tugas kdm ii kehilangan doc

20
Tugas KDM II USIA DAN DAMPAK KEHILANGAN Dosen Pengampu : Siti Aminah, APP.,S.Pd. Disusun oleh : PUTRI RETNO GIYANTI 2220112004 / 40 I C

Upload: harevcuutyiezz-cndyiez-zzaenxzeunx

Post on 26-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

KEPERAWATAN

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

Tugas KDM II

USIA DAN DAMPAK KEHILANGAN

Dosen Pengampu : Siti Aminah, APP.,S.Pd.

Disusun oleh :

PUTRI RETNO GIYANTI

2220112004 / 40

I C

AKPER NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

2011/2012

A. USIA & DAMPAK KEHILANGAN

Page 2: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

Usia seseorang mempengaruhi pemahaman dan reaksi terhadap kehilangan.

Dengan semakin banyaknya pengalaman hidup, semakin meningkat pula pemahaman

seseorang terhadap kehidupan, kehilangan dan kematian. Sangat sulit mempersiapkan

seseorang agar memiliki respon terhadap kehilangan yang baik, karena pengalaman

kehilangan tidak bisa diramalkan. Pengalaman akibat kehilangan pada masa sekarang

atau sebelumnya akan semakin menguatkan seseorang ketika menghadapi kehilangan

yang lebih besar di masa yang akan datang. Misalnya kehilangan binatang kesayangan,

teman, benda-benda, pekerjaan dll akan mempersiapkan seseorang dalam menghadapi

kehilangan yang lebih berat nantinya.

1. Masa kanak-kanak

Anak-anak tidak hanya mengadopsi pemahaman orangtua mereka tentang kehilangan

tetapi juga respon orangtuanya terhadap kehilangan. Kehilangan orangtua atau orang-orang

penting dalam hidup anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan mereka, seringkali

terjadi regresi yaitu kembali ke masa perkembangan sebelumnya. Oleh karena itu perawat

berperan penting dalam membantu anak-anak dalam proses berduka dan memulihkan

kembali ke keadaan normal dengan tidak menghambat perkembangan emosional selanjutnya.

Anak-anak dapat juga merasakan ketakutan, kesepian, terabaikan sehingga bisa mengancam

integritas fisiologisnya. Penelitian membuktikan bahwa kehilangan orangtua akibat kematian

atau perceraian berhubungan dengan meningkatnya resiko depresi atau bunuh diri pada masa

dewasa.

2. Remaja dan dewasa muda

Semakin dewasa seseorang, kehilangan menjadi pengalaman yang sudah

biasa/normal. Misalnya akhirnya orangtuanya meninggal pada usia tua. Koping yang adekuat

terhadap kehilangan merupakan salah satu tugas tumbuh kembang golongan usia dewasa

muda. Kehilangan orangtua merupakan tanda bahwa struktur inti keluarga sudah mulai

terpecah. Hal ini akan mengingatkan seorang dewasa muda bahwa ia sudah termasuk

golongan yang lebih tua dan akan semakin dekat dengan kematian juga. Tantangan perawat

dalam krisis kehilangan pada masa ini adalah mengkaji peninggalan psikologis orangtuanya

termasuk arti hubungan orangtua dan akan sebelumnya. Misalnya karena hubungan yang

banyak konflik antar anak & orangtua, saat kematian orangtua merupakan saat bebasnya

energi yang selama ini dihabiskan untuk konflik, sehingga bisa disalurkan ke arah

perkembangan yang lebih produktif.

Page 3: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

3. Dewasa tua

Kematian pada dewasa tua sering terjadi, tetapi respon individu terhadap kematian

tetap berbeda-beda. Biasanya krisis ini bersamaan dengan semakin banyaknya penyakit pada

janda/duda yang ditinggalkan, sehingga perawat harus memperhatikan dampak dari respon

berduka terhadap seorang dewasa tua.

4. Perkembangan pemahaman akan konsep kematian

- Usia Keyakinan/perilaku

1. Bayi – 5 tahun

Belum memahami konsep kematian. Rasa terpisah bayi saat ini merupakan dasar

terbentuknya pemahaman tentang kehilangan dan kematian pada usia selanjutnya.

Kepercayaan tentang kematian masih bisa berubah-ubah, misalnya pergi jauh, tidur

lama dan lain-lainnya. Mereka berpikir bahwa tidak bergerak adalah tanda

kematian.

2. 5 – 9 tahun

Memahami bahwa kematian adalah akhir dari sesuatu. Percaya bahwa kematiannya

sendiri tidak bisa dielakkan. Menghubungkan kematian dengan penyerangan atau

kekerasan. Percaya bahwa kematian merupakan dampak dari keinginan atau

perilaku yang sebenarnya tidak menyebabkan kematian itu sendiri.

3. 9 – 12 tahun

Memahami bahwa kematian merupakan akhir hidup yang tidak dapat dielakkan.

Mulai mengerti kematiannya sendiri, dinyatakan dalam ketertarikan akan situasi

setelah kematian atau takut mati. Menyatakan idenya sendiri tentang kematian yang

didapatnya dari orangtua maupun orang dewasa lainnya.

4. 12 – 18 tahun

Takut akan kematian yang tidak pasti datangnya. Membayangkan bahwa kematian

merupakan hal yang menantang sehingga banyak melakukan hal-hal yang seolah-

olah menantang maut seperti berkebut-kebutan, memakai narkoba. Merasa bebas

berpikir tentang kematian, tetapi mulai memandangnya dari nilai religius atau

filosofik. Sepertinya sudah memperoleh konsep kematian yang benar tetapi

Page 4: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

seringkali tidak bia menerimanya secara emosional. Masih memegang

keyakinannya tentang kematian dari persepsi sebelumnya

5. 18 – 45 tahun

Memiliki sikap yang jelas tentang kematian, biasanya dipengaruhi oleh keyakinan

dan nilai-nilai budayanya.

6. 45 – 65 tahun

Menerima kematiannya sendiri. Mengalami kematian orangtuanya atau temannya.

Mengalami kecemasan yang tinggi tentang kematian. Kecemasan tentang kematian

berkurang dengan adanya rasa sejahtera

7. > 65 tahun

Takut akan penyakit-penyakit kronis. Mengalami kematian anggota keluarga dan

teman-teman. Memandang kematian sebagai pengalaman bebas dari rasa sakit,

pertemuan dengan orang-orang yang sudah meninggal sebelumnya.

B. Asuhan Keperawatan Kehilangan dan Berduka Disfungsional

a. Definisi kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.

Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu

tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara

bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak

diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan

(Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah

dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah

mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam

bentuk yang berbeda.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu

kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.

Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:

Page 5: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

1. Arti dari kehilangan

2. Sosial budaya

3. kepercayaan / spiritual

4. Peran seks

5. Status social ekonomi

6. kondisi fisik dan psikologi individu

Tipe Kehilangan

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

1. Aktual atau nyata

Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian

orang yang sangat berarti / di cintai.

2. Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;

seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan

kebebasannya menjadi menurun.

Jenis-jenis Kehilangan

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang

berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-

tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena

keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,

kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional

yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang

mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri

sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya.

Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau

Page 6: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya

kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-

sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan

seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda

tersebut.

Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal

termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau

bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki

tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon

pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.

Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

b. Definisi berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang

dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan

lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA

merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka

disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu

dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,

hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya

kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual

maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini

kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

- Teori dari Proses Berduka

Page 7: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.

Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk

mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana

intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan

mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang

perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan

dukungan dalam bentuk empati.

1. Teori Engels

Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang

dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang

ajal.

Fase I (shock dan tidak percaya)

Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri,

duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk

pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat,

insomnia dan kelelahan.

Fase II (berkembangnya kesadaran)

Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin

mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan

kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.

Fase III (restitusi)

Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang

hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima

perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan

kehilangan seseorang.

Fase IV

Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap

almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang

perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.

Fase V

Page 8: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari.

Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima

kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.

2. Teori Kubler-Ross

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah

berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:

a) Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak

untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti

“Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!”

umum dilontarkan klien.

b) Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih”

pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan

lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali

tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk

menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya

menghadapi kehilangan.

c) Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau

jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali

mencari pendapat orang lain.

d) Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna

kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk

berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan

masalah.Penerimaan (Acceptance)Reaksi fisiologi menurun dan interaksi

sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila

seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada

pengunduran diri atau berputus asa.

3. Teori Martocchio

Page 9: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai

lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan

bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan

itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-

12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

4. Teori Rando

Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:

1. Penghindaran

Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.

2. Konfrontasi

Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara

berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling

dalam dan dirasakan paling akut.

3. Akomodasi

Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai

memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana

klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA

ENGEL (1964) KUBLER-ROSS

(1969)

MARTOCCHIO

(1985)

RANDO (1991)

Shock dan tidak percaya Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran

Berkembangnya  kesadaran Marah Yearning and protest

Restitusi Tawar-menawar Anguish,

disorganization and

despair

Konfrontasi

Idealization Depresi Identification in

bereavement

Reorganization / the out come Penerimaan Reorganization and

restitution

akomodasi

Page 10: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

c. Pengkajian

Data yang dapat dikumpulkan adalah:

a. Perasaan sedih, menangis.

b. Perasaan putus asa, kesepian

c. Mengingkari kehilangan

d. Kesulitan mengekspresikan perasaan

e. Konsentrasi menurun

f. Kemarahan yang berlebihan

g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.

h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.

i. Reaksi emosional yang lambat

j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

d. Diagnosa keperawatan: Berduka disfungsional

Definisi: sesuatu respon terhadap kehilangan yang nyata maupun yang dirasakan

dimana individu tetap terfiksasi dalam satu tahap proses berduka untuk suatu periode

waktu yang terlalu lama, atau gejala berduka yang normal menjadi berlebih-lebihan

untuk suatu tingkat yang mengganggu fungsi kehidupan.

e. Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”)

-Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk individu

-Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari kehilangan multiple

yang belum terselesaikan)

-Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan

-Tidak adanya antisipasi proses berduka

-Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen dengan konsep

kehilangan.

f. Sasaran/Tujuan

Sasaran jangka pendek

Pasien akan mengekspresikan kemarahan terhadap konsep kehilangan dalam 1

minggu.

Page 11: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

Sasaran jangka panjang

Pasien akan mampu menyatakan secara verbal perilaku-perilaku yang berhubungan

dengan tahap-tahap berduka yang normal. Pasien akan mampu mengakui posisinya

sendiri dalam proses berduka sehingga ia mampu dengan langkahnya sendiri terhadap

pemecahan masalah.

g. Intervensi dengan Rasional Tertentu

1. Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi. Identifikasi perilaku-

perilaku yang berhubungan dengan tahap ini.

Rasional

Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk perencanaan keperawatan

yang efektif bagi pasien yang berduka.

2. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Perlihatkan empati dan

perhatian. Jujur dan tepati semua janji

Rasional

Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan yang terapeutik.

3. Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk mengekspresikan

perasaannya secara terbuka

Rasional

Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda yakin bahwa ia

merupakan seseorang pribadi yang bermakna. Rasa percaya meningkat.

4. Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi defensif jika

permulaan ekspresi kemarahan dipindahkan kepada perawat atau terapis. Bantu

pasien untuk mengeksplorasikan perasaan marah sehingga pasien dapat

mengungkapkan secara langsung kepada objek atau orang/pribadi yang dimaksud.

Rasional

Pengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak

mengancam dapat membantu pasien sampai kepada hubungan dengan persoalan-

persoalan yang belum terpecahkan.

5. Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan

berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas motorik kasar (mis, joging, bola voli,dll)

Rasional

Page 12: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk

mengeluarkan kemarahan yang terpendam.

6. Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan

dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk mengerti bahwa perasaan seperti rasa

bersalah dan marah terhadap konsep kehilangan adalah perasaan yang wajar dan

dapat diterima selama proses berduka.

Rasional

Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang berhubungan dengan

berduka yang normal dapat menolong mengurangi beberapa perasaan bersalah

menyebabkan timbulnya respon-respon ini.

7. Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep kehilangan. Dengan

dukungan dan sensitivitas, menunjukkan realita situasi dalam area-area dimana

kesalahan presentasi diekspresikan.

Rasional

Pasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan mampu menerima baik aspek

positif maupun negatif dari konsep kehilangan sebelum proses berduka selesai

seluruhnya.

8. Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal yang dapat

diterima. Menggunakan sentuhan merupakan hal yang terapeutik dan tepat untuk

kebanyakan pasien.

9. Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai usaha untuk menentukan

metoda-metoda koping yang lebih adaptif terhadap pengalaman kehilangan.

Berikan umpan balik positif untuk identifikasi strategi dan membuat keputusan.

Rasional

Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan

perilaku yang diharapkan.

10. Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama waktu ini dalam

bentuk apapun yang diinginkan untuknya. Kaji kebutukan-kebutuhan spiritual

pasien dan bantu sesuai kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

h. Evaluasi (Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang)

1. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang

normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.

Page 13: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

2. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan

mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep

kehilangan secara jujur.

3. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku

yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu

melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.

Page 14: Tugas KDM II KEHILANGAN doc

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian

dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman

Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

stikes.fortdekock.ac.id

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

cre : 06 PSIK USK

(Development of the concept of death, Kozier et al, 1991; 817)

http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka/