buruh pt.giant

36
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PADA BURUH PT. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH. Zamralita, MM., Psi Stres kerja merupakan suatu keadaan tertekan secara emosional dan psikologis, sebagai akibat dari tuntutan yang dinilai sebagi suatu yang menekan atau membebani, yang berasal dari dalam maupun dari luar diri. Stres kerja dapat dikenali dari gejala-gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku individu, antara lain: menurunnya produktivitas kerja karyawan, gangguan tidur, merasa bosan, kurang motivasi, perubahan absebsi pada karyawan, dan sebagainya. Kepuasan kerja adalah segala sesuatu yang dirasakam seseorang terhadap pekerjaannya dan terhadap segala sesuatu yang dihadapi di dalam lingkungan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara stress kerja dengan kepuasan kerja pada buruh PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 350 orang. Data diperoleh dari kuesioner, kemudian diolah dengan teknik Pearson Product Moment, dengan bantuan program SPSS 11.0 for window untuk mengetahui hubungan antara kedua variable tersebut. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi negative yang signifikan antara stress kerja dengan kepuasan kerja pada buruh di PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. http://www.psikologi-untar.com/psikologi/skripsi/tampil.php? id=185 Sebab Faktual & Mental Konon, di negara maju, problem stress kerja ini mendominasi isu lain yang terkait dengan stress, misalnya stress keluarga, stress keuangan atau stress lainnya. Bagaimana kalau di Indonesia? Terlepas itu menjadi dominan atau tidak, tapi kita semua tahu bahwa stress kerja ini kerap menjangkiti banyak pihak di tempat kerja. Dari sejumlah penjelasan para ahli, stress kerja ini bisa menimbulkan dampak baik, tapi sekaligus buruk bagi yang bersangkutan dan bagi organisasi atau perusahaan. Orang yang terkena stress kerja (dengan catatan, tidak bisa menanggulanginya) cenderung jadi tidak produktif, tidak tertantang untuk menunjukkan kehebatannya, secara tidak sadar malah menunjukkan kebodohannya, malas-malasan, tidak efektif dan tidak efisien, ingin pindah tetapi tidak pindah- pindah, dan seterusnya. Secara kalkulasi manajemen, tentu saja ini merugikan organisasi. Apalagi jika si penderita stress kerja ini jumlahnya banyak di suatu tempat. Selain terkait dengan menurunnya produktivitas, stress kerja konon juga bisa mengurangi kekebalan tubuh. Karena itu, ada kemungkinan bahwa si penderita ini gampang terkena sakit, dari mulai yang berstadium rendah sampai ke yang berstadium

Upload: denok-kosasi

Post on 25-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

yaaya

TRANSCRIPT

Page 1: Buruh PT.giant

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PADA BURUH PT. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH. Zamralita, MM., Psi

Stres kerja merupakan suatu keadaan tertekan secara emosional dan psikologis, sebagai akibat dari tuntutan yang dinilai sebagi suatu yang menekan atau membebani, yang berasal dari dalam maupun dari luar diri. Stres kerja dapat dikenali dari gejala-gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku individu, antara lain: menurunnya produktivitas kerja karyawan, gangguan tidur, merasa bosan, kurang motivasi, perubahan absebsi pada karyawan, dan sebagainya. Kepuasan kerja adalah segala sesuatu yang dirasakam seseorang terhadap pekerjaannya dan terhadap segala sesuatu yang dihadapi di dalam lingkungan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara stress kerja dengan kepuasan kerja pada buruh PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 350 orang. Data diperoleh dari kuesioner, kemudian diolah dengan teknik Pearson Product Moment, dengan bantuan program SPSS 11.0 for window untuk mengetahui hubungan antara kedua variable tersebut. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi negative yang signifikan antara stress kerja dengan kepuasan kerja pada buruh di PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

http://www.psikologi-untar.com/psikologi/skripsi/tampil.php?id=185

Sebab Faktual & Mental

Konon, di negara maju, problem stress kerja ini mendominasi isu lain yang terkait dengan stress, misalnya stress keluarga, stress keuangan atau stress lainnya. Bagaimana kalau di Indonesia?

Terlepas itu menjadi dominan atau tidak, tapi kita semua tahu bahwa stress kerja ini kerap menjangkiti banyak pihak di tempat kerja. Dari sejumlah penjelasan para ahli, stress kerja ini bisa menimbulkan dampak baik, tapi sekaligus buruk bagi yang bersangkutan dan bagi organisasi atau perusahaan. Orang yang terkena stress kerja (dengan catatan, tidak bisa menanggulanginya) cenderung jadi tidak produktif, tidak tertantang untuk menunjukkan kehebatannya, secara tidak sadar malah menunjukkan kebodohannya, malas-malasan, tidak efektif dan tidak efisien, ingin pindah tetapi tidak pindah-pindah, dan seterusnya. Secara kalkulasi manajemen, tentu saja ini merugikan organisasi. Apalagi jika si penderita stress kerja ini jumlahnya banyak di suatu tempat.

Selain terkait dengan menurunnya produktivitas, stress kerja konon juga bisa mengurangi kekebalan tubuh. Karena itu, ada kemungkinan bahwa si penderita ini gampang terkena sakit, dari mulai yang berstadium rendah sampai ke yang berstadium tinggi. Sedikit-sedikit minta izin atau sering tidak masuk kantor. Ini jelas merugikan yang bersangkutan dan juga perusahaan. Stress kerja juga bisa mengganggu komunikasi atau hubungan, baik itu interpersonal dan intrapersonal.

Paradok yang kerap dialami para penderita stress, adalah saat memerlukan bantuan orang lain, akan tetapi dia tidak mampu mengekspresikannya atau melakukannya dengan baik. Akibatnya mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengacaukan suasana keakraban, komunikasi yang agresif atau submisif, apatis, dan lain-lain. Karena itu, hubungannya gampang berantakan di tengah jalan, gampang putus, atau gampang ngambek.

Apa itu stress kerja dan dari mana timbul ?

Dengan bahasa yang sederhana, stress kerja bisa dipahami sebagai keadaan di mana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau

Page 2: Buruh PT.giant

oleh kemampuannya. Jika kemampuan seseorang baru sampai angka lima tetapi menghadapi pekerjaan yang menuntut kemampuan dengan angka sembilan, maka sangat mungkin sekali orang itu akan terkena stress kerja.

Dengan pengertian seperti di atas, berarti yang menyebabkan seseorang terkena stress kerja itu ada dua.

Pertama, karena manajemen, organisasi, atasan, atau pimpinan yang memberikan tugas melebihi kemampuan riil yang dimiliki karyawan. Ini bisa kita sebut sebab faktual. Secara fakta, orang itu benar-benar mendapat tugas atau pekerjaan yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuannya.

Kedua, karena si karyawan sendiri. Kalau orang itu malas-masalan, biasa berpikir negatif, atau tidak mau belajar, mau enaknya saja, ya biasanya dikasih tugas sedikit lebih saja sudah menggerutu, sudah ngomong tidak bisa, tidak mampu, dan seterusnya. Ini bisa kita sebut sebab mental. Secara mental memang karyawan seperti itu perlu diperbaiki.

Dengan kata lain, stress kerja bisa timbul karena kondisi kerja (the work condition) dan kualitas si pekerja (the personal quality). Jika suatu organisasi tidak memiliki standar manajemen yang mengatur lalu lintas pekerjaan, ini mungkin akan menimbulkan stress kerja bagi orang-orang tertentu. Standar manajemen kerja yang tidak jelas akan menciptakan kondisi di mana ada orang-orang tertentu yang kebanjiran pekerjaan tetapi ada juga yang krisis tugas. Standar manajemen kerja yang tidak jelas akan menciptakan kondisi di mana ada orang-orang tertentu yang diberi tanggung jawab melebihi kapasitasnya. Ini yang terkait dengan work condition.

Adapun yang terkait dengan personal quality, misalnya saja, karyawan yang memiliki motivasi kerja bagus, memiliki tujuan karir yang lebih panjang, memiliki kebutuhan berprestasi yang lebih kuat, dan seterunya, akan lebih mudah untuk menyimpulkan target atau tugas sebagai tantangan (challenge), bukan sebagai tekanan (stressful). Stress kerja yang dialami pun menjadi motivator, penggerak dan pemicu kinerja di masa selanjutnya.

Ini beda dengan karyawan yang memiliki motivasi rendah, memiliki tujuan karir yang pendek (hanya asal bisa menerima gaji atau asal tidak nganggur), atau memiliki kebutuhan berprestasi yang kurang kuat. Karyawan tipe kedua ini akan mudah berkesimpulan bahwa tugas atau target yang diberikan kepadanya sebagai stressor. Karyawan tipe ini gampang pusing, gampang bingung, gampang merasa tertekan.

Untuk Para Pimpinan

Kalau mengacu pada laporan ILO (Condition of Work Digest, Vol. 11/2, ILO Publication Center) kondisi kerja yang bisa digambarkan dengan penjelasan di bawah ini akan berpotensi menimbulkan stress kerja:

Pertama adalah desain tugas / pekerjaan yang stressful. Ini misalnya beban kerja yang terlalu berat, kurang ada waktu untuk istirahat, jam kerja yang terlalu panjang, rutinitas

Page 3: Buruh PT.giant

yang membosankan atau target yang sulit dicapai berdasarkan kemampuan yang dimiliki pekerja (unrealistic goal or target)

Kedua adalah gaya manajemen yang stressful. Ini misalnya kurang melibatkan pekerja dalam proses mengambil keputusan, komunikasi yang kurang mencair atau kebijakan manajemen yang terlalu kejam (lack of family-friendly policies) yang hanya mementingkan faktor efisiensi dan mengabaikan faktor manusiawi.

Ketiga adalah hubungan interpersonal yang tidak kondusif. Ini misalnya terlalu banyak konflik antarindividu, kurang bersahabat antarsesama, krisis toleransi, dan seterusnya. Konon, miliu kerja yang sudah mencekam seperti ini tidak saja berakibat pada hambarnya suasana kerja antarpekerja, tetapi juga berimbas pada bagaimana orang-orang di dalam organisasi itu melayani orang lain, katakanlah seperti tamu, pelanggan, pembeli atau penelpon. Karena mereka merasakan “kekejaman” maka mereka pun memperlakukan orang lain secara kejam.

Keempat adalah peranan kerja yang tidak jelas. Ini misalnya terjadi konflik peranan, ketidakjelasan hasil kerja yang bisa diharapkan atau terlalu banyak tanggung jawab yang dibebankan.

Kelima adalah nasib karir yang tidak jelas. Ini misalnya terjadi ketidakamanan (insecurity), tidak ada kesempatan untuk berkembang, tidak diberi peluang untuk lebih maju, cepat melakukan perubahan yang tidak mempertimbangkan kesiapan pekerja (disorientasi), dan lain-lain. Jika ada orang yang di-PHK dengan alasan-alasan yang tidak jelas dan tidak dijelaskan, maka keputusan demikin ini bisa mengancam rasa aman pekerja lain. Mereka akan berpikir bahwa dirinya bisa saja akan bernasib sama. Kalau sudah ada banyak orang yang punya kesimpulan demikian tentu saja virus stress kerja cepat menyebar.

Keenam adalah kondisi lingkungan yang mengancam keselamatan. Ini misalnya tidak nyaman, tidak sehat, tidak leluasa, dan lain-lain. Jika seseorang harus menjalankan tugas yang ber-resiko sementara dia secara mental dan skill tidak siap, bisa saja akan terkena stress kerja.

Dari enam hal di atas, konon ada tiga yang paling dirasakan menjadi stressor, yaitu: a) memberi target, tugas atau tanggung jawab yang tidak realistis, b) lemah dukungan dari atasan, dan c) tidak membuka pintu keterlibatan dalam proses mengambil keputusan.

Nah, untuk mengurangi, mengantisipasi atau mengatasinya, maka saran yang bisa kita pertimbangkan adalah:

1. Merumuskan standar, criteria dan strategi untuk mengatur muatan kerja agar benar-benar sesuai dengan kapabilitas dan sumberdaya yang tersedia. Kalau kita menerima order yang deadline-nya begitu menekan, sementara kita secara skill dan resource belum siap dan itu kita “paksakan”, ya mau tidak mau akan menimbulkan stress. Untuk mengantisipasinya berarti kita perlu mempersiapkan diri untuk memiliki kualitas yang

Page 4: Buruh PT.giant

sesuai dengan standard demand yang sekiranya akan kita hadapi. Caranya, dengan meng-up grade diri.

2. Merancang pekerjaan atau tugas yang kira-kira menantang, memberikan nilai tambah, memberikan kesempatan orang untuk mengaplikasikan keahliannya atau pengetahuan atau pengalaman. Bagaimana jika pekerjaan yang ada saat ini adalah rutinitas yang itu-itu saja? Mungkin pilihannya adalah memberi tantangan baru yang kira-kira bisa dicapai dan bisa dijadikan bukti adanya perkembangan atau peningkatan.

3. Mempertegas peranan dan tanggung jawab masing-masing orang agar tidak terjadi crowded atau overlapping. Ini bisa dilakukan secara formal (kesepakatan baku) atau non-formal (catatan berdasarkan perkembangan keadaan).

4. Memberi kesempatan berpartisipasi dalam proses mengambil keputusan. Orang akan merasa bertanggung jawab apabila dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Merasa bertanggung jawab adalah bagian positif dari kejiwaan. Jiwa yang positif akan tidak mudah terkena stress kerja.

5. Mengurangi berbagai bentuk komunikasi dan informasi yang bisa menimbulkan kekacauan, ketakutan atau ketidakpastian.

6. Memberi ruang terjadinya proses keakraban sosial di antara para pekerja, misalnya makan bareng, mengunjungi yang sakit, mengadakan perlombaan, dan lain-lain

7. Menerapkan jam kerja yang compatibel dengan tuntutan perubahan eksternal maupun tujuan yang ingin dicapai.

8. Menetapkan manajemen kinerja: memberi reward kepada yang berprestasi dan menegur yang melanggar serta menyemangati yang tertinggal. Jangan sampai kita bersikap acuh tak acuh pada yang berprestasi, acuh tak acuh pula pada yang melanggar dan acuh tak acuh pula pada yang tertinggal.

9. Menghargai kepentingan atau nilai-nilai yang dianut individu selama tidak bertentangan dengan akal sehat secara umum, misalnya memberikan hak istirahat bagi karyawan yang baru saja terkena musibah semacam kematian keluarga

10. Menjaga keputusan dan aksi (implementasi) agar sesuai dengan nilai-nilai yang dianut organisasi

Untuk Para Karyawan

Apa yang bisa dilakukan oleh seorang karyawan untuk menangani stress kerja? Kalau tidak bisa menangani seluruhnya, apa yang bisa dilakukan untuk menguranginya? Kalau tidak bisa menguranginya, apa yang bisa dilakukan untuk mengambil manfaat darinya? Berikut ini adalah hal-hal yang masih mungkin Anda lakukan:

Page 5: Buruh PT.giant

Pertama, panggilan tanggung jawab itu jalankan / artikan sebagai sebuah peluang atau kesempatan belajar. Terkadang atasan atau pimpinan juga belum tahu sejauhmana kemampuan Anda dalam sebuah tugas dan sejauhmana tugas itu realistis bisa dijalakan atau sejauh mana target itu bisa dicapai. Agar Anda dan atasan sama-sama tahu, ya jalankan lebih dulu lalu jelaskan hasilnya berdasarkan pengalaman di lapangan.

Apakah Anda melihat tugas itu sebagai stressor atau opportunity, toh ujung-ujungnya Anda juga tetap harus menjalankannya, terutama jika Anda tidak punya pilihan lain yang available. Bukankah begitu? Inilah yang bisa disebut dengan mengubah cara melihat, bersikap dan cara memperlakukan. Perbedaannya, Anda yang menganggap tugas sebagai stressor, tidak memperoleh nilai tambah apapun, baik bagi diri sendiri maupun hasil kerja. Bagaimana bisa menghasilkan yang terbaik jika hati sudah berkeluh kesah. Sebaliknya, nilai tambah sudah pasti ada di tangan bagi Anda yang menerima tugas dan tanggung jawab sebagai sebuah peluang belajar. Anda merasa tambah pengalaman dan skill, tambah rasa percaya diri, tambah dipercaya, dsb.

Kedua, gunakan sebagai wadah untuk memperkuat diri. Kekuatan manusia itu dibentuk dengan cara seperti kekuatan yang dimiliki batang pohon. Batang pohon itu bertambah kekuatannya karena hembusan angin yang menggoyahnya. Begitu juga dengan kekuatan mental manusia dalam menghadapi hal-hal sulit. Kekuatan ini bukan kekuatan yang dibawa dari lahir, tetapi kekuatan yang merupakan hasil dari olah kemampuan dalam menghadapi hal-hal sulit. Pendeknya, kalau orang sudah terbiasa menjadikan kesulitan sebagai saran untuk “give-up”, lama-lama terbiasa give-up (patah). Sebaliknya, kalau orang itu memilih untuk menantang atau membuktikan diri sebagai orang yang tangguh, lama-lama kelamaan akan terbiasa menjadi orang yang tangguh.

Ketiga, jadikan sarana untuk menggali ilmu, informasi, atau cara melakukan sesuatu (tehnik & metode). Kalau Anda hanya menghadapi target atau pekerjaan yang biasa-biasa saja, mungkin pengetahuan, informasi, cara yang Anda miliki ya mungkin itu-itu saja. Sebaliknya, jika Anda menghadapi target yang luar biasa, mungkin untuk sementara waktu Anda tertekan, tetapi jika itu digunakan sebagai jalan untuk menambah keahlian, lama-lama kan tidak begitu.

Terkadang juga bahwa pekerjaan itu menjadi beban (stressor) atau tidak, bukan karena beban pekerjaannya, tetapi karena kemampuan kita yang belum naik. Kemampuan di sini bisa berupa kemampuan mental (mental skill) atau karena kemampuan kerja (job skill). Dengan menjadikan pekerjaan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan, berarti kemungkinan terjadinya stress kerja di kemudian hari bisa berkurang.

Satu hal lagi yang penting di sini adalah menjadikan pekerjaan yang kita anggap stressor itu sebagai sarana untuk menambah tehnik, metode atau cara dalam menangani pekerjaan. “Bagaimana kalau gaji kita tidak naik-naik padahal keahlian dan kemampuan kita sudah naik?” Jika Anda tidak berhenti meng-upgrade skill, serugi-ruginya Anda hari ini masih akan untung di hari esok. Skill Anda akan menaikkan kualitas Anda. Tapi jika Anda berhenti, ini malah membuat Anda stress dua kali: hari ini dan esok.

Page 6: Buruh PT.giant

Keempat, jadikan sarana untuk memperluas friendships. Biasanya, saat kita menghadapi tugas atau pekerjaan yang stressful, kita pun mulai berani untuk tanya sana-sini. Sebaiknya ini perlu kita jadikan pembuka untuk memperluas jaringan. Kelemahan kita terkadang adalah menghubungi orang hanya pada saat-saat kepepet. Alangkah baiknya kalau ini kita follow-up-i setelah kita tidak kepepet lagi nanti dan kita perdalam lagi hubungan yang telah ada.

Kelima, pikirkan diri anda. Pada saat-saat menghadapi pekerjaan yang stressful, jangan hanya membayangkan atasan, manajemen, atau pimpinan yang suka maksa. Yang lebih penting untuk Anda bayangkan adalah memikirkan diri Anda yang sedang stress dan bagaimana cara mengatasinya. Kalau Anda hanya memikirkan atasan, mungkin Anda hanya akan menyalahkannya. Tapi jika Anda fokus memikirkan diri sendiri, maka yang muncul adalah kemauan atau inisiatif untuk mengatasi masalah anda.

Mau coba? Semoga bermanfaat!

Oleh Ubaidilah, ANSumber : www.e-psikologi.com

http://sutrisno.wordpress.com/2007/03/12/mengantisipasi-stress-kerja/

MANAJEMEN STRES BAGI RELAWAN Oleh RR. Ardiningtiyas Pitaloka** Jakarta, 4 Mei 2005 "Seorang ayah marah besar melihat anaknya menolak untuk melahap sayur bayam. “Kamu harus bersyukur tinggal makan, di sana orang kelaparan tidak ada makanan!” teriak sang ayah dengan nada tinggi dan muka merah padam menahan amarah. Si anak yang baru duduk di bangku SD tidak berkutik selain tertunduk dengan mata berkaca-kaca, untung sang ibu segera datang menenangkan". Secuil adegan ini penulis dengar dari seorang teman yang mendapati suaminya mudah emosi dan sangat sensitif setelah pulang dari tugas kemanusiaan di Aceh selama dua minggu. Organisasi tempat suaminya bergabung menerapkan sistem roling dua minggu untuk menghindari kelelahan termasuk psikis, namun mungkin belum dilakukan langkah sistematis untuk mengelola stres negatif (distres) relawannya. Salah satu dampaknya tergambar dalam cuplikan kisah di atas. Kerja Relawan Bencana tsunami memang sangat mengguncang dan mengundang banyak orang untuk menjadi relawan baik yang selama ini telah terlatih dan terorganisir, maupun relawan dadakan dan ‘bonek’ (bondo nekat). Belum usai trauma tsunami, gempa dengan kekuatan 8,7 skala Richter kembali mengguncang kawasan antara pulau Nias dan pulau Simeuleuh dengan arah guncangan ke selatan (sebelumnya ke utara). Gempa yang terjadi

Page 7: Buruh PT.giant

kurang lebih pukul 11 malam WIB pada Senin 28 Maret 2005 awalnya ditakutkan akan mengundang tsunami, meski tidak terjadi, namun wajah Nias dan Simeuleuh tetap porak poranda dan mengundang para relawan dari pelosok dunia untuk kembali menyingsingkan lengan. Beberapa relawan asing yang belum lama melambaikan salam perpisahan kini harus kembali untuk tahap tanggap darurat seperti mengevakuasi jenazah dan sebagainya, tidak terkecuali relawan dalam negeri yang masih terkonsentrasi di Aceh.

Membayangkan kerja para relawan ini sungguh menggetarkan hati, selain harus jauh dari keluarga, mereka juga harus berhadapan dengan prasangka yang kadang tertuju pada relawan asing atau mereka yang memiliki keyakinan berbeda dengan mayoritas masyarakat korban bencana. Penulis mendapatkan daftar kerja utama yang harus dilakukan para relawan di www.urbanpoor.or.id (08/01/05), yang dirinci berdasarkan kegiatan relawan di Aceh akibat tsunami;

identifikasi tempat-tempat penampungan dan kebutuhan pengungsi yang dikelompokkan dalam: lokasi, jumlah pengungsi (berdasarkan gender dan usia), kondisi makanan, kesehatan, pakaian, shelter, air dan sanitasi, juga permintaan informasi dan catatan khusus mengenai kondisi itu

distribusi kebutuhan tempat-tempat penampungan yang telah teridentifikasi

distribusi relawan ke tempat-tempat penampungan lainnya serta mendirikan Posko

evakuasi jenazah (korban)

memperbarui (update) informasi undatuk dapat dimanfaatkan pihak luar (yang berkepentingan)

mengusahakan logistik untuk didistribusikan

bongkar-muat pangan yang diangkat dan disebarkan ke wilayah pengungsian

Stressor (sumber-sumber stres) bagi Relawan Enrenreich dan Elliot dalam Journal of Peace Psychology ,2004 , menggambarkan dengan rinci stressor bagi relawan, yaitu;

tuntuan fisik yang berat dan kondisi tugas (kerja) yang tidak menyenangkan

beban kerja yang berlebihan, jangka waktu lama dan kelelahan kronis (chronic fatigue)

berkurang atau bahkan hilangnya privasi dan ruang pribadi

Page 8: Buruh PT.giant

jauh dari keluarga menimbulkan kecemasan pada kondisi keluarga

kurangnya sumber-sumber yang tepat (adequate resources) baik secara personil, waktu, bantuan logistik atau skill (ketrampilan) untuk melakukan tugas yang dibebankan

adanya bahaya mengancam (penyakit, terkena gempa susulan, dan sebagainya), perasaan takut dan tidak pasti yang berlebihan

kemungkinan melakukan evakuasi yang berulang

kemungkinan menyaksikan kemarahan dan menurunnya rasa syukur dalam masyarakat korban

secara berulang, teringat akan cerita-cerita traumatis, tragedi atau kisah yang memicu ingatan trauma individu yang telah lampau

beban birokratis yang berlebih atau kurangnya dukungan (suport) dan pengertian pimpinan organisasi

konflik interpersonal di antara anggota kelompok relawan yang di lapangan mengharuskan mereka untuk dekat dan saling bergantung pada waktu cukup lama

perasaan tidak berdaya kala menghadapi tuntutan yang melewati batas (overwhwelming need)

perasaan sakit karena tidak bisa memenuhi tuntutan yang ada

dilema moral dan etika

harus mampu menjaga netralitas (sikap netral) jika berada dalam situasi politik yang terpolarisasi

perasaan bersalah melihat korban bencana tidak memiliki makanan, tempat bernaung dan kebutuhan hidup lain.

Rentetan tugas di atas menampilkan emosi-emosi negatif yang sangat mungkin hinggap dan dialami relawan, seperti ‘burnout’, compassion fatigue’, ‘vicarious’ atau secondary traumatization, direct posttraumatic stress syndromes (akibat menyaksikan langsung peristiwa traumatis), depresi, pathological grief reactions, kecemasan, ‘over-involvement’, atau ‘over-identification’ dengan masyarakat korban bencana.

Ilustrasi kecil di awal tulisan merupakan contoh dari timbulnya keterlibatan atau identifikasi berlebih dalam diri relawan terhadap masyarakat Aceh yang terkena bencana. Keterlibatan berlebih ini menyeret emosi relawan hingga menimbulkan perasaan bersalah yang berlebih juga saat kembali ke ‘dunia’nya di mana makanan begitu mudah didapat dan dikonsumsi.

Page 9: Buruh PT.giant

Manajemen Stres untuk Relawan Besarnya kemungkinan relawan mengalami distres, maka sudah menjadi kebutuhan bila organisasi relawan yang ada mengambil langkah-langkah sistematis untuk mengurangi stres anggotanya. Enrehreich dan Elliot dalam studinya menemukan banyak relawan yang telah kembali dari tugas ternyata tidak mendapatkan dukungan simpatik terhadap distres yang mereka alami. Terdapat pula budaya ‘macho’ dalam organisasi relawan, yakni adanya kecenderungan menolak atau mengingkari dampak psikososial dari pekerjaan kemanusiaan yang penuh tekanan. Bagi sebagian kalangan, menjadi relawan seolah-olah melambungkan orang dan kelompoknya sebagai ‘superhero’ yang tentu tidak membutuhkan perhatian simpatik.

Dalam tiga konferensi “Managing Stress in the Humanitarian Aid Worker” terakhir (dua di antaranya disponsori oleh Antares Foundation & the U.S Center for Disease Control, September 2001 & 2002; konferensi ke tiga diselenggarakan oleh Action Without Borders and Peace Brigades International, Maret 2004), menyatakan, “Nececity of addressing the psychological impact of the humanitarian aid work is beginning to penetrate the humanitarian aid community.”

Survey pada tahun 1997 melalui telepon yang dilakukan McCall & Salma mengungkap bahwa sebagian besar organisasi relawan belum mengembangkan mekanisme suport psikologis bagi relawannya. Enam tahun kemudian, mulai terlihat usaha tersebut meski dipandang belum maksimal oleh Ehrenreich & Elliot. Menurut mereka, sudah saatnya diperlukan usaha untuk mengembangkan seperangkat standar minimum yang jelas bagi ‘kesejahteraan psikologis’ relawan, dan ini merupakan tantangan besar secara internal bagi dunia organisasi kemanusiaan. Usaha ini akan jauh menguntungkan relawan di masa mendatang juga dunia secara umum.

Relawan di Indonesia Sejak tsunami menyapu kawasan paling barat Indonesia, kita kebanjiran relawan dari dalam maupun luar negeri, yang terlatih juga yang nekat. Namun cukup banyak LSM yang tidak sekedar ‘bonek’ turun mengevakuasi mayat, mengeluarkan korban yang terjepit di reruntuhan, mendata korban dan banyak lagi. Sepatutnyalah Indonesia mengucap terima kasih setulus-tulusnya pada ‘pahlawan kemanusiaan’ ini.

Pada pihak lain, kita harus segera serius membentuk relawan yang permanen dalam arti secara organisasi, program, pelatihan, termasuk melindungi relawan dengan manajemen stres yang sistematis dan terlatih. Bencana alam tidak terbatas pada gempa bumi atau tsunami, melainkan juga tanah longsor baik akibat alam maupun kecerobohan pengelolaan manusia (terutama pemegang otoritas) seperti musibah longsor sampah di Leuwigajah. Bencana kekeringan yang mengancam sodara kita di Nusa Tenggara Timur juga hendaknya masuk agenda organisasi relawan.

Page 10: Buruh PT.giant

Luasnya wilayah Indonesia dan kondisi alam yang ada membutuhkan relawan yang terlatih dan terorganisir baik dari pemerintah maupun non pemerintah. Sudah seharusnya negeri ini memiliki ‘dana abadi’ untuk bencana alam yang bisa terjadi setiap saat, bukankah para ahli geologi menyatakan bahwa pergeseran lempeng bumi masih dan akan terus terjadi? Usaha pencegahan pun harus segera berbenah secara serius dengan studi dan teknologi tinggi serta komunikasi efektif dengan masyarakat termasuk organisasi relawan.

Relawan adalah manusia biasa, ia memiliki resiko sangat besar dampak psikologis dari tugas kemanusiaan yang diemban, karenanya ia berhak mendapat perlindungan diri tidak hanya secara fisik, namun ada yang lebih laten yaitu dampak psikososial. Penulis berharap tulisan ini dapat menambahkan sedikit gambaran lebih jelas akan penting dan beratnya tugas relawan. Sebagai manusia biasa, relawan juga membutuhkan ‘bekal’ dan ‘senjata’ untuk menangani distres dalam tugasnya. Sehingga, ketika mereka kembali ke dunia ‘normal’, ia bisa kembali menyesuaikan diri dan menerima kenyataan yang jauh berbeda dari tempat tugas.

-------------------------------------- Sumber: Ehrenreich,J.H. & Elliot,T.L. (2004) Managing stress in humanitarian aid workers: a survey of humanitarian aid agencies’ psychosocial training and support of staff. Dalam Journal of Peace Psychology, vol 10, no.1,p.5-66

Relawan Forum LSM Aceh. http://www.urbanpoor.or.id. 08/01/05

http://www.e-psikologi.com/masalah/040505.htm

Kesehatan bagi Pekerja Wanita Oleh Pusat Kesehatan Kerja PENDAHULUAN

Dalam kondisi perkembangan pembangunan kearah industrialisasi dimana persaingan pasar semakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat pekerja.

Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya

Page 11: Buruh PT.giant

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi.

Berdasarkan data dari UNDP, salah satu indikator kualitas SDM adalah Indeks Kualitas Hidup (Human Development Index =HDI) yan ditentukan oleh 3 faktor yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Pada tahun 2000, Indonesia berada pada urutan ke 109 dari 174 negara di seluruh dunia. Dikawasan ASEAN, Indonesia berada pada urutan ke 7 dari 10 negara diatas Kamboja, Laos, Myammar.

Di era globalisasi dan pasar bebas AFTA 2003, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu pesyaratan yang ditetapkan dalam hubungan antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh anggota termasuk Indonesia. Beban ini cukup berat dimana dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007 dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita. Peningkatan ini selain dilihat dari segi positip dengan bertambahnya tenaga produktif, status kesehatan dan gizi pekerja umumnya belum mendapat perhatian yang berakibat akan menurunkan produktivitas kerja dan ongkos produksi menjadi tidak efisien.

Pelayanan kesehatan dan gizi yang belum memadai antara lain dapat dilihat bahwa pada pekerja kelas menengah kebawah umumnya menderita kurang gizi seperti Kurang Energi Protein (KEP), anemia serta sering menderita penyakit infeksi. Sedangkan pada pekerja kelas menengah keatas, umumnya terjadi kegemukan atau obesitas. Masalah gizi pada pekerja sebagai akibat langsung yakni kurangnya asupan makanan yang tidak sesuai dengan beban kerja atau jenis pekerjaannya. Jenis pekerjaan tertentu diperlukan diit khusus agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan gizi akibat pekerjaannya dan pengaruh lingkungan kerja.

Beberapa penelitian (Husaini dkk) melaporkan bahwa dikalangan tenaga kerja wanita 30-40% menderita anemia, dan hasil studi di Tangerang tahun 1999 menunjukan prevalensi anemia pada pekerja wanita 69%. Pekerja yang menderita anemia dari hasil penelitian produktivitasnya 20% lebih rendah dari pada pekerja yang sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (1985) didapatkan 15% pekerja wanita kekurangan energi dan protein yang menyebabkan pekerja menjadi lambat berpikir, lambat bertindak dan cepat lelah.

Wanita yang bekerja sesungguhnya adalah arus utama di banyak industri. Mereka diperlakukan sama dari beberapa segi, hanya dari segi pengalaman kesehatan mereka berbeda dengan laki-laki. Dengan adanya perbedaan-perbedaan, wanita berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja yang diperlukan.

MASALAH KESEHATAN PADA PEKERJA WANITA

Page 12: Buruh PT.giant

ADANYA GANGGUAN HAID

Amenorrhoea

Bila amenore menjadi perhatian tidak akan menyebabkan masalah

Penyebab yang paling umum adalah kehamilan dan pada wanita yang lebih tua oleh karena menopause atau histerektomi

Dapat disebabkan oleh beberapa keadaan lain seperti :

Gizi yang jelek atau berat badan kurang

Latihan yang berlebihan

Kondisi medis (hipotiroidism atau gangguan endokrine lain, TBC, anemia dari peneybabapapun yang serius, penyakit yang mengancam kehidupan)

Ukuran kontrasepsi

Menorrhagia

Menyebabkan kebingungan, ketidakhadiran 1-2 hari

Dapat terjadi oleh karena adanya fibroid atau polip di uterus, penggunaan IUD, leukemi

Dysmenorrhoea

Mayoritas wanita yang mengalami kegelisahan saat haid, namun hanya sedikit yang merasa sakit yang cukup mengganggu aktivitas normal dan menjadi pola ketidakhadiran setiap bulan. Hal ini perlu perhatian dari tenaga medis.

Page 13: Buruh PT.giant

Dapat digolongkan :

Primary dysmenorrhoea

Secondary dysmenorrhoea

Obat penghilang rasa sakit seringkali mempunyai efek mengantuk akan menyebabkan masalah pada wanita yang bekerja pada pekerjaan dengan kesiapsiagaan terhadap hazard yang ada.

Premenstrual syndrome

Adalah suatu kombinasi masalah fisik dan psikologis yang terjadi pada sebagian kecil wanita pada 7-10 hari sebelum haid.

Menopause

ADANYA GANGGUAN GIZI

Kebutuhan zat gizi

Kekurangan zat-zat gizi dalam makanan akan berdampak terjadinya gangguan kesehatan dan penurunan produktivitas kerja, antara lain :

Kurang intake protein akan mempengaruhi kalori yang kurang dan berakibat berkurangnya kapasitas kerja

Defisiensi zat besi menyebabkan banyaknya kasus anemia

Kekurangan vitamin A mungkin menyebabkan gangguan pada penglihatan yang mempengaruhi adaptasi dari terang ke gelap dan berakibat menimbulkan kecelakaan kerja

Page 14: Buruh PT.giant

Kekurangan yodium mengganggu metabolisme, menurunkan kemampuan dan kecepatan kerja

Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori tergantung dari aktivitas tubuh. Apabila kalori yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dari bahan makanan yang masuk tidak mencukupi, maka kalori akan dipenuhi dengan memecah sumber cadangan energi yang ada dalam tubuh sendiri.

Faktor lingkungan kerja

Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan gizi pekerja antara lain :

Tekanan panas

Pekerja yang bekerja di tempat dengan suhu yang tinggi, kebutuhan air dan garam sebagai pengganti cairan yang hilang/ keringat perlu mendapat perhatian. Pada lingkungan yang panas dengan jenis pekerjaan berat sekurang-kurangnya 2,8 lt air minum, untuk kerja ringan 1,9 lt. Bagi pekerja di tempat dingin dibutuhkan makanan dan minuman hangat.

Bahan kimia

Bahan kimia dapat menyebabkan keracunan kronis dengan akibat penurunan berat badan. Beberapa zat kimia lain dapat mengganggu metabolisme tubuh, mengganggu selera makan dan berpengaruh terhadap pencernaan.

Timah hitam dapat mempengaruhi pembentukan sel darah merah yang berakibat pekerja menjadi pucat dan kurus. Keracunan Berillium selalu disertai penurunan berat badan. Zat kimia yang bersifat asam akan merangsang lambung dan merusak selaput lendir.

Faktor biologi

Pekerja yang bekerja di pertambangan, perkebunan, peternakan berisiko terinfeksi cacing, bakteri pada saluran pencernaan dll.

Faktor psikologis

Page 15: Buruh PT.giant

Stress kerja akibat ketidak serasian emosi, hubungan antar manusia dalam pekerjaan, hambatan psikologis sangat berpengaruh pada penurunan berat badan, intake makanan dan produktivitas kerja.

Gaya hidup dan kebiasaan

Terlalu banyak bekerja, aktivitas olahraga kurang sering kali tidak memperhatikan gizi seimbang dan cenderung mengkonsumsi lemak tinggi , dapat menimbulkan kegemukan, hiperkolesterol, hipertensi, penyakit jantung dll.

6. Pekerja wanita yang hamil akibat terpapar zat radiasi, obat-obatan seperti obat anestesi dan bahan kimia tertentu dapat menyebabkan kelainan janin.

PELAYANAN KESEHATAN BAGI PEKERJA WANITA

A. Pelayanan Kesehatan

Upaya peningkatan (promotif)

Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan dan kapasitas kerja.

Meliputi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kerja, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), norma sehat di tempat kerja a.l tidak merokok, tidak mengkonsumsi napza, peningkatan perilaku dan cara kerja yang baik dan benar, konsultasi gizi, kesehatan jiwa, masalah perkawinan, penerapan gizi seimbang, penyediaan tempat untuk memeras ASI, pemeliharaan kebugaran, pemeliharaan Berat Badan ideal, KB dll.

Upaya pencegahan (preventif)

Bertujuan untuk memberikan perlindungan pada pekerja sebelum adanya proses gangguan akibat kerja.

Meliputi kegiatan :

Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus

Page 16: Buruh PT.giant

Imunisasi

Penerapan ergonomi

Hygiene lingkungan kerja

Perlindungan diri tehadap bahaya-bahaya dari pekerjaan

Pengendalian lingkungan kerja

Latihan fisik (relaksasi) secara rutin

Pemberian suplemen gizi sesuai kebutuhan pekerja wanita

Rotasi kerja

Upaya penyembuhan (kuratif)

Diberikan kepada pekerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatn / gejala dini dengan mengobati penyakit, mencegah komplikasi dan penularan terhadap keluarganya ataupun teman sekerja.

Bertujuan untuk menghentikan proses penyakit, mempercepat masa istirahat, mencegah terjadinya cacat atau kematian.

Upaya pemulihan (rehabiIitatif)

Pelayanan diberikan kepada pekerja yang karena penyakit atau kecelakaan telah mengakibatkan cacat sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanen.

Page 17: Buruh PT.giant

Meliputi :

Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuan yang masih ada secara maksimal.

Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuan

Penyuluhan kepada masyarakat dan pengusaha agar mau menggunakan pekerja yang cacat.

B. Pelayanan Lingkungan Kerja

Bertujuan untuk terciptanya lingkungan yang sehat dan aman dalam rangka meningkatkan produktivitas pekerja yang optimal melalui pengendalian lingkungan kerja (pengenalan, pengukuran dan evaluasi lingkungan kerja).

PENUTUP

Wanita pekerja dari beberapa segi berbeda dengan laki-laki, sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pekerja wanta perlu memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan tersebut.

Suatu program promosi kesehatan di tempat kerja harus dipusatkan pada permasalahan dan isu kesehatan wanita yang ditunjukan dan kepekaan sesuai integritas yang mempunyai dampak positip tidak hanya untuk wanita pekerja tersebut tetapi juga untuk keluarganya, masyarakat dan terutama untuk organisasinya / perusahaannya.

http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=155&Itemid=3

Cara Mengahapi Stres It is the mind that makes the bodySojourner Truth1797 - 1883 American

Pertama-tama, anda harus belajar mengenali stres:

Gejala-gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini meliputi kelelahan, kehilangan atau meningkatnya napsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur

Page 18: Buruh PT.giant

dan tidur berlebihan. Melepaskan diri dari alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari gelaja stres. Perasaan was-was, frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan dengan stres.

Jika anda merasa stres mengaruhi pelajaran anda,langkah pertama adalah mencari bantuan melalui pusat koseling di sekolah anda.

Manajemen stres adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-orang, dan kejadian-kejadian yang ada memeberi tuntutan yang berlebihan. Apa yang dapat anda lakukan untuk mengatur stres anda? Strategi-strategi apa yang ada?

Perhatikan lingkunga sekitar andaLihatlah mungkin ada sesuatu yang benar-benar dapat anda ubah atau kendalikan dalam situasi tersebut. Belajarlah cara terbaik untuk merelaksasikan diri andaMeditasi dan latihan pernafasan telah terbukti efektif dalam mengendalikan stress. Berlatihlah untuk menjernihkan pikiran anda dari pikiran-pikiran yang menggangu. Jauhkan diri anda dari situasi-situasi yang menekanBeri diri anda kesempatan untuk beristirahat biarpun hanya untuk beberapa saat setiap hari. Tentukan tujuan yang realistis bagi diri anda sendiriDengan mengurangi jumlah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup anda, anda akan dapat mengurangi beban yang berlebihan. Jangan mempermasalahkan hal-hal yang sepeleCobalah untuk memprioritaskan beberpa hal yang benar-benar penting dan biarkan yang lainnya mengikuti. Jangan membebani diri anda secara berlebihandengan mengeluh mengenai seluruh beban kerja anda. Tangani setiap tugas sebagaimana mestinya, atau tangani secara selektif dengan memperhatikan beberapa prioritas. Secara selektif ubahlah cara anda bereaksiTapi jangan terlalu banyak sekaligus. Fokuskan pada satu masalah dan kendalikan reaksi anda terhadap hal ini. Ubahlah cara pandang andaBelajarlah untuk mengenali stress. Tingkatkan reaksi tubuh anda dan buatlah pengaturan diri terhadap stress. Hindari reaksi yang berlebihan;Mengapa harus membenci jika sedikit tidak suka sudah cukup? Mengapa harus merasa bingung jika cukup dengan hanya merasa gugup? Mengapa harus mengamuk jika marah saja sudah cukup? Mengapa harus depresi ketika cukup dengan merasa sedih? Lakukan sesuatu untuk orang lainUntuk melepaskan pikiran dari masalah anda sendiri. Tidur secukupnyaKurang istirahat hanya akan memperburuk stress. Hindari stressDengan kegiatan-kegiatan fisik, misalnya jogging, tennis ataupun berkebun. Hindari pengobatan diri sendiri atau menghindarAlkohol dan obat-obatan dapat menyembunyikan stres. Namun tidak dapat membantu memecahkan masalah. Tingkatkan ketahanan diri andaYang harus digarisbawahi dari manajemen stress adalah ?Saya membuat diri saya sendiri sedih?. Cobalah untuk ?memanfaatkan? stress

Page 19: Buruh PT.giant

Jika anda tidak dapat melawan apa yang mengganggu anda, dan anda tidak dapat menghindar darinya, berjalanlah seiring dengannya dan cobalah untuk memanfaatkannya secara produktif. Cobalah untuk menjadi seseorang yang positif Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi. ?Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stress terjadi secara terus-menerus, dapat menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan.? All Stress Up, St. Paul Pioneer Press Dispatch, hal 8B, Senin, 30 November 1998. Yang terpenting, jika stress menempatkan anda dalam keadaan yang tidak teratasi atau mengganggu kegiatan sekolah anda, kehidupan sosial ataupun kehidupan kerja, carilah bantuan ahli di pusat konseling sekolah anda. http://www.studygs.net/indon/stress.htm

Stress Kerja Peringkat User: / 0 PoorBest Ditulis oleh Administrator Rabu, 07 Juli 2004 Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis yang berkepanjangan telah menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi ribuan bahkan jutaan tenaga kerja. Mereka harus rela dipindahkan kebagian yang sangat tidak mereka kuasai dan tidak tahu berapa lama lagi mereka akan dapat bertahan atau dipekerjakan. Selain itu mereka harus menghadapi boss baru, pengawasan yang ketat, tunjangan kesejahteraan berkurang dari sebelumnya, dan harus bekerja lebih lama dan lebih giat demi mempertahankan status sosial ekonomi keluarga. Para pekerja di setiap level mengalami tekanan dan ketidakpastian. Situasi inilah yang seringkali memicu terjadinya stress kerja.

Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis yang berkepanjangan telah menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi ribuan bahkan jutaan tenaga kerja. Mereka harus rela dipindahkan kebagian yang sangat tidak mereka kuasai dan tidak tahu berapa lama lagi mereka akan dapat bertahan atau dipekerjakan. Selain itu mereka harus menghadapi boss baru, pengawasan yang ketat, tunjangan kesejahteraan berkurang dari sebelumnya, dan harus bekerja lebih lama dan lebih giat demi mempertahankan status sosial ekonomi keluarga. Para pekerja di setiap level mengalami tekanan dan ketidakpastian. Situasi inilah yang seringkali memicu terjadinya stress kerja.

Page 20: Buruh PT.giant

Hasil PenelitianMenurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stress akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah.Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif. Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stress dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stress yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh. Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya. Apakah Stress Kerja?Secara umum orang berpendapat bahwa jika seseorang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut, maka dikatakan bahwa individu itu mengalami stress kerja. Namun apakah sebenarnya yang dikategorikan sebagai stress kerja? Menurut Phillip L. Rice, Penulis buku Stress and Health, seseorang dapat dikategorikan mengalami stress kerja jika : Urusan stress yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stress kerjaMengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individuOleh karenanya diperlukan kerja sama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stress tersebut. GejalaMenurut Terry Beehr dan John Newman (1978) gejala stress kerja dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu gejala psikologis, gejala psikis dan perilaku.

Dampak Terhadap PerusahaanSebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak,

Page 21: Buruh PT.giant

menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi mengalami stress kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stress yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang bisa mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan Penyakit Organisasi. Randall Schuller (1980), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stress yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa: Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerjaMengganggu kenormalan aktivitas kerjaMenurunkan tingkat produktivitasMenurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.Dampak Terhadap IndividuDampak stress kerja bagi individu adalah munculnya masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal

KesehatanTubuh manusia pada dasarnya dilengkapi dengan sistem kekebalan untuk mencegah serangan penyakit. Istilah "kebal" ini dikemukakan oleh dua orang peneliti yaitu Memmler dan Wood untuk menggambarkan kekuatan yang ada pada tubuh manusia dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu, dengan cara memproduksi antibodi.Sistem kekebalan tubuh manusia ini bekerja sama secara integral dengan sistem fisiologis lain, dan kesemuanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh, baik fisik maupun psikis yang cara kerjanya di atur oleh otak. Seluruh sistem tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stress dan immunocompetence. Istilah immunocompetence ini biasanya digunakan di bidang kedokteran untuk menjelaskan derajat keaktifan dan keefektifan dari sistem kekebalan tubuh.Jadi, tidak heran jika orang yang mudah stress, mudah pula terserang penyakit. Cobalah Anda mulai memperhatikan diri Anda sendiri, dan tanyakan apakah Anda termasuk di antara orang yang sedang mengalami stress kerja? Dan apakah penyakit yang sering Anda alami merupakan akibat atau pengaruh stress kerja yang berkepanjangan ? PsikologisStress berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus-menerus. Menurut istilah psikologi, stress berkepanjangan ini disebut stress kronis. Stress kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stress kronis umumnya terjadi di seputar masalah kemiskinan, kekacauan keluarga, terjebak dalam perkawinan yang tidak bahagia, atau

Page 22: Buruh PT.giant

masalah ketidakpuasan kerja. Akibatnya, orang akan terus-menerus merasa tertekan dan kehilangan harapan. Menurut Miller (1997), seorang peneliti asal Amerika, akar dari stress kronis ini adalah dari pengalaman traumatis di masa lalu yang terinternalisasi, tersimpan terus dalam alam bawah sadar. Hal ini jadi berbahaya karena orang jadi terbiasa "membawa" stress ini kemana saja, dimana saja dan dalam situasi apapun juga; stress kronis ini dianggap sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga tidak ada upaya untuk mencari jalan keluarnya lagi. Singkatnya, orang yang menderita stress kronis ini sudah hopeless and helpless. Tidak heran jika para penderita stress kronis akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri, atau meninggal karena serangan jantung, stroke, kanker, atau tekanan darah tinggi. Jadi, amatilah diri Anda, apakah Anda termasuk orang yang suka membiarkan masalah tanpa dicari jalan keluar yang positif ? Berhati-hatilah akan konsekuensi yang bakal Anda hadapi ! Interaksi InterpersonalOrang yang sedang stress akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stress. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan perilaku orang lain. Obyek yang sama bisa diartikan dan dinilai secara berbeda oleh orang yang sedang stress.Selain itu, orang stress cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Pada tingkat stress yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri. Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi. Tidak heran kalau akibat dari sikapnya ini mereka dijauhkan oleh rekan-rekannya. Respon negatif dari lingkungan ini malah semakin menambah stress yang diderita karena persepsi yang selama ini ia bayangkan ternyata benar, yaitu bahwa ia kurang berharga di mata orang lain, kurang berguna, kurang disukai, kurang beruntung, dan kurang-kurang yang lainnya. Sebuah penelitian terhadap sekelompok karyawan yang bekerja di suatu organisasi menunjukkan, bahwa stress kerja menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak karyawan dengan pihak manajemen. Tingginya sensitivitas emosi berpotensi menyulut pertikaian dan menghambat kerja sama antara individu satu dengan yang lain. Sumber StressUntuk memahami sumber stress kerja, kita harus melihat stress kerja ini sebagai interaksi dari beberapa faktor, yaitu stress di pekerjaan itu sendiri sebagai faktor eksternal, dan faktor internal seperti karakter dan persepsi dari karyawan itu sendiri. Dengan kata lain, stress kerja tidak semata-mata disebabkan masalah internal, sebab reaksi terhadap stimulus akan sangat tergantung pada reaksi subyektif individu masing-masing. Beberapa sumber stress yang menurut Cary Cooper (1983) dianggap sebagai sumber stress kerja adalah stress karena kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan interpersonal, kesempatan pengembangan karir, dan struktur organisasi. Kondisi Pekerjaan Lingkungan Kerja. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang

Page 23: Buruh PT.giant

memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.Overload. Sebenarnya overload ini dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam "tegangan tinggi". Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif karyawan.Deprivational stress. George Everly dan Daniel Girdano (1980), dua orang ahli dari Amerika memperkenalkan istilah deprivational stress untuk menjelaskan kondisi pekerjaan yang tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung unsur sosial (kurangnya komunikasi sosial).Pekerjaan Berisiko Tinggi. Ada jenis pekerjaan yang beresiko tinggi, atau berbahaya bagi keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, pemadam kebakaran, pekerja tambang, bahkan pekerja cleaning service yang biasa menggunakan gondola untuk membersihkan gedung-gedung bertingkat. Pekerjaan-pekerjaan ini sangat berpotensi menimbulkan stress kerja karena mereka setiap saat dihadapkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Konflik PeranAda sebuah penelitian menarik tentang stress kerja menemukan bahwa sebagian besar karyawan yang bekerja di perusahaan yang sangat besar, atau yang kurang memiliki struktur yang jelas, mengalami stress karena konflik peran. Mereka stress karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu apa yang diharapkan oleh manajemen (Rice, 1992). Kenyataan seperti ini mungkin banyak dialami pekerja di Indonesia, dimana perusahaan atau organisasi tidak punya garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi dan misi yang seringkali tidak dikomunikasikan pada seluruh karyawannya. Akibatnya, sering muncul rasa ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi hingga akhirnya timbul keinginan untuk meninggalkan pekerjaan.

Para wanita yang bekerja dikabarkan sebagai pihak yang mengalami stress lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya, wanita bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Terutama dalam alam kebudayaan Indonesia, wanita sangat dituntut perannya sebagai ibu rumah tangga yang baik dan benar sehingga banyak wanita karir yang merasa bersalah ketika harus bekerja. Perasaan bersalah ditambah dengan tuntutan dari dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah tangga, sangat berpotensi menyebabkan wanita bekerja mengalami stress. Pengembangan KarirSetiap orang pasti punya harapan-harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Bayangan akan kesuksesan karir, menjadi fokus perhatian dan penantian dari hari ke hari. Namun pada kenyataannya, impian dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan karir yang baik seringkali tidak terlaksana. Alasannya bisa bermacam-macam seperti ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan penilaian prestasi kerja, budaya nepotisme dalam manajemen perusahaan, atau karena sudah “mentok” alias tidak ada kesempatan lagi untuk naik jabatan.

Page 24: Buruh PT.giant

Struktur OrganisasiGambaran perusahaan Asia dewasa ini masih diwarnai oleh kurangnya struktur organisasi yang jelas. Salah satu sebabnya karena perusahaan di Asia termasuk Indonesia, masih banyak yang berbentuk family business. Kebanyakan (family) business dan bisnis-bisnis lain di Indonesia yang masih sangat konvensional dan penuh dengan budaya nepotisme, minim akan kejelasan struktur yang menjelaskan jabatan, peran, wewenang dan tanggung jawab. Tidak hanya itu, aturan main yang terlalu kaku atau malah tidak jelas, iklim politik perusahaan yang tidak sehat serta minimnya keterlibatan atasan membuat karyawan jadi stress karena merasa seperti anak ayam kehilangan induk - segala sesuatu menjadi tidak jelas. Mengatasi Stress KerjaStress kerja sekecil apapun juga harus ditangani dengan segera. Seorang ahli terkenal di bidang kesehatan jiwa, Jere Yates (1979,) mengemukakan ada delapan (8) aturan main yang harus diikuti dalam mengatasi stress yaitu: Pertahankan kesehatan tubuh Anda sebaik mungkin, usahakan berbagai cara agar anda tidak jatuh sakitTerimalah diri Anda apa adanya, segala kekurangan dan kelebihan, kegagalan maupun keberhasilan sebagai bagian dari kehidupan AndaTetaplah memelihara hubungan persahabatan yang indah dengan seseorang yang Anda anggap paling bisa diajak curhatLakukan tindakan positif dan konstruktif dalam mengatasi sumber stress Anda di dalam pekerjaan, misalnya segera mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaanTetaplah memelihara hubungan sosial dengan orang-orang di luar lingkungan pekerjaan Anda, misalnya dengan tetangga atau kerabat dekatBerusahalah mempertahankan aktivitas yang kreatif di luar pekerjaan, misalnya berolahraga atau berekreasiMelibatkan diri dalam pekerjaan-pekerjaan yang berguna, misalnya kegiatan sosial dan keagamaanGunakanlah metode analisa yang cukup ilmiah dan rasional dalam melihat atau menganalisa masalah stress kerja Anda. Terakhir kali diperbaharui ( Rabu, 22 Agustus 2007 )

http://bk3samarinda.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6&Itemid=1