bab iii kerangka konsep dan hipotesis penelitianeprints.umm.ac.id/41003/4/bab iii.pdf38 bab ii i...
TRANSCRIPT
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: Hubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
(Sumber: Guyton & Hall, 2016; Lee et al, 2010; Scollo & Winstanley, 2018; dan Sherwood, 2010)
Tidak Diteliti
Diteliti Faktor modified :
1. Indeks Masa Tubuh 2. Latihan Fisik 3. Penyakit 4. Geografi (ketinggian
Respon adaptasi fisiologis endokrin dan syaraf, mempengaruhi organ-
organ
Jantung
Vaskuler
Paru
Kontraksi dan irama meningkat
Aktifitas Fisik
Kebutuhan O2 pada otot meningkat
Faktor yang mempengaruhi
Faktor unmodified :
1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Genetik 4. Respirasi 5. Kardiovaskuler
5. Kebiasaan Merokok
Vasokonstriksi Peningkatan
frekuensi nafas
1. Sangat Kurang
2. Kurang 3. Rata-Rata 4. Baik 5. Sangat Baik
Daya Tahan Kardiorespirasi
Suplai O2 meningkat
TD dan nadi meningkat
39
Aktivitas fisik yang dilakukan oleh individu bergantung terhadap ketersediaan
oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi agar jaringan otot
memperoleh energi untuk melakukan gerakan-gerakan pada saat aktivitas dilakukan
(Irawan, 2007). Secara umum ketika tubuh melakukan aktivitas maka akan selalu diikuti
dengan peningkatan kerja dari berbagai organ terutama kardiovaskuler dan respirasi
sebagai bentuk kompensasi dari meningkatnya kebutuhan organ-organ terhadap
oksigen (Guyton & Hall, 2016).
Saat tubuh melakukan aktivitas, sistem kardiovaskuler merespon dengan
meningkatkan cardiac output (total volume darah tubuh yang mampu di pompa oleh
jantung selama satu menit). Peningkatan cardiac output ini karena meningkatnya heart rate
yang diakibatkan oleh aktivasi saraf simpatis jantung, dihambatnya nervus vagus, dan
meningkatnya hormon epinefrin yang disekresikan ke dalam darah dari medula adrenal.
Selain itu, peningkatan cardiac output juga dipengaruhi oleh stroke volume, yaitu jumlah
darah yang dipompa keluar oleh ventrikel setiap kali berdenyut. Stroke volume
dikontrol melalui dua cara: (1) kontrol intrinsik, berhubungan dengan aliran balik vena
dan (2) kontrol ekstrinsik, berhubungan dengan stimulasi saraf simpatis jantung. Kedua
cara ini meningkatkan stroke volume dengan membuat kontraksi jantung lebih kuat
(Sherwood, 2010).
Selain pengaruh di atas, aktivasi saraf simpatis jantung juga mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Peningkatan tekanan darah tidak hanya membuat lebih banyak darah melewati
pembuluh darah, tetapi juga meregangkan dinding arteriol sehingga resistensi vaskular
berkurang (Guyton & Hall, 2016).
Sementara itu, respon yang diberikan oleh sistem pernapasan saat tubuh
melakukan aktivitas fisik adalah meningkatkan kecepatan dan kedalaman pernapasan
40
untuk menyediakan lebih banyak O2 dan untuk menghilangkan CO2 dan H+ yang
berlebih agar keseimbangan O2, CO2 dan H+ di jaringan selalu terjaga sehingga tubuh
tidak kelelahan (Sherwood, 2010). Hal ini dapat terjadi karena pusat pernapasan medula
menerima input untuk melakukan pertukaran gas, kemudian direspon dengan
mengirimkan sinyal menuju neuron motorik yang menginervasi otot-otot pernapasan
agar dapat mengatur kecepatan dan kedalaman pernapasan pada saat melakukan
aktivitas fisik (Guyton & Hall, 2016).
Secara garis besar, gambaran kemampuan/respon dan efisiensi sistem jantung,
respirasi dan sistem vaskuler/pembuluh untuk memasok oksigen ke otot yang
dibutuhkan selama aktivitas fisik inilah yang disebut dengan daya tahan kardiorespirasi
(Lee et al, 2010). Menurut Scollo dan Winstanley (2018) daya tahan kardiorespirasi
sendiri terbagi atas 5 kategori, yaitu 1) sangat kurang, 2) kurang, 3) rata-rata, 4) baik,
dan 5) sangat baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi pada suatu
individu sangatlah bervariasi satu dengan yang lainnya. Secara garis besar, faktor-faktor
tersebut terbagi menjadi 2, yaitu unmodified factor (meliputi: 1) jenis kelamin, 2) usia, 3)
genetik, 4) fungsi respirasi, dan 5) fungsi kardiovaskular) dan modified factor (meliputi: 1)
indeks masa tubuh, 2) latihan fisik, 3) penyakit, 4) geografis, dan 5) merokok) (Lee et
al, 2010).
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2017). Hipotesis adalah suatu pernyataan atau asumsi
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat masih lemah dan harus
dilakukan pembuktian untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut diterima atau
41
ditolak (Dharma, 2011). Berdasarkan kerangka konsep di atas, hipotesis penelitian ini
adalah:
H1: Ada hubungan antara kebiasaan merokok dan daya tahan kardiorespirasi pada
mahasiswa perokok di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Malang.