tugas fermentasi

43
1 I. PENDAHULUAN 1. 1. Silase Ikan Silase ikan merupakan produk cair yang dibuat dari ikan yang dicairkan oleh enzim-enzim yang tedapat pada ikan itu sendiri dengan menambah asam organic (Afrianto dan Liviwaty, 1989) Silase adalah produk yang berupa cairan kental hasil pemecahan senyawa komplek menjadi senyawa sederhana yang dilakukan oleh enzim pada lingkungan yang terkontrol, berdasarkan proses pengontrolan tersebut, maka pembuatan silase ikan dapat dilakukan secara kimia dan biologis (Junianto, 2003). Proses produksi protein cair untuk makanan hewan dari ikan yang disilasekan. Produk silase umunya berwarna coklat gelap semi pasta. Proses pengawetan ikan secara biologis/mikrobiologis disebut sistem ensiling, dengan hasil disebut silase (silage), serta sebagai agen biologis yang berperan adalah bakteri laktat (Suriawiria, 2004). Afrianto dan Liviawati

Upload: josasurya

Post on 01-Jul-2015

455 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS FERMENTASI

1

I. PENDAHULUAN

1. 1. Silase Ikan

Silase ikan merupakan produk cair yang dibuat dari ikan yang dicairkan

oleh enzim-enzim yang tedapat pada ikan itu sendiri dengan menambah asam

organic (Afrianto dan Liviwaty, 1989) Silase adalah produk yang berupa cairan

kental hasil pemecahan senyawa komplek menjadi senyawa sederhana yang

dilakukan oleh enzim pada lingkungan yang terkontrol, berdasarkan proses

pengontrolan tersebut, maka pembuatan silase ikan dapat dilakukan secara kimia

dan biologis (Junianto, 2003).

Proses produksi protein cair untuk makanan hewan dari ikan yang

disilasekan. Produk silase umunya berwarna coklat gelap semi pasta. Proses

pengawetan ikan secara biologis/mikrobiologis disebut sistem ensiling, dengan

hasil disebut silase (silage), serta sebagai agen biologis yang berperan adalah

bakteri laktat (Suriawiria, 2004). Afrianto dan Liviawati (1989), bahwa silase

yang baik akan berubah bentuk menjadi cairan setelah dibiarkan 5-8 hari.

Silase ikan sebagai salah satu produk pengolahan ikan dan atau limbah

ikan melalui proses autolisis pada kondisi asam dapat digunakan sebagai bahan

baku pakan maupun sebagai atraktan Sebagai bahan baku pakan, silase ikan telah

dibuktikan untuk beberapa spesies budidaya dengan kadar nutrisi yang cukup

memadai. Selain kadar protein dan lemak cukup tinggi, produk silase dapat

meningkatkan kecernaan pakan oleh karena tersedia dalam bentuk rantai peptida.

Page 2: TUGAS FERMENTASI

2

Pengujian penggunaan silase pada beberapa ikan herbivore (co: bandeng,

baronang) menunjukkan bahwa silase ikan termasuk sumber protein hewani yang

baik sekaligus menggantikan fungsi tepung ikan sehingga menekan biaya

produksi pakan (jauh lebih murah dibanding pakan komersial). Untuk komoditas

udang, fungsi silase masih terbatas sebagai atraktan sehingga masih diperlukan

kajian lebih lanjut. Penggunaan silase untuk produksi masal pakan alami rotifer

telah terbukti bahwa silase dapat menggantikan fungsi mikroalga untuk proses

reproduksi rotifer.

1. 2. Prinsip Silase Ikan

Prinsip dan Proses Pembuataan Silase. Prinsip pembuatan silase ikan

adalah menurunkan pH ikan agar pertumbuhan maupun perkembangan bakteri

pembusuk terhenti. Dengan terhentinya aktivitas bakteri, aktivitas enzim baik

yang berasal dari tubuh ikan itu sendiri maupun dari asam yang sengaja

ditambahkan meningkat. Dengan penambahan garam dan larutan asam ,

pertumbuhan bakteri pembusuk terhambat, sehingga memberikan kesempatan

kepada jamur atau ragi untuk tumbuh pesat. Penambahan larutan asam

menciptakan kondisi lingkungan yang asam dan sangat dibutuhkan dalam proses

fermentasi.

Prinsip dan Proses Pembuataan Silase Proses pembuatan silase dapat

dilakukan dengan cara kimia dan biologis. Secara kimia dapat digunakan asam

organik dan asam anorganik. Secara biologis dilakukan dengan menambahkan

sumber bakteri asam laktat dan karbohidrat sebagai substrat dan kemudian

difermentasi dalam keadaan anaerob.

Page 3: TUGAS FERMENTASI

3

Silase ikan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu unsur yang dicampurkan

ke dalam makanan ikan atau ternak lainnya. Penggunaan silase ikan dalam

makanan umumnya dimaksudkan untuk menggantikan seluruh atau sebagian

tepung ikan didalam makanan. Penggunaan silase ikan sebagai pengganti tepung

ikan dianggap sangat menguntungkan, sebab selain harganya relative murah

kualitasnya pun tidak jauh berbeda. Berdasarkan penelitian Balai Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, 4 kg silase ikan dapat menggantikan4 kg tepung ikan. Bahkan

setelah mengalami perlakuan lebih lanjut, penggunaan silase ikan dapat menghasilkan

pertumbuhan ikan yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan tepung ikan (Lihat

table 1).

PerlakuanBerat rata – rata

(gram)

Pertumbuhan

(gram)FCR

Saat ditebarSaat

dipanen

Tepung ikan

Silase ikan mentah

Silase ikan direbus

Silase ikan rebus

106,4

90,1

98,4

101,3

271,0

215,3

230,3

288,8

164,6

125,6

131,9

187,4

1,67

1,67

1,79

1,42

Table 1. Pertumbuhan Ikan dengan Ransum Silase dan Tepung Ikan

Page 4: TUGAS FERMENTASI

4

Komposisi kimia silase ikan relatif sama dibandingkankan dengan

komposisi bahan bakunya, hanya sedikit lebih encer karena penambahan asam.

Silase yang terbuat dari ikan utuh akan mengandung :

Air 70,0 – 75,0 %

Protein 18,0 – 75,0 %

Abu 4,0 – 6,0 %

Lemak 1,0 - 6,0 %

Kalsium 1,0 - 3,0 %

Fospor 0,3 – 0,9 %

1. 3. Proses Pembuatan Silae Ikan

Seperti telah dijelaskan dimuka, untuk pembuatan silase perlu diusahakan

agar pH lingkungan rendah. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan menambahakan

asam tertentu pada ikan yang akan difermentasi. Umumnya jenis asam yang

digunakan adalah asam mineral, asam organik atau campuran dari kedua jenis

asam tersebut, tergantung pada produk fermentasi yang hendak dihasilkan. Faktor

lain yang dapat mempengaruhi penggunaan jenis asam tersebut adalah harga dan

kemudahannya diperoleh dipasaran serta kondisi lingkungan setempat.

Asam organik - umumnya asam formiat dan asam propionate – relative

mahal bila dibandingkan dengan asam mineral, tetapid dapat menghasilkan silase

yang tidak terlalu asam sehingga dapat digunakan sebagai ransum ikan maupun

ternak lain tanpa harus dinetralkan terlebih dahulu. Sedangkan asam mineral,

Page 5: TUGAS FERMENTASI

5

meskipun relative murah, sering menghasilkan silase yang sangat asam sehingga

perlu dinetralkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai makanan ikan atau

ternak lainnya. Untuk mengurangi tingkat asam, silase yang dibuat dengan

penambahan asam mineral perlu dicampurkan dengan sejumlah batu kapur hingga

pH – nya menjadi netral. Selain menghasilkan silase yang sangat asam, asam

mineral juga mempunyai sifat korosif terhadap logam, sehingga peralatan yang

digunakan dalam proses pembuatan silase harus lebih tahan terhadap pengaruh

asam yang kuat, misalnya dari bahan plastik.

Di Indonesia, jenis asam yang banyak digunakan dalam pembuatan silase

ikan adalah asam organik. Kedua jenis asam organik ini dipilih berdasarkan

pertimbangan keamanan dalam penggunaan maupun kemudahannya diperoleh dai

pasaran.

Untuk mendapatkan produk silase yang bermutu baik dengan penggunaan

asam organic, ke dalam bahan bakunya harus ditambahkaan campuran asam

propionate dan asam formiat sebanyak 3% dari volume bahan baku yang

digunakan. Sedangkan perbandingan antara asam propionat dengan asam formiat

di dalam campuran tersebut adalah 1 : 1.

Sebenarnya, bahan baku pembuatan silase yang di berikan asam formiat

sebesar 3 % telah dapat menghasilkan silase. Tetapi pada permukaan silase

tersebut sering ditumbuhi jamur dan berubah menjadi asam karena pH

lingkingannya menurun, sehingga akhirnya silase mengalami proses pembusukan

dan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Untuk menghindari pertumbuhan jamur dan

penurunan pH, sebaiknya dilakukan penambahan asam propionate. Daya awet

Page 6: TUGAS FERMENTASI

6

silase yang hanya mengandalkan penambahan asam formiat saja cukup singkat

dan akan mengalami pembusukan setelah 1 atau 2 minggu. Sedangkan silase yang

dibuat dengan penambahan asam propionate dan asam formiat akan lebih lama

bahkan silase yang menggunakan asam propionate dan asam formiat akan lebih

tahan selama 3 bulan, meskipun tidak dikeringkan. Keuntungan penggunaan asam

propionate dan asam formiat pada pembuatan silase akan lebihnyata apabila silase

dibuat didalam musim penghujan. Karena silase akan tetap baik mutunya

meskipun proses pengeringannya sering terhambat akibat turun hujan.

Silase yang baik akan berbentuk cairan setelah dibiarkan 5 – 8 hari. Proses

pencairan daging ikan ini disebabkan oleh adanya aktivitas enzim proteolitik,

misalnya catepsin yang terdapat didalam tubuh ikan.dengan penambahan asam,

enzim ini akan segera memecahkan protein menjadi gugus peptide yang berantai

pendek atau asam amino yang mudah larut dalam air.

Bila silase mengandung sejumlah bakteri pembusuk, adanya aktivitas dari

bakteri pembusuk ini selama penyimpanan dapat diketahui berdasarkan

terbentuknya senyawa ammonia. Untuk silase yang baik selama penyimpanan 21

hari, persentase senyawa kimia yang terbentuk kira – kira 2 % dai total jumlah

protein yang dikandungnya. Rendahnya persentase senyawa ammonia yang

terbentuk dapat memberikan petunjuk bahwa tidak ada atau sedikitnya bakteri

pembusuk yang dapat bertahan hidup dalam produk silasi bermutu baik.

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikrobiologi, ternyata silase yang

menggunakan campuran asam propionate dan asam formiat tidak menunjukkan

adanya pertumbuhan bakteri pembusuk atau dapat dianggap steril.

Page 7: TUGAS FERMENTASI

7

Setelah produk silase mencair, kandungan minyak yang akan muncul

harus dikurangi dengan cara memisahkannya. Berdasarkan pengalaman, ternyata

minyak sangat sulit dipisahkan dari silase karna terbentuk emulsi. Pemberian

silase dengan kadar minyak tinggi dapat menimbulkan bau amis pada ikan dan

ternak.

Ada dua cara yang dapat digunakan dalam pemisahan minyak dari produk

silase, yaitu :

1. Pertama – tama silase ikan dipanaskan hingga suhu mencapai 65 – 70

0C. pada tingkat suhu demikian, bagian silase yang kasar akan

mengendap sedangkan bagian yang cair akan mengapung ke

permukaan. Bagian yang cair ini kemudian dipisahkan kandungan

minyaknya secara sentrifugal. Setelah minyak berhasil dipisahkan, sisa

cairan dicampurkan kembali dengan bagian yang kasar tadi. Pemisahan

minyak dengan cara ini dianggap cukup efektif, tetapi agak sukar

diterapkan di Indonesia.

2. Cara lain untuk memisahkan minyak/lemak yang terkandung di dalam

silase adalah dengan menambahkan assam organik/asam mineral pada

ikan rucah atau sisa olahan sebelum dilakukan penyincangan, jumlah

asam yang di tambahkan adalah 3 % dari volume ikan, di adauk merata

dan dibiarkan selama 1 – 2 hari kemudian ikan diangkat dan diperas

secara system mekanis atau dipres. Setelah dipisahkan ampas kasar

kembali dicampurkan dan siap diolah menjadi silase.

Page 8: TUGAS FERMENTASI

8

II. BAHAN DAN PERALATA

2. 1. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan silase ikan :

Ikan

Asam Propionat

Asam Formiat

2. 2. Alat

Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan silase :

Gelas ukur/Literan Air

Pencacah/penggiling daging

Dandang perebusan

Pemanas/kompor

Pembuatan silase ikan, baik dalam skala kecil maupun skala besar, dapat

dilakukan dengan cara mudah dan murah. Adapun proses pembuatannya sangat

sederhana, yaitu dengan mencairkan daging ikan dengan bantuan enzim, baik

yang terdapat didalam tubuh ikan tersebut maupun yang dihasilkan oleh

mikroorganisme tertentu, dan asam yang sengaja ditambahkan. Penambahan asam

ini dimaksudkan untuk membantu menciptakan kondisi lingkungan yang

memenuhi syarat dan terkontrol sehingga mampu menghambat pertumbuhan

bakteri pembusuk maupun mikroorganisme lain serta dapat mempercepat proses

pencairan daging ikan.

Page 9: TUGAS FERMENTASI

9

III. PROSEDUR PENGOLAHAN SILASE

3. 1. Cara Pembuatan Silase

Berdasarkan bahan baku yang digunakan, pembuatan silase ikan dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Bahan baku berupa ikan mentah

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengolahan silase ikan

adalah mencuci daging ikan yang akan digunakan sebagai

bahan baku pembuatan silase. Pencucian ini dimaksudkan

untuk membaersihkan daging ikan dari kotoran maupun benda

keras yang mungkin terdapat pada daging ikan, terutama bila

bahan baku berasal dari limbah pengalengan ikan.

Setelah dicuci bersih ikan dicincang halus ukuran 1 – 2 cm atau

lebih halus lagi dan kemudian digiling hingga benar – benar

lumat.

Ikan yang telah digiling dimasukkan kedalam wadah yang akan

dibubuhi asam, untuk menghindari korosi sebaiknya

menggunakan wadah yang terbuat bukan dari logam seperti

bahan plasti atau tanah liat.

Tambahkan asam formiat kedalam wadah barkadar 85 %

sebanyak 2 – 3 % dari berat total ikan yang akan diproses

( sekitar 3 liter untuk setiap 100 kg ikan ). Tujuan utama

pemberian asam formiat ini adalah untuk menurunkan kadar

Page 10: TUGAS FERMENTASI

10

pH pada lingkungan didalam wadah hingga mencapai 4,5 atau

lebih rendah lagi.

Selanjutnya kedalam wadah tersebut ditambahkan pula asam

propionate sebanyak 1 % ( 1 liter untuk 100 kg ikan ).

Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya awet dari silase

yang akan dihasilkan.

Bahan baku ikan yang telah ditambahkan asam propionat dan

asam formiat harus selalu diaduk agar keduanya benar – benar

tercampur secara merata. Proses pengadukan tersebut

sebaiknya dilakukan 3 – 4 kali sehari, selama 4 hari pertama.

Sedangkan hari – hari selanjutnya cukup dilakukan pengadukan

secara berkala.

Bila semua langkah pengerjaannya dilakukan dengan benar,

pada hari ke-5 telah tampak cairan yang keluar dari tubuh ikan.

Dengan demikian silase sudah dapat diberikan sebagai

makanan ikan atau ternak.

Bersamaan dengan timbulnya cairan dari tubuh ikan, biasanya

akan timbul pula cairan lemak. Sebaiknya cairan lemak yang

ada segera dibuang karena jika dikonsumsi oleh ikan akan

menimbulkan pengaruh kurang baik pada ikan dan ternak.

Untuk mendapatkan silase dalam bentuk kering, sebaiknya

dilakukan penambahan karbohidrat (dedak, tepung kanji,

Page 11: TUGAS FERMENTASI

11

tepung terigu, dan lain – lain ). Setelah dilakukan penambahan

karbohidrat silase dijemur hingga benar – benar kering.

Produk silase yang telah kering disimpan dalam wadah yang

bersih dan kering kemudian digunakan sedikit demi sedikit

untuk pakan ternak dan ikan.

2. Bahan baku berupa ikan yang telah masak

Proses pembuatan silase dengan bahan baku ini sama seperti

pada pembuatan silase dengan bahan baku ikan mentah.

Gilingan daging ikan yang telah halus dimasukkan kedalam

wadah dan kemudian direbus. Tambahkan air kedalam wadah

tersebut agar ikan tidak hangus, terutama ikan didasar wadah.

Jumlah air yang ditambahkan tidak perlu terlalu banyak, cukup

setinggi 0,5 – 1 cm dari dasar wadah perebusan.

Setelah direbus, tambahkan asam formiat dan asam propionat,

berturut – turut sebanyak 2 – 3 % dari berat total ikan yang

akan diolah. Langkah pengejaannya selanjutnya sama seperti

pada pembuatan silase ikan dengan bahan baku ikan mentah.

Page 12: TUGAS FERMENTASI

12

3. 2. Skema Pembuatan Silase Ikan

Gambar 1. Skema pembuatan Silase ikan

Ikan dicuci sampai bersih

Ikan dicincang dan digiling sampai halus

Silase dengan bahan baku ikan mentah

Masukkan kedalam wadah

Silase dengan bahan baku ikan yang telah dimasak

Masukkan kedalam wadah dan direbus

Tambahkan asam formiat dan asam propionate dengan terus

diaduk

Setelah mencair cairan minyaknya segera dipisahkan

Biarkan terjadi fermentasi

Silase kemudian disimpan didalam wadah yang bersih

Page 13: TUGAS FERMENTASI

13

3. 3. Kriteria Silase yang baik

Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya:

KEWANGIAN

1. Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk

mencicipinya. Nilai 25

2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi Nilai 20

3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau

sama sekali tidak ada bau. Nilai 10

4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap. Nilai 0

RASA

1. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. Nilai 25

2. Rasanya sedikit asam Nilai 20

3. Tidak ada rasa Nilai 10

4. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya. Nilai 0

WARNA

1. Hijau kekuning- kuningan. Nilai 25

2. Coklat agak kehitam-hitaman. Nilai 10

3. Hitam, mendekati warna kompos Nilai 0

SENTUHAN

1. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel

ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa. Nilai 25

2. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila

ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang. Nilai 10

3. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel

Page 14: TUGAS FERMENTASI

14

ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. Nilai 0

Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh, angka 100

adalah yang terbaik

Penyimpanan Silase: Silase dapat di simpan dalam waktu yang sangat lama

selama tetap berada dalam keadaan kedap udara

Page 15: TUGAS FERMENTASI

15

VI. PROSES FERMENTASI

4. 1. Prinsip fermentasi

Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui proses

memanfaatkan penguraian senyawa dari bahan-bahan protein komplek. Protein

komplek tersebut terdapat didalam tubuh ikan yang diubah menjadi senyawa-

senyawa lebih sederhana dengan bantuan enzim yang berasal dari tubuh ikan atau

mikroorganisme serta berlangsung dalam keadaan yang terkontrol dan diatur.

Cara fermentasi pada dasarnya hanya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Proses fermentasi yang memungkinkan terjadinya penguraian atau

trasportasi yang nantinya akan mampu menghasilkan suatu produk

dengan bentuk dan sifat yang sama sekali berbeda ( berubah ) dari

keadaan awalnya. Misalnya saja dalam pengolahan terasi, kecap ikan

dan ikan peda serta silase ikan.

2. Proses fermentasi yang menghasilkan senyawa-senyawa, secara nyata

akan memiliki kemampuan atau daya awet dalam produk yang diolah

tersebut, misalnya dalam pembuatan ikan peda.

4. 2. Fermentasi Ikan

Proses fermentasi pada ikan adalah proses penguraian secara biologis atau

semibilogis terhadap senyawa-senyawa kompleks terutama protein menjadi

senyawa-senyawa yang lebih sederhana dalam keadaan terkontrol. Selama proses

fermentasi, protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptide,

Page 16: TUGAS FERMENTASI

16

kemudian asam-asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi komponen-

komponen lain yang berperan dalam pembentukan cita rasa produk.

Proses fermentasi ikan yang merupakan proses biologis atau semi biologis

pada prinsipnya dapat dibedakan atas empat kelompok, yaitu sebagai berikut.

a. Fermentasi dengan menggunakan kadar garam tinggi, misalnya dalam

pembuatan peda, kecap, terasi, dan bekasam.

b. Fermentasi dengan menggunakan asam organic, misalnya dalam

pembuatan silase ikan dengan cara menambahkan asam-asam

propionate dan formiat.

c. Fermentasi dengan menggunakanasam-asam mineral, misalnya

pembuatan silase ikan menggu8nakan asam-asam kuat.

d. Fermentasi menggunakan bakteri asam laktat, misalnya dalam

pembuatan bekasam dan chao teri.

Optimasi penggunaan bahan baku dapat ditempuh melalui penggunaan

bahan baku lokal terutama bahan dari tumbuhan (nabati), serta melalui

peningkatan kecernaan bahan melalui teknologi fermentasi baik aerob maupun

anaerob. Segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari mikroba

untuk melakukan reaksi-reaksi kimia sehingga terjadi perubahan kimiawi pada

suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan

perubahan dari sifat bahan tersebut.

Page 17: TUGAS FERMENTASI

17

Proses fermentasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :

Suhu

Suhu sebagai factor lingkungan terpenting yang

mempengaruhi dan menentukan macam mikroorganisme yang

dominan selama fermentasi. Beberapahal yang berhubungan

dengan suhu untuk setiap mikroorganisme dapat digolongkan

sebagai berikut.

a. Suhu minimum, di bawah suhu itu pertumbuhan

mikroorganisme tidak terjadi lagi.

b. Suhu optimum, sebagai suhu yang memungkinkan

pertumbuhan mikroorganisme paling cepat.

c. Suhu maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan

mikroorganisme tidak mungkin terjadi lagi.

Oksigen

Udara atau oksigen didalam proses fermentasi harus diataur

sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat

pertumbuhan mikroorganisme tertentu. Setiap mikroba

membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk

pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.

Page 18: TUGAS FERMENTASI

18

Substrat

Seperti halnya mahluk lain, mikroorganisme juga

membutuhkan suplai makanan yang akan menjadi sumber energi,

dan menyediakan unsure-unsur kimia dasar untuk pertumbuhan

sel. Substrat ( makanan ) yang dibutuhkan mikroba untuk

kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan komposisi

kimianya.

Kebutuhan mikroorganisme berdasarkan substratnya juga

berbeda-beda. Ada yang memerlukan substrat lengkap dan ada

pula yang tumbuh dengan substrat sederhana. Hal itu di

karenakan oleh beberapa mikroorganisme memiliki system enzim

( katalis biologis ) yang dapat mencerna senyawa-senyawa yang

tidak dapat dilakukan oleh mikroorganisme lain.

Air

Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air

didalam substrat digunakan mokroorganisme dalam pertumbuhan

dinyatakan dalam istilah water activity atau aktivitas air = aw, yaitu

perbandingan antara tekanan uap dari larutan ( P ) dengan tekanan

uap air murni ( Po ) pada suhu yang sama.

Kerusakan pada Produk Fermentasi Hasil Perikanan

Produk fermentasi hasil perikanan dapat mengalami

kerusakan jika tahap yang dilakukan tidak tepat. Suhu

Page 19: TUGAS FERMENTASI

19

penyimpanan yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan enzim

menjadi tidak aktif dan pertumbuhan bakteri yang diinginkan jadi

terhambat. Apabila suhu terlalu rendah maka pertumbuhan bakteri

yang tidak kita inginkan akan tumbuh. Di samping itu, alat-alat

yang digunakan harus steril demikian pula pada saat proses

pengolahan. Jadi, yang tumbuh hanya mikroorganisme yang

diinginkan bukan bakteri pembusuk atau bakteru patogen sehingga

mengakibatkan kerusakan pada produk fermentasi.

Page 20: TUGAS FERMENTASI

20

V. ANALISA EKONOMI DAN USAHA

5. 1. Analisa ekonomi dan usaha

Dari jenis produk yang diolah, secara ekonomi dan usaha pengolahan

silase ikan ini dapat dilakukan dalam skala kecil maupun skala besar, berdasarkan

ketersediaan bahan baku, modal usaha serta alat, teknologi dan ilmu pengetahuan

yang memadai, serta bahan tambahan seperti asam organik dan asam mineral yang

mudah didapatkan dipasaran. Hal ini dapat mempermudah dalam usaha

pengolahan silase ikan sebagai ransum ikan dan ternak lainnya.

Berdasarkan analisa diatas dapat dilihat kelayakan usaha pada pembuatan

produk silase sebagai berikut :

Sebagai gambaran untuk mengetahui tingkat kelayak usaha Silase Ikan

dibawah ini di uraikan perhitungan investasi.

Perhitungan usaha skala industri rumah tangga :

Modal tetap

JENIS MODAL TETAP NILAI (Rp)

a. Tanah dan bangunan (sewa)/tahun

b. Peralatan

c. Sarana /fasilitas lainya

2.000.000

2.500.000

750.000

Jumlah 5.250.000

Page 21: TUGAS FERMENTASI

21

Modal kerja untuk 1 (satu) bulan

JENIS PENGELUARAN JUMLAH HARGA (Rp) BIAYA (Rp)

a. Ikan/Ikan Rucah

b. Asam Propionat

c. Air

d. Bahan lainya

e. Asam Formiat

f. Gaji/Upah

g. Bahan Bakar

40 Kg

1.152 Kg

1.920 liter

1 paket

5.818 botol

5.818 kg

20 Kg

5.000

6.500

25

12.000

1.200

200

4.500

200.000

7.488.000

48.000

12.000

6.981.600

1.163.600

90.000

Jumlah 15.983.200

Kebutuhan Investasi : Rp 5.250.000,- + Rp 15.983.200,- = Rp 21.233.200,-

Perhitungan Biaya Produksi 1 (satu) Tahun

Biaya Tetap

NO. JENIS PENGELUARAN JUMLAH HARGA (Rp) BIAYA (Rp)

1.

2.

3.

4.

Gaji dan Upah

Pemeliharaan

a. Bangunan

b. Peralatan

Penyusutan

a. Bangunan

b. Peralatan

Bunga Modal

a. Modal tetap

b. Modal Kerja

12 bulan

3 %

3 %

2.000.000

34 %

12 %

15 %

1.163.600

2.000.000

2.500.000

2.000.000

2.500.000

5.250.000

24.082.000

13.963.200

60.000

75.000

2.000.000

850.000

630.000

3.612.300

JUMLAH 21.190.500

Page 22: TUGAS FERMENTASI

22

Biaya tidak tetap

NO. JENIS PENGELUARAN JUMLAH HARGA (Rp) BIAYA (Rp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Ikan/Ikan Rucah

Asam Propionat

Air

Bahan lainya

Asam Formiat

Gaji/Upah

Bahan Bakar

480 Kg

13.824 Kg

23.040 Liter

12 paket

69.816 unit

69.816 unit

240 Kg

5.000

6.500

25

12.000

1.200

200

4.500

2.400.000

89.856.000

576.000

144.000

83.779.200

13.963.200

1.080.000

JUMLAH 191.798.400

Biaya produksi 1 (satu) tahun

a. Biaya Tetap = Rp 21.190.500,-

b.Biaya tidak tetap = Rp 191.798.400 +

Rp 212.988.900

Hasil Penjualan Silase Ikan 69.816 botol X Rp 4.500,- = Rp 314.172.000,-

Perhitungan Rugi – Laba

NO. URAIAN NILAI (Rp)

1.

2.

3.

Hasil Penjualan

Biaya Produksi

Keuntungan Kotor

Pajak 20 %

Keuntungan bersih

314.172.000

212.988.900 -

101.183.100

20.236.620 -

80.946.480

Page 23: TUGAS FERMENTASI

23

Presentase Batas Rugi – Laba (Break Even Point)

21.190.500

BEP = X 100 %

314.172.000 - 212.988.900

21.190.500

X 100 % = 20,94 %

101.183.100

20,94 % X 69.816 botol = 14.620 botol

14.620 botol X Rp. 4.500,- = Rp6.5790.000,-

Jangka Pengembalian Modal (Pay Back Priode)

80.946.480 + 2.850.000

PBP = X 100 %

21.233.200

83.796.480

= X 100% 39,46 %

21.233.200,

Jangka Pengembalian Modal 39,46 % X Rp21.233.200

Rp 8.378.621

21.233.200

83.796.4800 Tahun 3 Bulan

Page 24: TUGAS FERMENTASI

24

Nilai Tambah 314.172.000 - 191.798.400

254.945

480

80.946.480 / 21.233.200 X 100 % 381,227 % (presentase keuntungan)

Niali Tambah Silase Ikan perkilogramnya adalah Rp 254.945,- - Rp 5.000,-

= Rp249.945,-

Gambar 1. Silase ikan yang siap dipasarkan.

Page 25: TUGAS FERMENTASI

25

DAFTAR PUSTAKA

Sunarman, Pengawetan dan Pemasaran Ikan. Tegal : Marine Fisheries Training

Projek. 1971.

Afrianto. Eddy, Pengawetan dan Pengolahan Ikan, Kanisius 1989 yogyakarta.

Liviawati. Evi, Pengawetan dan Pengolahan Ikan, Kanisius 1989 yogyakarta.

Hermanto, S. 1979. Pengembangan Sistem Pemasaran Untuk Menekan Peningkatan

Harga Ikan sanpai Ketingkat Konsumen. Dalam Pusat Agroekonomi.

Departemen Pertanian, Jakarta. Hal 181-184.

Afrianti. Leni herlina, Teknologi Pengawetan Makanan, Alfabeta. Bandung september

2008.

Adwyah. R, Pengolahan dan Pengawetan Ikan, Bumi Aksara Jakarta 2007.

Page 26: TUGAS FERMENTASI

26

LAMPIRAN

Page 27: TUGAS FERMENTASI

27

Skema pembuatan Silase ikan dengan dua cara

Ikan dicuci sampai bersih

Ikan dicincang dan digiling sampai halus

Silase dengan bahan baku ikan mentah

Masukkan kedalam wadah

Silase dengan bahan baku ikan yang telah dimasak

Masukkan kedalam wadah dan direbus

Tambahkan asam formiat dan asam propionate dengan terus

diaduk

Setelah mencair cairan minyaknya segera dipisahkan

Biarkan terjadi fermentasi

Silase kemudian disimpan didalam wadah yang bersih

Page 28: TUGAS FERMENTASI

28

Silase ikan yang siap dipasarkan

Alat penggiling daging

Page 29: TUGAS FERMENTASI

29

Daging yang Telah Dilumatkan

Penyiangan dan Pembersihan ikan sebagai bahan baku silase

Page 30: TUGAS FERMENTASI

30

Mesin Pengolahan Silase Ikan

Asam Propionat dan Asam Formiat dalam Kemasan/Galon

Asam Propionat dan Asam Formiat dalam Kemasan Botol