makalah pengaruh buruh tani.doc

34
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Buruh pada saat ini dianggap oleh kebanyakan orang sama dengan pekerja, padahal dari dasar pengertiannya buruh berbeda dengan pekerja. Secara teori,didalam suatu perusahaan terdapat dua kelompok yaitu kelompok pemilik modal dan kelompok buruh, yaitu orang-orang yang diperintah dan dipekerjanan yang berfungsi sebagai salah satu komponen dalam proses produksi. Dalam teori Karl Marx tentang nilai lebih, disebutkan bahwa kelompok yang memiliki dan menikmati nilai lebih disebut sebagai majikan dan kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan nilai lebih itu disebut Buruh. Dari segi kepemilikan kapital dan aset-aset produksi, dapat kita tarik benang merah, bahwa buruh tidak terlibat sedikitpun dalam kepemilikan aset, sedangkan majikan adalah yang mempunyai kepemilikan aset. Dengan demikian seorang manajer atau direktur disebuah perusahaan sebetulnya adalah buruh walaupun mereka mempunyai embel-embel gelar keprofesionalan. Buruh sendiri memberikan pengaruh yang besar baik dalam hal ekonomi maupun politik. Didalam bidang ekonomi misalnya buruh sebagai unsur penggerak langsung perekonomian, tanpa adanya buruh mustahil kegiatan perekonomian khususnya di pabrik-pabrik maupun di perkebunan dapat berjalan dengan baik. Sedangkan pengaruh buruh di bidang politik berkaitan dengan peran penting mereka sebagai salah satu kegiatan ekonomi yaitu sadar bahwa peran mereka begitu penting dalam bidang ekonomi, maka buruh menuntut berbagai tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Kepentingan-kepentingan ini akhirnya dijadikan sebagai jalan bagi buruh menuju kegiatan politik. Disamping itu, peran buruh dalam politik yang cukup kuat juga dipengaruhi oleh kuantitas buruh yang cukup signifikan, kuantitas ini diikuti juga dengan kekompakan dan sifat militan dari buruh, kekompakan dan sifat militan ini timbul disebabkan adanya kesadaran bahwa nasib mereka dan kepentingan yang Dengan adanya peringatan hari buruh tani indonesia,di situ juga termasuk buruh tani,adalah suatu kekuatan bagi buruh tani indonesia dan menjadi dasar kekuatan bagi buruh-buruh di indonesia terutama buruh tani.Di bawah ini ada contoh dan http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Upload: dios-widodo

Post on 14-Feb-2016

126 views

Category:

Documents


36 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah pengaruh buruh tani.doc

BAB IPENDAHULUAN1. Latar Belakang MasalahBuruh pada saat ini dianggap oleh kebanyakan orang sama dengan pekerja, padahal dari dasar pengertiannya buruh berbeda dengan pekerja. Secara teori,didalam suatu perusahaan terdapat dua kelompok yaitu kelompok pemilik modal dan kelompok buruh, yaitu orang-orang yang diperintah dan dipekerjanan yang berfungsi sebagai salah satu komponen dalam proses produksi. Dalam teori Karl Marx tentang nilai lebih, disebutkan bahwa kelompok yang memiliki dan menikmati nilai lebih disebut sebagai majikan dan kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan nilai lebih itu disebut Buruh. Dari segi kepemilikan kapital dan aset-aset produksi, dapat kita tarik benang merah, bahwa buruh tidak terlibat sedikitpun dalam kepemilikan aset, sedangkan majikan adalah yang mempunyai kepemilikan aset. Dengan demikian seorang manajer atau direktur disebuah perusahaan sebetulnya adalah buruh walaupun mereka mempunyai embel-embel gelar keprofesionalan. Buruh sendiri memberikan pengaruh yang besar baik dalam hal ekonomi maupun politik. Didalam bidang ekonomi misalnya buruh sebagai unsur penggerak langsung perekonomian, tanpa adanya buruh mustahil kegiatan perekonomian khususnya di pabrik-pabrik maupun di perkebunan dapat berjalan dengan baik. Sedangkan pengaruh buruh di bidang politik berkaitan dengan peran penting mereka sebagai salah satu kegiatan ekonomi yaitu sadar bahwa peran mereka begitu penting dalam bidang ekonomi, maka buruh menuntut berbagai tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Kepentingan-kepentingan ini akhirnya dijadikan sebagai jalan bagi buruh menuju kegiatan politik. Disamping itu, peran buruh dalam politik yang cukup kuat juga dipengaruhi oleh kuantitas buruh yang cukup signifikan, kuantitas ini diikuti juga dengan kekompakan dan sifat militan dari buruh, kekompakan dan sifat militan ini timbul disebabkan adanya kesadaran bahwa nasib mereka dan kepentingan yang Dengan adanya peringatan hari buruh tani indonesia,di situ juga termasuk buruh tani,adalah suatu kekuatan bagi buruh tani indonesia dan menjadi dasar kekuatan bagi buruh-buruh di indonesia terutama buruh tani.Di bawah ini ada contoh dan penguraian tentang kekuatan buruh,terutama buruh tani Jakarta - Peringatan hari buruh Internasional yang jatuh pada tanggal 1 Mei, tetap diperingati puluhan ribu buruh dengan turun ke jalan, meskipun sudah di tetapkan sebagai hari libur untuk memperingati hari buruh Intenasional melalui keputusan Presiden No. 24 tahun 2013 mereka tetap memperingati haru buruh dengan demonstrasi di depan Istana Negara (1/05/2014)

http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Page 2: Makalah pengaruh buruh tani.doc

Pasalnya penetapan 1 Mei sebagai hari libur untuk peringatan hari buruh Internasional, bukalan semata-mata hadiah dari pemerintah, tetapi proses panjang perjuangan kaum buruh di Indonesia sejak tahun 1990 an. Lebih lanjut berbagai persoalan yang di hadapi oleh buruh semakin kompleks, masalah politik upah murah, kebebasan berserikat, masih diberlakukannya sitem kerja kontrak dan outsourcing, dan belum diberikannya jaminan kesehatan yang sepenuhnya di tanggung oleh Negara, adalah masalah yang kongret kaum buruh Indonesia dan menjadi fokus

perjuangan saat ini, begitu tegas Rudy HB Daman ketua umum Gabungan serikat Buruh Independen (GSBI) yang sekaligus Koordinator Front Perjuangan Rakyat.Rudy HB Daman menambahkan, bahwa peringatan hari buruh di gelar di berbagai daerah dan tidak hanya di peringati oleh kaum buruh, Front Perjuangan Rakyat (FPR) yang merupakan aliansi patriotik yang terdiri dari buruh tani, mahasiswa, perempuan, buruh migran, dan organisasi lingkungan (GSBI, AGRA, PMKRI, GRI, FMN, WALHI, ATKI) menegaskan bahwa peringatan hari buruh ini juga sebagai momentum untuk mengkampanyekan persoalan seluruh rakyat ditengah ilusi PEMILU akan perubahan bagi rakyat. Karenanya FPR mengusung tema “Gerakan Rakyat menuntut penghentian perampasan upah, kerja, tanah dan SDA, serta diberikannya jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang sepenuhnya ditanggung oleh Negara”kompleks, masalah politik upah murah, kebebasan berserikat, masih diberlakukannya sitem kerja kontrak dan outsourcing, dan belum diberikannya jaminan kesehatan yang sepenuhnya di tanggung oleh Negara, adalah masalah yang kongret kaum buruh Indonesia dan menjadi fokus perjuangan saat ini, begitu tegas Rudy HB Daman ketua umum Gabungan serikat Buruh Independen (GSBI) yang sekaligus Koordinator Front Perjuangan Rakyat.Rudy HB Daman menambahkan, bahwa peringatan hari buruh di gelar di berbagai daerah dan tidak hanya di peringati oleh kaum buruh, Front Perjuangan Rakyat (FPR) yang merupakan aliansi patriotik yang terdiri dari buruh tani, mahasiswa, perempuan, buruh migran, dan organisasi lingkungan (GSBI, AGRA, PMKRI, GRI, FMN, WALHI, ATKI) menegaskan bahwa peringatan hari buruh ini juga sebagai momentum untuk mengkampanyekan persoalan seluruh rakyat ditengah ilusi PEMILU akan perubahan bagi rakyat. Karenanya FPR mengusung tema “Gerakan Rakyat menuntut penghentian perampasan upah, kerja, tanah dan SDA, serta diberikannya jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang sepenuhnya ditanggung oleh Negara”

1

Page 3: Makalah pengaruh buruh tani.doc

Dalam orasinya, Ridwan Hasanudin pimpinan Pusat AGRA menyampaikan ucapan selamat atas kemenangan perjuangan kelas buruh Indonesia atas ditetapkannya 1 Mei menjadi hari libur untuk memperingati hari buruh Internasional. Ridwan juga menjelaskan, bahwa AGRA sebagai organisasi tani tingkat nasional, yang menggorganisasikan, petani, nelayan dan suku bangsa minoritas (Masyarakat Adat) mengambil bagian dalam peringatan hari buruh serempak di berbagai daerah, keputusan ini dilandasi atas pandangan bahwa persoalan yang di hadapi oleh kaum buruh tidak bisa terlepas dari persoalan yang di hadapi oleh petani.Politik upah murah di Indonesia memiliki basis sosial persoalan di pedesaan, masifnya perampasan tanah yang melahirkan cadangan tenaga kerja dan bermigrasi kekota, adalah syarat utama dari diberlakukannua politik upah murah di Indonesia. Perjuangan kaum tani untuk reforma Agraria sejati adalah pondasi atas pembangunan industri nasionalsebagai tuntutan dan cita-cita kelas buruh dan seluruh Rakyat Indonesia, tanpa reforma Agraria sejati mustahil, Industri naional dapat di bangun di Indonesia, sebab bagaimana mungkin membangun Industri nasional jika sumber kekayaan alam di dominasi dan dikuasi oleh Imperialisme yang bekerja sama dengan borjuasi besar komperador dan tuan tanah besar melalui pemerintahan boneka.

Karenanya keterlibatan kaum tani dalam peringatan hari buruh Internasional, merupakan upaya

nyata untuk terus memupuk dan memperkuat aliansi dasar buruh dan tani, sebagai kekuatan pokok perubahan di Indonesia. Dalam orasi penutupnya Ridwan menyampaikan pandangan dan sikap AGRA terkait dengan pemilu bahwa tidak ada sedikitpun syarat akan lahir sebuh pemerintahan yang anti terhadap Imperialisme dan anti terhadap Feudalisme dalam pemilu 2014, karenanya hanya terus memperkuan dan memperluas organisasi untuk memperkeras perjuangan reforma agraria sejati dan pembangunan industry nasional adalah jaminan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN

Pengaruh-pengaruh buruh tani terhadap negara indonesia Pengaruh buruh tani terhadap pertumbuhan ekonomi

negaraPembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan

pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat

2

Page 4: Makalah pengaruh buruh tani.doc

perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alas an yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia: (1) potensi sumberdayanya yang besar dan beragam,(2) pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar,(3) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan(4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan

Potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi sektor pertanian keseluruhan. Disisi lain adanya peningkatan investasi dalam pertanian yang dilakukan oleh investor PMA dan PMDN yang berorientasi pada pasar ekspor umumnya padat modal dan perananya kecil dalam penyerapan tenaga kerja atau lebih banyak menciptakan buruh tani. Berdasarkan latar belakang tersebut ditambah dengan kenyataan justru kuatnya aksesibilitas pada investor asing /swasta besar dibandingkan dengan petani kecil dalam pemanfaatan sumberdaya pertanian di Indonesia, maka dipandang perlu adanya grand strategy pembangunan pertanian melalui pemberdayaan petani kecil. Melalui konsepsi tersebut, maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran :(1) mensejahterkan petani,(2) menyediakan pangan,(3) sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah,(4) merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri,(5) menghasilkan devisa,(6) menyediakan lapangan pekerjaan,(7) peningkatan pendapatan nasional, dan(8) tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya.

POTENSI AGRIBISNIS INDONESIAIndonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan agribisnis bahkan dimungkinkan akan menjadi leading sector dalam pembangunan nasional. Potensi agribisnis tersebut diuraikan sebagai berikut :1. Dalam Pembentukan Produk Domestik bruto , sektor agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (value added) terbesar dalam perekonomian nasional, diperkirakan sebesar 45 persen total nilai tambah.

3

Page 5: Makalah pengaruh buruh tani.doc

2. Sektor agrbisnis merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar diperkirakan sebesar 74 persen total penyerapan tenaga kerja nasional.3. Sektor agribisnis juga berperan dalam penyediaan pangan masyarakat. Keberhasilan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok beras telah berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan pangan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan social (socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan nasional (national security).4. Kegiatan agribisnis umumnya bersifat resource based industry. Tidak ada satupun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya dan beraneka sumberdaya pertanian secara alami (endowment factor). Kenyataan telah menunjukkan bahwa di pasar internasional hanya industri yang berbasiskan sumberdaya yang mempunyai keunggulan komparatif dan mempunyai konstribusi terhadap ekspor terbesar, maka dengan demikian pengembangan agribisnis di Indonesia lebih menjamin perdagangan yang lebih kompetitif.5. Kegiatan agribisnis mempunyai keterkaitan ke depan dan kebelakang yang sangat besar (backward dan forward linkages) yang sangat besar. Kegiatan agribisnis (dengan besarnya keterkaitan ke depan dan ke belakang) jika dampaknya dihitung berdasarkan impact multilier secara langsung dan tidak langsung terhadap perekonomian diramalkan akan sangat besar.6. Dalam era globalisasi perubahan selera konsumen terhadap barangbarang konsumsi pangan diramalkan akan berubah menjadi cepat saji dan pasar untuk produksi hasil pertanian diramalkan pula terjadi pergeseran dari pasar tradisional menjadi model Kentucky. Dengan demikian agroindustri akan menjadi kegiatan bisnis yang paling attraktif.7. Produk agroindustri umumnya mempunyai elastisitas yang tinggi, sehingga makin tinggi pendapatan seseorang makin terbuka pasar bagi produk agroindustri.8. Kegiatan agribisnis umumnya menggunakan input yang bersifat renewable, sehingga pengembangannya melalui agroindustri tidak hanya memberikan nilai tambah namun juga dapat menghindari pengurasan sumberdaya sehingga lebih menjamin sustainability.9. Teknologi agribisnis sangat fleksibel yang dapat dikembangkan dalam padat modal ataupun padat tenaga kerja, dari manejement sederhana sampai canggih, dari skala kecil sampai besar. Sehingga Indonesia yang penduduknya sangat banyak dan padat, maka dalam pengembangannya dimungkinkan oleh berbagai segmen usaha.10. Indonesia punya sumberdaya pertanian yang sangat besar, namun produk pertanian umumnya mudah busuk, banyak makan tempat, dan musiman. Sehingga dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengkonsumsi nabati alami setiap saat, dengan kualitas tinggi dan tidak busuk dan makan tempat, maka peranan agroindustri akan dominant.Mengapa Pertanian ?

4

Page 6: Makalah pengaruh buruh tani.doc

Studi komprehensif dari berbagai disiplin keilmuan membuktikan betapa proses perkembangan ekonomi-baik dalam arti sempit industrialisasi maupun arti luas modernisasi yang terjadi sejak Revolusi Industri di Inggris telah menimbulkan kemerosotan peranan masyarakat tradisional (golongan petani di perdesaan) yang makin bertambah cepat. Sebagai akibatnya, ketika terjadi pertumbuhan ekonomi, peranan golongan petani semakin menciut, dan sebagai gantinya, peranan masyarakat modern semakin meningkat. Sejajar dengan itu maka peranan golongan buruh industri, pedagang, pengusaha-pokoknya semua golongan masyarakat kota-juga semakin meningkat.

Pengaruh buruh tani terhadap politikpengaruh buruh di bidang politik berkaitan dengan peran penting mereka sebagai salah satu kegiatan ekonomi yaitu sadar bahwa peran mereka begitu penting dalam bidang ekonomi, maka buruh menuntut berbagai tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Kepentingan-kepentingan ini akhirnya dijadikan sebagai jalan bagi buruh menuju kegiatan politik. Disamping itu, peran buruh dalam politik yang cukup kuat juga dipengaruhi oleh kuantitas buruh yang cukup signifikan, kuantitas ini diikuti juga dengan kekompakan dan sifat militan dari buruh, kekompakan dan sifat militan ini timbul disebabkan adanya kesadaran bahwa nasib mereka dan kepentingan.

Sejak krisis yang dialami oleh Negara-negara barat (Uni Eropa dan Amerika) 7 tahun yang lalu, perbincangan, perdebatan soal krisis masih kita dengar lewat pewartaan berbagai media publik, bahkan sampai saat ini. Dengan berbagai cara pula, Negara-negara liberal terus mencari jalan keluar dari KRISIS tersebut. Berbagai pertemuan antar Negara di dunia terus diselenggarakan dengan semangat “GLOBALISASI”, seperti G-20, G-8, AC-FTA, KTT ASEAN, Nasional Summit dan sebagainya, telah menghantarkan Rakyat semesta pada satu keadaan dimana tidak ada lagi sekat dan batasan antar Negara. Namun, tujuan dari semua upaya itu adalah tidak lain untuk mempertahankan kekuasaan kelas PEMODAL yang sejatinya sebagai kelas minoritas dari hantaman krisis untuk terus menindas dan menghisap rakyat. NEOLIBERALISME, adalah istilah yang tepat untuk menyimpulkan zaman ini. Dengan kebijakan Stuctural Ajusment Program (SAP) dan Pasar Bebas. SAP sebagai program “perbaikan ekonomi” mencakup perubahan dalam bidang ekonomi mikro dan ekonomi makro (seperti kebijakan fiskal, monetar dan pasar yang difasilitasi oleh kebijakan politik sebuah negara) sebagai pagu utama Neoliberalisme. Kebijakan-kebijakan Neo-Liberal pada prakteknya secara umum adalah : 1) Penerapan prinsip “pasar bebas” dalam perspektif ekonomi negara. Mengecilkan sampai menghilangkan peran negara dalam ekonomi 2) Memotong sampai menghapuskan subsidi. 3) Swastanisasi (privatisasi) BUMN 4) Menghapus konsep “barang-barang public” dan menggantinya dengan

5

Page 7: Makalah pengaruh buruh tani.doc

“tanggung jawab individual”.

Keselarasan rezim penguasa antek kaum modal (SBY-BOEDIONO) dalam menjalankan agenda-agenda liberalisasi yang sudah dimandatkan dalam konsolidasi klas pemodal dengan para penguasa dari tingkat nasional sampai tingkat lokal melalui Nasional Summit pada tahun 2009 lalu sesungguhnya telah memuluskan lahirnya kebijakan-kebijakan yang anti rakyat, atas dasar menjamin iklim investasi yang kondusif kini kaum pemodal semakin dipermudah untuk mencaplok tanah-tanah rakyat dengan di keluarkannya UU Pengadaan Tanah, pendidikan semakin di kapitalisasi dengan dikeluarkannya UU Perguruan Tinggi, menjual tenaga kerja produktif dengan menjalankan politik upah murah, mencabut subsidi publik dengan menaikan harga BBM dan TDL yang semakin mencekik kebutuhan kehidupan rakyat, merampok sumber daya alam dan kekayaan alam lainnya dengan program MP3EI (Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia) dan seterusnya yang sejatinya adalah upaya untuk menyelamatkan KRISIS KAPITALISME yang sampai detik ini masih belum terselamatkan.

Kemunculan perlawan rakyat tani dan buruh dalam 3 tahun terakhir ini, seperti; perjuangan kaum tani di sinyerang, mesuji, bima, ogan ilir sumsel dll, yang telah memakan korban jiwa dan dua kali gerakan kaum buruh melakukan pemogokan nasional dalam perjuangan normatifnya adalah merupakan efek balik dari pelaksanaan kebijakan-kebijakan anti rakyat tersebut. Rezim SBY tidak lain merupakan hasil pesta demokrasi borjuasi 2004 dan 2009 yang telah terbukti GAGAL.

Bahkan celakanya lagi, rezim SBY telah meletakan dasar bagi pemerintahan selanjutnya melalui pemilu 2014 yakni PASAR BEBAS. Integrasi pasar regional di kawasan ASEAN dengan open akses market yang nanti dilembagakan lewat MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) atau ASEAN Economic Community (AEC) akan berlangsung efektif per 31 Desember 2015. Dalam cetak biru MEA, ada 12 sektor prioritas nantinya yang akan diintegrasikan. Sektor tersebut terdiri dari tujuh sektor barang yakni industri agro, elektronik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil. Sisanya adalah lima sektor jasa yaitu transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, serta industri teknologi informasi (e-Asean). Sektor ini nantinya akan diimplementasikan dalam bentuk pembebasan arus barang, jasa, investasi, dan juga tenaga kerja terampil. Bentuk kerja sama ini bertujuan agar terciptanya aliran bebas barang, jasa dan tenaga kerja terlatih, serta aliran investasi modal yang lebih bebas, disebut bebas karena 4 komponen tersebut (barang, jasa, tenaga kerja dan modal) baik yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri akan diperlakukan sama.

Kebijakan liberalisasi pasar bebas, terutama pasar tenaga kerja terlatih di kawasan ASEAN bukan saja menjadi ancaman nyata bagi mayoritas

6

Page 8: Makalah pengaruh buruh tani.doc

buruh Indonesia namun juga akan berdampak pada proses penyerapan lulusan sekolah tinggi dan sekolah menengah kejuruan bagi pemenuhan pasar tenaga kerja Industri Nasional, sebuah persaingan yang selama ini tidak terelakkan terjadi diantara para pencari kerja menjadi semakin menajam dengan diberlakukannya pasar tenaga kerja yang terintegrasi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN nantinya. Jika kita bicara soal tenaga kerja terdidik dan terlatih, tentunya ia tidak akan terlepas dari jenjang pendidikan sebagai salah satu tolak ukurnya. Faktanya, berdasarkan data BPS pada Februari 2013, dari jumlah angkatan kerja sebanyak 121,19 juta sebagian besar didominasi lulusan SD kebawah sebanyak 56, 67 juta (46,7 %), SMP 22,1 juta (18.25%), SLTA 11,03 juta ( 9,10 %) Diploma 3,41 juta (2,81%) dan lulusan universitas 8,36 juta (6,90%). Bisa kita bayangkan dengan sedikitnya jumlah tenaga kerja terdidik dan terlatih di Indonesia yang akan bersaing di pasar tenaga kerja, tentunya hanya akan menghasilkan LEDAKAN PENGANGGURAN di Indonesia. Belum lagi dengan persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi rakyat Indonesia saat ini (khususnya kaum buruh), masih langgengnya POLITIK UPAH MURAH serta system kerja KONTRAK dan OUTSOURCING telah menjadikan kelas pekerja Indonesia sebagai kaum terhina, tertindas dan dilecehkan di negerinya sendiri. Kita masih melihat banyaknya fenomena perjuangan kaum buruh yang menuntut hak-haknya (seperti: status kerja, upah layak, jaminan sosial tenaga kerja dll), justru mendapatkan tindakan reaksioner dari pengusaha dengan mem-PHK dan merumahkan kaum buruh. Bahkan manifestasi dari liberalisasi ketenagakerjaan telah sampai pada Perusahaan BUMN yang juga menerapkan system kerja kontrak dan outsourcing. Ketiga, Kehadiran partai alternatif nanti sekurang-kurangnya harus mengusung program-program alternatif kerakyatan bagi perubahan bangsa dan rakyat kedepan, yakni :

1. Nasionalisasi aset-aset strategis bangsa dibawah kontrol rakyat, demi pengadaan sumber-sumber keuangan negara dan kesejahteraan rakyat. Aset-aset ini berada di berbagai sektor yang semakin dimiliki oleh swasta dan asing seperti: kehutanan, kelautan, perkebunan, tambang mineral dan energi, telekomunikasi, perbankan, transportasi, pendidikan dan kesehatan.

2. Tangkap, adili dan sita kekayaan koruptor.

3. Industrialisasi nasional yang ramah lingkungan bagi kemandirian nasional dan pembukaan lapangan pekerjaan.

4. Penghapusan hutang

5. Reforma agraria sejati; yaitu melakukan tata kelola tanah dan sumber-sumber agraria yang modern dan berkeadilan.

6. Pemberlakuan upah layak nasional dan penghapusan sistem kerja

7

Page 9: Makalah pengaruh buruh tani.doc

kontrak dan outsourcing serta membentuk Undang-Undang Perlindungan Buruh.

7. Pemberian subsidi bagi rakyat demi : [1]. Pendidikan, kesehatan dan air minum gratis. [2]. Pangan, energi, perumahan, transportasi dan komunikasi murah.

8. Penataan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan melalui partisipasi rakyat dan teknologi modern tepat guna.

9. Kesetaraan hak sosial, ekonomi, politik dan budaya terhadap perempuan

Oleh Karena itu, kebutuhan mendesak gerakan rakyat yang anti terhadap pemerintahan Neo-Liberalisme saat ini adalah membangun kekuatan politik rakyat sebagai alat perjuangan politik bersama, namun Kebutuhan akan persatuan perjuangan serta meningkatkan kualitas perjuangan politik gerakan rakyat haruslah berlandaskan pada kekuatan rakyat itu sendiri (persekutuan ideologis kaum buruh, tani, miskin kota, mahasiswa, nelayan, dll). Tidaklah tepat pembangunan gerakan politik rakyat dengan menyandarkan taktik “mendompleng” kepada kekuatan partai politik borjuasi ataupun mendukung calon presiden yang populer pada pemilu borjuasi 2014 ini, adalah merupakan taktik yang keliru sekalipun hanya sebagai proses pembelajaran politik.

Keempat, membangun KONFEDERASI ALTERNATIF bagi gerakan buruh. Bahwa Konfederasi yang hari ini ada belum mampu menjadi pelopor perjuangan sejati bagi klas buruh bahkan mereka menjadi sekutu bagi elit borjuasi. Sehingga klas buruh yang sadar dan terus berlawan membutuhkan alat Konfederasi Alternatif yang berbeda dengan Konfederasi-konfederasi yang sudah ada. Konfederasi Alternatif ini dibangun secara nasional dengan menyatukan serikat-serikat, federasi-federasi, maupun konfederasi yang telah menginsafi bahwa perjuangan klas buruh tidak bergandengan tangan dengam elit-elit politik borjuasi, maka sudah barang tentu perjuangan klas buruh akan semakin besar dan kuat dalam menuntaskan persoalan-persoalan perburuhan.

Maka menjadi tugas sejarah bagi kita, MEMPERKUAT ORGANISASI dan MEMBANGUN PERSATUAN RAKYAT untuk menentukan TAKDIR dan NASIB kita sendiri sebagai Rakyat Indonesia yang terhina, diinjak dan dilecehkan di atas tanah air kita sendiri. Tanpa lelah terus mengupayakan pembangunan KONFEDERASI ALTERNATIF gerakan buruh, serta terus-menerus memperluas kesadaran Anggota dan segenap Rakyat, membangun ALAT POLITIK ALTERNATIF untuk mewujudkan PEMERINTAHAN TRANSISI di bawah kepemimpinan KELAS BURUH yang tidak akan pernah berkompromi atau bekerjasama dengan klas

8

Page 10: Makalah pengaruh buruh tani.doc

BORJUASI!!!

Sekber Buruh Bersama Komite Politik Alternatif: FPBI (Federasi Perjuangan Buruh Indonesia), SGBN (Sentra Gerakan Buruh Nasional), GSPB (Gabungan Serikat Perjuangan Buruh), SPKAJ (Serikat Pekerja Kereta Api Jabodetabek), SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia), Frontjak (Front Transportasi Jakarta), PPI (Persatuan Perjuangan Indonesia), KPO-PRP (Kongres Politik Organisasi - Perjuangan Rakyat Pekerja), PPR (Partai Pembebasan Rakyat), SMI (Serikat Mahasiswa Indonesia), PEMBEBASAN (Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional), KPOP (Kesatuan Perjuangan Organisasi Pemuda), SGMK (Sentral Gerakan Muda Kerakyatan), SeBUMI (Serikat Kebudayaan Rakyat Indonesia), SPRI (Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia), LMND (Liga Mahasiswa Demokrat Indonesia), GMI (Gerakan Mahsiswa Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), KPA (Konsorsium Pembaharuan Agraria), GRI (Gerakan Rakyat Indonesia)

Pengaruh buruh tani terhadap sosialUntuk melihat dinamika perlawanan rakyat diperlukan landasan

teoritis dan praktis bagi peran rakyat sipil terorganisir (organized civil society) dalam transformasi sosial dalam konteks Dunia Ketiga. Transformasi sosial didefinisikan sebagai penciptaan hubungan ekonomi, politik, kultural dan lingkungan yang secara mendasar baru dan lebih baik. Dalam hal ini transformasi sosial dianggap sebagai salah satu model atau bentuk alternatif tentang perubahan sosial yang merupakan tujuan utama dari gerakan sosial. Dalam konteks Dunia Ketiga, studi tentang gerakan sosial dan transformasi sosial tidak bisa dipisahkan dari masalah pembangunan (Bonner, 1990).

Oleh karena itu studi mengenai transformasi sosial juga dimaksudkan untuk mencari alternatif terhadap gagasan pembangunan� � yang selama dua dasawarsa ini telah menjadi agama sekuler baru bagi� � berjuta-juta rakyat di negeri Dunia Ketiga. Pada dasarnya pembangunan diterima oleh birokrat, akademisi maupun aktivis LSM tanpa mempertanyakan landasan ideologis maupun diskursusnya. Namun, pertanyaan terhadap ide pembangunan bukanlah semata-mata mengenai soal metodologi ataupun soal pendekatan serta teknik pelaksanaan pembangunan Tetapi yang perlu dipertanyakan secara teoritis justru pembangunan itu sendiri dianggap sebagai suatu gagasan yang kontroversial1 (Faqih, 1996:29).

1 Apakah pembangunan benar-benar merupakan jawaban untuk memecahkan masalah-masalah bagi rakyat kebanyakan, atau semata-mata merupakan alat untuk menyembunyikan penyakit sebenarnya yang lebih mendasar. Bagi penganut teori perubahan sosial mainstream, teori perubahan sosial dominan ini dianggap menjanjikan harapan. Namun banyak para pakar ilmu sosial secara kritis meneliti dampak pembangunan, dan banyak penulis menganggap bahwa ide pembangunan justru telah menciptakan kesengsaraan ketimbang memecahlan masalah yang dihadapi rakyat Dunia Ketiga

9

Page 11: Makalah pengaruh buruh tani.doc

Gerakan sosial yang terjadi di Dunia ketiga seringkali berkaitan secara tidak langsung dengan pendekatan perubahan sosial yang dominan (mainstream approach), yakni perubahan sosial yang direkayasa oleh negara, melalui apa yang disebut sebagai pembanguan (Development). Pada umumnya pelbagai studi tersebut dimaksudkan memahami watak perlawanan dan kritik terhadap modernisasi, yaitu suatu skenario yang diasumsikan dan dirancang untuk membawa kemajuan dan kemakmuran di Dunia Ketiga. Namun pembangunan dipandang rakyat ternyata justru sebagai penyebab kemacetan ekonomi, krisis ekologis, serta berbagai kesengsaraaan rakyat di Dunia Ketiga.

Pertumbuhan Jumlah organisasi gerakan sosial di Dunia Ketiga khususnya LSM di Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sejarah diskursus pembangunan. Keberaaan LSM dan organisasi sosial di Indonesia senantiasa berkaitan dengan masalah-masalah pembangunan. Sehingga di banyak negara Dunia Ketiga istilah LSM/NGO selalu berkonotasi organisasi pembangunan non pemerintah (Fakih, 1996).� �

Konflik antara rakyat (petani) dan perkebunan PTP XII secara langsung berarti juga masuknya sistem ekonomi kapitalis ke masyarakat yang berbasis pertanian. Masuknya sistem ekonomi kapitalis ini juga berarti mulai diperkenal kannya sistem ekonomi uang. Sistem ekonomi kapitalis dan moneterisasi yang dibawa masuk perkebunan ke masyarakat pertanian telah banyak mempengaruhi pola hubungan sosial dari komunalisme ke pola hubungan rasional, seperti terlihat dari cara persewan tanah memberikan buruh secara upahan dengan uang tunai (fress money) yang semuanya itu lebih mengedepankan petimbangan-pertimbangan legal-formal.

Diintroduksinya sistem ekonomi perkebunan yang kapitalistik ke kehidupan rakyat petani telah menyebabkan terjadinya perubahan sosial yang mendasar. Misalnya, munculnya stratifikasi sosial baru, yaitu pengusaha sebagai kelompok minoritas elit ekonomi-politik dan kelompok buruh (pekerja)/penduduk pribumi. Mereka terbentuk dalam status ikatan sosial yang didasarkan pada ikatan ketergantungan antara majikan dan pekerja sebagai ikatan patron-klien (Kusbandriyo, 1996).

Pihak perkebunan telah mendayagunakan sistem ekonomi modern yang kapitalistik sementara pada saat yang sama rakyat tetap dengan sistem ekonomi pertanian yang tradisional. Maka, terbangunlah � sebagaimana dikemukakan Booke-- dualisme ekonomi. Dualisme ekonomi ini, menurut Paige (1975) dalam bukunya Agrarian Revolution: Social Movement and Export Agriculture in the Undedevelopment World, mengakibatkan rendahnya subsistensi petani penggarap dan kemudian berdampak pada perbedaan-perbedaan konsep secara mendasar antara pihak perkebunan dan rakyat dalam memandang masalah status tanah dan pengusahaannya. Dalam sejarah perkebunan yang bersifat kontraktual dan kapitalistik selain amat jarang terjadi kepentingan petani diperhatikan sebagaimana semestinya, para petani juga diposisikan

10

Page 12: Makalah pengaruh buruh tani.doc

sangat rendah (Lanberger, sebagaimana dikutip Kusbandrijo, 1996). Menurut Paige (1975), tuntutan ekonomi komersial untuk mengejar keuntungan cenderung untuk menguasai sebanyak mungkin surplus keuntungan dari pada berbagi keuntungan dengan petani atau buruh tani.

Perbedaan kepentingan ini sangat rentan terhadap militansi dan radikalisme petani, baik yang diam-diam maupun terbuka yang merupakan bentuk mekanisme survival petani untuk mempertahankan kehidupannya sekaligus menuntut keadilan. Menurut Lanberger (1981) berbagai tekanan yang dilakukan oleh perkebunan yang menggunakan model ekonomi kapitalistik tersebut memposisikan rakyat petani sebagai klas masyarakat pinggiran, marjinal dan inferior yang dalam prosesnya menjadikan sikap mereka gampang bereaksi secara kolektif. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Scott (1993) bahwa posisi petani yang terpojokkan akan dengan gampangnya melakukan pembrontakan secara kolektif.

Ketika ekspansi statis mencapai puncaknya karena keterbatasan lahan, maka strategi untuk memelihara homogenitas sosial diarahkan pada dinamika internal komunitas sebagaimana dikemukakan Gerzt2. Di tengah proses berbagi kemiskinan ini sesungguhnya mulai berkembang adanya pelapisan sosial berdasarkan penguasaan tanah juga mulai kelihatan kata Prof Sayogjo dalam Kata Pengantarnya dalam bukunya Gerzt. Seiring dengan itu, juga tengah berlangsung adanya perbedaan akses atas penguasaan tanah main dominan menjadi dasar differensiasi sosial (Kano, 1984), bahkan konflik di pedesaan kemudian seringkali berpangkal pada masalah penguasaan tanah (Lyon, 1984).

Dominasi barat dan perubahan yang menyertainya menyebabkan goyahnya tatanan masyarakat tradisional beserta nilai-nilai tradisinya. Kondisi demikian menjadi ladang sumber bagi munculnya gerakan sosial. Karena itu, gerakan sosial acapkali merupakan ledakan ketegangan pertentangan dan permusuhan dalam masyarakat. Sebagai aktifitas kolektif gerakan sosial bertujuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang dicita-citakan dalam (setidaknya) menolak suatu perubahan yang seringkali dilakukan dengan jalan radikal. (Sartono, 1987: 151-152).

Selain berupa radikalisasi, bentuk perlawanan rakyat juga bis dilakukan dengan perlawanan terselubung atau pembangkangan-pembangkangan (Siahaan, 1997). Termasuk pembangkangan di sini adalah penipuan, pemalsuan, kebodohan yang dibuat-buat, pembelotan, pencurian kecil-kecilan, penyerangan, pelanggaran, pembakaran rumah dengan sengaja, penyelundupan dan pembunuhan secara diam-diam. Tindakan ini dilakukan sebagai alternatif untuk menentang secara terang-

2 Menurut Gerzt, masyarakat Jawa, dibawah tekanan penduduk yang terus bertambah sementara sumber daya (tanah) tetap, masyarakat desa Jawa tidak terbelah menjadi dua yakni tuan tanah dan tuna kisma; melainkan tetap mempertahankan homogenitas sosial-ekonominya dsengan cara membagi-bagi kue-ekonomi� � yang ada, sehingga bagian yang diperoleh masing-masing makin lama makin kecil. Fenomena inilah yang kemudian disebut dengan pemerataan kemiskinan (sharred poverrty)

11

Page 13: Makalah pengaruh buruh tani.doc

terangan dan atau terlalu riskan untuk mengadakan tantangan terbuka ( Scott, 1989).

4.2. TEORI GERAKAN SOSIALSetiap gerakan sosial mempunyai ciri hampir sama yakni

kemampuan partisipasinya untuk membangkitkan rasa rela berkorban, kecenderungan bertindak secara kompak, fanatis, kebencian, antusiasme, intoleransi dan kesetiaan tunggal. Peserta gerakan sosial adalah orang-orang yang kecewa dan tidak puas (Eric Hoffer, 1988). Dalam kondisi demikian telah terjadi depriviasi relatif, yaitu ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang dihadapi (Sylvia, 1984).

Studi tentang gerakan sosial dapat dianalisis dengan menggunakan dua perpesktif teori sosiologi: (1) perspektif struktural fungsional dan (2) perspektif struktural konflik Perspektif pertama terdiri dari pelbagai teori yang cenderung melihat gerakan sosial sebagai masalah, atau sebagai gejala penyakit masalah kerakyatan. Herbele (1951), dalam bukunya Social Movement : An Introduction to Political Sociology, mengkonsepkan bahwa gerakan sosial pada dasarnya adalah bentuk perilaku politik kolektif non-kelembagaan yang secara potensial berbahaya karena mengancam stabilitas cara hidup yang mapan. Sementara itu, Sosiolog lainnya, misalnya Fruer (1969), cenderung melihat gerakan sosial sebagai Konflik generasi. � �

Lipset (1967) dengan analisis sosiologisnya menganggap bahwa gerakan sosial merupakan bagian generasi baru yang memperjuangkan pengakuan, dan perlunya menentang orang tua mereka dan kemapanan� � yang tidak memberi pengakuan kepada mereka. Sementara itu Maslow (1962) mencoba menggabungkan analisis psikologis dan struktural. Ia melihat gerakan mahasiswa dan gerakan sosial lainnya sebagai mewakili suatu generasi baru dengan kebutuhan yang lebih tinggi yang, tepatnya karena mereka muncul dalam kesenangan kelas menengah, berada dalam posisi mencari nilai-nilai pascamateri, berkaitan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan diri (sendiri) dan tujuan yang lebih altruistik yang berhubungan dengan kualitas hidup. Akhirnya, Keniston (1965) menganggap gerakan mahasiswa sebagai anggota kelas menengah yang teralienansi. Berbagai teori mengenai gerakan sosial tersebut berakar dan dipengaruhi oleh teori sosiologi dominan, fungsionalisme. Fungsionalisme seringkali juga disebut sebagai fungsionalisme struktural karena� � penekanannya pada keperluan, atau kebutuhan sistem sosial fungsional� � yang harus dipernuhinya ileh bagoan-bagiannya sebagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan dan struktur yang ada. Fungsionalisme melihat rakyat dan pranata sosial sebagai sistem dimana seluruh bagiannya saling bergantung satu sama lain dan bekerja bersama guna menciptakan keseimbangan. Dengan demikian keseimbangan merupakan unsur kunci dalam fungsionalisme. Salah satu proposisi terpenting

12

Page 14: Makalah pengaruh buruh tani.doc

fungsionalisme adalah, akan selalu ada reorganisasi dikarenakan kebutuhan memperbaiki keseimbangan. Dalam menganalisis bagaimana sistem sosial mempertahankan dan memperbaiki keseimbangan, mereka condong menggunakan nilai-nilai yang dimiliki atau standar sifat yang diterima secara umum sebagai konsep sentral. Fungsionalisme menekankan kesatuan rakyat dan apa yang dimiliki bersama oleh anggotanya. Itulah sebabnya maka penganut fungsionalisme condong melihat gerakan sosial sebagai negatif, yakni menimbulkan konflik yang akan mengganggu harmoni rakyat.

Meskipun fungsionalisme sebagai aliran pemikiran mengklaim sebagai teori perubahan, tetapi kalau dilihat asumsi dasarnya maka sesungguhnya fungsionalisme bersandar kepada gagasan status quo. Oleh sebab itu fungsionalisme lebih merupakan teori stabilitas sosial dan konsensus normatif. Doktrin ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa rakyat adalah bagian dari suatu sistem yang saling bergantung dan berkesesuaian satu sama lain, atau sekurang-kurangnya dalam proses saling penyesuaian diri kembali secara terus-menerus. Dengan alasan ini, fungionalisme melihat konflik sebagai sesuatu yang harus dihindari. Talcott Parsons, yang dikenal sebagai bapak fungsionalisme, dalam berbagai karya awalnya tentang perubahan sosial dengan jelas menekankan perlunya keseimbangan. Ia menyetujui perubahan di dalam sistem, dan bukan perubahan sistem sosial. Sesungguhnya gagasan Parsons adalah tentang perubahan yang bersifat perlahan-lahan dan teratur yang senantiasa menyeimbangkan kembali (re-equibrium), dan hal ini menghasilkan suatu keadaan semacam keseimbangan, meknisme penguasaan, ketegangan dan kekacauan ketika membahas konflik dan perubahan. Dalam kaitan dengan studi mengenai gerakan sosial dan perubahan sosial konsep hegemoni dianggap sebagai inti pemikiran politik Gramsci. Namun masalahnya Gramsci tidak mendefinisikannya dengan jelas dalam tulisannya. Penggunaan definisi Williams membantu kita untuk memahami konsep hegemoni Gramsci. Walaupun hegemobi diperoleh melalui persetujuan dan penggunaan paksaan oleh satu kelas atas yang lainnya, persetujuan dalam proses hegemonik memainkan peranan sangat penting. Hegemoni dibakukan melalui banyak cara dimana pranata rakyat sipil membentuk persepsi tentang realitas sosial. Bagi Gramsci, hegemoni adalah bentuk kontrol dan kekuasaan yang sangat penting. Dengan demikian kekuasaan hegemonik lebih merupakan kekuasaan melalui persetujuan, yang mencakup beberapa jenis� � penerimaan intelektual atau emosional atas tatanan sosial-politik yang ada. Menurut Femia (1975), gagasan Gramsci tentang hegemoni menitik-beratkan pada superfisialitas persetujuan di dalam sistem kapitalis dimana persetujuan itu mencangkup bentuk komitmen aktif maupun pasif. Persetujuan sebagaimana dikonseptualisasi oleh Gramsci, adalah ungkapan intelektual dan arah modal melalui mana perasaan massa

13

Page 15: Makalah pengaruh buruh tani.doc

secara tetap terikat dengan ideologi dan kepemimpinan politik negara sebagai ungkapan keyakinan dan aspirasinya. (Femia, 1975, hal. 29-48). Dalam menggambarkan bagaimana hegemoni bekerja, Gramsci mengambil contoh dari demokrasi di Barat: pengguanan hegemoni yang normal atas daerah klasik regim parlementer sekarang bercirikan� � penggabungan antara kekuatan dan persetujuan, yang keseimbangan antara satu sama lainnya secara timbal balik, tanpa kekuatan mendominasi secara luas atas persetujuan. Tentu saja upayanya selalu dibuat untuk memastikan bahwa kekuatan akan muncul berdasarkan majoritas. (Gramsci, 1971: 90). Dalam konteks Dunia Ketiga saat ini, hegemoni mengambil bentuk dalam konsep Pembangunan. Escobar (1992) berpendapat bahwa ide Pembangunan berhasil dalam menciptakan keberagaman antagonisme dan identitas ( kaum petani yang diperbedakan, kaum marginal perkotaan, kelompok tradisional, perempuan dan lain-lain ) yang, dalam� � banyak contoh,menjadi subyek perjuangan dalam bidang nya masing-masing (Gramsci, 1971: 60). Oleh karena itu, bagi Gramsci, pendidikan, kultur, dan kesadaran adalah daerah perjuangan yang penting. Sebenarnya konsep hegemoni adalah inti teori perubahan sosial Gramsci, karena hegemoni adalah bentuk kekuasaan kelompok dominan yang digunakan untuk membentuk kesadaran kelompok subordinat. Bagaimana hegemoni bekerja, dan bagaimana ideologi hegemonik dimasukkan ke dalam kesadaran merupakan hal yang rumit. Tetapi Gramsci seperti sepenuh hati percaya terhadap kuatnya kesadaran kritis individu, dan dia menolak gagasan determinisme historis ekonomi. Formulasi Gramsci tetap memakai gagasan kelas buruh sebagai pusat gerakan revolusioner, tetapi tetap membuka kemungkinan memasukkan kelmpok baru dalam kategori kelas buruh, menciptakan suatu aliansi antara unsur kelas buruh dengan kelompok lain, dan menekankan transformasi kesadaran sebagai bagian dari proses revolusioner.4.3. TEORI CIVIL SOCIETY

Sejarah bangsa Indonesia bisa jadi sejarah kehidupan warganya yang hampir tidak pernah mengenal kebebasan diri warga itu sendiri. Mereka hidup dalam sangkar budaya feodalisme, cengkeraman kolonialisme dan kemudian kekuasaan birokrasi negara. Manusia-manusia yang menjadi warga negara Indonesia dalam sejarahnya hampir selalu hidup dalam suasanan terpasung oleh kekuatan-kekuatan sekitarnya sehingga hampir tidak pernah mampu dan berkesempatan menikmati kebebasan sebagai manusia (civil right)

Sejak kolonialisme Belanda selain tidak cukup menyediakan infrastruktur sosial yang memadai terhadap kemungkinan tumbuhnya institusi sosial sukarela, pluralisme dan transaksi sosial lintas kultural,

14

Page 16: Makalah pengaruh buruh tani.doc

juga ada upaya sistematik menghambat munculnya civil society 3. Meski setelah politik etis, ada banyak muncul pribumi terdidik, namun jumlahnya sangat tidak memadai khususnya terhadap gagasan-gagasan politik kebangsaan Indonesia. Kecuali kesadaran nasionalisme (1928) dan gagasan nasionalisme generasi kedua (1945) tidak didukung oleh tersedianya forum dan media yang memungkinkan elemen-elemen manjemuk dalam civil society berinteraksi dalam kerangka negara bangsa (nation state) yang modern (Sparringa, 2000).

Baru antara 1950-1958 ada indikasi kuat mulai berlangsungnya interaksi antar elemen-elemen majemuk dalam rakyat dalam ruang publik yang amat dinamis karena melibatkan proses-proses negosiasi-renegosiasi dan posisi-reposisi di antara nilai-nilai lokal, partikular dan universal. Perkembangan civil society tersebut terhambat oleh demokrasi terpimpin (1959-1965), sebab kompetisi antar aliran idiologi (Islam, tradisional ortodoks, nasionalis, sosial-demokrat dan komunis) tenggelam4

oleh besarnya kehendak negara yang selain mengeliminasi polarisasi dan devisi sosial di rakyat, juga mengarahkan politik massa ke elitis (Sparringa, 2001). Walaupun melalui motivasi yang berbeda, perubahan politiknya selanjutnya memperburuk perkembangan civil society. Hadirnya rejim Orde Baru telah amat menghancurkan kemungkinan elemen-elemen penting dalam Civil Society di Indonesia untuk melanjutkan proses pertumbuhannya. Kebijakan yang amat sistematis yang ditempuh oleh Orde Baru untuk melakukan depolitisasi politik massa dan politik aliran menggenapkan kesempurnaan proses-proses politik yang dasar-dasarnya telah diletakkan sebelumnya oleh pemerintahan kolonial. Orde Baru, dalam pemahaman sosiologis, merupakan fenomena negara yang amat hegemonik karena amat berhasil mengintegrasikan elemen-elemen penting civil society ke dalam wilayah negara. Interaksi di antara elemen-elemen majemuk yang memungkinkan berkembangnya ruang publik bagi perkembangan sebuah rakyat plural praktis tidak banyak berkembang, bahkan hancur, karena adopsi cara pandang Orde Baru yang melihat kesempatan semacam itu lebih mungkin menghasilkan disintegrasi sosial daripada stabilitas sosial --sebuah paradigma yang kemudian diketahui amat menyesatkan karena stabilitas sosial yang dibangun dengan cara meniadakan kemajemukan itu justru menimbulkan komplikasi yang amat serius di kemudian hari (Sparringa, 2001).

Sebagaimana diketahui dari kesejarahan bangsa-bangsa yang telah maju dan demokratis, keberadaan civil society yang kuat merupakan salah satu landasan pokok bagi ditegakkannya sistem politik demokrasi. Civil society di sini didefinisikan sebagai wilayah kehidupan sosial yang

3 Hal ini misalnya dapat dilihat dari adanya pembedaan pekerjaan dan pemukiman berdasarkan ras dan etnis antara Kolonial, Arab, Cina dan pribumi.

4 Persaingan antar aliran ideologi dicegah untuk berkembang melalui pengenalan kembali pada gagasan-gagasan nasionalisme awal republik yang amat diwarnai oleh interpretasi Soekarno yang sampai batas-batas tertentu merupakan usaha sinkretisme atas aliran-aliran ideologi tersebut.

15

Page 17: Makalah pengaruh buruh tani.doc

terorganisasi dengan ciri-ciri kesukarelaan, keswadayaan, keswasembada an dan kemandirian berhadapan dengan negara. Dengan tumbuh dan berkembangnya civil society yang kuat maka dimungkinkan pencegahan terhadap dampak-dampak negatif dari dua kekuatan tersebut sehingga kehidupan demokratis rakyat tetap terjaga. Dari pihak negara, kemungkinan monopoli atau dominasinya akan mengakibatkan hilangnya kemandirian pribadi dan merosotnya karsa-karsa bebas di dalamnya yang sebetulnya sangat penting bagi kehidupan demokrasi. Dampak negatif dari negara yang terlalu intervensionis adalah ketergantungan yang sangat tinggi dari kelompok-kelompok dalam rakyat dan pribadi-pribadi kepadanya (Hikam, 1999).

Namun, dampak negatif dari kekuatan ekonomi pasar pada masyarakat kapitalistik menyebabkan atomisasi dan pasifikasi rakyat yang mengakibatkan memudarnya perekat komunitas. Kapitalisme yang pada intinya menuntut individu dibebaskan sepenuhnya agar dapat mencari kepuasaan, pada gilirannya mendorong terjadinya kompetisi yang tidak sehat di dalam rakyat serta memungkinkan melebarnya jurang yang memisahkan antara si kaya dan si miskin. Sistem politik yang mengabaikan kenyataan seperti ini dan tidak mampu melakukan pengawasan atasnya, kendatipun di luar tampak demokratis tetapi di dalam sejatinya mengidap penyakit kronis yaitu alienasi kaum lapis bawah dan kelangkaan partisipasi yang murni dari mereka.

Karena itu, untuk mengurangi dan mengantisipasi ekses-ekses tersebut civil society menjadi penting. Ia dapat menjadi benteng yang menolak intervensi negara yang berlebihan melalui berbagai asosiasi, organisasi dan pengelompokan bebas di dalam rakyat serta keberadaan ruang-ruang publik yang bebas (the free public sphare). Melalui kelompok-kelompok mandiri itulah rakyat dapat memperkuat posisinya vis-à-vis negara dan melakukan transaksi-transaksi wacana sesamanya. Sedangkan melalui ruang publik bebas, rakyat sebagai warga negara yang berdaulat (baik individu maupun kelompok) dapat melakukan pengawasan dan kontrol terhadap negara. Pers dan forum-forum diskusi bebas yang dilakukan para cendekiawan, mahasiswa, pemimpin agama, dan sebagainya ikut berfungsi sebagai pengontrol kiprah negara.

Dalam pada itu, civil society yang didalamnya bermuatan nilai-nilai moral tertentu, akan dapat membentengi rakyat dari gempuran sistem ekonomi pasar. Nilai-nilai itu adalah kebersamaan, kepercayaan, tanggung jawab, toleransi, kesamarataan, kemandirian dan seterusnya. Dengan masih kuatnya nilai kepercayaan dan tanggung jawab publik, misalnya, maka akan dapat dikekang sikap keserakahan individual yang dicoba untuk dikembangkan oleh sistem ekonomi pasar melalui konsumerisme. Dengan diperkuatnya nilai toleransi dan kesamarataan, maka akan dapat dikontrol kehendak eksploitatif yang menjadi motor kapitalisme.

16

Page 18: Makalah pengaruh buruh tani.doc

Civil society baik pada tataran institusional maupun nilai ideal menjadi landasan kuat bagi bangunan demokrasi partisipatoris dan substantif, bukan hanya demokrasi prosedural dan formal belaka. Civil society yang kuat akan mampu mendorong proses politik bukan sebatas ritual atau rutinitas yang hampa makna, karena ia bukan selalu mempertanyakan substansi dari setiap proses. Civil society juga akan mendorong terciptanya sistem ekonomi yang peka terhadap distibusi bukan hanya pertumbuhan, kesejahteraan umum bukan kesejahteraan perseorangan atau kelompok tertentu, kelestarian bukan kehancuran ekosistem, dan tanggap terhadap pengembangan si lemah ketimbang hanya mendukung pengembangan si kuat.

Keberadaan civil society di dalam rakyat modern tentu tak lepas dari hadirnya komponen-komponen struktural dan kultural inheren di dalamnya. Komponen pertama termasuk terbentuknya negara yang yang berdaulat, berkembangnya ekonomi pasar, tersedianya ruang-ruang publik bebas, tumbuh dan berkembangnya kelas menengah, dan keberadaan organisasi-organisasi kepentingan dalam rakyat. Pada saat yang sama, civil society akan berkembang dan menjadi kuat apabila komponen-komponen kultural yang menjadi landasannya juga kuat. Komponen tersebut adalah pengakuan terhadap HAM dan perlindungan atasnya , khususnya hak berbicara dan berorganisasi, siakp toleran antar individu dan kelompok dalam rakyat, adanya tingkat kepercayaan publik (publik trust) yang tinggi terhadap pranata-pranata sosial dan politik, serta kuatnya komitmen terhadap kemandirian pribadi dan kelompok.

Jika kita melihat kondisi di negeri kita, maka jelas kedua komponen tersebut sudah ada walaupun tidak setara, pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan terdapat komponenkomponen yang� mengalami hambatan. Misalnya, pertumbuhan negara dan ekonomi pasar yang sudah begitu pesat tetapi pada saat yang sama ruang publik bebas yang masih lemah. Pada tataran kultural, sejatinya telah memiliki landasan yang kuat. Pengakuan atas pentingnya perlindungan ha-hak dasar secara eksplisit telah termaktub dalam konstitusi. Begitu pula dengan berbagai ajaran agama-agama yang dipeluk oleh bangsa Indonesia dan tradisi-tradisi yang dipraktekkan dalam hal toleransi dan penghormatan terhadap kemajemukan.

Persoalan pemberdayaan civil society di indonesia antara lain adalah bagaimana mempetakan secara gamblang elemen-elemen mana yang harus ditunjang, baik pada tataran struktural maupun kultural. Dalam hal pemberdayaan elemen struktural, perlu memulainya dari pemahaman akan kekuatan dan kelemahan sruktur yang mendasari proses perubahan melalui pembangunan dan modernisasi. Sementara itu pemberdayaan elemen kultural berarti melakukan penemuan kembali (recovery) dan penafsiran ulang (reinterpretation) terhadap khazanah nilai-nilai dan tradisi milik rakyat serta melakukan pengambilan khazanah kultural dari luar yang relevan sesuai dengan keperluan.

17

Page 19: Makalah pengaruh buruh tani.doc

Strategi pemberdayaan civil society di Indonesia, menurut Hikam, (1999) dapat dikembangkan melalui beberapa tahapan. Tahap Pertama adalah pemetaan atau identifikasi permasalahan dasar menyangkut perkembangan civil social, khususnya kelompok-kelompok strategis di dalamnya yang harus mendapat prioritas. Pada tahap ini diupayakan penelitian atau kajian yang begitu mendalam baik secara umum maupun khusus terhadap potensi yang ada dalam rakyat untuk menumbuh-kembangkan civil society. Umpamanya pemetaan terhadap segmen-segmen kelas menengah yang dianggap menjadi basis bagi tumbuhnya civil society berikut organisasi di dalamnya. Kajian dan penelitian semacam ini sangat penting agar dapat dengan segera dilakukan proses recovery dan penetaan kembali setelah munculnya kesempatan karena jatuhnya rezim otoriter di bawah Soeharto Tahap Kedua, adalah menggerakkan potensi-potensi yang telah ditemukan tersebut sesuai dengan bidang atau garapan masing-masing. Misalnya bagaimana menggerakkan komunitas pesantren di wilayah-wilayah pedesaan agar mereka dapat ikut memperkuat basis ekonomi dan sosial di lapisan bawah. Dalam tahapan ini, jelas harus terjadi reorientasi dalam model pembangunan sehingga proses penggerakan sumber daya di lapisan bawah tidak lagi berupa eksploitasi karena pola top-down. Justru dalam tahapan ini sekaligus diusahakan untuk menghidupkan dan mengaktifkan keswadayaan rakyat yang selama ini terbungkam. Pendekatan-pendekatan partisipatoris harus dipakai dan dalam hal ini bantuan dari lembaga lembaga swadaya masyrakat (LSM)� menjadi sangat krusial. Tentu saja, LSM yang dimaksud disini bukanlah LSM yang hanya berorientasi kepada program saja tetapi juga pada pemberdayaan. Pada tingkat kelas menengah, tahapan kedua ini diarahkan kepada penumbuhan kembali jiwa enterpreneur yang sejati sehingga akan muncul sebuah kelas menengah yang mandiri dan tangguh. Potensi demikian sudah cukup besar dengan semakin bertambah banyaknya generasi muda yang berpendidikan tinggi dan berpengalaman dalam bisnis yang berlingkup global.

Sementara itu, untuk memacu transformasi sosial menuju civil society menurut Zald dan McCharty dalam bukunya Social Movements in a Organizational Society (1987) dan Tarrow Struggle, Politics and Reforms (1990) adalah melalui kependidikan terhadap organisasi gerakan sosial. Istilah organisasi sosial didefinisikan sebagai kelompok yang memiliki kesadaran diri yang bertindak in concerto untuk mengungkapkan apa yang dilihatnya sebagai klaim-klaim penentang dengan kelompok elit, penguasa, atau kelompok lain dengan klaim-klaim tersebut. Namun, berbeda dengan konsep tersebut, Smelser dalam bukunya Theory of Collective Behaviour (1962) mendefinisikasn gerakan sosial sebagai perilaku kolektif dimana rakyat ikut serta dalam usaha memperbaiki dan menyusun kembali struktur sosial yang telah rusak.

18

Page 20: Makalah pengaruh buruh tani.doc

Demikian halnya dengan Mcphail (sebagaimana dikutip Faqih, 1996) pada makalah yang berjudul Toward Theory of Collecitve Behaviour� � yang pernah dipresentasikan dalam Simposium tentang Interaksi Simbolik mengemukakan bahwa gerakan sosial adalah perilaku kolektif yang berlangsung spontan dari pada direncanakan, tidak berstruktur ketimbang diorganisasi, lebih emosional dari pada rasional dan menyebar dengan kasar, lebih sebagai bentuk komunikasi yang paling dasar seperti reaksi yang tidak berujung pangkal, rumor, imitasi, penyakit sosial dan keyakinan yang digeneralisir dari pada jaringan komunikasi formal dan informal yang telah dibentuk sebelumnya. Dalam buku ini, gerakan sosial justru dilihat sebaliknya, yaitu sebagai gerakan yang diorganisir dengan tujuan, strategi dan metodologi yang diformulasikan secara jelas dan sadar berdasarkan analisis sosial yang kuat. Dari perspektif Gramscian, konsep organisasi gerakan sosial dikategorikan sebagai rakyat sipil yang terorganisir. Konsep rakyat sipil didasarkan pada analisis Gramsci tentang kepentingan konfliktual dan dialektika atau kesatuan dalam keberbedaan antara negara dan rakyat sipil. Dalam satu hal, analisis ini meruapakan bagian penolakannya atas fokus yang sempit dimana unit analisis adalah kontradiksi dialektis antara buruh dan kapitalis. Ia menggunakan istilah negara (state) dan rakyat sipil� � � � (civil society) dalam analisanya tentang supremasi dan hegemoni. Dalam membahas kaitan antara negara dan rakyat Gramsci (1971, seperti dikutip Faqih, 2000)) mengatakan:

Apa yang dapat kita kerjakan, sejenak, adalah menyediakan dua aras superstruktur,� � satu yang disebut rakyat sipil, yakni � � ensemble organisme yang biasanya disebut privat, dan aras yang lain yaitu rakyat politik atau negara. Dua aras ini pada satu sisi� � � � � dapat berhubungan dengan fungsi hegemoni dimana kelomok dominan menjalankan seluruh rakyat dan di sisi lain berhubungan dengan dominasi langsung atau perintah� � yang dijalankan melalui negara dan pemerintahan juridis.� �Mayarakat sipil berbeda dengan negara atau rakyat politik, adalah

lingkup privat atau individu. Rakyat sipil terdiri dari berbagai bentuk organisasi voluntir, dan merupakan dunia politik utama, dimana semuanya itu berada dalam aktivitas ideologis dan intelektual yang dinamis maupun konstruksi hegemoni. Selain itu, bagi Gramsci, rakyat sipil adalah konteks di mana seseorang menjadi sadar, dan dimana seseorang pertama kali ikut serta dalam aksi politik. Dengan demikian sipil adalah suatu agregasi atau percampuran kepentingan, dimana kepentingan sempit ditransformasi menjadi pandangan yang lebih universal sebagai ideologi dan dipakai atau diubah, bagi Gramsci rakyat sipil adalah suatu dunia dimana rakyat membuat perubahan dan menciptakan sejarah (Gramsci, 1971).

Dengan menggunakan konsep rakyat sipil model Gramscian ini bisa dipergunakan untuk menganalisis keberadaan organisasi gerakan sosial, mengonstruksi cara alternatif untuk melihat topologi gerakan sosial dan organisasinya, termasuk didalamnya keberadaann LSM dalam suatu gerakan rakyat dalam mengkonstruksi pembangunan. Sebab,

19

Page 21: Makalah pengaruh buruh tani.doc

pembangunan dianggap sebagai bentuk baru hegemoni dominan di Dunia Ketiga. Guna membentuk hegemoni baru bekerja dalam konteks Dunia Ketiga, tidak dapat dihindarkan untuk melihat diskursus pembangunan secara sungguh-sungguh. Metodologi Gramscian ini juga bisa dimanfaatkan secara kritis menganalisis posisi idelogis dan politik LSM serta membuat peta untuk menempatkan gerakan LSM dan organisasi gerakan sosial lainnya ke dalam dialektika antara rakyat sipil dan negara menurut perspektif Gramscian. Dalam hal ini secara kritis menelaah peran organisasi gerakan sosial dalam hubungannya dengan diskursus pembangunan, yaitu apakah mereka harus dianggap sebagai bagian hegemoni pembangunan atau tandingannya. Dngan demikian bisa konstruksi bahwa teori organisasi gerakan sosial sebagai gerakan sosial kontra-hegemonik (Faqih, 2000). Jika transformasi diartikan sebagai proses penciptaan hubungan secara fundamental baru dan lebih baik maka rakyat sipil bagi transformasi sosial berarti suatu proses perubahan oleh rakyat. Dalam studi ini peran organisasi gerakan sosial Indonesia, ditempatkan dalam proses transformasi. Dalam konteks hegemoni Modernisasi dan Developmentalisme, sebetulnya penelitian ini juga mencoba memperhitungkan peran organisasi gerakan sosial dalam melawan diskursus modernisasi dan pembangunan. Dari titik pangkal ini terlihat peran kependidikan organisasi gerakan sosial dalam melawan diskursus pembangunan. Tugas kependidikan utama dari organisasi gerakan sosial akan bertindak sebagai gerakan kontra-diskursus. Ada beberapa alasan mengapa organisasi gerakan sosial adalah sarana yang tepat bagi gerakan kontra-diskursus dan kontra-hegemonik. Organisasi gerakan sosialyang dalam banyak kasus dimotori LSM-- adalah� organisasi yang mengajukan perubahan radikal pada aras akar rumput. Para aktifis LSM juga mengklaim memberdayakan rakyat untuk mengontrol dan menggunakan pengetahuannya sendiri. Kemungkinan organisasi gerakan sosial menjadi gerakan kontra-hegemonik maupun gerakan kontra diskursus tergantung pada komitmen aktifis gerakan sosial pada rakyat. Hal ini penting untuk melihat bagaimana aktivis bekerja bersama-sama rakyat menciptakan paradigma dan ideologinya sendiri maupun diskursus alternatif bagi transformasi sosial.

Untuk itu, perlu kajian tentang peran kelompok inti sebagai aktivis LSM dalam proses transformasi sosial, komitmen kelompok studi LSM untuk menciptakan ideologi yang lebih baik, teori dan solusi alternatif bagi masalah yang diupayakan pemecahannya, maupun diskursus dan metodologi alternatif bagi transformasi sosial. Selain ituperlu juga diperhatikan mengenai bagaimana sekelompok aktivis LSM menciptakan ruang yang memungkinkan memunculkan kesadaran kritis baik pada kalangan aktifis LSM sendiri maupun pada rakyat. Memahami landasan teoritis peran kependidikan organisasi gerakan sosial bermanfaat untuk memahami bahwa teori pendidikan kritis dapat

20

Page 22: Makalah pengaruh buruh tani.doc

juga dikelompokkan sebagai teori produksi dalam pendidikan. Teori produksi pendidikan yang juga sering disebut dengan Teori Perlawanan adalah teori yang memusatkan perhatian pada cara-cara dimana perlawanan termasuk didalam proses pendidikan yang menghasilkan pengertian dan kultur melalui perlawanannya maupun melalui kesadaran kolektif dan individunya sendiri (Faqih, 1996). Teori yang dikembangkan Paulo Freire dan Gramsci adalah termasuk dalam katagori teori produksi ini. Tema utama teori produksi Freire adalah peningkatan kesadaran kritis dimana manusia merupakan pusat dari pendidikannya untuk perubahan. Peningkatan kesadaran kritis adalah proses dimana peserta pendidikan mencapai tingkat kesadaran yang memungkinnya memandang sistem dan struktur sosial yang kritis (Smith, 1976 sebagaimana dikutip Faqih, 1999).

Dalam sebuah diskusi yang berlangsung empat tahun lalu di Jakarta, beberapa penilaian bermunculan tentang istilah tersebut: konsep � civil society berasal dari Barat, tidak� � perlu ada dikotomi antara sipil dengan militer,tradisi kita belum mengenal apa yang disebut� � civil culture, dan bahwa pembicaraan tentang civil society ini tampaknya lebih bersifat� teoritis dan banyak sekali data empirisnya tidak ada. �1

Konsep atau teori tentang civil society lebih merupakan persoalan modern. Konsep itu sebenarnya baru tumbuh dan mengikuti perkembangan dari negara-negara modern. Karena itu studi strategis untuk mengetahui lahirnya civil society harus dilihat berdasarkan proses evolusi dan pertumbuhan negara (Ali, 1991). Sementara itu, dalam pandangan M. Syafii� � Anwar: Untuk konteks Indonesia, saya ragu apakah kebudayaan kita sudah mampu� mengabsorb atau menerima dan memahami civil society Daniel [Dhakidae] bahwa hanya di� Barat-lah konsep negara itu tumbuh dan berkembang Karena itu pembicaraan tentang � civil society ini tampaknya lebih bersifat teoritis dan data empirisnya tidak ada. . Ketika konsep ini dicoba untuk dibumikan di Indonesia, ia segera dihadapkan oleh hambatan kultural maupun konstitusional.Lihat tanggapan dan komentar Fachri Ali dan M. SyafiI Anear ini dalam� � Laporan Seminar Mencari Konsep dan KeberadaanCivil-Society di Indonesia, tidak diterbitkan, Jakarta, CESDA-LP3ES, 20September 1994, hlm.21-25.

Pengaruh buruh tani terhadap LSM Pemberdayaan masyarakat miskin/kurang mampu tidak dapat dilakukan dengan hanya melalui program peningkatan produksi, tetapi juga pada upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat miskin. Terkait dengan upaya tersebut, maka keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menjadi sangat penting untuk melakukan sinergi dengan lembaga pemerintah. Dalam proses pendampingan pemberdayaan masyarakat miskin, LSM masih menghadapi kendala baik eksternal maupun internal. Peran LSM di Indonesia mengalami perkembangan

1

21

Page 23: Makalah pengaruh buruh tani.doc

dan transformasi fungsi, sesuai dengan paradigma pembangunan. Kondisi dan paradigma yang ada saat ini adalah terbukanya era globalisasi ekonomi yg diwujudkan dengan adanya proses internasional produksi, perdagangan, dan pasar uang.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan organisasi jasa sukarelawan untuk membantu sesama dalam mengurangi masalah sosial seperti kemiskinan. Organisasi jasa sukarelawan ini termasuk ke dalam organisasi nirlaba atau organisasi non profit. Apa itu organisasi nirlaba atau organisasi non profit?. Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas salah satu bagian dari organisasi nirlaba atau organisasi non profit, yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Organisasi LSM ini dapat membantu pemerintah untuk mengurangi masalah sosial yang ada di Indonesia dengan visi dan misi LSM tersebut yang dapat mendidik kita sebagai manusia untuk memiliki rasa tolong-menolong dan solidaritas antar sesama manusia.Menurut Prof. Dr. Emil Salim, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang juga mantan Menteri Lingkungan Hidup, organisasi nirlaba memainkan peranan penting dalam mengubah perilaku dan pandangan masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkannya, antara lain :

- Trust terhadap pemerintah dan pengusaha menurun karena nasib rakyat kerap kali terabaikan;

- Pembangunan terasa timpang karena lebih berat kepada pertimbangan ekonomi dibandingkan dengan kesetaraan sosial dan lingkungan hidup;- Teknologi informasi menumbuhkan daya kritis dan hubungan jejaring antarkelompok madani. Menurut PSAK No. 45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1) Pada era orde baru, strategi pembangunan LSM di Indonesia menurut David Korten (1987) dikelompokkan menjadi 3 generasi, yaitu generasi bantuan dan kesejahteraan, generasi keswadayaan dalam skala lokal, dan generasi pembangunan yang berkelanjutan. Strategi pembangunan yang dikembangkan oleh LSM ini tidak terlepas dari

22

Page 24: Makalah pengaruh buruh tani.doc

kebijakan LSM internasional yang juga mendukung program yang bersifat karikatif. Pada pasal 19 UU No. 4 tahun 1982 disebutkan : “Lembaga Swadaya Masyarakat berperan sebagai penunjang bagi pengelolaan Lingkungan Hidup”. Dalam sejarah Barat, partisipasi timbul dari bawah, di kalangan masyarakat yang gelisah. Gejala itulah yang dilihat oleh Alexis de Tocqueville pada tahun 30-an abad ke-19, yakni timbulnya perkumpulan dan perhimpunan sukarela (voluntary association). Perkumpulan dan asosiasi iutlah yang kemudian menjadi “sokoguru masyarakat” (civil society). Dan apa yang disebut oleh Tocqueville itu tak lain adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yang dalam masyarakat Barat ini disebut sebagai Non Goverment Organisation (ORNOP, Organisasi Non Pemerintah) dan perkumpulan sukarela (voluntary association).Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) LSM adalah sebuah organisasi yang didirikan pereorngan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa bertunjuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut. Jenis dan kategroi LSM, yakni Organisasi Donor, Organisasi Mitra Pemerintah, Organisasi Profesional, serta Organisasi Oposisi. LSM sebagai suatu organisasi, khususnya organisasi non laba / non profit, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan ormas, koperasi partai, bahkan dengan perusahaan. Sebagai suatu organisasi maka apa yang diharapkan adalah mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuannya tersebut maka organisasi perlu dikelola dengan baik. Perjalanan LSM di Indonesia pada awal kemunculannya melalui perspektif sejarah dan mengacu pada pembagian generasi, ada yang berpendapat bahwa cikal-bakal LSM di Indonesia telah ada sejak pra-kemerdekaan. Lahir dalam bentuk lembaga keagamaan yang sifatnya sosial/amal. LSM di Indonesia dalam praktiknya juga masih terkungkung dalam wacana pembagunanisme (developmentalisme) yang tidak kritis terhadap masalah-masalah ketimpangan struktural, kelangkaan partisipasi, dan ketergantungan terhadap kekuatan diluar.Dalam penjelasannya, LSM mencakup antara lain :

1. Kelompok profesi yang berdasarkan profesinya tergerak menangani masalah lingkungan.

23

Page 25: Makalah pengaruh buruh tani.doc

2. Kelompok hobi yang mencintai kehidupan alam terdorong untuk melestarikannya.

3. Kelompok minat yang berminat untuk membuat sesuatu bagi pengembangan lingkungan hidup.Batasan fungsi dan peran LSM dibandingkan dengan pengertian aslinya (dalam arti NGO) menjadi teredusir. Karena keberadaan LSM terutama saat ORBA sarat dengan intervensi pemerintah, maka ada beberapa LSM yang kemudian dalam pergerakannya memakai bentuk Yayasan, karena Yayasan lebih fleksibel. Sampai saat ini, peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat masih terbatas dan belum mampu sepenuhnya dalam penanggulangan kemiskinan. Disinilah perlunya peran dan keterlibatan LSM dalam melaksanakan program dan pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pula reposisi LSM di tengah masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat dalam bentuk :

1. LSM perlu memfasislitasi tumbuh kembangnya kelembagaan rakyat yang kuat, yang bersifat sektoral, seperti pada organisasi buruh, petani, masyarakat adat, dan lain-lain.

2. LSM perlu tampil ke publik luas, dalam arti semakin “go public” ke masyarakat, sehingga posisi dan perannya mampu lebih dirasakan oleh masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui penyebaran brosur, pertemuan dengan masyarakat,kerja sama dengan media cetak-elektronik seluas-luasnya.

3. LSM perlu semakin aktif dalam membangun hubungan dengan berbagai elemen masyarakat sipil lainnya. Seperti media massa, mahasiswa, serikat buruh, petani, partai politik dengan tetap mengedepankan nilai dan sikap non-partisan.4. Perlunya penguatan LSM sebagai sebuah entitas dan komunitas yang spesifik di dalam masyarakat sipil, dan penguatan institusionalisasi LSM dalam hal eksistensi, sumber daya manusia, sarana, dana, dan manajemen. LSM juga perlu lebih membuka diri untuk menjadi organisasi yang lebih berakar di masyarakat.

5. LSM juga dituntut untuk senantiasa membenahi kondisi internal dalam tubuh. Organisasinya, mengingat ini seringkali tidak diperlihatkan dalam forum evaluasi oleh LSM yang bersangkutan.Untuk masa mendatang, hubungan antara LSM dengan kelembagaan lokal perlu dieratkan

24

Page 26: Makalah pengaruh buruh tani.doc

karena lembaga di tingkat lokal adalah kekuatan yang potensial bagi LSM sebagai organisasi yang indenpenden. Dari refleksi yang dilakukan oleh LSM di Philipina (IIRR,1997) ada beberapa alasan mengapa kinerja atau kualitas organisasi menjadi penting, yaitu karena :

1. Kemampuan berkompetisi atau bersaing dengan LSM lain semakin besar sebagai akibat semakin mengecilnya jumlah dana dan lembaga donor serta sumberdaya-sumberdaya lain,

2. Kemampuan mengadaptasi perubahan lingkungan yang cepat dengan tanpa kehilangan relevansi atau indentitas masing-masing organisasi,

3. Meningkatnya kualitas program dan pelayanan yang lebih berfokus, berdampak dan juga luas atau besar.

25

Page 27: Makalah pengaruh buruh tani.doc

26