unud 1396 2126420976 tesis puguh santoso

69
TESIS PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.) MENURUNKAN KADAR MALONDIHALDEHIDA DARAH MENCIT YANG DI INDUKSI KARBON TETRA KLORIDA PUGUH SANTOSO PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

Upload: muh-nurul-taufiqurahman

Post on 07-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.) MENURUNKAN KADAR MALONDIHALDEHIDA DARAH MENCIT YANG DI

INDUKSI KARBON TETRA KLORIDA

PUGUH SANTOSO

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

Page 2: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.) MENURUNKAN KADAR MALONDIHALDEHIDA DARAH MENCIT YANG DI

INDUKSI KARBON TETRA KLORIDA

PUGUH SANTOSO NIM 0990761041

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

Page 3: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.) MENURUNKAN KADAR

MALONDIHALDEHIDA MENCIT YANG DI INDUKSI KARBON TETRA KLORIDA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

PUGUH SANTOSO NIM 0990761041

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2011

Page 4: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 19 Agustus 2011

Pembimbing I

Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp. FK NIP.194606191976021001

Pembimbing II

Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.S,AIF NIP. 195012311980031015

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Bomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And., FAACS Prof. DR.dr.A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 194612131971071001 NIP.195902151985102001

Page 5: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 19 Agustus 2011

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No: 1334/UN14.4/HK/2011 Tanggal : 01 Agustus 2011

Ketua : Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

Sekretaris : Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.S.,AIF

Anggota :

1. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And

2. Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M. Rep.

3. dr. Komang Januartha P. Pinatih, M. Kes.

Page 6: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Puguh Santoso,S.Si.,Apt

NIM : 0990761041

Program Studi : Ilmu Biomedik

Instansi Asal : Akademi Farmasi Saraswati Denpasar

Tempat/ tanggal lahir : Kediri, 9 Februari 1967

Alamat : Jl. Karangsari I Blok G-18 Denpasar

Telpon : 081338644867

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya tidak menjiplak setengah atau sepenuhnya tesis orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, dan apabila dikemudian hari ternyata tidak benar, maka saya bersedia dituntut sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Denpasar, 19 Agustus 2011

Yang Membuat Pernyataan,

Puguh Santoso,S.Si.,Apt

Page 7: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga

penulis dapat menyusun tesis yang berjudul ”Pemberian Ekstrak Buah Mengkudu

(Morinda citrifolia L.) Menurunkan Kadar Malondihaldehida Mencit (Mus

Musculus) Yang di Induksi Karbon Tetra Klorida. Tesis ini disusun sebagai syarat

untuk meraih gelar magister pada Program Pasca Sarjana Ilmu Biomedis Kekhususan

Ilmu Kedokteran Dasar Bidang Farmakologi Universitas Udayana. Penulis telah

banyak dibantu oleh berbagai pihak dalam penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Udayana yang telah menerima kami sebagai mahasiswa

Program Pascasarjana Ilmu Biomedik Universitas Udayana Denpasar.

2. Direktur Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan

kepada kami untuk mengikuti Program Pascasarjana Ilmu Biomedik.

3. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila FAACS., Sp. And. selaku Ketua Program

Studi Pasca Sarjana Biomedis Universitas Udayana.

4. Prof. dr. I G.M. Made Aman, Sp.FK selaku pembimbing I yang telah memberi

banyak masukan, saran ilmiah, dan bimbingan serta dorongan selama penulis

menyeleseikan tesis ini.

Page 8: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

5. Prof. dr. K. Tirtayasa, M.S.,AIF selaku pembimbing II yang telah memberi

banyak masukan, penuh perhatian dan saran kepada penulis.

6. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And selaku penguji proposal yang

telah banyak memberi masukan, saran ilmiah, dan metode penelitian.

7. Dr. dr. Komang Bagus Satriyasa, M. Rep. selaku penguji proposal yang telah

banyak memberi masukan, saran ilmiah, dan terutama dalam kajian pustaka.

8. dr. Komang Januartha P. Pinatih, M.Kes, selaku penguji proposal yang telah

banyak memberi masukan, saran ilmiah.

9. Dosen-dosen lain yang telah banyak memberikan saran selama penulisan tesis

ini.

10. Staf administrasi dan teman-teman mahasiswa Program Magister Biomedik

Kekhususan Kedokteran yang telah banyak memberikan dorongan, semangat

dan masukan kepada penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyeleseian tesis ini.

Denpasar, 20 Oktober 2011

Penulis

Page 9: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Makanan berserat dan buah-buahan segar sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. Keseimbangan nutrisi, pola makan teratur diikuti olah raga yang baik dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. Selain faktor nutrisi, lingkungan luar juga perlu mendapat perhatian seperti terpapar asap rokok, bahan kimia toksik, polusi udara dan radiasi.

Salah satu faktor timbulnya penyakit adalah radikal bebas. Radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, karena radikal bebas memiliki elektron bebas yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya sehingga bersifat reaktif untuk bereaksi dengan molekul lain. Radikal bebas dapat merusak lipid membran sel, DNA, protein yang menyebabkan stress oksidatif (Valko et al.,2006). Sel tubuh manusia selama kehidupan bermetabolisme untuk membentuk energi, selalu menghasilkan senyawa oksigen reaktif (SOR) yang selanjutnya menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas diyakini dapat menimbulkan kerusakan pada komponen sel, seperti lipid, protein dan asam nukleat, serta dapat menyebabkan mutasi dan bersifat karsinogenik (Thanical dan Clarkson, 2000; Droge, 2002).

Pembentukan radikal bebas berlangsung terus menerus di dalam sel sebagai konsekuensi dari reaksi enzimatik dan non enzimatik. Reaksi enzimatik bersumber dari rantai respirasi, fagositosis, sintesis prostaglandin, serta sistem pada sitokrom P450. Radikal bebas juga berasal dari reaksi non enzimatik oksigen dengan melibatkan komponen organik, termasuk reaksi yang dimulai dengan ionisasi radiasi. Beberapa sumber internal radikal bebas meliputi mitokondria, fagositosis, xanthine oxsidase, reaksi yang melibatkan logam transisi, seperti Fe dan Cu, jalur arachidonate, peroxisomes, latihan fisik, inflamasi, iskemia/reperfusi. Beberapa sumber radikal eksternal : asap, rokok, polusi lingkungan, radiasi, sinar ultraviolet, obat-obatan tertentu, pestisida, pelarut pada industri kimia, ozon (Droge 2002, Setiati, 2003)

Kadar radikal bebas dapat meningkat akibat iskemia-reperfusi, terik matahari,

radiasi, toksin dan peningkatan aktivitas enzim lipoksigenase dan siklooksigenase

(Thannical dan Droge, 2000). Radikal bebas memainkan peranan penting dalam

sejumlah proses biologis, beberapa yang penting untuk kehidupan, seperti membunuh

1

Page 10: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

bakteri intraseluler oleh sel fagosit seperti granulosit dan makrofag. (Pacher et al.,

2007). Jumlah berlebihan dari radikal bebas dapat menyebabkan cedera sel dan

kematian, yang menyebabkan banyak penyakit seperti kanker, stroke, infark miokard,

diabetes (Karthikeyan et al., 2010). Stres oksidatif menyebabkan terjadinya kerusakan

pada asam-basa nukleus, lemak dan protein yang mempengaruhi kondisi kesehatan

sel dan viabilitasnya atau menginduksi terjadinya berbagai macam respon seluler

melalui pembentukan senyawa reaktif sekunder dan akhirnya kematian sel oleh

karena nekrosis atau apoptosis (Dalle-Done et al., 2006)

Keadaan stress oksidatif biasanya terjadi bila jumlah radikal bebas dalam tubuh lebih tinggi dari jumlah sistem antioksidan. Tingkat kerusakan oksidatif sel/jaringan tubuh akibat radikal bebas dapat ditentukan dengan mengukur kadar Malondihaldehide (MDA) di dalam darah dan pentane di dalam pernapasan yang merupakan indikator dari peroksidasi lipid (Clarkson, 2000).

Sumber radikal bebas yang didapat dari luar yang dapat menimbulkan stress oksidatif adalah senyawa toksik seperti karbon tetra klorida (CCl4), bahan toksik tersebut banyak digunakan dalam laboratorium, bila tubuh terpapar dapat menyebabkan kerusakan hati.

Antioksidan merupakan satu komponen bahan makanan yang bermanfaat

bagi kesehatan, karena dapat menghambat spesies oksigen reaktif, spesies nitrogen

maupun radikal bebas. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat

menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Antioksidan berfungsi

untuk melindungi tubuh dari sejumlah penyakit berat seperti penyakit jantung,

kanker, stroke, arthritis, serta berbagai kondisi kesehatan lainnya. Antioksidan

diyakini dapat melindungi biomolekul terhadap stress oksidatif, sehingga dapat

menurunkan risiko penyakit kardiovaskular serta jenis kanker tertentu (Huang et al.,

Page 11: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

2004). Secara umum antioksidan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

antioksidan enzimatik dan nonenzimatik. Antioksidan nonenzimatik yang disebut

juga antioksidan pemutus rantai meliputi vitamin C, vitamin E dan β karoten (Ji,

1999; Chevion, 2003). Antioksidan enzimatik yang disebut juga antioksidan

pencegah terdiri atas superoxide dismutase (SOD), catalase dan glutathione

peroxidase (GSH). Enzim antioksidan yang sering diukur untuk mengevaluasi

perubahan status antioksidan dan meredam efek buruk oksidan adalah superoxide

dismutase (SOD) (Suryohusodo,1995; Halliwell dan Gutridge,1999).

Penelitian tanaman obat saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah melalui

Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan melalui Perguruan Tinggi yang

ada di seluruh Indonesia melalui multidisiplin ilmu yang ada di Perguruan tinggi.

Banyak tanaman obat yang telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat berdasarkan

empiris, belum semua tanaman obat yang telah digunakan oleh masyarakat telah

diteliti manfaatnya secara klinis. Salah satu tanaman yaitu mengkudu (Morinda

Citrifolia). Penggunaan tanaman mengkudu/pace sebagai pengobatan, perlu diketahui

macam-macam zat yang terkandung dan mekanismenya agar dapat dibuat formula

yang tepat, guna mendapatkan hasil yang efektif (Wijayakusuma, 2007).

Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman mengkudu meliputi

flavonoid, alkaloid ( xeroin), damnacanthal, scopoletin, antraquinon (Scot, 2006).

Mengkudu juga mengandung sejumlah senyawa sebagai antioksidan seperti beta-

caroten, asam askorbat, terpenoid, alkaloid, polifenol seperti flavonoid, flavonoid

Page 12: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

glikosida, rutin (Ying et al.,2002). Secara invitro ektrak metanol akar, daun dan buah

mengkudu telah diteliti mempunyai khasiat antioxidan (Zin et al., 2001). Penelitian

ini bertujuan mengetahui manfaat ekstrak buah mengkudu menurunkan kadar

malondialdehid.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dihasilkan rumusan masalah sebagai

berikut :

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pemberian ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan kadar MDA

dalam darah mencit yang di induksi karbon tetra klorida ? 2. Apakah peningkatan dosis ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan MDA

dalam darah mencit yang di induksi karbon tetra klorida? 1.3 Tujuan penelitian

1. Tujuan umum : mengetahui efek pemberian ekstrak buah mengkudu terhadap

kadar malondialdehid pada serum mencit yang di induksi karbon tetra klorida

dan dosis berapa dapat menurunkan MDA.

2. Tujuan khusus :

a. Untuk mengetahui pemberian ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan

kadar MDA

b. Untuk mengetahui peningkatan dosis ekstrak buah mengkudu dapat

menurunkan kadar MDA

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah: Penelitian ini merupakan upaya penggalian, peningkatan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang Kedokteran dan Farmasi terutama pemanfaatan bahan alam

Page 13: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

2. Manfaat Aplikasi : Bila menunjukkan hasil yang positif ektrak etanol buah mengkudu berkhasiat sebagai antioksidan, dapat direkomendasikan untuk penelitian lebih lanjut untuk diaplikasikan sebagai anti aging.

Page 14: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Radikal Bebas Radikal bebas (R·) merupakan suatu atom, gugus atom atau molekul yang

mempunyai elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Sifat radikal bebas yang reaktif dapat menginaktifkan protein, merusak DNA dan menginduksi peroksidasi lipid di membran sel (Halliwell and Gutteridge ,1999). Radikal bebas dalam jumlah tertentu dibutuhkan oleh tubuh untuk proses fisiologis, diantaranya anion superoksida melalui derivatnya radikal hidroksil menstimulasi guanilat cyclase dan membentuk second messenger cGMP, menaikkan produksi Interleukin-2 (IL-2) dan menginduksi ekspresi gen heme oxygenase (OH-1).

Radikal bebas dapat dihasilkan dari dalam tubuh (endogen) dan juga dari luar tubuh (Eksogen). Radikal bebas endogen adalah radikal yang dihasilkan dari dalam tubuh, misalnya radikal dari mitokondria, xantin oxidase, NADPH oxidase, mikrosom, membran inti sel dan peroksisom. Radikal bebas eksogen adalah radikal yang dihasilkan dari lingkungan luar seperti asap rokok, radiasi UV, bahan kimia toksik. Jenis-jenis radikal bebas yang merusak sel terdiri dari : (Setiati, 2003).

a. Reactive Oxygen Species (ROS), yaitu senyawa reaktif turunan oksigen

misalnya radikal superoksida (O2*), radikal hidroksil (OH*), radikal alkoksil

(RO*), radikal peroksil (RO2*) serta senyawa bukan radikal yang berfungsi

sebagai pengoksidasi atau senyawa yang mudah mengalami perubahan

menjadi radikal bebas seperti hydrogen peroksida (H2O2), ozon (O3) dan

HOCl.

b. Reactive Nitrogen Species (RNS), misalnya nitrogen dioksida (NO2), dan

peroksinitrit (ONOO*) dan bukan radikal seperti HNO2 dan N2O4.

Radikal bebas umumnya merusak seluler dan subseluler melalui tiga tahapan yaitu : tahap inisiasi (pembentukan radikal bebas), tahap propagasi (reaksi berantai radikal) dan tahap terminasi (reaksi dengan radikal lain atau dengan antioksidan untuk membentuk senyawa yang stabil. (Halliwell dan Guttridge , 1999).

7

Page 15: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Jumlah radikal bebas dalam tubuh diseimbangkan oleh antioksidan yaitu suatu senyawa yang terdapat dalam kadar yang sangat rendah dibandingkan dengan substratnya yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi substrat (Winarsi, 2007) 2.2 Stres Oksidatif

Stres oksidatif adalah suatu keadaan ketika jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk meredam efek buruk radikal bebas yang dapat merusak membran sel, protein dan DNA, berakibat fatal bagi kelangsungan hidup sel/jaringan. Jika hal ini terjadi berkepanjangan maka akan terjadi penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan, menyebabkan kehilangan fungsinya dan akhirnya mati. Penumpukan hasil perusakan radikal bebas merupakan penyebab utama terjadinya penuaan (Bagiada, 2001)

Stres oksidatif menginduksi peroksidasi membran lipid yang dapat menimbulkan kerusakan yang akan menyebabkan perubahan terhadap struktur biologis dari membran, seperti kadar cairan, serta dapat menonaktifkan ikatan membran dengan reseptor atau enzim yang dapat mengganggu fungsi normal sel, lebih jauh memberikan kontribusi besar kerusakan sel yang merupakan produk peroksidasi lipid (Dalle-Done et al.,2006). 2.3 Peroksidasi Lipid

Peroksidasi lipid merupakan salah satu penyebab utama kerusakan sel. Proses peroksidasi asam lemak terutama terjadi pada membran phospolipid. Peroksidasi lipid mengubah psikokemikal lapisan membran lipid menyebabkan disfungsi sel yang signifikan. Berbagai produk dihasilkan akibat peroksidasi lipid seperti MDA (4-hydroxy-2-noneal (HNE), 4-hydroxy-2-hexenal (4HHE) (Catala, 2006).

Proses peroksidasi lipid terdiri atas tiga fase yaitu : inisiasi, propagasi dan terminasi.

Page 16: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Gambar 2.1 : Mekanisme Peroksidasi Lipid (Catala, 2006)

Tahap pertama reaksi inisiasi terjadi antara radikal hidroksil (٠OH) dengan asam lemak tak jenuh menghasilkan radikal lipid. Tahap kedua reaksi propagasi terjadi antara radikal lipid dengan molekul oksigen (O2) membentuk radikal lipid peroksil. Tahap ketiga terminasi, adalah reaksi antara radikal lipid dengan radikal lain atau bereaksi dengan antioksidan untuk membentuk senyawa yang lebih stabil. 2.4 Antioksidan Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron donors), Secara biologis pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negative oksidan dalam tubuh. Secara umum antioksidan dikelompokkan menjadi 2 yaitu antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH). Antioksidan non-enzimatis masih dibagi menjadi 2 kelompok :

1. Antioksidan larut lemak, seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan

bilirubin.

2. Antioksidan larut air, seperti asam ascorbat, asam urat, protein pengikat

logam dan protein pengikat heme

Page 17: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Antioksidan enzimatis dan non-enzimatis bekerja sama memerangi aktivitas senyawa

oksidan dalam tubuh. Terjadinya stress oksidatif dapat dihambat oleh kerja enzim-

enzim antioksidan dalam tubuh dan antioksidan non-enzimatis (Winarsi, 2007).

Mekanisme Kerja Antioksidan

Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi

utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang

mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer.

Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*,

ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal

antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.

Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju

autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai

autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990).

Komponen terpenting membran sel adalah fosfolipid, glikolipid dan kolesterol. Dua

komponen pertama mengandung asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh sangat

rawan serangan radikal terutama radikal hidroksil ( OH ) menimbulkan reaksi rantai

yang dikenal dengan nama peroksidasi lipid (lipid peroxidation).

LH + OH L* + H2O

Asam lemak Radikal lipid

Page 18: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

L* + O2 LOO*

Radikal peroksilipid

LOO* + LH L* + LOOH

Akibat akhir reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi senyawa yang

bersifat toksik terhadap sel, antara lain berbagai macam aldehida seperti

malondihaldehida (MDA), hidrokarbon seperti (C2H6) dan pentane (C5H12) (Catala,

2006).

Antioksidan bekerja dengan cara mengkatalisis reaksi penetralan oksidan/radikal

bebas (enzim SOD, katalase dan glutation peroksidase), menyingkirkan logam

transisi, sehingga mencegah ion logam mengkatalisis pembentukan radikal bebas

(Frei et al., 1992)

Page 19: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Gambar 2.2 : Mekanisme antioksidan enzimatis (Halliwell and Gutteridge 1999)

2.5 Karbon Tetra Klorida

Karbon tetraklorida (tetraklorometana) adalah senyawa kimia dengan rumus CCl4. Senyawa ini banyak digunakan untuk sintesis kimia organik. Dulunya karbon tetraklorida juga digunakan dalam pemadam api dan refrigerasi, namun sekarang sudah ditinggalkan. Pada keadaan standar (suhu kamar dan tekanan atmosfer).

Karbon tetraklorida (CCl4) adalah cairan yang mudah terbakar, jernih, tidak berwarna, sifat pelarutnya sama dengan kloroform. Dapat bercampur dengan alkohol, eter, benzene, dan pelarut organik lainnya, tetapi praktis tidak larut dalam air. Harus disimpan dalam wadah tertutup dan kedap cahaya (Doerge, 1982).

Pertama kali dibuat tahun 1849 dan digunakan untuk anestesi, shampo kering dan obat cacing. Namun semua kegunaan dalam rumah tangga telah ditinggalkan karena toksisitasnya yang hebat, dan hanya digunakan untuk industri, ilmu pengetahuan dan penggunaan non rumah tangga (Klassen, 2001). Pemberian CCl4 secara oral dengan mudah diabsorbsi dari saluran cerna, berlangsung lambat dan tidak

Page 20: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

mudah diramalkan. Absorbsi ini mengalami peningkatan jika bersamaan dengan pemberian lemak dan alkohol (Fauci et al., 1998).

Sifat toksik CCl4 telah terbukti dari beberapa penelitian bahwa dosis kecil sekalipun dapat menimbulkan efek pada berbagai organ tubuh termasuk susunan saraf pusat, hati, ginjal. Efek toksik CCl4 yang paling terlihat adalah pada hati, Kerusakan hati akibat terpapar CCl4 tergantung pada dosis yang diberikan. Absorbsi CCl4 selain berlangsung melalui seluruh permukaan tubuh termasuk kulit. Pada prinsipnya kerusakan sel hati akibat pembentukan radikal bebas, peroksidasi lemak dan penurunan aktivitas enzim-enzim antioksidan. Manifestasi kerusakan secara histologis terlihat berupa infiltrasi lemak, nekrosis sentrolobuler, dan akhirnya sirosis (Gene et al., 1999).

Pemberian CCl4 pada hewan coba akan menyebabkan terjadinya perlemakan disebabkan karena adanya gangguan sintesis lipoprotein VLDL yang berfungsi sebagai alat transport lipid dalam tubuh. Biotransformasi CCl4 dalam hati melalui sistem retikulum endoplasma (sitokrom P450), mekanismenya CCL4 masuk ke dalam hati, kemudian diubah menjadi radikal triklorometil (CCl3*) dan (Cl*). CCL4 Reduksi elektron CCl3* + Cl Sitokrom P450 Radikal CCl3* yang terbentuk dengan adanya oksigen akan mempercepat reaksi membentuk radikal CCl3O2*, Reaksi ini akan semakin komplek membentuk reaksi berantai (Winarsi, 2007). 2.6 Malondihaldehid (MDA)

Malondialdehid adalah senyawa organik dengan rumus CH2(CHO)2, struktur

senyawa ini lebih komplek dari pada rumusnya, senyawa reaktif ini hasil alami dan

penanda dari stress oksidatif. Malondialdehid merupakan senyawa yang sangat reaktif

yang tidak biasanya diamati dalam bentuk murni. Di laboratorium dapat dihasilkan

dengan hidrolisis dari 1,1,3,3-tetramethoxypropane, yang tersedia secara komersial.

(Nair et al, 2008). Reaktif oksigen spesies mendegradasi lemak tak jenuh membentuk

malondihaldehid. Senyawa ini merupakan aldehida reaktif dan merupakan salah satu

dari banyak senyawa elektrofil reaktif yang menimbulkan stres toksik dalam sel dan

Page 21: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

bentuk protein kovalen yang disebut produk lipoxidation sebagai hasil akhir (Davoine

dan Farmer, 2007). Produk aldehid ini digunakan penanda tingkat stress oksidatif dari

suatu organism (Del et al., 2005). Malondialdehid bereaksi dengan deoxyadenosine

dan deoxyguanosine dalam DNA, membentuk komplek DNA yang mutagenik.

(Marnett, 1999).

Analisis malondihaldehid dan zat reaktif tiobarbiturat lain membentuk

kondensasi yang setara dengan dua asam tiobarbiturat menghasilkan warna merah

derivative yang bisa diamati dengan spektrofotometer (Botsoglu,1994).

2.7 Etanol

Etanol (C2H5OH) adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan

aroma yang khas. Etanol terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang

kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol

utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon

etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga

membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan

massa molekul yang sama.

Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang

ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,

perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang

penting sekaligus sebagai bahan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.(Myers et al.,

2007)

Page 22: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

2.8 Klasifikasi Mencit galur Balb/c (Mus Musculus)

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Famili : Muridae Genus : Mus Species : Mus musculus

Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (Mencit-Mencitan) yang

berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan

pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya,

serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak

kedua di dunia, setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan

perubahan yang dibuat manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan

barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan.

Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang

ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan

memiliki periode kegiatan selama siang dan malam. Mencit memakan makanan

manusia dan barang-barang rumah tangga. sebagian besar Mencit diperoleh dari

peternak hewan laboratorium untuk digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian,

dan pendidikan. Bahkan, tujuh puluh persen dari semua hewan yang digunakan dalam

biomedis.

2.9 Tanaman Mengkudu (Morinda Citrifolia)

Gambar 2.3 : Mus musculus (Moore, 2000)

Page 23: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Mengkudu (Basa Aceh: keumeudee, Jawa: pace, kemudu, kudu); cengkudu

(Sunda), kodhuk (Madura), tibah (Bali) berasal daerah Asia Tenggara, tergolong

dalam famili Rubiaceae. Nama lain untuk tanaman ini adalah Noni (bahasa Hawaii),

Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa Tonga), ungcoikan (bahasa Myanmar) dan Aceh

(bahasa Hindi).

Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m. Tinggi

pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna putih. Buahnya

merupakan buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki

totol-totol, dan ketika sudah tua berwarna putih dengan bintik-bintik hitam.

Secara tradisional, masyarakat Aceh menggunakan buah mengkudu sebagai sayur dan

rujak. Daunnya juga digunakan sebagai salah satu bahan nicah peugaga yang sering

muncul sebagai menu wajib buka puasa. Mengkudu (keumeudee) karena itu sering

ditanam di dekat rumah di pedesaan di Aceh. Selain itu mengkudu juga sering

digunakan sebagai bahan obat-obatan.

Klasifikasi tanaman (Sambamurty, 2005) :

Kerajaan : Plantae

Ordo : Gentianales

Famili : Rubiaceae

Genus : Morinda

Spesies : Morinda Citrifolia

Page 24: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Gambar2.4 : Morinda Citrifolia (Sambamurty, 2005)

2.9.1 Kandungan Kimia

Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi

lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, vitamin A, vitamin B dan

vitamin C, mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun

mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada buah mengkudu

merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam

mengkudu : flavonoid, xeronine, plant steroid, alizarin, lycine, sosium, caprylic acid,

arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium

(Abdul, R. 2005). Terpenoid membantu dalam proses sintesis organik dan pemulihan

sel-sel tubuh. (Scot, 2006)

Page 25: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Zat anti bakteri, Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu

dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens

morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti

bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella

montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S .

pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus. (Wien et al., 2009)

Scopoletin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan

dan anti-alergi, zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu

paling efektif melawan sel-sel abnormal. (Will, 2002)

Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapat di dalam

buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit

xeronine, tapi banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine alias

proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti

koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-

protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.

2.9.2 Senyawa Bioaktif dalam Buah Mengkudu

Vitamin C, Flavonoid dan selenium merupakan senyawa yang terdapat dalam

buah mengkudu yang berperan sebagai antioksidan. Vitamin C merupakan bagian

pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel (Zakaria et

al., 2000). Sebagai antioksidan vitamin C bekerja sebagai donor elektron dengan cara

memindahkan satu electron ke senyawa logam Cu. Selain itu vitamin C juga dapat

Page 26: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler.

Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel neutrofil,

monosit, protein lensa dan retina. Vitamin ini dapat juga berinteraksi dengan Fe-

feritin. Di luar sel vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif,

mencegah terjadinya LDL terokidasi, mentransfer elektron ke dalam tokoferol

teroksidasi, dan mengabsorbsi logam dalam saluran pencernaan (Levine, 2003).

Vitamin C bekerja secara sinergis dengan vitamin E. Vitamin E yang teroksidasi

radikal bebas dapat beraksi dengan vitamin C kemidian akan berubah menjadi

tokoferol setelah mendapat ion hidrogen dari vitamin C (Belleville-Nabeet,1996)

Sebagai zat penyapu radikal bebas, vitamin C dapat langsung bereaksi dengan

anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida. Sebagai

reduktor asam askorbat akan mendonorkan satu elektron membentuk

semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi

disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil.

Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat. Oleh

karena kemampuan vitamin C sebagai penghambat radikal bebas, maka peranannya

sangat penting dalam menjaga integritas membran sel (Suhartono et al., 2007).

Reaksi askorbat dengan superoksida secara fisologis mirip dengan kerja

enzim SOD sebagai berikut :

2Oˉ2 + 2H+ +Askorbat → 2H2O2 + Dehiroaskorbat

Page 27: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Reaksi dengan hidrogen peroksida dikatalisis oleh enzim askorbat peroksidase

(Asada, 1992)

H2O2 + 2 Askorbat → 2H20 + 2 Monodehidroaskorbat

Penelitian Bono. A 2007, aktivitas antioksidan flavonoid buah mengkudu

dengan memakai uji DPPH. Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat

penggumpalan keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang dapat

melebarkan (relaksasi) pembuluh darah, juga menghambat pertumbuhan sel kanker.

Sifat antiradikal flavonoid terutama terhadap radikal hidroksil, anion superoksida,

radikal peroksil dan alkoksil (Huguet et al., 1990). Aktivitas antioksidan flavonoid

tidak hanya melalui struktur nya, tetapi juga keberadaanya dalam membran. Efek

proteksi flavonoid penting untuk diaplikasikan penyakit-penyakit yang diakibatkan

radikal bebas (Saija et al., 1995). Dari hasil penelitian tampak bahwa peran

antioksidan non enzimatis berkaitan erat dengan kerja antioksidan enzimatis.

Selenium dikenal terbaik untuk perannya dalam glutation peroksidase (GSH

Px-) sistem enzim. Dalam total sel (GSH Px-) didistribusikan antara sitosol dan

matriks mitokondria (Ji, L. 1999). Distribusi enzim memungkinkan untuk

peningkatan efisiensi radikal bebas oleh sistem GSH-Px. Enzim ini sebagai sistem

pertahanan pertama dalam tubuh. melawan radikal bebas. Pada peroksidase

menggunakan glutation tereduksi untuk menghentikan peroksidasi sel dengan

hidrogen peroksida H2O2 dan lipid (Burk, R.1999).

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Page 28: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian ini didasarkan bila jumlah radikal bebas melebihi

antioksidan tubuh akan menyebabkan terjadinya stress oksidatif. Jika hal ini terjadi

dalam waktu yang berkepanjangan akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

oksidatif di dalam sel dan jaringan, yang menyebabkan sel/jaringan tersebut

kehilangan fungsinya dan akhirnya mati. Dalam keadaan fisiologis akibat buruk

radikal bebas dapat diredam tubuh baik secara enzimatis maupun non enzimatis oleh

senyawa-senyawa yang termasuk antioksidan.

Pemberian CCl4 pada hewan coba akan menyebabkan terjadinya perlemakan

disebabkan karena adanya gangguan sintesis lipoprotein VLDL yang berfungsi

sebagai alat transport lipid dalam tubuh. Biotransformasi CCl4 dalam hati melalui

sistem retikulum endoplasma (sitokrom P450), mekanismenya CCL4 masuk ke dalam

hati, kemudian diubah menjadi radikal triklorometil (CCl3*) dan (Cl*).

Peroksidasi lipid menyebabkan hilangnya rantai asam lemak tidak jenuh,

dengan demikian pengukuran peroksidasi lipid bertujuan untuk memeriksa

kehilangan asam lemak. Peroksidasi lipid dapat dicegah dengan pemberian

antioksidan. Antioksidan enzimatis merupakan antioksidan endogen yang meliputi

enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation peroksidase (GSH-Px).

Enzim-enzim ini bekerja dengan cara melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif

yang disebabkan oleh radikal bebas seperti anion superoksida (O2*), radikal hidroksil

(*OH) dan hydrogen peroksida (H2O2). Selain antioksidan enzimatis, tubuh dapat 22

Page 29: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

memperoleh antioksidan berasal dari nutrisi seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A,

antioksidan fenolik (salah satunya flavonoid) dapat menghambat peroksidasi lipid

melalui donasi atom H kepada radikal peroksil (ROO*) . Mengkudu mengandung

vitamin C, selenium dan flavonoid yang bekerja untuk memaksimalkan aktivitas

scavenger terhadap radikal bebas dengan cara menurunkan aktivitas radikal hidroksil

(OH) sehingga tidak terlalu reaktif lagi. Berdasarkan kajian tersebut diharapkan

pemberian mengkudu dapat menurunkan kadar malondialdehid mencit jantan yang

diinduksi dengan CCl4.

3.2 Konsep

Gambar 3.1. Bagan Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis Penelitian

Ektrak buah mengkudu

Faktor Internal

Umur

Genetik

Stres

psikologis

Faktor Eksternal

Polusi udara

Asap rokok

CCl4

Mencit Stres

oksidativ

MDA Menurun

Page 30: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Pemberian ektrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) dapat menurunkan

kadar MDA dalam darah Mencit yang di induksi /karbon tetra klorida

2. Peningkatan dosis ekstrak buah mengkudu meningkatkan efek penurunan

kadar MDA darah mencit yang di induksi karbon tetra klorida

Page 31: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

penelitian eksperimental murni randomized pre test post-test control group design

(Pocock, 2008). Skema rancangan penelitian sebagai berikut :

Gambar 4.1. Rancangan Penelitian

Keterangan :

P = Populasi

S = Sampel

R = Random

O1 = kelompok control pre test

O3 = perlakuan I pre test

O1

P S

O3 O4

O2

O5 O6

O7 O8

P0

P1

P2

P3

R

25

Page 32: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

O5 = perlakuan II pre test

O7 = perlakuan III pre test

P0 = perlakuan pada kontrol ( 1 ml + CCl4 10% 1 ml)

P1 = perlakuan 1 (dosis 6 mg/hari + CCl4 10% 1 ml)

P2 = perlakuan 2 (dosis 12 mg/hari + CCl4 10% 1 ml)

P3 = perlakuan 3 (dosis 18 mg/hari + CCl4 10% 1 ml)

O2 = kelompok kontrol post tes

O4 = kelompok perlakuan I pos test

O6 = kelompok perlakuan II pos test

O8 = kelompok perlakuan III pos test

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Unud,

Waktu penelitian 20 Februari – 15 Juni 2011.

4.3 Sampel

4.3.1 Perhitungan Besar Sampel

Dalam penelitian ini digunakan mencit putih galur Balb/c dewasa jantan

yang sehat, berat 20 – 22 gram umur 2 – 3 bulan.

Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan rumus Pocock (2008) :

Page 33: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

n = 2σ2 f (α,β) (µ2 - µ1)2

N = jumlah sampel

σ = simpang baku

α = tingkat kesalahan 1 (α = 0,05)

β = tingkat kesalahan II (β = 0,1)

Sehingga f (α,β) = 10,5 (table 9.1) (Pocock, 2008)

µ1 = rerata nilai pada kelompok kontrol

µ2 = rerata nilai pada kelompok perlakuan

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan didapatkan rerata kelompok kontrol 11,05

mmol/l dengan simpang baku 1,56 mmol/l rerata kelompok perlakuan = 7,8 mmol/l.

Dengan menggunakan rumus diatas maka hasilnya adalah :

n =2 x (1,56)2

(11,05− 7,8)2 x 10,5

n = 7,92 Besar sampel tiap kelompok adalah 8 Ada 4 kelompok = 4 x 8 = 32

32 x 10% = 3,2

Jumlah mencit yang diperlukan 32 + 3 = 35

4.3.2 Kriteria Sampel

Page 34: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Sampel yang digunakan sebagai obyek penelitian ini adalah Mencit putih jantan galur Balb/c yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria Inklusi

Mencit putih jantan dewasa sehat galur Balb/c umur 2 – 3 bulan, berat badan 20 - 22 g.

2. Kriteria drop out

Yang termasuk kriteria drop out dalam penelitian ini adalah mencit yang mati dalam penelitian

4.4.1Klasifikasi Variabel

1. Variabel Bebas : Ekstrak etanol buah mengkudu

2. Variabel tergantung : Kadar MDA dalam darah mencit

3. Variabel Kendali : dalam penelitian ini adalah kualitas serta

kuantitas makanan, umur, jenis kelamin, galur dan berat badan mencit.

4.4.2 Definisi Operasional Variabel

1. Ektrak etanol buah mengkudu adalah ektrak yang dibuat dari buah

mengkudu dengan pelarut etanol yang diberikan pada mencit secara oral,

dosis 6 mg, 12 mg dan 18 mg per hari

2. Malondihaldehid adalah senyawa organik dengan rumus CH2(CHO)2,

senyawa reaktif ini hasil metabolit peroksidasi lipid dan penanda dari stress

oksidatif yang diukur dengan alat spektrofotometer.

3. Karbon tetraklorida adalah senyawa kimia dengan rumus CCl4 10%

sebanyak 1ml, sebagai penyebab terbentuknya radikal bebas akibat

peroxidasi lipid.

Page 35: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

4. Makanan yang diberikan adalah makanan standar yang lazim diberikan

pada hewan percobaan secara ad libitum.

5. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit berumur 2-3 bulan

dengan bobot badan 20 - 22 g. yang ditimbang sebelum diberi perlakuan.

4.5 Alat dan Bahan Penelitian

4.5.1 Alat :

- Jarum per oral

- Spuit Injeksi

- Holder mencit

- Mikro pipet

- Timbangan Analitik

- Spektro fotometer

- Sentrifuge (Mini Spin)

4.5.2 Bahan :

- Buah Mengkudu

- Mencit jantan galur swiss webster yang berumur 2-3 bulan dengan bobot

badan 20 - 22 g.

- Etanol

- CCl4

- Aquadest

Page 36: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

- Tricloro Acetat (TCA)

- Thiobarbiturat Acid (TBA)

- Tetra metoksipropane

4.6 Prosedur Penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian ini meliputi preparasi simplisia, ekstraksi,

preparasi hewan uji, uji MDA dan pengolahan data.

4.6.1 Preparasi Simplisia

1. Buah mengkudu dicuci bersih di bawah air mengalir.

2. Buah mengkudu diiris tipis

3. Irisan buah mengkudu dijemur ditempat teduh hingga irisan buah

mengkudu berubah menjadi kering.

4. Buah mengkudu yang telah kering kemudian dihancurkan hingga

berbentuk serbuk.

4.6.2 Ekstraksi

1. Serbuk mengkudu ditimbang sebanyak 100 gr dan dimaserasi

menggunakan pelarut etanol 96 % sebanyak 500 ml selama 24 jam.

2. Setelah 24 jam, rendaman disaring dengan corong gelas yang telah dilapisi

kertas saring.

3. Residunya dipisahkan dan filtrat I yang diperoleh diuapkan dengan rotary

evaporator sehingga didapat ekstrak etanol kemudian ekstrak dikeringkan.

Page 37: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

4. Residu dimaserasi ulang seperti cara di atas sebanyak tiga kali perulangan

sehingga diperoleh filtrat II dan III lalu diuapkan menggunakan rotary

evaporator.

4.6.3 Perlakuan Hewan Coba

1. Hewan coba yang digunakan adalah mencit putih jantan diambil sebanyak

35 dengan berat 20 - 22 gram berumur 3 bulan kemudian dilakukan

aklimatisasi selama 1 minggu di tempat penelitian untuk penyesuaian

dengan lingkungan.

2. Setelah itu dibagi secara random 4 kelompok @ 8 ekor mencit. Dilakukan

pengukuran kadar MDA sebelum perlakuan untuk Pre test.

3. Kelompok I diberikan aquades 1 ml selama 7 hari, kelompok II diberikan

ekstrak 6 mg/hari selama 7 hari, kelompok III diberikan ekstrak 12

mg/hari selama 7 hari, kelompok IV diberikan ekstrak 18 mg/hari selama

7 hari

4. Kelompok I, II, III dan IV pada hari ketujuh diberikan CCl4 10 % 1 ml.

5. Pada hari kedelapan diambil darah kemudian diukur MDA untuk Pos test

Page 38: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

4.6.4 Alur Penelitian

Populasi Mencit

Dipilih 35 ekor mencit sehat

Mencit diadaptasi di kandang selama 7 hari

Diambil 32 mencit Dibagi dalam 4 kelompok

@ 8 ekor mencit

Pre Test Diukur kadar MDA

Kelompok I 1 ml Aquades + CCl4 10% 1 ml

Kelompok 2 6 mg/hari + CCl4 10%

1 ml

Kelompok 3 12 mg/hari + CCl4 10%

1 ml

Kelompok 4 18 mg/hari +

CCl4 10% 1 ml

Pos test Diukur kadar

MDA

Analisisis Data

Page 39: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

4.6.5 Penentuan Dosis

Penentuan dosis berdasarkan LD50 ekstrak buah mengkudu dan penelitian

pendahuluan. Dalam literature didapatkan bahwa LD50 ekstrak buah

mengkudu adalah 5,39 gr/kgBB tikus putih jantan, berarti LD 50 ekstrak buah

mengkudu cukup tinggi sehingga aman untuk dikonsumsi (Waspodo, 2000).

Mencit dengan berat badan 20 gram diberikan dosis 300 mg/kgbb, 600

mg/kgbb dan 900 mg/kgbb dikonversi ke mg/grambb diperoleh 6 mg/grambb,

12 mg/grambb dan 18 mg/grambb.

4.6.6 Pemeriksaan MDA Darah Mencit

Kadar MDA pada mencit diambil melalui sinus orbitalis canthus. Pemeriksaan

kadar MDA darah dilakukan dengan metode thiobarbiturate acid-reactive

substances (TBARS) dan dikerjakan di laboratorium Gizi UGM Yogjakarta.

Pemeriksaan MDA darah mengikuti metode yang dijabarkan Wuryastuti

(1996). Sebanyak 0,75 ml asam fosfat dimasukkan ke dalam tabung

polypropylene yang telah berisi 0,25 ml larutan thiobarbiturate acid (TBA).

Selanjutnya 0,05 ml sampel plasma darah ditambahkan ke dalam tabung,

diikuti dengan 0,45 ml air. Campuran dikocok selama 2 menit. Setelah

dipanaskan dalam water bath selama 60 menit dengan suhu 1000 C, campuran

selanjutnya didinginkan selama 1 – 2 jam sehingga suhunya mencapai 300 C.

Kemudian dimasukkan ke dalam sep-park C 18 dan dicuci dengan 5 ml

Page 40: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

metanol dan air. Ke dalam campuran kemudian ditambahkan 4 ml metanol dan

ditampung dalam kuvet. Kepekatan warna diamati dengan spektrofotometer

dengan panjang gelombang 532 nm.

4.7. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini seluruh data hasil penelitian dianalisis dengan

menggunakan Program SPSS Versi 16.0, Analisis data meliputi :

1. Analisis deskriptif :

Analisis deskriptif akan meliputi perhitungan rerata dan simpangan baku dari data hasil penelitian.

2. Uji normalitas data dengan uji Shapiro Wilks, didapat distribusi normal (p >

0,05)

3. Uji Homogenitas

Analisis homogenitas data dilakukan dengan uji varians (Levene’s test of varians) didapat varians homogen (p > 0,05).

4. Uji Komparasi

Oleh karena data berdistribusi normal dan homogen maka dipakai One Way

Anova untuk membandingkan antar kelompok.

Page 41: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Pengukuran MDA Tabel 5.1 Hasil pengukuran MDA pre-post test

Kelompok PRE

TEST POST TEST

MDA mmol/l 2,06 10,64 2,25 10,96

Kelompok 1 1,87 11,06 CCl4 10% 1 ml 1,35 11,41

1,74 11,09 1,54 11,54 1,93 11,32 1,41 11,40 1,87 7,80 1,48 8,38

2,32 7,41 Kelompok 2 2,51 7,54

Ekstrak 6 mg + 2,00 8,06 CCl4 10% 1 ml 1,61 8,32

1,41 7,67 1,80 7,74 1,54 6,06 1,74 5,87 2,06 5,74

Kelompok 3 2,38 5,61 Ekstrak 12 mg + 1,80 5,93 CCl4 10% 1 ml 2,25 6,19

2,12 5,80 2,07 5,88 1,74 3,67 1,61 3,35 1,93 3,16

Kelompok 4 2,00 3,80 Ekstrak 18 mg + 2,45 3,22 CCl4 10% 1 ml 2,19 2,90

1,87 3,03 2,06 3,54

35

Page 42: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 32 ekor tikus putih, yang terbagi menjadi 4

(empat) kelompok, yaitu kelompk P0 (CCl4 10% 1 ml), kelompok P1 (Ekstrak

mengkudu 6 mg/hari + CCl4 10% 1 ml), kelompok P2 (Ekstrak mengkudu 12

mg/hari + CCl4 10% 1ml), dan kelompok P3 (Ekstrak mengkudu 18 mg/hari + CCl4

10% 1ml). Perlakuan dilakukan selama satu minggu. Masing-masing berjumlah 8

ekor. Pembahasan ini meliputi uji normalitas, homogenitas data, dan uji efek

perlakuan.

5.2. Uji Normalitas Data Kadar MDA

Data karakteristik subjek, dan kadar MDA diuji normalitasnya dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal

(p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Kadar MDA Kelompok Sebelum dan Sesudah perlakuan

Kelompok Subjek n p Ket

MDA (CCL4 10% 1 ml) Pre MDA (ekstrak mengkudu 6 mg) pre MDA (ekstrak mengkudu 12 mg) pre MDA (ekstrak mengkudu 18 mg) pre MDA (CCL4 10% 1 ml)Post MDA (ekstrak mengkudu 6 mg) post MDA (ekstrak mengkudu 12 mg) post MDA (ekstrak mengkudu 18 mg) post

8 8 8 8 8 8 8 8

0,816 0,667 0,818 0,979 0,175 0,521 0,979 0,874

Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal

5.3. Uji Homogenitas Varians Kadar MDA Antar Kelompok

Data kadar MDA diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s

Page 43: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Homogenitas Kadar MDA antar Kelompok Perlakuan

Kelompok Subjek F p Keterangan

MDA Sebelum Perlakuan (pre)

MDA Sesudah Perlakuan (post)

0,567

2,141

0,641

0,117

Homogen

Homogen

5.4. Kadar MDA

5.4.1. Uji Komparabilitas Kadar MDA

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak mengkudu. Hasil analisis

kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4 Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata Kadar MDA SB F p

Kontrol Ekstrak Mengkudu 6 mg Ekstrak Mengkudu 12 mg Ekstrak Mengkudu 18 mg

8 8 8 8

1,77

1,88

1,99

1,98

0,32

0.39

0,28

0,26

0,889 0,549

Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol

adalah 1,770,32, rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg adalah 1,880,39, rerata

Page 44: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

kelompok ekstrak mengkudu 12 mg adalah 1,990,28, dan rerata kelompok ekstrak

mengkudu 18 mg adalah 1,980,26. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

menunjukkan bahwa nilai F = 0,889 dan nilai p = 0,549. Hal ini berarti bahwa

keempat kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata kadar MDA tidak berbeda

secara bermakna (p > 0,05).

5.5. Analisis Efek Pemberian Ekstrak Mengkudu antar Kelompok

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak mengkudu. Hasil analisis kemaknaan

dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5 Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata Kadar MDA SB F p

Kontrol Ekstrak Mengkudu 6 mg Ekstrak Mengkudu 12 mg Ekstrak Mengkudu 18 mg

8 8 8 8

11,05

7,87

5,89

3,33

0,50

0.35

0,18

0,32

673,65 0,001

Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol

adalah 11,050,50, rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg adalah 7,870,35, rerata

kelompok ekstrak mengkudu 12 mg adalah 5,890,18, dan rerata kelompok ekstrak

mengkudu 18 mg adalah 3,330,32. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

Page 45: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

menunjukkan bahwa nilai F = 673,65 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata

kadar MDA pada keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara

bermakna (p<0,05).

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok Kontrol perlu

dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji

disajikan pada Tabel 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.6 Beda Nyata Terkecil Kadar MDA Sesudah Diberikan Ekstrak Mengkudu

antar Dua Kelompok

Kelompok Beda Rerata

p Interpretasi

Kontrol dan ekstrak mengkudu 6 mg 3,18 0,001 Berbeda bermakna Kontrol dan Ekstrak mengkudu 12 mg 5,16 0,001 Berbeda bermakna Kontrol dan Ekstrak mengkudu 18 mg 7,72 0,001 Berbeda bermakna Ekstrak mengkudu 6 dan 12 mg 1,98 0,001 Berbeda bermakna Ekstrak mengkudu 6 dan 18 mg 4,54 0,001 Berbeda bermakna Ekstrak mengkudu 12 dan 18 mg 2,56 0,001 Berbeda bermakna

Uji lanjutan dengan uji Least Significant Difference–test (LSD) di atas

mendapatkan hasil sebagai berikut.

1. Rerata kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok Ekstrak

mengkudu 6 mg (rerata kelompok Kontrol lebih tinggi daripada rerata

kelompok ekstrak mengkudu 6 mg).

2. Rerata kelompok Kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok ekstrak

mengkudu 12 mg (rerata kelompok Kontrol lebih tinggi daripada rerata

kelompok ekstrak mengkudu 12 mg).

Page 46: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

3. Rerata kelompok Kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok ekstrak

mengkudu 18 mg (rerata kelompok Kontrol lebih tinggi daripada rerata

kelompok ekstrak mengkudu 18 mg).

4. Rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg berbeda secara bermakna dengan

kelompok ekstrak mengkudu 12 mg (rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg

lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak mengkudu 12 mg).

5. Rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg berbeda secara bermakna dengan

kelompok ekstrak mengkudu 18 mg (rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg

lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak mengkudu 18 mg).

6. Rerata kelompok ekstrak mengkudu 12 mg berbeda secara bermakna dengan

kelompok ekstrak mengkudu 18 mg (rerata kelompok ekstrak mengkudu 12

mg lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak mengkudu 18 mg).

1.77 1.88 2 1.98

11.05

7.86

5.88

3.33

0

2

4

6

8

10

12

CCl4 1 ml Ekstrak 6 mg + CCl4 1 ml

Ekstrak 12 mg + CCl4 1 ml

Ekstrak 18 mg + CCl4 1 ml

PRE

POST

Page 47: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Gambar 5.1 Perbedaan Rerata Kadar MDA pada Kelompok Sebelum dan sesudah Perlakuan

Page 48: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Subyek Penelitian

Penelitian ini didasari oleh adanya penelitian Bono pada tahun 2007 yang telah

menguji aktivitas antioksidan fenolik total dan flavonoid dari buah mengkudu secara

invitro dengan metode difenil fikril hidrazin, serta vitamin C, flavonoid dan selenium

merupakan senyawa yang terdapat dalam buah mengkudu yang berperan sebagai

antioksidan. Vitamin C merupakan bagian pertahanan tubuh terhadap senyawa

oksigen reaktif dalam plasma dan sel (Zakaria et al., 2000).

6.2 Induksi CCl4

Keadaan stres oksidatif terjadi bila jumlah radikal bebas dalam tubuh lebih

tinggi dari jumlah sistem antioksidan. Stres oksidatif yang ditimbulkan oleh radikal

bebas tersebut dapat ditentukan dengan mengukur salah satu parameter berupa

malondihaldehid (MDA). Bila kadar MDA tinggi dalam plasma dipastikan sel

mengalami stres oksidatif (Valko et al., 2006). Sumber radikal bebas yang dihasilkan

dari luar yang dapat menimbulkan stres oksidatif adalah senyawa toksik seperti

karbon tetraklorida (CCl4).

Karbon tetraklorida (CCl4) adalah bahan kimia yang bersifat toksik. CCl4

sebagai pelarut lipid memudahkan senyawa tersebut melintasi membran sel dan

terdistribusi ke semua organ. Sifat toksik CCl4 telah terbukti pada beberapa

penelitian, bahwa dosis yang kecil sekalipun dapat menimbulkan efek berbagai organ

tubuh termasuk susunan saraf pusat, hati, ginjal dan peredaran darah. Efek toksik

41

Page 49: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

yang paling terlihat adalah pada hati (efek toksik CCl4 melebihi kloroform),

walaupun keduanya sama-sama merusak organ lain. Kerusakan hati akibat CCl4

tergantung dosis yang diberikan. Absorbsi CCl4 selain berlangsung melalui saluran

nafas juga dapat melalui seluruh permukaan tubuh termasuk kulit. Pada prinsipnya

kerusakan sel hati akibat pemberian CCl4 disebabkan oleh pembentukan radikal

bebas, peroksidasi lemak dan penurunan aktivitas enzim-enzim antioksidan.

Manifestasi kerusakan hati secara histologis terlihat berupa infiltrasi lemak, nekrosis

sentrolobuler, dan akhirnya sirosis (Gene, 1999).

6.3. Penggunaan Ekstrak Buah Mengkudu

Pemakaian dosis berdasarkan penelitian pendahuluan dan literature didapatkan bahwa

LD 50 ekstrak buah mengkudu adalah 5,39 gr/kgBB tikus putih jantan, berarti LD 50

ekstrak buah mengkudu cukup tinggi sehingga aman untuk dikonsumsi (Waspodo,

2000). Berdasarkan bobot mencit hanya 20 gram, maka dosis toksik mencit 107,8

gram. Jadi pemberian dosis 6 mg, 12 mg dan 18 mg per hari jauh dari toksik.

Pengambilan waktu satu minggu didasarkan atas penelitian yang dilakukan (Jawi et

al., 2008) bahwa dalam satu minggu telah terjadi penurunan kadar MDA signifikan,

juga berdasarkan hasil peneltian pendahuluan penulis, bahwa waktu satu minggu

ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan kadar MDA darah mencit.

6.4 Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu terhadap MDA Darah

Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok control,

kelompok P1, P2 dan P3 menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan

Page 50: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

homogenitas (Lavene test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-masing

kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05). Uji Komparabilitas

bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA antar kelompok sebelum

diberikan perlakuan berupa ekstrak mengkudu. Hasil analisis kemaknaan dengan uji

One Way Anova menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol adalah

1,770,32, rerata kelompok ekstrak mengkudu 6 mg adalah 1,880,39, rerata

kelompok ekstrak mengkudu 12 mg adalah 1,990,28, dan rerata kelompok ekstrak

mengkudu 18 mg adalah 1,980,26. Hal ini berarti bahwa keempat kelompok

sebelum diberikan perlakuan, rerata kadar MDA tidak berbeda secara bermakna (p >

0,05).

Uji perbandingan post-test antara keempat kelompok dengan One Way Anova

menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol adalah 11,050,50, rerata

kelompok ekstrak mengkudu 6 mg adalah 7,870,35, rerata kelompok ekstrak

mengkudu 12 mg adalah 5,890,18, dan rerata kelompok ekstrak mengkudu 18 mg

adalah 3,330,32. Hal ini berarti bahwa rerata kadar MDA pada keempat kelompok

sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05), juga antara

kelompok P1 dengan kelompok P2, kelompok P1 dengan kelompok P3, dan

kelompok P2 dengan kelompok P3. Pada penelitian yang dilakukan penulis hasilnya

menunjukkan terdapat peningkatan kadar MDA setelah di induksi CCl4 10% 1ml

pada kelompok kontrol, P1, P2 dan P3. Kadar MDA pada kelompok P1 dosis 6 mg,

Page 51: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

kelompok P2 dosis 12 mg dan kelompok P3 dosis 18 mg nampak memberikan hasil

yang berbeda.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, menunjukkan peningkatan dosis akan

menurunkan kadar MDA darah mencit yang diinduksi CCl4 10% 1ml yang

signifikan.

Pengaruh negatif dari radikal bebas dapat diatasi dengan sistem antioksidan.

Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dua yaitu antioksidan endogen dan

antioksidan eksogen. Antioksidan endogen adalah antioksidan yang dihasilkan oleh

tubuh yang terdiri atas enzim-enzim superoksidase dismutase (SOD), glutation

peroksidase (GPx), serta enzim catalase dan antioksidan non enzimatik seperti

glutation (GSH), transferin, asam urat (Suryohusodo,1995 Halliwell dan Gutridge,

1999). Antioksidan eksogen adalah antioksidan yang dibutuhkan dari luar seperti

senyawa-senyawa flavonoid, vitamin C, vitamin E dan karotenoid yang banyak

ditemukan dalam sayur-sayuran dan buah-buahan (Winarsi, 2007). Buah mengkudu

mengandung sejumlah senyawa antioksidan seperti beta-caroten, asam askorbat,

terpenoid, alkaloid, polifenol seperti flavonoid, flavonoid glikosida, rutin dan beta-

sitosterol (Ying et al.,2002). Bono (2007) telah meneliti aktivitas antioksidan

kandungan fenolik total dan flavonoid total ekstrak buah mengkudu dengan metode

DPPH scavenging radikal digunakan untuk menemukan dan mengkorelasikan

aktivitas ekstrak. Sifat antiradikal flavonoid terutama terhadap radikal hidroksil,

anion superoksida, radikal peroksil dan alkoksil (Huguet et al., 1990). Aktivitas

Page 52: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

antioksidan flavonoid tidak hanya melalui struktur kimianya, tetapi juga

keberadaanya dalam membran. Efek proteksi flavonoid penting untuk diaplikasikan

penyakit-penyakit yang diakibatkan radikal bebas (Saija et al., 1995).

Vitamin C merupakan bagian pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen

reaktif dalam plasma dan sel (Zakaria et al., 2000). Sebagai antioksidan vitamin C

bekerja sebagai donor elektron dengan cara memindahkan satu electron ke senyawa

logam Cu. Selain itu vitamin C juga dapat menyumbangkan electron ke dalam reaksi

biokimia intraseluler dan ekstraseluler. Vitamin C mampu menghilangkan senyawa

oksigen reaktif di dalam sel neutrofil, monosit, protein lensa dan retina. Vitamin ini

dapat juga berinteraksi dengan Fe-feritin. Di luar sel vitamin C mampu

menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL terokidasi,

mentransfer electron ke dalam tokoferol teroksidasi, dan mengabsorbsi logam dalam

saluran pencernaan (Levine et al.,1995). Vitamin C bekerja secara sinergis dengan

vitamin E. Vitamin E yang teroksidasi radikal bebas dapat beraksi dengan vitamin C

kemidian akan berubah menjadi tokoferol setelah mendapat ion hidrogen dari vitamin

C (Belleville-Nabeet,1996)

Sebagai zat pencegah radikal bebas, vitamin C dapat langsung bereaksi

dengan anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida.

Sebagai reduktor asam askorbat akan mendonorkan satu elektron membentuk

semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi

disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil.

Page 53: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat. Oleh

karena kemampuan vitamin C sebagai penghambat radikal bebas, maka peranannya

sangat penting dalam menjaga integritas membran sel (Suhartono et al., 2007).

Reaksi askorbat dengan superoksida secara fisologis mirip dengan kerja

enzim SOD sebagai berikut.

2Oˉ2 + 2H+ +Askorbat → 2H2O2 + Dehiroaskorbat

Reaksi dengan hidrogen peroksida dikatalisis oleh enzim askorbat peroksidase

(Asada, 1992)

H2O2 + 2 Askorbat → 2H20 + 2 Monodehidroaskorbat

Karoten meupakan komponen yang terdapat dalam buah mengkudu,

karotenoid merupaka senyawa isoprenoid C40 dan tetraterpenoid yang terdapat dalam

plastida jaringan tanaman, baik yang melakukan fotosintesis maupun tidak. Namun

peran yang lebih penting adalah dalam detoksifikasi berbagai bentuk oksigen

teraktivasi dan klorofil triplet, hasil eksitasi kompleks fotosintesis oleh cahaya.

Sebagai pigmen turunan karotenoid bersifat larut lemak dan berfungsi sebagai

peredam oksigen dan radikal bebas (Krinsky, 1989)

Page 54: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pem berian ekstrak etanol buah mengkudu pada

mencit balb/c jantan sehat dengan dosis 6 mg/hari, 12 mg/hari dan 18 mg/hari selama

satu minggu yang di induksi dengan CCl4 10% 1 ml, didapatkan simpulan sebagai

berikut :

1. Pemberian ekstrak etanol buah mengkudu dosis 6 mg telah memberi efek

menghambat peningkatan kadar MDA darah.

2. Pemberian ekstrak etanol buah mengkudu dosis 12 telah memberikan efek

menghambat peningkatan kadar MDA darah.

3. Pemberian ekstrak etanol buah mengkudu dosis 18 mg menghambat

peningkatan kadar MDA darah secara bermakna.

4. Peningkatan dosis ekstrak etanol buah mengkudu meningkatkan efek

penghambatan kadar MDA darah mencit balb/c yang di induksi CCl4 10% 1

ml.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis optimal ekstrak buah

mengkudu sebagai antioksidan

Page 55: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

2. Perlu penelitian mengenai teknik pemberian ekstrak etanol buah mengkudu

yang paling efektif untuk menghambat kadar MDA darah pada mencit balb/c

yang di induks CCl4, apakah diberikan per oral, intra muscular atau intravena.

3. Mengkudu mempunyai berbagai kandungan bahan seperti vitamin C, karoten,

flavonoid, rutin dan selenium yang bermanfaat sebagai antioksidan, oleh

karena itu perlu dilakukan isolasi dan identifikasi lebih lanjut untuk

memastikan terdapatnya senyawa tersebut pada buah mengkudu.

47

Page 56: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, R. dan Riyanto, S. 2007. “Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol Buah Mengkudu, Bagian Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universita Gajah Mada

Arianto, Y. 2002. Khasiat Buah Mengkudu, PT. Dian Rakyat Jakarta. 101 – 102.

Asada, K. 1992. Ascorbate Peroxidase-Hydrogen Peroxydescavenging Enzyme in Plants.dalam: Physiologia Plantarum. 85:23241

Bagiada, N. A. 2001. Proses Penuaan dan Penanggulangannya. Denpasar : Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana. Hal: 22.

Bejma, J., Ramires, P., Ji L.L. 2000. Free radical generation and oxidative stress with aging and exercise : diferential effects in the myocardium and liver. Acta Physiol Scand. 169:343-51.

Belleville-Nabet, F.1996. sat Gizi Antioksidan Penangkal Senyawa Radikal Pangan dalam Sistem Biologis. Dalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan:Reaksi BIOMOLEKULAR, Dampak terhadap Kesehatan dan Penangkalan. CFNS-IPB dan Kedutaan Besar Perancis-Jakarta.

Bono, A.,Praveen K.R.”Antioxidant Activity, Total Phenolic and Flavonoid Conten Of Morinda Citrifolia Furits Extrac from Various Extraction Processes”, Journal of Engineering Science and Technology School of Engineering, Taylor’s University College Vol. 2, No. 1 (2007) 70 - 80

Botsoglou, N.A. 1994. Rapid, Sensitive, and Specific Thiobarbituric Acid Method for Measuring for Measuring Lipid Peroxidation in Animal Tissue, Food and Feedstuff Samples, J. Agric. Food Chem. 42, 1931-1937.

Catala, A. 2006. Lipid Peroxidation. Int. Biochem Cell Bioll. 2006;38:1482-95

Chevion, S., Moran, D.S., Heled, Y. 2003. Plasma antioxidant status and cell injury after severe physical exercise, Proc Nati Acad Sci USA, 100: 5119-5123.

Clarkson, P.M., Thomson, H.S. 2000. Antioxidants: What role do they play in physical activity and health ?, Am J Clin Nutr. 729 (Suppl): 637-646

Craig, W.J. 2002. Vegetarian phytochemicals: guardians of our health, a continuing education article at http://.Andrews.edu/NUFS/phyto.html

49

Page 57: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Dalle-Donne, I., Rossi, R., Colombo, R., Giusstarini, D., Milzani, A. 2006. Biomarkers of Oxidative Damage in Human Deasease, Availabel from:http://www.recorbit.com/news/science/473334/biomarkers ofoxidative damage in human disease/index.html Accessed at 04/072009

Del Rio, D., Stewart, A.J., Pellegrini, N. 2005. "A review of recent studies on malondialdehyde as toxic molecule and biological marker of oxidative stress". Nutr Metab Cardiovasc Dis 15 (4): 316–28

Droge, W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function, Physiol Rev 82: 47-95

Farmer, E.E., Davoine C. 2007. "Reactive electrophile species". Curr. Opin. Plant Biol. 10 (4): 380–6.

Frei,B., Stocker, R., Ames, B.N. 1992, Small Molecule Antioxidant Defences in Human Extracellular Fluids. In: Scandalios JG, ed. Moleculer biology of free radical scavenging system. 1st ed, cold Spring Harbor Laboratory Press, p. 23-45,NewYork

Fuhrman and Aviram. 2007. Pholifenols, Flavonoids and LDL Protection edisi II dalam : E Cadenas and L, Pacher, Handbook of Antioxidant, Taylor and Francis, California.

Genaro, L., Suman, P., Sukhdev, S. 2008. Extraction Technologyes for Medicine and Aromatic Plants, International Centre for Science and High Technologi, Padriano, Trieste, Italy.

Gene, D.L. 1999, Acute carbon tetrachloride feeding induces damage of large, Jurnal Medical.

Halliwell B., Guttrigde John, M.C. 1999. Free Radicals in Biology and Medicine, Oxford University Press, Newyork.

Halliwell, B. 2002. Handbook of Antioxidant. Second Edition Revised and Expanded Food-derived Antioxidants: How to Evaluate Their Importance in Food and in vivo: 1 - 33

Hodgson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 157 diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata ITB: Bandung.

Page 58: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Huang, H.Y., Chang, C.K., Tso, T.K., Huang, J.J., Chang, W.W., Tsai, Y.C. 2004. Antioxidant Activities of Various Fruits and Vegetables Produced in Taiwan. Int J Food Sci Nutr. 2004 Aug; 55(5)423-9.

Jawi, I.M., Suprapta, D.N., Subawa, A.A.N. 2008. Sirup atau Ekstrak Air Umbi Jalar ungu(Ipomea batatas L) Dosis 4 ml Efektif sebagai Antioksidan pada Tikus Putih yang diberikan Beban Aktivitas Fisik Maksimal. Medicinus, Vol: 21, No.4.

Ji, L.L. 1999. Antioxidant and oxidative stress in exercise. Proceeding of the Society for Experimental Biology and Medicine 222: 283-292.

Karthikeyan, Manivasagam, T., Anantharaman, P., Balasubramanian, T., Somasundaram, S.T. (2010). "Chemopreventive effect of Padina boergesenii extracts on ferric nitrilotriacetate (Fe-NTA)-induced oxidative damage in Wistar rats". J. Appl.Pscol.

Krinsky, N.I. 1989. “Antioxidant Function of Carotenoid.”Free Radical Biology and Medicine.7: 617-635.

Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogjakarta : Gajah Mada University Press.

Langseth, L. 1996. Oxidant, Antioxidants and Disease Prevention. ILSI European Monograph Series. Brussel: 1996; I-24.

Levine, M., 1 February 2003. "Vitamin C as an antioxidant: evaluation of its role in disease prevention". J Am Coll Nutr 22 (1): 18 – 35.

Marnett, L.J. 1999 Lipid Peroxidation-DNA Damage by Malondialdehyde, Mutat. Res. 424, 83-95

McClatchey, Will. 2002. "From Polynesian Healers to Health Food Stores: Changing Perspectives of Morinda citrifolia (Rubiaceae)" (PDF). Integrative Cancer Therapies 1 (2): 110–120

Myers, Richard, L., Rusty, L. 2007. The 100 most important chemical compounds: a reference guide. Westport, Conn.: Greenwood Press. hlm. 122

Nair, C. L. O'Neil, P. G. Wang “Malondialdehyde” Encyclopedia of Reagents for Organic Synthesis, 2008, John Wiley & Sons, New York.

Page 59: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Nelson, Scot C. (2006) "Nutritional Analysis of Hawaiian Noni (Noni Fruit Powder)" The Noni Website. Retrieved 15-06-2009

Pacher, P., Beckman, J.S., Liaudet, L. 2007. "Nitric oxide and peroxynitrite in health and disease". Physiol. Rev. 87 (1): 315–424.

Pocock, S.J. 2008. Clinicals Trials A Pratical Approach. John Willey & Sons Ltd, The Atrium, Shouthern Gate, Chichester, West Sussex PO 198 SQ, England.

Rajamani Karthikeyan, Manivasagam, T., Anantharaman, P., Balasubramanian, T., Somasundaram, S.T. 2010. "Chemopreventive effect of Padina boergesenii extracts on ferric nitrilotriacetate (Fe-NTA)-induced oxidative damage in Webster rats". J. Appl.

Raymond, F.B., Kuldeep, P., James, M.L. 1983, Reduced glutathione against rat liver microsomal injury by carbon tetrachloride, J.Biochem Gastr. Nut., edisi 215,p. 441 – 45.

Saija, A., M. Scalese, M., Lanza, D., Marzullo, F., Bonina, dan F. Castelli. 1995. “Flavonid as Antioxidant Agents: Importance of Their Interaction with Biomembranes.” Dalam: Free Radical Biology and Medicine. 19(4): 481-486.

Sambamurty, A.V.S.S. 2005. Taxonomy of Angiosperms. I. K. International Pvt Ltd. p. 404. ISBN 9788188237166. http://books.google.com/books?id=FrdidPp6HuAC

Setiati, S. 2003.” Radikal bebas, antioksidan dan proses menua”, Majalah Medika; Jakarta, edisi 6 (19); hal. 366 – 368.

Shobana, S and Naidu, K.A. 2000. Antioxidant activity of selected Indian Spices., Prostaglandins Leukot Essent Fatty Acids 2000 Feb: 62(2): 107-10.

Sies, H. 1997. "Oxidative stress: oxidants and antioxidants" (PDF). Exp Physiol 82 (2): 291–5. PMID 9129943. http://ep.physoc.org/cgi/reprint/82/2/291.pdf

Smith, J.B., Mangkuwidjoyo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Mencit Laboratorium (Mus musculus): 37 – 57, Penerbit Universitas Indonesia

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gajah Mada Yogjakarta.

Page 60: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfa Beta Bandung.

Suhartono, E., Fachir, H. dan Setiawan, B. 2007. Kapita Sketsa Biokimia Stres Oksidatif Dasar dan Penyakit. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin: Pustaka Benua

Suryohusodo, P.1995 ”Oksidan, Antioksidan, dan Radikal Bebas.” dalam:Makalah Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia. Surabaya.

Thannical, V.J., Fanburg, B.L. 2000. Reactive oxygen species in cell signaling, Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol. 279: 1005-1028.

Tjokroprawiro A. 1993. Radikal Bebas, Aspek Klinik dan Kemungkinan Aplikasi Terapi, Simposium Oksidan dan Antioksidan, Surabaya.

Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin, M., Mazur, M., Telser, J. 2006. "Free radicals and antioxidants in normal physiological functions and human disease". Int J Biochem Cell Biol 39 (1): 44–84.

Vertuani, S., Angusti, A., Manfredini, S. 2004. "The antioxidants and pro-antioxidants network: an overview". Curr Pharm Des 10 (14): 1677–94.

Waspodo, I. S. 2000, Mengkudu: Si Noni Jelek Berkhasiat Obat, [Homepage of Indomedia],[Online]Availableat: http//www.deherba.com/intisari/2000/maret [22 Agustus 2008]

Wien, W. dan Pudjiastuti. 2009. Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbang Depkes RI. ISSN 1412-2855 Vol.7 Juli 2009.

Wijayakusuma, H. M. H. 2007, Penyembuhan dengan Mengkudu, Penerbit Sarana Pustaka Afiat Jakarta.

Williams, J., Keller., Jerry, L., McLaughlin, Ba-Ningsu, Hyun-Ah Jung,2004, Chemical Constituen of Fruits of Morinda Citrifolia and Their Antioxidant Activity, Utah

Wills, E.D. 1987. Evaluation off Lipid Peroxidation and Biologycal Membranes. In: Snell K, Mullock B. eds, Biochemical Toxicology. A Practical Approach : IRL Press Limited England

Page 61: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Winarsi. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas, Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan, Penerbit Kanisius, Yogjakarta.

Ying, W. M., West, B. J., Jensen, C.J., Nowicki, D., Chen, S., Palu, A. K. & Anderson, G. (2002). Morinda citrifolia (noni): a literature review and recent advances in noni research. Acta Pharmacology, 23, 1127-1141

Zakaria, F.R., B. Irawan, S.M., Pramudya, dan Sanjaya. 2000 “Intervensi Sayur dan Buah Pembawa Vitamin C dan E Meningkatkan Sistem Imun Populasi Buruh Pabrik di Bogor.” Dalm : Buletin Teknologi dan Industri Pangan. 11(2): 21-27.

Zin, A., Hamid, A., Osman. 2001. Departement of Food Science, Faculty of Food Science and Biotechnology Universiti Putra Malaysia, Sendang Selangor Malaysia.

Page 62: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Lampiran 1

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. MDA_Pre

CC14 1ml .139 8 .200* .961 8 .816 Ekstrak 6 mg + CC14 1ml .130 8 .200* .946 8 .667

Ekstrak 12 mg + CC14 1ml .217 8 .200* .961 8 .818

Ekstrak 18 mg + CC14 1ml .132 8 .200* .984 8 .979

MDA_post

CC14 1ml .205 8 .200* .877 8 .175 Ekstrak 6 mg + CC14 1ml .198 8 .200* .930 8 .521

Ekstrak 12 mg + CC14 1ml .152 8 .200* .984 8 .979

Ekstrak 18 mg + CC14 1ml .141 8 .200* .967 8 .874

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

Page 63: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Lampiran 2

Uji One Way Anova

N Mean

Std. Deviatio

n Std.

Error

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

Upper Bound

MDA_Pre

CC14 1ml 8 1.7688 .31845 .11259 1.5025 2.0350

Ekstrak 6 mg + CC14 1ml 8 1.8750 .39005 .13791 1.5489 2.2011 Ekstrak 12 mg + CC14 1ml 8 1.9950 .28000 .09899 1.7609 2.2291 Ekstrak 18 mg + CC14 1ml 8 1.9812 .26210 .09267 1.7621 2.2004 Total 32 1.9050 .31478 .05565 1.7915 2.0185

MDA_post

CC14 1ml 8 11.0525 .49612 .17541 10.6377 11.4673 Ekstrak 6 mg + CC14 1ml 8 7.8650 .35472 .12541 7.5684 8.1616 Ekstrak 12 mg + CC14 1ml 8 5.8850 .18119 .06406 5.7335 6.0365 Ekstrak 18 mg + CC14 1ml 8 3.3337 .31550 .11155 3.0700 3.5975 Total 32 7.0341 2.88678 .51031 5.9933 8.0749

Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. MDA_Pre .567 3 28 .641 MDA_post 2.141 3 28 .117

ANOVA Sum of

Squares df Mean

Square F Sig. MDA_Pre Between Groups .267 3 .089 .889 .459

Within Groups 2.805 28 .100 Total 3.072 31

MDA_post Between Groups 254.808 3 84.936 673.648 .000

Page 64: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Within Groups 3.530 28 .126 Total 258.338 31

Lampiran 3 Post Hoc Tests

Multiple Comparisons LSD

Dependent Variable (I) Kelompok

(J) Kelompok

Mean Difference (I-

J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

MDA_post

CC14 1ml Ekstrak 6 mg + CC14 1ml

3.18750* .17754 .000 2.8238 3.5512

Ekstrak 12 mg + CC14 1ml

5.16750* .17754 .000 4.8038 5.5312

Ekstrak 18 mg + CC14 1ml

7.71875* .17754 .000 7.3551 8.0824

Ekstrak 6 mg + CC14 1ml

CC14 1ml -3.18750* .17754 .000 -3.5512 -2.8238 Ekstrak 12 mg + CC14 1ml

1.98000* .17754 .000 1.6163 2.3437

Ekstrak 18 mg + CC14 1ml

4.53125* .17754 .000 4.1676 4.8949

Ekstrak 12 mg + CC14 1ml

CC14 1ml -5.16750* .17754 .000 -5.5312 -4.8038 Ekstrak 6 mg + CC14 1ml

-1.98000* .17754 .000 -2.3437 -1.6163

Ekstrak 18 mg + CC14 1ml

2.55125* .17754 .000 2.1876 2.9149

Ekstrak 18 mg + CC14 1ml

CC14 1ml -7.71875* .17754 .000 -8.0824 -7.3551 Ekstrak 6 mg + CC14 1ml

-4.53125* .17754 .000 -4.8949 -4.1676

Page 65: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Ekstrak 12 mg + CC14 1ml

-2.55125* .17754 .000 -2.9149 -2.1876

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 4. Foto-foto penelitian

Gbr. 1. Pengeringan Mengkudu

Gbr. 2. Pengeringan Mengkudu

Page 66: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Gbr. 3. Ekstrasi

Gbr. 4. Penyaringan

Page 67: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Gbr. 5. Penguapan Ekstrak

Gbr. 6. Ekrtak Mengkudu

Page 68: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso

Gbr.7. Mencit Percobaan

Gbr. 8. Pengambilan darah

Page 69: Unud 1396 2126420976 Tesis Puguh Santoso