tugas+metlit2.docx

Upload: rochmah

Post on 06-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL: GAMBARAN PELAKSANAAN PERSIAPAN PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN ECT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT PENYUSUN:NPM:..

Jatinangor, _________________________20

MengetahuiPembimbing Utama,

_________________________NIP.

Pembimbing Pendamping,

__________________________NIP.

ii

1

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul GAMBARAN PELAKSANAAN PERSIAPAN PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN ECT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT, yang disusun guna memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian.Dalam menyusun Proposal ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen mata kuliah Metodologi Penelitian atas segala arahan, masukan, kesabaran, perhatian, dan motivasi serta ketulusan yang luar biasa dalam memberikan bimbingan.Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan prposal ini dengan sebaik-baiknya. Namun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk menyempurnakannya.

Jatinangor, Mei 2012

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHANiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiDAFTAR TABELixBAB I PENDAHULUAN1A.Latar Belakang1B.Identifikasi Masalah4C.Tujuan41.Tujuan Umum42.Tujuan Khusus4D.Kegunaan Penelitian51.Kegunaan Teoretis52.Kegunaan Praktis5BAB II TINJAUAN PUSTAKA6A.Pengertian Electro Confulsive Therapy6B.Indikasi7C.Kontra Indikasi81.Resiko Sangat Tinggi82.Resiko Sedang8D.Komplikasi8E.Persiapan Klien Sebelum Tindakan ECT9BAB III METODELOGI PENELITIAN11A.Rancangan Penelitian11B.Variabel Penelitian11C.Definisi Operasional12D.Populasi dan Sampel13E.Instrumen Penelitian13F.Prosedur Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data131.Tahap Awal132.Tahap Pelaksanaan143.Tahap Akhir15G.Pengolahan dan Analisa Data151.Pengolahan data152.Analisa data16H.Etika Penelitian17I.Lokasi dan Waktu Penelitan17BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN18A.Hasil Penelitian181.Persiapan Administrasi182.Persiapan Pemeriksaan Penunjang203.Persiapan Fisik22B.Pembahasan24BAB V SIMPULAN DAN SARAN27A.Simpulan27B.Saran281.Bagi Rumah Sakit282.Bagi Tenaga Profesi Keperawatan283.Bagi Peneliti Selanjutnya28DAFTAR PUSTAKA29

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Tindakan ECT di Rawat Inap RSJ Provinsi Jawa Barat Tahun 20113Tabel 2. Pelaksanaan persiapan administrasi persetujuan tindakan medik pasien yang dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap18Tabel 3 Pelaksanaan persiapan administrasi surat pengantar tindakan medik pada pasien yang dilakukan tindakan ECT di ruang rawat19Tabel 4. Pelaksanaan pemeriksaan penunjang laboratorium pada pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap20Tabel 5. Pelaksanaan pemeriksaan penunjang EKG pada pasien20Tabel 6. Pelaksanaan pemeriksaan Rontgen pada pasien21Tabel 7. Pemeriksaan TPRS pada persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa22Tabel 8. Prosedur puasa bagi pasien yang akan dilakukan tindakan ECT22Tabel 9. Pelaksanaan persiapan pasien yang dilakukan tindakan ECT23

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangGangguan jiwa merupakan masalah yang sangat serius, penting, dan berbahaya diseluruh dunia. Karena dapat menyangkut keselamatan dan kerugian diri sendiri maupun orang lain. Tidak hanya itu, gangguan jiwa merupakan penyakit yang kompleks, meliputi segi fisik, pola hidup dan juga riwayat perkembangan psikologis atau kejiwaan seseorang (Videbeck, 2008). WHO menyatakan paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Depertemen Kesehatan RI Tahun 2007 menyebutkan bahwa 19 juta (14,1 %) penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa yang dialami bervariasi dari yang ringan hingga yang berat. Sementara itu Hasil penelitian Rumah Sakit Jiwa Bandung menyebutkan, sekitar 30% penduduk Jawa Barat memiliki masalah kesehatan jiwa atau sekitar 10 juta orang bermasalah dengan kesehatan jiwanya, dengan jumlah penderita gangguan jiwa yang sulit disembuhkan sekitar 1,09 % atau 10 per 1000 penduduk (Yosep, 2007).Peningkatan angka gangguan jiwa tersebut ditimbulkan oleh beberapa hal, yaitu karena adanya disintegrasi antara faktor biologis, psikososial, dan lingkungan. Sebagai konsekuensi hal tersebut, menjadikan penderita gangguan jiwa mengalami masalah yang kompleks baik kesehatan kejiwaan maupun masalah kesehatan fisik yang menyebabkan penurunan kualitas hidupnya. Sehingga penanganan penderita gangguan jiwa harus bersifat holistic atau menyeluruh, tidak sekedar minum obat saja, tetapi meliputi terapi psikologis, terapi psikoreligius dan terapi psikososial yang melibatkan berbagai pihak sehingga tidak terjadi peningkatan penderita gangguan jiwa dan peningkatan kualitas hidup penderita gangguan jiwa (Hawari, 2008).Pengobatan atau terapi pada penderita gangguan jiwa, salah satunya yaitu Electro Confulsive Therapy (ECT). Dimana ECT itu mempunyai tujuan untuk proses pengobatan yang ditimbulkan oleh arus listrik pada pelipis sehingga menimbulkan kejang grandmal. Hal ini penting mengingat perawatan klien yang sudah menderita gangguan jiwa kususnya pasien dengan skizofrenia antara 1-10 tahun lebih, terbukti melalui terapi ECT dapat menurunkan tingkat kecemasan (Iyus, 2007).Keberhasilan terapi ECT bukan saja dilihat dari segi manfaatnya dalam menurunkan gejala anxietas, melainkan bagaimana aspek keamanan dan kenyamanan terapi itu sendiri bagi pasien. Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan penderita yang akan dilakukan tindakan ECT diperlukan persiapan prosedur tindakan yang meliputi persiapan administrasi, persiapan fisik pasien dan pemeriksaan penunjang. Persiapan persiapan tersebut dilakukan di ruangan rawat inap pada saat sebelum pasien dibawa ke ruangan elektro medik tempat tindakan ECT dilaksanakan (Riyadi, 2009).Tindakan ECT merupakan terapi yang sering dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat terutama bagi penderita skizofrenia, penyakit depresif mayor yang tidak berespon terhadap antidepresan atau yang tidak dapat meminum obat. Jumlah penderita yang dilakukan terapi ECT di RSJ Provinsi Jawa Barat berdasarkan catatan instalasi medical record pada tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.Tabel 1. Data Tindakan ECT di Rawat Inap RSJ Provinsi Jawa Barat Tahun 2011NoBulanJumlahPenderitaPenderita Yang di ECT%

1Januari54015729,07

2Februari5257313,90

3Maret50514528,71

4April49416132,59

5Mei48015832,92

6Juni48811323,16

7Juli47813728,66

8Agustus49610120,36

9September4886212,70

10Oktober4798417,54

11November49711523,14

12Desember4905310,82

TOTAL5960135922,80

Sumber: Instalasi Medical Record RSJ Prov Jabar (2011)

Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan terapi ECT di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 sebesar 20,80% dari jumlah penderita yang di opname (5960 orang). Tertinggi pada bulan Mei sebesar 32, 92% dan terendah pada bulan Desember sebesar 10,82%.Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan petugas Elektromedik Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat diperoleh keterangan bahwa meskipun sudah ada standar prosedur tentang persiapan pasien ECT yang ditetapkan di RSJ Provinsi Jawa Barat, namun masih ada beberapa pasien yang dikirim untuk tindakan ECT dengan persiapan yang belum lengkap. Hal ini dikuatkan dari hasil observasi peneliti terhadap pengecekan pada penderita dari salah satu ruang rawat inap yang akan di lakukan ECT di ruang elektromedik RSJ Prov Jabar bulan April 2012, terdapat dua orang penderita yang batal dilakukan ECT karena tidak lengkap dalam persiapannya.Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan Electro Confulsive Therapy di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa barat.Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Bagaimana pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan Electro Confulsive Therapy di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa barat?.TujuanTujuan UmumPenelitian ini bertujuan untuk diketahuinya gambaran pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan Electro Confulsive Therapy di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.Tujuan Khususa. Diketahuinya pelaksanaan persiapan administrasi pasien yang akan dilakukan tindakan ECTb. Diketahuinya pelaksanaan pemeriksaan penunjang pada pasien yang akan dilakukan ECTc. Diketahuinya pelaksanaan pemeriksaan fisik pada pasien yang akan dilakukan ECTKegunaan Penelitian1. Kegunaan TeoretisHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa, terutama pada pasien yang akan dilakukan terapi ECT.1. Kegunaan PraktisBagi PenelitiSebagai data dasar bagi penelitian lebih lanjut berkaitan dengan peran perawat dalam persiapan tindakan ECT.Bagi PerawatSebagai bahan masukan bagi para tenaga perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa terutama pada pasien yang dilakukan tindakan Electro Confulsive Therapy. Bagi Rumah SakitHasil penelitian ini dapat memberikan gambaran secara objektif kepada Rumah Sakit tentang pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan Electro Confulsive Therapy di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang dapat dijadikan bahan evaluasi dalam perbaikan mutu pelayanan Rumah Sakit.Bagi PasienMendapatkan pelayanan pelaksanaan ECT sesuai standar.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Electro Confulsive TherapyTerapi elektrokonvulsif menginduksi kejang grand mal secara buatan dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada satu atau kedua pelipis sehingga menimbulkan serangan kejang umum (Stuart, 2007). ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik yaitu bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall, ang darinya diharapkan efek yang terapeutik tercapai. (Riyadi, 2009).Dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ECT adalah suatu bentuk pengobatan bagi penderita gangguan jiwa dengan menggunakan elektroda yang dialiri arus listrik pada pelipis penderita untuk menginduksi kejang grand mal, sehingga diharapkan mendapatkan efek terapeutik.1. Indikasi1. Pasien dengan penyakit depresif mayor yang tidak berespon terhadap antidepresan atau yang tidak dapat meminum obat (Stuart, 2007). Menurut Tomb (2004) gangguan afek yang berat: pasien dengan gangguan bipolar, atau depresi menunjukkan respons yang baik dengan ECT. Pasien dengan gejala vegetatif yang jelas cukup berespon. ECT lebih efektif dari antidepresan untuk pasien depresi dengan gejala psikotik. Mania juja memberikan respon yang baik pada ECT, terutama jika litium karbonat gagal untuk mengontrol fase 1. Pasien dengan bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan untuk mencapai efek terapeutik (Stuard, 2007). Menurut Tomb (2004), pasien bunuh diri yang aktif dan tidak mungkin menunggu antidepresan bekerja.Ketika efek samping Electro Convulsive Therapy yang diantisipasi kurang dari efek samping yang berhubungan dengan blok jantung, dan selama kehamilan Gangguan skizofrenia: skizofrenia katatonik tipe stupor atau tipe excited memberikan respons yang baik dengan ECT. Cobalah antipsikotik terlebih dahulu, tetapi jika kondisinya mengancam kehidupan (delyrium hyperexcited), segera lakukan ECT. Pasien psikotik akut (terutama tipe skizoaktif) yang tidak berespons pada medikasi saja mungkin akan membaik jika ditambahkan ECT, tetapi pada sebagian besar skizofrenia (kronis), ECT tidak terlalu berguna (Tomb, 2004).

Kontra Indikasi1. Resiko Sangat Tinggi1. Peningkatan tekanan intrakranial (karena tumor otak, infeksi sistem saraf pusat), ECT dengan singkat meningkatkan tekanan SSP dan resiko herniasi tentorium. 1. Infark miokard.: ECT sering menyebabkan aritmia berakibat fatal jika terdapat kerusakan otot jantung, tunggu hingga enzim dan EKG stabil.1. Resiko Sedang1. Osteoatritis berat, osteoporosis, atau fraktur yang baru, siapkan selama terapi (pelemas otot) dan ablasio retina. 1. Penyakit kardiovaskuler (misalnya hipertensi, angina, aneurisma, aritmia), berikan premedikasi dengan hati-hati, dokter spesialis jantung hendaknya ada disana. 1. Infeksi berat, cedera serebrovaskular, kesulitan bernafas yang kronis, ulkus peptik akut, feokromasitoma . Komplikasi1. Kematian, angka kematian yang disebabkan ECT adalah bervariasi antara 1-1.000 dan 1-10.000 pasien. Resiko ini sama dengan resiko karena pemberian anastesi umum. Kematian biasanya karena komplikasi kardiovaskuler. 1. Efek sistemik, pada pasien dengan gangguan jantung, dapat terjadi arritmia jantung sementara. Arritmia ini terjadi karena bradikardia post ictal yang sementara dan dapat dicegah dengan peningkatan dosis premedikasi anti kolinerjik. Arritmia dapat juga terjadi karena hiperaktifitas simpathetik sewaktu kejang atau saat pasien sadar kembali. Dilaporkan pula adanya reaksi toksis dan allergi terhadap obat yang digunakan untuk prosedur ECT premedikasi, tetapi frekwensinya sangat jarang. 1. Efek cerebral, pada pemberian ECT bilateral dapat terjadi amnesia dan acute confusion. Fungsi memori akan membaik kembali 1-6 bulan setelah ECT, tetapi ada pasien yang melaporkan tetap mengalami gangguan memori .Persiapan Klien Sebelum Tindakan ECT1. Anjurkan pasien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan yang akan dilakukan. 1. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT. 1. Siapkan surat persetujuan tindakan. 1. Klien dipuasakan 4-6 jam sebelum tindakan. 1. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau jepit rambut yang mungkin dipakai klien. 1. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi. 1. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam sebelum ECT. 1. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif hipnotik, dan antikonvulsan, harus dihentikan sehari sebelumnya. Litium biasanya dihentikan beberapa hari sebelumnya karena beresiko organik. 1. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfatatropin) 0,6-1,2 mg setengah jam sebelum ECT. Pemberian antikolinergik ini mengendalikan aritmia vagal dan menurunkan sekresi gastrointestinal (Riyadi, 2009). 10

BAB IIIMETODE PENELITIAN

1. Rancangan PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan objektif dari variabel penelitian dengan cara melakukan pengumpulan data sekaligus pada saat yang sama (Notoatmojo, 2005).Melalui metode tersebut, peneliti ingin mengetahui gambaran pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan Electro Confulsive Therapy di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. 1. Variabel PenelitianVariabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan Electro Confulsive Therapy

Definisi OperasionalDefinisi Operasional adalah mendefisinikan variabel secara operasional dan berdasarkan karakteristik yang di amati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu subyek atau obyek (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini subyek yang diteliti adalah pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan ECT, yang terdiri dari persiapan administrasi (Surat persetujuan tindakan medik dan surat pengantar), persiapan fisik pasien (mengukur TPRS dan mempuasakan klien) pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium, EKG dan Rontgen). 1. Alat ukur: Lembar observasi 1. Cara ukur: Menilai tindakan persiapan ECT melalui dokumentasi pada status pasien yang akan di lakukan ECT.1. Hasil ukur: Pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan ECT dikelompokan menjadi:1. Lengkap: Jika semua item tindakan persiapan pasien ECT dilakukan.1. Tidak Lengkap: Jika salah satu atau lebih dari tindakan persiapan pasien ECT tidak dilakukan.1. Skala ukur: Nominal

Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah status pasien yang akan dilakukan tindakan ECT dari ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat pada minggu terakhir bulan Mei 2012.Sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana seluruh populasi yaitu status pasien yang akan dilakukan tindakan ECT yang dikirim dari ruang rawat inap pada minggu terakhir bulan Mei 2012 , yaitu sebanyak 31 pasien.Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi yang berisi langkah langkah persiapan pasien di ruang rawat inap sebelum tindakan ECT dilaksanakan. Langkah langkah persiapan dalam lembar observasi tersebut merupakan SOP yang sudah menjadi standar baku dan ditetapkan secara resmi di Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat.Alat ukur untuk variabel persiapan pasien menggunakan skala Guttman, yaitu jawaban yang disediakan berupa jawaban Ya atau Tidak. Untuk skor yang diberikan, jawaban Ya = 1 dan jawaban Tidak = 0.Prosedur Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data1. Tahap Awal1. Memilih Lahan PenelitianLahan / tempat penelitian adalah di RSJ Provinsi Jawa BaratMelakukan studi pendahuluan Setelah lahan ditentukan peneliti telah melakukan studi pendahuluan dengan metode wawancara dan observasi pada tanggal 19 mei 2012Menentukan topik penelitianTopik penelitian ditentukan ketika peneliti sudah melakukan studi pendahuluan berdasarkan kejadian yang ditemukan di lapangan Melakukan studi kepustakaan.Melakukan studi kepustakaan dari beberapa buku sumber, laporan hasil penelitian dan literatur lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian sehingga dapat memperkuat latar belakang masalah dan pentingnya masalah untuk diteliti.Mengkonsultasikan proposal penelitianMelakukan penyusunan proposal penelitian dengan melalui proses konsultasi dengan pembimbing satu dan dua sampai proposal disetujui untuk diseminarkan.Seminar proposal penelitian1. Tahap Pelaksanaan1. Permohonan ijin penelitian kepada Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat1. Pengumpulan DataPengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dilaksanakan pada tanggal 21 31 Mei 20121. Pengolahan Data dan Analisa DataMelakukan pengolahan data dan analisa data setelah semua data terkumpul.1. Penarikan KesimpulanMenarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan1. Tahap Akhir1. Menyiapkan dan menyusun laporan hasil penelitian Menyajikan hasil penelitian Perbaikan Pendokumentasian atau penggandaan hasil penelitiPengolahan dan Analisa Data1. Pengolahan dataData yang diperoleh merupakan data mentah sehingga belum memberikan gambaran yang diharapkan, oleh karena itu perlu diolah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan langkah-langkah pengolahan data yanng terdiri dari editing (langkah ini dimaksudkan untuk pengecekan apakah lembar observasi sudah terisi lengkap atau tidak), coding (merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan untuk mempermudah saat analisa data), transfering (data yang telah diberi kode dimasukan ke dalam master tabel), tabulating (Memindahkan data dari master tabel ke dalam distribusi frekuensi) dan cleaning (pembersihan data).1. Analisa dataAnalisa data hasil observasi dalam bentuk deskriptif kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat di proses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan yang tersedia dan diperoleh hasil persentase. Kemudian hasil dari observasi diolah secara tabulasi dan untuk menganalisa dilakukan dengan teknik persentase setiap item pertanyaan dengan rumus :

P = x 100 %Dimana :P = PersentaseX = Skor item yang dilaksanakanN = Skor totalKemudian dimasukkan ke dalam kriteria berikut :Lengkap= 100%Tidak lengkap= < 100%

Selanjutnya untuk mengetahui prosentase responden untuk tiap kategori didalam suatu variabel atau dimensi maka digunakan rumus perhitungan distribusi frekuensi sebagai berikut :

P = x 100%Dimana :p = prosentase reponden, f = jumlah responden yang termasuk dalam kriteria n = jumlah keseluruhan respondenHasil perhitungan diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut : 0%: Tak ada yang lengkap

1 19%: Sangat sedikit lengkap20 39%: Sebagian kecil lengkap40 59%: Sebagian lengkap60 79%: Sebagian besar lengkap80 99%: Hampir seluruhnya lengkap 100%: Seluruhnya lengkapEtika PenelitianPeneliti menjamin hak menjaga kerahasiaan nama petugas yang melaksanakan prosedur persiapan penderita yang akan di lakukan ECT. Lokasi dan Waktu PenelitanPenelitian ini dilakukan pada pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di RSJ Prop Jabar. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21- 31 Mei 2012.17

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pengumpulan data dilaksanakan di Ruang RS Jiwa Provinsi Jawa Barat sebanyak 31 sampel pada tanggal 21-31 Mei 2012 dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan interpretasinya, sedangkan pembahasan disajikan dalam bentuk narasi.1. Hasil Penelitian1. Persiapan AdministrasiPelaksanaan persiapan administrasi pada pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap RS Jiwa Provinsi jawa barat terdiri dari persiapan persetujuan tindakan medik dan pengantar/ rujukan tindakan medik. Adapun hasil penelitian didapatkan data sebagai berikut pada tabel di bawah ini.Tabel 2. Pelaksanaan persiapan administrasi persetujuan tindakan medik pasien yang dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Bulan Mei 2012NoPersiapan persetujuan tindakanJumlah%

1Dilakukan3096,8

2Tidak dilakukan103,2

Total31100

Hasil penelitian mengenai persiapan administrasi didapatkan data bahwa dari 31 penderita yang dilakukan ECT hampir seluruhnya dilakukan persetujuan tindakan medis, yaitu sebesar 96,8% (30 orang) dan hanya 1 pasien (03,2%) yang tidak dilakukan.Tabel 3 Pelaksanaan persiapan administrasi surat pengantar tindakan medik pada pasien yang dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Bulan Mei 2012NoPersiapan pengantar tindakanJumlah%

1Dilakukan2993,5

2Tidak dilakukan206,5

Total31100

Persiapan surat pengantar tindakan medik bagi penderita yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap RS Jiwa Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil penelitian didapatkan data 29 orang terdapat surat pengantar tindakan medik atau sebesar 93,5% dan terdapat 2 orang (06,5%) tidak ada surat pengantar/ rujukan tindakan medik.Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan persiapan administrasi pada pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di RS Jiwa provinsi Jawa Barat hampir seluruhnya sudah dilakukan.

1. Persiapan Pemeriksaan PenunjangIndikator persiapan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien sebelum tindakan ECT dalam penelitian ini meliputi persiapan pemeriksaan laboratorium, EKG dan rontgen. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.Tabel 4. Pelaksanaan pemeriksaan penunjang laboratorium pada pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap RS Jiwa Provinsi Jawa Barat Bulan Mei 2012NoPemeriksaan laboratoriumJumlah%

1Dilakukan31100

2Tidak dilakukan00

Total31100

Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan laboratorium dalam rangka persiapan klien yang akan dilakukan tindakan ECT seluruhnya telah dilaksanakan.Tabel 5. Pelaksanaan pemeriksaan penunjang EKG pada pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap RS Jiwa Provinsi Jawa Barat Bulan Mei 2012NoPemeriksaan EKGJumlah%

1Dilakukan2993,5

2Tidak dilakukan206,5

Total3131

Hasil penelitian tentang pemeriksaan penunjang pada 31 pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di RS Jiwa provinsi Jawa Barat, 29 orang atau 93,5% telah dilaksanakan pemeriksaan EKG dan 2 orang tidak dilaksanakan dengan prosentase 06,5%.Tabel 6. Pelaksanaan pemeriksaan Rontgen pada pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap RS Jiwa Provinsi Jawa Barat Bulan Mei 2012NoPemeriksaan RontgenJumlah%

1Dilakukan2993,5

2Tidak dilakukan206,5

Total3131

Pemeriksaan rontgen pada pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di RS Jiwa Provinsi Jawa barat, dari 31 pasien yang telah direncanakan, 29 orang (93,5%) sudah dilaksanakan dengan baik. Namun terdapat 2 pasien (06,5%) tidak dilakukan pemeriksaan EKG.Berdasarkan hasil dari tiga indikator persiapan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan punjang yang semestinya dilakukan pada penderita yang akan dilakukan ECT di RS Jiwa Provinsi Jawa barat masih belum lengkap dilaksanakan.

1. Persiapan FisikPersiapan fisik pada penderita gangguan jiwa yang akan dilakukan tindakan ECT sesuai standar meliputi pengukuran TPRS dan klien dipuasakan. Hasil penelitian didapatkan sebagai berikut.Tabel 7. Pemeriksaan TPRS pada persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat bulan Mei 2012NoPemeriksaan TPRSJumlah%

1Dilakukan31100

2Tidak dilakukan00

Total31100

Tabel 8. Prosedur puasa bagi pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat bulan Mei 2012NoPemeriksaan TPRSJumlah%

1Dilakukan31100

2Tidak dilakukan00

Total31100

Berdasarkan dua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan persiapan fisik pada pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di RS Jiwa Provinsi Jawa Barat sangat baik karena seluruhnya sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan hasil tiga indikator persiapan pasien diatas, maka didapatkan data gambaran pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilaksanakan tindakan ECT di ruang rawat inap RS Jiwa Provinsi Jawa Barat sebagai berikut.Tabel 9. Pelaksanaan persiapan pasien yang dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa BaratBulan Mei 2012NOKategori Pelaksanaan Persiapan ECTJumlah %

1Lengkap2596,9

2Tidak Lengkap63,1

Total31100

Hasil penelitian mengenai gambaran pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap RS Jiwa Provinsi Jawa barat didapat data bahwa secara umum hampir seluruhnya persiapan pasien yang akan dilakukan ECT dilakukan dengan lengkap dengan kategori lengkap yaitu 25 pasien atau 96,9 % dan 6 pasien kategori tidak lengkap atau sebesar 14 %.

1. PembahasanPenelitian tentang gambaran pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan ECT dilakukan dengan melakukan pengumpulan data melalui penilaian status dokumentasi pasien dengan lembar observasi terhadap 31 penderita dari ruang rawat inap RS Jiwa Provinsi Jawa Barat meliputi 3 sub variabel yaitu persiapan administrasi, persiapan pemeriksaan penunjang dan persiapan fisik..Hasil penelitian menunjukkan bahwa persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan ECT di ruang rawat inap RS Jiwa provinsi Jawa Barat secara keseluruhan dilakukan hampir lengkap. Terdapat 6 penderita yang tidak lengkap dalam persiapan, yaitu persiapan administrasi meliputi persetujuan tindakan medik (96,8% lengkap dilakukan), rujukan tindakan medik (93, 8% lengkap dilakukan). Dan persiapan pemeriksaan penunjang EKG dan rontgen yang masing-masing baru mencapai kelengkapan 93,8% dari total penderita yang akan dilakukan tindakan ECT, yaitu sebanyak 31 orang.Meskipun angka ketidaklengkapan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan ECT menunjukan angka yang relatif kecil dari hasil penelitian ini, namun sesungguhnya hal ini dapat berimplikasi cukup besar jika tidak dilakukan upaya perbaikan dari pihak manajemen rumah sakit dan seluruh stafnya termasuk tenaga keperawatan.Persyaratan administrasi yang meliputi persetujuan tindakan medik dan rujukan tindakan medik, merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi sebelum penderita dilakukan tindakan ECT. Hal ini dikarenakan persiapan administratif tersebut merupakan alat tanggung gugat dan tanggung jawab tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas sesuai lingkup kewenangan dan keahliannya. Sehingga kelalaian dalam dalam aspek ini berpotensi menjadi konflik hukum seperti yang akhir-akhir ini banyak diberitakan dimedia massa mengenai gugatan konsumen jasa kesehatan terhadap institusi atau tenaga pelayanan kesehatan. Pemeriksaan TPRS atau sering disebut dengan pemeriksaan tanda vital merupakan pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran kondisi hemostasis tubuh terhadap berbagai respon eksternal. Pengukuran tanda-tanda vital pada klien sebelum pemberian terapi ECT sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan terapi ECT merupakan suatu prosedur invasif yang tidak secara bebas dilakukan pada segala kondisi pasien. Tomb (2004) menyebutkan bahwa pada penderita seperti tekanan kranial yang tinggi, kesukaran bernafas yang kronis, infeksi berat dan gangguan cardiovaskuler memiliki risiko tinggi jika dilakukan terapi ECT. Dan semua kondisi tersebut dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan TPRS, sehingga pengukuran dan pemantauan TTV merupakan prosedur wajib yang mesti dilakukan dalam persiapan pasien sebelum tindakan ECT.Menurut Tomb (2004) tindakan ECT dapat menimbulkan komplikasi gangguan jantung sistemik, efek pada cerebral sampai mengakibatkan kematian. Sehingga penderita gangguan jiwa yang akan dilakukan tindakan tersebut perlu dipastikan tidak memiliki penyulit yang membahayakan pasien jika dilakukan prosedur ECT. Hal ini yang mengharuskan penderita gangguan jiwa sebelum tindakan ECT dilakukan pemeriksaan EKG, rontgen dan laboratorium.Mutu asuhan keperawatan jiwa dan aspek tanggung jawab dan tanggung gugat dapat dijawab dengan perilaku profesional. Seorang tenaga perawat dikatakan profesional jika individu tersebut kompeten. Untuk menjadi perawat yang kompeten maka kuncinya adalah bekerja sesuai standar profesi dan kode etik profesi. Seperti bekerja sesuai standar operasioal prosedur (SOP) yang telah ditetapkan dalam lingkup kerja masing-masing.Peningkatan kualitas mutu pelayanan keperawatan jiwa tentunya diperlukan upaya dan komitmen bersama dari berbagai pihak baik praktisi klinik, praktisi pendidik dan peneliti. Kurangnya kepatuhan dan evaluasi terhadap SOP dan pelayanan yang belum berdasarkan evidence base practice merupakan kendala dalam mutu asuhan keperawatan jiwa.26

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

1. SimpulanHasil penelitian tentang gambaran pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilaksanakan tindakan ECT di ruang rawat inap RS Jiwa Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan pada tanggal 21 sampai 31 Mei dapat disimpulkan bahwa:1. Pelaksanaan persiapan adminstrasi pada penderita yang akan dilakukan ECT didapatkan hasil tidak lengkap. Untuk persetujuan tindakan medik baru 93,8% dilakukan dan rujukan tindakan medik 96,5% dilakukan dengan baik..Pemeriksaan penunjang EKG dan pemeriksaan laboratorium masih tidak lengkap yaitu sebesar 06,2%.Pelaksanaan permeriksaan TPRS dan prosedur puasa sebelum tindakan ECT seluruhnya sudah lengkap 100% dilakukan

73Secara umum pelaksanaan persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan ECT. Di ruang rawat inap RS Jiwa Provinsi Jawa barat didapatkan hasil hampir seluruh prosedur persiapan yang dapat dilakukan. Hal ini berarti masih ada prosedur persiapan pasien yang akan dilakukan ECT yang belum lengkap dilakukan.

Saran1. Bagi Rumah SakitProsedur tindakan ECT yang sering dilaksanaan dirumah sakit dan adanya risiko serta komplikasi dari tindakan tersebut maka, diharapkan pihak manajemen Rumah Sakit dapat melaksanakan upaya-upaya dalam menjaga mutu pelayanan terutama dalam program peningkatan kepatuhan terahadap SOP tindakan ECT.Bagi Tenaga Profesi Keperawatan .Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, seperti persiapan pasien ayang akan dilakukan ECT diharapkan dapat dilaksanakan berdasarkan standar prosedur yang ditetapkan dan berdasarkan evidence base practice.Bagi Peneliti SelanjutnyaBagi calon peneliti selanjutnya, dapat meneliti tentang peran perawat dalam pelaksanaan tindakan terapi ECT di RS Jiwa.

28

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisia Data. Jakarta: Salemba Medika.Iyus, Y. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.Notoatmojo, S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.Riyadi, e. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.Tomb, D. (2004). Buku Saku Psikiatrik. Jakarta: EGC.Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.