tugas etika bisnis

27

Click here to load reader

Upload: chiaap08

Post on 04-Jul-2015

448 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS ETIKA BISNIS

Makassar, 1 Juni 2011

Tugas Final

M K : Etika Komunikasi Kantor

Oleh :

N A S R I A H

086 234 018

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2011

BAB I

Page 2: TUGAS ETIKA BISNIS

PENDAHULUAN

Beberapa tahun terakhir begitu banyak berita hangat mengenai etika

dan moral dalam berbisnis. Pertama, obat anti nyamuk HIT yang

mengandung bahan pertisida berbahaya yang di larang penggunaannya

sejak tahun 2004, dimana perusahaan pembuat sudah meminta maaf dan

berjanji akan menarik produknya. Akan tetapi kenyataan dilapangan

produk tersebut masih beredar di pasaran sehingga permohonan maaf

dari perusahaan anti nyamuk HIT terkesan tidak serius. Kedua, kasus

melubernya lumpur dan gas panas di Kabupaten Sidoarjo yang

disebabkan eksploitasi gas PT. Lapindo Brantas yang menyebabkan

banyak penduduk kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan masa depan.

Sementara perusahaan terkesan lebih mengutamakan penyelematan

asset- asetnya daripada mengatasi soal lingkungan dan sosial yang

ditimbulkannya. Dan masih banyak lagi kasus- kasus lainnya seperti

pemakaian formalin pada pembuatan tahu dan pengawetan ikan laut,

pembuatan terasi dengan bahan yang sudah berbelatung dan susu

formula yang berbekteri.

Dari beberapa kasus yang dipaparkan di atas, kita dapat melihat

bahwa perusahaan atau pelaku bisnis bersedia melakukan apa saja demi

mendapatkan keuntungan (laba). Sehingga ada yang menyatakan bahwa

dalam bisnis, satu- satunya etika yang diperlukan hanya sikap baik dan

sopan kepada pemegang saham dan konsumen. Hal ini terjadi karena

fokus utama perusahaan adalah untuk menghasilkan keuntungan

maksimal bagi shareholders sehingga perusahaan berpikiran pendek

dengan segala cara berupaya melakukan hal- hal yang bisa meningkatkan

keuntungan. Kompetisi semakin ketat dan konsumen yang kian rewel

sering menjadi factor pemicu perusahaan mengabaikan etika dalam

berbisnis.

Page 3: TUGAS ETIKA BISNIS

Namun beberapa akademisi dan praktisi bisnis melihat adanya

hubungan sinergis antara etika dan laba. Menurut mereka, justru di era

kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan sebuah competitive

advantage yang sulit ditiru. Salah satu kasus yang sering dijaddikan acuan

adalah bagaimana Johnson & Johnson (J&J) menangani kasus keracunan

Tylenol tahun 1982. Pada kasus itu, tujuh orang dinyatakan mati secara

misterius setelah mengonsumsi Tylenol di Chicago. Setelah diselidiki,

ternyata Tylenol itu mengandung racun sianida. Meski penyelidikan masih

dilakukan guna mengetahui pihak yang bertanggung jawab, J&J segera

menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran dan mengumumkan agar

konsumen berhenti mengonsumsi produk itu hingga pengumuman lebih

lanjut. J&J bekerja sama dengan polisi, FBI, dan FDA (BPOMnya Amerika

Serikat) menyelidiki kasus itu. Hasilnya membuktikan, keracunan itu

disebabkan oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botol-botol

Tylenol. Biaya yang dikeluarkan J&J dalam kasus itu lebih dari 100 juta

dollar AS. Namun, karena kesigapan dan tanggung jawab yang mereka

tunjukkan, perusahaan itu berhasil membangun reputasi bagus yang

masih dipercaya hingga kini. Begitu kasus itu diselesaikan, Tylenol

dilempar kembali ke pasaran dengan penutup lebih aman dan produk itu

segera kembali menjadi pemimpin pasar (market leader) di Amerika

Serikat. Secara jangka panjang, filosofi J&J yang meletakkan keselamatan

konsumen di atas kepentingan perusahaan berbuah keuntungan lebih

besar kepada perusahaan.

Doug Lennick dan Fred Kiel, 2005 (dalam Itpin, 2006) penulis buku

Moral Intelligence, berargumen bahwa perusahaan- perusahaan yang

memiliki pemimpin yang menerapkan standar etika dan moral yang tinggi

terbukti lebih sukses dalam jangka panjang. Hal yang sama juga

dikemukakan miliuner Jon M Huntsman, 2005 (dalam Itpin, 2006) dalam

buku Winners Never Cheat mengatakan bahwa kunci utama kesuksesan

adalah reputasi sebagai pengusaha yang memegang teguh integritas dan

kepercayaan pihak lain.

Page 4: TUGAS ETIKA BISNIS

Dari pembahasan di atas, beretika dalam bisnis tidak akan memberi

keuntungan segera. Karena itu, para pengusaha dan praktisi bisnis harus

belajar untuk berpikir jangka panjang. Peran masyarakat, terutama melalui

pemerintah, badan- badan pengawasan, LSM, media dan konsumen yang

kritis sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan etika bisnis

berbagai perusahaan di Indonesia.

Page 5: TUGAS ETIKA BISNIS

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA BISNIS

Menurut Kamus Inggris Indonesia Oleh Echols and Shadily (1992:

219), Moral yaitu moral, akhlak, susila (su=baik, sila=dasar,

susila=dasar-dasar kebaikan); Moralitas yaitu kesusilaan; Sedangkan

Etik (Ethics) yaitu etika, tata susila. Sedangkan secara etika (ethical)

diartikan pantas, layak, beradab, susila. Jadi kata moral dan etika

penggunaannya sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang

sebenarnya memiliki makna dan arti berbeda. Moral dilandasi oleh

etika, sehingga orang yang memiliki moral pasti dilandasi oleh etika.

Demikian pula perusahaan yang memiliki etika bisnis pasti

manajernya dan segenap karyawan memiliki moral yang baik.

Uno (2004) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket

(sopan santun) berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata

cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara itu

etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan

cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama.

Pengertian etika menurut Sonny Keraf terbagi dua, yaitu:

a. Etika sebagai Moralitas, Etika (Yunani = ethos) yaitu kebiasaan

hidup atau adat istiadat, berkaitan dengan nilai-nilai. Moralitas

(latin = mos) yaitu adat atau kebiasaan. Jadi etika adalah suatu

sitem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup yang terwujud

dalam pola perilaku dan terulang dalam kurun waktu lama sebagai

kebiasaan.

b. Etika sebagai ilmu, yaitu ilmu yang membahas dan mengkaji nilai

dan norma yang diberikan oleh moralitas dan etika dalam

pengertian diatas.

Page 6: TUGAS ETIKA BISNIS

Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan

”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari kelakuan

manusia. Kata etik juga berhubungan dengan objek kelakuan manusia

di wilayah-wilayah tertentu, seperti etika kedokteran, etika bisnis, etika

profesional (advokat, akuntan) dan lain-lain. Disni ditekankan pada

etika sebagai objek perilaku manusia dalam bidang bisnis. Dalam

pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat

dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good)

atau buruk (bad)”. Catatan tanda kutip pada kata-kata baik dan buruk,

yang berarti menekankan bahwa penentuan baik dan buruk adalah

suatu masalah selalu berubah. Akhirnya, keputusan bahwa manajer

membuat tentang pertanyaan yang bekaitan dengan etika adalah

keputusan secara individual, yang menimbulkan konskuensi.

Keputusan ini merefleksikan banyak faktor, termasuk moral dan nilai-

nilai individu dan masyarakat.

Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu

aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus

diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi

batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat

penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen

lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan

dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok,

pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain (Dalimunthe, 2004).

Bagaimana posisi teori Etika Bisnis dalam kancah dunia bisnis di

Indonsesia? Etika bisnis sendiri sesungguhnya merupakan aplikasi

dari etika pribadi para pelaku bisnis itu sendiri dalam dunia usaha.

Sonny Keraf dalam bukunya ”Etika Bisnis” menyatakan bahwa dalam

tingkat tertentu etika lalu menjadi sebuah ilmu yang sangat luas dan

kompleks dan berkaitan dengan seluruh bidang dan aspek kehidupan

manusia.

Page 7: TUGAS ETIKA BISNIS

Etika bisnis menjadi semakin penting ketika sistem perekonomian

sendiri memberikan tempat bagi adanya perdagangan bebas,

persaingan harga dan monopoli perdagangan. Dalam bahasa Kant,

etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak

secara otonom dan bukan secara heteronom.

Dalam bukunya yang berjudul ” Etika Bisnis : Tuntutan dan

Relevansinya”, DR. A. Sonny Keraf membagi etika dalam tiga norma

umum yaitu : Norma sopan santun, norma hukum dan ketiga adalah

norma moral. Rendahnya etika para pelaku bisnis terjadi karena

rendahnya pemahaman dari norma – norma umum yang sangat

mendasar tersebut. Etika adalah suatu yang terbentuk dari proses

yang cukup panjang, bahkan sepanjang dari usia seseorang itu

sendiri. Etika adalah pelajaran yang di peroleh seseorang mulai dari

lahir, sampai tingkat dewasa.

Sonny Keraf juga membagi etika berbisnis dalam beberapa prinsip

antara lain:

a. Prinsip Otonomi, adalah sikap dan kemampuan menusia untuk

mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya

sendiri tentang apa yang dianggapnya paling baik untuk

dilakukan.

b. Prinsip Kejujuran, dalam mengikat perjanjian dan kontrak tertentu,

semua pihak (pelaku bisnis dalam hal ini) secara apriori saling

percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak secara tulus

dan jujur dalam membuat perjanjian dan kontrak dan lebih dari itu

serius serta tulus dan jujur melaksanakan janjinya.

c. Prinsip Keadilan, yang menuntut agar setiap orang diperlakukan

dengan sama sesuai dengan peraturan yang adil dan sesuai

dengan kriteria rasional obyektif yang dapat dipertanggung

jawabkan.

d. Prinsip saling menguntungkan, menuntut agar bisnis dijalankan

sedemikian rupa sehingga meguntungkan semua pihak.

Page 8: TUGAS ETIKA BISNIS

e. Integritas Moral, dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri

pelaku bisnis atau perusahaan agar ia perlu menjalankan

perusahaan bisnis dengan tetap menjalankan nama baiknya atau

nama perusahaannya.

B. ARTI PENTINGNYA ETIKA DALAM BISNIS

Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya

etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah

apa yang harus ditempuh?. Didalam bisnis tidak jarang berlaku

konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang

berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau

sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor

perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya

perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan

kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat.

Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan

masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun

tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabaian

para pengusaha terhadap etika bisnis.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-

norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan

masyarakat yang tidak bias dipisahkan itu membawa serta etika-etika

tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku

bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan

langsung maupun tidak langsung.

Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat

dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola

hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam

satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam

hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah.

Page 9: TUGAS ETIKA BISNIS

Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera

dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi

dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta

perkembangan dibidang ekonomi.

Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait

begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada

pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan

aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang

seimbang. Salah satu contoh yang selanjutnya menjadi masalah bagi

pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya pelanggaran

terhadap upah buruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional

terkena batasan di pasar internasional. Contoh lain adalah produk-

produk hasil hutan yang mendapat protes keras karena pengusaha

Indonesia dinilai tidak memperhatikan kelangsungan sumber alam

yang sangat berharga.

Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka

panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku

untuk kedua perspektif, baik lingkup makro maupun mikro, yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

1. Perspektif Makro. Pertumbuhan suatu negara tergantung pada

market system yang berperan lebih efektif dan efisien daripada

command system dalam mengalokasikan barang dan jasa.

Beberapa kondisi yang diperlukan market system untuk dapat

efektif, yaitu:

a) Hak memiliki dan mengelola properti swasta;

b) Kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa; dan

c) Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang

dan jasa Jika salah satu subsistem dalam market system

melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan

mempengaruhi keseimbangan sistem dan menghambat

pertumbuhan sistem secara makro.

Page 10: TUGAS ETIKA BISNIS

Pengaruh dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro :

a. Penyogokan atau suap. Hal ini akan mengakibatkan

berkurangnya kebebasan memilih dengan cara

mempengaruhi pengambil keputusan.

b. Coercive act. Mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku

bisnis dengan ancaman atau memaksa untuk tidak

berhubungan dengan pihak lain dalam bisnis.

c. Deceptive information

d. Pecurian dan penggelapa

e. Unfair discrimination.

2. Perspektif Bisnis Mikro. Dalam Iingkup ini perilaku etik identik

dengan kepercayaan atau trust. Dalam Iingkup mikro terdapat

rantai relasi di mana supplier, perusahaan, konsumen, karyawan

saling berhubungan kegiatan bisnis yang akan berpengaruh pada

Iingkup makro. Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu

menjaga etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan

bisnis dapat terjaga dengan baik.

Standar moral merupakan tolok ukur etika bisnis. Dimensi etik

merupakan dasar kajian dalam pengambilan keputusan. Etika bisnis

cenderung berfokus pada etika terapan daripada etika normatif. Dua

prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan dimensi etik dalam

pengambilan keputusan, yaitu:

1) Prinsip konsekuensi (Principle of Consequentialist) adalah konsep

etika yang berfokus pada konsekuens pengambilan keputusan.

Artinya keputusan dinilai etik atau tidak berdasarkan konsekuensi

(dampak) keputusan tersebut;

2) Prinsip tidak konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist)

adalah terdiri dari rangkaian peraturan yang digunakan sebagai

petunjuk/panduan pengambilan keputusan etik dan berdasarkan

alasan bukan akibat, antara lain:

Page 11: TUGAS ETIKA BISNIS

a) Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang

berhubungan dengan kewajiban untuk tidak saling melanggar

hak orang lain;

b) Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang biasanya terkait dengan

isu hak, kejujuran, dan kesamaan.

Adapun prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

1) Keadilan distributive, yaitu keadilan yang sifatnya

menyeimbangkan alokasi benefit dan beban antar anggota

kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya

terhadap benefit. Benefit terdiri dari pendapatan, pekerjaan,

kesejahteraan, pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari

tugas kerja, pajak dan kewajiban social;

2) Keadilan retributive, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution

(ganti rugi) dan hukuman atas kesalahan tindakan. Seseorang

bertanggungjawab atas konsekuensi negatif atas tindakan yang

dilakukan kecuali tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak

lain; dan

3) Keadilan kompensatoris, yaitu keadilan yang terkait dengan

kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang diterima

dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus

kerugian. Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat

menebus kerugian, misalnya kehilangan nyawa manusia.

Apabila moral merupakan suatu pendorong orang untuk

melakukan kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu

(sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota

suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu

mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin

kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai

rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat

membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan

Page 12: TUGAS ETIKA BISNIS

yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan

dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh

orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang

terkait lainnya. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam

berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak,

baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar

jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara

pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau

ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya moral

dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak

akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu

etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu

pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang

mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam

perekonomian.

Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan

untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pengendalian Diri

pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka

masingmasing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan

dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak

mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang atau

memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut.

Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku

bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi

masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etik".

2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)

Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan

masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan

memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya

sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk

Page 13: TUGAS ETIKA BISNIS

menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess

demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis

dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup

keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess

demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan

memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat

sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian

terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan,

kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.

3. Mempertahankan Jati Diri

Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing

oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah

satu usaha menciptakan etika bisnis. Namun demikian bukan

berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi,

tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk

meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak

kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi

informasi dan teknologi.

4. Menciptakan Persaingan yang Sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi

dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang

lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara

pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga

dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan

spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam

menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang

seimbang dalam dunia bisnis tersebut.

5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan"

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada

saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan

keadaan dimasa datang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis

Page 14: TUGAS ETIKA BISNIS

dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat

sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan

lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang

merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.

6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi

dan Komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita

yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi,

manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia

bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa

dan negara.

7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar

Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk

menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa

dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta

melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan

memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan

"komisi" kepada pihak yang terkait.

8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusah

Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada sikap

saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan

golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu

berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah

besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada

antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya

memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk

berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.

9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat

terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten

dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis

Page 15: TUGAS ETIKA BISNIS

telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri

maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan"

demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan

"gugur" satu semi satu.

10.Memelihara Kesepakatan

Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran

dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah

satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh

semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan

kenyamanan dalam berbisnis.

11.Menuangkan ke dalam Hukum Positif

Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum

positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan

untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti

"proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia

bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah

dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan

semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini.

Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta

kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin juran

itu akan dapat diatasi.

Ahli pemberdayaan kepribadian Uno (2004) menjelaskan bahwa

mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara

bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis

menyenangkan karena saling menghormati. Etiket berbisnis

diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-

rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu

berupa senyum -- sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak

menyalahgunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung,

kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain.

Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang

Page 16: TUGAS ETIKA BISNIS

menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan

efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan.

Sedangkan berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-

aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis

menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-

prinsip dan aturan-aturan. Jika aturan secara umum mengenai etika

mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan

beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan

pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing

dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral.

Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat

menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi.

C. MASALAH ETIKA DALAM BISNIS

Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima

kategori yaitu:

1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi,

menerima, atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan

mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan

kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi

seseorang dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat

dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang,

maupu 'pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana. Suap

kadangkala tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau

penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai

cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut

sebagai suap, tergantung dari maksud dan respons yang

diharapkan oleh pemberi hadiah.

2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan

paksa atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman.

Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan

Page 17: TUGAS ETIKA BISNIS

jabatan, pemecatan, atau penolakan industry terhadap seorang

individu.

3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya,

menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau

melakukan kebohongan.

4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil

sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil property milik orang

lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa

property fisik atau konseptual.

5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan

tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang

disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau

agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang

dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara

mereka yang 'disukai' dan tidak.

Page 18: TUGAS ETIKA BISNIS

BAB III

PENUTUP

a) Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan

”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku

manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan

yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat

sebagai ”baik (good” atau buruk (bad)”. Sedangkan Penentuan baik

dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah.

b) Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau

acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan

dan mengoperasikan bisnis yang etik.

c) Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya

dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau

mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang

ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika

bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru.

Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai

sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.

d) Dalam bisnis, ada lima masalah etika yaitu: suap, paksaan, penipuan,

pencurian, dan diskriminasi tidak jelas.

Page 19: TUGAS ETIKA BISNIS

DAFTAR PUSTAKA

Dalimunthe, Rita F. 2004. Etika Bisnis. Dalam Website Google: Etika

Bisnis dan Pengembangan Iptek.

Echols, John M and Shadily, Hasan. 1992. Kamus Inggris Indonesia.

Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

It Pin. 2006. Etika dan Bisnis. Dalam Kompas, Jumat 30 Juni 2006.

Keraf, Sonny. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Penerbit Kanisius.

Jakarta.

Komenaung, Anderson Guntur. Etika Dalam Bisnis.

http://ejournal.unud.ac.id/. 22 Mei 2011.

Surapto. 16 Desember 2008. Praktek KKN di Indonesia, dilihat dari Sudut

Pandang Etika Bisnis. http://organisasi.org/. 22 Mei 2011.

Uno, Mien R. 2004. Jangan Bernapas dalam Lumpur. Dalam Website

Google: Etika Bisnis dan Pengembangan Iptek.