembelajaran, antara lain, mempermudahkan guru untuk mengajar dalam

menyampaikan materi pelajaran.

Berdasarkan pengamatan pendahuluan, SMKN Kubu memiliki fasilitas

pembelajaran, seperti perangkat komputer/ laptop, Liquid Crystal Display (LCD)

dan tape. Namun, fasilitas tersebut belum dimanfaatkan secara efektif. Hal inilah

Page 9: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

9

yang menjadikan alasan oleh peneliti untuk memilih SMKN Kubu sebagai lokasi

penelitian untuk mengetahui pemanfaatan media dalam pembelajaran bahasa

Inggris yang terkait dengan CALL, untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut sebagai:

1. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan

berbicara dalam bahasa Inggris siswa kelas XI SMKN Kubu Bangli tahun

pelajaran 2010/2011?

2. Bagaimanakah penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar berbicara

dalam bahasa Inggris siswa kelas XI SMKN Kubu Bangli tahun pelajaran

2010/2011?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan

informasi yang jelas dan akurat tentang penerapan CALL dalam meningkatkan

hasil belajar berbicara dalam bahasa Inggris di SMKN Kubu Bangli. Penerapan

CALL juga dapat diterapkan pada semua jenis mata pelajaran. Mengingat

Penerapan CALL dapat dipandang sebagai suatu metode pembelajaran yang

memunculkan perilaku kreatif dan termotivasi dalam melakukan kegiatan

pembelajaran.

Page 10: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

10

Penerapan CALL ini dipandang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa

untuk belajar dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

(1). mengetahui faktor-faktor rendahnya kemampuan berbicara dalam bahasa

Inggris siswa kelas XI SMKN Kubu Bangli tahun pelajaran 2010/2011;

(2). mengetahui penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar Berbicara

dalam bahasa Inggris siswa kelas XI SMKN Kubu Bangli tahun pelajaran

2010/2011;

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis berupa

pengembangan ide serta kemampuan memberikan kontribusi terhadap dunia

pendidikan di sekolah dan pendidikan secara nasional. Informasi yang

diungkapkan dalam penelitian ini juga bermanfaat bagi mereka yang menekuni

dunia pendidikan khususnya dalam pengembangan proses pembelajaran, seperti

pengembangan konsep, metode dan teknik pembelajaran yang bersifat inovatif

yang dapat memberikan pengaruh berarti dalam proses pembelajaran bahasa

Inggris. Di samping itu, kegiatan belajar dapat dijadikan bentuk pembelajaran

yang bisa meningkatkan guna dapat mencapai kualitas dan mutu hasil belajar.

Page 11: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

11

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian adalah :

(1) sebagai motivator bagi guru bahasa Inggris dalam mengembangkan

pembelajaran yang bersifat inovatif. Dan sebagai acuan bagi guru untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran;

(2) sebagai upaya meningkatkan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran

khususnya dalam mata pelajaran bahasa Inggris;

(3) sebagai upaya pengembangan kegiatan belajar-mengajar yang mampu

menumbuhkan nilai, aktif, kreatif dan menyenangkan;

(4) sebagai masukkan agar pembelajaran menjadi berkembang dan dapat

meningkatkan wawasan guru serta siswa di dalam kemajuan teknologi.

Page 12: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Annur Rofiq (2007) menyajikan tulisan yang berjudul “Pengembangan

Media Computer Assisted Language Learning (CALL) Sederhana untuk

Pembelajaran Bahasa Inggris”. Pengembangan media CALL sederhana dapat

dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (softwear) yang mudah didapat

dan mudah digunakan, yaitu Microsoft Powerpoint. Perangkat lunak ini memiliki

beberapa kelebihan di antaranya kemampuan menampilkan teks, suara, dan

gambar dengan baik sehingga materi pembelajaran bahasa Inggris dapat disajikan

dengan menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajarinya. Disamping itu,

materi yang telah dibuat dapat diperbaharui sesuai kebutuhan dengan relatif

mudah dan cepat. Guru dapat mengembangkan media CALL sederhana dengan

cara menggunakan media yang telah dikembangkan sebagai rujukan atau template

dan materi dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang dihadapainya.

Media CALL sederhana yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki

kategori “Baik” sebagai media pembelajaran bahasa Inggris berbantukan

komputer (diunduh tanggal 6 Desember 2010 pukul 10.00). Berkaitan dengan

penelitan ini yaitu CALL dapat ditingkatkan hasil belajar berbicara dalam bahasa

Inggris siswa melalui tayangan video dapat membantu menumbuhkan minat

belajar siswa untuk belajar bahasa Inggris terutama pada keterampilan berbicara.

Page 13: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

13

Mirza Hardian (2009) menyajikan tulisan berjudul “Metode Computer

Assisted Language Learning (CALL) dalam Proses Pembelajaran”. Metode

Computer Assisted Language Learning (CALL) digunakan untuk kegiatan belajar

yang berstruktur, dimana komputer diprogramkan dengan permasalahan-

permasalahan. Siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut atau mencari

jawaban dengan menggunakan komputer dan pada saat itu juga jawaban diproses

secara elektronik, sehingga dalam hitungan detik siswa telah memperoleh

jawaban dari permasalahan. Metode ini juga dapat meningkatkan perkembangan

intelegensia siswa sesuai dengan kemampuan masing-masing. Berkaitan dengan

penelitian ini, untuk meningkatkan hasil belajar berbicara dalam bahasa Inggris

siswa kelas XI tahun pelajaran 2010/2011, siswa diminta untuk menonton dan

mencermati tayangan video kemudian siswa diminta untuk membuat dialog sesuai

dengan tema yang dipilih dan siswa mempraktekkan secara langsung dialog

tersebut di depan kelas.

2.2 Konsep

2.2.1 Computer Assisted Language Learning (CALL)

CALL adalah suatu pengajaran dan pembelajaran bahasa yang

menggunakan teknologi sebagai sarana presentasi, pembantu dan penafsiran

materi yang diajarkan dan biasanya dimasukkan unsur interaksi dengan

penggunaan program serta penggunaan bahasa asing dalam penyampaian materi.

CALL yaitu pembelajaran utama menggunakan komputer alat bantu

komputer. Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari audio

Page 14: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

14

information technologies, seperti radio, audio tape, voice mail dan telephone) dan

pembelajaran melalui alat bantu video information technologies, seperti video,

tape, video text, video messaging sementara itu, pembelajaran melalui technology

based web learning pada dasarnya adalah data information technologies, seperti

bulletin board, internet, email dan tele collaboration, (diunduh tanggal 21

Desember 2010 pukul 21.30).

CALL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan

materi yang di ajarkan dengan penerapan bahasa dalam kehidupan sehari-hari

melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Aplikasi CALL dapat disimpulkan sebagai berikut: model Pembelajaran

CALL bisa menggunakan perangkat komputer dan proses belajar mengajar dapat

mendorong siswa untuk belajar. Menggunakan alat bantu video dengan diringin

oleh musik, gambar-gambar atau tampilan yang ditampilkan menarik lewat video

sehingga menjadikan siswa lebih senang dan tidak merasa bosan dengan bahan

yang diajarkan. Proses belajar mengajar menggunakan alat bantu komputer dapat

juga mendorong siswa untuk belajar lebih aktif.

2.2.2 Hasil Belajar

Jihad dan Haris (Abdulrrahman, 1999) menyatakan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Siswa

yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran atau tujuan instruksional.

Page 15: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

15

Menurut Bloom, (dalam Jihad dan Haris, 2009: 14), ada tiga ranah

(domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar

adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan

dalam waktu tertentu.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang

merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.

Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu

pengetahuan tetapi juga sikap dan ketrampilan. Dengan demikian, penilaian hasil

belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik yang

menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan (Jihad dan Haris, 2009:14-15).

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai

akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya (Juliah, 2004). Menurut Hamalik

(2003), hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar sesuai

dengan tujuan pengajaran (Jihad dan Haris, 2009:15).

Menurut peneliti pengertian hasil belajar adalah hasil yang didapat oleh

siswa dalam melakukan proses belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil

belajar ini bisa dijadikan tolak ukur dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Page 16: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

16

2.2.3 Berbicara

Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran

dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide

merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan alat untuk

mengekspresikannya. Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan

kemampuan proses berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial. (diunduh tanggal 17

Oktober 2010 pukul 09.00).

Menurut Guntur Tarigan (1983:15) berpendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengepresikan menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk berkomunikasi gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Departemen pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan dan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, 2009 (diunduh tanggal 18 Oktober 2010 pukul 11.20). Menurut peneliti pengertian bicara adalah seseorang yang menyampaikan

informasi melalui suara yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan bisa

dimengerti oleh lawan bicara.

2.3 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan jenis teori yang dipandang dapat menunjang

keberhasilan penelitian khususnya dalam pembelajaran. Adapun teori yang

digunakan adalah teori belajar Bruner dan teori behavorisme.

Page 17: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

17

2.3.1 Teori Belajar Bruner

Bruner dalam (Tabrani, 2007:89) adalah seorang ahli pendidikan yang

setuju dengan teori kognitif. Hal ini atas asumsi bahwa pembelajaran adalah

proses untuk membangun kemampuan mengembangkan potensi kognitif yang

ada dalam diri siswa. Perkembangan kualitas kognitif ditandai dengan ciri-ciri:

1) Kualitas intelektual ditandai dengan adanya kemampuan menanggapi

rangsangan semakin besar peluang kualitas kognitif diwujudkan.

Pembelajaran merupakan salah satu upaya atau proses untuk melatih dan

membimbing siswa dalam melakukan tanggapan rangsangan yang datang ke

dalam dirinya.

2) Kualitas atau peningkatan pengetahuan seseorang ditentukan oleh

perkembangan sistem penyimpanan informasi secara nyata. Artinya,

semakin lama mampu menyimpan informasi maka kualitas dan peningkatan

pengetahuan akan mudah diwujudkan. Pembelajaran merupakan salah satu

proses untuk melatih dan membimbing siswa agar memiliki kemampuan

menyimpan informasi yang diperoleh dari realitas lapangan.

Bruner mengemukakan bahwa pembelajaran itu dipengaruhi oleh dinamika

perkembangan realitas yang ada di sekitar discovery learning, artinya proses

pembelajaran akan efektif dan efisien, jika guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan suatu konsep. Teori aturan, atau pemahaman

melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya, Pembelajaran

tidak hanya dilakukan secara normatif (tektual) tetapi harus kontekstual.

Page 18: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

18

Bruner juga menjelaskan bahwa perkembangan kognisi seseorang terjadi

melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan:

1) Tahap enatik, yaitu seseorang melakukan aktivitas-aktivitas untuk memakai

lingkungan.

2) Tahap ikonik, yaitu seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui

gambar-gambar dan visualisasi verbal.

3) Tahap simbolik, yaitu seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan

abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.

Sesuai dengan konsep penelitian yang mengungkap masalah penggunaan

CALL untuk meningkatkan hasil belajar, teori Bruner sangat berperan sebab

pelaksanaan CALL mengungkapkan ciri-ciri umum, seperti kemampuan

menanggapi rangsangan, kemampuan menyimpan informasi, mengembangkan

aktivitas berpotensi pada lingkungan, mampu menggungkapkan permasalahan

dengan menggungkapkan kode, topik, dan gambar-gambar serta

mengedepankan gagasan-gagasan dalam berbahasa dan berlogika.

Teori Bruner ini sesuai dengan penelitian CALL dapat digunakan untuk

membedah rumusan masalah kedua, yaitu mengungkap tentang aktivitas belajar

siswa untuk meningkatkan hasil belajar.

2.3.2 Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme beranggapan bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh

kejadian-kejadian yang akan memberikan pengalaman terhadap dirinya. Belajar

merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma

Page 19: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

19

stimulus- respons. Proses stimulus- respons terdiri atas unsur dorongan (drive).

Siswa merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk

memenuhi kebutuhan itu. Disamping itu, siswa diberikan stimulus yang

selanjutnya akan dapat menyebabkan tanggapan. Siswa dapat memberikan suatu

reaksi terhadap stimulus yang diterima dengan jalan melakukan suatu tindakan

yang dapat terlihat.

Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku,

serta tidak memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat

dilihat. Oleh karena itu proses belajar menurut behaviorisme lebih dianggap

sebagai suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan

apa yang terjadi selama itu di dalam diri siswa (Galloway, 1976: 68).

Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai di dunia

pendidikan adalah :

1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut

berpartisipasi secara aktif di dalamnya.

2. Materi-materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan

diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga siswa mudah

mempelajari antara lain karena mereka hanya perlu memberikan

respons tertentu saja.

3. Tiap-tiap respons perlu diberikan umpan balik secara langsung

kepada siswa.

Sehubungan dengan konsep tersebut maka pembelajaran CALL lebih

ditekankan pada pemunculan stimulus-respons. Maka, dari teori ini sesuai

Page 20: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

20

dengan penelitian sangat berperan dalam membedah rumusan masalah pertama,

yaitu tentang faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan berbicara bahasa

Inggris siswa kelas XI dalam meningkatkan hasil belajar di SMKN Kubu Bangli.

2.4 Model Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas

(PTK). Hal ini dilakukan peneliti untuk permasalahan yang terkait dengan hasil

belajar speaking siswa kelas XI tahun pelajaran 2010/2011 di SMKN Kubu

Bangli. Hasil belajar speaking yang dimaksudkan adalah kurangnya motivasi

terhadap siswa dalam pelajaran bahasa Inggris, rasa takut yang dialami oleh

siswa untuk berbicara, kemauan belajar siswa sangat rendah untuk belajar.

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut peran guru sangat penting demi

tercapainya tujuan pengajaran dan pembelajaran di kelas, dan perlu adanya

paradigma baru di dalam proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi atas permasalahan yang

dihadapi, tetapi merupakan salah satu pengembangan professional guru, untuk

meningkatkan professional guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas untuk

mengukur intensitas proses pembelajaran yang terjadi di kelas.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal peneliti menggunakan desain

model Kemmis dan MC Taggart: perencanaan, tindakan, obeservasi, dan refleksi.

Keempat tahap siklus penelitian ini dapat dilakukan berulang-ulang bila belum

menemukan hasil yang diinginkan pada model ini. Keempat komponen yang

Page 21: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

21

berupa untaian dipandang sebagai satu siklus, yakni suatu putaran kegiatan yang

terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Berikut ini merupakan

gambaran desain PTK Kemmis dan MC Taggart.

SIKLUS I PLAN ACTION

REFLEKTIVE OBSERVE

SILKUS II PLAN ACTION

REFLEKTIVE OBSERVE

Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa: pertama, sebelum

melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama

jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana di susun secara

matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan

dilaksanakanya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu

sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan

tersebut, peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga

rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan

Page 22: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

22

berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah dilakukan. Demikian

seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.

Page 23: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Secara umum jenis penelitian dibedakan menjadi dua bentuk yaitu

penelitian secara kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dan

kuantitatif memiliki langkah yang berbeda. Data kualitatif adalah data yang dapat

diuraikan, pemaparan karena data tersebut diperoleh dari hasil wawancara yang

bersifat subjektif dan data tersebut dapat ditafsirkan (Sudjana, 1997:63). Data

kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka.

Jenis penelitian yang diungkapkan dalam hal ini adalah penelitian

kuantitatif dengan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif- kuantitatif.

Penelitian deskriptif-kuantitatif mengungkapkan masalah atau fenomena-

fenomena yang terjadi. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik

dengan mengkaji hasil proses pembelajaran seperti pembelajaran, kesulitan siswa

dalam speaking, dan hasil belajar.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SMKN Kubu, Kecamatan Kubu,

Kabupaten Bangli. SMKN Kubu memiliki program keahlian seni Tari dan seni

Kerawitan. SMKN Kubu dipilih sebagai tempat penelitian karena sekolah tersebut

baru berdiri, serta sekolah tersebut merupakan tempat peneliti mengampu bidang

studi bahasa Inggris. Selama pengamatan dilakukan siswa di sekolah SMKN

Page 24: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

24

Kubu sangat kurang dalam memahami pelajaran khususnya pelajaran bahasa

Inggris.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

Terkait dengan permasalahan penelitian ini, sumber data yang digunakan

berasal dari subjek penelitian yaitu guru kelas dan siswa kelas XI tahun pelajaran

2010/2011. Adapun jumlah siswa yang dimaksud adalah 21 orang siswa, terdiri

atas 10 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Objek penelitian ini

menggunakan CALL untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa kelas XI

tahun pelajaran 2010/2011, pada kompetensi dasar ”mengungkapkan maksud

hati’ dengan indikator ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam invitation.

Indikator ini dipilih karena ungkapan dalam invitation dan greeting sangat sering

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber data primer yang digunakan,

yaitu nilai tes awal maupun dan nilai tes setelah dilakukannya tindakan kelas oleh

guru dan hasil observasi, serta interview.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang dipergunakan peneliti dan

observer pendamping (secara kolaboratif). Observer pendamping adalah teman

sejawat peneliti dalam mengampu pelajaran bahasa Inggris di SMKN Kubu

Bangli untuk mengumpulkan data atau informasi dari hasil pelaksanaan tindakan.

Adapun instrumen penelitian yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

Page 25: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

25

1. Lembar Observasi (pengamatan)

Lembar observasi (pengamatan) merupakan panduan dalam melakukan

penilaian terhadap indikator-indikator dari aspek yang diamati. Indikator-indikator

tersebut sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.

Lembaran observasi (pengamatan) dimaksud berbentuk daftar cek dengan

memberi tanda “V” pada kategori penilaian. Kategori penilaian ini merupakan

petunjuk mengenai gambaran situasi objek yang diamati.

Adapun objek atau sasaran yang diamati dari observasi (pengamatan)

tersebut adalah sikap/perilaku siswa dalam aktivitas proses belajar dengan

menggunakan CALL. Penilaian terhadap aktivitas proses belajar siswa difokuskan

pada indikator yang diamati sesuai dengan ruang lingkup penelitian.

2. Tes

Tes yang diberikan kepada siswa dalam penelitian ini adalah speaking test

yang digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam speaking,

yaitu sebelum atau dan adanya tindakan dan sesudah adanya tindakan.

3. Pedoman wawancara (interview)

Wawancara dilakukan pada tahap studi pendahuluan untuk memeroleh

data mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam speaking, baik guru dalam

mengajar maupun siswa dalam belajar. Isi wawancara terhadap guru berkaitan

dengan proses pembelajaran.

Page 26: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

26

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam sebuah penelitian sangat berpengaruh

terhadap objektivitas hasil penelitian. Dalam metode pengumpulan data, dikenal

beberapa jenis metode meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.

Sehubungan dengan penelitian ini, maka teknik yang digunakan adalah:

1) Observasi

Observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan interaksi siswa dan

pemunculan keterampilan kerja sama siswa dalam diskusi, membuat

pertanyaan dan menjawab pertanyaan, sedangkan evaluasi dilakukan untuk

mengukur peningkatan prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan data

dilakukan dengan metode observasi dengan format seperti di bawah ini.

No Nama Siswa Aspek Penilaian Rata-rata

1 2 3 4

Keterangan: Rentangan nilai

1= Keberanian berbicara 1-20

2= Kelancaran berbicara 1-30

3= Intonasi (pronountiation) 1-30

4= Penggunaan kosakata 1-20

Page 27: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

27

2) Wawancara

Wawancara dan pengisian angket digunakan untuk menggali informasi

mengenai suasana dan teknik pembelajaran yang diciptakan untuk

meningkatkan interaksi dan komunikasi serta kesulitan-kesulitan siswa dalam

pembelajaran.

3) Dokumentasi

Dokumentasi bermanfaat dalam pengumpulan nilai-nilai siswa sebagai data

sekunder untuk melihat kemajuan hasil belajar.

4) Tes

Tes dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi hasil belajar siswa, yang

diberikan sebelum penelitian dan setelah siswa mendapatkan tindakan dalam

pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan.

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

3.6.1 Metode Kualitatif

Analisis data kualitatif meliputi analisis hasil wawancara, pengamatan

(observasi) proses pembelajaran dan di analisis dengan analisis deskriptif

berdasarkan observasi dan refleksi.

3.6.2 Teknik Analisis Kuantitatif

Tes awal dan tes akhir dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) menentukan kriteria penilaian yang diberikan kepada siswa dan mentabulasi

frekuensi sesuai dengan kategori penilaian,

Page 28: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

28

2) dari hasil tabulasi data, dapat dihitung presentase dari masing-masing sesuai

dengan ranahnya masing-masing,

3) penarikan simpulan dari masing-masing data yang diperoleh sesuai dengan

fenomena yang diteliti berdasarkan besar kecilnya presentase tersebut,

Teknik analisis kuantitatif dalam penelitian ini memaparkan analisis data

hasil angket wawancara, pengamatan dan pada aktivitas proses pembelajaran di

kelas. Analisis data tentang hasil belajar siswa akan dilakukan dengan teknik

perbandingan dari dua strategi yang berbeda dengan mengetahui:

1) Rata-rata (x) kelas yang dicapai

2) Ketuntasan secara individual yaitu dengan menghitung jumlah siswa yang

dapat mencapai nilai standar atau lebih sesuai dengan KKM yang ditentukan

oleh sekolah.

3) Ketuntasan Klasikal ditentukan dari:

Pada analisis data ini dicari persentase tingkat keterampilan berbicara siswa dan

selanjutnya dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan kriteria tersebut adalah

Persentase Tingkat keaktifan

90-100

80-89

65-79

55-64

0-54

Sangat baik

Baik

Cukup baik

Kurang baik

Sangat kurang baik

Jumlah ketuntasan individu x 100 % Jumlah siswa

Page 29: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

29

3.7 Skenario Tindakan

Tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan

scenario kerja dan prosedur tindakan dengan mengadapatasi model Kemmis dan

Mc Taggart,yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)

observasi dan (4) refleksi.

3.7.1 Perencanaan Tindakan

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pada tahap ini peneliti

bersama observer pendamping (secara kolaboratif) merumuskan dan

mempersiapkan: rencana jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan

pembelajaran, materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar

tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi, dan

mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data.

3.7.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada dasarnya disesuaikan dengan setting tindakan

yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Secara

operasional tindakan dalam proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti

selaku guru mata pelajaran bahasa Inggris dan dibantu oleh seorang observer

pendamping (teman sejawat) yang berperan sebagai penilai. Penilaian terhadap

proses belajar siswa dilaksanakan sejak awal pembelajaran hingga kegiatan

pembelajaran berakhir.

Page 30: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

30

Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus (siklus I dan siklus II),

tiap siklus dengan alokasi waktu 135 menit (3 x 45 menit) sesuai dengan program

tahunan yang ditetapkan sekolah. Instrumen pengumpulan data yang

dipergunakan sebagai bahan penilaian terhadap aktivitas proses dan hasil belajar

siswa adalah menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah dipersiapkan,

seperti (1) lembar observasi (pengamatan), lembar penilaian dan teknik penilaian

yang dipergunakan disesuaikan dengan objek yang dinilai dan disesuaikan dengan

tujuan penilaian.

Untuk menilai aktivitas proses dan hasil belajar siswa, teknik penilaian

yang dipergunakan adalah dengan (1) mengumpulkan data-data atau informasi

dari hasil observasi (pengamatan), dan (2) lembar penilaian tes keterampilan

berbicara siswa. Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar

mengajar dalam penelitian tindakan. Peneliti bersama seorang observer

pendamping melakukan penilaian tersebut. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian

ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dilaksanakan melalui

tiga tahap kegiatan, yaitu (a) kegiatan awal, (b) kegiatan inti, dan (c) kegiatan

akhir.

3.7.3 Pelaksanaan Observasi (Pengamatan)

Tahap ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama

observer pendamping untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas proses

belajar siswa. Observasi (pengamatan) tersebut dilakukan untuk mengenali,

merekam dan mengumpulkan data dari setiap indikator mengenai unjuk kerja

Page 31: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

31

siswa dalam proses belajar kelompok selama berlangsungnya kegiatan

pembelajaran dalam penerapan media CALL untuk meningkatkan hasil belajar

speaking siswa. Adapun fungsi dilakukannya observasi (pengamatan) tersebut

adalah untuk mengetahui sejauhmana perhatian dan aktivitas proses belajar siswa

dalam keterampilan berbicara.

Adapun instrumen yang dipergunakan untuk melakukan observasi

(pengamatan) tersebut adalah lembar penilaian yang telah ditetapkan. Objek

dilakukannya observasi (pengamatan) itu adalah sikap/perilaku siswa dalam

proses belajar kelompok selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan

keterampilan berbicara, sesuai dengan indikator penilaian yang ditetapkan.

3.7.4 Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi dan eksplanasi

(penjelasan) terhadap semua data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian

tindakan yang dilaksanakan.

Data yang telah terkumpul kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan

analisis dan diinterpretasi, sehingga dapat diketahui hasil dari pelaksanaan

tindakan yang dilakukan. Hasil analisis dan interpretasi tersebut sebagai dasar

untuk melakukan evaluasi sehingga dapat diketahui akan berhasil tidaknya

terhadap tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan.

Page 32: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

32

3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan diseleksi atau

diklasifikasikan terlebih dahulu. Data yang memiliki keandalan dan reabilitas

terhadap permasalahan yang dikaji dimasukkan sebagai data primer data yang

rendah tidak akan digunakan dalam menentukan hasil penelitian.

Data primer yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) antara

lain: data hasil wawancara dengan guru dan siswa, data nilai prestasi belajar siswa

sesudah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dan catatan observasi tindakan

(proses pembelajaran). Berdasarkan hasil observasi dianalisis dan disajikan dalam

bentuk tabel dengan penjelasan tentang perubahan yang dicapai sebagai hasil

belajar dalam proses pembelajaran.

Page 33: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2011

sampai dengan tanggal 5 April 2011di SMK N Kubu Bangli kelas XI tahun ajaran

2010/2011 pada semester genap dengan kompetensi dasar “Mengungkap berbagai

macam maksud hati”. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 tahapan,

yaitu siklus I dan siklus II.

Penelitian tindakan kelas tersebut memeroleh hasil temuan dari setiap

siklus yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian tersebut kemudian dideskripsikan

dianalisis dan direfleksikan untuk mengetahui kekurangan serta kelebihan dari

setiap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu hasil temuan

tersebut dapat direfleksikan dari setiap pembelajaran yang disampaikan terhadap

siswa dan dibuat rencana juga pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dapat diuraikan

sebagai berikut:

4.1.1 Hasil Penelitian pada Siklus I (5 Maret pukul 08.10- 09.30)

Sebagaimana penelitian tindakan kelas maka penelitian ini dilakukan

dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, pada

akhirnya membentuk sebuah siklus. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 34: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

34

4.1.1.2 Perencanaan Tindakan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah:

a. Analisis kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mata pelajaran

bahasa Inggris kelas XI dan studi pustaka untuk menyiapkan bahan-bahan

persiapan pembelajaran.

b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok

bahasan “Mengungkapkan berbagai macam maksud hati” dengan mengacu

pada tindakan yang ditetapkan dalam PTK yaitu dengan menggunakan

CALL.

c. Menyiapkan media laptop dan alat pembelajaran dengan LCD dan VCD

materi percakapan native speaker.

d. Menyusun instrumen penggali data yang akan digunakan dalam penelitian:

panduan observasi, panduan wawancara, tes berbicara (speaking test).

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan

Adapun tindakan yang dilakukan di kelas pada siklus I adalah sebagai berikut:

Kegiatan Alokasi

Waktu

(menit)

Keterangan

A. Kegiatan Awal

1) Membuka pelajaran

2) Melakukan absensi

kehadiran siswa.

3) Menciptakan suasana

15 menit

1) Mengucapkan salam

2) Mengecek kehadiran

siswa

3) Mengalihkan perhatian

Page 35: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

35

belajar di kelas.

4) Menyampaikan topik

bahasan tentang ungkapan-

ungkapan yang digunakan

dalam invitation.

5) Menjelaskan kompetensi

dasar.

6) Membagi siswa dalam

kelompok.

siswa untuk memulai

pelajaran.

4) Ungkapan-ungkapan

yang digunakan dalam

invitation:

-Would you like…..

-Do you fancy coming to

the cinema tonight?

-Are you free next

Thursday?

-Are you doing anything

next weekend?

5) Menjelaskan kepada

siswa tentang

ungkapan dalam

invitation.

6) Tiap kelompok terdiri

dari 2-3 siswa.

Kegiatan Inti:

7) Menjelaskan materi

pokok pembelajaran

tentang ketrampilan

berbicara dengan

menonton video.

8) Guru menyiapkan media

laptop dan LCD.

35 menit

7) Memberikan

penjelasan kepada

siswa tentang

invitation dan siswa

dapat mencermati

video.

8) Guru menyiapkan

peralatan yang

digunakan dalam

Page 36: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

36

9) Meminta siswa untuk

menyaksikan tayangan

video.

10) Meminta siswa untuk

mencermati percakapan.

11) Meminta siswa untuk

memahami ungkapan-

ungkapan yang

digunakan dalam

percakapan.

12) Memberikan tugas

kepada siswa untuk

membuat dialog sesuai

dengan tema yang

diberikan dan siswa

juga diperbolehkan

membuat tema sendiri.

13) Memberikan

kesempatan kepada

siswa untuk belajar

kelompok tentang

tugas yang diberikan

oleh guru.

14) Memberikan

proses pembelajaran.

9) Guru menanyangkan

video.

10) Guru menayangkan

video dan siswa

diminta untuk

mencermati tayangan

video. Dan siswa dapat

memahami ungkapan-

ungkapan yang

digunakan.

11) Guru memberikan

tugas kepada siswa

12) Guru membimbing

siswa apabila siswa

mengalami kesulitan

dan mengoreksi hasil

belajar siswa.

Page 37: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

37

bimbingan kepada

siswa yang mengalami

kesulitan dalam latihan

berkaitan dengan tugas

yang diberikan.

15) Melakukan

pengamatan dan

penilaian terhadap

aktivitas proses belajar

siswa dalam

mengerjakan tugas

13) Menggunakan lembar

observasi

(pengamatan).

C. Kegiatan Akhir

16) Menyampaikan ringkasan

materi pelajaran.

17) Melakukan tes

keterampilan berbicara.

18) Mengakhiri /menutup

pembelajaran.

35 menit

14) Menggunakan lembar

penilaian.

15) Mengucapkan salam.

Setelah materi pelajaran diberikan kepada siswa kemudian siswa diminta

untuk membuat tes. Jenis tes yang diberikan adalah jenis tes perbuatan yang mana

siswa diminta untuk langsung berbicara (speaking test) dengan teman atau

pasangan masing-masing.

Contoh tes yaitu: melakukan percakapan sesuai dengan yang kalian buat!. Tes

siklus I diadakan tanggal 19 Maret 2011. Adapun hasil belajar tes yang telah

dilakukan oleh siswa yang di tunjukkan pada tabel 4.1.

Page 38: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

38

1) Hasil Tes Siklus I

Seperti pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan

dengan memberikan post test kepada siswa dengan menunjukkan hasil belajar.

Untuk nilai diberikan dua klasifikasi yaitu kurang tuntas dan tuntas, kurang tuntas

berarti jika siswa kurang memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)

dengan nilai KKM 67 yang telah ditetapkan oleh sekolah dengan rentangan nilai

0-67. Sementara itu nilai tuntas berarti jika siswa memperoleh nilai di atas nilai

KKM dengan rentang nilai 67-100. Seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Tes Siklus I

NO Nama Siswa Aspek Penilaian Jumlah

skor

Nilai

Akhir

Ket

Keberanian

berbicara

Kelancaran

berbicara

Intonasi Kosakata

1 Ni Luh Fitriyani 20 20 20 10 70 70 Tuntas

2 S.A Made Meiyanti 20 22 17 10 69 69 Tuntas

3 Ni Nym parwati 20 21 16 10 67 67 Tuntas

4 A.A.Ayu Widiawati 20 25 20 15 80 80 Tuntas

5 Ni Kmg Kartikawati 20 21 18 10 69 69 Tuntas

6 Ni Wyn Diah Arvianti 20 23 22 10 75 75 Tuntas

7 I Wyn Ramasura 20 19 19 10 68 68 Tuntas

8 Ni Wyn Popitakarsi 20 19 13 8 60 60 Kurang

Tuntas

9 Ni Luh Pt Ita Purnami 20 19 19 10 68 68 Tuntas

10 Ni Kmg Rani Parwati 20 19 19 10 68 68 Tuntas

11 Ni Pt Erawati 20 25 20 15 80 80 Tuntas

12 I Wyn Ari Sudibya 20 20 18 10 68 68 Tuntas

13 I Wyn Adi Mariada 20 21 17 10 68 68 Tuntas

Page 39: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

39

14 I Pt Raka sudana 20 20 10 10 60 60 Kurang

Tuntas

15 I Kdk Agus Adi Putra 20 20 20 20 60 60 Kurang

Tuntas

16 I Wyn Dikadana 20 21 17 10 68 68 Tuntas

17 I.B Adi Purnama 20 19 13 8 60 60 Kurang

Tuntas

18 I Wyn Suarditana 20 20 18 10 68 68 Tuntas

19 I Gd Dedi Darmawan 20 22 16 10 68 68 Tuntas

20 I Wyn Sujana 20 20 18 10 68 68 Tuntas

21 I Wyn Endra wiradana 20 19 19 10 68 68 Tuntas

Rata –rata 68,0

Hasil tes dari siklus I yang telah dilaksanakan di dapat perolehan nilai rata-

rata adalah 68,0. Berdasarkan hasil dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

harus dicapai yaitu 67 dan dinyatakan sudah memenuhi harapan. Kategori sangat

baik dengan rentangan skor 90-100 belum ada sementara itu nilai yang termasuk

kategori baik dengan rentangan skor 80-89 ada 2 orang siswa dengan nilai 80 atau

8,0% dan rentangan skor 65-79 kategori cukup baik ada 15 orang siswa dengan

nilai 68 ada 10 orang siswa atau 76,2% dan nilai 69 ada 1 orang siswa atau 76,2

%, nilai 67 ada 1 orang siswa atau 76,2 % dan nilai 70 ada 1 orang siswa atau 76,2

% dan 1 orang siswa memperoleh skor 75 atau 76,2 %.

Adapun siswa yang mendapatkan nilai tuntas karena siswa tersebut

memang memiliki pengetahuan dasar dalam pelajaran bahasa Inggris sehingga

siswa-siswa tersebut mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru

diberikan kepada siswa sehingga siswa menjadi semakin aktif dalam belajar

setelah diberikan metode baru dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris.

Page 40: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

40

Sedangkan, bagi siswa yang mendapatkan nilai yang belum tuntas dalam

mencapai nilai KKM adalah siswa tersebut pengetahuannya kurang dalam

pelajaran bahasa Inggris disamping itu siswa-siswa tersebut dalam keadaan

kondusif namun siswa tersebut perlu diberikan motivasi untuk belajar. Melihat

dari hasil tersebut di atas masih dikatakan siswa kelas XI tahun pelajaran

2010/2011 memiliki kompetensi yang rendah. Secara rinci dari evaluasi

pembelajaran dengan menggunakan CALL yang dilaksanakan pada siklus I

diperoleh hasil berikut ini.

Tabel 4.2

Hasil Tes Keterampilan Berbicara

No Kategori Rentangan

Nilai

Frekuensi Bobot

Skor

Persen Rata –

rata

1 Sangat

kurang baik

0-54 0 0 0% 1463 21

=69,6

2 Kurang baik 55-64 4 240 60%

3 Cukup baik 65-79 15 1143 76,2%

4 Baik 80-89 2 80 80%

5 Sangat baik 90-100 0 0 0%

Jumlah 21 1463

Berdasarkan tabel di atas hasil belajar tes keterampilan berbicara kelas XI

tahun pelajaran 2010/2011 masih rendah terbukti dari rata-rata keterampilan

berbicara hanya 69,6. Adapun rincian data tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Page 41: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

41

dari jumlah keseluruhan siswa 21, kategori kurang baik dicapai oleh siswa

sebanyak 4 orang atau 6,0% dengan kategori cukup baik dicapai oleh siswa

sebanyak 15 orang siswa atau 76,2 % dan kategori baik dicapai oleh siswa

sebanyak 2 orang siswa atau 8,0% sedangkan kategori sangat kurang baik dan

kategori sangat baik belum ada siswa yang memperoleh skor tersebut.

Hasil tes siklus I mengalami peningkatan 96,1% Persentase kalau

dibandingkan dengan hasil tes awal. Hasil tes awal dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 4.3 Hasil Tes Awal

No Nama Siswa Nilai Ket

1 Ni Luh Fitriyani 70 Tuntas

2 Sang Ayu Made Meiyanti 60 Kurang tuntas

3 Ni Nyoman Parwati 60 Kurang tuntas

4 Anak Agung Ayu Widiawati 75 Tuntas

5 Ni Komang Kartikawati 60 Kurang tuntas

6 Ni Wayan Diah Arviani 70 Tuntas

7 I Wayan Ramasura 60 Kurang tuntas

8 Ni Wayan Popitakarsi 55 Kurang tuntas

9 Ni Luh Putu Ita Purnami 60 Kurang tuntas

10 Ni Komang Ari Rani Parwati 60 Kurang tuntas

11 Ni Putu Erawati 75 Tuntas

12 I Wayan Ari Sudibya 60 Kurang tuntas

Page 42: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

42

13 I Wayan Agus Adi Mariada 55 Kurang tuntas

14 I Putu Raka Sudana 55 Kurang tuntas

15 I Kadek Agus Adiputra 55 Kurang tuntas

16 I Wayan Dikadana 55 Kurang tuntas

17 Ida Bagus Adi Purnama 50 Kurang tuntas

18 I Wayan Suarditana 60 Kurang tuntas

19 I Gede Dedi Darmawan 55 Kurang tuntas

20 I Wayan Sujana 60 Kurang tuntas

21 I Wayan Endra Wiradana 60 Kurang tuntas

Rata-rata 65,9

Berdasarkan tabel di atas pembelajaran pada siklus I hasil belajar siswa

yang tuntas 17 orang siswa sedangkan yang kurang tuntas berjumlah 4 orang

siswa ini membuktikan bahwa hasil pembelajaran pada siklus I mengalami

peningkatan dan untuk lebih meningkatkan kembali hasil belajar maka, perlu ada

lagi tindakan selanjutnya yaitu pembelajaran pada tindakan siklus II.

4.1.1.4 Hasil Observasi Guru dan Siswa

Selama berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar pada tindakan

siklus I ini. Peneliti dengan dibantu seorang observer pendamping melakukan

penilaian melalui observasi (pengamatan) terhadap aktivitas proses belajar siswa

di kelas dengan diterapkannya CALL untuk pelajaran bahasa Inggris. Penilaian

observasi ditujukkan kepada perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan

Page 43: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

43

pembelajaran dan penilaian observasi kepada guru dalam memberikan pelajaran

kepada siswa. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian

yang telah disiapkan. Pedoman observasi perilaku siswa menggunakan skala

rikert, dengan rumus yang digunakan untuk memperoleh nilai perolehan adalah:

Dengan nilai kualifikasi adalah:

1. 1-25 = kurang

2. 26-50 = sedang

3. 51-75 = baik

4. 76-100 = sangat baik

Seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.3 pedoman observasi kelas dengan

acuan penerapan CALL dan tabel 4.4 pedoman observasi guru dalam melakukan

proses pembelajaran di kelas dengan acuan penerapan CALL.

Skor perolehan x 100 % Jumlah siswa

Page 44: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

44

Tabel 4.4

Pedoman Observasi Siswa Acuan Penerapan CALL

No Perilaku Siswa Skor Skor Maksimal 1 2 3 4

1 Perhatian Siswa Pada Waktu Belajar

A. Siswa tidak ngobrol dengan teman

sebangku.

B. Siswa tidak mengerjakan pekerjaan guru

lain saat guru mengajar.

C. Siswa membawa buku penunjang

pelajaran.

D. Siswa memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan guru.

100

100

71,4

100

2. Respon Siswa Dalam Belajar

A. Siswa mencatat hal penting dari penjelasan

guru

B. Siswa berani bertanya kepada guru.

C. Siswa berani mengungkapkan pendapat.

D. Siswa menjawab pertanyaan guru.

14,2

28,5

28,5

28,5

3. Kedisiplinan Siswa Dalam Belajar

A. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan

B. Siswa mengumpulkan tugas tepat pada

waktunya.

C. Siswa tidak keluar masuk kelas.

D. Siswa tidak membuat keributan saat guru

menjelaskan materi.

100

100

100

100

4. Partisipasi Siswa dalam Belajar

A. Ketika disuruh kedepan kelas siswa aktif

100

Page 45: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

45

melakukan perintah guru.

B. Berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan

persiapan, proses dan kelanjutan belajar.

C. Usaha dan kreativitas siswa dalam proses

pembelajaran.

D. Kemandirian belajar siswa.

76,1

76,1

76,1

Berdasarkan pedoman hasil dari pengamatan perilaku siswa dalam

penerapan CALL di SMKN Kubu Bangli pada siklus I yang telah dilakukan pada

tanggal 5 Maret 2011 sesuai dengan tabel 4.4 menunjukkan bahwa: siswa tidak

mengobrol dengan teman sebangku dan siswa tidak mengerjakan pekerjaan guru

lain saat mengajar memperoleh skor 100 yang berarti sangat baik. Siswa

membawa buku penunjang pelajaran memperoleh skor 71,4 yang berarti baik.

Siswa memperhatikan penjelasan guru memperoleh skor 100 yang berarti sangat

baik.

Respon siswa dalam belajar seperti: siswa mencatat hal penting dari

penjelasan guru memperoleh skor 14,2 yang berarti kurang. Siswa jarang

mencatat penjelasan-penjelasan dari guru. Siswa berani bertanya kepada guru dan

siswa berani mengungkapkan pendapat memperoleh skor 28,5 yang berarti cukup.

Siswa menjawab pertanyaan guru memperoleh skor 28,5 yang berarti cukup.

Kedisiplinan siswa dalam belajar di kelas selama kegiatan proses

pembelajaran berlangsung adalah siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru memperoleh skor 100 yang berarti sangat baik. Sedangkan siswa

mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, siswa tidak keluar masuk kelas dan

Page 46: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

46

siswa tidak membuat keributan di kelas memperoleh skor 100 yang berarti sangat

baik.

Partisipasi siswa dalam belajar di kelas adalah ketika disuruh ke depan

siswa aktif melakukan perintah guru memperoleh skor 100 yang berarti sangat

baik. Siswa berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan, proses dan

kelanjutan belajar memperoleh skor 76,1 yang berarti baik. Usaha dan kreativitas

siswa dalam belajar memperoleh skor 76,1 yang berarti baik dan kemandirian

belajar siswa memperoleh skor 76,1 yang berarti baik.

Tabel 4.5

Pedoman Observasi Guru dalam Melakukan Proses Pembelajaran

di Kelas dengan Acuan Penerapan CALL

No Hal yang Diamati Skor 1 2 3 4 5

1

2

3

4

5

6

7

8

Guru aktif sebagai fasilitator pembelajaran.

Guru mampu menciptakan pembelajaran yang

kreatif.

Guru menyiapkan persiapan untuk mengajar.

Guru mampu mengelola kelas.

Guru mampu menumbuhkan semangat siswa.

Pembelajaran terpusat pada siswa.

Guru mengajar secara demokratis.

Pembelajaran yang dikemas melalui CALL

√ √

Page 47: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

47

9

10

mampu menarik dan dapat meningkatkan minat

siswa untuk belajar.

Guru mampu memanfatkan waktu dengan efektif.

Guru mengajar dengan senyuman.

√ √

Berdasarkan tabel di atas Observasi guru dalam melakukan proses

pembelajaran dengan menggunakan CALL menunjukkan bahwa guru sangat aktif

sebagai fasilitator dalam pembelajaran memperoleh skor 3 yang berarti cukup

untuk itu siswa perlu di motivasi agar semangat mereka dalam belajar semakin

ditingkatkan, guru mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dapat

mengelola kelas dengan baik serta dapat memotivasi siswa dengan baik

memperoleh skor 4 yang berarti baik. Pembelajaran berpusat pada siswa

memperoleh skor 3. Guru mengajar sangat demokratis dan pembelajaran melalui

CALL memberikan respon kepada siswa sehingga dapat meningkatkan minat

siswa untuk belajar memperoleh skor 5 yang berarti sangat baik dan guru mampu

memanfaatkan waktu dengan efektif dan guru mengajar dengan senyuman

memperoleh skor 3 yang berarti cukup.

Berdasarkan hasil observasi perilaku siswa dan guru yang mengajar

dikelas, observasi perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sangat

baik namun beberapa siswa perlu diingatkan untuk membawa kamus bahasa

Inggris ke sekolah sebagai penunjang untuk belajar agar proses pembelajaran bisa

berjalan dengan lancar. Kedisiplinan siswa dan partisipasi siswa perlu

ditingkatkan. Observasi guru yang mengajar dikelas adalah guru dalam mengajar

Page 48: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

48

perlu bersikap ramah kepada siswa agar lebih termotivasi dan guru perlu

memperhatikan waktu pada saat mengajar sehingga tidak kekurangan waktu

dalam mengajar.

4.1.1.5 Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah

ditetapkan, wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada seluruh siswa dalam

penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa. Adapun hasil

dari wawancara yang telah dilakukan dapat di tunjukkan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Pedoman Wawancara Siswa Acuan Penerapan CALL

No Hal yang di Wawancara Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah pembelajaran bahasa Inggris

dengan menggunakan CALL sangat

menarik?

2. Apakah pelajaran speaking dalam bahasa

Inggris perlu menggunakan CALL?

3. Apakah pelajaran bahasa Inggris dapat

meningkatkan motivasi belajar dengan

menggunakan CALL?

4. Apakah pelajaran bahasa Inggris dengan √

Page 49: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

49

menonton video sangat menyenangkan?

5. Apa komentar kamu tentang pelajaran

bahasa Inggris dengan menggunakan

CALL?

Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah

ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara yang didapat bahwa sebagian besar

siswa menyatakan pembelajaran bahasa Inggris pada keterampilan berbicara

(speaking) dengan menggunakan CALL sangat menarik dan menyenangkan.

Siswa sangat mendukung pelajaran speaking dalam bahasa Inggris dengan

menggunakan CALL. Perhatian siswa saat belajar dan respon siswa dalam belajar

sangat meningkat. Namun beberapa siswa masih perlu untuk dibimbing dan

diberi semangat agar siswa tersebut bisa termotivasi untuk belajar. Seperti pada

hasil belajar yang ditunjukkan pada tabel 4.1 hasil belajar tes siklus I

menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan

minimal (KKM) dan siswa tersebut sudah dibimbing dan dibina. Di lain pihak

siswa-siswa tersebut jarang bisa hadir setiap proses pembelajaran adanya faktor

lain sebagai penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi adalah: 1 orang

diantaranya dalam keadaan sakit dan 1 orang dalam keadaan yang kurang

kondusif keluarganya, sedangkan 2 orang siswa memang malas, jarang hadir di

sekolah dan kurang IQnya.

Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang malas,

jarang hadir di sekolah dan IQnya kurang, permasalahan ini sangat menarik

Page 50: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

50

dicermati dengan teori motivasi menurut Pintrich (2003) mengatakan bahwa

motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat

mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-

tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan

keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha,

berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya. Dan menurut

woolfolk (1993) mengatakan bahwa motivasi untuk belajar melibatkan lebih dari

keinginan atau kehendak untuk belajar mencakup juga dengan mental atas usaha

siswa oleh karena itu, motivasi belajar dapat dikatakan efektif apabila dapat

memberikan penempatan mental pada belajar, karena kalau tidak ada motivasi

akan menjadi kekuatan yang merusak dan bukan kekuatan yang membimbing.

Untuk itu, perlu adanya motivasi kepada siswa tersebut baik motivasi secara

intrinsik dan motivasi secara ekstrinsik.

Winkle (1996) mengatakan bahwa ada dua jenis motivasi yang dapat

dikaitkan dengan kegiatan belajar, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

(a). Motivasi instrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya

tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang

dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.

(b). Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah

laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak di luar tingkah laku

tersebut.

Page 51: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

51

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 jenis motivasi yang

berkaitan dengan kegiatan belajar, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi

instrinsik. Kekhasan motivasi belajar ekstrinsik bukanlah ada atau tidak adanya

pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada

dasarnya belajar dapat dipenuhi dengan cara lain. Sedangkan kekhasan motivasi

belajar ekstrinsik ialah menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan adalah belajar oleh karena itu, kedua jenis motivasi belajar

ini sering diaplikasikan oleh siswa dalam setiap kegiatan belajarnya.

Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar menurut Kock (dalam

Sardiman, 2001) adalah:

(a). Faktor keluarga

Pengaruh orang tua dapat berupa pemberian latihan dan contoh perbuatan

belajar, keakraban orang tua dan anak serta kesesuaian antara harapan orang tua

dengan kemampuan anak, orang tua yang mempunyai pengaruh yang baik akan

menimbulkan persepsi positif dan menumbuhkan semangat dan motivasi untuk

belajar.

(b). Faktor sekolah atau lingkungan sekolah

Suasana di sekolah penting dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Pembentukan motivasi belajar di sekolah ditentukan oleh guru, staff, sekolah dan

lingkungan sekolah. Penyediaan fasilitas yang diperlukan juga akan sangat

membantu pembentukan motivasi.

Page 52: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

52

(c). Ketekunan dalam belajar

Ketekunan dalam belajar sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil

belajar yang baik. Siswa yang memiliki ketekunan dalam belajar serta tidak

mudah merasa putus asa. Dalam kaitan dengan kegagalan dalam proses belajar,

Prayitno (1999) mengatakan bahwa salah satu karakteristik siswa yang memiliki

motivasi belajar tinggi adalah ketekunan belajar, Sardiman (2010) juga

mengatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi

menunjukkan adanya ketekunan dalam belajar serta tidak berputus asa dalam

belajar. Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

motivasi belajar meliputi minat dalam belajar, karena siswa yang memiliki

motivasi belajar yang kuat akan menampakkan minat yang besar untuk belajar,

kosentrasi terhadap pelajaran bahwa siswa mempunyai motivasi belajar yang

tinggi akan senantiasa mengkonsentrasikan pikirannya pada pelajaran di sekolah.

Ketekunan dalam belajar bahwa siswa yang memiliki ketekunan dalam belajar

serta mudah merasa putus asa ketika mendapatkan kegagalan dalam proses belajar

dan adanya keinginan untuk belajar.

Terkait dengan siswa yang mengalami masalah keadaan keluarga yang

kurang kondusif dan siswa dalam keadaan sakit sangat menarik dicermati dengan

teori motivasi belajar menurut Sudarwan Danim (2004: 2) mengatakan bahwa

motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan,

atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang

untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni: (1) faktor pendorong

Page 53: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

53

atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, (2) tujuan yang ingin

dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai

tujuan tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas teori behaviorisme mengatakan bahwa orang

yang belajar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif perubahan tidak hanya

terjadi di lingkungan saja tetapi juga di dalam diri orang itu. Untuk itu guru perlu

memotivasi siswa dengan cara memberikan dorongan dan selalu membimbingnya.

Teori belajar S-R (stimulus–respons) yang langsung ini disebut juga dengan

koneksionisme menurut Thorndike, dan behaviorisme menurut Watson,

mengatakan dalam perkembangan besarnya koneksionisme juga dikenal dengan

psikologi behavioristik.

Stimulus dan respons (S-R) tersebut memang harus dapat diamati,

meskipun perubahan yang tidak dapat diamati seperti perubahan mental itu

penting, namun menurutnya tidak menjelaskan apakah proses belajar tersebut

sudah terjadi apa belum. Dengan asumsi demikian, dapat diramalkan perubahan

apa yang akan terjadi pada anak.

Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini

memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia

sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang

membentuk kepribadian manusia. Behaviorisme tidak bermaksud

mempermasalahkan norma-norma pada manusia. Apakah seorang manusia

tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional. Di sini hanya

Page 54: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

54

dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan

lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar.

Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai

hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons yang di

tampilkan oleh individu. Respons tertentu akan muncul dari individu, jika diberi

stimulus dari luar. Pada umumnya teori belajar yang termasuk ke dalam keluarga

besar behaviorisme memandang manusia sebagai organisme yang netral-pasif-

reaktif terhadap stimulus di sekitar lingkungannya. Orang akan bereaksi jika

diberi rangsangan oleh lingkungan luarnya. Demikian juga jika stimulus

dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat

berubahnya perilaku individu.

Motivasi belajar terkait erat dengan struktur pembelajaran yang digunakan

guru di kelas. Guru harus mengambil bagian-bagian yang baik dari setiap struktur

pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam hal ini, guru bisa

memberikan rewards kepada siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru maupun dalam tanya jawab. Guru mengadakan pendekatan kepada siswa

tentang masalah belajar yang dihadapi.

4.1.1.6 Temuan Siklus I

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan penerapan CALL pada

pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa.

Adapun hal-hal yang telah ditemukan dalam speaking tes siswa pada tindakan

sikus I seperti yang tertera pada tabel 4.7.

Page 55: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

55

Tabel 4.7

Temuan Siklus I

Tes Awal Tes Siklus I

A:Morning B: Morning A:Can you come to my house, I have a party? A:Yes, I can, what party? B: It is my birthday party. A: Oh ya, that good, I will come B:What time the party? A:At the 7 PM in my house. B:O.K A:Thank you B:Thank you

A:Good morning B:Good morning A:How are you, today? B:Fine. A:Would you like to come my birthday party? B:Yes, I would love to and what is time? A:At 7 PM in my house B:Thank you for your invitation? A:You are welcome

4.1.1.7 Refleksi

Setelah proses pembelajaran dilaksanakan, maka dilakukan analisis

terhadap kegiatan pembelajaran, hasil wawancara, lembar observasi dan hasil

evaluasi sehingga diperoleh data yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

melaksanakan tindakan selanjutnya.

Berdasarkan pada tabel di atas, Adapun perubahan dari siswa yang

diperoleh setelah dilakukan tindakan siklus I mengenai kemampuan berbicara

siswa dalam bahasa Inggris. Kemampuan siswa dalam berbicara mengalami

perubahan dan peningkatan, siswa terlihat tidak canggung dalam berbicara

meskipun masih ada beberapa kekeliruan yang terdapat pada siswa dalam

berbicara, hal tersebut tampak pada, 1) keberanian siswa dalam berbicara bahasa

Page 56: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

56

Inggris, keberanian siswa mulai tampak dalam berbicara bahasa Inggris namun

masih ada siswa yang ragu dalam berbicara bahasa Inggris. 2) Kelancaran siswa

dalam berbicara bahasa Inggris, kelancaran siswa dalam berbicara bahasa Inggris

bagus seperti yang tunjukkan oleh hasil akhir dari siklus I. 3) Intonasi dalam

berbicara bahasa Inggris, beberapa siswa masih sulit dalam mengucapkan kata-

kata dalam bahasa Inggris namun hasil dari tes awal dan tes akhir menunjukkan

siswa sudah mengalami perubahan dalam belajar, dan perubahan tersebut seperti

ditunjukkan oleh tabel di atas. 4) Penggunaan kosakata dan tatabahasa, dalam

tindakan tes awal sangat rendah namun perbedaan terlihat pada tindakan siklus 1

seperti;

1. Students expression pada tes akhir siklus 1:

1) Pada hasil tes siklus I siswa hanya menyucapkan Fine seharusnya I am

fine, thank you and you? Atau I am fine, and you?

2. Students expression tes awal:

2) Morning seharusnya siswa menyucapkan good morning.

3) Can you come to my house because I have a party. Seharusnya would you

like to come my birthaday party?

4) Yes I can what a party?seharusnya I’d love to,thanks

5) It is my birthday party seharusnya tidak digunakan karena sudah

menyebutkan would you like to come my birthaday party?

6) Oh ya, that good, I will come seharusnya I will come tidak perlu

digunakan. Yang tepat adalah that the sounds lovely, thanks atau that’s

very kind of you, thanks.

Page 57: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

57

7) Thank you pada pembicara ke 2 yang seharusnya you are welcome.

Hasil speaking tes siswa dalam expressions of invitation and greeting pada tes

awal dan tes akhir siklus I hasil speaking siswa berdasarkan pada hasil yang

tertera dalam tabel di atas adaya perubahan yang terlihat dari sebelum

tindakan dan sesudah tindakan pada siklus I. adanya kata yang diberi tanda

dalam tabel di atas yang berarti beberapa dari hasil speaking siswa yang

ditemukan dan kalimat tersebut kurang lengkap dalam penempatan kata-kata

dan kaidahnya. siswa masih terlihat ragu-ragu dan keliru dalam menempatkan

kata-kata yang harus diungkapkan namun adanya perubahan speaking siswa

dalam expressions of invitation and greeting pada siklus I. Hasil speaking tes

siswa dalam tindakan siklus I baik dari tes awal.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa tes siklus 1 telah

mampu meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat memotivasi siswa untuk

berbicara dalam bahasa Inggris dan perlu dilakukan tindakan selanjutnya.

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II (2 April 2011, pukul 10.45-11.55)

Pelaksanaan siklus II meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi dari hasil pembelajaran siklus I dan tahapan yang dilakukan

sama dengan siklus I.

Page 58: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

58

4.1.2.1 Hasil Tes Siklus II

Seperti pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan

dengan memberikan post test kepada siswa dengan menunjukkan hasil belajar

seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.8 Hasil Tes Siklus II

NO Nama Siswa Aspek Penilaian Jumlah

skor

Nilai

Akhir

Ket

Keberanian

berbicara

Kelancaran

Berbicara

Intonasi Kosakata

1 Ni Luh Fitriyani 20 23 20 12 75 75 Tuntas

2 S.A Made Meiyanti 20 22 17 10 69 69 Tuntas

3 Ni Nym parwati 20 22 16 10 68 68 Tuntas

4 A.A. Ayu Widiawati 20 25 20 15 80 80 Tuntas

5 Ni Kmg Kartikawati 20 20 18 11 69 69 Tuntas

6 Ni Wyn Diah Arvianti 20 23 20 12 75 75 Tuntas

7 I Wyn Ramasura 20 20 18 10 68 68 Tuntas

8 Ni Wyn Popitakarsi 20 20 17 10 67 67 Tuntas

9 Ni Luh Pt Ita Purnami 20 20 18 10 68 68 Tuntas

10 Ni Kmg Rani Parwati 20 20 18 10 68 68 Tuntas

11 Ni Pt Erawati 20 25 20 15 80 80 Tuntas

12 I Wyn Ari Sudibya 20 20 18 10 68 68 Tuntas

13 I Wyn Adi Mariada 20 20 18 10 68 68 Tuntas

14 I Pt Raka sudana 20 20 17 10 67 67 Tuntas

15 I Kdk Agus Adi Putra 20 20 17 10 67 67 Tuntas

16 I Wyn Dikadana 20 21 17 10 68 68 Tuntas

17 I.B Adi Purnama 20 19 15 10 67 67 Tuntas

18 I Wyn Suarditana 20 20 18 10 68 68 Tuntas

19 I Gd Dedi Darmawan 20 20 18 10 68 68 Tuntas

20 I Wyn Sujana 20 20 18 10 68 68 Tuntas

Page 59: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

59

21 I Wyn Endra wiradana 20 20 18 10 68 68 Tuntas

Rata –rata 72,9

Hasil tes siklus II yang telah dilaksanakan memperoleh nilai rata-rata 72,9.

Berdasarkan hasil dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai

yaitu 67 dan dinyatakan sudah memenuhi harapan. Pada kategori sangat baik

dengan rentangan skor 90-100 belum ada, sementara itu nilai yang termasuk

kategori baik dengan rentangan skor 80-89 ada 2 orang siswa dengan nilai 80 atau

8,0 % dan rentangan skor 65-79 kategori cukup baik ada 19 orang siswa dengan

nilai 67 ada 4 orang siswa dan dengan perolehan nilai 68 ada 11 orang siswa atau

68,6% ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai 75 ato 68,6%. Dan rentangan

nilai 80-89 terdapat 2 orang siswa dengan perolehan nilai 80 atau 8,0%

Berdasarkan tabel di atas pada hasil tes dari siklus II yang telah

dilaksanakan perolehan nilai rata-rata yang harus dicapai yaitu 67 dan dinyatakan

sudah memenuhi harapan. Pembelajaran pada siklus II sesuai dengan harapan.

Secara rinci dari evaluasi pembelajaran dengan menggunakan CALL yang

dilaksanakan pada siklus II diperoleh hasil berikut ini.

Tabel 4.9

Hasil Tes Keterampilan Berbicara

No Kategori Rentangan

Nilai

Frekuensi Bobot

Skor

Persen Rata –

rata

1 Sangat

kurang baik

0-54 0 0 0% 1464 21

=69,7 2 Kurang baik 55-64 0 0 0%

Page 60: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

60

3 Cukup baik 65-79 19 1304 68,6%

4 Baik 80-89 2 160 8,0%

5 Sangat baik 90-100 0 0 0%

Jumlah 21 1464

Berdasarkan tabel di atas hasil tes keterampilan berbicara pada siklus II

dapat dilihat bahwa kategori sangat kurang baik dengan rentang nilai 0-54 tidak

ada siswa yang memperoleh nilai tersebut, kategori kurang baik dengan rentang

nilai 55-64 juga tidak ada, kategori cukup baik dengan rentang nilai 65-79

terdapat 4 orang siswa atau 68,6% yang memperoleh nilai 67, terdapat 11 siswa

atau 68,6 % yang memperoleh nilai 68, terdapat 2 atau 68,6 % orang siswa yang

memperoleh nilai 69, terdapat 1 orang siswa atau 68,6 % yang memeperoleh nilai

70 dan 1 orang siswa atau 68,6% yang memperoleh nilai 75. Katagori baik dengan

rentang nilai 80-89 terdapat 2 orang siswa atau 68,6 % memperoleh nilai 80. Dan

dengan kategori sangat baik dan rentang nilai 90-100 belum ada siswa yang

memperoleh nilai tersebut. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam siklus II

adalah 69,7, jika dibandingkan dengan siklus I tampak ada peningkatan.

4.1.2.2 Hasil Observasi Guru dan Siswa

Selama berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar pada tindakan

siklus II ini. Peneliti dengan dibantu seorang observer pendamping melakukan

penilaian melalui observasi (pengamatan) terhadap aktivitas proses belajar siswa

di kelas dengan diterapkannya CALL untuk pelajaran bahasa Inggris. Penilaian

Page 61: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

61

observasi ditujukan kepada perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran dan penilaian observasi kepada guru dalam memberikan pelajaran

kepada siswa. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian

yang telah disiapkan. Pedoman observasi perilaku siswa menggunakan skala

rikert, dengan rumus yang digunakan untuk memperoleh nilai perolehan adalah:

Dengan nilai kualifikasi adalah:

1. 1-25 = kurang

2. 26-50 = sedang

3. 51-75 = baik

4. 76-100 = sangat baik

Seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.3 pedoman observasi kelas dengan acuan

penerapan CALL dan tabel 4.4 pedoman observasi guru dalam melakukan proses

pembelajaran di kelas dengan acuan penerapan CALL.

Tabel 4.10

Pedoman Observasi Siswa Acuan Penerapan CALL

No Perilaku Siswa Skor Skor

Maksimal 1 2 3 4

1 Perhatian Siswa Pada Waktu Belajar

A. Siswa tidak ngobrol dengan teman sebangku.

B.Siswa tidak mengerjakan pekerjaan guru lain

100

100

Skor perolehan x 100 % Jumlah siswa

Page 62: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

62

saat mengajar.

C.Siswa membawa buku penunjang pelajaran.

D.Siswa memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan guru.

85,7

100

2. Respon Siswa Dalam Belajar

A. Siswa mencatat hal penting dari penjelasan guru

B. Siswa berani bertanya kepada guru.

C. Siswa berani mengungkapkan pendapat.

D. Siswa menjawab pertanyaan guru.

28,5

76,1

76,1

76,1

3. Kedisiplinan Siswa Dalam Belajar

A. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan.

B. Siswa mengumpulkan tugas tepat pada

waktunya.

C. Siswa tidak keluar masuk kelas.

D. Siswa tidak membuat keributan saat guru

menjelaskan materi.

100

100

100

100

4. Partisipasi Siswa dalam Belajar

A. Ketika disuruh kedepan kelas siswa aktif

melakukan perintah guru.

B. Berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan

persiapan, proses dan kelanjutan belajar.

C. Usaha dan kreativitas siswa dalam proses

pembelajaran.

D. Kemandirian belajar siswa.

100

100

76,1

76,4

Page 63: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

63

Berkaitan dengan hasil observasi perilaku siswa dalam proses pembelajaran di

kelas telah banyak mengalami perubahan yaitu, siswa terlihat lebih aktif dalam

mengikuti mengikuti proses pembelajaran dan siswa sangat disiplin dalam

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sehingga siswa dapat

memberikan motivasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Situasi belajar pun

tercipta serta peran guru yang selalu membimbing siswa dan mengadakan

pendekatan dengan siswa untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh

siswa.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus ke 2 menunjukkan perhatian siswa

pada waktu belajar yang terdiri dari siswa tidak ngobrol dengan teman

sebangkunya memperoleh skor 100 yang berarti sangat baik, siswa tidak

mengerjakan pekerjaan guru lain saat guru mengajar memperoleh skor 100 yang

berarti sangat baik, siswa membawa buku penunjang memperoleh skor 85,7 yang

berarti sangat baik dan siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru

memperoleh skor 100 yang berarti sangat baik.

Respon siswa dalam belajar yang terdiri dari siswa mencatat hal penting

dari penjelasan guru memperoleh skor 28,5 yang berarti cukup. Siswa berani

bertanya kepada guru memperoleh skor 76,1 yang berarti sangat baik dan siswa

berani mengungkapkan pendapat dan siswa menjawab pertanyaan guru

memperoleh skor 76,1 yang berarti sangat baik.

Kedisiplinan siswa dalam belajar yang terdiri dari siswa mengerjakan

tugas yang diberikan memperoleh skor 100 yang berarti baik. Siswa

mengumpulkan tugas tepat pada waktunya memperoleh skor 100 yang berarti

Page 64: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

64

baik, siswa tidak keluar masuk kelas dan siswa tidak membuat keributan saat guru

menjelaskan materi memperoleh skor 100 yang berarti sangat baik.

Partisipasi siswa dalam belajar yang terdiri dari ketika disuruh ke depan

kelas siswa aktif melakukan perintah guru, dan berpartisipasi (ikut serta) dalam

kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar memperoleh skor 100 yang

berarti sangat baik. Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran

memperoleh skor 76,1 yang berarti baik dan kemandirian belajar siswa

memperoleh skor 76,4 yang berarti baik.

Page 65: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

65

Tabel 4.11

Pedoman Observasi Guru dalam Melakukan Proses Pembelajaran di Kelas

dengan Acuan Penerapan CALL

No Hal Yang Diamati Skor

1 2 3 4 5

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Guru aktif sebagai fasilitator pembelajaran.

Guru mampu menciptakan pembelajaran yang

kreatif.

Guru menyiapkan persiapan untuk mengajar.

Guru mampu mengelola kelas.

Guru mampu menumbuhkan semangat siswa.

Pembelajaran terpusat pada siswa.

Guru mengajar secara demokratis.

Pembelajaran yang dikemas melalui CALL

mampu menarik dan dapat meningkatkan minat

siswa untuk belajar.

Guru mampu memanfatkan waktu dengan

efektif.

Guru mengajar dengan senyuman.

Berdasarkan observasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,

guru aktif sebagai fasilitator pembelajaran memperoleh skor 4 yang berarti baik.

Guru mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan guru menyiapkan

Page 66: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

66

persiapan untuk mengajar memperoleh skor 5 yang berarti sangat baik. Guru

mampu mengelola kelas memperoleh skor 4 yang berarti baik. Guru mampu

menumbuhkan semangat siswa memperoleh skor 5 yang berarti sangat baik.

Pembelajaran terpusat pada siswa memperoleh skor 4 yang berarti sangat baik.

Guru mengajar secara demokratis dan pembelajaran yang di kemas guru melalui

CALL dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar memperoleh skor 4 yang

berarti sangat baik dan guru mampu memanfaatkan waktu dengan efektif dan guru

mengajar dengan senyuman memperoleh skor 4 yang berarti baik.

Berkaitan dengan hasil observasi guru dan perilaku siswa dalam proses

pembelajaran di kelas mengalami perubahan yaitu, siswa terlihat lebih aktif dalam

mengikuti mengikuti proses pembelajaran dan siswa sangat disiplin dalam

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat memberikan

motivasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Situasi belajar pun tercipta serta

Peran guru yang selalu membimbing siswa dan mengadakan pendekatan dengan

siswa mengenai kesulitan belajar yang dihadapi.

4.1.2.3 Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah

ditetapkan. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada seluruh siswa dalam

penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa. Adapun hasil

dari wawancara yang telah dilakukan dapat di tunjukkan pada tabel 4.12.

Page 67: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

67

Tabel 4.12

Pedoman Wawancara Siswa Acuan Penerapan CALL

No Hal Yang di Wawancara Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan CALL sangat menarik?

2. Apakah pelajaran speaking dalam bahasa Inggris perlu menggunakan CALL?

3. Apakah pelajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan CALL?

4. Apakah pelajaran bahasa Inggris dengan menonton video sangat menyenangkan?

5. Apa komentar kamu tentang pelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan CALL ?

Berdasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa dan

siswa sangat mendukung pembelajaran bahasa Inggris sangat menarik ditampilkan

dengan CALL. Siswa mengatakan pelajaran speaking perlu menggunakan CALL,

dan siswa mengatakan pelajaran bahasa Inggris sangat menyenangkan dengan

menonton video. Proses pembelajaran pada tindakan siklus II mengalami

beberapa perubahan. Sikap siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris dengan

menggunakan CALL siswa menyatakan sangat menarik dan perlu ditampilkan

video-video yang menarik agar memberikan semangat dalam setiap proses

pembelajaran. Hal ini dibuktikan bahwa hasil belajar siswa mengalami

peningkatan dari siklus I. Pada tindakan siklus ke II ini memberikan hasil yang

Page 68: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

68

maksimal. Adapun beberapa kendala dari siswa dalam tindakan ini mampu untuk

diatasi. Kedisiplinan siswa dan partisipasi siswa mengalami peningkatan.

4.1.2.4 Temuan Siklus II

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan penerapan CALL pada

pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa.

Adapun hal-hal yang telah ditemukan pada percakapan speaking tes siswa dalam

tindakan sikus I seperti yang tertera pada tabel 4.13.

Tabel 4.13

Temuan Siklus II

Tes Siklus I Tes Siklus II

A:Good morning

B:Good morning

A:How are you, today?

B:Fine.

A:Would you like to come my

birthday party?

B:Yes, I would love to and what is

time?

A:At 7 PM in my house

B:Thank you for your invitation?

A:You are welcome

A:Good morning

B:Good morning

A:How are you, today?

B: I’am Fine and you

A:Fine thank you

A:Would you like to come my

birthday party?

B:Yes, I would love to and what is

time?

A:At 7 PM in my house

B:Thank you for your invitation?

A:You are welcome

Page 69: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

69

4.1.2.5 Refleksi

Setelah proses pembelajaran dilaksanakan, maka dilakukan analisis

terhadap kegiatan pembelajaran, hasil wawancara, lembar observasi dan hasil

evaluasi sehingga diperoleh data yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

melaksanakan tindakan.

Berdasarkan pada tabel di atas, Adapun perubahan dari siswa yang

diperoleh setelah dilakukan tindakan siklus II mengenai kemampuan berbicara

siswa dalam bahasa Inggris, kemampuan siswa dalam berbicara bahasa inggris

tampak pada: 1) keberanian siswa dalam berbicara bahasa Inggris sudah tampak

dalam berbicara bahasa Inggris. 2) Kelancaran siswa dalam berbicara bahasa

Inggris, kelancaran siswa dalam berbicara bahasa Inggris sangat bagus seperti

yang tunjukkan oleh hasil akhir dari siklus II. 3) Intonasi dalam berbicara bahasa

Inggris siswa bagus serta Penggunaan kosakata dan gramatikal sudah tepat. Selain

yang di tunjukkan oleh tabel di atas adapun beberapa contoh percakapan siswa

seperti pada contoh di bawah ini: Students expression pada tes akhir siklus II:

1) Contoh percakapan dari siswa.

Era : Good Morning Gung ayu?

Gung Ayu: Good morning Era,how are you Era?

Era : I’m Fine and you?

Gung ayu :Fine thank you.

Era :Would you like to come to my birthday party Gung?

Gung Ayu:Yes, I’d love to when and what is time?

Era :Tommorow in the afternoon.

Page 70: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

70

Gung Ayu:O.K see you tomorrow.

Era; See you tomorrow.

2) Contoh Percakapan dari siswa

A:Good morning

B:Good morning, Did you heard about the invitation?

A:No, I didn’t what is the invitation?

B: An Invitation about dancing competition.

A:Yes, that would be nice,when the competition will be started?

B:On December 2011, I don’t know about the date.

A:Do you what join in the competition

B:Yes of course, and you?

A:Sure, please call me if you want to get the regristration!

B:See you

A:See you

Page 71: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

71

Adapun daftar kata-kata sulit diucapkan oleh siswa seperti pada tabel

dibawah 4.14.

Tabel 4.14 Daftar Kata-Kata yang Sulit Diucapkan oleh Siswa

NO The correct transcription

of Oxford Advance Learner’s Dictionary

of Current English,1995

The students’

Pronountiation

Meaning

Tes siklus I siklus II

awal

1 tə To To tə ke

2 gəʊ Go gəʊ gəʊ pergi

3 Invait Invit Invit Invit mengundang

4 kΛm Com kΛm kΛm datang

5 wʊd Wood Wood wʊd akan

6 b3:θ Beed b3:θ b3:θ lahir

7 kʊd Koud Koud kʊd dapat

9 Aid Id Aid Aid saya akan

10 ʃəd ʃud ʃəd ʃəd harus

11 Pa:ti Parti parti Pa:ti pesta

12 gʊd Gud Gud gʊd bagus

13 mɔ:niŋ Morning mɔ:niŋ mɔ:niŋ pagi

14 laik Lik laik laik suka

Hasil speaking tes siswa dalam expressions of invitation and greeting pada tes

siklus I dan tes akhir siklus II hasil speaking siswa berdasarkan pada tabel di atas,

speaking siswa sudah mengalami peningkatan dari hasil tindakan-tindakan

Page 72: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

72

sebelumnya. Siswa sudah terlihat sangat antuasis dalam belajar dan dalam

percakapan yang ditampilkan oleh siswa sudah sangat bagus dan siswa sudah

memberikan tambahan kata-kata dalam percakapan agar percakapan siswa terlihat

lebih berwarna.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa tes siklus I1 telah

mampu meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat memotivasi siswa untuk

berbicara dalam bahasa Inggris.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Seperti dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar speaking

siswa kelas XI tahun ajaran 2010/2011. Pada bab ini akan dipaparkan deskripsi

pembahasan hasil penelitian.

4.2.1 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Rendahnya Kemampuan

Berbicara Bahasa Inggris Siswa

Pada umumnya faktor penyebab rendahnya minat siswa untuk belajar

bahasa Inggris adalah kurang latihan dari siswa dan kurang motivasi yang

diberikan kepada siswa dalam setiap proses pembelajaran bahasa Inggris

khususnya dalam keterampilan berbicara (speaking) sehingga siswa mengalami

beberapa hambatan untuk berbicara (speaking). Beberapa hambatan tersebut

antara lain: siswa memiliki rasa takut akan kesalahan berbicara dalam bahasa

Inggris, adanya rasa keraguan siswa untuk berbicara, belum adanya contoh dari

Page 73: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

73

native speaker dalam berbicara bahasa Inggris, dan ketidakfasihan siswa dalam

pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris serta ketidakmampuan siswa untuk

merangkai ide-ide dengan bagus. Bertitik tolak dari beberapa hambatan yang

dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Ingggris selain permasalahan

tersebut namun kurangnya kreatifitas dari guru dalam menyajikan materi

pembelajaran dengan metode yang digunakan secara moneton.

Menyikapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa tentang hambatan yang

dimiliki oleh siswa untuk berbicara dalam bahasa Inggris untuk meningkatkan

mutu pembelajaran bahasa, diperlukan kemampuan berkreasi dan inovasi dari

seorang guru. Guru hendak melakukan berbagai upaya terkait mutu pembelajaran.

Oleh karena itu, penerapan CALL dengan video dalam meningkatkan

pembelajaran bahasa Inggris perlu dilakukan untuk memacu semangat belajar

siswa.

Terkait dengan teori belajar behaviorisme sesuai dengan hasil penelitian

yang telah dilakukan adalah menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah

input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah apa

saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau

tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Yang

dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh

guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pembelajar (respons) harus dapat

diamati dan diukur.

Page 74: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

74

4.2.2 Proses Kegiatan Pembelajaran di Kelas dengan Menggunakan Video

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Speaking Siswa

Pada tahap ini peneliti melakukan proses pembelajaran menggunakan

video untuk meningkatkan hasil belajar speaking siswa berdasarkan rencana

pembelajaran yang telah disiapkan. Adapun media dan alat bantu belajar yang

digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah media laptop dan alat

pembelajaran dengan LCD, speaker dan VCD materi percakapan native speaker.

a. Standar Kompetensi :Berkomunikasi dengan Bahasa Inggris setara level

elementary

b. Kompetensi Dasar :2.5 mengungkapkan berbagai macam maksud hati

c. Lokasi waktu :2x45 menit

d. Indikator :Mengungkapkan berbagai ungkapan untuk

menyampaikan undangan dengan tepat.

e. Tujuan pembelajaran : Siswa dapat mengucapkan berbagai ungkapan

untuk menyampaikan ungkapan undangan dengan tepat.

Teacher’s activity Student’s activity

Pre- activity :15 minutes

1. Membuka pelajaran

2. Melakukan absensi siswa

3. Menjelaskan kompetensi dasar.

4. Membagi siswa dalam beberapa

1. Mengucapkan salam

2. Siswa mendengarkan saat guru

sedang melaksanakan absensi.

3. Siswa mendengarkan penjelasan dari

guru kompetensi dasar yang di

berikan.

4. Siswa mencari teman/ pasangan

Page 75: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

75

kelompok.

While-activity: 35 minutes

5. Menjelaskan materi pokok

pembelajaran.

6.

Sumber:podenglish.com

Dalam video tersebut diceritakan

bahwa terdapat dua orang yang

bernama Castyn dan Nick percakapan

tersebut terjadi di kantor. Castyn

mengundang Nick untuk menonton

namun Nick sibuk pada hari tersebut

tetapi Nick mengundang Castyn untuk

makan malam bersama. Ungkapan-

ungkapan invitation yang diucapkan

adalah:

- I was wondering if you could go to

the cinema next week.

- I’d love to but i can’t i’ve got to

work late every night. What’s about

next weekend?

untuk membuat kelompok.

5. Siswa mendengarkan penjelasan dari

guru mengenai ungkapan-ungkapan

dalam invitation kemudian Siswa

menonton tayangan video.

6. Siswa mengucapkan ungkapan-

ungkapan yang terdapat dalam video

dan siswa mengikuti ucapan yang

benar sesuai contoh yang diberikan

oleh guru Seperti:

- I was wondering if you could go to

the cinema next week.

ai wΛz wΛndərIη if ju; kںd gə ʊ tə

ðə sinəmə nekst wi:k.

- I’d love to but i can’t i’ve got to

work late every night. What’s about P0F

1P

next weekend?

aid lΛv tu bΛt ai kænסt gסt tu wз:k leit

evri nait wɑt əbaںt nekst wi:k’end.

- Okay that’s a pity never mind...

would you like to come around for

dinner next Monday?

əʊ’kei ðæ’s ə piti nevə mein wʊd ju: laik

tə kΛm ə’raund fɔ dainə nekst mΛndəi.

- That sounds like fun, would you like

to go to the cinema afterwards?

1 Tulisan ini ditanskripsikan oleh peneliti sesuai dengan apa yang di dengar melalui video. Peneliti membuat correct pronountiations sesuai dengan kamus oxford advance learner’s dictionary of current English,1995 yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat mengetahui cara pengucapan kata bahasa Inggris dengan benar.

Page 76: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

76

- Okay that’s a pity never mind...

would you like to come around for

dinner next Monday?

- That sounds like fun, would you like

to go to the cinema afterwards?

- Should I invite any of my friends?

- Yes, that’s a good idea, this should

be fun.

7. Memberikan tugas kepada siswa

untuk membuat dialog sesuai

dengan tema yang ditentukan dan

siswa diperbolehkan membuat tema

untuk dialognya.

Post-activity:35 minutes

8. Meminta siswa mempraktikan

dialognya.

ðæt saund laik fΛn, wʊd ju: laik tə gəʊ

tə ðə sinəmə a:ftəwədz.

- Should I invite any of my friends?

ʃəd ai in’vait eni əv mai frend.

- Yes, that’s a good idea, this should

be fun.

Jes, ðæt’s ə gʊd aidiə ʃəd bi ʃΛn.

7. Siswa membuat dialog dengan

pasangan atau kelompoknya.

8. Siswa mempraktikan dialognya.

Salah satu tugas dialog yang dibuat

oleh siswa yang berjudul Birthday:

Era : Good Morning Gung ayu?

Gung Ayu: Good morning Era,how are

you Era?

Era : I’m Fine and you?

Gung ayu :Fine thank you.

Era :Would you like to come to my

birthday party gung?

Gung Ayu:Yes, I’d love to when and

what is time?

Page 77: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

77

9. Menyampaikan ringkasan materi

pembelajaran.

10. Mengakhiri proses pembelajaran.

Era :Tommorow in the afternoon.

Gung Ayu:O. K see you tomorrow.

Era; See you tomorrow.

9. Siswa mendengarkan penjelasan dari

guru.

10. Mengucapkan salam.

Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan siswa sangat

tertib mengikuti proses pembelajaran bahasa Inggris yang telah dilakukan. Selama

proses pembelajaran yang berlangsung di kelas siswa berusaha untuk berbicara

dalam bahasa Inggris untuk membiasakan diri berkomunikasi dan berbicara

bahasa Inggris dalam mata pelajaran bahasa Inggris.

4.2.3 Penerapan CALL dalam Meningkatkan Hasil Belajar Speaking Siswa

Media pembelajaran setiap tahun selalu mengalami perkembangan, karena

masing–masing media itu mempunyai kelemahan, dan kelebihan berdasarkan

penggunaannya perlu diadakan penemuan media baru dan pemanfaatan media

yang telah diperbaharui. Siswa selalu cepat merasakan bosan, saat menerima

pelajaran, sebab dengan media yang kurang menarik akan bersifat verbalistik,

maka diadakannya perbaikan media guna menunjang proses belajar mengajar.

Untuk mencapai tujuan kurikulum pembelajaran pada proses belajar

mengajar maka perlu di dukung media dan bahan ajar yang baik yaitu bahan ajar

yang mampu menarik minat siswa, sesuai dengan zaman dan tidak menyimpang

dari kurikulum. Penyajian materi pelajaran pada pokok bahasan dengan

menggunakan media CALL yaitu dengan video, pendidikan diharapkan menarik

Page 78: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

78

minat siswa, membangkitkan gairah siswa untuk mempelajari kembali materi

yang disajikan melalui multi media (teks, citra, audio, video) materi yang

disajikan dengan berbagai warna dan gambar yang sangat menarik dan

sebagainya.

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai

penerapan CALL dengan menggunakan video untuk meningkatkan kemampuan

speaking siswa kelas XI pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Video

dapat membantu siswa untuk meningkatkan motivasi belajar yang di kemas secara

menarik dan disajikan dengan attractive sehingga siswa mempunyai semangat dan

antuasias untuk belajar bahasa Inggris. Penyajian melalui video memacu

keinginan siswa untuk berbicara (speaking) dan siswa dapat melihat secara

langsung contoh berbicara dari native speaker.

Beberapa contoh gambar dari video-video seperti di bawah ini sebagai

bahan ajar guru yang disampaikan kepada siswa untuk meningkatkan speaking

siswa.

Page 79: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

79

Gambar 1

Video Making a Date

Sumber:podenglish.com

Pada gambar 1 dalam video tersebut membicarakan tentang makan malam

dalam video terdapat 2 orang pembicara yang menelpon bernama Elly dan yang

menerima telepon bernama Sarah. Elly menelepon Sarah dari rumah tepatnya di

dalam kamar tidur Elly. Elly mengajak Sarah untuk makan malam di rumah Elly

dan mengundang temannya Sarah yang bernama Nick untuk ikut datang dalam

acara makan malam mereka dan Elly juga menyampaikan agar teman mereka

yang bernama Maggie datang ke rumah Elly untuk makan malam. Ungkapan-

ungkapan invitation yang diucapkan dalam video tersebut sebagai berikut:

− I feel you’d like to come 6.30 my place, dinner.

− i am just wondering would you like inviting your friend nick?

− That would be great, thank you so much... see you 6.30.

Page 80: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

80

Gambar 2

Video Meet at the Mall

www.youtube.com

Pada gambar 2 video tersebut berjudul meet at the mall, dalam video itu

terdapat dua orang yang melakukan percakapan peristiwa itu terjadi di dapur dan

di ruang makan. Margarena menelepon temannya untuk diajak nonton dan

temannya menyetujui ajakan tersebut. Adapun ungkapan-ungkapan yang

diucapkan dalam percakapan tersebut adalah:

− Do you want to go the cinema with me?

− Yes of course.

Page 81: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

81

Gambar 3

Video Invite Someone

www.youtube.com

Pada gambar 3 dalam video tersebut menampilkan seorang laki-laki yang

mencoba menghubungi beberapa temannya untuk diajak ke Green. Dia mencoba

menghubungi beberapa temannya, beberapa dari mereka menolak untuk diajak ke

Green. Adapun beberapa ungkapan-ungkapan tentang invitation yang diucapkan

adalah:

− What are you doing tonight, would you like go to the Green with me?

− Absolutely agree but I do not have time.

− Ok see you again.

Page 82: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

82

Gambar 4

Video How to Turn Down the Invitation

www.britishcouncil.com

Pada gambar 4 video yang berjudul how to turn down the invitation

tayangan video tersebut menampilkan percakapan antara laki-laki dan perempuan

yang kejadiannya terjadi di sebuah ruangan yang mana percakapan tersebut

membicarakan tentang penolakan untuk menghadiri undangan pesta. Laki-laki

tersebut mendapatkan undangan dan dia menceritakannya kepada teman

perempuannya namun laki-laki itu malas untuk menghadiri pesta tersebut. Dia

dibantu oleh teman perempuannya untuk mencari alasan yang tepat untuk tidak

hadir dalam undangan itu. Adapun ungkapan-ungkapan yang diucapkan tentang

invitation dalam percakapan tersebut adalah:

− “Josh and Henrietta would like to have the pleasure of your company at

drinks party, next Saturday evening...”

Page 83: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

83

− I’m not coming to your birthday party because I boring.

− Tell them this: “I’m unable to attend because I have a prior engagement.”

Gambar 5

How to Invite Office Colleague to Party

www.youtube.com

Pada gambar 5 video yang berjudul how to invite office collegue to party.

Percakapan tersebut berlangsung di ruangan John. John mengundang Rossy untuk

datang ke acaranya, acaranya akan sangat meriah dan penuh dengan musik, John

berharap Rossy bisa datang beserta keluarganya. Adapun ungkapan-ungkapan

yang diucapkan dalam percakapan tersebut adalah:

- Tomorrow is my first wedding anniversary.

- Please come with your family.

- It would start at 8 PM.

- Thanks for your Invitation.

Page 84: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

84

Gambar 6

How to Accept the Invitation

www.youtube.com

Pada gambar 6 video yang berjudul how to accept the invitation

menceritakan tentang seorang laki-laki mengajak teman perempuannya untuk

pergi bersama dan mereka akan bersama-sama pergi ke teather nanti malam.

Adapun ungkapan-ungkapan yang diucapkan tentang invitation dalam percakapan

tersebut adalah:

- What are you going tonight?

- Nothing special.

- I’m going to the theater tonight, do you join with me?

- Sure.

Page 85: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

85

Gambar 7

Happy Birthday Wishes and Invitation English Conversation

Between Two Friends

www.youtube.com

Pada gambar 7 video yang berjudul happy birthday wishes and invitation

english conversation between two friends. Percakapan tersebut berlangsung di

receiption, Toni mengucapkan selamat ulang tahun kepada Monica yang mana

pada saat itu adalah hari lahir Monica dan Toni langsung mengucapkan selamat

ulang tahun untuk temannya Monica. Toni menawarkan bantuannya kepada

Monica untuk mengundang teman-teman kantor agar ikut merayakan hari ulang

tahun Monica namun dia menolak karena dia akan mengadakan ulang tahunnya

dirumahnya saja dengan beberapa teman kantor. Monica mengundang Toni

beserta keluarnganya untuk datang ke rumahnya dalam rangka hari ulang tahun

Monica dan Toni akan membawakan kue ulang tahun khusus untuk Monica.

Page 86: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

86

Adapun ungkapan-ungkapan tentang invitation yang diucapkan dalam percakapan

tersebut adalah:

- Happy birthday to dear friend today.

- I’m celebrating my birthday at my house please come at 7 in the evening.

- May God bless you, health and a lof of fun.

Gambar 8

Happy Birthday Wishes

www.youtube.com

Pada Gambar 8 video yang berjudul birthday wishes, dalam tayangan

video tersebut ditayangkan ungkapan untuk mengucapkan selamat ulang tahun .

ungkapan-ungkapan tersebut adalah:

- Wishing you everything for your birthday.

- May this year bring you all the success and fulfillment your heart desires.

Page 87: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

87

- May the best of your past be the worst of your future.

- May your special day be as special as you are.

Gambar 9

Tari Oleg tamulilingan

www.youtube.com

Gambar 10

Tari Panyembrama

www.youtube.com

Page 88: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

88

Video pada gambar 9 dan gambar 10 merupakan salah satu tarian

tradisional adat bali. Setiap bulan Desember SMKN Kubu Bangli melaksanakan

lamba tari yang ditujukan kepada tingkat anak-anak dan remaja. SMKN Kubu

Bangli mengundang beberapa sekolah tingkat dasar dan sekolah tingkat

Menengah yang ada di lingkungan Kabupaten Bangli.

Video dapat mengembangkan kognitif yang menyangkut kemampuan

mengenal kembali dan kemampuan rangsangan gerak dan serasi. Melalui video

siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan

siswa sehingga siswa mampu mencoba keterampilan berbicara mereka. Video

mampu menarik perhatian siswa dan merangsang siswa untuk belajar serta

menarik minat siswa untuk belajar bahasa Inggris sehingga pesan yang

disampaikan dapat di terima dengan baik.

Seperti pada gambar di atas siswa dapat menonton langsung bagaimana

native speaker dalam berbicara bahasa Inggris sehingga dapat memotivasi siswa

untuk berani berbicara dan mengurangi rasa takut dan rasa kurang percaya diri

yang dimiliki oleh siswa untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Siswa dapat

mengamati tentang isi video dengan seksama bagaimana native speaker tersebut

berbicara dalam mengungkapkan ungkapan dan memberikan respon kepada lawan

bicara sesuai dengan situasi yang terjadi. Siswa juga dapat melihat ekpresi dari

native speaker dalam berbicara.

Secara tidak langsung siswa sangat termotivasi untuk belajar dan

menyebabkan hasil belajar siswa meningkat. Siswa dapat memiliki rasa senang

Page 89: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

89

terhadap pelajaran bahasa Inggris sehingga siswa yang termotivasi akan tergugah

untuk belajar lebih giat lagi dan lebih banyak speaking pada akhirnya hasil belajar

yang berupa kemampuan speaking siswa akan meningkat.

Sesuai dengan hasil belajar yang di peroleh menunjukkan bahwa untuk

meningkatkan hasil belajar speaking melalui video menjadikan siswa aktif tanpa

ada rasa takut dan mampu berkreativitas dan bicara, menghantarkan siswa pada

kompetensi yang dicapai serta menjadikan pembelajaran tetap menarik dengan

CALL dapat menumbuhkembangkan motivasi dalam meningkatkan kemampuan

belajar siswa.

Respon dari siswa dengan penerapan CALL di sekolah adalah siswa

mengatakan sangat setuju dengan diterapkanya CALL menjadikan siswa lebih

bersemangat dalam belajar dan siswa dapat mengembangkan ide-idenya dengan

menarik inspirasi dari tayangan video-video yang ditampilkan. Siswa menjadi

terpacu untuk terus belajar dan berlatih berbicara dalam bahasa Inggris.

Berkaitan dengan penerapan CALL untuk meningkatkan hasil belajar siswa

menurut teori Bruner berpendapat bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif,

yaitu memperoleh informasi baru, transfomasi pengetahuan, dan menguji

relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya

konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip yaitu pengetahuan

orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang

dibangunnya dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.

Pematangan intektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan

oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan

Page 90: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

90

itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa

menjadi suatu “sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan

itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada

dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan

dilakukannya.

Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar

penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama,

dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan

penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-

keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Tujuan pembelajaran akan tercapai jika seorang guru mampu secara kreatif

merangsang siswa untuk belajar dan kegiatan belajar akan berjalan baik jika siswa

mampu menemukan sesuatu. Seperti yang telah dilakukan yaitu, dengan CALL

dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar.

4.3 Pembahasan Temuan-Temuan

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam

bahasa Inggris, antara lain, rasa takut salah dan rasa malu untuk bicara serta

kurangnya latihan dan motivasi yang diberikan kepada siswa dan proses

pembelajaran yang moneton yang diberikan oleh karena itu perlu adanya suatu

perubahan metode dalam proses pembelajaran.

Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu

melakukan observasi awal terhadap siklus dan kondisi proses pembelajaran.

Page 91: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

91

Banyak kendala-kendala yang dialami oleh guru maupun siswa selama proses

pembelajaran yang dilakukan setelah dilakukan penelitian tindakan kelas banyak

perubahan yang terjadi pada siswa perubahan tersebut diantaranya, minat,

motivasi siswa dan aktivitas belajar siswa meningkat sehingga hasil belajar pun

mengalami peningkatan. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan

CALL ini menekankan pada peningkatan aktivitas dan efektivitas hasil belajar

siswa di mana pembelajaran dikemas sedemikian rupa dan semenarik mungkin.

Oleh sebab itu dengan CALL dapat memunculkan efisiensi dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan dengan teori belajar behaviorisme adalah perubahan tingkah

laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Dengan

kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal

kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil

interaksi antara stimulus dan respons. Menurut teori ini yang terpenting adalah

masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa

respons. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru

kepada siswa misalnya penerapan CALL dapat membantu siswa untuk belajar,

sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang

diberikan oleh guru. Dalam teori Behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus

dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena dapat diamati dan tidak

dapat diukur.

Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran bahaviotistik adalah

faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa yang dapat memperkuat

Page 92: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

92

timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) respon

pun akan tetap dikuatkan, begitupun sebaliknya bila penguatan dikurangi

(negative reinforcement). Misalnya, ketika siswa diberi tugas oleh guru, dan

tugasnya ditambahkan maka akan semakin giat belajarnya penambahan tugas

tersebut merupakan penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar. Bila

tugas–tugas dikurangi dan pengurangan tugas merupakan penguatan negatif

(negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk

stimulus yang terpenting diberikan untuk memungkinkan terjadinya respons.

Berdasarkan teori kognitif yang lebih menekankan pada upaya untuk

mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional yaitu proses untuk memotivasi

dan membimbing siswa dalam melatih kemampuannya untuk mengoptimalkan

proses pemahaman dalam pembelajaran. Teori ini lebih menekankan pada aspek

kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespon

terhadap stimulus yang datang pada dirinya. Penerapan CALL pada proses

pembelajaran bahasa Inggris mampu meningkatkan motivasi dan minat siswa

untuk belajar.

Materi pembelajaran akan dipahami oleh siswa dengan penyajian

menggunakan CALL sehingga siswa dapat belajar dan mengetahui langsung

situasi dan native speaker dalam berbicara. Siswa terlibat aktif melalui kegiatan

proses pembelajaran dan dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan guru

dalam menggunakan proses pembelajaran dengan CALL sehingga dapat tercipta

suasana efektif serta tercipta pembelajaran yang menyenangkan.

Page 93: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

93

Kemudian pada siklus II penelitian tindakan kelas ini terlihat adanya

perubahan-perubahan kembali ke arah perbaikan dan proses pembelajaran. Hal ini

ditunjukkan kepada keadaan siswa seperti timbul minat, motivasi, keberanian

siswa dalam menjawab pertanyaan guru, keberanian siswa untuk berbicara dalam

bahasa Inggris dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sesuai dengan

harapan yang dicapai dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

efektif dan efisien.

Sebelum mengajar guru perlu melakukan persiapan peralatan mengajar

seperti menyiapkan media sebelum mengajar, mengontrol segala peralatan yang

digunakan agar situasi yang tidak diinginkan terjadi sehingga menimbulkan

kegaduhan dalam kelas.

4.4.1 Hasil Belajar Siswa Dengan CALL

Penggunaan CALL sangat membantu proses pembelajaran dalam

meningkatkan hasil belajar speaking ini terbukti hasil yang diberikan dari pra

siklus hasil belajar siswa rata-rata 65,9 %, yang tuntas sebanyak 4 orang siswa

sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 17 orang siswa. Ini membuktikan bahwa

pembelajaran pada pra siklus tidak sesuai dengan harapan hasil tersebut

ditunjukkan pada siklus I rata-rata nilai siswa yaitu 68,0 sedangkan, siswa yang

tuntas sebanyak 17 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 4 orang siswa. Ini

membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus I sesuai dengan harapan namun,

terjadi peningkatan pada siklus II yaitu hasil belajar siswa rata-rata 72,9 siswa

yang tuntas adalah semua siswa sesuai dengan harapan yang dicapai.

Page 94: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

94

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMKN Kubu Bangli

dengan jumlah siswa 21 orang yang terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan 11

orang siswa perempuan. Hasil belajar dalam siklus I dan siklus II menunjukkan

bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas kebanyakan siswa perempuan

dibandingkan siswa laki-laki.

Berikut perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II.

Terkait dengan pembelajaran menurut Bruner belajar akan berlangsung

secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, ikonik dan

simbolik. Dalam pelajaran bahasa Inggris yang menekankan bahwa konsekuensi

proses pembelajaran harus lebih memberikan ruang yang luas agar siswa dapat

mengembangkan kualitas intelektualnya dan aspek positif adalah kecerdasan

siswa perlu dimulai dari adanya pembentukan kualitas intektual yang

Page 95: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

95

konsekuensinya proses pembelajaran harus lebih memberi ruang yang luas agar

siswa dapat mengembangkan kualitas intelektualnya. Secara umum proses

pembelajaran harus didasarkan oleh:

1) Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem artinya, keberhasilan

pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu aspek akan tetapi lebih

ditentukan secara simultan dan komprehensif dari berbagai faktor yang

ada.

2) Proses pembelajaran adalah realitas kultural/natural. Yaitu dalam proses

pembelajaran tidak diperlukan adanya berbagai paksaan dengan dalih

membentuk kedisiplinan.

3) Pengembangan materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual dan

relevan dengan realitas kehidupan siswa. Proses belajar tidak harus di

dalam ruang atau gedung. Wilayah pembelajaran bisa dimana saja selama

siswa mampu melaksanakan proses untuk mengembangkan daya analisis

terhadap realitas.

4) Metode pembelajaran tidak dilakukan moneton, metode yang bervariasi

merupakan tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran.

5) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena

dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi

pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

6) Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individualitas siswa, faktor

ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut

Page 96: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

96

misalnya motivasi, persepsi, kemampuan berfikir, pengetahuan awal dan

sebagainya.

Langkah-langkah yang ditekankan dalam teori belajar Bruner ini tetap

akan dijadikan dasar dalam menentukan konsep-konsep hasil belajar siswa pada

pembelajaran CALL. Hasil belajar yang dicapai siswa tetap pula dilandasi dari

kesanggupan dalam menghadapi evaluasi, kemampuan memberikan reaksi

terhadap materi dan pengembangan pengetahuan sehingga hasil belajar yang

dicapai oleh siswa sesuai dengan harapan.

Melalui suatu proses evaluasi dengan angka-angka yang telah teranalisis

dengan kegiatan yang ada di lapangan. Bahwa siswa yang mendapat perlakuan

pembelajaran dengan CALL mempunyai suatu kelebihan di dalam penguasaan

materi. Ini disebabkan karena kegiatan-kegiatan yang dihadapi dilapangan cukup

banyak memenuhi kewajiban untuk sebuah pemahaman. Siswa akan lebih paham

dengan materi yang diajarkan karena siswa selalu aktif dan selalu termotivasi

untuk menguasai materi. Hasil pembelajaran akan tetap lebih baik dicapai oleh

siswa akibat dari daya dukungnya di lapangan berupa berbagai unsur yang ada

pada langkah-langkah penerapan CALL cukup bervariasi dan dapat dilaksanakan

oleh guru dengan baik dan terlaksana.

Page 97: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

97

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMKN Kubu Bangli.

Yakni, rendahnya kemampuan speaking siswa disebabkan oleh, kurangnya

latihan dan motivasi dari siswa untuk belajar bahasa Inggris terutama dalam

keterampilan berbicara menyebabkan siswa takut salah dalam pengucapan, dan

kurang berani dalam berbicara hal ini menyebabkan siswa malas untuk belajar.

Setelah diterapkannya CALL dalam pelajaran bahasa Inggris menjadikan siswa

dapat mudah memahami pelajaran bahasa Inggris dan siswa sangat antusias dalam

belajar sehingga minat belajar siswa mampu termotivasi dengan menyaksikan

tayangan video. CALL merupakan salah satu alat yang tepat untuk memotivasi

siswa dalam belajar bahasa Inggris. Banyak siswa yang merasa bosan dengan

proses pembelajaran bahasa Inggris yang moneton dan siswa lebih tertarik dengan

model pembelajaran yang baru yang lebih menarik dan menyenangkan.

CALL dapat memacu siswa untuk berani berbicara dalam bahasa Inggris

sehingga interaksi siswa di kelas adalah keberanian siswa mulai tampak untuk

tidak canggung dalam mengungkapkan pendapat dan siswa dapat mencoba untuk

berbicara dalam bahasa Inggris meskipun dalam ucapannya masih kurang namun

siswa dapat menunjukkan keberaniannya untuk berbicara. Oleh karena itu, siswa

masih perlu rajin latihan dalam pengucapan kata-kata dan menambah kosakata

dalam bahasa Inggris untuk menjadikan siswa lancar dalam berbicara.

Page 98: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

98

Hasil penelitian melalui observasi dan wawancara juga menunjukkan

perubahan dan hasil yang positif, motivasi dan antusias belajar siswa dalam

berbicara bahasa Inggris semakin meningkat terbukti dengan beberapa hal antara

lain (1) siswa sangat serius mengikuti pelajaran, (2) siswa selalu berlatih untuk

berbicara dalam bahasa Inggris, (3) ketika jam istirahat berbunyi para siswa masih

bersemangat belajar di dalam kelas. Kemudian hal ini juga ditunjukkan oleh hasil

belajar siswa pada tindakan siklus I adalah 68,0 siswa yang tuntas sesuai dengan

nilai KKM sebanyak 17 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 4 orang sedangkan

dalam tindakan siklus II hasil belajar siswa rata-rata 72,9 yang tuntas semua siswa

dan sesuai dengan harapan yang dicapai.

Dengan melihat meningkatnya hasil belajar dan tingginya motivasi belajar

siswa maka dapat disimpulkan penerapan CALL memang sesuai diterapkan pada

sekolah-sekolah tingkat SMK atau sederajat. Penerapan ini dapat juga

meningkatkan minat belajar siswa.

5.2 Saran

Peningkatan mutu pembelajaran bahasa terutama pada aspek bicara

(speaking) diperlukan kemampuan berkreasi dan inovasi dari seorang guru. Guru

hendaknya memperbaiki RPP dan Silabus untuk melakukan upaya terkait pada

pembelajaran bahasa Inggris Oleh karena itu, penerapan CALL dengan video

dalam meningkatkan pembelajaran bahasa Inggris khususnya pada aspek

berbicara, sangat menarik untuk diapresiasikan. Gambar hidup yang ditayangkan

dengan video demikian menggugah siswa untuk selalu aktif dalam mengikuti

Page 99: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

99

proses pembelajaran. Dengan, penerapan CALL siswa merasa sangat senang

untuk belajar sehingga keberanian berkreasi mulai tampak pada siswa untuk

berbicara dalam bahasa Inggris.

Penerapan CALL dengan video dalam pembelajaran bahasa pada aspek

bicara sangat tepat dilakukan. Metode pembelajaran dengan media CALL juga

tepat dilakukan untuk bidang studi yang lain. Hal ini penting dilakukan bukan

hanya untuk kepentingan materi ajar, tetapi juga mendorong siswa lebih fokus

dan termotivasi untuk belajar.

Page 100: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

100

DAFTAR PUSTAKA

Abu ahmadi, H dan Nur Uhbiyati.2007. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Andjayani, Dyna. Pengaruh Pembelajaran E-learning Terhadap Mahasiswa dari

Sisi Psikologi:dyanajayani.blogspot.com/pengaruh pembelajaran e-

learning.html.

Arsyad, azhar, 2008. Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

B.Uno, Hamzah, 2009. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Depertemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 20. Tentang sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Elmubarok, zaim. 2008. Membumikan nilai. Bandung: Alfabeta.

Guntur Tarigan, Hendry.2008.Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Bahasa.

Bandung : Angkasa.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardian, Mirza. 2009.Metode Computer Assisted Language Learning (CALL)

Dalam Proses Pembelajaran. hhtp//www.media call.google.co.id.

Happy birthday wishes.hhtp//youtube.com.

Happy birthday wishes and invitation English conversation between two

friends.http//youtube.com.

Page 101: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

101

How to accept the invitation.hhtp//www.youtube.com

How to turn down an invitation http//learnenglish.britishcouncil.org

How to invite office collegue to party.hhtp//www.youtube.com

Invitation Esl,would you like to.http//youtube.com.

Izzan, Ahmad.2010. Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris. Bandung:

Humaniora.

Jihad, Asep dan abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo.

K.Smith, Mark. 2009.Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Jogjakarta: Mirza

MediaPustaka.

Learn English 11 making a date http//podenglish.com.

Maryati, 2007. Peran Pendidik Dalam Proses Belajar Mengajar Melalui

Pengembangan E-learning:URL:http//images

sman2banjar.multiply.multiplycontent.com

Making invitation.http//youtube.com

Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Ngadio, 2007. Makalah E-Learning: URL:http//ngadio.files.wordpress.com

Page 102: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

102

PWII Bali.2010. “Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Profesionalisme

Guru”. Koran Mingguan News Dor, 1-6 November, hal:9-12.

Resmini, Novi. Strategi Meningkatkan Kemampuan

Berbicara:URL:http://file.upi.edu.

Riyanto, Yatim. 2010. “Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi

Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan

Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rochaety, Eti dan Pontjorini Rahayuningsih dan Prima Gusti Yanti. 2008.Sistem

Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Rofiq, Annur.2007.Pengembangan Media Computer Assisted Language Learning

(CALL) Sederhana Untuk Pembelajaran Bahasa Inggris. Jember:

hhtp//www.media call.google.co.id.

Sardiman, Arief.S dkk . 2010. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan,

dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sihaan, Sudirman dan Rr Martiningsih,2009. Pemanfaatan Internet Dalam

Kegiatan Pembelajaran Di SMP AL Muslim Sidoarjo-Jawa Timur.

http://www.depdiknas.go.id/publikasi/batlitbang.

Sukardjo, M dan Ukim Komarudin. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan

Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Page 103: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

103

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung:

Alfabeta.

Syaefudin Saud, Udin, 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung :Alfabeta.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasi

Jakarta:Rineka Cipta.

Wittman, Leonie. 2010. Bahan Multimedia dan Pengajaran Bahasa

Indonesia.NSW Departement of Education&Training. hhtp:leonie

wittman@det nsw.edu.au.

Page 104: Call to Improve Speaking Unud-428-1004071627-Tesis

104