referat ome - icha

59

Click here to load reader

Upload: jennefer-feehily

Post on 12-Dec-2015

299 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

otitis media eksterna

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Ome - Icha

REFERAT

OTITIS MEDIA EFUSIDISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS DAN MELENGKAPI

SYARAT DALAM MENEMPUH PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

ILMU PENYAKIT THT RSUD CIAWI

DISUSUN OLEH :

ANNISA NURDITASARI HADIWINATA (406137012)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

PERIODE 29 DESEMBER 2014 – 31 JANUARI 2015

CIAWI-BOGOR

Page 2: Referat Ome - Icha

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Annisa Nurditasari (406137012)

Universitas : Tarumanagara

Fakultas : Kedokteran Umum

Tingkat : Program Studi Profesi Dokter

Diajukan : Januari 2015

Bagian : Ilmu Penyakit THT

Judul : Otitis Media Efusi

Bagian Ilmu Penyakit THT

RSUD CIAWI

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Mengetahui

Ketua SMF Ilmu Penyakit THT Pembimbing

RSUD CIAWI

dr. Nurlina, Sp. THT dr. Tenty Sp. THT

2

Page 3: Referat Ome - Icha

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN 2

DAFTAR ISI 3

BAB I – PENDAHULUAN 4

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

(ANATOMI & FISIOLOGI TELINGA TENGAH) 5

(OTITIS MEDIA EFUSI) 11

BAB IV – KOMPLIKASI OTITIS MEDIA EFUSI 27

BAB V – KESIMPULAN 39

DAFTAR PUSTAKA 40

BAB I

3

Page 4: Referat Ome - Icha

PENDAHULUAN

The American Academy of Pediatrics (AAP) dan The American Academy of family

Physician (AAFP) mendefinisikan otitis media akut sebagai suatu infeksi dari telinga tengah

dengan onset akut dan terdapatnya efusi telinga tengah serta terdapat tanda-tanda peradangan

dari telinga tengah. Otitis media dengan efusi atau disebut juga dengan otitis media serosa

(OMS) adalah cairan di dalam telinga bagian tengah tanpa disertai gejala dan tanda infeksi.

OMS biasanya terjadi ketika tuba eustachius tertutup dan cairan terperangkap di dalam

telinga bagian tengah.

Tanda dan gejala dari Otitis Media Akut (OMA) muncul ketika cairan yang

terperangkap di dalam telinga tengah terinfeksi oleh bakteri patogen. Bulging dari membrana

timpani mamiliki nilai prediktif yang paling tinggi saat mengevaluasi ada tidaknya otitis

media serosa. Selain itu dapat pula ditemukan beberapa hal lain yang dapat mengindikasi

terjadinya otitis media serosa, misalnya terdapat gerakan membrane timpani yang terbatas

pada saat diperiksa dengan pneumatic otoscopy dan terlihat cairan di belakang membrane

timpani ketika cairan yang ada di dalam telinga tengah telah terinfeksi (Cook, K. 2008)

Otitis media serosa, lebih dikenal sebagai cairan dalam telinga tengah (Middie Ear

Effusion), adalah kondisi yang paling sering menyebabkan hilangnya pendengaran pada anak.

Normalnya, ruang di belakang gendang telinga yang terdiri dari tulang-tulang pendengaran

diisi oleh udara. Hal inilah yang memungkinkan terjadinya transmisi suara normal. Ruangan

ini dapat terisi oleh cairan selama periode flu atau pada kondisi infeksi saluran nafas bagian

atas. Ketika flu sembuh, cairan ini secara keseluruhan akan di alirkan keluar dari telinga

melalui sebuah saluran yang menghubungkan telinga luar dengan hidung yaitu tuba

eustachius. Tuba eustachius tidak dapat kering dengan baik pada anak-anak. Cairan yang

telah terakumulasi didalam ruang di telinga tengah seringkali terblokir untuk keluar

(Levensn, M.J., 2007) (1)

4

Page 5: Referat Ome - Icha

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

ANATOMI & FISIOLOGI TELINGA TENGAH

ANATOMI TELINGA TENGAH

Telinga tengah digambarkan seperti sebuah kotak (kubus) dengan batas-batas seperti

berikut:

Batas luar : membran timpani

Batas depanv : tuba eustachius yang menghubungkan daerah

telinga tengah dengan nsofaring

Batas bawah : vena (bulbus) jugularis yang superiolateral

menjadi sinus sigmoideus dan ke tengah menjadi sinus

cavernous, cabang aurikulus saraf vagus masuk telinga

tengah dari dasarnya.

5

Page 6: Referat Ome - Icha

Batas belakang : aditus ad antrum yaitu lubang yang

menghubungkan telinga tengah dangan antrum mastoid.

Batas dalam : berturut – turut dari atas ke bawah kanalis

semisirkularis horizontal,kanalis fasialis,tingkap oval,tingkap

bundar,dan promontorium.

Batas atas : tegmen timpani

MEMBRAN TIMPANI

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang teling dan

terlihat terlihat oblik terhdap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida

(membrane Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane propria). Pars flaksida

hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam

dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai

satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikitserat elastin

yang berjalan radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai

umbo. Dari umbo bermula suatu reflex cahaya..(cone of light) kearah bawah yaitu pada

pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan. Reflek

cahaya adalah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani. Di membrane

timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan

timbulnya reflex cahaya yang berupa kerucut.

6

Page 7: Referat Ome - Icha

Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran,dengan menarik garis searah prosessus

longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,sehingga didapatkan bagian

atas depan ,atas belakang,bawah depan serta bawah belakang untuk menyatakan letak

perforasi membrane timpani.

KAVUM TIMPANI

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya

bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal

2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral,

dinding medial, dinding anterior, dinding posterior.

Atap kavum timpani.

Dibentuk tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus

temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan

sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama.

Lantai kavum timpani

Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus

jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum timpani mudah

merembet ke bulbus vena jugularis.

7

Page 8: Referat Ome - Icha

Dinding medial.

Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga

merupakan dinding lateral dari telinga dalam.

Dinding posterior

Dinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang

menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui epitimpanum.

Dibelakang dinding posterior kavum timpani adalah fosa kranii posterior dan sinus

sigmoid.

Dinding anterior

Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari

lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak

dan sebelum berbelok ke anterior. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis

superior dan inferior yang membawa serabut-serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus

dan oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna. Dinding anterior ini

terutama berperan sebagai muara tuba eustachius.

Kavum timpani terdiri dari :

1. Tulang-tulang pendengaran terdiri dari :

Malleus ( hammer / martil).

Inkus ( anvil/landasan)

Stapes ( stirrup / pelana)

2. Otot-otot pada kavum timpani.

Terdiri dari : otot tensor timpani ( muskulus tensor timpani) dan otot stapedius

( muskulustapedius)

8

Page 9: Referat Ome - Icha

3. Saraf Korda Timpani

Merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari

analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior. Korda

timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan dengan

kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui ganglion ubmandibular. Korda

timpani memberikan serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior.

4. Pleksus Timpanikus

Berasal dari n. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan nervus

karotikotimpani yang berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri karotis interna.

Saraf Fasial

Meninggalkan fosa kranii posterior dan memasuki tulang temporal melalui

meatus akustikus internus bersamaan dengan N. VIII. Saraf fasial terutama terdiri dari

dua komponen yang berbeda, yaitu:

1. Saraf motorik untuk otot-otot yang berasal dari lengkung brankial kedua

(faringeal) yaitu otot ekspresi wajah, stilohioid, posterior belly m. digastrik dan m.

stapedius.

2. Saraf intermedius yang terdiri dari saraf sensori dan sekretomotor

parasimpatetis preganglionik yang menuju ke semua glandula wajah kecuali parotis.

TUBA EUSTACHIUS

Menghubungkan rongga timpani dgn nasofaring,panjang 3,5 cm. Bagian 1/3 posterior

terdapat dinding tulang dan bagian 2/3 anterior terdapat dinding tulang rawan. Dilapisi oleh

epitel silindris bertingkat bersilia dan epitel selapis silindris bersilia degan sel goblet dekat

farings. Dinding tuba biasanya kolaps,tetapi selama proses menelan dinding tuba akan

terpisah dan udara masuk ke rongga telinga tengah sehingga tekanan udara pada kedua sisi

membran timpani seimbang dengan tekanan atmosfer. Tuba auditiva meluas dari dinding

anterior cavum timpani ke bawah,depan,dan medial sampai ke nasophaynx. Sepertiga

9

Page 10: Referat Ome - Icha

posteriornya adalah tulang,dan dua pertiga anteriornya dalah tulang rawan. Berhubungan

dengan nasopharinx setelah berjalan diatas tepi atas m. constrictor pharynges superior.

Tuba auditiva berfungsi untuk membuat seimbang tekanan udara dalam cavum

timpani dengan nasopharing.

PROSESUS MASTOIDEUS

Tulang mastoid adalah tulang keras yang terletak di belakang telinga, didalamnya

terdapat rongga seperti sarang lebah yang berisi udara. Rongga-rongga udara ini ( air cells )

terhubung dengan rongga besar yang disebut antrum mastoid. Kegunaan air cells ini adalah

sebagai udara cadangan yang membantu pergerakan normal dari gendang telinga, namun

demikian hubungannnya dengan rongga telinga tengah juga bisa mengakibatkan perluasan

infeksi dari telinga tengah ke tulang mastoid yang disebut sebagai mastoiditis

Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal.

Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii

posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini.

Pneumatisasi prosesus mastoideus ini dapat dibagi atas :

1. Prosesus Mastoideus Kompakta ( sklerotik), diomana tidak ditemui sel-sel.

2. Prosesus Mastoideus Spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.

10

Page 11: Referat Ome - Icha

3. Prosesus Mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, dimana sel-sel disini besar.

ANTRUM MASTOID

Merupaka ruangan didalam os temporal yang dilapisi mukosa dgn epitel squamous

simplex danmerupakan lanjutan dari cavum timpani. Antrum melanjut ke cavum timpani

melalui aditus ad antrum . Atap antrum mastoid adalah tegmen timpani (berbatasan dengan

fossa kranii media, bagian medialnya Canalis semisirkularis lateralis dan posterior.

Pertemuan antara tegmen dan sinus lateralis disebut sinodural angle. Dasar antrum berbatasan

dengan canalis falopii pars horisontalis. (1) (2) (3)

11

Page 12: Referat Ome - Icha

BAB III

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

OTITIS MEDIA EFUSI

I. DEFINISI

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah, otitis media terbagi atas

otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media

sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME, otitis media mucoid). (2)

Adanya cairan di telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa tanda-

tanda infeksi disebut juga sebagai otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer

disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media

mukoid (glue ear). (2)

Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis media serosa

akut dan otitis media serosa kronis. Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya

sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Batasan

antara otitis media serosa akut dan kronis hanya pada cara terbentuknya sekret.

Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan

disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronik sekret terbentuknya secara

bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama

(Blakleyp). (2)

II. EPIDEMIOLOGI

Infeksi telinga tengah merupakan diagnosa utama yang paling sering dijumpai pada

anak-anak usia kurang dari 15 tahun yang diperiksa di tempat praktek dokter.(3)

12

Page 13: Referat Ome - Icha

Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis

media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau

lebih. (4)

Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia 10

tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.(4)

Pada tahun 1990, 12,8 juta kejadian otitis media terjadi pada anak-anak usia di bawah

5 tahun. Anak-anak dengan usia di bawah 2 tahun, 17% memiliki peluang untuk kambuh

kembali. 30-45% anak-anak dengan OMA dapat menjadi OME setelah 30 hari dan 10%

lainnya menjadi OME setelah 90 hari, sedikitnya 3,84 juta kasus OME terjadi pada tahun

tersebut; 1,28 juta kasus menetap setelah 3 bulan. (3)

Statistik menunjukkan 80-90% anak prasekolah pernah menderita OME. Kasus OME

berulang (OME rekuren) pun menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi terutama pada anak

usia prasekolah, sekitar 28-38%. (5,1)

Otitis media serosa kronis lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media

serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa unilateral pada orang

dewasa tanpa penyebab yang jelas harus dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma

nasofaring. (2)

III. ETIOLOGI

Otitis media serosa dapat terjadi akibat kondisi-kondisi yang berhubungan dengan

pembukaan dan penutupan tuba eustachius yang sifatnya periodik.

Penyebabnya dapat berupa kelainan kongenital, akibat infeksi atau alergi, atau dapat

dapat juga disebabkan akibat blokade tuba (misalnya pada adenoid dan barotrauma)

Tuba eustachia immature merupakan kelainan kongenital yang dapat menyebabkan

terjadinya timbunan cairan di telinga tengah. Ukuran tuba eustachius pada anak dan dewasa

berlainan dalam hal ukuran. Beberapa anak mewarisi tuba eustachius yang kecil dari kedua

orang tuanya, hal inilah yang dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya tendensi atau

kecenderungan infeksi telinga tengah dalam keluarga. Selain itu, otitis media serosa juga

lebih sering terjadi pada anak dengan ”cleft palatal” (terdapatnya celah pada daerah palatum).

Hal ini desebabkan karena otot-otot ini tumbuh tidak sempurna pada anak dengan ”cleft

palate”

Membrana mukosa dari telinga tengah dan tuba eustachius berhubungan dengan

membran mukosa pada hidung, sinus, dan tenggorokan. Infeksi pada area-area ini

13

Page 14: Referat Ome - Icha

menyebabkan pembengkakan membrana mukosa yang mana dapat mengakibatkan blokade

dari tuba eustachius. Sedangkan reaksi alergi pada hidung dan tenggorokan juga

menyebabkan pembengkakan membrana mukosa dan memblokir tuba eustachius. Reaksi

alergi ini sifatnya bisa akut, seperti pada hay fever tipe reaksi ataupun bersifat kronis seperti

pada berbagai jenis sinusitis kronis. Adenoid dapat menyebabkan otitis media serosa apabila

adenoid ini terletak di daerah nasofaring, yaitu area disekeliling dan diantara pintu tuba

eustachius. Ketika membesar, adenoid dapat memblokir pembukaan tuba eustachius.

(Steward, D, 2008). Kegagalan fungsi tuba eustachi dapat pula disebabkan oleh rinitis kronik,

sinusitis, tonsilitis kronik, dan tumor nasofaring. (6)

Selain itu, otitis media serosa kronis dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis

media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna. (2) Terapi antibiotik yang tidak adekuat

pada OMA dapat menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat menyebuhkan secara sempurna

sehingga akan menyisakan infeksi dengan grade rendah. Proses ini dapat merangsang mukosa

untuk menghasilkan cairan dalam jumlah banyak. Jumlah sel goblet dan mukus juga

bertambah. (6)

IV. KLASIFIKASI (2)

Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas 2 jenis:

Otitis media serosa akut:

Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba

yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.

Pada otitis media serosa akut, sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga

tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga.

Otitis media serosa kronis:

Pada keadaan kronis, sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri

dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.

V. PATOFISIOLOGI

Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam secara konstan mengeluarkan

sekret, yang akan dipindahkan oleh sistem mukosilier ke nasofaring melalui tuba eustachius.

Sebagai konsekuensi, faktor yang mempengaruhi produksi sekret yang berlebihan, klirens

14

Page 15: Referat Ome - Icha

sekret yang optimal, atau kedua-duanya dapat mengakibatkan pembentukan suatu cairan di

telinga tengah. (6)

Ada 2 mekanisme utama yang menyebabkan OME :

a. Kegagalan fungsi tuba eustachi

Kegagalan fungsi tuba eustachi untuk pertukaran udara pada telinga tengah

dan juga tidak dapat mengalirkan cairan.

b. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah

Dari hasil biopsi mukosa telinga tengah pada kasus OME didapatkan

peningkatan jumlah sel yang menghasilkan mukus atau serosa. (5)

15

Page 16: Referat Ome - Icha

Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang

mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya

perbadaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di

telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam

mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor utama yang berperan

disini adalah terganggunya fungsi tuba eustachius (2).

Otitis media serosa sering timbul setelah otitis media akut. Cairan yang telah

terakumulasi dibelakang gendang telinga selama infeksi akut dapat tetap menetap walau

infeksi mulai mengalami penyembuhan. Selain itu, otitis media serosa dapat pula terjadi

tanpa didahului oleh infeksi, dan dapat terjadi akibat penyakit gastroesophagal reflux atau

hambatan tuba eustachius oleh karena infeksi atau adenoid yang membesar. Otitis media

serosa sering sekali terjadi pada anak-anak dengan usia antara 3 bulan sampai 3 tahun (7).

Seringkali mengikuti infeksi traktus respiratorius bagian atas adalah otitis media

serosa. Sekresi dan inflamasi menyebabkan suatu oklusi relatif dari tuba eustachius.

Normalnya, mukosa telinga tengah mengabsorbpsi udara di dalam telinga tengah. Apabila

udara dalam telinga tengah tidak diganti akibat obstruksi relatif dari tuba eustachius, maka

akibatnya terjadi tekanan negatif dalam telinga tengah dan menyebabkan suatu efusi yang

serius. Efusi pada telinga tengah ini menjadi suatu media pertumbuhan mikroba dan dengan

16

Page 17: Referat Ome - Icha

adanya ISPA dapat terjadi penyebaran virus-virus dan atau bakteria dari saluran nafas bagian

atas ke telinga bagian tengah (8).

Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di

luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau penyelam, yang menyebabkan tuba gagal

untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang normal

aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga

telinga tengah, sehingga cairan keuar dari pembuluh kapiler mukosa dan kadang-kadang

disertai ruptur pembuluh darah sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid

tercampur darah.

Saat lahir, tuba Eustahius berada pada bidang paralel dengan dasar tengkorak, sekitar

10 derajat dari bidang horizontal dan memiliki lumen yang pendek dan sempit. Seiring

dengan pertambahan usia, terutama saat mencapai usia 7 tahun, lumen tuba eustachius

menjadi lebih lebar, panjang, dan membentuk sudut 45 derajat terhadap bidang horizontal

telinga. Dengan struktur yang demikian, pada anak usia < 7 tahun, sekresi dari nasofaring

lebioh mudah mencapai telinga tengahdan membawa kuma patogen ke telinga tengah. Selain

itu terdapat faktor resiko pada anak, baik dari struktur anatomi (adanya anomali kraniofasial,

Sindrom Down, Cleft Palate, Hipertrofi Adenoid, GERD), fungsional (Serebral Palsy,

Sindrom Down, Imunodefisiensi), maupun dari faktor lingkungannya (Bottle feeding,

Menyandarkan botol di mulut pada posisi tengadah (supine position), Perokok pasif,

Status ekonomi rendah). (5,6,1)

VI. MANIFESTASI KLINIS

Otitis Media Serosa Akut

17

Page 18: Referat Ome - Icha

Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran berkurang.

Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri

terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-

kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah.

Rasa sedikit nyeri di dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang

menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah. Tapi setelah sekret terbentuk,

tekanan negatif ini perlahan-lahan menghilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada

bila penyebab timbulnya sekret ada virus atau alergi. Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-

kadang ada dalam bentuk yang ringan. Pada otoskopi tampak membrana timpani retraksi.

Kadang-kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam cavum timpani. Tuli

konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala. (2).

Bakley, B. W (2005) menuliskan bahwa meskipun otitis media serosa seringkali

muncul tanpa nyeri, cairan yang terkumpul dalam telinga tengah dapat mengurangi

pendengaran, pemahaman pembicaraan, gangguan perkembangan bahasa, belajar serta

gangguan tingkah laku. Apalagi bila otitis media serosa sering kali terjadi pada anak-anak.

Pada kebanyakan anak, otitis media serosa terjadi secara asimptimatis terutama pada anak-

anak dibawah 2 tahun. Karena anak-anak memerlukan pendengaran untuk belajar berbicara,

maka hilangnya pendengaran akibat cairan di telinga tengah dapat menyebabkan

keterlambatan bicara. Anak-anak mulai belajar mengucapkan kata pada usia 18 bulan.

Apabila kejadian ini berulang selama berbulan-bulan pada tahun-tahun belajar bicara, maka

terjadi ”misspronounciation” atau kesalahan pelafalan yang berat yang akan membutuhkan

terapi bicara (9).

Masalah cairan dalam telinga tengah ini paling sering ditemukan pada anak dan

biasanya bermanifestasi sebagai tuli konduktif. Merupakan penyebab tersering gangguan

pendengaran pada usia sekolah. Keterlambatan berbahasa dapat terjadi jika keadaan ini

berlangsung lama. Anak-anak jarang mengemukakan bahwa mereka mempunya kesulitan

dalam pendengaran. Guru dapat mengatakan bahwa anak-anak ini kurang perhatiannya

terhadap pelajaran. Umumnya orang dewasa dapat menjelaskan gejala-gejala yang

dialaminya secara lebih dramatis, dapat berupa perasaan ”tersumbat” dalam telinganya dan

menurunnya ketajaman pendengaran. Mereka dapat merasakan adanya perbaikan

pendengaran dengan perubahan posisi kepala. Akibat gerakan cairan dalam telinga tengah

dapat terjadi tinitus, tapi pusing jarang menjadi masalah (1).

Pada pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang telinga`pada penilaian

dengan otoskop pneumatik. Setelah otoskop ditempelkan rapat-rapat di liang telinga,

18

Page 19: Referat Ome - Icha

diberikan tekanan positif dan negatif. Jika terdapat udara dalam timpanum, maka udara itu

akan tertekan sehingga membrana timpani akan terdorong kedalam pada pemberian tekanan

positif, dan keluar pada tekanan negatif. Gerakan menjadi lambat atau tidak terjadi pada otitis

media serosa atau mukoid. Pada otitis media serosa, membrana timpani tampak berwarna

kekuningan, sedangkan pada otitis media mukoid terlihat lebih kusam dan keruh. Maleus

tampak pendek, retraksi dan berwarna kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung

otitis media serosa dapat tampak lewat membrana timpani yang semitransparan (1).

Otitis Media Serosa Kronik

Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-45 dB), oleh karena

adanya sekret kental atau glue ear. Pada anak-anak yang berumur 5-8 tahun keadaan ini

sering diketahui secara kebetulan waktu dilakukan pemeriksaan THT atau dilakukan uji

pendengaran. (2)

Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau

keabu-abuan. (2)

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karena prosesnya sendiri yang kerap tidak

bergejala (asimptomatik), atau dikenal dengan silent otitis media. Dengan absennya gejala

seperti nyeri telinga, demam, ataupun telinga berair, OME sering tidak terdeteksi baik oleh

orang tuanya, guru, bahkan oleh anaknya sendiri.(3)

Oleh karena itu diperlukan anamnesa yang lengkap dan teliti mengenai keluhan yang

dirasakan dan riwayat penyakit pasien, misalnya :

Telinga seperti tertutup/ rasa penuh?

Tinitus frekuensi rendah?

Pendengaran berkurang, diplakusis?

Otofoni?

Nyeri ? (Bila ada, deskripsikan kwantitas dan kwalitasnya)

Riwayat alergi?

Riwayat infeksi saluran napas atas?

Riwayat keluarga?

19

Page 20: Referat Ome - Icha

Aktivitas akhir-akhir ini? (3)

Dari anamnesa, selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan fisik untuk memperkuat

diagnosa kerja. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain :

Nyeri tarik ?

Nyeri tekan tragus ?

Inspeksi kondisi liang telinga luar

Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan diagnosis OME, antara

lain:

Otoscope

Pemeriksaan otoskop bertujuan untuk memeriksa liang dan gendang telinga

dengan jelas. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang

menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak

kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.(5,1,4)

Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan:

Membran timpani yang retraksi (tertarik ke dalam), dan opaque

yang ditandai dengan hilangnya refleks cahaya

Warna membran timpani bisa merah muda cerah hingga biru

gelap.

Processus brevis maleus terlihat sangat menonjol dan Processus

longus tertarik medial dari membran timpani.

Adanya level udara-cairan (air fluid level) (5,3)

Pneumatic otoscope

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai respon gendang telinga terhadap

perubahan tekanan udara. Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada

sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini.(1,4)

Pemeriksaan Tuba

Untuk menilai ada tidaknya oklusi tuba, bisa dilakukan pemeriksaan tuba

misalnya dengan manuver Valsava, pulitzer balik.

Tes Pendengaran dengan Garpu Tala

Pemeriksaan dilakukan sebagai salah satu langkah skrining ada tidaknya

penurunan pendengaran yang biasa timbul pada otitis media efusi. Pada pasien

dilakukan tes Rinne, Weber, dan Swabach. Pada otitis media didapatkan gambaran

tuli konduktif

20

Page 21: Referat Ome - Icha

(2)

Impedance audiometry (tympanometry)

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur perubahan impedans akustik sistem

membran timpani telinga tengah melalui perubahan tekanan udara di telinga luar.

Timpanogram tipe A merupakan gambaran dimana tekanan telinga tengah kurang

lebih sama dengan tekanan atmosfer (contoh: gambaran normal), timpanogram tipe B

adalah gambaran datar tanpa compliance (contoh: adanya efusi di telinga tengah),

timpanogram tipe C (contoh: adanya tekanan negatif pada telinga tengah). Pada otitis

media efusi, biasanya didapatkan timpanogram tipe B (5,4)

Pure tone Audiometry

Selain dengan Garpu Tala, penilaian gangguan pendengaran bisa dilakukana

dengan Audiometri Nada Murni. Tuli konduktif umumnya berkisar antara derajat

ringan hingga sedang.(5,3)

21

Page 22: Referat Ome - Icha

VIII. DIAGNOSA BANDING

IX. TATALAKSANA

NON BEDAH

Tatalaksana otitis media efusi secara medikamentosa dapat dikatakan

kontroversial, dan penerapannya tergantung dari setiap negara (3). Terapi

22

Page 23: Referat Ome - Icha

medikamentosa dapat berupa decongestan, anti histamin, antibiotik, perasat valsava

(bila tidak ada tanda-tanda infeksi jalan napas atas), dan hiposensitisasi alergi.

Dekongestan dapat diberikan melalui tetes hidung, atau kombinasi anti histamin

dengan dekongestan oral (2). Namun kepustakaan lain menuliskan bahwa antihistamin

maupun dekongestan tidak berguna bila tidak ada kongesti nasofaring (1).

Dasar dari pemberian antibiotik adalah berdasarkan penelitian dari hasil kultur

bakteri cairan otitis media efusi. Cairan serosa dan mukoid yang dikumpulkan pada

miringotomi untuk diteliti, hasilnya ditemukan biakan kultur positif pada 40%

spesimen. Hasil biakan kultur tersebut mengandung organisme yang identik dengan

organisme yang didapat dari timpanosentesis otitis media akut. Maka, pemilihan

antibiotik pada otitis media serosa dan mukoid serupa dengan otitis media akut (1).

Hasil penelitian terkini, membuktikan bahwa penggunaan antibiotik terbukti efektif

hanya pada sejumlah kecil pasien, dan efeknya cenderung bersifat jangka pendek.

Oleh karena itu, penggunaannya tidak selalu mutlak, mengingat efek sampingnya

(seperti gastroenteritis, reaksi atopik, risiko resistensi) tidak sebanding dengan

keefektifannya. (3)

Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang jelas

memperlihatkan alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka diet perlu

dibatasi.

Tatalaksana lain yang masih kontroversial keefektifannya antara lain:

penggunaan steroid, dan mucolytik. Penggunaan kedua golongan ini kontroversial

karena hasil studi banding dengan placebo, tidak menunjukan perbedaan atau hanya

sedikit perbaikan. (8)

BEDAH

Beberapa pilihan untuk tatalaksana bedah antara lain: miringitomi, pemasangan

tuba timpanostomi, adenoidektomi.

Pemasangan tuba timpanostomi untuk sebagai ventilasi, yang memungkinkan

udara masuk ke dalam telinga tengah, dengan demikian menghilangkan keadaan

vakum (1). Tuba timpanostomi terdapat dua macam: short term (contoh: grommets),

long term (contoh: T-tubes). Tuba jangka pendek dapat bertahan hingga 12 bulan,

sedangkan tuba jangka panjang dapat digunakan hingga bertahun-tahun (3). Tuba

ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu 6-

23

Page 24: Referat Ome - Icha

12bulan. Sayangnya karena cairan seringkali berulang, beberapa anak memerlukan

tuba yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan lebih dari 12 bulan. Keburukan

tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya perforasi setelah tuba terlepas. Namun,

Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan pendengaran dan membenarkan

membran timpani yang mengalami retraksi berat terutama bila ada tekanan negatif

yang menetap. (1)

Tindakan miringitomi dan aspirasi efusi tanpa pemasangan tuba timpanostomi

dibuktikan hanya berguna untuk efek jangka pendek. Berdasarkan studi oleh Gates,

tindakan miringitomi diikuti pemasangan tuba timpanostomi, dapat mempercepat

perbaikan pendengaran, mempersingkat durasi penyakit, mengurangi angka rekurens.

Luka insisi setelah miringitomi biasanya sembuh dalam 1minggu, namun, biasanya

disfungsi tuba eustachius membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh (biasanya

6minggu). Oleh karena ini, tindakan miringitomi saja, akan meningkatkan angka

rekurens. (8)

Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik masih diperdebatkan.

Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid yang besar, dimana

tindakan adenoidektomi dapat menghilangkan obstruksi hidung – nasofaring,

memperbaiki fungsi tuba eustachius, dan mengeliminasi sumber reservoir bakteri (1)

(3). Namun sebagian besar anak tidak memenuhi kategori tersebut. Penelitian

mutakhir (Gates) melaporkan bahwa adenoidektomi terbukti menguntungkan

sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak menyebabkan obstruksi (1). Namun,

mengingat risiko post operasi (seperti perdarahan), adenoidektomi biasanya baru

24

Page 25: Referat Ome - Icha

dipertimbangkan ketika penggunaan tuba timpanostomi gagal untuk menangani otitis

media efusi (3).

PILIHAN TERAPI

Kebanyakan pasien dengan otitis media efusi, tidak membutuhkan terapi,

terutama jika gangguan pendengarannya ringan, oleh karena resolusi spontan sering

terjadi. Dalam 3 bulan pertama setelah onset atau setelah diagnosis, disarankan untuk

diobservasi atau dapat diberikan tatalaksana non bedah terlebih dahulu (3). Dalam

jangka waktu tersebut, menurut studi, cairan dapat menghilang hingga 90 persen.

Cairan yang tetap bertahan setelah 3 bulan, merupakan indikasi bedah. (1)

Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya

penyakit. Derajat gangguan dan frekuensi parahnya gangguan pendahulu juga perlu

dipertimbangkan (1). Intervensi lebih awal dan agresif disarankan perlu dilakukan

pada pasien dengan: (1) (8)

keterlambatan berbicara dan tumbuh kembang

otitis media unilateral

gangguan pendengaran bermakna (> 40 db: indikasi 25elative, 21-40 db:

indikasi 25elative)

pasien dengan sindrom (contoh: Down Syndrome), atau dengan palatoschizis

Sumber lain membagi pilihan terapi berdasarkan onset akut atau kronis. Pada

otitis media efusi akut, pengobatan medikal diberikan vasokonstriktor lokal (tetes

hidung), anti histamin, perasat valsava bila tidak ada tanda infeksi jalan napas atas.

Setelah satu atau dua minggu, bila gejala masih menetap, dilakukan miringitomi, dan

bila masih belum sembuh maka dilakukan miringotomi serta pemasangan pipa

ventilasi (Grommet). Pada otitis media efusi kronis, pengobatan harus dilakukan

miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi Grommet (2).

X. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada otitis media efusi (8):

Kurangnya pendengaran

Terganggunya proses bicara dan tumbuh kembang

25

Page 26: Referat Ome - Icha

Otitis media akut

XI. PROGNOSIS

Secara umum, prognosis pasien dengan otitis media efusi tergolong baik.

Kebanyakan kasus sembuh sendiri tanpa intervensi (8). Angka prevalensi otitis media

efusi juga menurun tajam pada anak usia 7 tahun, yang dikaitkan dengan maturasi

tuba eustachius dan fungsi imunitas (3)

XII. PENCEGAHAN

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat mengurangi prevalensi otitis media

efusi: menghindari rokok atau asap rokok, memperpanjang ASI ekslusif, pada pasien

anak disarankan tidak sering ke tempat ramai berisiko (contoh: day care center,

tempat ramai lain dengan banyak penderita ISPA, dll) (8).

BAB IV

KOMPLIKASI OTITIS MEDIA EFUSI

MASTOIDITIS

26

Page 27: Referat Ome - Icha

Definisi

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada  sel- sel mastoid yang terletak pada

tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah

menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-

gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi

pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada

sisi telinga yang lainnya)

Epidemiologi

Masih belum diketahui secara pasti , tetapi biasanya terjadi pada pasien-pasien muda

dan pasien dengan gangguan system imu.

Patofisiologi / Etiologi

Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang

didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga

tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling

sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan

yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi

faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-

anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya.

Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae.

Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya

penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari

angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah

imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ

juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit.  Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah,

lapisan pelindung pada dinding bakteri,  pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan

penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya

penyakit.

27

Page 28: Referat Ome - Icha

Gejala

Dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama

lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah

melibatkan organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan

infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan

penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik  maka kecurigaan pada

infeksi mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan

dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang

masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak

bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

           Dari pemeriksaan fisik didapatkan

Kemerahan pada kompleks mastoid

Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir (warna bergantung dari bakteri)

Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lainnya.

Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya.

Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur mikrobiologi,

pengukuran sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan adanya infeksi,

pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya penyebaran ke dalam ruangan di

dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah CT-scan kepala, MRI-kepala dan foto polos

kepala.

28

Page 29: Referat Ome - Icha

Tatalaksana

Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan

lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis.  Tetapi pemilihan anti bakteri

harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih invasif

adalah pembedahan pada mastoid. Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini

dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang

normal.

ABSES OTAK

Definisi :

Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul dalam jaringan

otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur. Abses otak biasanya akibat

komplikasi dari suatu infeksi, trauma atau tindak pembedahan. Keadaan-keadaan ini jarang

terjadi, namun demikian insidens terjadinya abses otak sangat tinggi pada penderita yang

mengalami gangguan kekebalan tubuh (seperti penderita HIV positif atau orang yang

menerima transplantasi organ).

Gejala :

Gejala yang timbul bervariasi dari seorang dengan yang lain, tergantung pada ukuran

dan lokasi abses pada otak. Lebih dari 75% penderita mengeluh sakit kepala dan merupakan

gejala utama yang paling sering dikeluhkan. Sakit kepala yang dirasakan terpusat pada daerah

abses dan rasa sakit semakin hebat dan parah. Aspirin atau obat lainnya tidak akan menolong

menyembuhkan sakit kepala tersebut. Kuranglebih separuh dari penderita mengalami demam

tetapi tidak tinggi. Gejala-gejala lainnya adalah mual dan mintah, kaku kuduk, kejang,

gangguan kepribadian dan kelemahan otot pada salah satu sisi bagian tubuh.

Diagnosis :

Gejala awal abses otak tidak jelas karena tidak spesifik. Pada beberapa kasus,

penderita yang berobat dalam keadaan distress, terus menerus sakit kepala dan semakin

parah, kejang atau defisit neurologik (misalnya otot pada salah satu sisi bagian tubuh

melemah). Dokter harus mengumpulkan riwayat medis dan perjalanan penyakit penderita

serta keluhan-keluhan yang diderita oleh pasien. Harus diketahui kapan keluhan pertama kali

timbul, perjalanan penyakit dan apakah baru-baru ini pernah mengalami infeksi. Untuk

29

Page 30: Referat Ome - Icha

mendiagnosis abses otak dilakukan pemeriksaan CT sken (computed tomography) atau MRI

sken (magnetic resonance imaging) yang secara mendetil memperlihatkan gambaran

potongan tiap inci jaringan otak. Abses terlihat sebagai bercak/noktah pada jaringan otak.

Kultur darah dan cairan tubuh lainnya akan menemukan sumber infeksi tersebut. Jika

diagnosis masih belum dapat ditegakkan, maka sampel dari bercak/noktah tersebut diambil

dengan jarum halus yang dilakukan oleh ahli bedah saraf.

Pencegahan :

Kebanyakkan abses otak berhubungan dengan higiene mulut yang buruk, infeksi sinus

yang kompleks atau gangguan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, pencegahan yang

terbaik adalah menjaga dan membersihkan rongga mulut dan gigi dengan baik serta secara

teratur mengunjungi dokter gigi. Infeksi sinus diobati dengan dekongestan dan antibiotika

yang tepat. Infeksi HIV dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks yang tidak aman.

Ada 2 pendekatan yang dilakukan dalam terapi abses otak, yaitu :

1. Antibiotika untuk mengobati infeksi. Jika diketahui infeksi yang terjadi disebabkan

oleh bakteri yang spesifik, maka diberikan antibiotika yang sensitif terhadap bakteri

tersebut, paling tidak antibiotika berspektrum luas untuk membunuh lebih banyak

kuman penyakit. Paling sedikit antibiotika yang diberikan selama 6 hingga 8 minggu

untuk menyakinkan bahwa infeksi telah terkontrol.

2. Aspirasi atau pembedahan untuk mengangkat jaringan abses. Jaringan abses diangkat

atau cairan nanah dialirkan keluar tergantung pada ukuran dan lokasi abses tersebut.

Jika lokasi abses mudah dicapai dan kerusakkan saraf yang ditimbulkan tidak terlalu

membahayakan maka abses diangkat dengan tindakan pembedahan. Pada kasus

lainnya, abses dialirkan keluar baik dengan insisi (irisan) langsung atau dengan

pembedahan yaitu memasukkan jarum ke lokasi abses dan cairan nanah diaspirasi

(disedot) keluar. Jarum ditempatkan pada daerah abses oleh ahli bedah saraf dengan

bantuan neurografi stereotaktik, yaitu suatu tehnik pencitraan radiologi untuk melihat

jarum yang disuntikkan ke dalam jaringan abses melalui suatu monitor. Keberhasilan

pengobatan dilakukan dengan menggunakan MRI sken atau CT sken untuk menilai

keadaan otak dan abses tersebut. Antikonvulsan diberikan untuk mengatasi kejang

dan penggunaanya dapat diteruskan hingga abses telah berhasil diobati.

30

Page 31: Referat Ome - Icha

MENINGITIS

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau

selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai

organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan

berpindah kedalam cairan otak.

Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan

yang akurat, baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini diperlukan untuk

spesifikasi pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan therapy sesuai

penyebabnya.

Etiologi :

Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa

pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa

mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya

kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan

oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan

immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS.

Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya :

1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)

Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak.

Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung

(sinus).

2. Neisseria meningitidis (meningococcus).

Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae,

Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian

bakterinya masuk kedalam peredaran darah.

3. Haemophilus influenzae (haemophilus).

4. Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat

menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan

31

Page 32: Referat Ome - Icha

bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah

membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan

bakteri jenis ini.

5. Listeria monocytogenes (listeria).

Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis.

Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang

terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging

sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).

6. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus

aureus dan Mycobacterium tuberculosis.

Gejala :

Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh penderita meningitis diatas umur 2

tahun adalah demam, sakit kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjam-jam atau

dirasakan sampai 2 hari. Tanda dan gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari

sorotan cahaya terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), mual,

muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan

diri.

Pada bayi gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui,

namun umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan

enggan menyusui.

Pengobatan :

Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya penderita dibawa

kerumah sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang intensif. Pemeriksaan fisik,

pemeriksaan labratorium yang meliputi test darah (elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta

darah lengkap), dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru akan membantu tim dokter dalam

mendiagnosa penyakit. Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah

diduga meningitis adalah pemeriksaan Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput otak).

Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis, maka

pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin

kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan

kepada penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.

32

Page 33: Referat Ome - Icha

Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis

yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara

lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan

oleh bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan Ampicillin, Vancomycin dan

Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau Ceftriaxone.

Treatment atau therapy lainnya adalah yang mengarah kepada gejala yang timbul,

misalnya sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan lain

sebagainya.

Pencegahan :

Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman,

sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu

batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang mengalami

meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan

setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh

dengan makan bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai

macam penyakit.

Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan yang tepat

terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis, adapun vaccine yang

telah dikenal sebagai pencegahan terhadap meningitis diantaranya adalah ;

- Haemophilus influenzae type b (Hib)

- Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)

- Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)

- Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)

Paralisis nervus fasialis adalah suatu kelumpuhan nervus fasialis yang dapat

disebabkan oleh adanya kerusakan pada akson, sel-sel schwan dan selubung mielin yang

dapat mengakibatkan kerusakan saraf otak. Paralisis ini dapat menetap atau sementara

tergantung kepada penyebab dan sifat kerusakan yang terjadi. Kelumpuhan dari nervus

fasialis ini dapat terjadi di bagian supranuklear, nuklear dan infranuklear ( perifer ).

Perbedaan lokasi kerusakan saraf fasialis dapat rnenirnbulkan gejala yang berbeda.

Etiologi paralists nervus fasialis dapat disebabkan olen penyakit dan trauma, dan dibidang

kedokteran gigi dapat disebabkan oleh komplikasi sesudah penyuntikan anestesi pada waktu

33

Page 34: Referat Ome - Icha

pencabutan gigi, adanya infeksi didaerah mulut dan trauma pada waktu operasi sendi

temporomandibula, operasi glandula parotis dan fraktur pada ramus mandibula. Perawatan

yang dilakukan pada penderita ini adalah istirahat, fisioterapi, pernberian obat-obatan dan

operasi.

LABIRINITIS

Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum (general),

dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas (labirinitis

sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.

Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua

bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat

berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif

dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.

Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum (general),

dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas (labirinitis

sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.

Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua

bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat

berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif

dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.

Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang,

sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi

kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.

Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan

infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang juga diperlukan drainase nanah dari labirin untuk

mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan

kepada pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma.

A.     Labirinitis Serosa Difus

Labirinitis serosa difus seringkali terjadi sekunder dari labirinitis sirkumskripta atau

dapat terjadi primer pada otitis media akut. Masuknya toksin atau bakteri melalui tingkap

34

Page 35: Referat Ome - Icha

lonjong, atau melalui erosi tulang labirin. Infeksi tersebut mencapai end osteum melalui

saluran darah. Diperkirakan penyebab labirinitis serosa yang paling sering adalah absorpsi

produk bakteri di telinga dan mastoid ke dalam labirin.

Bentuk ringan labirinitis serosa selalu terjadi pada operasi telinga dalam, misalnya

pada operasi fenestrasi, terjadi singkat, danbiasanya tidak menyebabkan gangguan

pendengaran.

Kelainan patologiknya seperti inflamasi non purulen labirin. Pemeriksaan histlogik

pada potongan labirin menunjukkan infiltrasi seluler awal dengan eksudat serosa atau

serofibrin.

Gejala dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigo spontan dan

nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Kadang-kadang disertai mual dan

muntah, ataksia dan tuli saraf.

Labirinitis serosa difus yang terjadi sekunder dan labirinitis sirkumskriota mempunyai

gejala yang serupa tetapi lebih ringan, akibat telah terjadi kompensasi. Tes fistula akan positif

kecuali bila fistulanya tertutup jaringan. Ada riwayat gejala labirinitis sebelumnya, suhu

badab normal atau mendekati normal.

Pada labirinitis serosa ketulian bersifat temporer, biasanya tidak berat, sedangkan

pada labirinitis supuratif terjadi tuli saraf total yang permanen. Bila pada labirinitis serosa

ketulian menjadi berat atau total, maka mungkin telah terjadi perubahan ,menjadi labirinitis

supuratif. Bila pendengaran masih tersisa sedikit disisi yang sakit, berarti tidak terjadi

labirinitis supuratif difus. Ketulian pada labirinitis serosa difus harus dibedakan dengan

ketulian pada penyakit non inflamasi labirin dan saraf ke VIII.

Prognosis labirinitis serosa baik, dalam arti menyangkut kehidupan dan kembalinya

fungsi labirin secara lengkap. Tetapi tuli saraf tempore yang berat dapat menjad tuli saraf

yang permanen bila tidak diobati dengan baik.

Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring (bed rest) total,

diberikan sedatif ringan. Pemberian antibiotika yang tepat dan dosis yang adekuat. Drainase

telinga tengah harus dipertahankan. Pembedahan merupakan indikasi kontra. Pada staium

lanjut OMA, mungkin diperlukan mastoidektomi sederhana (simpel) untuk mencegah

labirinitis serosa. Timpanomastoidektomi diperlukan bila terdapat kolesteatom dengan fistula.

B.     Labirinitis supuratif akut difus

35

Page 36: Referat Ome - Icha

Labirinitis supuratif akut difus, ditandai dengan tuli total pada telinga yang sakit

diikuti dengan vertigo berat, mual, muntah, ataksia dan nistagmus spontan ke arah telinga

yang sehat.

Labirinitis supuratif akut difus dapat merupakan kelanjutan dari labirinitis serosa yang

infeksinya masuk melalui tingkap lonjong atau tingkap bulat. Pada banyak kejadian,

labirinitis ini terjadi sekunder dari otits media akut maupun kronik dan mastoiditis. Pada

beberapa kasus abses subdural atau meningitis, infeksi dapat menyebar ke dalam labirin

dengan atau tanpa terkenanya telinga tengah, sehingga terjadi labirinitis supuratif.

Kelainan patologik terdiri dari infiltrasilabirin oleh sel-sel leukosit polimorfonuklear

dan destruksi struktur jaringan lunak. Sebagian dari tulang labirin nekrosis, dan terbentuk

jaringan granulasi yang dapat menutup bagian tulang yang nekrotik tersebut. Keadaan ini

akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum, paresis fasialis, dan penyebab infeksi ke

intrakranial.

Mual, muntah, vertigo dan ataksia dapat berat sekali bila awal dari perjalana labirinitis

supiratif tersebut cepat. Pada bentuk yang perkembangannya lebih lambat, gejala akan lebih

ringan oleh karena kompensasi labirin yang sehat. Terdapat nistagmus horizontal rotatoar

yang komponen cepatnya mengarah ke telinga yang sehat. Dalam beberapa jam pertama

penyakit, sebelum seluruh fungsi labirin rusak, nistagmus dapat mengarah ke telinga yang

sakit. Jika fungsi koklea hancur, akan mentebabkan tuli saraf total permanen. Suhu badan

normal atau mendekati normal, bila terdapat kenaikan, mungkin disebabkan oleh otitis media

atau mastoiditis. Tidak terdapat rasa nyeri. Bila terdapat, mungkin disebabkan oleh lesi lain,

bukan oleh labirinitis.

Selama fase akut, posisi pasien sangat khas. Pasien akan berbaring pada sisi ynag

sehat dan matanya mengarah ke sisi yang sakit, jadi ke arah komponen lambat nistagmu.

Posisi ini akan mengurangi perasaan vertigo.

Tes kalori maupun tes rotasi tidak boleh dilakukan selama fase akut, sebab vertigo akan

diperhebat.

Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit, tanda dan gejala labirinitis dengan

hilangnya secara total dan permanen fungsi labirin. Pemeriksaan rontgen telinga tengah. Os

mastoid dan os petrosus mungkin menggambarakan sejumlah kelianan yang tidak

berhubungan dengan labirin. Bila dicurigai terdapat iritasi meningeal, maka harus dilakukan

pemeriksaan cairan spinal.

36

Page 37: Referat Ome - Icha

Labirinitis supuratif akut difus tanpa komplikasi, prognosis ad vitam baik. Dengan

antibiotika mutahir komplikasi meningitis dapat sukses diobati, sehingga harus dicoba terapi

medikamentosa dahulu sebelum tindakan operasi. Bila terjadi gejala dan tanda komplikasi

intrakranial yang menetap, walaupun telah diberikan terapi adukuat dengan antibiotika,

drainase labirin akan memberiprognosis lebih baik daripada bila dilakukan tindakan operasi

radikal.

C.     Labirinitis kronik (laten) difus

Labirinits supurati stadium kronik atau laten dimulai, segera sesudah gejala vestibuler

akut berkurang. Hal ini mulai dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut.

Patologi

Kira-kira akhir minggu ke X setelah serangan akut telinga dalam hampir seluruhnya

terisi oleh jaringan granulasi. Beberapa  area infeksi tetap ada. Jaringan granulasi secara

bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan kalsifikasi. Pembentukan tulang

baru dapat mengisi penuh ruangan-ruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun

pada 50 % kasus.

Gejala

Terjadi tuli total di sisi yang sakit. Vertigo ringan dan nistagmus spontan biasanya ke

arah telinga yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan atau sampai sisa labirin yang

berfungsi dapat mengkompensasinya. Tes kalori tidak menimbulkan respon di sisi yang sakit

dan tes fistula pun negatif, walaupun terdapat fistula.

Pengobatan

Terapi lokal harus ditujukan keseiap infeksi yang mungkin ada. Drainase bedah atau

eksenterasi labirin tidak di indikasikan, kecuali suatu fokus di labirin atau daerah perilabirin

telah menjalar atau dicurigsi menyebar ke struktur intrakaranial dan tidak memberi respons

terhadapterapi antibiotika. Bila ada indikasi dapat dilakukan mastoidektomi. Bila dicurigai

ada fokus infeksi dilabirin atau di os petrosus, dapat dilakukan drainase labirin dengan salah

satu operasi labirin. Setipa sekuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya

trauma N VII. Bila saraf fasial lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf

tersebut. Bila dilakukan operasi tulang temporal, maka harus biberikan antibiotika sebelun

dan sesuadah operasi. 

37

Page 38: Referat Ome - Icha

PARESIS NERVUS FASIALIS

Paresis n.fasialis dapat terjadi pada otitis media akut dan kronik. Terdapat dua

mekanisme yang dapat menyebabkan paralisis nervus fasialis yaitu :1. Hasil toksin bakteri di

daerah tersebut 2. Dari tekanan langsung terhadap saraf oleh kolesteatoma atau jaringan

granulasi. Pada otitis media akut, penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis khususnya

pada anak terjadi ketika kanalis nervus fasialis pada telinga tengah mengalami congenital

dehiscent atau saraf terkena akibat kontak langsung dengan materi purulen sehingga dapat

menimbulkan inflamasi dan edema pada saraf dan menyebabkan paresis.

Pada otitis media kronik bisa mengikis kanal nervus fasialis atau sarafnya dapat

dilibatkan dengan osteitis, kolesteatom dan jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam

kanalis fasialis. Manifestasi klinik yang tampak yaitu paralisis nervus fasialis bagian bawah,

ipsilateral terhadap telinga yang sakit.

Pada otitis media akut operasi dekompresi kanalis fasialis tidak diperlukan. Perlu

diberikan antibiotik dosis tinggi dan terapi penunjang lainny, serta menghilangkan tekanan di

dalam kavum timpani dengan drainase. Jika terjadi congenital dehiscent maka perlu

dilakukan miringotomi dengan aspirasi pus dari telinga tengah diikuti dengan pemberian

antibiotik yang kebanyakn menyebabkan resolusi parese yang sinakat. Bila dalam jangka

waktu tertentu tidak ada perbaikan setelah diukur dengan elektrodiagnostik, barulah

dipikirkan untuk melakukan dekompresi. Pada otitis media kronik diindikasikan operasi

eksplorasi mastoid. Tindakan dekompresi kanalis n. fasialis harus segera dilakukan tanpa

harus menunggu pemeriksaan elektrodiagnostik.

38

Page 40: Referat Ome - Icha

BAB V

KESIMPULAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah, otitis media terbagi atas

otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media

sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME, otitis media mucoid).

Otitis media serosa, lebih dikenal sebagai cairan dalam telinga tengah (Middie Ear

Effusion), adalah kondisi yang paling sering menyebabkan hilangnya pendengaran pada anak.

Adanya cairan di telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda

infeksi disebut juga sebagai otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut

otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid

(glue ear).

Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis media serosa

akut dan otitis media serosa kronis. Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya

sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Batasan

antara otitis media serosa akut dan kronis hanya pada cara terbentuknya sekret.

Kebanyakan pasien dengan otitis media efusi, tidak membutuhkan terapi, terutama

jika gangguan pendengarannya ringan, oleh karena resolusi spontan sering terjadi.

Tatalaksana otitis media efusi secara medikamentosa dapat berupa decongestan, anti

histamin, antibiotik, perasat valsava (bila tidak ada tanda-tanda infeksi jalan napas atas), dan

hiposensitisasi alergi. Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan

lamanya penyakit, namun perlu turut dipertimbangkan derajat gangguan dan frekuensi

parahnya gangguan pendahulu. Beberapa pilihan untuk tatalaksana bedah antara lain:

miringitomi, pemasangan tuba timpanostomi, adenoidektomi.

40

Page 41: Referat Ome - Icha

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams L George, 1 R Lawrence, Higler A Peter. 1 Buku Ajar Ilmu Penyakit THT.

Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997: 88-118 (1)

2. Soepardi, Efiaty Arsyad; Iskandar, Nurbaiti. Editor : Otitis Media Non-Supuratif.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan-Kepala-Leher. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.p 58 – 60. (2)

3. Sumit K Agrawal, Aguila J Demetrio, Ahn S Min, et al. Current Diagnosis &

Treatment – Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2th ed. USA: Mc Graw Hill.

2008 (3)

4. Media,Wiki. 2009. Telinga. [7 screens] Cited 5 May 2011. Available from :

http://id.wikipedia.org/wiki/telinga (4)

5. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT : Otitis Media Efusi. [5 screens]

Cited 5 May 2011. Available from : http://www.perhati-kl.org/ (5)

6. Dhingra, PL. Editor : Otitis Media With Effusion. Disease of Ear, Nose, and Throat.

New Delhi : Churchill Livingstone Pvt Ltd . 1998. P 64-67 (6)

7. Dohar, J. E, et al. 2008. Definition of Otologic Disease. Cited 8 may 2011. Available

from : http://www.entjornal.com (7)

8. Cook. K. 2005. Otitis Media. Cited 7 May 2011. Available from :

http://www.emedicine/emerg/emedicine/htm.351.topic (8)

9. Levenson, M. J. 2008. Fluids in The Middle Ear—(Serous Otits Media) in Ear

Surgery Information Center. Cited 8 May 2011. Available from :

http://www.EarSurgeryInformationCenter-SerousOtitisMedia.mnt (9)

41