translate - icha (validasi skor four)
TRANSCRIPT
Validasi Skala Koma yang Baru : Skor FOUR
Penilaian terhadap koma merupakan keterampilan klinis yang penting bagi seorang
klinisi. Beberapa skala telah disusun untuk memperbaiki komunikasi antara petugas
medis, selain juga untuk standarisasi pemeriksaan pada pasien dalam keadaan tidak sadar.
Skala yang paling sering digunakan adalah Glasgow Coma Scale (GCS). Meskipun
penyusun awal dari GCS melaporkan data-data mengenai reliabilitas praktis dari skala
ini, beberapa penelitian lain menunjukkan adanya kesulitan dalam aplikasi skala ini bagi
petugas yang tidak terlatih. Petugas kesehatan yang terlatih cenderung menerapkan GCS
yang lebih baik dari yang sebenarnya, meskipun interpretasi nilai menengah pada GCS
sampai saat ini masih sulit dilakukan, bahkan untuk petugas perawatan darurat yang
terlatih.
Kerugian lain dari GCS juga telah dilaporkan. Pertama, karena banyaknya pasien koma
yang diintubasi, komponen verba GCS tidak dapat diuji. Beberapa klinisi menggunakan
nilai terendah; sementara beberapa klinisi lain menginterpolasikan respon verbal
berdasarkan temuan neurologis lain. Kedua, refleks batang otak yang abnormal,
perubahan pola pernapasan, dan dibutuhkannya ventilasi mekanik mencerminkan tingkat
keparahan koma, namun GCS tidak meliputi indikator-indikator klinis tersebut. Ketiga,
GCS mungkin tidak dapat mendeteksi perubahan kecil pada pemeriksaan neurologis.
Baru-baru ini, sebuah penelitian mengenai cedera kepala akibat trauma menunjukkan
kurangnya korelasi antara prognosis dan nilai GCS.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk memodifikasi GCS; akan tetapi, kebanyakan dari
skala-skala yang baru ini sangat rumit, dan jarang dapat digunakan di negara lain selain
negara dimana skala itu dibuat. Beberapa peneliti lain menyarankan dilakukannya
penyederhanaan skor GCS setelah mendokumentasikan reliablitas antar-pengamat pada
cedera kepala akibat trauma. Kekhawatiran dan upaya-upaya awal untuk merancang
sebuah skala baru menunjukkan bahwa sebuah skala yang baru yang dapat dengan lebih
jauh lagi memberikan detail neurologis pada koma yang mudah digunakan dan dapat
meramalkan prognosis pasien sangat dibutuhkan. Penulis mencoba memvalidasi sebuah
skala koma yang baru, yang disebut skor FOUR (Full Outline of UnResponsiveness), dan
membandingkan skala tersebut dengan GCS.
1
Pasien dan Metode
Deskripsi Skala Koma yang Baru
Skala koma yang baru dinamakan skor FOUR. Skor FOUR memiliki empat komponen
yang dapat diuji, berbeda dengan GCS. Jumlah komponen dan nilai maksimal ada setiap
kategori adalah 4 (E4, M4, B4, R4). Hal ini lebih mudah diingat dibandingkan dengan GCS
(E4, V5, M6). Skor FOUR dapat mendeteksi adanya sindroma locked-in, selain juga
adanya keadaan vegetatif dimana mata dapat membuka secara spontan namun tidak dapat
mengikuti gerakan jari pemeriksa. Respon mototik lebih baik diperiksa ada ekstremitas
atas. Kategori motorik meliputi adanya status epileptikus mioklonus (persisten,
multisegmen, aritmik), yang merupakan tanda prognostik yang buruk pada pasien koma
setelah resusitasi jantung. Komponen motorik mengkombinasikan respon dekortikasi dan
deserebrasi. Uji posisi tangan (acung jempol, kepal dan tanda peace) juga telah divalidasi
pada penelitian sebelumnya dan bersifat reliabel dalam menilai kesadaran. Tiga refleks
batang otak yang diperiksa adalah fungsi mesensefalon, pons dan medula oblongata, dan
digunakan dalam kombinasi yang bervariasi. Dimasukkan juga tanda-tanda klinis
disfungsi n. III akut (dilatasi pupil unilateral). Refleks batuk biasanya tidak ada bila
refleks kedua pupil dan kornea tidak ada. Pernapasan Cheyne-Stokes dan pernapasan
ireguler dapat mencerminkan disfungsi batang otak bawah atau hemisferik dalam kontrol
respiratorik. Pada pasien yang terintubasi, pernapasan cepat dengan ventilator mekanis
menunjukkan pusat respirasi yang berfungsi dengan baik. Dengan semua kategori
bernilai 0, pemeriksa dapat mewaspadai adanya kematian otak. Skor FOUR dapat dinilai
dalam beberapa menit.
Survey Pengamat
Validitas dari skor FOUR dinilai dengan menanyakan ada pengamat komentar mengenai
penggunaan skor ini. Pernyataan berikut dinilai dengan menggunakan skala Likert lima-
poin (1= sangat tidak setuju; 5 = sangat setuju) : (1) skor FOUR relevan secara klinis dan
mudah digunakan; (2) skor FOUR dinilai dalam beberapa menit saja; (3) skor FOUR
merupakan alternatif yang baik terhadap GCS; (4) skor FOUR merupakan skor yang
lebih baik dibandingkan GCS dalam menentukan tingkat kedalaman koma maupun
2
deteriorasi pasien; dan (5) skor FOUR merupakan skala penilaian koma yang akan saya
gunakan apabila skala ini diterima secara luas.
Hasil
Karakteristik pasien
Sejak bulan Juli sampai September 2004, 120 pasien didaftarkan sebagai subjek
penelitian ini. Usia pasien rata-rata adalah 58,9 tahun (median 60 tahun; kisaran 45 – 70
tahun); 52% diantaranya pria. Diagnosis pasien yang diseleksi untuk penelitian ini adalah
stroke hemrargik maupun stroke iskemik (29 pasien; 24%); cedera kepala akibat trauma
(25 pasien; 21%), kraniotomi et causa tumor otak (13 pasien; 11 %); perdarahan
subarakhnoid et causa aneurisma (12 pasien; 10%), ensefalopati postaksonik-iskemik (10
pasien; 8%), operasi medula spinalis (termasuk trauma; 8 pasien; 7%), kejang dan status
epileptikus (7 pasien; 6%), ensefalopati lainnya (4 pasien; 3%), infeksi susunan saraf
pusat (4 pasien; 3 %), penyakit neuromuskuler akut (3 pasien; 2%) dan kondisi
neurologis akut lain (5 pasien; 4%). Pada dua pasien, membuka mata dan refleks batang
otak idak dapat diuji secara akutat, sebab terdapat edema posttraumatik pada mata;
sehingga digunakan skor terbaik yang paling mungkin. Lima puluh tujuh pasien (48%)
diintubasi dan menggunakan ventilasi mekanis.
Reliabilitas Antar-Penilai dari Skor FOUR
Reliabilitas keseluruhan baik untuk skor FOUR dan GCS sangat baik (skor FOUR : w =
0,82, 95% CI 0,77-0,88 sedangkan GCS : w = 0,82; 95%CI : 0,76-0,87). Penilai dari
kedua skala ini sama-sama memberikan nilai yang baik untuk kedua skala ini.
Persetujuan tertinggi didapatkan dari penilai dari residen bagian neurologi, dan
persetujuan terendah diberikan oleh perawat neuroscience untuk kedua skala ini.
Frekuensi skor dari kedua skala ini dapat dilihat pada gambar 2. Lima pasien mengalami
kematian otak, dan satu pasien mengalami sindroma locked-in. Status epileptikus
mioklonus (pada semua pasien setelah resusitasi jantung) terjadi pada lima pasien koma,
yang juga tidak memiliki respon motorik terhadap nyeri. Untuk skor FOUR, 82 dari 240
(34%) pengamatan menunjukkan skor maksimal 16. Komponen batang otak memiliki
skor maksimal tertinggi (188/240 observasi; 78%). Distribusi skor untuk komponen mata
3
dan motorik dari skor FOUR kurang lebih sama dengan distribusi pada GCS. Skot GCS
total sebesar 3 terlihat pada 34 kali pengamatan. Dari ketiga-puluh-empat pengamatan
ini, hanya sembilan pengamatan yang mendapat nilai skor FOUR terendah sebesar 0.
Dalam 25 kali pengamatan sisanya, refleks batang otak dan komponen resprasi
memberikan informasi tambahan yang memungkinkan para penilai untuk membedakan
antara GCS dan skor FOUR (skor FOUR 1-8).
Nilai Cronbach menunjukkan tingginya derajat konsistensi internal untuk skor FOUR
( = 0,86 untuk penilai pertama dan =0,87 untuk penilai kedua), serta GCS ( = 0,88
untuk penilai pertama dan = 0,84 untuk penilai kedua). Koefisien korelasi Spearman
antara GCS dan skor FOUR tinggi ( = 0,92 baik untuk penilaian pertama maupun
kedua).
Persetujuan antar penilai mengenai tingkat kesadaran secara kelompok kurang lebih sama
untuk kedua skala ini. Nilai total skor FOUR untuk kelompok pasien koma adalah w =
0,57, 95%CI = 0,24-0,90; untuk pasien stupor w = 0,74; 05%CI = 0,53-0,94; unuk pasien
letargi w = 0,75; 95%CI = 0,57-0,83 dan untuk pasien sadar w = 0,70; 95%CI = 0,57-
0,83. Sedangkan untuk GCS adalah : pada pasien sadar w = 0,59 (95%CI = 0,33-0,86);
untuk pasien letargi w = 0,69 (95%CI = 0,54-0,85); untuk pasien stupor w = 0,72
(95%CI = 0,57 – 0,86) dan untuk pasien koma w = 0,69 (95%CI = 0,54-0,84).
Persetujuan antar penilai berdasaran diagnosis cedera kepala akibat trauma kurang lebih
sama pada kedua skala ini. Skor total untuk skor FOUR pada cedera kepala akibat
trauma adalah w = 0,73 (95% CI = 0,57-0,88) sedangkan untuk pasien cedera kepala
non-traumatik adalah w = 0,84 (95%CI = 0,79-0,90). Nilai total untuk GCS pada
kelompok pasien cedera kepala akibat trauma adalah w = 0,71 (95%CI = 0,55-0,86) dan
untuk pasien cedera kepala non-traumatik adalah w = 0,84 (95%CI = 0,79-0,90).
Kesembilan penilai setuju atau sangat setuju (grade Likert 4 atau 5) dengan kelima
pernyataan mengenai kegunaan klinis dari skor FOUR.
Diskusi
Skor FOUR sederhana dalam penggunaannya, meliputi uji neurologis seminimal
mungkin pada pasien dengan kesadaran terganggu, dan secara spesifik dapat mengenali
status kesadaran tertentu. Penelitian antar-pengamat ini merupakan validasi terbesar
4
mengenai skala koma baru ini, dengan 120 pasang penilaian yang meliputi 3 perawat
neuroscience, 3 residen neurologi, dan 3 neurointesivis. Populasi pasien yang diteliti
diindikasikan untuk masuk rumah sakit selama 3 bulan di IVU, dan meliputi beragam
kndisi neurologis akut, yang tidak terbatas pada trauma saja.
Penelitian validasi mengenai GCS yang dilakukan sebelumnya meliputi 47 pasien bedah
saraf, dan 64 pasien perawatan neurointensif, namun 2 penelitian lainnya melibatkan
pasien dalam jumlah yang lebih sedikit. Rancangan untuk penelitian ini, yang meliputi
penerapan rangsangan tunggal dengan penilaian multi-pengamat pada saat yang
bersamaan, tidak dapat mencerminkan bagaimana skala ini digunakan dalam prakteknya
serta mengeliminasi kemungkinan adanya sumber keberagaman yang penting. Sebagai
tambahan, penulis berupaya untuk memastikan bahwa dua penilaian pada masing-masing
pasien terjadi dalam kurun waktu yang sedekat mungkin untuk meminimalisasi
kemungkinan berubahnya kondisi pasien. Penelitian yang dilakukan sebelumnya
melibatkan perawat yang baru lulus ataupun siswa perawat, psikolog riset, paramedis,
dan mahasiswa terapi okupasi yang disupervisi oleh seorang direktur medis dari sebuah
unit perawatan neurointensif. Penilai-penilai pada penelitian ini dipilih karena di dalam
prakteknya, para penilai inilah yang akan memeriksa pasien, mengkomunikasikan
penemuan mereka pada satu sama lain, dan membuat keputusan.
Reliabilitas antar-penilai untuk skor FOUR dan GCS kurang lebih ekuivalen. Hal ini
sangat luar biasa karena penilai hanya memiliki pengalaman minimal dengan skor FOUR.
Pada penelitian ini, persetujuan antar-pengamat paling tinggi didapatkan antara residen,
diikuti dengan petugas pada perawatan neurointensif, kemudian antar-perawat. Terdapat
persetujuan sempurna antara residen dalam hal respirasi dan refleks batang otak, yang
merupakan temuan yang penting dalam berkomunikasi dengan dokter konsulen.
Skor FOUR, berbeda dengan GCS, tidak meliputi respon verba, dan dengan demikian
lebih berhuna di dalam praktek di ICU yang biasanya merawat pasien yang dalam
keadaan diintubasi. Dalam penelitian prospektif dengan menggunakan skor FOUR ini,
semua pasien, kecuali dua pasien dengan edema periorbital karena trauma, dapat dinilai
secara reliabel. Sebaliknya, pada GCS, yang menggunakan skor verbal sebagai salah satu
dari tiga komponen yang dinilai, kurang berguna pada 48% pasien yang diintubasi. Hal
ini merupakan sesuatu yang diharapkan, karena komponen verbal merupakan komponen
5
yang paling tidak reliabel pada GCS. Penelitian mengenai reliabilitas dari pemeriksaan
refleks batang otak jarang dilakukan dalam populasi pasien yang besar, namun
memberikan nilai yang baik antara pengamat dalam penelitian ini. Dalam satu penelitian
terdahulu, respon pupil dan respon okulosefalik diperiksa pada 28 pasien, dan persetujuan
antarpengamat yang cukup ditemukan hanya pada respon okulosefalik ( =0,49).
Pemeriksaan refleks batang otak telah dimasukkan pada beberapa modifikasi dari GCS.
Refleks ini meliputi pergerakan leher cepat pada refleks okulovestibuler dan tekanan bola
mata pada untuk meniai refleks okulokardiak. Persetujuan antarpengamat antara 6 ahli
bedah saraf pada 30 pasien adalah w =0,69. Penulis tidak menilai refleks-refleks ini
sebab dapat lebih jauh lagi mengganggu pasien dengan trauma spinal dan instabilitas
hemodinamik. Pernapasan yang abnormal serta ventilator mungkin memiliki nilai lokal
pada pasien koma, namun penulis mengakui pentingnya variabel lain seperti penyakit
paru akut dan setting ventilator. Penelitian ini menunjukkan bahwa pola pernapasan dapat
dengan mudah dikenali oleh dokter dan dapat diinterpretasikan secara memuaskan oleh
perawat neuroscience.
Penelitian ini memungkinkan dilakukannya implementasi skor FOUR pada ICU
neurologi/bedah-saraf dan dapat memberikan kesempatan untuk penelitian longitudinal
lanjutan. Penelitian ini dilakukan secara eksklusif pada petugas neuroscience profesional.
Menarik juga untuk dilakukan uji skor FOUR pada dokter jaga UGD, ahli bedah trauma,
petugas perawatan intensif medis maupun bedah, serta perawat dalam bidang yang
berhubungan. Skor FOUR masih perlu diuji lagi secara klinis dimana diperlukan
penilaian yang lebih lengkap mengenai tingkat keparahan koma.
6