tugas kerangka konsep

13
Tugas Mata Kuliah Epidemiologi KERANGKA OPERASIONAL PENELITIAN ANALISIS HUBUNGAN PENYAKIT JANTUNG DENGAN FAKTOR FISIOLOGIS ABNORMAL Disusun Oleh: Margareth P. Sutjiato 13202111105 Dosen Pembimbing : DR dr. Billy J. Kepel, Mmed,Sc MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI 1

Upload: frellyvalentino

Post on 17-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Tugas Mata Kuliah Epidemiologi

KERANGKA OPERASIONAL PENELITIAN

ANALISIS HUBUNGAN PENYAKIT JANTUNG DENGANFAKTOR FISIOLOGIS ABNORMAL

Disusun Oleh:Margareth P. Sutjiato13202111105

Dosen Pembimbing :DR dr. Billy J. Kepel, Mmed,Sc

MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS SAM RATULANGI2014

BAB IPENDAHULUANI. 1. Latar BelakangKejadian penyakit kardiovaskular diketahui semakin tinggi sejalan dengan meningkatnya umur (World Health Organization, 2001 ). Di Indonesia, hasil Survei Kesehatan Nasional 2001 diketahui bahwa kematian karena penyakit jantung dan pembuluh darah menduduki angka tertinggi yaitu sebesar 26,3% lebih tinggi dari kematian karena penyakit infeksi yang menduduki peringkat kedua (22,9%) dari seluruh kematian (lim Surkesnas, 2002). Kematian karena penyakit jantung di Indonesia mirip angka di Amerika Serikat tahun 2004 dengan kematian akibat penyakit jantung sebesar 27% atau sekitar 650.000 orang dan 75% dari jumlah tersebut karena penyakit jantung koroner (World Health Organization, 2005).Perubahan yang terjadi tidak lepas dari perkembangan modernisasi yang telah merubah pola hidup manusia termasuk di Asia dan masyarakat Indonesia. Penyakit penyakit jantung/kardiovaskuler terkait dengan pola hidup kurang sehat (World Health Organization, 2002). Perilaku tidak sehat seperti kebiasaan merokok telah meningkatkan risiko meninggal karena penyakit jantung koroner. Kurang aktifitas fisik, pola makan tidak sehat, pola hidup yang tinggi stres merupakan faktor risiko utama lain seseorang dapat terserang penyakit jantung Perilaku tidak sehat ini menyokong terjadinya kondisi fisik yang mengarah kepada kejadian beberapa penyakit degeneratif seperti jantung koroner (World Health Organization, 2005).I. 2. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh antara penyakit jantung dengan faktor fisiologis abnormal?I. 3. HipotesisTerdapat hubungan antara penyakit jantung dengan faktor fisiologis abnormal.I. 4. Tujuan PenelitianUntuk mengetahui apakah ada pengaruh antara penyakit jantung dengan faktor fisiologis abnormal.I. 5. Manfaat PenelitianAgar masyarakat memahami ada pengaruh antara penyakit jantung dengan faktor fisiologis abnormal.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Penyakit jantung yang disebabkan tersumbatnya pembuluh darah nadi (arten) yang memasok darah ke otot-otot jantung (arteri koroner) atau dikenal sebagai penyakit jantung koroner atau penyakit aneri koroner (PAK) terjadi lebih senng pada orang-orang yang dianggap mempunyai risiko tinggi. Orang-orang dimaksud adalah orang-orang yang kadar kolesterol di dalam serum darah (kolesterol serum) dan tekanan darahnya tinggi. Suatu kolesterol serum yang tinggi adalah faktor risiko utama yang menyebabkan sebagian besar dari semua kasus PAK. Pene|itian-penelitian secara acak (random) dalam skala besar telah memperlihatkan bahwa risiko berkembangnya PAK meningkat secara eksponensial untuk tingkat kolesterol total yang berkisar dari 4 sampai 8 mmol/I. Lebih jauh, hasil-hasil penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa untuk setiap orang perkembangan PAK dapat diramalkan (diprediksi) dari tingkat kolesterol serumnya. Penebalan dan penyempitan pembuluh darah arteri (arteriosklerosis) hanya terjadi bila tekanan darah pada waklu jantung menguncup (tekanan darah sistolik) melebihi 150 mmHg. Untuk tekanan sistolik diatas 150 mmHg risiko berkembangnya PAK meningkat secara eksponensial untuk setiap kolesterol serum. Oleh karena itu, hipertensi merupakan faktor risiko utama kedua yang menentukan perkembangan arteriosklerosis. Sesuai program Indonesia Sehat 2010 yaitu healthy lifestyle pemerintah telah menggalakkan public awarness melalui gerakan anti rokok dan pengembangan lingkungan bebas asap rokok. Kenyataan situasi yang terjadi sampai saat ini data konsumsi rokok dari tahun ketahun semakin tinggi di semua kelompok usia termasuk kelompok usia anak. Data pada 1970 perokok termuda kelompok 15 tahun. sedangkan pada 2004 perokok termuda ada kelompok 7 tahun. Hasil data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa cukup banyak penduduk yang mengalami obesitas yaitu 10%. Angka ini menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan angka di Indonesia berdasar Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 yang menunjukkan angka 3,5% obesitas di Indonesia. Di India, prevalensi kelebihan berat badan (BMI 2 25 kg/m2) sebesar20-40% di daerah urban dan 10% di daerah rural (WHO, 2002). Di Amerika keadaan Iebih parah karena Iebih separuh dari orang dewasa termasuk berat badan berlebih dan obese sedangkan pada orang miskin ternyata kondisi ini 2 kali lipat dibanding kelompok ekonomi menengah dan atas. Obesitas sentral diketahui melalui lingkar pinggang. Batasan lingkar perut untuk menentukan obesitas sentral bervariasi antar ras dan elnis. Obesitas sentral menunjukkan tebalnya jaringan lemak sub kutan dan jaringan lemak visceral. Jaringan lemak ini paling aktif dan paling banyak menghasilkan adipositokin. Peningkatan adipositokin akan mencetuskan resistensi insulin yang selanjutnya akan mencetuskan kelainan di jalur penyakit kardiovaskuler, jalur toleransi glukosa dan dislipidemia. Obesitas merupakan hasil dari berbagai variasi kompleks dari faktor sosial, perilaku, kultur, psikologls dan keturunan. WHO tahun 1998 menyatakan bahwa epidemi obesitas telah beralih menjadi pandemik yang terjadi pada geografi yang luas serta terjadi pada sebagian besar populasi.Tingginya diabetes tidak lepas dari pola hidup, pola makan yang menimbulkan obesitas. Obesitas sentral atau obesitas abdominal selalu dikaitkan dengan risiko diabetes dan penyakit pembuluh darah dan koroner baik pada perempuan maupun laki-laki, Pada obesitas sentral menunjukkan adanya akumulasi lemak yang terpusat pada daerah abdomen atau perut. Lemak abdominal berhubungan dengan lemak dl bawah kulit dan total lemak tubuh dan ini terkait dengan sindroma resistensi insulin. Obesitas menunjukkan adanya metabolisme yang abnormal. Penderita diabetes akan mengalami risiko yang semakin tinggi terkena jantung koroner. Analisis riskesdas 2007 ini membuktikan bahwa penderita diabetes mempunyai risiko hampir 5 kali lipat untuk terkena penyakit jantung koroner dibanding yang mempunyai kadar gula darah normal (a OR 4.76 dengan Cl 95% adalah 4,5564,972) bila faktor yang lain konstan. Hasll kajian lain juga menunjukkan keadaan yang sama dan dianjurkan pada penderita hipertensi dengan DM atau penyakit ginjal kronik target penurunan tekanan darah adalah sistol kurang 130 mmHg dan diastole kurang dari 80 mmHg untuk menghindari risiko komplikasl yang tidak dikehendaki.Upaya edukasi termasuk promosi kesehatan, diharapkan mencegah keadaan fisiologis yang mengarah pada peningkatan kejadian penyakit jantung dalam skala masyarakat luas dapat ditekan. Dalam upaya pencegahan penyakit jantung tingkat individu, kondisi dari perilaku berisiko yang terkait dengan penyakit jantung dapat dilakukan dengan cara edukasi kepada individu. Penekanan edukasi tidak saja diberikan kepada individu dan keluarga, tetapi termasuk juga institusi terkait dan kondisi sosial yang akan membawa individu untuk mencapai kesehatan yang optimal.

1I.1. Kerangka KonsepKONDISI FISIOLOGIS ABNORMAL Hipertensi Obesitas abdominal diabetesPERILAKU BERISIKO Kurang konsumsi makanan berserat Kurang aktivitas fisik Kebiasaan merokok setiap hari

KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG

Batas penelitian

II.2. Metodologi PenelitianPenelitian ini merupakan bagian dari analitik observasional (non intervensi) yang berjudul Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyakit Jantung. Analisis ini memfokuskan kepada hubungan penyakit jantung dengan Faktor Fisiologis. Digunakan kerangka konsep STEPwise approach dari WHO (World Health Organization, 2003) untuk analisis penyakit tidak menular. Dengan menggunakan kerangka konsep STEPwise yang diadaptasikan untuk penyakit jantung, maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagaimana pada gambar di atas.

Variabel yang dipergunakan dalam analisis ini dengan defisini operasional sebagai berikut: 1) Penyakit jantung berdasar diagnosis: Kuesioner Riskesdas 2007 menyebutkan tentang penyakit jantung melalui pertanyaan yang diajukan 'apakah pernah didiagnosis penyakil jantung oleh tenaga kesehalan' serta pertanyaan tentang gejala kesehatan yang merupakan gejala penyakit jantung yang mengarah pada penyakit jantung koroner. Diagnosis penyakit jantung berdasar gejala ditentukan apabila responden menyatakan "ya pernah didiagnosis/dinyalakan menderita penyakit jantung oleh tenaga kesehatan. 2) Penyakit jantung berdasar gejala: Diagnosis berdasar gejala ditentukan berdasar keluhan yang dirasakan oleh responden yang mengarah kepada keluhan penyakit jantung koroner yaitu nyeri dada atau sesak di dada saat berjalan terburu-buru" atau mendaki dan atau nyeri dada" atau "sesak di dada saat berjalan biasa di jalan datar dan nyeri" atau "sesak di dada bagian atas atau tengah disertai nyeri di lengan kiri". 3) Faktor fisisiologis abnormal yang diperkirakan memengaruhi kejadian penyakit jantung adalah hipertensi (tekanan darah > 140 dan/atau 90), obesitas (BMI 2 30,0 kg/m2), obesilas senlral (Iingkar perut laki-laki: > 90 cm; perempuan > 80 cm) dan diabetes berdasar wawancara oleh petugas).

BAB IIIPENUTUP

III. 1. Kesimpulan Hubungan antara faktor risiko menunjukkan hubungan yang signifikan. Penderita hipertensi mempunyai risiko sebesar hampir 1,6 kali (OR 1,573), obesitas mempunyai risiko 1 kali (OR 1,034). obesitas sentral mempunyai risiko 1,2 kali (OR 1,207) dan diabetes berdasar diagnosis dan gejala mempunyai risiko hampir 5 kali (OR 4,760) untuk terkena penyakitjantung masing-masing bila faktor yang lain konstan. Upaya pengendalian faktor fisiologis khususnya diabetes perlu dilakukan untuk menekan kesakitan dan kematian akibat penyakitjantung dengan lebih memperhatikan kondisi sasaran.III. 2. SaranUpaya pencegahan di tingkat individu perlu dilakukan dengan penemuan secara dini kasus diabetes, hipertensi, obesitas dan obesitas sentral dan dilakukan edukasi mengingattingginya angka di masyarakat untuk upaya pencegahan penyakit jantung tingkat individu. Pengobatan dan pengendalian diabetes, hipertensi perlu dilakukan untuk menekan kesakitan dan kematian akibat penyakit jantung.

1