tugas 1 mekanisme terjadinya termoklin musiman pada lintang sedang

Upload: apriadi-budi-raharja

Post on 14-Jul-2015

682 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Mekanisme Terjadinya Termoklin Musiman Pada Lintang Sedang Termoklin merupakan sebagai sublapisan dengan karakteristik bentukan temperature yang menurun dalam perairan laut. Termoklin merupakan bentukan perbedaan perairan kolam, laut dan samudera musiman (Mosaddad et al., 2009) melihatkan bahwa karakteristik termoklin pada musim panas walaupun pada saat musim dingin, hal ini menunjukan adanya keseragaman suhu pada musim dingin diseluruh kolam air di Teluk Persia (Kampf dan Sadrinasab, 2006), ada beberapa indicator yang dikemukakan (Mehdi Delphi 2010) dan factor berpengaruhnya terhadap pembentukan termoklin, diantaranya angin, penguapan dan radiasi matahari. Perpindahan termoklin menggambarkan adanya turbulensi yang terjadi. Penelitian lain yang dilakukan oleh David H Shonting dan Gerald S. Cook yang menggambarkan distribusi termperatur dan salinitas musiman di pulau rhode-bulan Juli 1963 hingga bulan Juli 1964. Menjelaskan bahwa karakteristik pada pertengahan bulan juli tahun 1963, termoklin musiman di Pulau Rhode pada statiun 6. teridentifikasi bahwa panas tertinggi yaitu pada bagian permukaan air antara 19-20C dan pada perairan bawah temperaturnya kurang dari 10C yang dipengaruhi dari arus laut terbuka. Sependapat dengan Wood-1967 yang menyatakan bahwa lapisan termoklin musiman hanya terjadi pada lapisan atas antara kedalaman 20-50m. sedangkan gradian termperatur secara vertical terkuat terlihat pada statiun 9 dan 12, mulai disekitar dekat pantai temperatur menjadi menurun, hal ini dipengaruhi adanya pencampuran yang kuat pola arus laut dengan masukan air tawar dari selat Narragan, seperti terlihat pada gambar 2A. Sedangkan pada akhir bulan agustus, termoklin terlihat semakin merendah seperti gambar 2B, dan semakin meninggi menuju kelaut; kemiringan temperatur meninggi menuju laut seperti yang terjadi pada bulan juli. percanpuran setelah pemanasan matahari telah menyababkan campuran tebal pada lapisan atas dan sedikit pemanasan pada bagian bawah air. Selanjutnya, diantara 29 agustus dan 2 oktober atau musim gugur, penelitian di Pulau Rhode oleh David (1964) terjadi pencampuran kovektif secara ekstrim menyebar keseluruh kolam air, hampir menghilangkan termoklin seperti gambar 2B dan 2C. Pada bulan januari dan maret menggambarkan perubahan suhu air tetap mengikuti isotermal suhu seperti terlihat pada gambar 2D dan 2E. dari akhir bulan maret hingga bulan juni tahun 1964 (lihat gambar 2F), teridentifikasi peningkatan panas secara berangsur dari permukaan perairan. termoklin musiman secara bertahap ditingkatkan, dimana ada kecenderungan mengisolasi temperatur dingin dibawah air. bahkan pada bulan juni air dingin dibawah permukaan tersebut hanya 1,52,5C, dan bertahan hingga pertengahan musim dingin. Pada gambar 2G memperlihatkan profil temperatur pada bulan juli yang sangat mirip dengan yang terjadi pada bulan juli 1963, hal tersebut mengindikasikan sebuah variasi struktur siklus termal di pulau Rhode telah selesai. Gambar profil melintang temperature (titik merupakan indicator kedalaman)Dapat disimpulkan bahwa sebuah bentuk termoklin musiman di Pulau Rhode terjadi pada bulan april dan1

maksimal pada akhir bulan juni atau awal juli. Musim semi dan musim panas, pemanasan dikolam air menjadi stabil sehingga menghambat percampuran secara vertikal. Temperatur permukaan air jatuh secara cepat bersamaan dengan kecepatan angin mengkonvektif air antara akhir bulan agustus dan awal bulan oktober, lebih rendah lagi temperatur musim dingin terjadi diseluruh kolam air pada akhir januari dengan suhu minimun 3-4C pada akhir februari). Kemudian air memanas secara perlahan, mencapai sekitar 3,5C pada akhir maret atau musim semi. dari hasil penelitiannya yang dilaksanakan pada musim panas di Teluk Firlandia pada tahun 2009, menyakatan bahwa batasan dangkal dari termoklin itu sama dengan kedalaman UML, yang rata-rata 12,8m, sedangkan dasar termoklin berada pada rata-rata 27,2m. ketebalan lapisan termoklin yaitu 14,4m. kedalaman rata-rata termoklin dasar bulanan dan ketebalan termoklin di bulan juni yaitu 23,6m dan 12,2m, sedangkan bulan juli 26,6m dan 12,2m dan pada bulan agustus 31,6m dan 16,7m. Dasar termoklin pada kedalaman lebih besar di Mulut teluk lebih kecil dibagian timur daerah penelitian, yang berubah dari 35,5 ke 22,6m. Dikarenkan kedalamannya bervariasi, dan lebih rendah dari UML, maka dapat disimpulkan bahwa pada musim panas lapisan termoklin sangat tebal didaerah mulut muara dan tipis dibagian timur wilayah studi.

UML=upper mixed layer, BOT=base of the the thermocline, CIL=cold intermediate layer, and HAL=center of the halocline

dalam rangka untuk mengukur variabilitas karakteristik termoklin, Taavi Liblik menentukan beberapa parameter yang digunakan, diantaranya dengan probabilitas 75%, kedalaman UML antara 5 dan 19m, dasar termoklin kisaran kedalaman 17-37m dan ketebalan termoklin 6 dan 22m. Untuk beberapa parameter termoklin, rentang frekuensi maksimum jelas ada distribusi probabilitas dalam satu bulan tertentu (Juni, Juli atau Agustus), tetapi dalam beberapa kasus lain distribusi seragam dan variabilitas lebih tinggi. sebagai contoh, interval kedalaman paling sering dimana dasar termoklin terditeksi, berada di bulan Juni antara 18-21m, sementara pada bulan Agustus tidak ada. sedangkan ketebalan termoklin berada dibulan Juni antara 4 dan 16m, tetapi di bulan juli dan agustus variabilitas ketebalan termoklin jauh lebih tinggi. Kesimpulan Secara umum termoklin diartikan sebagai perbedaan temperatur air laut seiring dengan kedalaman air laut. Dari segi lapisannya, termoklin terbagi menjadi lapisan lapisan atau layer yaitu lapisan atas yang2

disebut sebagai lapisan yang terpengaruh campuran air dan lapisan bawah atau lapisan permanen dan lapisan paling bawah atau lapisan homogen. Secara lebih rinci, lapisan permukaan yaitu lapisan tercampur yang mana proses konduksi yang terjadi dilapisan ini sangat lambat atau perpindahan panas kebawah sangat kecil. Proses ini terjadi dikarenakan adanya percampuran antara angin dan gelombang, dilihat dari kedalamannya lapisan tercampur ini mempunyai ketebalan antara 200-300 meter dibawah permukaan laut atau lebih dalam pada lintang tengah. Selanjutnya yang dimaksud dengan lapisan permanen yaitu lapisan yang ditandai dengan turunnya temperature air secara signifikan pada kedalaman diatas 300 meter dan 1000 meter, lapisan ini tidak dipengaruhi oleh perubahan musim serta ditandai dengan turunnya temperature secara intensif antara 0-30C. Indonesia salah satu Negara yang berada didaerah tropis atau disekitar khatulistiwa (23,5 LU 23,5 LS) yang ditandai secara implisit ditandai oleh musim panas dan musim penghujan. Sebaliknya daerah yang jauh dari garis khatulistiwa memiliki karakteristik empat musim yaitu Benua Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan serta Australia. Terjadinya empat musim tersebut banyak yang menduga dikarenakan kemiringan poros bumi. Bila dikaitkan dengan termoklin atau perbedaan temperature seiring dengan kedalamannya, pada lintang sedang atau termoklin yang terjadi empat kali perubahan dalam siklus satu tahunnya, sangat dipengaruhi oleh besar-kecilnya cahaya matahari yang diterima oleh permukaan air, musim dan waktu. Penyerapan panas matahari secara optimal hanya beberapa puluh meter dibawah permukaan saja, sehingga lapisan ini lapisan yang sangat dinamis akan terpengaruhi oleh perubahan suhu, berikut gambar dibawah ini menjelaskan mengenai grafik termoklin musiman pada lintang sedang.

A

B

C

D

Gambar

Dilihat pada gambar diatas, bahwa termoklin pada lintang sedang gradian temperature pada musim panas lebih signifikan dibandingkan dengan tiga musim lainnya. berpeluang terjadinya konveksi secara maksimal. Pada musim panas yang terjadi pada bulan Mei hingga Juli ditandai dengan besarnya cahaya matahari yang diterima matahari yang menyebabkan naiknya suhu permukaan air laut, pada musim ini juga lapisan permukaan tercampur (mixed surface layer) sangat tipis dikarenakan angin yang tertiup kecil serta konduktivitas yang maksimal sehingga semakin tinggi juga kandungan garamnya (salinitas). Musim gugur terjadi pada bulan agustus hingga bulan oktober atau sebagai musim peralihan musim panas menuju musim dingin, yang ditandai oleh sedikitnya bahang yang hilang dikarenakan lapisan tercampur masih tebal yang dipengaruhi oleh tiupan angin yang kuat. Pada musim dingin, saat temperatur muka air rendah dan dipengaruhi angin lebih kencang maka menyebabkan percampuran masa air yang ditandai dengan mendekatnya lapisan tercampur yang lebih dalam hampir mendekat ke lapisan termoklin permanen atau disebut sebagai profil temperature secara efektif/ketebalan maksimal, pada lapisan permukaannya sendiri. Antara bulan februari hingga bulan

3

april merupakan musim semi yang ditandai dengan tiupan angin yang melemah dan pemanasan meningkat sehingga lapisan yang tercampuran kembali terbentuk, hal tersebut mengindikasikan sebuah variasi siklus temperatur di wilayah lintang sedang telah penuh selama setahun. Dapat diringkas bahwa penjelasan diatas, termoklin permanen dipengaruhi oleh arus permukaan yang dihasilkan oleh percampuran antara angin dan gelombang, sedangkan pada termolkin permanen suhu relatif tidak terpengaruh musim namun dipengaruhi oleh pergerakan arus dalam, hal ini berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan siklus termohalin dikarenakan adanya perbedaan densitas air yang berpengaruh pada salinitas air. Lebih luas lagi, akibat perbedaan temperatur dan salinity dapat mempengaruhi densiti air karena adanya solid material yang tersuspensi antara thermocline dan halocline yang disebut pycnocline. Sependapat juga dengan Supangkat (2003) menyatakan bahwa arus bawah (Deep-water Circulation) adalah arus yang bergerak dibawah permukaan laut arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan mambawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator. Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan gerakan massa air lautdalam(deep-water masses) yang bergerak melintasi samudera secara perlahan. Maka dengan adanya siklus global yang terjadi, secara umum dapat mempengaruhi dinamisasi distribusi organisme laut dan ikan yang ada, tanpa mengabaikan proses stenohaline dan euryhaline pada setiap spesies dan proses pengaruh lainnya.

Daftar Pustaka Shonting, D. & Cook, G. 1964 on the seasonal distribution of temperature and salinity in rhode island sound Naval Underwater Weapons Research and Engineering Station, Newport, Rhode Island.

4