tugas etika enron
DESCRIPTION
ENRONTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Lingkungan Etika dan Akuntansi
Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan atau lebih tepatnya
keuntungan adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis, walaupun bukan
merupakan tujuan satu-satunya. Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal
yang buruk. Pertama, keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan dalam kegiatan
bisnisnya. Kedua, tanpa memperoleh keuntungan, tidak ada ivestor yang bersedia
menanamkan modalnya, dan karena itu tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang
menjamin kemakmuran nasional. Ketiga, keuntungan memungkinkan perusahaan
untuk tidak hanya bertahan melainkan juga dapat menghidupi karyawan-karyawannya.
Dalam bisnis yang modern ini, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi
orang-orang yang profesional di bidangnya. Mereka dituntut mempunyai keahlian dan
keterampilan bisnis yang melebihi keterampilan dan keahlian bisnis orang kebanyakan
lainnya. Kaum profesional bisnis ini dituntut untuk memperlihatkan kinerja tertentu
yang berada diatas rata-rata kinerja pelaku bisnis amatir. Kinerja ini tidak hanya
menyangkut aspek bisnis, manajerial, dan organisasi teknis murni, melainkan juga
menyangkut aspek etis. Kinerja yang menjadi prasyarat keberhasilan bisnis ini juga
menyangkut komitmen moral, integritas moral, disiplin, loyalitas, kesatuan visi moral,
pelayanan, dan sikap mengutamakan mutu, penghargaan terhadap hak dan kepentingan
pihak-pihak terkait yang berkepentingan (stakeholder), yang lama kelamaan akan
berkembang menjadi sebuah etos bisnis dalam sebuah perusahaan.
Tekanan ekonomi dan bisnis yang kompetitif
Dalam persaingan bisnis yang ketat, para pelaku bisnis sadar bahwa
perusahaan yang unggul bukan hanya perusahaan perusahaan yang mempunyai kinerja
bisnis yang baik, melainkan juga perusahaan yang mempunyai kinerja etis, etos yang
baik. Hanya perusahaan yang mampu melayani kepentingan semua pihak yang
berbisnis dengannya, mempertahankan mutu, mampu memenuhi permintaan pasar
dengan tingkat harga, kualitas, dan waktu yang tepat yang akan menang. Hanya
perusahaan yang mampu menawarkan barang dan jasa sesuai dengan apa yang
dianggapnya baik dan diterima masyarakat itulah yang akan berhasil dan bertahan
lama.
Hal yang paling pokok untuk bisa untung dan bertahan dalam pasar yang
penuh persaingan adalah sejauh mana suatu perusahaan bisa merebut dan
mempertahankan kepercayaan konsumen dan tentunya ini bukanlah merupakan hal
yang mudah. Karena dalam pasar yang bebas dan terbuka, dimana beragam barang dan
jasa yang ditawarkan dengan harga dan mutu yang kompetitif, sekali konsumen
merasa dirugikan mereka akan berpaling dari perusahaan tersebut. Hal ini akan
memiliki efek berantai yang mempengaruhi konsumen lainnya sehingga lama
kelamaan jika perusahaan tidak berhati-hati, mereka akan dijauhi oleh semua
konsumen dan ini sangat disadari betul oleh semua perusahaan. Kepercayaan
konsumen hanya mungkin dijaga dengan memperlihatkan citra bisnisnya sebagai
bisnis yang baik dan etis.
Pendekatan stakeholder
Pendekatan stakeholder adalah cara mengamati dan menjelaskan secara analitis
bagaimana berbagai unsur dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan tindakan
bisnis. Pendekatan ini mempunyai satu tujuan imperatif: bisnis harus dijalankan
sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak terkait yang berkepentingan
dengan suatu kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan, dan dihargai. Dasar pemikiran
pendekatan ini adalah bahwa semua pihak yang memiliki kepentingan dalam suatu
kegiatan bisnis terlibat didalamnya karena ingin memperoleh keuntungan, maka hak
kan kepentingan mereka harus diperhatikan dan dijamin.
Supaya bisnis dari perusahaan dapat berhasil dan bertahan lama, perusahaan manapun
dalam kegiatan bisnisnya dituntut, atau menuntut dirinya, untuk menjamin dan
menghargai hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya. Jika
salah satu saja dari pihak yang berkepentingan dirugikan, pihak tersebut tidak akan
mau lagi menjalankan bisnis dengan perusahaan tersebut. Bahkan, pihak yang belum
menjalin bisnis dengannya juga akan menganggap perusahaan tersebut sebagai
perusahaan yang harus diwaspadai dalam relasi bisnis selanjutnya.
Peran Pemerintah
Syarat utama untuk menjamin sebuah sistem ekonomi pasar yang adil adalah
perlunya suatu peran pemerintah yang merupakan kombinasi dari prinsip no-
intervention, dan prinsip campur tangan, khususnya demi menegakkan keadilan.
Dalam teori Smith, peran bahkan campur tangan pemerintah tidak ditolak sama sekali
atas dasar prinsip no-harm, yaitu bahwa demi menegakkan keadilan no-harm,
pemerintah harus campur tangan.
Karena itu, dalam sistem ekonomi pasar, pemerintah dibatasi perannya hanya pada
tingkat minimal, tetapi sekaligus efektif. Minimal karena pemerintah dibatasi perannya
hanya pada tiga tugas utama. Pertama, tugas melindungi masyarakat dari kekerasan
dan invasi dari masyarakat merdeka lainnya; kedua, tugas melindungi, sebisa mungkin
setiap anggota masyarakat dari ketidakadilan dari setiap anggota lainnya, atau tugas
menjamin keadilan secara ketat; ketiga, tugas membangun dan mengelola pekerjaan-
pekerjaan umum tertentu dan lembaga-lembaga umum tertentu yang tidak bisa
dijalankan oleh swasta karena tidak menguntungkan, tetapi sangat berguna bagi
kehidupan bersama.
Lingkungan Etis untuk Akuntan Profesional
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah
sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum
perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara
berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari
pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai
perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari
masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Dari profesi
akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan penilaian yang
bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh
manajemen perusahaan.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu
jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance.
• Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan.
Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen
dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang
material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa atestasi terdiri dari audit,
pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon
procedure).
• Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan,
atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi
akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan
keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga “masyarakat keuangan” memperoleh
informasi keuangan yang handal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-
sumber ekonomi.
PROFIL PERUSAHAAN
Enron adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston,
Texas, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural
Gas Company, sebuah konsorsium dari Northern American Power and Light
Company, Lone Star Gas Company, dan United Lights and Railways Corporation.
Kepemilikan konsorsium ini secara bertahap dibubarkan antara 1941 hingga 1947
melalui penawaran saham kepada publik. Pada 1979, Northern Natural Gas
mengorganisir dirinya sebagai perusahaan induk, Internorth, yang menggantikan
Northern Natural Gas di New York Stock Exchange. Enron sebelum tahun 2001
mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu perusahaan
terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, serta
komunikasi (wikipedia.co.id).
Enron menyalahgunakan kekuatan ekonomi dan hubungan pribadi pada Arthur
Andersen untuk mencapai “pendekatan agresif dalam akuntansinya”. Tim Audit
Andersen yang dipimpin David Duncan kelihatannya mengakomodasi keagresifan
Enron. Ketika ada akuntan Andersen yang bereaksi secara tidak simpatik terhadap
upaya Enron untuk memaksimalkan laba atau untuk memanipulasinaturan akuntansi,
besar kemungkinannya dia digeser dari penugasannya di Enron yang prestisius.
Sejak tahun 1998 Enron mulai mengeluh terhadap keputusan-keputusan yang
dibuat Professional Standards Group (PSG). Sebenarnya PSG adalah suatu lembaga
kunci di Andersen yang mempunyai wewenang tertinggi menetapkan hal-hal yang
berkenaan dengan kebijakan akuntansi, atau masalah-masalah yang mungkin timbul
mengenai kebijakan akuntansi.
Pada 2 Desember 2001, Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter
11 akibat kebangkrutan yang melanda perusahaan tersebut. Kebangkrutan ini
disebabkan kegagalan pada proses bisnis dan manajemen (Eiteman, dkk, 2007). Juga
akibat adanya penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan
secara kreatif (wikipedia.co.id).
Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron disebabkan terganggunya
proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun pada November 2001. Hal ini
dikarenakan sebagai perusahaan trading, membutuhkan rating nilai investasi untuk
melakukan perdagangan dengan perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik, maka
tidak akan ada perdagangan (Eiteman, dkk, 2007).
Terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan disebabkan hutangnya
yang terlalu besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet)
kemudian diklasifikasikan ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet).
Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta.
Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat banyak special purpose entity (SPEs) dan
kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga
terjadi ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan
nilai ekuitas perusahaan jatuh (Eiteman, dkk, 2007).
Meningkatnya defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya
masalah manajemen keuangan yang mendasar pada Enron. Pertumbuhan perusahaan
membutuhkan adanya modal eksternal. Tambahan modal dapat diperoleh dari hutang
baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff Skilling, enggan untuk menerbitkan jumlah
besar dari ekuitas baru. Karena akan mendilusi laba dan jumlah saham yang dipegang
oleh pemegang saham. Pilihan menggunakan utang juga terbatas, dengan tingkat
utang yang tinggi menyebabkan rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat rating yang
rendah oleh lembaga pemberi rating (Eiteman, dkk, 2007).
Andrew Fastow bersama dengan asistennya membuat SPEs, alat yang
digunakan dalam jasa keuangan. SPEs memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual
aset-aset yang bermasalah ke rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari neraca,
mengurangi tekanan akibat utang dan menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal
ini dapat mendatangkan dana tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru.
Kedua; memperoleh pendapatan untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall
Street.
SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk saham treasury, (2)
ekuitas dalam bentuk minimum 3% dari aset yang berasal dari pihak ketiga yang tidak
berhubungan, (3) jumlah yang besar dari utang bank. Modal ini berada pada sisi kanan
neraca SPEs, akan tetapi pada sisi kiri modal digunakan untuk membeli aset dari
Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs berkaitan dengan harga saham Enron.
Saat saham SPEs naik, maka saham Enron ter-apresiasi. Sedangkan saat harga saham
SPEs turun, maka harga saham Enron ter-depresiasi (Eiteman, dkk, 2007).
Menurunnya harga saham Enron hingga $47 per lembar saham pada bulan Juli
2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini menyebabkan Sherron Watkins, wakil
presiden Enron mencoba memperingatkan Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar
surat yang menjelaskan proses akuntan yang tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan
memperingatkan akan kecurangan proses akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron
Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay, sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga
sahamnya jatuh hingga tersisa $1 per lembar saham yang menyebabkan Enron
bangkrut. Pada Bulan Februari 2002, Sherron Watkins dipanggil oleh DPR untuk
menjelaskan skandal Enron, tentang aktivitas akuntansi perusahaan.
Kaitan Kasus Enron dengan Etika Bisnis:
Adapun kaitan kasus Enron dengan Etika Bisnis, jika dilihat dari Ekspektasi
Masyarakat terhadap Bisnis dan Akuntansi yaitu:
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan
kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu
opportunity; pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari
melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita
meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap
kepercayaan publik (public trust). Namun, hal tersebut tidak dilakukan
oleh Enron, yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi
banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja,
tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam
saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact).
Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham
berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai
KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk
memberikan suatu fairrness information mengenai pertanggungjawaban dari pihak
agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen
Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented)
dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal
perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan
perusahaan agar saham tetap diminati investor. Dalam pihak Andersen sendiri pun
mengalami pergejolakan akan etika, dimana seorang staf PSG (Professional Standard
Group) yaitu Carl Bass tidak diperkenankan turut campur menangani Enron, karena
menentang kebijakan akuntansi yang diterapkan Enron. Sekalipun hal ini diluar tradisi
Andersen, dan ditentang oleh orang-orang penting PSG, tetap saja Carl Bass tidak
diperkenankan ikut campur. Akuntan Andersen yang lain juga mengalami nasib yang
sama, yaitu Jennifer Stevenson dan Pattie Grutzmacher. Keduanya digeser dari bagian
tertentu dalam audit Enron setelah mereka mengambil posisi yang berlawan dengan
keinginan klien. Selain itu, Tim audit Enron yang dikepalai oleh David Duncan dan
anggota senior dalam tim auditnya mengabaikan saran PSG dan untuk tidak
menggabungkan masing-masing SPEs menjadi satu, walaupun sebenarnya di
Andersen nasehat PSG tidak pernah diabaikan, dan secara umum pendapat PSG lah
yang menentukan. Ketika kasus ini menyeruak, Duncan memerintahkan untuk
menghancurkan seluruh dokumen Enron kecuali kertas kerja audit inti. Hal ini untuk
mencari jalan keselamatan, yang tidak sesuai dengan etika.
Peran Pemerintah
Dalam masalah Enron dan Andersen, kasus ini bergaung keras karena
melibatkan politisi-politisi penting. Enron mempunyai hubungan dekat dengan
Presiden George Bush. Enron sejak lama menjadi pendukung keuangan Bush.
Keterlibatan keuangan Enron melaampaui Gedung Putih, dan menyeret banyak
kalangan dari partai Republik. Dukungan keuangannya membuka kesempatan bagi
Enron untuk mendapat akses ke lembaga negara yang sensitif seperti Energy
Committee-nya, yaitu Wakil Presiden Richard Cheney. Sehingga, peran pemerintah
secara preventif dalam kasus ini menjadi tidak berfungsi.
PEMBAHASAN
1. Skandal Perusahaan Enron
Enron mengumumkan kebangkrutannya pada akhir tahun 2001. kebangkrutan
perusahaan tersebut menimbulkan kehebohan yang luar biasa. Bangkrutnya Enron
dianggap bukan lagi semata-mata sebagai sebuah kegagalan bisnis, melainkan sebuah
skandal yang multidimensional, yang melibatkan politisi dan pemimpin terkemuka di
Amerika Serikat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fakta yang cukup mencengangkan.
Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang pada awal tahun 2001 sebelum
kebangkrutannya masih membukukan pendapatan US$ 100 miliar, ternyata tiba-tiba
melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal. Sebagai entitas bisnis, nilai
kerugian Enron diperkirakan mencapai US$ 50 miliar. Sementara itu, pelaku pasar
modal kehilangan US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus menangisi
amblasnya dana pensiun mereka tak kurang dari US$ 1 miliar.
Saham Enron terjun bebas hingga berharga US$ 45 sen. Padahal sebelumnya
pada Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per lembar. Oleh karenanya banyak pihak
yang mengatakan kebangkrutan Enron ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah
bisnis di Amerika Serikat dan menjadi bahan pembicaraan dan ulasan di berbagai
media bisnis dan ekonomi terkemuka seperti Majalah Time, Fortune, dan Business
Week.
Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu Enron dicurigai telah
melakukan praktek window dressing yaitu dengan cara penundaan pencatatan piutang
karena kasnya digunakan untuk kepentingan pribadi, misal ada piutang dari pihak A,
pihak B, pihak C. Pelunasan dari pihak A ditunda pencatatannya sampai terjadi
pelunasan dari pihak B. Baru kemudian piutang piutang pihak A dicatat di rekening
perusahaan. Begitu seterusnya sampai terbongkar penipuan tersebut. Manajemen
Enron telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta, dan
menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Hal ini bertujuan agar saham
perusahaan tetap diminati oleh para investor di pasar modal.
Menggelembungkan nilai pendapatan dan menyembunyikan utang senilai itu
tentulah tidak bisa dilakukan sembarang orang. Diperlukan keahlian khusus dari para
profesional yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka,
sehingga selama bertahun-tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap
mencorong. Dengan kata lain, telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara
manajemen Enron, analis keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya.
Belakangan diketahui bahwa auditor Enron, Arthur Andersen kantor Hudson, telah
ikut membantu proses rekayasa keuangan tingkat tinggi itu.
Komplikasi skandal ini bertambah karena belakangan diketahui banyak sekali
pejabat tinggi gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah
menerima kucuran dana politik dari perusahaan ini. 70% senator, baik dari Partai
Repubik maupun Partai Demokrat, pernah menerima dana politik. Dalam komite yang
membidangi energi, 19 dari 23 anggotanya juga termasuk yang menerima sumbangan
dari perusahaan itu.
Sementara itu, tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W.Bush
merupakan pemegang saham Enron, yang telah lama merupakan perusahaan publik.
Dalam daftar perusahaan penyumbang dana politik, Enron tercatat menempati
peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan dana
kampanye Bush. Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan
Bush dan para politisi telah dan akan memberikan perlakuan istimewah, baik dalam
bisnis Enron selama ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.
2. Analisis Kasus
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang
melakukan kecurangan, menipulasi, korupsi dan perilaku tidak etis lainnya yaitu
opportunity; pressure; dan rationalization. Ketiga hal tersebut dapat kita hindari
melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita
meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap
kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis Enron menjadikannya bangkrut dan
hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak. Pihak yang dirugikan dari kasus
ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang
menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar
modal pada umumnya. Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan
meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa efek.
Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menodai
kepercayaan pihak shareholder atau principal untuk memberikan suatu informasi yang
jujur mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari
principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional
untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika
bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah
ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis adalah hutang dan
sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses
peradilan dan tuntutan hukum.
KESIMPULAN
Menurut kelompok kami, dalam kasus ini Auditor melanggar kode etik
Tanggung Jawab Profesi, karena auditor telah memanipulasi laporan keuangan untuk
menunjukkan seolah-olah kinerja perusahaan baik. Selain itu Auditor melanggar kode
etik sikap profesionalismenya sebagai akuntan independen, karena menghancurkan
dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron dan menerbitkan
laporan audit yang salah dan meyesatkan. Terbongkarnya praktek persekongkolan
tingkat tinggi ini menjadi bukti bahwa praktek bisnis yang bersih dan transparan akan
lebih langgeng (sustainable). Prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik (good
corporate governance) harus dijaga dan dipelihara. Pengelolaan haruslah dilakukan
secara transparan, fair, akuntabel, serta menjaga keseimbangan lingkungan.
Dilihat dari tujuan Enron memanipulasi keuangan, yaitu agar saham Enron
tetap diminati pemegang saham, maka teori etika yang berlaku pada Enron merupakan
teori Teleontologi yaitu egoism etis dimana tindakan yang dilakukan semata-mata
untuk kepuasan pribadi dan memajukan diri sendiri.
Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Enron_scandal
https://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/
https://uppi.wordpress.com/2008/04/10/skandal-enron/
http://gitayolanda1.blogspot.com/2014/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html
Etika Profesi Dan Tata Kelola Korporat
STUDI KASUS ETIKA PADA PERUSAHAAN ENRON
Disusun oleh :
Peggy Anna Theodora Ambarita
(PPAk-0118-13)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015