proposal icha

Download Proposal Icha

If you can't read please download the document

Upload: annisa-yelsy

Post on 24-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PROPOSAL PENELITIAN

TRANSCRIPT

BAB I44PROPOSAL PENELITIANPENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE AKTIF CARD SORT TERHADAP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 2 CANDUNGOLEH :ANNISA YELSY UTAMI2411.015DOSEN PEMBIMBING:M. IMAMUDDIN, MpdPROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN TARBIYAHSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI2013 PENDAHULUANLatar BelakangPendidikan merupakan kebutuhan yang sangat esensial dan mesti dijalani oleh seseorang untuk dapat menjadi manusia yang sempurna, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi mampu menunjang serta menduduki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik dalam segi intelektual, sosial, spiritual dan potensial.Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh berbagai informasi, cepat dan mudah untuk didapatkan. Dengan demikian siswa harus memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerjasama yang efektif. Cara berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siswa terampil berfikir rasional. Depdiknas, Kurikulum 2004. (Jakarta: Depdiknas.2003) Mengingat pentingnya peranan matematika tersebut, tidak berlebihan jika diharapkan siswa mempunyai pemahaman yang baik tentang matematika.Matematika memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan mengalami kemajuan pesat. Besarnya peranan matematika tersebut telah menjadikan matematika dipelajari secara luas mulai dari pendidian dasar sampai ke pendidikan tinggi.Mengingat betapa pentingnya peranan matematika, berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika. Usaha yang telah dilakukan pemerintah adalah malakukan perubahan kurikulum. Dari kurikulum 1994 menjadi Kurukulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun pelajaran 2004/2005. Kurikulum tersebut juga akhirnya di ubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun pelajaran 2006/2007. Di samping usaha yang dilakukan pemerintah, guru sebagai pengajar juga mengubah pendekatan dan strategi mengajar. Walaupun berbagai usaha telah dilakukan pemerintah, namun hasil yang diperoleh belum maksimal. Hal ini dapat diketahui dari rendahnya hasil belajar matematika siswa. Sebagai contoh rendahnya hasil belajar matematika dapat dilihat dari persentse ulangan harian matematika yang diperoleh siswa kelas VIII SMP N 2 canduang Tahun Pelajaran 2013/2014.Tabel 1. Persentase ujian semester Matematika Siswa kelas VIII SMP N 2 canduang tahun ajaran 2012/2013Nilai SiswaPersentase Nilai siswaX1X2X3 6077%73%9%< 6023%27%81% Sumber : Guru Bidang Studi Matematika SMP N 2 candunagDengan demikian dapat dilihat persentase nilai ulangan harian siswa masih banyak di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60. Jika nilai siswa masih di bawah KKM maka nilai siswa tersebut belum dikatakan tuntas. Dan jika hal ini dibiarkan berlanjut maka siswa akan lebih sulit untuk melanjutkan materi ke yang lebih tinggi, karena materi satu dengan yang lainnya saling terkait.Belum tuntasnya siswa belajar matematika dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Secara umum faktor tersebut dapat terbagi atas dua kelompok, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Salah satu faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah faktor yang menyangkut pembelajaran matematika di sekolah, misalnya guru, materi pelajaran dan metode pembelajaran yang dilaksanakan guru.Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan siswa dan guru matematika VIII SMP N 2 canduang yang disimpulkan menyatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan proses pembelajaran lebih terpusat pada guru. Guru dianggap sebagai gudang ilmu dan mendominasi kegiatan belajar, sedangkan siswa hanya mendengar, memperhatikan dan mencatat selama proses pembelajaran berlangsung. Apabila hal ini tidak ditanggulangi, dikhawatirkan akan berdampak serius terhadap hasil belajar mereka. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika adalah strategi belajar aktif. Kegiatan belajar aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas. Melvin Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa Media Nuansa. 2006) h.28 Jadi, pembelajaran tidak hanya melihat dan mendengar atraksi guru yang kemudian mencatat dan mengerjakan latihan. Siswa harus diberi kesempatan melakukan sesuatu dari informasi yang didapatkannya, agar pembelajaran menjadi lebih aktif dan bermanfaat. Untuk meningkatkan keaktifan seluruh siswa dibutuhkan suatu strategi yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam setiap proses pembelajaran. Strategi pembelajaran aktif merupakan suatu cara yang dapat mengajak siswa belajar secara aktif, karena:Dengan belajar aktif siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta.2004). h.17 Ada beberapa tipe strategi belajar aktif, salah satunya adalah tipe Card Sort (pemilihan kartu). Strategi tipe Card Sort merupakan aktivitas colaborative yang dapat mengajak siswa untuk terlibat kedalam materi pelajaran. Strategi ini menumbuhkan kerjasama tim, berbagi pengetahuan dan belajar secara langsung, tetapi penekanannya lebih kepada suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara menyeluruh, serta membantu siswa menemukan sendiri arti belajar yang sesungguhnya secara aktif.Pada strategi belajar tipe card sort, guru memberikan kartu yang berisi informasi atau pernyataan yang sama, bagi siswa yang memperoleh kartu dengan informasi atau pernyataan yang sama, mereka mendiskusikan informasi atau pernyataan tersebut dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Dengan adanya proses ini maka guru dapat mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai meteri yang sudah disampaikan. Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul: Penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 2 canduang Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahan pokok yaitu:Pembelajaran matematika terpusat pada guru dan cenderung satu arahHasil belajar matematika siswa masih rendah.Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar matematika masih kurang.Kurangnya motivasi siswa dalam mengerjakan soal matematik Batasan MasalahAgar penulisan ini tidak keliru dan mengingat keterbatasan penulis dari segi ilmu, waktu, tenaga dan dana maka penulis perlu melakukan batasan masalah.Batasan masalahnya sebagai berikut:Hasil belajar matematika siswa rendah Siswa kurang aktif dalam pembelajaran Guru menerapkan strategi belajar aktif tipe card sort Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:Apakah strategi pembelajaran aktif tipe Cart Sord dapat meningkatakan aktivitas siswa?Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran aktif tipe Cart Sord lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajar menggunkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP N 2 canduang.AsumsiPenelitian ini dilaksanakan dengan berpegang pada beberapa asumsi yaitu:Guru mampu menerapkan strategi belajar aktif tipe Card Sort pada pembelajaran matematikaHasil tes yang diperoleh pada akhir penelitian mencerminkan kemampuan akademis matematikaPertanyaan PenelitianPertanyaan penelitian ini adalah: Apakah penggunaan strategi belajar Aktif Tipe Card Sort dapat mempengaruhi Hasil Belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika ? Defenisi OperasionalAgar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami variabel ini maka penulis mencoba menjelaskan istilah-istilah berikut: Strategi adalah cara atau kiat yang digunakan guru dalam pembelajaran sehingga tujuan yang diinginkan tercapai dengan baik. Belajar aktif adalah usaha dalam menjadikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran.Dapat disimpulkan bahwa Strategi Belajar Aktif adalah suatu kiat yang digunakan oleh guru atau guru menpraktekkan cara belajar dan membawa peserta didik turut serta didalamnya atau menjadikan siswa sebagai subjek pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.Card Sort adalah kegiatan kerajasama yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi dan menilai informasi. Kegiatan ini membantu menggairahkan siswa yang jenuh dalam belajar matematika.Menurut Melvin L Silberman, strategi card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang biasa digunakan untuk mengerjakan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi. Strategi ini juga menekankan terhadap gerakan fisik, yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada suasana kelas yang mulai jenuh, karena aktifitas pembelajaran yang sangat padat.Card sort sebagai strategi, menciptakan kondisi pembelajaran yang bersifat kerjasama, saling menolong dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan lewat permainan kartu. Melvin L Silberman, Active Learning, (Yogyakarta: YAPPENDIS, 2002). Hasil belajar adalah perolehan pengetahuan atau hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar. Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa berdasarkan materi pelajaran pada saat pembelajaran.Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk:Mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya dengan Strategi Pembelajaran Aktif tipe Card Sort lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP N 2 canduangMengetahui apakah aktivitas siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran aktif tipe Cart Sord mengalami peningkatan pada siswa kelas VIII SMP N 2 canduang Manfaat PenelitianDalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: Bagi penulis:Sebagai pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti dimasa akan datang dapat diterapkan disekolah tempat meneliti. Dan Sebagai calon guru dalam pembelajaran matematika dimasa mendatangkan menerapkan khususnya strategi belajar aktif tipe card sortBagi guruGuru matematika dapat mengubah gaya mengajar konvensional. Kemudian semakin menyadari pentingnya kerja kolaboratif.Membantu guru dalam meningkatkan partisipasi siswa dengan memperhatikan dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Dan Menanamkan kreatifitas dalam usaha pembenahan pembelajaran matematikaBagi siswaSiswa dapat lebih termotivasi dan terlibat atau berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran aktif tipe Card SortSiswa mempunyai kedudukan yang sama dalam menentukan tingkat keberhasilanLANDASAN TEORIPembelajaran MatematikaPembelajaran menurut suherman, dkk adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal Erman suherman,strategi pembelajaran kontemporer,(bandung:universitas pendidikan indonesia,2003),h. 7Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). hal: 2 Menurut penganut ilmu jiwa Gestalt bersumber pada paham Organicmis Psycology, belajar merupakan perubahan tingkah laku dan pribadi secara keseluruhan. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (CityplaceBandung: Alfabeta, 2006) h.51 Jadi dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku kepada yang lebih baik dalam proses pengajaran sehingga proses belajar mempuntai peran penting dalam proses pengajaran. Sesuai dengan tujuan belajar itu sendiri yaitu:Untuk mendapatkan pengetahuan, hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir, kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan, dan tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengatahuanPenanaman konsep dan keterampilan. Pemahaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan.Pembentukan sikap. Pembentukan sikap mental dan prilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu guru tidak sekedar pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1987), hal: 28-29.Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang belajar mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Dan dengan belajar seseorang mendapatkan latihan dan pengalaman. Dengan latihan dan pengalaman baru ini maka manusia itu akan mengalami perubahan dalam dirinya. Agar siswa itu dapat mengalami perubahan dalam dirinya, tentu adanya bimbingan dalam proses tersebut. Ini sangat erat kaitannya dengan pembelajaran.Dalam proses pembelajaran, kegiatan antar guru dan siswa merupakan kegiatan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Erman Suherman , Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, ( Bandung: UPI, 2003) h.8Pembelajaran matematika adalah upaya untuk membantu siswa mengkonstruksikan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga prinsip atau konsep itu terbangun kembali.Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep-konsep yang ada ke dalam situasi nyata. Maka dari itu guru harus menumbuhkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu yang dapat dilakukan guru yaitu dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat agar tercipta kegiatan mental yang tinggi meliputi proses aktif dari dalam diri siswa yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru dalam penyelesaian masalah matematika. Strategi Pembelajaran AktifStrategi adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Erman Suherman , Ibid, h. 5 Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif Strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu siasat atau kiat pembelajaran yang menginginkan siswa aktif menggunakan seluruh kemampuannya agar materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat dipahami. Oleh karena itu setiap guru harus mempunyai strategi yang tepat dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dan Siswa harus diberi kesempatan melakukan sesuatu dari informasi yang didapatkannya. Menurut John Holton (1976) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut ini Melvin L Silbermen, Op Cit, h.26: Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri. Memberikan contohnya. Mengenali dalam bermacam bentuk dan situasi. Melihat kaitan antara informasi dengan fakta atau gagasan lain. Menggunakannya dengan beragam cara. Memprediksikan sejumlah konsekuensinya.Menyebutkan lawan atau kebalikannya.Terlebih lagi dalam pembelajaran matematika, aktifvitas fisik maupun mental sangat diperlukan karena konsep matematika tidak dapat dipahami dengan membaca saja atau didengarkan saja, melainkan harus ditulis atau digunakan dalam penyelesaian soal atau masalah.Keterlibatan mental dan fisik dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, siswa mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat terhadap hasilnya (kecuali, barangkali, nilai yang akan dia peroleh). Ketika kegiatan belajar aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas Melvin L Silbermen, Ibid , h.27-28. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk memahami sesuatu tidak cukup hanya mendengar dan melihat saja. Jika siswa dapat melakukan sesuatu dari informasi/pengetahuan yang didapatkannya, maka siswa dapat mengetahui seberapa jauh pemahamannya atau semacam umpan balik bagi siswa untuk mengetahui seberapa bagus pemahamannya dari informasi yang diperoleh. Bahkan diharapkan siswa mampu dan tertarik untuk mencari pengetahuan lebih dari yang didapatkannya dari sekolah.Pertimbangan lain untuk menggunakan strategi belajar aktif adalah realita bahwa siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang lebih senang membaca, ada yang senang berdiskusi dan ada juga yang senang praktek langsung. Inilah yang sering disebut gaya belajar (Learning Style). Untuk dapat mengakomodir kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran yang beragam yang melibatkan indra belajar yang banyak.3. Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort.Pembelajaran aktif tipe Card sort adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam bagian collaborative learniang (belajar bersama). Menurut Silberman ;Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar aktif adalah dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan kelompok kecil siswa. Dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat, pengetahuan, serta ketrampilan mereka akan membantu menjadikan belajar bersama sebagai bagian berharga dari iklim belajar dikelas anda Melvin L Silbermen, Ibid, h.163.Pembelajaran kolaboratif dikembangkan untuk menumbuhkan rasa memiliki siswa terhadap program pembelajaran serta memberikan penghargaan yang wajar kepada siswa sehingga gairah mereka untuk belajar bisa terus ditingkatkan.Prinsip dari pembelajaran kolaboratif yaitu guru mengajar secara konsisten, mengembangkan strategi yang membelajarkan siswa serta mampu mendorong siswa untuk mencapai hasil yang optimal.Dalam pelaksanaan pembelajaran tipe card sort ini siswa dituntut untuk bekerjasama dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab atas apa yang dipelajarinya dengan cara menyenangkan. Kegiatan belajar bersama dapat memacu belajar aktif dan kemampuan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk mengkonstruksikan pengetahuannya.Prosedur pembelajaran aktif dengan menggunakan tipe Card Sort adalah:Setiap siswa diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercakup dalam satu atau lebih kategori.Mintalah siswa untuk bergerak atau berkeliling di dalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama.(anda dapat mengumumkan kategori tersebut sebelum atau membiarkan siswa menemukan sendiri).Siswa dengan kategori yang sama diminta mendiskusikan dan mempresentasikan kategori masing-masing di dalam kelas.Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, berikan poin-poin penting yang terkai dengan materi pelajaran. Catatan:Minta setiap kelompok untuk melakukan menjelaskan tentang kategori yang mereka selesaikan.Pada awal kegiatan bentuklah beberapa tim. Beri tiap tim satu set kartu yang sudah diacak sehingga kategori yang mereka sortir tidak nampak. Mintalah setiap tim untuk mensotir kartu-kartu tersebut kedalam kategori-kategori tertentu. Setiap tim memperoleh nilai untuk setiap kartu yang disortir dengan benar. Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:CTSD, 2007) h.53-54Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran aktif tipe card sort terdapat keuntungan dan kelamahan , diantaranya:KeuntunganSiswa terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif.Pembelajaran tidak monoton dan tidak terpusat pada guru.Siswa mempunyai peranan yang sama dalam kelompoknya.KelemahanSuasana kelas ributKurangnya waktu dalam proses pembelajaranAktivitas Belajar SiswaAktivitas siswa sama maknanya dengan perbuatan, yang menghendaki gerakan fungsi otak individu yang belajar. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Aktivitas mutlak diperlukan dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh pengetahuan karena esensi dari pengetahuan adalah kegiatan, aktivitas baik secara fisik maupun mental.Pembelajaran aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah kompetensi pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis.Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, dan penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about and thiking aloud). Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif, keaktifan siswa tidak hanya fisik tapi juga keaktifan mental.Untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung maka dilakukan observasi. Aktivitas siswa yang diobservasi ditentukan dalam indikator aktivitas. Dalam penelitian ini terdapat delapan indikator aktivitas yang akan diamati oleh obsever selama pembelajaran berlangsung.Indikator yang menyatakan yang menyatakan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar menurut Diedrich yang dikutip Sardiman (2001:100) adalah :Motor Activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model, dan melakukan demonstrasi.Mental Activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal/masalah, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.Aktivitas yang akan diamati selama dalam proses pembelajaran adalah bentuk-bentuk aktivitas yang dikemukakan oleh Diedrich yang penulis sesuaikan dengan tahap tahap pelaksanaan strategi pembelajaran aktif tipe Card Sort.Tabel 2. Aktivitas Siswa yang akan Diamati dalam Proses PembelajaranNoBentuk AktivitascontohAplikasi di Kelas1Visual Activitiesmembaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, mengamati percobaan.Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guruSiswa mempresentasikan hasil diskusinya.2Oral Activitiesmenyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,diskusi dan instrupsi.Siswa mengemukakan pendapat pada diskusi kelompok.Siswa bertanya kepada guru3Listening Activitiesmendengar uraian, mendengar percakapan, mendengar diskusi dan mendengan pidato.Siswa mendengarkan hasil diskusi kelompok siswa lain.4Writing Activitiesmenulis, membuat laporan, mengisi angket, dan menyalin.Siswa mencatat kesimpulan materi yang baru dipelajari.5Mental Activitiesmenanggapi, mengingat, memecahkan soal/masalah, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.Siswa memberikan tanggapan kepada kelompok yang tampil.6Emosional Activitiesmenaruh minat, merasa bosan mendengar uraian, mendengar percakapan, mendengar diskusi dan mendengan pidato., gembira, bersamangat, bergairah, berani, tengang, dan gugupSiswa hadir di dalam kelas sebelum pelajaran dimulai.Hasil Belajar MatematikaHasil belajar adalah perolehan pengetahuan atau hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar. Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak. Dengan demikian siswa dikatakan telah berhasil dalam belajar matematika apabila siswa memahami konsep-konsep dan terampil mengerjakan soal yang berhubungan dengan bahan yang disajikan, serta siswa mampu mengaplikasikan konsep-konsep tersebut ke situasi yang lain.Hasil belajar dapat diukur dengan evaluasi dan tingkat keberhasilan dalam belajar dapat dilihat dari tes akhir, maka pada penelitian ini penulis memberikan tes di akhir pokok bahasan untuk melihat hasil belajar siswa.Menurut Wina Sanjaya hasil belajar merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Wina Sanjaya, Op.Cit, hal: 27 Menurut Bloom dalam Sudjana hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu tipe hasil belajar bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Nana Sudjana, Op.Cit, hal: 50 Untuk kurikulum yang berlaku saat ini, ketiga tipe hasil belajar sudah digunakan. Agar lebih jelasnya ketiga tipe tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:Ranah kognitifRanah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), h. 49 Dalam ranah kognitif ini ada enam tingkatan:Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tatacara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongret. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Penilaian/ penghargaan/ evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Ranah afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Dalam ranah afektif ini terdiri dari lima jenjang:Menerima atau memperhatikan (receiving atau attending) adalah kepekaan seseorang dalam menerima ransangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.Menanggapi (responding) adalah kemampuan dimiliki oleh seseorang untuk mengikut-sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.Menilai atau menghargai (valuaing) adalah memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek.Mengatur atau mengorganisasikan (organization) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai (characterization by a value or value complex) adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ranah psikomotorRanah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Ibid, hal: 50-58Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adanya pengaruh dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar,Gagne mengemukakan ada lima kemampuan yang merupakan hasil belajar yang ingin dicapai.Kemampuan intelektual, yang merupakan hasil belajar yang terpenting dari sistem persekolahan.Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam artian yang seluas-seluasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.Keterampilan motorik yang diperoleh disekolah antara lain keterampilan menulis, membaca, menggunakan jangka, dan sebagainya.Sikap dan nilai yang berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang sebagaimana dapat disimpulkan dari kecendrungannya bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian. Lalu Muhammad Azhar, Op.Cit, hal: 14-15Pembelajaran konvensional.Dalam pembelajaran konvensional yang diterapkan di sekolah tempat dilaksanakan penelitian ini, guru mata pelajaran matematika menerangkan konsep di depan kelas, memberikan rumus-rumus, kemudian diterapkan dalam contoh soal dan siswa di minta untuk bertanya mengenai hal yang kurang dimengerti kemudian mengerjakan latihan-latihan.Beberapa metode yang biasanya digunakan guru dalam pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:Metode EkspositoriMetode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara pada awal pembelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan, tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara induvidual, menjelaskan lagi kepada siswa secara induvidual atau klasikal. Sesuai yang dikatakan oleh Suherman (2004: 203) bahwa:Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada metode ceramah. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkinjuga saling bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temanya, atau di suruh membuat di papan tulis. Metode DemonstrasiMetode demontrasi sejenis dengan metode ceramah dan metode ekspositori. Kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru atau guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada metode demontrasi aktivitas siswa lebih banyak lagi dilibatkan, dengan demikian dominasi guru lebih berkurang.Ciri khas metode demontrasi tampak dari adanya penonjolan mengenai suatu kemampuan, misalnya kemampuan guru membuktikan teorema, menurunkan rumus, atau memecahkan soal cerita. Sedangkan yang berhubungan dengan penggunaan alat, misalnya pemakaian sepasang segitiga untuk membuat lukisan-lukisan geometri, penggunaan daftar, mistar hitung, atau kalkulator untuk melakukan penghitungan.Metode Tanya JawabUmumnya pada setiap kegiatan belajar mengajar ada tanya jawab. Namun, tidak pada setiap kegiatan belajar mengajar dapat disebut menggunakan metode tanya jawab. Misalnya dalam pengajaran dengan metode ekspositori guru mengajukan pertanyaan dan siswa memberikan jawaban. Cara mengajar ini tidak dapat disebut menggunakan metode tanya jawab, walaupun sering terjadi tanya jawab.Penggunaan teknik tanya jawab biasanya baik untuk maksud-maksud yang diperlukan guna menyimpulkan atau mengiktiarkan pelajaran atau apa yang dibaca, dengan dibantu tanya jawab siswa akan tersusun jalan pikirannya sehingga mencapai perumusan yang baik dan tepat. Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran, serta mengembangkan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya, sehingga pengetahuan menjadi fungsional.C. METODOLOGI PENELITIANJenis PenelitianBerdasarkan masalah di atas maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Arikunto menyatakan bahwa:Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau dua kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal: 207.Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang pembelajarannya mengunakan strategi pembelajaran aktif tipe card sort dan kelas kontrol merupakan kelas yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.Rancangan PenelitianRancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain soft MINITAB dua kelompok. Disain ini terdiri dari dua kelompok yaitu satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan kelompok lainnya sebagai kelompok kontrol.Beda dua kelompok di atas adalah bahwa kelompok eksperimen diberi perlakuan tertentu, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan seperti biasanya. Sukardi, Metodologi Penelitian, (placeYogyakarta: Bumi Aksara, 2003) hal: 182 Perlakuan yang penulis lakukan adalah memberikan strategi Active Learning Tipe Pencocokan Kartu Indeks kepada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol pembelajaran yang diberikan menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 2: Bagan Rancangan PenelitianKelompokPerlakuanTestKelompok EksperimenXTKelompok Kontrol-TKeterangan:X = Perlakuan dengan strategi pembelajaran aktif Tipe Card SortY = Pembelajaran dengan model pembelajaran konvensionalPopulasi dan SampelPopulasiPopulasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Menurut Sudjana Populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan memberi informasi yang berguna bagi masalah pendidikan. Nana Sudjana.. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. (Bandung: Sinar Baru. 2004) h. 84Sebelum dilakukan penelitian, maka terlebih dahulu ditentukan populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 canduang Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2010/2011 pada siswa kelas VIII SMP N 2 canduang . Untuk lebih jelasnya sebaran populasi dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 3: Jumlah Siswa Kelas VIII SMP N 2 canduang Tahun Ajaran 2012/2013NoKelasJumlah1.2.3.X1X2X3252425Jumlah74 Sumber: Tata Usaha VIII SMP N 2 canduangSampelSampel adalah bagian dari populasi, segala karakteristik populasi tercermin dalam sampel yang di ambil. Sudjana menyatakan bahwa Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul mewakili populasinya. Nana Sudjana, Ibid, h. 84Agar sampel dapat mewakili dan menggambarkan sifat serta karakteristik dari populasi, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:Mengumpulkan nilai semester matematika kelas Kelas VIII SMP N 2 canduang Melakukan uji normalitas populasi terhadap nilai rata-rata kelas Kelas VIII SMP N 2 canduang. Uji normalitas yang digunakan yaitu:soft MINITAB bertujuan untuk mengetahui apakah populasi tersebut berdistribusi normal atau tidak.mdapat dilihat yang mana semua pencaran titik yang ada pada setiap kelas populasi dari(VIII a sampai VIIIc )Berda dekat dengan garis normal . rata-rata dan P-value dari nilai matematika siswa tahun ajaran 2012/2013yang didapat. Apabila P-value dari masing-masing kelas populasi besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan populasi berdistribusi normaluntuk taraf nyata = 0,05.Melakukan uji homogenitas variansi dengan uji soft MINITAB Uji ini bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Dapat dilihat bahwa populasi memiliki variansi yang homogen. Hal ini dapat dilihat dari chart yang dihasilkan oleh uji MINITAB. Yang mana selang kepercayaan 95% pada setiap factor level memiliki irisan dan P-value besar dari 0,05 .Melakukan analisis variansi untuk melihat kesamaan rata-rata populasi. Analisis ini bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai kesamaan rata-rata atau tidak. Analisis variansi satu arah dilakukan juga dengan bantuan softwere minitab. Pengambilan sampel secara acak ini dilakukan setelah memenuhi semua kriteria di atas. Kelas sampel yang dipilih adalah sebanyak 2 kelas, yang mana kelas pertama yang terpilih adalah kelas eksperimen dan kelas kedua yang terpilih adalah kelas kontrol. Setelah dilakukan pengambilan sampel tersebut, sampel yang terpilih sebagai kelas eksperimen adalah kelas VIIIbVariabel dan Data1. VariabelVariabel merupakan sesuatu yang menjadi objek penelitian, maka dalam penelitian ini ada variabel yang menjadi perhatian utama yaitu variabel bebas dan variabel terikat.Variabel bebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan yang diberikan pada sampel penelitian yaitu penerapan strategi pembelajaran aktif tipe card sort dan pembelajaran konvensional pada pembelajaran matematika.Variabel terikatVariabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa yang diperoleh berdasarkan tes yang diberikan diakhir pokok bahasan.2. DataJenis dataData primer yaitu data tentang hasil belajar matematika siswa yang diperoleh setelah mengadakan eksperimen.Data sekunder yaitu nilai rapor matematika siswa kelas sebelum penelitian dilakukan.Sumber dataSumber data adalah subjek dari mana data diambil. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006) h. 126Sumber data primer berupa hasil tes bersumber dari sampel setelah proses pembelajaran.Sumber data sekunder bersumber dari kantor tata usaha VIII SMP N 2 canduangInstrumen PenelitianUntuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika siswa dan mengetahui perkembangan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlansung , penulis menggunakan alat pengumpul data berbentuk tes hasil belajar dan lembar obsevasi.Tes Hasil BelajarAlat pengumpul data dari penelitian ini adalah tes hasil belajar, tes yang diberikan dalam bentuk soal yaitu soal essay. Tes hasil belajar dikembangkan melalui langkah-langkah berikut:Menyusun tesAdapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun tes tersebut adalah:Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang akan diujikan.Membuat kisi-kisi tes hasil belajar matematika.Menyusun butir-butir soal menjadi bentuk tes akhir yang akan diujikan.Uji coba tesSebelum tes diberikan kepada kelas sampel dan kelas kontrol, tes diuji dulu pada sekolah lain. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah soal yang telah disusun dapat digunakan atau direvisi untuk penelitian selanjutnya. Analisis Item/Butir SoalSetelah uji coba dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan analisis butir soal, untuk melihat keberadaan soal-soal yang disusun baik atau tidak. Dalam melakukan analisis butir soal ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan adalah validitas tes, daya pembeda soal, indeks kesukaran dan reliabilitas tes.Validitas TesTes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur dengan tepat. Suatu tes dikatakan valid apabila:Bahan yang akan dites harus sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikanBahan tes yang diberikan harus sesuai dengan kurikulum yang dugunakanRancang soal tes harus sesuai dengan indikator yang ingin dicapai dan sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah di buat.Daya Pembeda SoalDaya pembeda soal adalah kemampuan untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) Untuk menghitung daya pembeda soal essay, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:Data diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah.Kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai tinggi dan 27% dari kelompok yang mendapat nilai rendah.Hitung degress of freedom (df) dengan rumus:df = Cari indeks pembeda soal dengan rumus :Keteran gan:I = Indeks pembeda soalM = Rata-rata skor kelompok tinggiM = Rata-rata skor kelompok rendah = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendahn = 27% NN = Banyak peserta tesMenurut Prawironegoro, Suatu soal mempunyai daya pembeda soal yang berarti (signifikan) jika I hitung I tabel pada df yang telah ditentukan.Indeks kesukaran Suharsimi Arikunto dalam Asnelly Ilyas mengatakan sebuah butiran soal atau item soal dikatakan baik apabila tingkat kesukarannya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk menentukan Indeks Kesukaran (Ik) soal essay dapat dinyatakan dengan rumus:Keterangan : Ik = Indeks Kesukaran soalDt = Jumlah skor kelompok tinggiDr = Jumlah skor kelompok rendahm = Skor setiap soal benarn = 27 % x NN = Banyak peserta tesDengan kriteria sebagai berikut:Ik < 27% : Soal Sulit27% Ik 73%: Soal SedangIk > 73 % : Soal mudah Asnelly Ilyas, Evaluasi Pendidikan,(Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2006) h.115 Reliabilitas TesMenurut Sudjana Reliabilitas alat ukur adalah ketetapan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,(Bandung: Sinar Baru, 2004)h. 120 Untuk menentukan koefisien reabilitas digunakan rumus alfha yaitu:rDi mana : =Reliabilitas yang di carin=Banyak soali2=Jumlah varians skor tiap-tiap item t2=Varians totalDengan kriteria sebagai berikut:0,80 < 1,00Reabilitas sangat tinggi0,60 < 0,80Reabilitas tinggi0,40 < 0,60Reabilitas sedang0,20 < 0,40Reabilitas rendah0,00 < 0,20Reabilitas sangat rendah Lembar Observasi aktivita siswaLembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.Indikator yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan bentuk-bentuk aktivitas yang dikemukakan oleh Diedrich yang disesuaikan dengan tahap-tahap pelaksanaan strategi pembelajaran aktif tipe card sort yaitu:Visual Activities Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guruSiswa mempresentasikan hasil diskusinya.Oral Activities Siswa mengemukakan pendapat pada diskusi kelompok.Siswa bertanya kepada guru Listening Activities Siswa mendengarkan hasil diskusi kelompok siswa lain. Writing Activities Siswa mencatat kesimpulan materi yang baru dipelajari. Mental Activities Siswa memberikan tanggapan kepada kelompok yang tampil. Emosional ActivitiesSiswa hadir di dalam kelas sebelum pelajaran dimulai.Prosedur PenelitianSecara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian1.Tahap Persiapan Menetapkan jadwal penelitian. Menyiapkan rencana pembelajaran (RPP) dari materi yang diajarkan. Mempersiapkan sumber-sumber dan alat-alat yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran tipe card sort.. Merancang instrumen penelitian berupa soal tes yang akan diberikan pada akhir pokok bahasan. 2. Tahap Pelaksanaana.Pelaksanaan di kelas eksperimenLangkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:Pendahuluan ( 10 menit)Guru menyampaikan tujuan pembelajaranGuru menjelaskan strategi yang digunakan yaitu tipe card sortGuru menjelaskan aktivitas yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran serta aturan yang harus ditaati siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan inti (70 menit)Guru menyajikan materi pelajaran secara garis besar dan dilengkapi dengan beberapa contoh soal. Guru memberikan setiap siswa potongan kertas yang berisi informasi atau pernyataan yang berhubungan dengan materi yang diajarkan. Catatan:Pembagian kartu pernyataan dilakukan satu kali untuk setiap pertemuan, kartu pernyataan dibuat sebanyak siswa dengan enam kategori sama sehingga terbentuklah enam kelompok siswa.Guru meminta siswa untuk bergerak atau berkeliling di dalam kelas untuk menemukan siswa lain yang mempunyai kartu dengan kategori yang sama.Setelah siswa menemukan siswa lain yang mempunyai kartu dengan kategori yang sama, maka terbentuklah kelompok-kelompok siswa dan guru meminta kelompok siswa tersebut mendiskusikan pernyataan yang dimiliki kelompoknya. Guru memilih seorang siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.Catatan:Setiap kelompok diberikan waktu untuk mempresentasikan hasil diskusinya selama 5 menitPenutup (10 menit)Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari, selanjutnya siswa diberi pekerjaan rumah (PR). Pelaksanaan pada kelas kontrolPendahuluan (10 menit)Guru menghubungkan materi pelajaran dengan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki siswa. Guru menyampaikan tujuan dari proses pembelajaran.Kegiatan inti (70 menit)Guru menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dan memberikan beberapa contoh soal.Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang diberikan guruGuru memberikan soal latihan.Guru berkeliling memperhatikan apa yang dibuat siswa. Setelah siswa selesai mengerjakan soal latihan, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang mau menyelesaikan soal latihan ke depanGuru mejelaskan soal-soal yang belum terbahas oleh siswa. Penutup (10 menit)Guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari dan selanjutnya memberikan tugas rumah (PR). Tahap penyelesaian Memberikan tes akhir pada kedua kelas, kemudian hasil tes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol diolah dan dianalisis untuk menentukan apakah hasil belajar matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran belajar aktif tipe pencocokan kartu indeks lebik baik dari pada hasil belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran konvensional.Teknik Analisis DataAnalisis Data Hasil BelajarTeknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbedaan dengan menggunakan rumus t test, dengan langkah-langkah sebagai berikut:Uji NormalitasUji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dapat digunakan dengan H0 = kedua kelas berdistribusi normalH1 = kedua kelas tidak berdistribusi normalSetelah diinputkandata tes kedalam worksheet MINITAB dan dilakukan analisis uji normalitas tipeandeson-darling normaly test.akan diperoleh grafik yang memperlihatkan pencaran titik berada dekat dengan garis normal sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas sampel ini berdistribusi normal. Apabila P-value dari masing-masing kelas populasi besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan populasi berdistribusi normaluntuk taraf nyata = 0,05.Uji HomogenitasUji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok data mempunyai variansi homogen atau tidak.Hipotesis yang diajukan yakni:= kedua kelompok data homogen= kedua kelompok data tidak homogenSetelah uji normalitas diatas, uji homogenitas dilakukan dengan uji statistik one-way ANOVA sehingga akan diperoleh grafik. Uji homogenitas variansi yang memperlihatkan selang kepercayaan 95% dari kelas eksperimen dan kelas kontrol beririsan (terima H0). Dan pada MINITAB tersebut akan memperlihatkan hasil analisis tersebut, eksperimen kontrol.Uji HipotesisSetelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hasil belajar matematika siswa kedua kelas sampel berbeda secara uji satu pihak, dengan hipotesis statistik dan dengan uraian yaitu: :Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan strategi belajar akitf tipe pencocokan kartu indeks sama dengan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. :Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan strategi belajar aktif tipe pencocokan kartu indeks lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas ada beberapa rumus untuk menguji hipotesis yaitu:Jika skor hasil belajar siswa berdistribusi normal dan data berasal dari sampel yang bervariansi homogen, maka rumusnya:dengan Dimana:=Nilai rata-rata kelompok eksperimen=Nilai rata-rata kelompok kontrol=Jumlah siswa kelompok eksperimen=Jumlah siswa kelompok control=Variansi hasil belajar kelompok eksperimen=Variansi hasil belajar kelompok kontrolKriteria:Terima H0 jika , dengan selain itu H0 ditolak. Ibid, h. 239Jika populasi berdistribusi normal dan kedua kelompok data tidak mempunyai variansi yang homogen, maka rumusnya:Kriteria pengujiannya adalah diterima jika : Keterangan:dan jika terjadi sebaliknya. Ibid, h. 241Analisis Aktivitas SiswaUntuk mengetahui perkembangan aktivitas siswa selama diterapkannya strategi pembelajaran aktif tipe card sort, penulis menggunakan lembar observasi. Obsertvasi dilakukan pada setiap pertemuan untuk melihat perkembangan aktivitas siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik persentase yang dikemukakan Sudjana yaitu:P% = x 100%Keterangan:P% = Persentase siswa yang aktifF = Jumlah siswa aktifN = Jumlah siswa Kriteria Penilaian keaktifan:1% - 25%: Aktifitas rendah sekali26% - 50%: Aktifitas rendah51% - 75%: Aktifitas tinggi 76% - 100%: Aktifitas tinggi sekaliPersentase aktivitas belajar siswa dipantau pada setiap kali pertemuan , sehingga dapat diketahui perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe Card Sort.DAFTAR PUSTAKASilberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia Nuansa.Zaini Hisyam dkk, 2007 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:CTSD.Suherman Erman , 2003, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI.Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta.Sagala Syaiful, 2006, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.Sudijono Anas, 1995, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.Sukardi, 2003, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Bumi Aksara.Sudjana Nana , 2004Penelitian dan Penilaian Pendidikan,Bandung: Sinar Baru.Arikunto Suharsimi, 2002 Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.Ilyas Asnelly, 2006, Evaluasi Pendidikan,(Batusangkar: STAIN Batusangkar Press.Depdiknas,2003, Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.