250735818 tinea corporis
DESCRIPTION
.TRANSCRIPT
BAB 1PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
• Dermatofitosis infeksi kulit terbanyak di di Indonesia setelah dermatitis (Harahap, 2000)
• Dermatofitosis penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita
PENYEBAB DERMATOFITOSIS
FAKTOR PREDISPOSISI
DERMATOFITOSIS DIBAGI BERDASARKAN LOKASI BAGIAN TUBUH MANUSIA
Tinea corporis dapat terjadi di setiap bagian tubuh dan bersama – sama dengan kelainan pada sela paha,
dalam hal ini disebut dengan Tinea Corporis et Cruris atau sebaliknya.
Tinea corporis dapat terjadi di setiap bagian tubuh dan bersama – sama dengan kelainan pada sela paha,
dalam hal ini disebut dengan Tinea Corporis et Cruris atau sebaliknya.
BAB 2LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Azmah Muharrirah Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 3 tahun Alamat : Plandi Jombang Agama : Islam Status Perkawinan : Belum kawin Pendidikan Terakhir : - Pekerjaan : - Suku Bangsa : Jawa Nomor RM : 06-52-77 Tgl Pemeriksaan : 25 oktober 2013
ANAMNESISKU : Gatal dan merah-merah pada perut, pinggul, dan selangkanganRPS :
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan utama gatal dan merah-merah pada perut, pinggul, dan selangkangan sejak 7 bulan yang lalu, awalnya muncul bintik-bintik berwarna merah. 3 bulan yang lalu bintik-bintik makin banyak dan membentuk seperti lingkaran. Saat ini keluhan makin banyak dan semakin meluas. Sebelumnya sudah diobati dengan salep Acyclovir dan Baby Cream, tetapi keluhan tidak berkurang. Penderita mandi dengan sabun bayi dan menggunakan air sumur. Penderita masih sering menggunakan popok pampers karena orang tua bekerja dan kalau siang dirawat oleh nenek. Keluarga serumah yang memiliki keluhan yang sama disangkal.
Riwayat Atopik : Tidak ada Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga serumah
yang memiliki keluhan yang sama disangkal Riwayat Pengobatan : Diberi salep Acyclovir dan
Baby Cream, tetapi keluhan tidak berkurang
ANAMNESIS
STATUS PRESENT
Status Dermatologisnya :1. Lokasi :
Pada regio abdomen. Efloresensi :Di regio abdomen didapatkan bentukan polisiklis, makula eritematosa berbatas jelas, dengan tepi aktif (papula eritematosa), pada bagian tengah terdapat central healing. Dan diatasnya terdapat skuama tipis.
2. Lokasi :Pada regio inguinal, gluteus, dan pinggang (lumbo-
sacral)Efloresensi :
Pada regio inguinal, gluteus, dan pinggang (lumbo-sacral) didapatkan bentukan polisiklis, makula eritematosa berbatas jelas, dengan tepi aktif (papula eritematosa), pada bagian tengah terdapat central healing. Dan diatasnya terdapat skuama tipis dan sedikit krusta berwarna kekuningan.
STATUS PRESENT
STATUS GENERALIS : Status Generalis : Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Hygiene : Kurang Gizi : Cukup Nadi : - RR : - Kepala : A/I/C/D : -/-/-/- Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan Thorax : Sesuai status dermatologis Axilla : pembesaran KGB (-) Abdomen : terdapat bentukan polisiklis, makula
eritematosa berbatas jelas, dengan tepi aktif (papula eritematosa), pada bagian tengah terdapat central healing. Dan diatasnya terdapat skuama tipis.
Ektremitas : dbn
Tinea Corporis • makula atau plak yang berwarna merah atau hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan daerah bagian tengah lebih tenang (central healing)
• pada tepi lesi dijumpai papul-papul eritema atau vesikel, polisiklis
• kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan
Kandidiasis Kulit nyeri, inflamasi, eritematous, dan ada lesi satelit (papul, vesikel, atau pustula), bula atau papulpustular yang pecah
meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi
Dermatitisseboroik
Terdapat bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak)
Gambaran klinis yang khas dari dermatitis seboroik adalah skuamanya yang berminyak dan kekuningan
Psoriasisvulgaris
• makula yang eritematus, bentuknya dapat bulat atau lonjong yang tertutup skuama tebal, transparan atau putih keabu-abuan
• tanda-tanda khas yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetes lilin, dan fenomena auspitz.
• kelainan kulit pada tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor, misalnya lutut, siku, dan punggung
Dermatitiskontak
• Akut: lesi polimorf yaitu tampak makula eritematosa batas tidak jelas dan di atasnya terdapat papul, vesikel, bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif
• Kronis: makula hiperpigmentasi disertai likenifikasi dan ekskoriasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
Prognosis tinea corporis dapat menjadi bagus jika terapi dan pengobatan yang dilakukan bagus tetapi rekuren dapat terjadi jika penderita tidak menjaga
kebersihan dan hygiene tempat yang terkena infeksi jamur itu dengan baik
BAB 3PEMBAHASAN
ANAMNESA TEORI
Sering pakai pampers dan gatal pada saat
berkeringat
faktor resiko dari pasien ini adalah iklim yang panas, higiene sebagian masyarakat yang masih kurang, adanya sumber penularan di sekitarnya, penggunaan obat-obatan kortikosteroid, antibiotika dan sitostatika yang meningkat,
adanya penyakit kronis dan penyakit sistemik lainnya seperti diabetes
(Suyoso et al, 2005).
PEMERIKSAAN FISIK TEORI
regio abdomen didapatkan bentukan polisiklis, makula eritematosa berbatas jelas, dengan tepi aktif (papula
eritematosa), pada bagian tengah terdapat central healing, dan diatasnya terdapat skuama tipis
• terlihat makula atau plak yang berwarna merah atau hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan daerah bagian tengah lebih tenang (central healing). Pada tepi lesi dijumpai papul-papul eritema atau vesikel. Kadang-
kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan• lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa
lesi kulit yang menjadi satu(Budimulja, 2005)
Pemeriksaan Fisik Teori
pada regio inguinal, gluteus, dan pinggang (lumbo-sacral) didapatkan
bentukan polisiklis, makula eritematosa berbatas jelas, dengan
tepi aktif (papula eritematosa), pada bagian tengah terdapat central healing, dan diatasnya terdapat skuama tipis dan sedikit krusta
berwarna kekuningan.
• terlihat makula atau plak yang berwarna merah atau hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan daerah bagian tengah lebih tenang (central
healing). Pada tepi lesi dijumpai papul-papul eritema atau vesikel. Kadang-kadang terlihat
erosi dan krusta akibat garukan• lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena
beberapa lesi kulit yang menjadi satu(Budimulja, 2005)
Terapi Teori
Anti JamurTopikal: Miconazole Nitrat 2% cream diberikan 2 kali sehari setelah mandi, dioleskan pada daerah yang lesi dan gatalSistemik: Ketokonazole 3 – 6 mg/kgBB/hr diberikan dalam puyer (pulveres), sesuai BB (15 kg) 6 x 15 kg/hr = 90 mg/hr dan diberikan selama 7 hari
Simptomatik (antipruritus):
Mebhidrolin napdisilat 50 mg/tab 1 – 3 tab 1 kali sehari
Suportif
Miconazole Nitrat 2 % yang dengan pemakaian 2 kali sehari setelah mandi. Namun pada pasien ini diperlukan suatu obat jamur secara sistemik sebagai tambahan, mengingat infeksi sudah meluas, pada kasus ini kita memberikan Ketoconazole
90 mg/hr sesuai dengan BB (15 kg) dalam bentuk puyer (pulveres) dengan pemberian 1 kali sehari. Akan tetapi
penggunaan terapi sistemik Ketoconazole pada anak-anak di bawah 10 tahun perlu diperhatikan, bila infeksi bersifat lokal
dan tidak meluas, pemberian topikal saja. (Suyoso, 2005)
Pemberian anti pruritus juga dapat diberikan sebagai terapi simptomatis mengingat pasien ini mengalami gatal-gatal yang tidak tertahankan hingga sering menggaruk, yaitu Interhistin (Mebhidrolin Napdisilat 50 mg/tab) yang diberikan dalam bentuk puyer (pulveres) dengan dosis 1 tab sehari (1 – 3 tab sehari untuk anak usia 2 – 5 tahun) (Suyoso, 2005)
Sebagai terapi suportif pasien harus menjaga kebersihan dan lesi kulit dijaga tetap bersih dan kering untuk mengurangi infeksi sekunder bakteri (Suyoso, 2005)
BAB 4KESIMPULAN