tinea corporis

17
BAB I Pendahuluan I.1 Latar belakang Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita, yaitu Tricophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. 1 Berdasarkan lokasi anatomi yang terinfeksi, dermatofitosis diklasifikasikan menjadi : -Tinea kapitis : dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala -Tinea barbae : dermatofitosis pada dagu dan janggut -Tinea kruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang hingga perut bagian bawah -Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan -Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku -Tinea korporis : dermatofitosis pada kulit tak berambut pada wajah, lengan, badan, dan tungkai. 1,2 1

Upload: tjioe-chiang-weng

Post on 24-Jul-2015

1.432 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinea Corporis

BAB I

Pendahuluan

I.1 Latar belakang

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat

tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang

disebabkan oleh jamur golongan dermatofita, yaitu Tricophyton,

Microsporum, dan Epidermophyton.1

Berdasarkan lokasi anatomi yang terinfeksi, dermatofitosis

diklasifikasikan menjadi :

- Tinea kapitis : dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala

- Tinea barbae : dermatofitosis pada dagu dan janggut

- Tinea kruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar

anus, bokong, dan kadang hingga perut bagian

bawah

- Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan

- Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku

- Tinea korporis : dermatofitosis pada kulit tak berambut pada

wajah, lengan, badan, dan tungkai.1,2

Tinea korporis adalah Infeksi jamur dermatofita pada kulit halus

(glabrous skin) di daerah wajah, leher, badan, lengan, tungkai dan pantat

(glutea). Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak daripada orang

dewasa karena umumnya mereka mendapat infeksi baru pertama kali.1,2,3

Gejala tinea korporis bervariasi, mulai dari rasa gatal disertai

kemerahan, skuama yang semakin parah dan besar. Gejala tersebut dapat

berakhir dengan peradangan, krusta, papul, vesikel, dan bahkan bulla.4

I.2 Epidemiologi

Tinea corporis adalah penyakit infeksi yang paling sering di daerah

panas dan iklim lembab. T. rubrum penyebab infeksi yang paling banyak di

seluruh dunia, sekitar 47% dari semua kasus tinea corporis. T. tonsurans

penyebab terbanyak tinea capitis, dan orang-orang dengan antropophilik 1

Page 2: Tinea Corporis

tinea capitis lebih mudah terkena tinea corporis. Tetapi, prevalensi tinea

corporis yang disebabkan T. tonsurans mulai meningkat. M. Canis

penyebab ketiga terbanyak sekitar 14% dari infeksi tinea corporis.

5 tahun studi di Kuwait sekitar 2730 pasien melaporkan penyakit kulit

yang disebabkan jamur pada pasien-pasien ini didapatkan 6 spesies. Mereka

adalah Trichophyton mentagrophytes (39%), M canis (16%), T rubrum

(10%), Epidermophyton floccosum (6.2%), Trichophyton violaceum (2.4%),

and Trichophyton verrucosum (0.4%).4

2

Page 3: Tinea Corporis

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi

Tinea corporis adalah Infeksi jamur pada kulit halus (glabrous skin) di

daerah wajah, leher, badan, lengan, tungkai dan pantat (glutea) yang

disebabkan jamur dermatofita spesies Microsporum, Trichophyton, dan

Epidermophyton. 1,3

II.2 Etiologi

Tinea corporis disebabkan oleh jamur golongan Dermatofita yang

mempunyai sifat mencernakan keratin. Dematofita yang dapat

menyebabkan infeksi pada kulit kepala dan rambut adalah genus

Tricophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Jamur penyebab tinea

corporis ini ada yang bersifat antropofilik, geofilik, dan zoofilik.1,5

Jamur yang bersifat antropofilik atau hanya mentransmisikan penyakit

antar manusia antara lain adalah Tricophyton violaceum yang banyak

ditemukan pada orang Afrika, Tricophyton schoenleinii, Tricophyton

rubrum, Tricophyton megninii, Trichophyton soudanense, Tricophyton

yaoundei, Microsporum audouinii, dan Microsporum ferrugineum.5

3

Page 4: Tinea Corporis

Jamur geofilik merupakan jamur yang hidup di tanah dan dapat

menyebabkan radang yang moderat pada manusia. Golongan jamur ini

antara lain adalah Microsporum gypseum dan Microsporum fulvum.5,6

Jamur zoofilik merupakan jamur yang hidup pada hewan, namun

dapat mentransmisikan penyakit pada manusia. Jamur zoofilik penyebab

tinea corporis salah satunya Microsporum canis yang berasal dari kucing, 5

Gambar 2. Jamur Microsporum7

Gambar 3. Jamur Trichophyton7

4

Page 5: Tinea Corporis

Gambar 3. Jamur Epidermophyton7

II.3 Cara penularan

Penularan infeksi jamur dapat terjadi secara langsung maupun tidak

langsung. Penularan langsung melalui epitel kulit dan rambut yang

mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tak

langsung dapat melalui tanaman, kayu, pakaian, dan barang-barang lain

yang dihinggapi jamur, atau dapat juga melalui debu dan air.6

Ada beberapa faktor yang dapat mempermudah penularan infeksi

jamur :

1. Faktor virulensi dari jamur

Virulensi jamur tergantung dari sifatnya apakah antropofilik, zoofilik,

atau geofilik. Jamur antropofilik menyebabkan perjalanan penyakit

yang kronik dan residif karena reaksi penolakan tubuh yang sangat

ringan. Sementara jamur geofilik menyebabkan gejala akut ringan

sampai sedang dan mudah sembuh.6

2. Keutuhan kulit

Kulit yang intak tanpa adanya lesi lebih sulit untuk terinfeksi jamur.6

3. Faktor suhu dan kelembapan

Kondisi tubuh yang banyak berkeringat menyebabkan lingkungan

menjadi lembap sehingga mempermudah tumbuhnya jamur.6

4. Faktor sosial ekonomi

5

Page 6: Tinea Corporis

Infeksi jamur secara umum lebih banyak menyerang masyarakat

golongan sosial ekonomi menengah ke bawah karena rendahnya

kesadaran dan kurangnya kemampuan untuk memelihara kebersihan

diri dan lingkungan.6

5. Faktor umur dan jenis kelamin

Tinea capitis sering terjadi pada anak-anak dan lebih banyak

ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.6,8

II.4 Patofisiologi

Dermatofita biasanya berada di daerah yang tidak hidup, seperti

lapisan kulit, rambut, dan kuku, menyukai daerah yang hangat, lembab

membantu proliferasi jamur. Jamur memyebabkan keratinisasi dan

enzimnya bisa masuk lebih dalam dari stratum corneum, biasanya infeksi

terbatas pada epidermis. Mereka biasanya tidak masuk lebih dalam, hal ini

tergantung dari mekanisme pertahan non-spesifik itu dapat termasuk

aktivasi serum inhibitor, komplemen, dan PMN.

Masa inkubasi 1-3 minggu, dermatofita menyebar secara sentrifugal.

Dalam merespon infeksi, aktivasi kulit dengan meningkatkan proliferasi sel

epidermis. Ini menjadi pertahan terhadap infeksi kulit.

Tricophyton rubrum adalah dermatofita umum karena ada dinding sel

sehingga resisten terhadap eradikasi. Barrier proteksi ini mengandung

mannan, yang menghambat imunitas sel mediated, menghambat proliferasi

keratinosit, dan menyebabkan organism ini tahan terhadap pertahanan kulit

normal. 4

II.5 Gejala klinik

Keluhan gatal terutama bila berkeringat. Oleh karena gatal dan

digaruk, lesi semakin meluas, terutama di daerah kulit yang lembab.

kelainan yang terlihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong,

berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel

dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang. Kadang-kadang

terihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan

bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat dapat

6

Page 7: Tinea Corporis

pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir polisiklik, karena beberapa lesi

kulit yang menjadi satu. Khas dari infeksi ini ada central healing (dibagian

tepi meradang dan bagian tengah tenang).1,3

II.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskop langsung dengan

larutan KOH 10-20% untuk melihat hifa atau spora jamur.

Pemeriksaan Histologis akan tampak neutrofil di stratum corneum, ini

merupakan petunjuk diagnostik yang penting. Biopsi kulit dengan

pewarnaan hematoxylin dan eosin pada tinea corporis menunjukkan

spongiosis, parakeratosis, dan infiltrat inflamasi superfisial (rembesan sel

radang ke permukaan).3

II.7 Diagnosis

Diagnosis tinea capitis ditegakkan berdasarkan gejala yang dikeluhkan

pasien, tanda-tanda infeksi jamur yang ditemukan, ditambah dengan

pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Gejala yang sering

dikeluhkan pasien adalah rasa gatal

II.8 Diagnosis banding

1. Psoriasis

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi

dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi

7

Page 8: Tinea Corporis

pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang

dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan

berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan

bervariasi: lentikuler, nummular atau plakat, dapat berkonfluensi.

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan

kobner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dulu

dianggap khas.

Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya

menjadi putih pada goresan seperti lilin digores, disebabkan oleh

berubahnya indeks bias. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau

darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Trauma

pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan, dapat menyebabkan

kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut fenomena

kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.1

2. Pitriasis rosea

Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit dimulai

dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, solitarm

berbentuk oval dan anular. Ruam terdiri atas eritema dan skuama

halus di pinggir..

Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, member

gambaran yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil,

8

Page 9: Tinea Corporis

susunannya sejajar dengan kosta, sehingga menyerupai pohon cemara

terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari.1

II.9 Penatalaksanaan

A. Umum

1. Menjaga kebersihan badan.

2. Memakai pakaian yang menyerap keringat.

B. Khusus

B.1. Sistemik

    a. Antihistamin

   b. Griseofulvin,

        dosis anak-anak: 15-20 mg/Kg berat badan/hari.

        dosis dewasa: 500-1000 mg per hari selama 3-4 minggu.

   c. Itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu.

  d. Ketokonazol 200 mg/hari selama 3 minggu.

   e. Terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu.

B.2 Topikal

   a. Salep Whitfield

   b. Campuran asam salisilat 5%, asam benzoat 10%,

       dan resorsinol 5% dalam spiritus.

   c. Castellani's paint

  d. Tolnaftat

   e. Tolsiklat

   f. Imidazol

9

Page 10: Tinea Corporis

   g. Piroksolamin siklik

   h. Haloprogin

   i. Derivat azol

   j. Naftifin HCl

Sedangkan rekomendasi dari Mary Elizabeth Rushing Lott (2008) dari

Miami Children's Hospital: Untuk tinea corporis, beberapa pilihan obat

yang dapat digunakan adalah sbb:

A. Golongan topical allylamines

1. Naftifine 1% cream atau gel (Naftin)

2. Terbinafine 1% cream (Lamisil)

B. Golongan topical pyridones

1. Ciclopirox olamine 1% cream (Loprox)

C. Golongan topical benzylamines

1. Butenafine 1% cream (Mentax)

D. Golongan systemic azoles

1. Fluconazole (Diflucan)

2. Itraconazole (Sporanox)

3. Ketoconazole (Nizoral)

E. Golongan systemic allylamines

1. Terbinafine (Lamisil, Daskil)

F. Golongan antijamur sistemik lainnya

1. Griseofulvin (Fulvicin)

G. Golongan topical azoles

10

Page 11: Tinea Corporis

1. Clotrimazole 1% cream (Mycelex, Lotrimin)

2. Ketoconazole 2% cream (Nizoral)

3. Miconazole 2% cream atau lotion (Monistat)

4. Oxiconazole 1% cream (Oxistat)

5. Sertaconazole 2% cream (Ertaczo)

6. Sulconazole 1% cream atau solution (Exelderm)

II.10 Pencegahan

Untuk mencegah terkena infeksi tinea corporis:

1. Menjaga kebersihan diri dengan mandi setelah beraktivitas dan

berkeringat.

2. Mengeringkan badan dengan baik setiap setelah mandi.

3. Mencuci pakaian, sprei, dan barang-barang pribadi lainnya secara

rutin.

11

Page 12: Tinea Corporis

Daftar pustaka

1. Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi V. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta : 2007

2. RS Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi II. EGC. Jakarta :

2004

3. Ditto anurogo. Tips praktis mengenali tinea korporis. Diunduh dari:

http://www.kabarindonesia.com/

4. Jack L.lesher. Medical College of Georginia. Tinea Corporis. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com

5. New Zealand Dermatological Society Incorporated. Tinea Corporis. Available

from : http://dermnetnz.org.

6. Trelia Boel. Mikosis Superfisial. Available from : http://library.usu.ac.id

7. Doctor Fungus Corporation. Available from : http://www.doctorfungus.org.

8. Frieden I J. Tinea Corporis Epidemiology, Diagnosis, Treatment, and Control.

Available from : http://www.biomedexperts.com

12