tugas narasi observasi

13
BIOETIK Makassar, 17 Januari 2013 NARASI OBSERVASI LAPANGAN PUSKESMAS TAMALATE MAKASSAR NAMA : IRWAN MUNANDAR STAMBUK : 110 212 0125 FAKULTAS KEDOKTERAN.

Upload: irwan-munandar

Post on 21-Nov-2015

141 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bioetik

TRANSCRIPT

BIOETIK Makassar, 17 Januari 2013

NARASI OBSERVASI LAPANGANPUSKESMAS TAMALATE MAKASSAR

NAMA: IRWAN MUNANDARSTAMBUK: 110 212 0125

FAKULTAS KEDOKTERAN.UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR2013OBSERVASI LAPANGANPUSKESMAS TAMALATE MAKASSAR

Salah satu program pembelajaran dari Blok Bioetik adalah observasi lapangan. Adapun pelaksanaannya diadakan pada hari Selasa tanggal 15 Januari 2013. Pada hari itu tepat pukul 08.00 WITA, para mahasiswa yang akan mengadakan observasi lapangan berkumpul di RK 103 Fak. Kedokteran UMI untuk mendapatkan pembagian dan penjelasan dari modul observasi lapangan itu sendiri. Sekitar pukul 09.00 WITA saya beserta kelompok IIIB lainnya berangkat ke Puskesmas Tamalate dengan mengendarai 2 mobil. Sempat terjadi perdebatan tentang lokasi puskesmas yang ingin dituju. Akhirnya Kami memutuskan untuk menuju ke Puskesmas yang berada di daerah Tamalate. Sesampainya disana, kami berdiskusi sejenak dan memutuskan agar ketua kelompok masuk terlebih dahulu ke ruangan untuk melapor. Sempat terjadi kecurigaan pada Saya karena pada papan Puskesmas tertulis Puskesmas Kassi-Kassi akan tetapi Saya menghiraukan hal itu. Ketika ketua kelompok keluar dari ruangan, Dia mengatakan bahwa Kami salah Puskesmas. Puskesmas tersebut memang berada disekitar Jalan Tamalate tetapi bukan Puskesmas Tamalate yang dimaksud. Akhrinya Kami berdiskusi kembali dan memutuskan untuk berangkat ke Puskesmas yang dimaksud. Di perjalanan kami menemukan sedikit kesulitan untuk mengakses arah jalan menuju puskesmas.Sesampainya disana sekitar pukul 11.00 WITA, kami tiba di Puskesmas Tamalate. Terlihat puskesmas sangat sepi, hanya terlihat seorang Ibu dengan dua orang Anaknya di bangku antrian dan tidak ada orang dibagian loket. Akhirnya, ketua kelompok masuk ke ruangan bagian puskesmas untuk meminta izin pada bagian puskesmas dan menyetor surat pengantar. Akan tetapi, waktu kunjungan di puskesmas telah berakhir, hanya sampai pada pukul 11.00 WITA dan bagian puskesmas menyarankan agar kami datang kembali lebih awal pada hari Rabu atau Kamis. Berdasarkan keterangan ketua kelompok, dokter laki-laki yang menerima suratnya tidak ramah lain halnya dengan dokter perempuan yang menanyakan tujuan kedatangan kami bersifat ramah. Setelah itu, kami menyusun rencana untuk kedatangan selanjutnya. Kami memutuskan untuk mengadakan observasi pada hari Kamis karena hari Rabu ada jadwal untuk PBL dan berkumpul di pelataran parkiran FK UMI sedangkan ketua kelompok stand by di puskesmas.Pada hari Kamis (17/3) sesuai perjanjian kami berkumpul di pelataran parkir masjid sekitar pukul 08.00 WITA, setelah itu kami menuju ke puskesmas. Sekitar pukul 09.00 WITA kami tiba di Puskesmas Tamalate yang berada di Jln. Dg. Tata BTN Tabaria Blok E No. 8. Sekeliling gerbang masih terlihat sangat sepi sama halnya kedatangan Saya pada dua hari yang lalu, sangat jarang kendaraan yang berlalu lalang, hanya terdapat beberapa becak dan bentor yang mangkal depan puskesmas. Adapun lingkungan sekeliling puskesmas terlihat sangat bersih tidak ada sampah berserakan, hanya terlihat bebrapa tanaman yang subur begitupun dengan selokannya juga terlihat cukup bersih dan tidak ada nyamuk. Sementara itu, ketua kelompok masuk ke ruangan bagian untuk melapor. Setelah itu, ketua kelompok membagi kami menjadi dua tim masing-masing 7 orang. Tim pertama mengadakan observasi di Puskesmas Tamalate dan tim kedua melakukan observasi di LKS Al-Masyair atas saran dokter pendamping karena LKS (Lembaga Kegiatan Sosial) tersebut merupakan bagian dengan Puskesmas Tamalate. Saya dan enam teman yang lain bertugas untuk melakukan observasi di puskesmas. Saya kemudian memulai observasi dengan mengamati dan mengambil gambar keadaan di sekitar pekarangan puskesmas. Menurut Saya, puskesmas ini terbilang cukup menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan. Tanaman serta pepohonan rindang yang menghijaukan berada di sekitar pekarangan ditata dengan rapid an indah dan tempat sampah yang diatur dengan baik dengan terbaginya atas tempat sampah berbahaya, kering dan basah. Pada halaman samping terlihat taman kecil yang dipenuhi rumput hijau, bunga-bunga, pohon dan terdapat pula hiasan air mancur dan sebuah tong komposer. Di bagian parkiran puskesmas terlihat beberapa kendaraan roda dua milik pegawai puskesmas dan pasie, juga terdapat sebuah mobil ambulance yang dipersiapkan sesuai kebutuhan. Di bagian halaman belakang terdapat toilet yang disediakan khusus untuk pasien, akan tetapi sepertinya toilet tersebut terlihat tidak terurus dengan memperhatikan kondisi toilet yang cukup kotor dan megeluarkan bau yang tidak sedap. Di bagian belakang puskesmas terlihat sangat banyak pasien mulai dari balita hingga lansia yang mengantri di bangku antrian menunggu giliran masuk. Kemudian teman Saya mewawancarai beberapa pasiaen sementara saya mengambil gambar dan video wawancara. Pasien pertama adalah seorang ibu (35 tahun) bernama Rosiah yang membawa bayinya (5 bulan) dengan keluhan diare. Pasien kedua bernama Annah (20 tahun) dengan keluhan batuk infeksi yang berlangsung selama tiga hari. Pasien ketiga bernama Ishak (30 tahun) dengan keluhan sakit gigi. Menurut ketiga pasien tersebut pelayanan dan fasilitas puskesmas cukup memuaskan dan mudahanya mengakses puskesmas itu sendiri. Hanya saja pada pasien yang ketiga mengeluhkan tentang keterlambatan terbukanya puskesmas.Puskemas Tamalate sendiri memiliki empat ruangan aktif yang terbagi atas bagian depan dan bagian belakang. Ruang depan terdiri dari ruang konseling narkoba, ruang kartu, ruang suntik, ruang imun dan KL, ruang P2M dan laboratorium, serta ruang administrasi.sedangkan ruang belakang terdiri atas apotek, poli KB, poli KIA, poli umum, dan poli gigi.Di bagian depan poli umum terdapat satu meja yang dilengkapi satu tensimeter air raksa dan satu timbangan bayi sebagai alat periksa untuk perawat yang bertugas. Di dekat meja itu ada satu perawat laki-laki yang tidak ramah sebagai pelayan kesehatan masyarakat dan bersikap acuh tak acuh. Saya melihat dia menyebut giliran salah satu pasien. Pasien yang sementara menelepon itu langsung menutup teleponnya. Kemudian perawat itu berkata dengan nada yang tidak sopan Jangan menelepon di depan dokter!. Bila ditinjau dari segi etika dalam hal pelayanan pasien, perawat ini tidak memiliki etika yang baik sebagai pelayan kesehatan. Ketidakramahannya itu dapat membuat pasien merasa tidak puas terhadap pelayanan puskesmas ini. Lain halnya dengan tiga perawat wanita yang sangat ramah kepada pasien dan kami yang berada di meja tersbeut.Setelah itu, kami masuk ke dalam poli umum secara bergiliran. pada ruangan ini terlihat seorang perawat dan dua orang dokter melayani pasiennya masing-masing. Dokter yang pertama berinisial dr.A adalah seorang pria dan dokter yang kedua berinisial dr.R adalah perempuan.Menurut Saya, dr. A bersifat komunikatif terbukti dengan pemakain bahasa daerah yang Ia pakai agar terjadi komunikasi yang lebih aktif. Akan tetapi, ia menunjukkan beberapa sikap yang tidak ramah dalam menyambut kedatangan pasien dan juga memakai masker ketika pasien datang. Ketika pasien mulai duduk, dr. A langsung melakukan anamnesis singkat dan terlihat buru-buru. Jika ditinjau dari konsep SAJI (Senyum, Ajak bicara, Jelaskan, Ingatkan), dokter ini tidak melakukan Senyum dan Ingatkan.Berbeda halnya dengan dokter yang berdada disamping dr.A yaitu dr.R terlihat sangat ramah. Ketika pasien dating, ia langsung menyapa dan melemparkan senyum serta tidak mengenakan masker ketika melayani si pasien. Setelah itu, ia melakukan anamnesis dan pemeriksaan dengan ramah. Dr.A memberikan penjelasan dengan bahasa dan tutur yang yang baik dan mudah dimengerti oleh si pasien, tak lupa ia mengingatkan si pasien tentang hal-hal yang perlu dan tidak dilakukan. Menurut saya, dr.R sudah menunjukkan sikap-sikap kedokteran. Terbukti dengan sikapnya yang komunikatif dan ramah kepada pasien yang datang. Begitupula dengan cara ia memeriksa dan melakukan anamnesis.Adapun mengenai hubungan sejawat antar sesama dokter terlihat terjalin sangat baik. Kedua dokter terlihat saling meghargai dan menghoramti satu sama lain. Pun tidak ada sikap yang menunjukkan saling menjatuhkan. Begitupula dengan hubungan antara dokter, perawat dan bidan, terlihat terjalin sikap kekeluargaan dengan baik, saling menghargai dan menghormati, dan tidak ada sikap ataupun rasa saling merendahkan ataupun menjatuhkan. Jika dipandang dari konsep KDB (Kaidah Dasar Bioetik) yaitu Autonomy, Beneficence, Non-Maleficience dan Justice, kedua dokter telah menerapkan prinsip beneficence & nonmaleficence dengan baik dan benar. Dalam hal beneficence kedua dokter maupun perawat dan bidan lainnya mengutamakn altruism, mengupayakan agar kebaikan lebih banyak daripada keburukan, tidak menarik honorarium diluar kepantasan serta menyesuaikan pasien. Adapun mengenai sisi non-malaeficience, kedua telah menangani pasien dengan tuntas, tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien, dan tidak melakukan white collar crime dalam pelayanan kesehatan. Selain itu, kedua dokter ini juga melayani semua pasien dengan adil (justice) tanpa memandang SARA.Adapun hubungan kedua dokter dengan pasien, kedua dokter cenderung lebih bersifat paternalistic sebagai decision maker yaitu kondisi dimana dokter sebagai pembuat keputusan dikarenakan posis seorang dokter yang lebih mengetahui situasi dan kondisi tanpa member hak dan wewenang kepada pasien. Dapat diprediksikan dengan melihat situasi dan jam buka puskesmas, pasien yang yang datang rata-rata hanya memiliki keluhan yang ringan tanpa harus dilakukan tindakan yang lebih khusus seingga tidak diperlukan adanya informed consent sehingga prinsip autonomy pasien kurang terlihat pada kasus ini.Ditilik berdasarkan kaidah dasar bioetik, kedua dokter ini telah melaksanakan prinsip beneficence & nonmaleficence dengan baik dan benar. Dalam hal beneficence kedua dokter bahkan perawat dan bidan lain, mengutamakan altruism, mengusahakan agar kebaikan lebih banyak daripada keburukan, memaksimalkan preferensi pasien, tidak menarik honor di luar kepantasan, serta memberikan obat berkhasiat namun murah. Mengenai prinsip nonmaleficence, kedua dokter telah mengobati pasien yang luka, tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien, dan tidak melakukan white collar crime dalam pelayanan kesehatan. Selain itu, kedua dokter ini juga melayani semua pasien dengan adil (justice) tanpa memandang SARA.Ketika dr.R sedang dalam waktu senggang tanpa pasien, saya dan teman-teman meminta kesediaan dan waktunya untuk diwawancarai. Berdasarkan keterangan dr.R, jumlah dokter yang bertugas di Puskesmas Tamalate ada lima, yaitu kepala puskesmas sendiri, dua dokter di poli umum, dan dua dokter gigi di poli gigi. Penyakit yang sering dijumpai di poli umum adalah ISPA, demam, batuk berdahak, diare, dll. Fasilitas untuk Dokter yang tersedia adalah tongue spatel, senter, tensimeter dan stetoskop masing-masing untuk setiap dokter. Setelah mengamati poli umum, kami beralih ke poli KIA sesuai saran petunjuk dokter. Di ruang itu bertugas seorang bidan jaga dan seorang perawat yang membantu dan beberapa fasilitas seperti tempat tidur, bantal dan selimut (kain penutup) untuk pemeriksaan pada ibu hamil, serta tirai. Dalam hal melayani pasien terlihat bidan tersebut bersikap sama seperti dr.R. Meski terlihat buru-buru karena ada banyak pasien namun bidan tersebut terlihat dan megatasi hal itu sementara ia tetap menjaga sikap yang ramah dan menjelaskan dengan turu sewajarnya. Pada waktu itu pasien yang datang adalah seorang ibu bernama Aulia (33 tahun) yang sedang hamil muda (3 bulan) dengan keluhan sakit pada ulu hati dan sering mual. Sambil menuliskan resep, bidan tersebut menjelaskan mengenai obat yang akan diberikan serta cara mengonsumsinya. Bidan tersebut juga memberikan saran-saran terhadap Bu Aulia yang sedang hamil muda. Berdasarkan keterangan Bidan Ria, keluhan yang sering dia jumpai adalah mual, muntah, sakit ulu hati, dan pusing-pusing untuk ibu hamil muda, sedangkan untuk ibu-ibu hamil tua biasanya mengeluh sakit pinggang, kram pada tangan, dan udem. Seperti halnya dengan dokter di poli umum, Bidan Ria melakukan beneficence, nonmaleficence dan justice terhadap pasiennya dan juga memiliki keterampilan komunikasi efektif, bahkan setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan, bidan ini menyempatkan diri bercengkrama dengan pasiennya dengan tujuannya pasiennya dapat lebih terbuka menceritakan keluhannya dan berbagi pengalaman. Selanjutnya, kami memasuki ruang apotek dengan meminta izin terlebih dahulu kepada petugas/apoteker yang ada. Apatoker yang bertugas adalah seorang Ibu-ibu paru baya melayani resep-resep pasien. Meskipun demikian, ibu tersebut tetap menunjukkan sikap yang ramah baik kepada pasien maupun kepada kami. Ketika melayani pasien, ibu itu tetap tersenyum dan sesekali menyapa pasien. Berdasarkan keterangan ibu tersebut, obat yang sering dipesan mengikuti penyakitnya yang dapat disebabkan karena factor cuaca dan musim.Setelah mengamati apotek karena masih banyak waktu kami juga berinisiatif mengamati laboratorium dan ruang suntik. Di dalam laboratorium ada dua petugas, laki-laki dan perempuan, yang sedang mengemas puyer ke dalam kertas. Ketika ditanyai mengenai obat yang sedang dikemas petugas tersebut bersikap tidak kooperatif, keduanya menjawab dengan ekspresi tidak ramah. Lain halnya dengan di ruang suntik. Di dalam ruangan itu tampak seorang perawat yang sedang menyuntik kaki pasien. Perawat tersebut terlihat sangat telaten dan ramah. Setelah mengobati kaki pasien, keluarga pasien menanyakan biaya yang harus dibayar dan perawat tersebut mengatakan bahwa pelayanan tersebut gratis, tanpa dipungut biaya. Hal ini menunjukkan bahwa perawat tersebut telah berlaku jujur dengan tidak memungut biaya di luar kepantasan. Itu artinya perawat ini juga telah menerapakan prinsip beneficence, nonmaleficence dan justice terhadap pasiennya. Pasien adalah seorang anak laki-laki (10 tahun) dengan keluhan kaki bengkak. Setelah ditanya mengenai pelayanan puskesmas, pasien dan ibunya berkata pelayanannya baik dan cepat. Setelah selesai mengamati beberapa ruangan, kami mengamati koridor. Di sana terdapat sebuah alat timbangan dan pengukur tinggi badan. Terdapat lemari jamkesmas dan juga pojok oralit yaitu sebuah meja di sudut ruangan yang menyediakan oralit. Di dindingnya terdapat kelengkapan dan denah puskesmas. Namun yang mengherankan bagi saya, tidak ada satu pun tulisan mengenai visi dan misi puskesmas tersebut. Sehingga pengunjung tidak dapat mengetahui visi apa yang akan dicapai dan misi apa yang akan dilakukan puskesmas tersebut sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat.Setelah saya dan anggota kelompok yang lain selesai dengan tugas masing-masing kami menunggu hingga jam kerja puskesmas itu selesai. Setelah jam kerja puskesmas selesai dan tidak ada lagi pasien, kami masuk ke poli umum mencari dr.R untuk pamit pulang ke kampus. Sekian.