etika bisnis. tugas kelompok
DESCRIPTION
SoftskillTRANSCRIPT
Mata Kuliah : Etika Bisnis
Nama Anggota : 1. Iklima Fitri Rahmatiah
2. Shinta Oktaviani Rami
3. Yozi Latul Aini
Kelas : 4EA18
Judul : Bab 1 (Definisi Etika dan Bisnis sebagai sebuah profesi)
Bab 2 (Prinsip etika dalam bisnis serta etika dan lingkungan)
Sumber :
1. Prof. Drs.H.A.Widjaja, Etika Pemerintahan, Edisi kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 1997
2. Buku dalam Penulisan Pengertian Etika Bisnis dan Prinsip Prinsip Etika Bisnis :
3. Budi Untung, 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Yang Menerbitkan CV Andi Offset :
Yogyakarta
4. Rahim, Supli. 2008. Etika Lingkungan dan Persfektif Filsafat.
5. K Bertens, 2000.Pengantar Etika Bisnis. Penerbit Kanisius :Yogyakartata
6. widjaja, AW. Masyarakat dan Permasayarakatan Ideologi Pancasila, bandung, Armico,
1985
7. “ HUKUM DAN ETIKA BISNIS” karangan Dr. H. Budi Untung, S.H., M.M tahun 2012
HAKIKAT ETIKA BISNIS
A. Hakikat Etika Bisnis
Menurut Drs. O.P. Simorangkir bahwa hakikat etika bisnis adalah menganalisis
atas asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun pandangan dari sudut
moral. Karena bisnis beroperasi dalam rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagian
dari tugas etika bisnis hakikatnya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang
sistem ekonomi yang umum dan khusus, dan pada gilirannya menimbulkan
pertanyaan tentang tepat atau tidaknya pemakaian bahasa moral untuk menilai sistem-
sistem ekonomi, struktur bisnis.
B. Pengertian Etika Bisnis
Menurut Dr. H. Budi Untung adalah pengetahuan tentang tata cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas
yang berlaku secara universal dan secara ekonomi atau sosial. Penerapan norma
dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan dalam bisnis. Dalam
penerapan etika bisnis, maka bisnis mesti mempertimbangkan unsur norma dan
moralitas yang berlaku di dalam masyarakat. Di samping itu etika bisnis dapat
digerakkan dan dimunculkan dalam perusahaan sendiri karena memiliki relevansi
yang kuat dengan profesionalisme bisnis
DEFINISI ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethes” berarti kesediaan jiwa akan kesusilaan,
atau secara bebas dapat diartikan kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan. Etika juga
merupakan cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Dalam pengertian kumpulan dari peraturan-
peraturan kesusilaan sebetulnya tercakup juga adanya kesediaan karena kesusilaan dalam dirinya
minta minta ditaati pula oleh orang lain. Aristoteles juga memberikan istilah ethica yang meliputi
dua pengertian yaitu etika meliputi kesediaan dan kumpulan peraturan, yang mana dalam bahasa
Latin dikenal dengan kata Mores yang berati kesusilaan, tingkat salah satu perbuatan (lahir,
tingkah laku), kemudian perkataan Mores tumbuh dan berkembang menjadi Moralitas yang
mengandung arti kesediaan jiwa akan kesusilaan.
Etika menurut Hobbs dalam Wignjosoebroto berkaitan dengan stnadar perilaku diantara
orang-orang dalam kelompok social. Etika merupakan prinsip-prinsip nilai moral yang
sistematis. Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut
dengan “self control“, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok itu sendiri. Dengan demikian, maka Moralitas mempunyai pengertian
yang sama dengan Etika atau sebaliknya, dimana kita berbicara tentang Etika Birokrasi tidak
terlepas dari moralitas aparat Birokrasi penyelenggara pemerintahan itu sendiri.
Etika dan moralitas secara teoritis berawal dari pada ilmu pengetahuan (cognitive) bukan
pada efektif. Moralitas berkaitan pula dengan jiwa dan seamangat kelompok masyarakat. Moral
terjadi bila dikaitkan dengan masyarakat, tidak ada moral bila tidak ada masyarakat dan
seyogyanya tidak ada masyarakat tanpa moral dan berkaitan dengan kesadaran kolektif dalam
masyarakat. Menurut Immanuel Kant teori moralitas tidak hanya mengenai hal yang baik dan
yang buruk, tetapi menyangkut masalah yang ada dalam kontak social dengan masyarakat, ini
berarti Etika tidak hanya sebatas moralitas individu tersebut dalam artian aparat birokrasi tetapi
lebih dari itu menyangkut perilaku di tengah-tengah masyarakat dalam melayani masyarakat
apakah sudah sesuai dengan aturan main atau tidak, apakah etis atau tidak.
Menurut Haryanto, M.A. bahwa Etika merupakan instrumen dalam masyarakat untuk
menuntun tindakan (perilaku) agar mampu menjalankan fungsi dengan baik dan dapat lebih
bermoral. Ini berarti Etika merupakan norma dan aturan yang turut mengatur perulaku seseorang
dalam bertindak dan memainkan perannya sesuai dengan aturan main yang ada dalam
masyarakat agar dapat dikatakan tindakannya bermoral.
Dari beberapa pendapat yang menegaskan tentang pengertian Etika di atas jelaslah bagi
kita bahwa Etika terkait dengan moralitas dan sangat tergantung dari penilaian masyarakat
setempat, jadi dapat dikatakan bahwa moral merupakan landasan normative yang didalamnya
mengandung nilai-nilai moralitas itu sendiri dan landasan normative tersebut dapat pula
dinyatakan sebagai Etika yang dalam Organisasi Birokrasi disebut sebagai Etika Birokrasi.
Kecenderungan atau gejala yang timbul dewasa ini banyak aparat birokrasi dalam
pelaksanaan tugasnya sering melanggar aturan main yang telah ditetapkan. Etika Birokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan sangat terkait dengan moralitas dan mentalitas aparat birokrasi
dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan itu sendiri yang tercermin lewat fungsi pokok
pemerintahan, yaitu fungsi pelayanan, fungsi pengaturan atau regulasi dan fungsi pemberdayaan
masyarakat.
Jadi berbicara tentang Etika Birokrasi berarti kita berbicara tentang bagaimana aparat
Birokrasi tersebut dalam melaksanakan fungsi tugasnya sesuai dengan ketentuan aturan yang
seharusnya dan semestinya, yang pantas untuk dilakukan dan yang sewajarnya dimana telah
ditentukan atau diatur untuk ditaati dilaksanakan, terutama dalam mewujudkan aparatur yang
bersih dan berwibawa yang dapat melaksanakan pemerintahan yang baik, serta dapat melayani
kepentingan-kepentingan masyarakat.
Etika disebut juga filsafat moral merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang
tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam
norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma
hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan, norma agama berasal dari agama, norma
moral berasal dari suara hati dan norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari.
Etika dan Etiket
Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun. Persamaan
antara etika dengan etiket yaitu:
Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai hanya mengenai
manusia, tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi
perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan.
Adapun perbedaannya adalah :
Etiket menyangkut cara melakukan suatu perbuatan. Etiket menunjukkan cara yang tepat
artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu. Etika tidak
terbatas pada cara melakukan suatu perbuatan, justru etika memberi norma tentang
perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan
atau tidak boleh dilakukan.
Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain.
Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika lebih absolut. Perintah seperti “jangan
berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang
manusia dari segi dalam. Penipu dapat saja bertutur kata dengan lembut, berarti memegang
etiket, namun itu dilakukan untuk menipu, berarti mempunyai etika tidak baik. Orang
munafik biasanya selalu mempunyai etiket yang baik namun etikanya selalu tidak baik
karena apa yang ada di dalam berbeda dengan apa yang dikeluarkan.
Etika dan Moral
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada
sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral
merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban
manusia.
Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat
yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat
rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan moral
melainkan menyelidiki bagaimana pandangan moral yang sebenarnya).
Pluralisme moral diperlukan karena:
Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah budaya dan
agama yang hidup berdampingan
Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan masyarakat
yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional
Berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing dengan
ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.
Moralitas
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara
sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma
moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada
perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral merupakan
kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan
manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang
berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau
adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber.
Etika dan Moralitas
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang mereflesikan
ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar,
sistematik dan normatif.
Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada argumentasi yang bersedia
untuk dipersoalkan tanpa perkecualian.
Kritis berarti filsafat ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas
dengan pengertian dangkal.
Sistematis artinya membahas langkah demi langkah.
Normatif menyelidiki bagaimana pandangan moral yang seharusnya.
Etika Hukum
Etika hukum adalah peraturan-peraturan yang mengatur tata tertib
masyarakat dan dibuat oleh lembaga kekuasaan Negara. Sanksinya mengikat dan
memaksa berupa ancaman hukuman dengan sumber peraturan perundangan,
yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama. Lanjutan F. Cara (usage)
Cara mengacu pada perbuatan pada hubungan antarindividu dengan
penyimpangan akan mendapatkan celaan, cemoohan, atau ejekan.
Etika dan Agama
Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk
memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam
agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan
orientasi, bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut:
1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar bahwa
Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti mengapa Tuhan
memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama.
2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling
berbeda dan bahkan bertentangan.
3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama
menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak disinggung-singgung dalam wahyu.
Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen yang sama.
4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada argumentasi
rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran
agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi setiap
orang dari semua agama dan pandangan dunia.
Istilah berkaitan
Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan kode etik atau
kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk.
Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok
dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di
sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan.
Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada
seorang wanita.
Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada ungkapan
ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misalnya ethos kerja yang
tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap pekerjaannya.
Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas sebuah
profesi yang disusun oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam menjalankan tugasnya.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang
buruk.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasionalsikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini
sebagaisesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambilkeputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
polaprilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yangbernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar
dankerangka tindakan yang akan diputuskan.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
a. ETIKA UMUM,
Berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusiabertindak secara etis,
bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika danprinsip-prinsip moral dasar
yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak sertatolak ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum danteori-teori.
b. ETIKA KHUSUS
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.
Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam
bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan
prinsip-prinsip moral dasar. Namun,penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai
perilaku saya dan oranglain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi
oleh kondisiyang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil
suatukeputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian :
a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusiasebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu
samalain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota
umatmanusia saling berkaitan.Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik
secara langsung maupunsecara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis
terhadpa pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat
manusia terhadaplingkungan hidup.
SISTEM PENILAIAN ETIKA :
1) Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau
jahat,susila atau tidak susila.
2) Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah
mendarahdaging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam
jiwa, bilatelah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi
pekerti,pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan,
cita-cita,niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)tingkat :
1. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa
rencanadalam hati, niat
2. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti
3. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Secara umum etika bisnis merupakan acuan cara yang harus ditempuh oleh perusahaan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, etika bisnis memiliki prinsip-
prinsip umum yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan bisnis
yang dimaksud. Adapun prinsip prinsip etika bisnis tersebut sebagai berikut :
1. Prinsip Otonomi dalam Etika Bisnis
Prinsip otonomi dalam etika bisnis adalah bahwa perusahaan secara bebas memiliki
kewenangan sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya sesuai dengan visi dan
misi yang dipunyainya. Contoh prinsip otonomi dalam etika binis : perusahaan tidak tergantung
pada pihak lain untuk mengambil keputusan tetapi perusahaan memiliki kekuasaan tertentu
sesuai dengan misi dan visi yang diambilnya dan tidak bertentangan dengan pihak lain.
Dalam prinsip otonomi etika bisnis lebih diartikan sebagai kehendak dan rekayasa
bertindak secara penuh berdasar pengetahuan dan keahlian perusahaan dalam usaha untuk
mencapai prestasi-prestasi terbaik sesuai dengan misi, tujuan dan sasaran perusahaan sebagai
kelembagaan. Disamping itu, maksud dan tujuan kelembagaan ini tanpa merugikan pihak lain
atau pihak eksternal.
Dalam pengertian etika bisnis, otonomi bersangkut paut dengan kebijakan eksekutif
perusahaan dalam mengemban misi, visi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran ,
kesejahteraan para pekerjanya ataupun komunitas yang dihadapinya. Otonomi disini harus
mampu mengacu pada nilai-nilai profesionalisme pengelolaan perusahaan dalam menggunakan
sumber daya ekonomi.Kalau perusahaan telah memiliki misi, visi dan wawasan yang baik sesuai
dengan nilai universal maka perusahaan harus secara bebas dalam arti keleluasaan dan
keluwesan yang melekat pada komitmen tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan etika
bisnis.
Dua perusahaan atau lebih sama-sama berkomitmen dalam menjalankan etika bisnis,
namun masing-masing perusahaan dimungkinkan menggunakan pendekatan berbeda-beda dalam
menjalankannya.Sebab masing-masing perusahaan dimungkinkan menggunakan pendekatan
berbeda-beda dalam menjalankannya. Sebab masing-masing perusahaan memiliki kondisi
karakter internal dan pendekatan yang berbeda dalam mencapai tujuan, misi dan strategi
meskipun dihadapkan pada kondisi dan karakter eksternal yang sama. Namun masing-masing
perusahaan memiliki otoritas dan otonomi penuh untuk menjalankan etika bisnis. Oleh karena itu
konklusinya dapat diringkaskan bahwa otonomi dalam menjalankan fungsi bisnis yang
berwawasan etika bisnis ini meliputi tindakan manajerial yang terdiri atas : (1) dalam
pengambilan keputusan bisnis, (2) dalam tanggung jawab kepada : diri sendiri, para pihak yang
terkait dan pihak-pihak masyarakat dalam arti luas.
2. Prinsip Kejujuran dalam Etika Bisnis
Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang paling mendasar dalam
mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan bisnis akan berhasil jika dikelola dengan
prinsip kejujuran. Baik terhadap karyawan, konsumen, para pemasok dan pihak-pihak lain yang
terkait dengan kegiatan bisnis ini. Prinsip yang paling hakiki dalam aplikasi bisnis berdasarkan
kejujuran ini terutama dalam pemakai kejujuran terhadap diri sendiri. Namun jika prinsip
kejujuran terhadap diri sendiri ini mampu dijalankan oleh setiap manajer atau pengelola
perusahaan maka pasti akan terjamin pengelolaan bisnis yang dijalankan dengan prinsip
kejujuran terhadap semua pihak terkait.
3. Prinsip Keadilan dalam Etika Bisnis
Prinsip keadilan yang dipergunakan untuk mengukur bisnis menggunakan etika bisnis
adalah keadilan bagi semua pihak yang terkait memberikan kontribusi langsung atau tidak
langsung terhadap keberhasilan bisnis. Para pihak ini terklasifikasi ke dalam stakeholder. Oleh
karena itu, semua pihak ini harus mendapat akses positif dan sesuai dengan peran yang diberikan
oleh masing-masing pihak ini pada bisnis. Semua pihak harus mendapat akses layak dari bisnis.
Tolak ukur yang dipakai menentukan atau memberikan kelayakan ini sesuai dengan ukuran-
ukuran umum yang telah diterima oleh masyarakat bisnis dan umum. Contoh prinsip keadilan
dalam etika bisnis : dalam alokasi sumber daya ekonomi kepada semua pemilik faktor ekonomi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan harga yang layak bagi para konsumen,
menyepakati harga yang pantas bagi para pemasok bahan dan alat produksi, mendapatkan
keuntungan yang wajar bagi pemilik perusahaan dan lain-lain.
4. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri dalam Etika Bisnis
Pinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis merupakan prinsip tindakan yang
dampaknya berpulang kembali kepada bisnis itu sendiri. Dalam aktivitas bisnis tertentu ke
masyarakat merupakan cermin diri bisnis yang bersangkutan. Namun jika bisnis memberikan
kontribusi yang menyenangkan bagi masyarakat, tentu masyarakat memberikan respon sama.
Sebaliknya jika bisnis memberikan image yang tidak menyenangkan maka masyarakat tentu
tidak menyenangi terhadap bisnis yang bersangkutan. Namun jika para pengelola perusahaan
ingin memberikan respek kehormatan terhadap perusahaan, maka lakukanlah respek tersebut
para pihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Segala aspek aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh semua armada di dalam
perusahaan, senantiasa diorientasikan untuk memberikan respek kepada semua pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Dengan demikian, pasti para pihak ini akan memberikan
respek yang sama terhadap perusahaan. Sebagai contoh prinsip hormat pada diri sendiri dalam
etika bisnis : manajemen perusahaan dengan team wornya memiliki falsafah kerja dan
berorientasikan para pelanggan akan makin fanatik terhadap perusahaan. Demikian juga, jika
para manajemennya berorientasikan pada pemberian kepuasan kepada karyawan yang
berprestasi karena sepadan dengan prestasinya maka dapat dipastikan karyawan akan makin loya
terhadap perusahaan.
antara kelompok pasrial dan kelompok universal atau global.Etika ini hanya berlaku bagi
kelompok passrial, misalnya etika yang sesuai dengan adat istiadat lokal, regional dan konvensi,
sifat dan lain-lain.Dengan demikian tidak berlaku bagi semua pihak atau masyarakat yang
bersifat global.
Hak dan Kewajiban
A. HAK
Dalam pemikiran dewasa ini barang kali teori hak adalah pendekatan yang paling banyak
dipakai untuk mengevaluasii baik buruknyasuatu perbuatan perilaku. Sebetulnya teori hak
merupakan suatu aspek dari teori deontology, karena hak berkaitan dengan kewajiban. Malah
bias dikatan hak dan kewajiban merupakan dua sisi dari uang logam yang sama. Kewajiban satu
orang biasanya serentak berarti juga hak dari orang lain. Dalam hak janji, umpanya, jika saya
berjanji sesuatu kepada teman, saya berkewajiban untuk menepati janji saya, sedangkan teman
saya itu berhak bahwa saya melakukan apa yang saya janjikan. Dalam teori etika dulu diberi
tekanan terbesar pada kewajiban,tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena
sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya berakar dalam
deontology, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dank arena itu pantas dibahas
tersendiri pula.
Hak didasrkan atas martabat manusia dan martabat bsemua manusia itu sama. Karena itu
teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Entah menjabat raja, atau terlahir
sebagai bangsawan, atau termasuk rakyat biasa, martabatnya selalu sama. Entah seseorang kaya
atau miskin, atau dalam keadaan ekonomis yang sedang, dari segi martabatnya tidak ada
perbedaan dan akibatnya ia tidak boleh diperlakukan dengan cara yang berbeda. Teori hak
sekarang begitu popular, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang
memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual siapa pun tidak pernah boleh
dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain. Menurut perumusan termasyur dari
Immanuel Kant----yang kita kenal sebagai orang yang meletakkan dasar filosofis untuk
deontology--,manusia merupakan suatu tujuan pada dirinya (an end in it self). Karena itu
manusia selalu harus dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak boleh diperlakukan
semata-mata sebagai sarana dari tercapinya tujuan lain.
Sebagaimana halnya dalam hal pemikiran moral pada umumnya, demikian juga dengan
etika bisnis sekarang teori hak diberi tempat yang penting. Dalam hal ini etika bisnis sekarang
teori hak diberi tempat yang terpenting. Dalam hal ini etika bisnis dalam bentuk sekarang hanya
melanjutkan perjuangan di bidang social-ekonomi yang berlangsung pada masa sebelumnya.
Perjuangan kaum buruh dalam zaman industrilisasi seluruhnya dilatarbelakangi wawasan hak.
Demikian juga upaya kaum wanita untuk mencapai status sama dengan pria. Dapat dimengerti
kalau dalam pendekatan hak terutama diberikan tekanan pada individu.
TEORI KEUTAMAAN
Dalam teori teori yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku manusia dipastikan
berdasarkan suatu prinsip atau norma. Kalau sesuai dengan norma, suatu perbuatan baik, kalau
tidak sesuai, perbuatan adalah buruk. Dalam konteks utilitarisme, suatu perbuatan adalah baik,
jika membawa kesenangan sebesar-besarnya bagi jumlah orang banyak. Dalam rangka
deontology, suatu perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan prinsip janga mencuri, umpamanya.
Teori-teori ini semua didasarka atas prinsip (rule-based).
Di samping teori ini, mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak menyoroti perbuatan,
tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagaipelaku moral. Tidak ditanyakan “what shoul
he/she do?” melainkan “what kind of person should he/she be?” teori tipe terakhir ini adalah
keutamaan yang memandang sikap atau akhlak seseorang.Tidak ditanyakan apakah suatu
perbuatan tertentu adil,atau jujur, atau murah hati,melainkan apakah seseorang itu bersikap adil,
jujur, murah hati dan sebagainya.
KEWAJIBAN
A. Kewajiban Karyawan dan Perusahaan
1) Kewajiban karyawan terhadap perusahaan
a. Kewajiban ketaatan
Karyawan harus taat pada atasannya di perusahaan, justru karena ia bekerja disitu.
Bila direktur perusahaan berdiri didepan pintu kantornya dan member perintah
kepada orang yang kebetulan lewat di jalan, orang itu tidak wajib sama sekali
mematuhi perintah itu, karena tidak mempunyai ikatan apapun dengan perusahaan
dimana sang direktur memegang pimpinan. Demikian juga, jika sang direktur
member perintah kepada karyawan dari perusahaan lain. Tetapi bagi orang yang
mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan, salah satu implikasi dari statusnya
sebagai karyawan adalah bahwa dia harus mematuhi perintah dan petunjuk dari
atasannya. Pertama karyawantidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi
perintah yang menyuruh dia melakuakan sesuatu yang tidak bermoral. Kedua
karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya yang tidak wajar,
walaupun dari segi etika tidak ada keberatan. Ketiga karyawan juga tidak perlu
mematuhi perintah yang memang demi kepentingan perusahaan, tetapi tidak
sesuai dengan penugasan yang disepakati, ketika dia menjadi karyawan di
perusahaan itu.
1. Kewajiban Konfidensialitas
Adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat konfidensial dank
arena itu rahasia yang telah diperolehdengan menjalankan suatu profesi. Banyak
profesi mempunyai suatu kewajiban konfidensialitas, khususnya profesi
kedokteran. Dalam konteks perusahaan juga konfidensialitas bias memegang
peranan penting. Karena seseorang bekerja pada suatu perusahaan, bias saja dia
mempunyai akses kepada informasi rahasia. Contoh terkenal adalah akuntan.
Karena pekerjaannya, dia tahu persis bagaimana financial perusahaan, tetapi
pengetahuan itu tidak boleh dibawa keluar.
2. Kewajiban Loyalitas
Kewajiban loyalitas pun merupakan konsekuensi dari status sebagi karyawan
perusahaan. Dengan mulai bekerja di suatu perusahaan, karyawan harus mendukung
tujuan-tujuan perusahaan, karena sebagai karyawania melibatkan diri untuk turut
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, dank arena itu pula ia harus menghindari apa yang
bias merugikan kepentingan perusahaan. Karyawan yang melakukan hal itu memenuhi
kewajiban loyalitas.
Faktor utama yang bias membahayakan terwujudnya loyalitas adalah konflik
kepentingan, artinya konflik antara kepentinganpribadi karyawan dan kepentingan
perusahaan. Karyawan tidak boleh menjalankan kegiatan pribadi, yang bersaing dengan
kepentingan perusahaan. Karena itu ia tidak boleh melibatkan diridalam kegiatan yang
terbentur dengan kewajiban itu. Dalam konteks loyalitas ini termasuk juga masalah etis
seperti menerima komisi atau hadiah selaku karyawan perusahaan.
B. Kewajiban Perusahaan Terhadap Karyawan
1. Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi
Diskriminasi adalah masalah etis yang baru tampak dengan jelas dalam paro kedua
dari abad ke-20. Seperti berlaku banyak hal laindi zaman kita, tempat asal
permasalahan ini adalah Amerika Serikat. Salah satu prinsip dasar yang di tulis
Thomas Jefferson dalam Deklarasi kemerdekaan AMERIKA “we hold these truths to
be selft-evident :that all men are created equal and endowed by their creator with
certain inalienablerights”. Tetapi persamaan semua warga Negara yang dari semula
di anggap begitu eviden, pada kenyataannya hanya perlahan lahan di akui oleh
amerika serikat. Sekitar tahun 1950-an masih banyak diskriminatif di praktekan.
2. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
3. Kewajiban member gaji yang adil
Teori Lingkungan Hidup
Masalah sekitar lingkungan hidup baru disadari sepenuhnya dalam tahun 1960-an.
Sekaligus disadari pula bahwa masalah itu secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh
bisnis modern, khususnya oleh cara berproduksi dalam industry yang berdasarkan ilmu dan
berteknologi maju. Tentu banyak keluhan tentang pengaruh negative dari industri atas
lingkungan hidup. Dalam kesastraan dapat kita baca bagaimana penghuni disekitar pabrik pabrik
diasosiasikan dengan asap,jelaga, dan bau yang tidak sedap.
Ada 6 problem yang dengan jelas menunjukan dimensi Global :
1. Akumulasi bahan beracun
2. Efek rumah kaca
3. Perusakan lapisan ozon
4. Hujan asam
5. Deforestasi dan penggurunan
6. Keanekaan hayati
Prinsip Etika Dalam Lingkungan Hidup
1. Lingkungan hidup sebagai “the commons”
Dalam zaman modern, dengan bertambahnya jumlah penduduk system ini tidak bias
di pertahankan lagi dan lading umum itu diprivatisasi dengan menjualnya kepada
penduduk perorangan. Bagi masyarakat yang bersangkutan kejadian ini merupakan
suatu perubahan yang besar.
Menurut Hardin, masalah lingkungan hidup dan masalah kependudukan dapt
dibandingkan dengan proses menghilangnya the commons.
2. Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas
Dengan demikian serentak juga harus ditinggalkan pengandaian kedua tentang
lingkungan hidup dalam bisnis modern, yakni bahwa sumber sumber daya alam itu
tidak terbatas. Mau tidak mau harus kita akui lingkungan hidup dan komponen-
komponen di dalamnya tetap terbatas walaupun barangkali tersedia dalam kapasitas
yang besar.
3. Pembangunan yang berkelanjutan
Jika krisis lingkungan dipertimbangkan dengan serius, bagi ekonomi masih ada satu
konsekuensi lain yang sulit di hindarkan. Setelah dihadapi dengan masalah
lingkungan, kini banyak orang menjadi petranyaan apakah dogma ekonomi ini masih
dapat di pertahankan. Yang untuk pertama kali di mempersoalkan pertumbuhan
ekonomi terus menerus adalah kelompok cendikiawan yang d kenal dengan nama
THE CLUB OF ROME. Pembangunan berkelanjutan dapat memperdamaikan
beberapa pandangan tentang hubungan antara ekonomi dan lingkungan hidup yang
selama ini tampak bertentangan dan sehingga sulit untuk di jembatani. Pertentangan
di antara mereka yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan mereka yang menolak
dapat di perdamaikan, karena kalau kita menyetujui prinsip pembangunan
berkelanjutan,pertumbuhan tetap dimungkinkan, asalkan untuk masa depan terbuka
aspek ekonomi yang berkualitas sama.