tugas fermentasi
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1. 1. Silase Ikan
Silase ikan merupakan produk cair yang dibuat dari ikan yang dicairkan
oleh enzim-enzim yang tedapat pada ikan itu sendiri dengan menambah asam
organic (Afrianto dan Liviwaty, 1989) Silase adalah produk yang berupa cairan
kental hasil pemecahan senyawa komplek menjadi senyawa sederhana yang
dilakukan oleh enzim pada lingkungan yang terkontrol, berdasarkan proses
pengontrolan tersebut, maka pembuatan silase ikan dapat dilakukan secara kimia
dan biologis (Junianto, 2003).
Proses produksi protein cair untuk makanan hewan dari ikan yang
disilasekan. Produk silase umunya berwarna coklat gelap semi pasta. Proses
pengawetan ikan secara biologis/mikrobiologis disebut sistem ensiling, dengan
hasil disebut silase (silage), serta sebagai agen biologis yang berperan adalah
bakteri laktat (Suriawiria, 2004). Afrianto dan Liviawati (1989), bahwa silase
yang baik akan berubah bentuk menjadi cairan setelah dibiarkan 5-8 hari.
Silase ikan sebagai salah satu produk pengolahan ikan dan atau limbah
ikan melalui proses autolisis pada kondisi asam dapat digunakan sebagai bahan
baku pakan maupun sebagai atraktan Sebagai bahan baku pakan, silase ikan telah
dibuktikan untuk beberapa spesies budidaya dengan kadar nutrisi yang cukup
memadai. Selain kadar protein dan lemak cukup tinggi, produk silase dapat
meningkatkan kecernaan pakan oleh karena tersedia dalam bentuk rantai peptida.
2
Pengujian penggunaan silase pada beberapa ikan herbivore (co: bandeng,
baronang) menunjukkan bahwa silase ikan termasuk sumber protein hewani yang
baik sekaligus menggantikan fungsi tepung ikan sehingga menekan biaya
produksi pakan (jauh lebih murah dibanding pakan komersial). Untuk komoditas
udang, fungsi silase masih terbatas sebagai atraktan sehingga masih diperlukan
kajian lebih lanjut. Penggunaan silase untuk produksi masal pakan alami rotifer
telah terbukti bahwa silase dapat menggantikan fungsi mikroalga untuk proses
reproduksi rotifer.
1. 2. Prinsip Silase Ikan
Prinsip dan Proses Pembuataan Silase. Prinsip pembuatan silase ikan
adalah menurunkan pH ikan agar pertumbuhan maupun perkembangan bakteri
pembusuk terhenti. Dengan terhentinya aktivitas bakteri, aktivitas enzim baik
yang berasal dari tubuh ikan itu sendiri maupun dari asam yang sengaja
ditambahkan meningkat. Dengan penambahan garam dan larutan asam ,
pertumbuhan bakteri pembusuk terhambat, sehingga memberikan kesempatan
kepada jamur atau ragi untuk tumbuh pesat. Penambahan larutan asam
menciptakan kondisi lingkungan yang asam dan sangat dibutuhkan dalam proses
fermentasi.
Prinsip dan Proses Pembuataan Silase Proses pembuatan silase dapat
dilakukan dengan cara kimia dan biologis. Secara kimia dapat digunakan asam
organik dan asam anorganik. Secara biologis dilakukan dengan menambahkan
sumber bakteri asam laktat dan karbohidrat sebagai substrat dan kemudian
difermentasi dalam keadaan anaerob.
3
Silase ikan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu unsur yang dicampurkan
ke dalam makanan ikan atau ternak lainnya. Penggunaan silase ikan dalam
makanan umumnya dimaksudkan untuk menggantikan seluruh atau sebagian
tepung ikan didalam makanan. Penggunaan silase ikan sebagai pengganti tepung
ikan dianggap sangat menguntungkan, sebab selain harganya relative murah
kualitasnya pun tidak jauh berbeda. Berdasarkan penelitian Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 4 kg silase ikan dapat menggantikan4 kg tepung ikan. Bahkan
setelah mengalami perlakuan lebih lanjut, penggunaan silase ikan dapat menghasilkan
pertumbuhan ikan yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan tepung ikan (Lihat
table 1).
PerlakuanBerat rata – rata
(gram)
Pertumbuhan
(gram)FCR
Saat ditebarSaat
dipanen
Tepung ikan
Silase ikan mentah
Silase ikan direbus
Silase ikan rebus
106,4
90,1
98,4
101,3
271,0
215,3
230,3
288,8
164,6
125,6
131,9
187,4
1,67
1,67
1,79
1,42
Table 1. Pertumbuhan Ikan dengan Ransum Silase dan Tepung Ikan
4
Komposisi kimia silase ikan relatif sama dibandingkankan dengan
komposisi bahan bakunya, hanya sedikit lebih encer karena penambahan asam.
Silase yang terbuat dari ikan utuh akan mengandung :
Air 70,0 – 75,0 %
Protein 18,0 – 75,0 %
Abu 4,0 – 6,0 %
Lemak 1,0 - 6,0 %
Kalsium 1,0 - 3,0 %
Fospor 0,3 – 0,9 %
1. 3. Proses Pembuatan Silae Ikan
Seperti telah dijelaskan dimuka, untuk pembuatan silase perlu diusahakan
agar pH lingkungan rendah. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan menambahakan
asam tertentu pada ikan yang akan difermentasi. Umumnya jenis asam yang
digunakan adalah asam mineral, asam organik atau campuran dari kedua jenis
asam tersebut, tergantung pada produk fermentasi yang hendak dihasilkan. Faktor
lain yang dapat mempengaruhi penggunaan jenis asam tersebut adalah harga dan
kemudahannya diperoleh dipasaran serta kondisi lingkungan setempat.
Asam organik - umumnya asam formiat dan asam propionate – relative
mahal bila dibandingkan dengan asam mineral, tetapid dapat menghasilkan silase
yang tidak terlalu asam sehingga dapat digunakan sebagai ransum ikan maupun
ternak lain tanpa harus dinetralkan terlebih dahulu. Sedangkan asam mineral,
5
meskipun relative murah, sering menghasilkan silase yang sangat asam sehingga
perlu dinetralkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai makanan ikan atau
ternak lainnya. Untuk mengurangi tingkat asam, silase yang dibuat dengan
penambahan asam mineral perlu dicampurkan dengan sejumlah batu kapur hingga
pH – nya menjadi netral. Selain menghasilkan silase yang sangat asam, asam
mineral juga mempunyai sifat korosif terhadap logam, sehingga peralatan yang
digunakan dalam proses pembuatan silase harus lebih tahan terhadap pengaruh
asam yang kuat, misalnya dari bahan plastik.
Di Indonesia, jenis asam yang banyak digunakan dalam pembuatan silase
ikan adalah asam organik. Kedua jenis asam organik ini dipilih berdasarkan
pertimbangan keamanan dalam penggunaan maupun kemudahannya diperoleh dai
pasaran.
Untuk mendapatkan produk silase yang bermutu baik dengan penggunaan
asam organic, ke dalam bahan bakunya harus ditambahkaan campuran asam
propionate dan asam formiat sebanyak 3% dari volume bahan baku yang
digunakan. Sedangkan perbandingan antara asam propionat dengan asam formiat
di dalam campuran tersebut adalah 1 : 1.
Sebenarnya, bahan baku pembuatan silase yang di berikan asam formiat
sebesar 3 % telah dapat menghasilkan silase. Tetapi pada permukaan silase
tersebut sering ditumbuhi jamur dan berubah menjadi asam karena pH
lingkingannya menurun, sehingga akhirnya silase mengalami proses pembusukan
dan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Untuk menghindari pertumbuhan jamur dan
penurunan pH, sebaiknya dilakukan penambahan asam propionate. Daya awet
6
silase yang hanya mengandalkan penambahan asam formiat saja cukup singkat
dan akan mengalami pembusukan setelah 1 atau 2 minggu. Sedangkan silase yang
dibuat dengan penambahan asam propionate dan asam formiat akan lebih lama
bahkan silase yang menggunakan asam propionate dan asam formiat akan lebih
tahan selama 3 bulan, meskipun tidak dikeringkan. Keuntungan penggunaan asam
propionate dan asam formiat pada pembuatan silase akan lebihnyata apabila silase
dibuat didalam musim penghujan. Karena silase akan tetap baik mutunya
meskipun proses pengeringannya sering terhambat akibat turun hujan.
Silase yang baik akan berbentuk cairan setelah dibiarkan 5 – 8 hari. Proses
pencairan daging ikan ini disebabkan oleh adanya aktivitas enzim proteolitik,
misalnya catepsin yang terdapat didalam tubuh ikan.dengan penambahan asam,
enzim ini akan segera memecahkan protein menjadi gugus peptide yang berantai
pendek atau asam amino yang mudah larut dalam air.
Bila silase mengandung sejumlah bakteri pembusuk, adanya aktivitas dari
bakteri pembusuk ini selama penyimpanan dapat diketahui berdasarkan
terbentuknya senyawa ammonia. Untuk silase yang baik selama penyimpanan 21
hari, persentase senyawa kimia yang terbentuk kira – kira 2 % dai total jumlah
protein yang dikandungnya. Rendahnya persentase senyawa ammonia yang
terbentuk dapat memberikan petunjuk bahwa tidak ada atau sedikitnya bakteri
pembusuk yang dapat bertahan hidup dalam produk silasi bermutu baik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikrobiologi, ternyata silase yang
menggunakan campuran asam propionate dan asam formiat tidak menunjukkan
adanya pertumbuhan bakteri pembusuk atau dapat dianggap steril.
7
Setelah produk silase mencair, kandungan minyak yang akan muncul
harus dikurangi dengan cara memisahkannya. Berdasarkan pengalaman, ternyata
minyak sangat sulit dipisahkan dari silase karna terbentuk emulsi. Pemberian
silase dengan kadar minyak tinggi dapat menimbulkan bau amis pada ikan dan
ternak.
Ada dua cara yang dapat digunakan dalam pemisahan minyak dari produk
silase, yaitu :
1. Pertama – tama silase ikan dipanaskan hingga suhu mencapai 65 – 70
0C. pada tingkat suhu demikian, bagian silase yang kasar akan
mengendap sedangkan bagian yang cair akan mengapung ke
permukaan. Bagian yang cair ini kemudian dipisahkan kandungan
minyaknya secara sentrifugal. Setelah minyak berhasil dipisahkan, sisa
cairan dicampurkan kembali dengan bagian yang kasar tadi. Pemisahan
minyak dengan cara ini dianggap cukup efektif, tetapi agak sukar
diterapkan di Indonesia.
2. Cara lain untuk memisahkan minyak/lemak yang terkandung di dalam
silase adalah dengan menambahkan assam organik/asam mineral pada
ikan rucah atau sisa olahan sebelum dilakukan penyincangan, jumlah
asam yang di tambahkan adalah 3 % dari volume ikan, di adauk merata
dan dibiarkan selama 1 – 2 hari kemudian ikan diangkat dan diperas
secara system mekanis atau dipres. Setelah dipisahkan ampas kasar
kembali dicampurkan dan siap diolah menjadi silase.
8
II. BAHAN DAN PERALATA
2. 1. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan silase ikan :
Ikan
Asam Propionat
Asam Formiat
2. 2. Alat
Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan silase :
Gelas ukur/Literan Air
Pencacah/penggiling daging
Dandang perebusan
Pemanas/kompor
Pembuatan silase ikan, baik dalam skala kecil maupun skala besar, dapat
dilakukan dengan cara mudah dan murah. Adapun proses pembuatannya sangat
sederhana, yaitu dengan mencairkan daging ikan dengan bantuan enzim, baik
yang terdapat didalam tubuh ikan tersebut maupun yang dihasilkan oleh
mikroorganisme tertentu, dan asam yang sengaja ditambahkan. Penambahan asam
ini dimaksudkan untuk membantu menciptakan kondisi lingkungan yang
memenuhi syarat dan terkontrol sehingga mampu menghambat pertumbuhan
bakteri pembusuk maupun mikroorganisme lain serta dapat mempercepat proses
pencairan daging ikan.
9
III. PROSEDUR PENGOLAHAN SILASE
3. 1. Cara Pembuatan Silase
Berdasarkan bahan baku yang digunakan, pembuatan silase ikan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Bahan baku berupa ikan mentah
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengolahan silase ikan
adalah mencuci daging ikan yang akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan silase. Pencucian ini dimaksudkan
untuk membaersihkan daging ikan dari kotoran maupun benda
keras yang mungkin terdapat pada daging ikan, terutama bila
bahan baku berasal dari limbah pengalengan ikan.
Setelah dicuci bersih ikan dicincang halus ukuran 1 – 2 cm atau
lebih halus lagi dan kemudian digiling hingga benar – benar
lumat.
Ikan yang telah digiling dimasukkan kedalam wadah yang akan
dibubuhi asam, untuk menghindari korosi sebaiknya
menggunakan wadah yang terbuat bukan dari logam seperti
bahan plasti atau tanah liat.
Tambahkan asam formiat kedalam wadah barkadar 85 %
sebanyak 2 – 3 % dari berat total ikan yang akan diproses
( sekitar 3 liter untuk setiap 100 kg ikan ). Tujuan utama
pemberian asam formiat ini adalah untuk menurunkan kadar
10
pH pada lingkungan didalam wadah hingga mencapai 4,5 atau
lebih rendah lagi.
Selanjutnya kedalam wadah tersebut ditambahkan pula asam
propionate sebanyak 1 % ( 1 liter untuk 100 kg ikan ).
Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya awet dari silase
yang akan dihasilkan.
Bahan baku ikan yang telah ditambahkan asam propionat dan
asam formiat harus selalu diaduk agar keduanya benar – benar
tercampur secara merata. Proses pengadukan tersebut
sebaiknya dilakukan 3 – 4 kali sehari, selama 4 hari pertama.
Sedangkan hari – hari selanjutnya cukup dilakukan pengadukan
secara berkala.
Bila semua langkah pengerjaannya dilakukan dengan benar,
pada hari ke-5 telah tampak cairan yang keluar dari tubuh ikan.
Dengan demikian silase sudah dapat diberikan sebagai
makanan ikan atau ternak.
Bersamaan dengan timbulnya cairan dari tubuh ikan, biasanya
akan timbul pula cairan lemak. Sebaiknya cairan lemak yang
ada segera dibuang karena jika dikonsumsi oleh ikan akan
menimbulkan pengaruh kurang baik pada ikan dan ternak.
Untuk mendapatkan silase dalam bentuk kering, sebaiknya
dilakukan penambahan karbohidrat (dedak, tepung kanji,
11
tepung terigu, dan lain – lain ). Setelah dilakukan penambahan
karbohidrat silase dijemur hingga benar – benar kering.
Produk silase yang telah kering disimpan dalam wadah yang
bersih dan kering kemudian digunakan sedikit demi sedikit
untuk pakan ternak dan ikan.
2. Bahan baku berupa ikan yang telah masak
Proses pembuatan silase dengan bahan baku ini sama seperti
pada pembuatan silase dengan bahan baku ikan mentah.
Gilingan daging ikan yang telah halus dimasukkan kedalam
wadah dan kemudian direbus. Tambahkan air kedalam wadah
tersebut agar ikan tidak hangus, terutama ikan didasar wadah.
Jumlah air yang ditambahkan tidak perlu terlalu banyak, cukup
setinggi 0,5 – 1 cm dari dasar wadah perebusan.
Setelah direbus, tambahkan asam formiat dan asam propionat,
berturut – turut sebanyak 2 – 3 % dari berat total ikan yang
akan diolah. Langkah pengejaannya selanjutnya sama seperti
pada pembuatan silase ikan dengan bahan baku ikan mentah.
12
3. 2. Skema Pembuatan Silase Ikan
Gambar 1. Skema pembuatan Silase ikan
Ikan dicuci sampai bersih
Ikan dicincang dan digiling sampai halus
Silase dengan bahan baku ikan mentah
Masukkan kedalam wadah
Silase dengan bahan baku ikan yang telah dimasak
Masukkan kedalam wadah dan direbus
Tambahkan asam formiat dan asam propionate dengan terus
diaduk
Setelah mencair cairan minyaknya segera dipisahkan
Biarkan terjadi fermentasi
Silase kemudian disimpan didalam wadah yang bersih
13
3. 3. Kriteria Silase yang baik
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya:
KEWANGIAN
1. Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk
mencicipinya. Nilai 25
2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi Nilai 20
3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau
sama sekali tidak ada bau. Nilai 10
4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap. Nilai 0
RASA
1. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. Nilai 25
2. Rasanya sedikit asam Nilai 20
3. Tidak ada rasa Nilai 10
4. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya. Nilai 0
WARNA
1. Hijau kekuning- kuningan. Nilai 25
2. Coklat agak kehitam-hitaman. Nilai 10
3. Hitam, mendekati warna kompos Nilai 0
SENTUHAN
1. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel
ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa. Nilai 25
2. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila
ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang. Nilai 10
3. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel
14
ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. Nilai 0
Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh, angka 100
adalah yang terbaik
Penyimpanan Silase: Silase dapat di simpan dalam waktu yang sangat lama
selama tetap berada dalam keadaan kedap udara
15
VI. PROSES FERMENTASI
4. 1. Prinsip fermentasi
Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui proses
memanfaatkan penguraian senyawa dari bahan-bahan protein komplek. Protein
komplek tersebut terdapat didalam tubuh ikan yang diubah menjadi senyawa-
senyawa lebih sederhana dengan bantuan enzim yang berasal dari tubuh ikan atau
mikroorganisme serta berlangsung dalam keadaan yang terkontrol dan diatur.
Cara fermentasi pada dasarnya hanya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Proses fermentasi yang memungkinkan terjadinya penguraian atau
trasportasi yang nantinya akan mampu menghasilkan suatu produk
dengan bentuk dan sifat yang sama sekali berbeda ( berubah ) dari
keadaan awalnya. Misalnya saja dalam pengolahan terasi, kecap ikan
dan ikan peda serta silase ikan.
2. Proses fermentasi yang menghasilkan senyawa-senyawa, secara nyata
akan memiliki kemampuan atau daya awet dalam produk yang diolah
tersebut, misalnya dalam pembuatan ikan peda.
4. 2. Fermentasi Ikan
Proses fermentasi pada ikan adalah proses penguraian secara biologis atau
semibilogis terhadap senyawa-senyawa kompleks terutama protein menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana dalam keadaan terkontrol. Selama proses
fermentasi, protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptide,
16
kemudian asam-asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi komponen-
komponen lain yang berperan dalam pembentukan cita rasa produk.
Proses fermentasi ikan yang merupakan proses biologis atau semi biologis
pada prinsipnya dapat dibedakan atas empat kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Fermentasi dengan menggunakan kadar garam tinggi, misalnya dalam
pembuatan peda, kecap, terasi, dan bekasam.
b. Fermentasi dengan menggunakan asam organic, misalnya dalam
pembuatan silase ikan dengan cara menambahkan asam-asam
propionate dan formiat.
c. Fermentasi dengan menggunakanasam-asam mineral, misalnya
pembuatan silase ikan menggu8nakan asam-asam kuat.
d. Fermentasi menggunakan bakteri asam laktat, misalnya dalam
pembuatan bekasam dan chao teri.
Optimasi penggunaan bahan baku dapat ditempuh melalui penggunaan
bahan baku lokal terutama bahan dari tumbuhan (nabati), serta melalui
peningkatan kecernaan bahan melalui teknologi fermentasi baik aerob maupun
anaerob. Segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari mikroba
untuk melakukan reaksi-reaksi kimia sehingga terjadi perubahan kimiawi pada
suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan
perubahan dari sifat bahan tersebut.
17
Proses fermentasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Suhu
Suhu sebagai factor lingkungan terpenting yang
mempengaruhi dan menentukan macam mikroorganisme yang
dominan selama fermentasi. Beberapahal yang berhubungan
dengan suhu untuk setiap mikroorganisme dapat digolongkan
sebagai berikut.
a. Suhu minimum, di bawah suhu itu pertumbuhan
mikroorganisme tidak terjadi lagi.
b. Suhu optimum, sebagai suhu yang memungkinkan
pertumbuhan mikroorganisme paling cepat.
c. Suhu maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan
mikroorganisme tidak mungkin terjadi lagi.
Oksigen
Udara atau oksigen didalam proses fermentasi harus diataur
sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme tertentu. Setiap mikroba
membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk
pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.
18
Substrat
Seperti halnya mahluk lain, mikroorganisme juga
membutuhkan suplai makanan yang akan menjadi sumber energi,
dan menyediakan unsure-unsur kimia dasar untuk pertumbuhan
sel. Substrat ( makanan ) yang dibutuhkan mikroba untuk
kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan komposisi
kimianya.
Kebutuhan mikroorganisme berdasarkan substratnya juga
berbeda-beda. Ada yang memerlukan substrat lengkap dan ada
pula yang tumbuh dengan substrat sederhana. Hal itu di
karenakan oleh beberapa mikroorganisme memiliki system enzim
( katalis biologis ) yang dapat mencerna senyawa-senyawa yang
tidak dapat dilakukan oleh mikroorganisme lain.
Air
Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air
didalam substrat digunakan mokroorganisme dalam pertumbuhan
dinyatakan dalam istilah water activity atau aktivitas air = aw, yaitu
perbandingan antara tekanan uap dari larutan ( P ) dengan tekanan
uap air murni ( Po ) pada suhu yang sama.
Kerusakan pada Produk Fermentasi Hasil Perikanan
Produk fermentasi hasil perikanan dapat mengalami
kerusakan jika tahap yang dilakukan tidak tepat. Suhu
19
penyimpanan yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan enzim
menjadi tidak aktif dan pertumbuhan bakteri yang diinginkan jadi
terhambat. Apabila suhu terlalu rendah maka pertumbuhan bakteri
yang tidak kita inginkan akan tumbuh. Di samping itu, alat-alat
yang digunakan harus steril demikian pula pada saat proses
pengolahan. Jadi, yang tumbuh hanya mikroorganisme yang
diinginkan bukan bakteri pembusuk atau bakteru patogen sehingga
mengakibatkan kerusakan pada produk fermentasi.
20
V. ANALISA EKONOMI DAN USAHA
5. 1. Analisa ekonomi dan usaha
Dari jenis produk yang diolah, secara ekonomi dan usaha pengolahan
silase ikan ini dapat dilakukan dalam skala kecil maupun skala besar, berdasarkan
ketersediaan bahan baku, modal usaha serta alat, teknologi dan ilmu pengetahuan
yang memadai, serta bahan tambahan seperti asam organik dan asam mineral yang
mudah didapatkan dipasaran. Hal ini dapat mempermudah dalam usaha
pengolahan silase ikan sebagai ransum ikan dan ternak lainnya.
Berdasarkan analisa diatas dapat dilihat kelayakan usaha pada pembuatan
produk silase sebagai berikut :
Sebagai gambaran untuk mengetahui tingkat kelayak usaha Silase Ikan
dibawah ini di uraikan perhitungan investasi.
Perhitungan usaha skala industri rumah tangga :
Modal tetap
JENIS MODAL TETAP NILAI (Rp)
a. Tanah dan bangunan (sewa)/tahun
b. Peralatan
c. Sarana /fasilitas lainya
2.000.000
2.500.000
750.000
Jumlah 5.250.000
21
Modal kerja untuk 1 (satu) bulan
JENIS PENGELUARAN JUMLAH HARGA (Rp) BIAYA (Rp)
a. Ikan/Ikan Rucah
b. Asam Propionat
c. Air
d. Bahan lainya
e. Asam Formiat
f. Gaji/Upah
g. Bahan Bakar
40 Kg
1.152 Kg
1.920 liter
1 paket
5.818 botol
5.818 kg
20 Kg
5.000
6.500
25
12.000
1.200
200
4.500
200.000
7.488.000
48.000
12.000
6.981.600
1.163.600
90.000
Jumlah 15.983.200
Kebutuhan Investasi : Rp 5.250.000,- + Rp 15.983.200,- = Rp 21.233.200,-
Perhitungan Biaya Produksi 1 (satu) Tahun
Biaya Tetap
NO. JENIS PENGELUARAN JUMLAH HARGA (Rp) BIAYA (Rp)
1.
2.
3.
4.
Gaji dan Upah
Pemeliharaan
a. Bangunan
b. Peralatan
Penyusutan
a. Bangunan
b. Peralatan
Bunga Modal
a. Modal tetap
b. Modal Kerja
12 bulan
3 %
3 %
2.000.000
34 %
12 %
15 %
1.163.600
2.000.000
2.500.000
2.000.000
2.500.000
5.250.000
24.082.000
13.963.200
60.000
75.000
2.000.000
850.000
630.000
3.612.300
JUMLAH 21.190.500
22
Biaya tidak tetap
NO. JENIS PENGELUARAN JUMLAH HARGA (Rp) BIAYA (Rp)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ikan/Ikan Rucah
Asam Propionat
Air
Bahan lainya
Asam Formiat
Gaji/Upah
Bahan Bakar
480 Kg
13.824 Kg
23.040 Liter
12 paket
69.816 unit
69.816 unit
240 Kg
5.000
6.500
25
12.000
1.200
200
4.500
2.400.000
89.856.000
576.000
144.000
83.779.200
13.963.200
1.080.000
JUMLAH 191.798.400
Biaya produksi 1 (satu) tahun
a. Biaya Tetap = Rp 21.190.500,-
b.Biaya tidak tetap = Rp 191.798.400 +
Rp 212.988.900
Hasil Penjualan Silase Ikan 69.816 botol X Rp 4.500,- = Rp 314.172.000,-
Perhitungan Rugi – Laba
NO. URAIAN NILAI (Rp)
1.
2.
3.
Hasil Penjualan
Biaya Produksi
Keuntungan Kotor
Pajak 20 %
Keuntungan bersih
314.172.000
212.988.900 -
101.183.100
20.236.620 -
80.946.480
23
Presentase Batas Rugi – Laba (Break Even Point)
21.190.500
BEP = X 100 %
314.172.000 - 212.988.900
21.190.500
X 100 % = 20,94 %
101.183.100
20,94 % X 69.816 botol = 14.620 botol
14.620 botol X Rp. 4.500,- = Rp6.5790.000,-
Jangka Pengembalian Modal (Pay Back Priode)
80.946.480 + 2.850.000
PBP = X 100 %
21.233.200
83.796.480
= X 100% 39,46 %
21.233.200,
Jangka Pengembalian Modal 39,46 % X Rp21.233.200
Rp 8.378.621
21.233.200
83.796.4800 Tahun 3 Bulan
24
Nilai Tambah 314.172.000 - 191.798.400
254.945
480
80.946.480 / 21.233.200 X 100 % 381,227 % (presentase keuntungan)
Niali Tambah Silase Ikan perkilogramnya adalah Rp 254.945,- - Rp 5.000,-
= Rp249.945,-
Gambar 1. Silase ikan yang siap dipasarkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Sunarman, Pengawetan dan Pemasaran Ikan. Tegal : Marine Fisheries Training
Projek. 1971.
Afrianto. Eddy, Pengawetan dan Pengolahan Ikan, Kanisius 1989 yogyakarta.
Liviawati. Evi, Pengawetan dan Pengolahan Ikan, Kanisius 1989 yogyakarta.
Hermanto, S. 1979. Pengembangan Sistem Pemasaran Untuk Menekan Peningkatan
Harga Ikan sanpai Ketingkat Konsumen. Dalam Pusat Agroekonomi.
Departemen Pertanian, Jakarta. Hal 181-184.
Afrianti. Leni herlina, Teknologi Pengawetan Makanan, Alfabeta. Bandung september
2008.
Adwyah. R, Pengolahan dan Pengawetan Ikan, Bumi Aksara Jakarta 2007.
26
LAMPIRAN
27
Skema pembuatan Silase ikan dengan dua cara
Ikan dicuci sampai bersih
Ikan dicincang dan digiling sampai halus
Silase dengan bahan baku ikan mentah
Masukkan kedalam wadah
Silase dengan bahan baku ikan yang telah dimasak
Masukkan kedalam wadah dan direbus
Tambahkan asam formiat dan asam propionate dengan terus
diaduk
Setelah mencair cairan minyaknya segera dipisahkan
Biarkan terjadi fermentasi
Silase kemudian disimpan didalam wadah yang bersih
28
Silase ikan yang siap dipasarkan
Alat penggiling daging
29
Daging yang Telah Dilumatkan
Penyiangan dan Pembersihan ikan sebagai bahan baku silase
30
Mesin Pengolahan Silase Ikan
Asam Propionat dan Asam Formiat dalam Kemasan/Galon
Asam Propionat dan Asam Formiat dalam Kemasan Botol