tujuan diadakannya pemberian kompensasi menurut sofyandi … · adanya permintaan dan penawaran...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kompensasi
2.1.1. Pengertian Kompensasi
Menurut Sofyandi (2008:159) kompensasi merupakan suatu bentuk biaya
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dengan harapan bahwa perusahaan akan
memperoleh imbalan dalam bentuk prestasi kerja dari karyawannya.
Menurut Simamora dalam Kadarisman (2014:101) mengemukakan sebagai
berikut “Kompensasi (compensation) meliputi kembalian-kembalian finansial dan
jasa-jasa terwujud dan tunjangan-tunjangan yang diterima karyawan sebagai bagian
dari hubungan kepegawaian. Kompensasi merupakan apa yang diterima oleh para
karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada organisasi.”
Selanjutnya, Rivai dalam Kadarisman (2014:14) menjelaskan bahwa
“Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM) yang berhubungan dengan semua jenis pemberian
penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian.”
2.1.2. Tujuan Kompensasi
Tujuan pengelolaan sistem kompensasi di dalam organisasi adalah untuk
menarik dan mempertahankan sumber daya manusia, karena organisasi
memerlukannya untuk mencapai sasaran-sasarannya. Untuk mempertahankan dan
8
menjaga tingkat prestasinya, maka motivasi dan komitmen perlu ditingkatkan.
Tujuan diadakannya pemberian kompensasi menurut Sofyandi (2008:162)
yaitu untuk:
1. Untuk menjalin ikatan kerja sama antara pimpinan dengan karyawan.
2. Memberikan kepuasan kepada karyawan.
3. Untuk memotivasi karyawan dalam bekerja.
4. Untuk menciptakan disiplin kerja bagi karyawan.
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi
Menurut Sofyandi (2008:162) Organisasi atau perusahaan dalam menentukan
besarnya kompensasi sangat dipengaruhi oleh:
1. Adanya permintaan dan penawaran tenaga kerja.
2. Kemampuan dan kesediaan perusahaan membayar.
3. Serikat buruh atau organisasi karyawan.
4. Produktivitas kerja/prestasi kerja karyawan.
5. Biaya hidup
6. Posisi atau jabatan karyawan.
7. Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja.
8. Sektor pemerintah.
9
2.2. Insentif
2.2.1. Pengertian Insentif
Menurut Hariandja (2007:265) Insentif diartikan sebagai bentuk pembayaran
langsung yang didasarkan atau dikaitkan langsung dengan kinerja dan gain sharing,
yang juga dikaitkan dengan kinerja dan diartikan sebagai pembagian keuntungan bagi
pegawai akibat peningkatan produktivitas atau penghematan biaya.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2009:89) “Insentif kerja adalah suatu
penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak pemimpin organisasi
kepada karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi yang tinggi dan
berprestasi dalam mencapai tujuan organisasi atau dengan kata lain, insentif kerja
merupakan pemberian uang di luar gaji yang dilakukan oleh pihak pemimpin
organisasi sebagai pengakuan terhadap prestasi kerja dan kontribusi karyawan
kepada organisasi.”
Selanjutnya, menurut Yuniarsih dan Suwatno dalam Kadarisman (2014:191)
“Insentif adalah penghargaan atau imbalan yang diberikan untuk memotivasi
pekerja/anggota organisasi agar motivasi dan produktivitas kerjanya tinggi,
sifatnya tidak tetap atau sewaktu-waktu. Dengan demikian, dapat dikemukakan
bahwa insentif (incentive) merupakan elemen penghasilan atau balas jasa yang
diberikan secara tidak tetap atau bersifat variable tergantung pada kondisi
pencapaian prestasi kerja pegawai”.
Menurut Handoko dalam Kadarisman (2014:194) mengemukakan sebagai
berikut “Istilah sistem insentif mempunyai pengertian yang terbatas, karena tidak
mencakup banyak jenis perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan
untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah
ditetapkan. Contoh, sistem ini tidak meliputi pembayaran upah kerja lembur,
upah untuk waktu tidak bekerja, atau upah diferensial berdasarkan shifts. Begitu
juga, istilah itu pada umumnya digunakan dengan tidak mencakup pembayaran
premi untuk pelaksanaan tugas-tugas yang berbahaya.”
10
2.2.2. Jenis-jenis Insentif
Menurut Hariandja (2007:267) Insentif terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
1. Peece rate plan
Yaitu insentif yang diberikan berdasarkan jumlah output atau barang yang
dihasilkan seseorang. Sistem ini bersifat individual standarnya output per unit, dan
cocok untuk digunakan bagai pekerjaan yang output-nya sangat jelas dan dapat
dengan mudah diukur dan umumnya terdapat pada level yang sangat operasional
dalam organisasi.
2. Production bonus
Yaitu tambahan upah yang diterima akibat hasil kerja melebihi standar yang
ditentukan, dimana pekerja juga mendapatkan upah pokok. Bonus dapat
diakibatkan pegawai menghemat waktu penyelesaian pekerjaan.
3. Commission
Yaitu insentif yang diberikan berdasarkan jumlah barang yang terjual. Sistem ini
biasanya digunakan untuk tenaga penjual atau wiraniaga dan sistem ini bersifat
individual standarnya adalah hasil penjualan yang dapat diukur dengan jelas.
4. Maturity curve
Ketika seseorang (biasanya pegawai ahli atau professional) sudah mencapai
tingkat gaji maksimal, untuk mendorong pegawai terus berprestasi, organisasi
mengembangkan apa saja yang disebut dengan maturity curve atau kurva
kematangan, yang merupakan kurva yang menunjukan jumlah tambahan gaji yang
dapat dicapai sesuai dengan prestasi kerja dan masa kerja sehingga mereka
11
diharapkan terus meningkatkan prestasi. Sistem ini juga bersifat individual,
standarnya adalah penilaian unjuk kerja oleh atasan dan masa kerja.
5. Merit raisis
Merit per definisi diartikan dengan sifat terpuji, jasa, atau bobot yang dimiliki
seseorang. Bilamana dikaitkan dengan pengkompensasian, ini menjadi kontribusi
yang diberikan seseorang kepada perusahaan. Kontribusi yang diberikan kepada
perusahaan ditentukan oleh prestasi kerja pegawai tersebut yang berarti pegawai
yang mempunyai kontribusi yang tinggi diberi tambahan gaji.
6. Pay for knowledge/pay for skill compensation
Pemberian insentif yang didasarkan bukan pada apa yang dikerjakan oleh
seseorang akan menghasilkan produk nyata, tetapi pada apa yang dapat dilakukan
untuk organisasi melalui pengetahuan yang diperoleh, yang diasumsikan
mempunyai pengaruh besar dan penting bagi organisasi.
7. Nonmonetary incentive
Insentif berupa fasilitas kerja seperti mobil dinas dan rumah dinas yang diberikan
kepada seorang pegawai akibat prestasi kerja yang diperoleh.
8. Insentif eksekutif
Bonus yang diberikan kepada para manajer atau eksekutif atas peran yang mereka
berikan untuk menetapkan dan mencapai tingkat keuntungan tertentu bagi
organisasi. Insentif ini bisa dalam bentuk bonus tahunan yang biasanya disebut
bonus jangka pendek, atau kesempatan pemilikan perusahaan melalui pembelian
saham perusahaan dengan harga tertentu yang biasanya disebut dengan bonus
jangka panjang.
12
2.2.3. Tujuan Insentif
Menurut Simamora dalam Kadarisman (2014:201) mengemukakan sebagai
berikut “Tujuan mendasar dari semua program insentif (incentive) adalah
meningkatkan produktivitas para karyawan guna mencapai suatu keunggulan
kompetitif. Program-program insentif membayar seorang individu atau kelompok
untuk apa yang secara persis dihasilkannya.”
Menurut Rivai dalam Kadarisman (2014:203) mengemukakan tujuan dari
insentif yaitu:
“Tujuan utama dari insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan
dorongan kepada karyawan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas
hasil kerjanya. Sedangkan, bagi perusahaan, insentif merupakan strategi untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat, yaitu produktivitas menjadi satu hal yang sangat
penting.”
Menurut Handoko dalam Kadarisman (2014:205) mengemukakan bahwa
“Tujuan sistem insentif pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan motivasi
karyawan dalam berupaya mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
menawarkan perangsang financial diatas dan melebihi upah dan gaji dasar.
Perbedaan tipe rencana insentif ditujukan pada tipe perilaku karyawan yang
berbeda pula.”
Menurut Hariandja dalam Kadarisman (2014:204) mengemukakan tujuan dari
insentif sebagai berikut “dari sudut pandang perusahaan, insentif ini dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas dan dari sudut pandang pegawai untuk mengompensasi
usaha yang lebih keras yang diberikan oleh perusahaan.”
13
2.1.4. Sistem Insentif
Sistem Insentif dalam suatu perusahaan/instansi, harus dituangkan secara jelas
sehingga dapat diketahui oleh karyawan dan oleh perusahaan tersebut dapat dijadikan
kontribusi yang baik untuk dapat menambah gairah kerja bagi karyawan yang
bersangkutan.
Menurut ahli manajemen sumber daya manusia Siagian dalam Kadarisman
(2008:268) menyatakan beberapa sistem insentif yaitu:
1. Piecework
Salah satu teknik yang lumrah digunakan untuk mendorong para karyawan
meningkatkan produktivitas kerjanya adalah dengan jalan memberikan insentif
finansial berdasarkan jumlah hasil pekerjaan karyawan yang dinyatakan dalam unit
produksi..
2. Bonus
Insentif dalam bentuk bonus diberikan pada karyawan yang mampu bekerja
sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang baku terlampaui. Melampaui tingkat
produksi itu dapat dalam salah satu dari tiga bentuk.
3. Komisi
Sistem insentif lain yang lumrah diterapkan adalah pemberian komisi. Pada
dasarnya ada dua bentuk sistem ini. Pertama, para karyawan memperoleh gaji pokok,
tetapi penghasilannya dapat bertambah dengan bonus yang diterimanya karena
keberhasilan melaksanakan tugas. Kedua, karyawan memperoleh penghasilan semata-
mata berupa komisi. Cara kedua ini paling sering diterapkan bagi tenaga-tenaga
14
penjualan di perusahaan-perusahaan tertentu seperti penjualan kendaraan bermotor
dan perumahan.
4. Kurva “Kematangan”
Diberikan kepada tenaga kerja yang karena masa kerja dan golongan pangkat
serta gaji tidak bisa mencapai pangkat dan penghasilan yang lebih tinggi lagi. Dengan
demikian diharapkan prestasi kerja mereka terus meningkat, misalnya dalam bentuk
hasil penelitian, karya ilmiah yang dipublikasikan, beban mengajar yang lebih besar
dan lain sebagainya.
5. Insentif bagi Eksekutif
Insentif bagi eksekutif ini adalah insentif yang diberikan kepada pegawai
khususnya manajer atau pegawai yang memiliki kedudukan tinggi dalam suatu
perusahaan, biasanya insentif yang dibutuhkan seperti penghasilan lebih untuk
membayar cicilan rumah, kendaraan atau biaya pendidikan.
Sistem insentif apapun yang diterapkan bagi para eksekutif yang jelas ialah
bahwa sistem tersebut dikaitkan dengan prestasi organisasi, bukan atas prestasi
karyawan atau satuan kerja tertentu saja.
Sedangkan sistem insentif rencana insentif kelompok merupakan suatu kenyataan
bahwa dalam banyak organisasi, prestasi kerja bukan karena keberhasilan individual
melainkan karena keberhasilan suatu kelompok kerja yang mampu bekerja sebagai
suatu tim. Penghargaan atas keberhasilan kolektif itulah yang dimaksud dengan
rencana insentif kelompok yang bentuknya dapat berupa rencana insentif produksi,
rencana bagi keuntungan dan rencana pengurangan biaya.
15
1. Rencana Insentif produksi
Rencana ini biasanya bersifat jangka pendek, seperti dalam hal suatu perusahaan
menghadapi persaingan ketat pada suatu kurun waktu tertentu. Karena dalam situasi
demikian nasib perusahaan sangat tergantung pada keberhasilan menghadapi
persaingan yang timbul, para karyawan secara kelompok didorong untuk
meningkatkan produktivitas kerjanya dengan iming-iming bahwa jika kelompok kerja
mampu melampaui target produksi normal, kepada mereka akan diberikan bonus.
Salah satu kebaikan sistem ini ialah bahwa jika ada karyawan yang menunjukkan
tingkat produktivitas yang tidak setinggi yang diharapkan, karyawan lainnya akan
menekannya supaya bekerja lebih produktif karena apabila tidak, semua anggota
kelompok tidak akan menerima bonus atau insentif ekstra yang sangat mungkin
mereka dambakan.
2. Rencana bagi Keuntungan
Dari namanya saja sudah terlihat bahwa sistem insentif ini berarti bahwa
organisasi, dalam hal ini organisasi niaga, membagikan keuntungan yang diperoleh
perusahaan kepada para pekerjanya. Dua manfaat besar dari sistem ini ialah bahwa
para karyawan terdorong bekerja secara produktif karena apabila produktivitas kerja
mereka berakibat pada keuntungan perusahaan, mereka akan memperoleh
penghasilan tambahan. Kedua, secara psikologis timbul rasa sepenanggungan dan
seperasaan dengan pihak manajemen karena para karyawan diikutsertakan secara
langsung dalam menikmati keberhasilan perusahaan meraih keuntungan.
Hanya saja dalam menerapkan sistem ini hendaknya disadari bahwa beruntung
tidaknya suatu perusahaan tidak semata-mata ditentukan oleh efesiensi, efektivitas
16
dan produktivitas kerja para anggotanya, baik pada tingkat operasional maupun pada
tingkat manajerial. Berbagai faktor eksternal turut berpengaruh seperti daya beli
masyarakat, situasi perekonomian negara, bentuk dan sifat persaingan yang terjadi,
bahkan juga berbagai faktor eksternal lainnya seperti situasi politik, situasi keamanan
dan tekanan penggunaan teknologi. Dengan perkataan lain, karena berbagai faktor di
luar kendali perusahaan, tidak mustahil perusahaan menderita kerugian meskipun
semua anggota organisasinya bekerja keras.
Dalam hal demikian tentunya insentif finansial tidak bisa diberikan oleh
perusahaan kepada karyawannya. Meskipun benar bahwa manajemen dapat dan harus
menjelaskan situasi yang dihadapi oleh perusahaan dan para karyawan pun dapat
memahaminya, tetap mereka tidak memperoleh penghasilan tambahan yang sedikit
banyak akan berpengaruh pada produktivitas kerjanya.
3. Rencana Pengurangan Biaya
Bentuk insentif lain yang banyak diterapkan ialah pembagian hasil penghematan
yang dapat diwujudkan oleh para karyawan. Artinya, dalam praktek banyak
organisasi yang mendorong para anggotanya untuk mencari dan menemukan cara-
cara yang dapat digunakan untuk menghemat berbagai jenis biaya yang dikeluarkan,
baik untuk kepentingan produksi, pemasaran maupun dalam menyelenggarakan
berbagai kegiatan perkantoran. Untuk menilai bahwa penghematan benar-benar
terjadi, organisasi biasanya membentuk panitia penilai. Jika oleh panitia penilai
dicapai kesepakatan bahwa berbagai usul karyawan memang benar-benar berakibat
pada penghematan tertentu, hasil penghematan itu dibagikan kepada karyawan
sebagai insentif finansial.
17
Jelaslah bahwa pemberian insentif kepada para karyawan, baik pada tingkat
individual maupun pada tingkat kelompok, termasuk bagi mereka yang menduduki
jabatan pimpinan, merupakan bagian penting dari suatu sistem imbalan. Hanya saja
karena setiap bentuk insentif itu sesungguhnya merupakan beban tambahan bagi
organisasi, penting diyakini terlebih dahulu bahwa manfaat yang diperoleh lebih
besar dari beban ekstra yang harus dipikul itu.
2.2.4. Bentuk-bentuk Insentif
Menurut Kadarisman (2014:208) adapun bentuk-bentuk dari insentif yaitu:
1. Insentif Material
Dapat diberikan dalam bentuk:
a. Bonus
b. Komisi
c. Pembagian laba
d. Kompensasi yang ditangguhkan
e. Bantuan hari tua
2. Insentif non-material
Dapat diberikan dalam bentuk :
a. Jaminan social
b. Pemberian piagam penghargaan
c. Pemberian promosi
d. Pemberian pujian lisan atau tulisan
18
Insentif yang memadai akan mendorong semangat dan gairah kerja pegawai
sehingga pegawai akan terus menjaga dan meningkatkan hasil kerjanya pada akhirnya
akan meningkatkan keuntungan pada perusahaan itu sendiri dalam mencapai tujuan
dan sasaran perusahaan.