tugas auditing no.3

25
PROSES PENGAUDITAN TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA A. Berbagai Macam Pengujian Audit Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test), yaitu : a. Pengujian analitik (analytical test) Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses audinya dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap objek audit, ia harus memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis ratio, analisis laba bruto, analisis terhadap laporan keuangan perbandingan (comparative financial statements) merupakan cara yang 1

Upload: sophia-ririn

Post on 24-May-2015

9.900 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas auditing no.3

PROSES PENGAUDITAN

TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA

A. Berbagai Macam Pengujian Audit

Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test), yaitu :

a. Pengujian analitik (analytical test) 

Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses audinya dan pada

tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan oleh auditor

dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan

data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk

membantu auditor dalam memahami bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang

memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara

rinci dan mendalam terhadap objek audit, ia harus memperoleh gambaran yang

menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis ratio, analisis laba

bruto, analisis terhadap laporan keuangan perbandingan (comparative financial

statements) merupakan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatan

gambaran menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan hasil

usaha klien.

b. Pengujian pengendalian (test of control)

Pengujian pengendalian adalah prosedur pengauditan yang dilakukan untuk

menetapkan efektifitas perancangan dan/atau pengoperasian kebijakan dan prosedur

struktur pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan

perancangan dimaksudkan untuk menilai apakah kebijakan atau prosedur yang telah

dirancang dengan baik untuk mencegah atau mendeteksi salah saji material pada suatu

1

Page 2: Tugas auditing no.3

asersi laporan keuangan tertentu. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk

mendapatkan informsi mengenai:

1) frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan. Dalam pengujian

pengendalian, auditor memeriksa seberapa banyak transaksi pembelian diotorisasi

dari pejabat yang berwenang dalam periode yang diperiksa. Kemungkinan dari

150 lembar order pembelian yang dibuat oleh klien dalam April tersebut, auditor

hanya menemukan: 

145 lembar, telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang 

5 lembar, tidak berisi tanda tangan pejabat yang berwenang

2) mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut. Otorisasi dari pejabat yang

berwenang merupakan salah satu aktivitas pengendalian untuk mengawasi

transaksi pembelian. Di samping auditor berkepentingan terhadap frekuensi

terjadinya pengendalian atas transaksi pembelian melalui otorisasi tersebut, dalam

pengujian pengendalian auditor juga menguji mutu pelaksanaan aktivitas

pengendalian tersebut. Seringkali dalam melaksanakan suatu aktivitas, karyawan

hanya melaksanakan aktivitas tersebut tanpa mengetahui apa yang hendak dicapai

dengan aktivitas pengendalian tersebut. Pelaksanaan suatu aktivitas pengendalian

dikatakan baik mutunya jika aktivitas tersebut dapat mencapai tujuan yang hendak

dicapai dengan melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.

3) karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut. Pelaksanaan suatu

aktivitas pengendalian sangat tergantung pada siapa yang melaksanakan aktivitas

tersebut. Salah satu unsur pengendalian intern terhadap sediaan adalah

dilakukannya secara periodik pencocokan jumlah fisik sediaan yang benar-benar

ada di tangan perusahaan dengan jumlah sediaan yang tercantum dalam catatan

akuntansi. Biasanya aktivitas pengendalian ini dilaksanakan oleh klien dengan

2

Page 3: Tugas auditing no.3

penghitungan fisik sediaan. Dalam pengujian pengendalian auditor menguji

apakah secara periodik klien melaksanakan aktivitas pengendalian terhadap

sediaan. Di samping itu auditor juga melakukan pengujian mengenai karyawan

yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.

c. Pengujian substantif (subtantif test)

Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk

menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi

kewajiban penyajian laporan keuangan. Kesalahan moneter yang terdapat dalam

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kemungkinan terjadi karena

kesalahan dalam :

1) Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

2) Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia 

3) Ketidakkonsistensia dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di

Indonesia

4) Ketidaktepatan pisah batas (cut off) pencatatan transaksi 

5) Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian) 

6) Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi 

7) Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan keuangan

Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap pendapatan penjualan

(sale revenues), auditor melakukan prosedur audit untuk menemukan :

a) Kemungkinan terjadinya kesalahan klien dalam menerapkan prinsip akuntansi

berterima umum di Indonesia, sehingga berakibat angka pendapatan penjualan

dalam laporan laba-rugi menjadi lebih rendah atau lebih tinggi dari jumlah yang

seharusnya

3

Page 4: Tugas auditing no.3

b) Adanya kemungkinan klien menyajikan informasi pendapatan penjualan yang

tidak berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, sehingga dapat

mengakibatkan pemakain laporan keuangan salah dalam membuat keputusan 

c) Kemungkinan klien mengubah prinsip akuntansi yang digunakan dalam

menyajikan angka pendapatan penjualan dan tidak memberikan pengungkapan

mengenai akibat perubahan penerapan prinsip tersebut terhadap angka hasil laba

bersih, sehingga hal ini dapat mengakibatkan tidak dapat diperbandingkannya

laporan keuangan klien tahun yang diaudit dengan laporan keuangan klien yang

disajikan dalam tahun sebelumnya.

d) Kemungkinan klien melakukan pisah batas (cut off) transaksi penjualan tidak

tepat atau tidak konsisten dengan yang digunakan dalam tahun sebelumnya.

Misalnya transaksi penjualan tahun 20X1 dicatat oleh klien sebagai pendapatan

penjualan tahun 20X1. Contoh lainnya adlaah dalam tahun yang diaudit, klien

menggunakan tangga 24 Desember sebagai tanggal pisah batas (cut off) untuk

memisahkan transaksi penjualan tahun yang diaudit dengan tahun yang akan

datang, sedangkan dalam tahun sebelumnya klien menggunakan tanggal 31

Desember sebagai tanggal pisah batas. Hal ini akan berakibat terhadap terjadinya

kesalahan penyajian angka pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi. 

e) Kemungkinan terjadinya kesalahan moneter dalam menyajikan angka pendapatan

penjualan karena terjadinya kesalahan pekerjaan klerikal (clerical works).

Pengumpulan informasi penjualan mencakup kegiatan menyalin informasi dari

berbagai dokumen ke dalam jurnal: kegiatan menjumlah, mengurangi, mengalikan

dan membagi: kegiatan meringkas informasi dalam jurnal dan memindahkan

jumlahnya untuk di posting ke dalam akun-akun buku besar: kegiatan menyajikan

informasi dalam laporan keuangan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan

4

Page 5: Tugas auditing no.3

kegiatan klerikal. Dalam pengujian substantif, auditor melakukan prosedur audit

untuk menemukan kesalahan moneter sebagau akibat dari kesalahan pekerjaan

klerikal ini 

f) Kemungkinan tidak cukupnya pengungkapan dari klien yang seharusnya

dicantumkan dalam laporan keuangan yang dapat mengakibatkan pemakai lapora

keuangan salah dalam mengambil keputusan. Misalnya klien mengajikan angka

pendapatan penjualan dalam tahun yang diaudit sebesar Rp. 500.000.000,-.

Informasi tersebut misalnya disajikan oleh klien dalam laporan laba-rugi tanpa

pengungkapan lebih lanjut. Dari pengujian subtantif misalnya auditor menemukan

informasi bahwa 75 % dari jumlah tersebut merupakan pendapatan penjualan

klien dari transaksi penjualan produk kepada anak perusahaannya. Karena

sebagian besar angka pendapatan penjualan tersebut terjadi dari transaksi antar

pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (hubungan induk-anak

perusahaan), maka auditor harus mengusulkan kepada klien untuk menambahkan

pengungkapan (disclosure) mengenai informasi tersebut dalam laporan keuangan.

B. Tujuan Audit

Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas

kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini, auditor

perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten

yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit

spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik

tersebut, auditor akan dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun, dan

bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.

5

Page 6: Tugas auditing no.3

Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang

apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum atau dikenal dengan GAAP.

Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai

dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Di samping itu pilihan akan bukti audit

dipengaruhi oleh :

1. Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien.

2. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan catatan

klien.

3. Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan.

4. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian.

Tujuan audit spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos yang

terdapat dalam  laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen dan untuk

mendapatkan bukti sebagai pendukung pendapat atas laporan keuangan, auditor

merumuskan tujuan –tujuan khusus audit untuk setiap rekening dalam laporan keuangan.

C. Bukti Audit

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam

laporan keuangan, yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya,

yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya

standar ketiga, mendasari pembahasan bukti audit yang berbunyi: “Bukti audit kompeten

yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan

6

Page 7: Tugas auditing no.3

konfirmasi sebagai dasar   untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit“.

Bukti audit merupakan konsep fundamental dalam auditing. Dalam SA 326.14

menyatakan bahwa bukti audit terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat

yang tersedia bagi auditor.

a. Tipe Bukti Audit

Tipe  Data  Akuntansi : (1) Pengendalian  Intern, dan (2) Catatan  Akuntansi.

Tipe  Informasi  Penguat (corroborating information) : (1) Bukti  Fisik, (2) Bukti 

Dokumenter, (3) Perhitungan, (4) Bukti  Lisan, (5) Perbandingan dan Ratio, dan

(6) Bukti  dari  spesialis.

b. Kecukupan bukti audit

Berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti

audit, meliputi : (1) Materialitas, (2) Resiko  audit, (3) Faktor – faktor  ekonomi, dan

(4) Ukuran  dan  karakteristik  populasi.

c. Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti adalah berkaitan dengan kuantitas atau mutu dari bukti–bukti

tersebut. Bukti yang kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya, sah, obyektif, dan

relevan. Untuk menentukan kompetensi bukti harus mempertimbangkan berbagai

faktor, yaitu : (1) Sumber  bukti, (2) Relevansi  bukti, (3) Obyektivitas  bukti, dan (4)

Saat  atau  waktu.

Judgement atau pertimbangan yang dilakukan auditor dipengaruhi berbagai faktor,

yaitu :

1) Pertimbangan  profesional  auditor.

2) Integritas  manajemen.

3) Transaksi  yang  terjadi  di  perusahaan.

7

Page 8: Tugas auditing no.3

4) Jenis  kepemilikan  perusahaan.

5) Kondisi  keuangan  perusahaan.

Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan 4 pengambilan

keputusan yang saling berkaitan, yaitu :

1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan

2. Penentuan besarnya sample untuk prosedur audit tertentu

3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi

4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut

a) Audit Top-Down Vs. Audit Bottom-Up

Top down : Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari

pengetahuan tentang entitas, bisnis, dan industrinya.

Bottom up : Mengevaluasi bukti yang mendukung transaksi dan akumulasinya dalam

laporan keuangan

b) Keputusan penting tentang Bukti Audit

Sifat Pengujian

o Prosedur audit mana yang akan dilaksanakan

o Terkait dengan tujuan spesifik yang ingin   dicapai auditor

o Harus relevan

o Mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas dalam kaitannya dg tujuan

audit

o Pendekatan compliance atau substantive test

Saat pengujian

o Interim audit atau year end audit

Luas pengujian

8

Page 9: Tugas auditing no.3

o Berkaitan dengan berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh

Penerapan staf audit

o Terkait dengan due audit care

o Tim audit

o Independensi

o Penggunaan tenaga spesialis

c) Tujuan Audit khusus dan Bukti Audit

Terdapat  5 (lima )kelompok umum asersi laporan keuangan, yaitu:

Keberadaannya atau keterjadiannya (existence or occurrence)

Asersi tentang keberadaan atau terjadinya berhubungan dengan apakah aktiva

atau utang perusahaan benar–benar ada pada tanggal neraca dan transaksi–

transaksi yang tercatat telah benar–benar terjadi selama periode tertentu.

Keberadaan (eksistensi) suatu aktiva tidak hanya dilihat dari ujud fisiknya saja,

seperti kas, persediaan dan aktiva tetap, namun ada pula yang tidak ada ujud

fisiknya, misalnya piutang dan utang usaha. Sehubungan dengan saldo piutang 

diatas, manajemen hanya menyatakan bahwa piutang yang terdiri dana piutang

usaha, benar-benar ada pada tanggal neraca. Manajemen tidak menyatakan  bahwa

Rp10.000.000,– adalah jumlah yang benar

Kelengkapannya (completeness)

Asersi tentang kelengkapannya berhubungan dengan apakah telah memasukkan

semua transaksi dan akun (rekening) yang seharusnya disajikan dalam laporan

keuangan.

Asersi manajemen tentang saldo piutang Rp. 10.000.000,– mempunyai arti bahwa

jumlah tersebut telah meliputi semua transaksi dan kejadian yang mempengaruhi

saldo piutang tersebut, tidak ada piutang yang tidak dilaporkan (under stated) atau

9

Page 10: Tugas auditing no.3

dinyatakan lebih (over stated). Auditor sangat memperhatikan terhadap asersi

kelengkapan ini dalam kaitannya untuk menentukan kemungkinan adanya

penyajian komponen laporan keuangan yang kurang dari yang seharusnya dengan

menghilangkan sesuatu  atau transaksi yang seharusnya ada.

Hak dan kewajiban (right and obligations)

Asersi tentang hak (rights) dan kewajiban (obligations) berhubungan dengan

apakah aktiva tersebut benar-benar milik perusahaan dan semua utang adalah

benar- benar kewajiban perusahaan pada tanggal neraca.

Asersi ini menyatakan, bahwa manajemen secara implisit menyatakan bahwa

piutang dan aktiva-aktiva lainnya yang dilaporkan pada neraca benar-benar milik

perusahaan, dan utang-utang yang dilaporkan pada neraca benar-benar kewajiban

perusahaan secara sah. Dengan demikian asersi ini hanya berkaitan dengan

komponen-komponen neraca khususnya aktiva dan utang.

Penilaian atau alokasi (valuation or allocation)

Asersi penilaian (valuation) atau alokasi (allocation) berkaitan dengan ketepatan

metode penilaian maupun pengalokasian yang digunakan oleh perusahaan serta

kebenaran perhitungannya.  

Setiap pelaporan komponen laporan keuangan dengan jumlah tertentu mempunyai

arti bahwa jumlah tersebut (1) telah ditentukan sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berterima umum umum, dan (2) bebas dari kesalahan perhitungan atau

kekeliruan klerikal.  

Kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima umum meliputi ketepatan

penerapan prinsip harga perolehan (cost), mempertemukan (matching), dan

prinsip konsistensi. Asersi kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima

umum (PABU) dapat meliputi penilaian bruto maupun netonya. Misalnya, piutang

10

Page 11: Tugas auditing no.3

telah dinilai sebesar jumlah tagihan kepada pelanggan dan taksiran nilai bersih

yang dapat direalisasi setelah mempertimbangkan taksiran tidak tertagihnya

piutang ; dan aktiva tetap telah dilaporkan kedua-duanya yaitu sebesar harga

perolehan mula-mula dan nilai bukunya setelah mempertimbangkan jumlah

akumulasi depresiasinya.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa asersi penilaian atau alokasi berhubungan

dengan tiga hal sebagai berikut : (1) penilaian bruto, (2) penilaian neto, dan (3)

ketelitian matematis. Kategori asersi ini juga meliputi kelayakan (reasonableness)

terhadap estimasi akuntansi yang dibuat manajemen.

Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

Asersi tentang penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure)

berhubungan dengan apakah masing – masing komponen laporan keuangan telah

diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan dengan benar.

Manajemen secara implisit menyatakan bahwa setiap komponen laporan keuangan

telah disajikan secara benar dan diungkapkan secara memadai. Dalam hal

penyajian piutang harus benar-benar menampakan piutang yang dapat

direalisasikan, dalam arti setiap kemungkinan tidak tertagihnya piutang harus

sudah diperhitungkan melalui pembentukan rekening penyisihan piutang kecuali

dinyatakan lain. Hal-hal yang menyangkut piutang secara signifikan harus

dijelaskan (diungkapkan),misalnya adanya piutang yang digadaikan, tidak

dibentuknya penyisihan piutang, timbulnya kewajiban bersyarat (contingent

liability) dan lain sebagainya.

d) Prosedur Audit

Prosedur audit merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan atau metode dan

teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.

11

Page 12: Tugas auditing no.3

1. Jenis-Jenis Prosedur Audit

Prosedur audit yang biasa dilakukan auditor yaitu: (1) Prosedur analitis, (2)

Menginspeksi, (3) Mengkonfirmasi, (4) Mengajukan pertanyaan, (5) Menghitung,

(6) Menelusur, (7) Mencocokkan kedokumen, (8) Mengamati, (9) Melakukan

ulang, serta (10) Teknik audit berbantuan komputer.

2. Penggolongan Prosedur Audit

Prosedur-prosedur audit biasanya diklesifikasikan berdasarkan tujuannya menjadi

beberapa kategori, yaitu: (1) Prosedur-prosedur untuk Mendapatkan Pemahaman,

(2) Pengujian Pengendalian, (3) Pengujian Substantif.

Prosedur audit yang dapat digunakan untuk memperoleh bukti yang kompeten

atau dapat dipercaya adalah : Inspeksi, Observasi, Konfirmasi, Wawancara,

Perbandingan, Pengkajian ulang, Penilaian, Verifikasi, Penelusuran, Pembuktian

(vouching), Kalkulasi Kembali, Analisis, Rekonsiliasi, Penjajagan, Perhitungan

(count), Pengujian (test), dan Scanning.

Evaluasi bukti harus lebih teliti bila menghadapi situasi audit yang

mengandung resiko besar. Situasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengawasan intern yang lemah .

b. Kondisi keuangan klien yang tidak sehat.

c. Manajemen yang tidak dapat dipercaya.

d. Penggantian kantor akuntan publik.

e. Perubahan peraturan perpajakan.

f. Usaha yang bersifat spekulatif.

g. Transaksi yang kompleks.

12

Page 13: Tugas auditing no.3

D. Penyiapan Kertas Kerja

Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama

melakukan pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang telah

dilaksanakan, metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta kesimpulan-

kesimpulan yang telah dibuatnya.

Kertas kerja yang dikumpulkan oleh akuntan merupakan data-data rahasia yang

menjadi milik perusahaan, oleh karenanya akuntan berkewajiban untuk menjaga

kerahasiaan tersebut jangan sampai data tersebut jatuh pada pihak-pihak yang tidak

diinginkan perusahaan.

Jenis Kertas Kerja

Kertas kerja neraca saldo

Jadwal dan analisis

Memo audit dan informasi pendukung

Jurnal penyesuaian dan pengklasifikasian kembali

Isi Kertas Kerja Audit

Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok

dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing

yang dapat diterapkan telah dilaksanakan.

Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang

memperlihatkan :

1. Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan

dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.

13

Page 14: Tugas auditing no.3

2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah

dilakukan.

3. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan

pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup

sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan

auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang

ketiga.

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit

Sebagai pendukung yang penting terhadap pendapat akuntan atas laporan

keuangan yang diauditnya

Sebagai penguat kesimpulan akuntan dan kompetensi pengauditannya.

Sebagai Pedoman dalam pengauditan berikutnya.

Teknik Dasar Pembuatan Kertas Kerja Audit

Ada empat tehnik dasar yang digunakan dalam pembuatan kertas kerja.

Keempat tehnik tersebut adalah : (1) Pembuatan heading, (2) Nomor indeks, (3) Tick

marks, dan (4) Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal

pembuatan serta penelaahan.

Tipe Kertas Kerja

Audit program

Agar tak menimbulkan kerancuan istilah maka perlu dipisahkan pengertian Audit

program dan Audit Procedure. Audit program (program pemeriksaan) merupakan

daftar prosedur pengauditan untuk seluruh pemeriksaan elemen tertentu.

Sedangkan Procedure audit adalah instruksi terinci untuk mengumpulkan tipe

bukti pemeriksaan tertentu yang harus diperoleh pada saat pemeriksaan. Program

14

Page 15: Tugas auditing no.3

pemeriksaan dapat digunakan untuk merencanakan berapa orang yang diperlukan

untuk melaksanakan pemeriksaan, serta jadwal pemeriksaan yang direncanakan.

Working Trial Balance

Merupakan suatu daftar yang memuat saldo dari seluruh rekening buku besar pada

akhir tahun yang diperiksa dari akhir tahun sebelumnya, koreksi yang diusulkan

serta saldo menurut hasil pemeriksaan. Kertas kerja ini dapat pula dipisahkan

menjadi Working Balance Sheet dan Working Profit and Loss.

Summary of adjusment journal entries

Ringkasan ini merupakan daftar yang berisikan journal-journal koreksi yang

diusulkan kepada klien yang diperoleh selama pemeriksaan berlangsung.

Top Schedules

Merupakan kertas kerja pemeriksaan yang digunakan untuk meringkas informasi

yang dicatat dalam daftar pendukung untuk rekening-rekening yang berhubungan.

Supporting schedules

Merupakan kertas kerja yang memuat detail dari pada temuan hasil pemeriksaan,

serta koreksi-koreksi yang ada, serta memuat berbagai informasi dan teknik

pemeriksaan yang dilaksanakana oleh akuntan.

Dengan kata lain supporting schedule merupakan rincian dari pada top schedule.

Pengarsipan Kertas Kerja

Current File, yaitu arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan tahun

berjalan, informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat untuk tahun

yang diperiksa. Contoh: Neraca saldo, Berita acara kas opname, Rekonsiliasi bank,

Rincian piutang, Rincian persediaan Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain.

15

Page 16: Tugas auditing no.3

Permanent File, merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami

perubahan. Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode

pengauditan. Contoh: Akte pendirian, Accounting manual (pedoman akuntansi),

Kontrak kontrak, Notulen rapat

Corespondence file, merupakan arsi surat menyurat, facsimili dan lain lain.

Kepemilikan Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang

disusun oleh auditor sendiri maupun yang disusunkan oleh klien untuk auditor, adalah

milik auditor (akuntan publik) ; oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus

disimpan oleh auditor dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur

sesuai dengan urutan yang logis.

Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang

memperlihatkan atau membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja tersebut

kepada pihak ketiga tanpa seizin kliennya, kecuali atas perintah pengadilan atau

profesi akuntan. Selama melaksanakan audit, auditor memperoleh sejumlah informasi

yang sifatnya rahasia antara lain berupa informasi tentang gaji karyawan penting (key

personels), rencana advertensi, data biaya produksi dan metode penentuan harga jual

produk. Jika auditor membocorkan informasi-informasi pada pihak ketiga atau kepada

karyawan kliennya, maka auditor tersebut dapat dimintai pertanggung jawabannya

atau dituntut ke pengadilan.

16