tugas kos 2.docx
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus dimiliki untuk
kelangsungan hidupnya, yaitu termasuk dalam kebutuhan papan. Rumah tidak sekedar sebagai
tempat untuk melepas lelah setelah beraktivitas seharian, namun di dalamnya terkandung arti
yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera.
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan higiene dan sanitasi
lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh WHO bahwa perumahan yang tidak cukup dan
terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Rumah yang
sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar, namun rumah yang
sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni. Rumah sehat dilihat dari
kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah dan perumahan yang memungkinkan penghuni atau
masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan
dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap warga negara mempunyai
hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan
yang sehat, aman , serasi, dan teratur”.
Kamar kos merupakan tempat tinggal yang secara umum dihuni mahasiswa, terutama yang
berasal dari luar kota. Tidak adanya pengawasan dari keluarga dan orang-orang terdekat
terkadang membuat mahasiswa lalai untuk mengurus huniannya sendiri. Apalagi jika kos yang
dihuni tidak ditemani oleh induk semangnya dan padat penghuni.
Kondisi kamar kos yang baik akan mempengaruhi semangat belajar mahasiswa, terutama
karena kenyamannya untuk ditinggali. Dalam observasi ini bertujuan untuk menilai kamar kos
mahasiswa dan membandingkannya dengan kriteria rumah sehat.
Dalam kegiatan observasi ini, penulis berharap dapat bertambahnya pengetahuan yang
dimiliki mahasiswa, sehingga menimbulkan perilaku kesehatan yang lebih baik. Dengan begitu
akan tercipta kondisi kamar kos yang berkualitas untuk mendukung semangat belajar dan
kenyamanan mahasiswa.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka kami merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu bagaimana kondisi sanitasi kamar kos mahasiswa dilihat dari kriteria rumah
sehat dan apa bahaya yang akan timbul dari kondisi tersebut?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi
sanitasi kamar kos mahasiswa dilihat dari kriteria rumah sehat dan bahaya yang akan timbul
dari kondisi tersebut.
1.4. Kegunaan
Hasil dan penulisan makalah ini diharapkan menambah pengetahuan bagi penulis pada
khususnya dan masyarakat secara holistik, dan dapat memberikan informasi secara bonafit
dan dukungan secara ilmiah mengenai “Sanitasi kamar kos”. Sehingga dapat memberikan
masukan dan solusi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia akan
pencegahan, penanggulangan dan pengobatan penyakit yang ditimbulkan karena sanitasi
kamar kos yang tidak memenuhi persyaratan.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan observasi sebagai
instrument dan dengan penggunaan chek list sederhana gambaran sanitasi kamar kos.
2.2. Pelaksanaan Penelitian
2.2.1. Tanggal Kegiatan
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2014.
2.2.2. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan penelitian ini adalah untuk mengamati kondisi sanitasi kamar kos
mahasiswa di Anggrelia Kos yang berlokasi di Jalan Cempakasari III nomor 11 Sekaran, Gunung
Pati, Semarang.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
3.1.1.Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yangmencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dansebaginya (Notoadmojo, 2007)
3.2.2 Perumahan
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yangmencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dansebaginya (Notoadmojo,
2007).b.PerumahanRumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusiadisampingsandang,
pangandan papan, sehingga rumah harus sehat agarpenghuninyadapat bekerja secara produktif.
Konstruksi rumah danlingkungannya yangtidak memenuhi syarat kesehatan merupakanfaktor
risiko sebagai sumberpenularan berbagai penyakit.Berdasar Survei Kesehatan Rumah
Tangga(SKRT) yangdilaksanakan tahun 1995 (Ditjen PPM dan PL, 2002)tuberkulosis yang
merupakan penyebabkematian terbanyak ketiga eratkaitannya dengan kondisi sanitasiperumahan
yang tidak sehat.Upayapengendalian faktor risiko yang mempengaruhitimbulnya
ancamankesehatan telah diatur dalam Kepmenkes RI No.829/Menkes/SK/VII/1999tentang
persyaratan kesehatan perumahan.Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes
tersebutdiatas,parameter rumahyang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga)kelompokkomponen
penilaian, yaitu:1)Kelompok komponen rumah,meliputi langit-langit, dinding,lantai, jendela
kamar tidur, jendelakamar keluarga,ruang tamu,ventilasi, sarana pembuangan asapdapur,
pencahayaan,kelembaban, dan suhu.a.Kepadatan HunianLuas rumah yang cukup memberikan
ruang gerak bagipenghuninya, sehingga terasa bebas dari resiko benturandenganyang ada dalam
rumah. Kenyamanan dapat terjamin, karenasirkulasi udara berjalan baik tanpa menimbulkan
kejenuhan udara5dalam ruangan yang di dalam terkandung zat-zat buangan darisesama
penghunimisalnya CO2dan kuman-kuman patogen.Kepadatan hunian untuk seluruh rumah bisa
dinyatakan dalamm2/orang. Penggunaan luas lantai ini dimaksudkan untukmennghindari
penularan penyakit pernafasan (droplet infection).Menurut WHO salah satu kriteria rumah sehat
adalah rumahtinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 m2.Sementara luas ruangan
tidur minimal 8 m2, dan tidak dianjurkandigunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang
tidur, keculianak dibawah umur 5 tahun ( Notoatmodjo, 2007).b.PencahayaanRumah yang sehat
memerlukan cahaya yang cukup.Cahayaalamiah, yakni cahaya matahari ini sangat penting,
karena dapatmembunuh bakteri patogen dalam rumah,misalnya baksil TBC.Oleh karena itu,
rumah yang sehat harus mempunyai jalan cahayayang cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya
(jendela) luasnyasekurang-kurangnya 10% sampai 20% dari luas lantai yangterdapat dalam
ruang rumah. Jalan masuknya cahaya alamiahjuga dihusahakan dengan genteng kaca. Genteng
kaca pun dapatdi buat secara sederhana,yakni dengan melubangi genteng kacabiasa pada waktu
pembuatannya, kemudianmenutupnya denganpecahan kaca ( Notoatmodjo,
2007).c.VentilasiFungsi pertama adalah untukmenjaga agar aliran udara di dalamrumah tersebut
tetap segar. Fungsi kedua dari pada ventilasiadalah untuk membebaskan udara ruang dari
bakteri-bakteri,terutama bakteri patogen. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan
rumah selalutetap didalam kelembaban(humidity)yang optimum.Ada 2 macam ventilasi,
yakni:Ventilasi almiah, dimana aliran udara didalam ruangan tersebutsecara alamiah melalui
jendela, pintu, lubang angin, lubang-6lubang pada dinding dan sebagainya. Dipihak lain
ventilasialamiah ini tidak menguntungkan karana juga merupakan jalanmasuknya nyamuk dan
serangga lainnya ke dalam rumah . Untukitu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita
dari gigitannyamuk tersebut.Seperti pemasangan jaring-jaring nyamuk disetiap
lubangventilasi.Perlu di perhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasiharus di jaga agar
udara tidak berhenti atau membalik lagi, harusmengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus
adajalan masukdan keluarnya udara ( Notoatmodjo, 2007).d.SuhuSuhu ruangan harus dijaga agar
jangan banyak berubah. Suhusebaiknya berkisar antara 18-200C. Suhu ruangan ini
sangatdipengaruhi oleh( Chandra, 2007):suhu udara luarpergerakan udarakelembaban
udarasuhu benda-benda yang ada disekitarnya2)Kelompok sarana sanitasi, meliputi saranaair
bersih, saranapembuangan kotoran, sarana pembuangan airlimbah, dan saranapembuangan
sampah( Notoatmodjo, 2007).3)Kelompok perilakupenghuni, meliputi perilaku membuka
jendelakamar tidur, membukajendela ruang keluarga dan tamu,membersihkan halaman
rumah,membuang tinja bayi/anak kekakus, dan membuang sampah
padatempatnya( Notoatmodjo,2007)
3.2. Hasil dan Pembahasan
3.2.1 Keadaan Bahan Bangunan
Standar bahan bangunan menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
829/Menkes/SK/VII/1999
Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah
Tinggal
Keadaan Objek Pengamatan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan
Bahan bangunan terbuat dari
bahan yang aman dan atap
rumah dalam keadaan tidak
bocor
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi
tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme
pathogen
Keadaan dinding kering dan
tidak basah
Dari hasil observasi didapatkan bahwa bangunan di kamar Kos Anggrelia sudah baik
dan memenuhi standar. Tidak ada potensi masalah kesehatan maupun berkembangnya
mikroorganisme pathogen dari bahan bangunan.
3.2.1 Komponen dan Penataan Ruang
Standar komponen dan penataan ruang
menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Keadaan Objek Pengamatan
Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999
Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah
Tinggal
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan Lantai terbuat dari bahan yang
kedap air dan lantai
dibersihkan setiap hari
Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak
rawan kecelakaan
Langit-langit mudah
dibersihkan dan terbuat dari
bahan yang kuat
Ruang di dalam kamar harus ditata Barang-barang tertata rapi dan
ada gantungan untuk
meletakkan pakaian
Dari hasil observasi didapatkan bahwa komponen ruang di Kos Anggrelia sudah baik. Keadaan
lantai yang kedap air tidak akan membahayakan penghuninya. Langit-langit yang mudah
dibersihkan tidak memungkinkan serangga untuk bersarang dan terbuat dari bahan yang kuat
sehingga langit-langit tidak rawan runtuh dan membahayakan penghuninya.
3.2.1 Pencahayaan
Standar pencahayaan menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor :
829/Menkes/SK/VII/1999
Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah
Tinggal
Keadaan Objek Pengamatan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
Pencahayaan cukup baik
karena cukup jelas untuk
membaca
Dari hasil observasi didapatkan bahwa pencahayaan di Kos Anggrelia cukup baik. Ada
pencahayaan alami di siang hari didukung dengan jendela kamar yang dibuka setiap hari
sehingga kamar kos tidak gelap dan tidak menyulitkan penghuninya ketika belajar.
3.2.1 Kualitas Udara
Standar kualitas udara menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor :
829/Menkes/SK/VII/1999
Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah
Tinggal
Keadaan Objek Pengamatan
Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C
Suhu ruangan 18-25oC
Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
Kelembaban udara berkisar
antara 40% sampai 70%
Dari hasil observasi didapatkan bahwa kualitas udara di Kos Anggrelia cukup baik. Didalam
ruangan tidak terlalu panas dan pengap. Hal ini akan menimbulkan kenyaman bagi penghuninya
dan meningkatkan semangat belajar. Adanya ranjang tempat tidur juga membuat pertukaran
udara yang baik sehingga tidak memungkinkan penghuninya terserang gangguan pernapasan.
3.2.1 Ventilasi
Standar ventilasi menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor :
829/Menkes/SK/VII/1999
Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah
Tinggal
Keadaan Objek Pengamatan
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
Ventilasi (10-20% dari luas
lantai)
Dari hasil observasi didapatkan bahwa kualitas udara di Kos Anggrelia cukup baik. Ukuran
ventilasi sudah memenuhi standar sehingga memungkinkan pertukaran udara yang baik di dalam
dan di luar ruangan.
3.2. Binatang Penular Penyakit (vektor)
Standar vektor menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor :
829/Menkes/SK/VII/1999
Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah
Tinggal
Keadaan Objek Pengamatan
Tidak ada vektor bersarang di kamar. Tidak terlihat vektor tikus dan
kecoa akan tetapi terlihat
vektor nyamuk dan lalat.
Dari hasil observasi didapatkan bahwa keadaan di Kos Anggrelia kurang baik karena masih
terlihat binatang penular penyakit yaitu nyamuk dan lalat yang merupakan vektor dari penyakit
DBD, malaria, dan diare.
3.2. Limbah
Standar limbah menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor :
829/Menkes/SK/VII/1999
Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah
Tinggal
Keadaan Objek Pengamatan
Limbah cair dan padat tidak mencemari ruangan
Terdapat tempat sampah di
dalam ruangan.
Dari hasil observasi didapatkan bahwa keadaan di Kos Anggrelia kurang baik karena
penempatan tempat sampah berada di dalam ruangan dan berdekatan dengan galon air minum.
Hal ini salah karena limbah di dalam tempat sampah akan mengundang vektor dan mencemari
ruangan.
3.2. Kepadatan Hunian Kamar
Standar kepadatan hunian kamar menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
829/Menkes/SK/VII/1999
Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah
Tinggal
Keadaan Objek Pengamatan
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur
Kepadatan hunian kamar tidur
4m2/orang
Dari hasil observasi didapatkan bahwa kepadatan hunian kamar di Kos Anggrelia sudah baik.
Penghuni kamar tersebut hanya satu orang sehingga menimbulkan kenyamanan dan privasi
penghuni terjaga.
Kesimpulan
Kondisi sanitasi kamar kos di Anggrelia kos cukup baik dan memenuhi standar tetapi perlu
diperhatikan pada penempatan tempat sampah dan penataan barang-barang di dalam ruangan
sehingga tidak menimbulkan vektor. Bahaya yang dapat di timbulkan akibat kondisi tersebut
antara lain penyakit DBD, malaria dan diare yang dapat menyerang penghuninya.
Saran
1. Tempat sampah sebaiknya di luar ruangan dan dibedakan antara sampah basah dan
sampah kering.
2. Penataan barang-barang di dalam ruangan harus ditata dengan baik sehingga tidak
menjadi tempat perkembangbiakan vektor.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.pdf. KESEHATAN
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20829/4/Chapter%20II.pdf.
https://www.academia.edu/5590087/MAKALAH_ RUMAH_Sehat
www.pu.go.id/satminkal/itjen/hukum/km403-02.pdf
c
Adanya vektor di kamar kos