teori peningkatan produksi penambangan

35
TEORI PENINGKATAN PRODUKSI PENAMBANGAN Dalam kegiatan penambangan, pada umumnya membutuhkan alat – alat mekanis untuk menunjang produksi. Alat gali- muat dan alat angkut merupakan alat mekanis yang sangat berpengaruh untuk pencapaian target produksi yang telah direncanakan. Semakin cepat waktu edar (cycle time) alat mekanis maka produktivitas alat tersebut semakin besar. Waktu edar alat angkut sangatlah bergantung kepada jumlah alat gali-muat dan alat angkut yang dipakai sehingga didapatkan harga dari faktor keserasian antara kedua jenis alat mekanis tersebut, waktu edar juga sangat dipengaruhi oleh hambatan – hambatan yang terjadi secara aktual di lapangan sehingga memperpanjang waktu edar dari alat mekanis tersebut. Pencapaian produksi oleh alat gali-muat dan alat angkut merupakan kemampuan optimal alat tersebut setelah diperhitungkan dengan faktor faktor yang mempengaruhinya. 21

Upload: preston-siahaan

Post on 11-Sep-2015

29 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Pertambangan

TRANSCRIPT

22

TEORI PENINGKATAN PRODUKSI PENAMBANGAN

Dalam kegiatan penambangan, pada umumnya membutuhkan alat alat mekanis untuk menunjang produksi. Alat gali-muat dan alat angkut merupakan alat mekanis yang sangat berpengaruh untuk pencapaian target produksi yang telah direncanakan. Semakin cepat waktu edar (cycle time) alat mekanis maka produktivitas alat tersebut semakin besar. Waktu edar alat angkut sangatlah bergantung kepada jumlah alat gali-muat dan alat angkut yang dipakai sehingga didapatkan harga dari faktor keserasian antara kedua jenis alat mekanis tersebut, waktu edar juga sangat dipengaruhi oleh hambatan hambatan yang terjadi secara aktual di lapangan sehingga memperpanjang waktu edar dari alat mekanis tersebut.Pencapaian produksi oleh alat gali-muat dan alat angkut merupakan kemampuan optimal alat tersebut setelah diperhitungkan dengan faktor faktor yang mempengaruhinya.

3.1 Waktu Kerja Efektif

Waktu kerja efektif adalah jumlah waktu kerja alat mekanis yang tersedia untuk kegiatan produksi dikurangi waktu hambatan kerja. Besarnya waktu efektif suatu alat mekanis akan sangat mempengaruhi kemampuan produksi alat mekanis tersebut.21

Dari pengamatan dan perhitungan di lapangan masih terdapat hambatan hambatan yang terjadi selama kegiatan operasi berlangsung. Hambatan hambatan yang terjadi selama jm kerja dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu waktu hambatan kerja yang dapat dihindari dan waktu hambatan kerja yang tidak dapat dihindari. Waktu hambatan dapat dilihat dari penjelasan berikut.1) Waktu hambatan yang dapat dihindari, yaitu:a. Terlambat awal kerja (menit)b. Istirahat terlalu lama (menit)c. Keperluan operator (menit)d. Berhenti kerja lebih awal (menit)2) Waktu hambatan yang tidak dapat dihidari, yaitu:a. Hujan & pengeringan jalan (menit)b. Perbaikan Front Kerja (menit)c. Pemanasan dan Pemeriksaan Alat Harian (menit)d. Pengisian Bahan BakarDengan memperhatikan waktu hambatan hambatan diatas, maka waktu kerja efektif dari alat alat mekanis dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.We = Wt ( Wkdd + Wktd )Dimana :We= Waktu kerja efektif (menit)Wt= Waktu kerja yang tersedia (menit)Wkdd= Waktu hambatan yang dapat dihindari (menit)Wktd= Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari (menit)

3.2 Faktor Pengisian atau Fill FactorFaktor pengisian adalah perbandingan antara kapasitas nyata suatu alat gali-muat dengan kapasitas teoritis suatu alat gali-muat. Faktor pengisian sangat dipengaruhi oleh keterampilan operator, ukuran butir, metode pemuatan, ketersediaan material yang akan dimuat. Hal inilah yang mempengaruhi faktor pengisian sehingga volume bucket tiap pengisian berbeda beda.Fakor pengisian dapat dihitung secara teoritis maupun visualisasi (lihat Gambar 3.1). Visualisasi digunakan apabila data asli dari bucket tidak dapat diketahui dikarenakan beberapa faktor, seperti dapat menghambat pekerjaan produksi, membahayakan bagi pengamat dikarenakan terkena alat mekanis dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan data asli.

Gambar 3.1Visualisasi Pengisian Bucket Alat Gali-Muat

Dari Gambar 3.1, kita dapat mengetahui data mengenai faktor pengisian (fill factor) dari visualisasi atau pengelihatan semata. Gambar 3.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:A. Pengisian material pada bucket ditaksir dari nilai 100 % hingga 120 %.B. Pengisian material pada bucket ditaksir dari nilai 95% hingga 100 %.C. Pengisian material pada bucket ditaksir dari nilai 65 % hingga 95 %.

3.3 Berat Jenis (Density)Berat Jenis atau Density Loose adalah perbandingan berat dengan volume dari material tertentu. Dari keempat rank batubara yang ada masing-masing memiliki berat jenis yang berbeda. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada perhitungan produktivitas alat gali-muat dan alat angkut yang dipakai. Adapun berat jenis dari batubara yang ada di site EEM adalah 1,3 ton/m3

3.4 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat MekanisAlat alat mekanis sering tidak dipergunakan dalam operasi penambangan karena kondisi rusak, perbaikan berkala dari alat mekanis ataupun karena memang tidak dipergunakan (standby). Hal ini dapat mempengaruhi jumlah produksi yang akan dicapai, oleh karena itu kesiapan alat mekanis sangat berpengaruh besar terhadap proses kegiatan penambangan terutama dalam penggalian, pemuatan dan pengangkutan.Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kesediaan alat mekanis tersebut, antara lain:a. Mechanical Availability (MA) adalah cara untuk mengetahui kemampuan mekanis seseungguhnya dari suatu mesin yang sedang dipergunakan. Harga mechanical availability dari suatu alat / mesin tersebut dapat ditentukan melalui rumus:

b. Physical Availability (PA) adalah suatu cara untuk mengetahui keksiapan fisik dari suatu mesin yang sedang dipergunakan dimana mesin tersebut siap untuk dioperasikan. Adapun harga physical availability dari suatu alat mekanis dapat kita ketahui dengan menggunakan rumus di bawah ini:

c. Use Of Availability (UA) merupakan persentase dari waktu pemakaian suatu alat mekanis pada saat alat mekanis tersebut dapat dipergunakan (tidak dalam keadaan rusak). Harga dari use of availability tersebut dapat menjadi ukuran seberapa efektif suatu alat yang sedang dalam keadaan siap pakai (tidak dalam keadaan rusak) dapat dimanfaatkan. Adapun di bawah ini merupakan cara untuk mengetahi harga use of availability dari suatu alat mekanis:

d. Effective Utilization (EU) merupakan persentase yang menunjukkan berapa besar waktu produktif yang dapat dicapai dari seluruh waktu kerja yang tersedia. Effective Utilization sebenarnya sama dengaan efisiensi kerja yag dicapai. Adapun di bawah ini merupakan rumus yang dapat dipergunakan untuk mencari harga dari effective suatu alat mekanis:

Dimana:W = Jumlah jam kerja alat (working hours)R = Jumlah alat untuk perbaikan alat (repair hours)S = Standby hours.T = Jumlah jam kerja Tersedia (T = W+R+S)3.4.1 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Gali-Muat1. Waktu edar (cycle time) alat gali-muatWaktu edar alat gali muat adalah jumlah waktu yang dipergunakan sebuah alat gali-muat untuk melakukan siklus kerja. Suatu siklus kerja terdiri dari 4 bagian kegiatan, yaitu:1) Digging= Waktu pengisian material ke bucket alat gali-muat (detik)2) Swing Load= Waktu penempatan posisi untuk penumpahan (detik)3) Loading= Waktu penumpahan material ke alat angkut (detik)4) Swing Empty= Waktu penempatan posisi untuk pengisian (detik)

2. Waktu tunggu alat gali muatWaktu tunggu ini terjadi apabila alat gali-muat dalam keadaan sibuk tetapi tidak ada kegiatan pemuatan ke dalam alat angkut. Pekerjaan yang terjadi pada waktu tunggu, antara lain memperbaiki posisi alat gali-muat, maju ke tempat penggalian karena material yang digali tidak terjangkau, memisahkan batubara dari pengotornya dan mengeruk batubara dari tempat asal lalu material dikumpulkan ke loading point.3. Keadaan medan kerja (job condition)Produksi alat gali-muat sangat ditentukan oleh keadaan medan tempat kerja. Tempat penggalian ideal antara lain memiliki cukup luas, lantai kerja yang keras dan datar.4. Pengaruh efisiensi kerja operatorEfisiensi kerja operator merupakan faktor para operator dalam menggunakan alat-alat mekanis. Efisiensi kerja operator tidak dapat dihitung secara tepat, dikarenakan efisiensi dapat berubah-ubah dari hari ke hari dan bahkan dari jam ke jam. Kadang kala suatu perangsang dalam bentuk upah tambahan (incentive) dapat mempertinngi efisiensi kerja operator, tetapi dapat juga menjadikan operator tersebut bekerja tidak dalam kondisi yang aman (safety). Efisiensi kerja operator tidak hanya disebabkan dari faktor para operator, tetapi juga karena hambatan hambatan yang tidak mungkin dihindari, seperti keadaan cuaca, keadaan alat yang rusak, dam lain lain. Karena hal hal tersebut, jam kerja yang tersedia tidak dapat digunakan secara maksimal. Di dalam menentukan efisiensi kerja operator selain faktor para operator, perlu juga dilakukan pemeliharaan dan pengecekan kondisi alat mekanis yang digunakan, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat efisiensi kerja para operator.Tabel 3.1 Efisiensi OperatorMacam AlatEffisiensi Operator

Baik SekaliSedangKurang Baik (Malam Hari)

Crawler Tracktor92 % = 55 min/jam83 % = 50 min/jam75 % = 45 min/jam

Berban Karet83 % = 50 min/jam75 % = 45 min/jam67 % = 40 min/jam

3.4.2 Pola Penggalian dan PemuatanPola pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu edar alat sehingga pencapaian target produksi dapat sesuai dengan sasaran produksi. Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan / front kerja alat mekanis yang diguanakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah bak alat angkut tersebut terisi penuh, maka alat angkut tersebut segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya.Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu:a. Pola pemuatan yang didasarkan pada posisi alat gali-muat yang berada di atas atau dibawah jenjang. Top Loading yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat gali-muat (lihat Gambar 3.2 ). Gambar 3.2 Pola Pemuatan Top Loading

Bottom Loading yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya di jenjang yang sama di posisi alat angkut (lihat Gambar 3.3 ). Gambar 3.3Pola Pemuatan Bottom Loading

b. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk dimuati terhadap posisi alat gali muat. Single Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada suatu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk ketiga menunggu, dan begitu seterusnya (lihat Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Pola Pemuatan Single Back Up Double Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat, kemudian alat gali-muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh stelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya (lihat Gambar 3.5). Gambar 3.5Pola Pemuatan Double Back Up3.4.3 Produktivitas Alat Gali-MuatUntuk menghitung produktivitas alat gali- muat dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

Dimana:P = Produktivitas alat gali-muat (ton/jam) = Kapasias bucket alat gali-muat (m3) = Berat Jenis atau Density Loose (ton/m3) = Bucket Fill Factor alat gali-muat (%) = Faktor Koreksi (%)= Mechanical Availability (%)= Effective Utilization (%)= Efisiensi Operator (%) = Cycle time atau waktu edar alat gali-muat (menit).4.4 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Angkut1. Waktu edar (Cycle Time) alat angkutWaku edar alat angkut adalah jumlah waktu yang dipergunakan untuk melakukan suatu siklus kerja alat angkut yang meliputi:1) Loading = Waktu pemuatan material hingga bak penuh (detik)2) Hauling = Waktu pengangkutan (detik)3) Dumping = Waktu menumpahkan material (detik)4) Spotting Loading = Waktu manuver saat akan mengisi material (detik)5) Spotting Dumping = Waktu manuver saat akan menumpahkan material (detik)6) Returning = Waktu kembali ke loading point (detik)2. Jumlah pengisian material dari alat gali-muat (Np)Kapsitas material dalam bak alat angkut ditentukan dari jumlah pemuatan material atau loading dari alat gali-muat.3. Tahanan gulir atau tahanan gelinding (Rolling Resistance)Tahanan gulir adalah jumlah semua gaya gaya luar (external forces) yang berlawanan dengan arah gerak kendaraan yang berjala di atas jalur jalan (jalan raya atau kereta api) atau permukaan tanah. Dengan sendirinya yang mengalami tahanan gulir (Rolling Resistance / RR) ini secara langsung adalah bagian luar ban ban kendaraan tersebut.Untuk menentukan nilai tahanan gulir adalah sulit untuk dilakukan karena ukuran ban, tekanan ban dan kecepatan gerak kendaraan ikut mempengaruhi nilai tahanan gulir. Nilai tahanan gulir dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2Nilai Tahanan GulirNoKondisi JalanTekanan Ban Karet (lb/ton)

TinggiRendahRata rata

1Jalan keras dan licin354540

2Jalan yang di aspal40 6550 6045 60

3Jalan keras dengan permukaan terpelihara baik40 7050 7045 70

4Jalan yang sedang diperbaiki dan terpelihara90 - 10080 10085 100

5Jalan yang kurang terpelihara100 - 14070 10085 120

6Jalan berlumpur dan tidak terpelihara180 - 220150 220165 210

7Jalan berpasir dan berkerikil260 - 290220 260240 275

8Jalan berlumpur dan sangat lunak300 400280 340290 370

Sumber : (Partanto Prodjosumarto, 1995)4. Tahanan kemiringan (Grade Resistance)Tahanan kemiringan adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Pengaruh kemiringan terhadap tahanan kemiringan adalah naik untuk kemiringan positif (Plus Slope), maka tahanan kemiringan atau grade resistance (GR) akan melawan gerak kendaraan, sehingga memperbesar tractive effort atau rimpull yang diperlukan. Sebaliknya jika jalur jalan itu turun untuk kemiringan negatif (Minus Slope), maka tahanan kemiringannya akan membantu gerak kendaraan, berarti akan mengurangi rimpull yang dibutuhkan. Besarnya kemiringan biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan 1 % berarti jalur jalan itu naik atau turun sebesar 1 meter untuk tiap jarak mendatar 100 meter. Berat kendaraan itu sendiri dinyatakan dengan gross ton. Nilai tahanan berbagai macam kemiringan jalan dapat dilihat pada Tabel 3.3. Kemiringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:Grade (%) = (h : x) . 100 %Keterangan:h: Beda tinggi dua titik yang diukur (m)x: Jarak datar antara dua titik yang diukur (m)

Gambar 3.6 Perhitungan Kemiringan Jalan

Tabel 3.3Nilai Kemiringan JalanKemiringan (%)GR (lb/ton)Kemiringan (%)GR (lb/ton)Kemiringan (%)GR (lb/ton)

120,09179,220392,3

240,010199,025485,2

360,011218,030574,7

480,012238,435660,6

5100,013257,840742,8

6119,814277,445820,8

7139,815296,650894,4

8159,2

Sumber : ( Partanto Prodjosumarto, 1995)5. Koefisien Traksi atau Coefficient of TractionCoefficient of Traction adalah suatu faktor yang menunjukkan berapa bagian dari seluruh berat kendaraan itu pada ban atau track yang dapat dipakai untuk menarik atau mendorong. Dalam artian lain Coefficient of Traction (CoT) adalah suatu faktor dimana jumlah berat kendaraan pada ban atau track penggerak (driving tires of track) itu harus dikalikan untuk menunjukkan rimpull maksimum antara ban atau track dengan permukaan jalur jalan tepat sebelum roda selip.Besarnya Coeffisient of Traction (CoT) tergantung dari:1) Keadaan ban, yaitu keadaan dan macamnya, bentuk kembangan ban tersebut. Untuk crawler track tergantung dari keadaan dan bentuk jalan yang dilalui.2) Keadaan permukaan jalur jalan, yaitu basah atau kering, keras atau lunak, bergelombang atau rata dan sebagainya.3) Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya.Nilai Coefficient of Traction (CoT) pada bermacam macam keadaan jalur jalan dapat dilihat pada Tabel 3.4.Tabel 3.4Nilai Coefficient of Traction Dalam Berbagai Kondisi JalanKondisi JalanBan Karet (%)

Jalan kering dan keras0,80 1,0080 100

Jalan tanah liat kering0,50 0,7050 70

Jalan tanah liat biasa0,40 0,5040 50

Jalan berpasir basah dan berkerikil0,30 0,4030 40

Jalan berpasir kering yang terpisah / terpancar0,20 0,3020 30

Sumber : (Partanto Prodjosumarto, 1995)6. Rimpull atau kekuatan tarikRimpull yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukan jalur jalan. Bila Coefficient of Traction cukup tinggi untuk menghindari terjadinya selip, maka rimpull (RP) maksimum adalah fungsi dari tenaga mesin (HP) dan gear ratios (versenelling) antara mesin dan roda rodanya. Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan sama dengan besarnya tenaga roda penggerak dikalikan dengan coefficient of traction.Rimpull biasa dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Dimana:RP= Rimpull atau kekuatan tarik (lb)HP= Tenaga mesin, Horse Power (HP)375= Angka konversi3.4.5 Produktivitas Alat AngkutUntuk menghitung produktivitas alat angkut dapat digunakan persaamaan sebagai berikut:

Dimana:= Produktivitas alat angkut (ton/jam)= Kapasitas bucket alat gali-muat (m3)= Berat Jenis atau Density Loose (ton/m3)= Bucket Fill Factor alat gali-muat (%) = Faktor Koreksi (%)= Mechanical Availability (%)= Effective Utilization (%)= Efisiensi Operator (%)= Frekuensi pemuatan material dari alat gali-muat= Cycle Time atau waktu edar alat angkut (menit)

3.5 Faktor Keserasian Alat Gali-Muat dan Alat AngkutFaktor keserasian alat mekanis atau match factor adalah angka yang menunjukkan tingkat keserasian kerja dua alat misalnya alat gali-muat dengan alat angkut. Keserasian kerja alat antara alat gali-muat dengan alat angkut dapat tercapai jika besarnya produksi alat gali-muat sama dengan besarnya produksi alat angkut. Tingkat keserasian kerja alat gali-muat dan alat angkut dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Dimana:= Match Factor / Faktor Keserasian Alat= Jumlah alat angkut yang digunakan= Waktu edar alat gali-muat (menit)= Frekuensi Pemuatan= Jumlah alat gali-muat yang digunakan= Waktu edar alat angkut (menit)Jika perhitungan faktor keserasian (Match Factor) didapat harga:1) Jika MF = 1, berarti kemampuan alat gali-muat sama dengan alat angkut sehingga tidak ada waktu tunggu.2) Jika MF > 1, berarti kemmpuan alat angkut lebih besar dari pada kemampuan alat gali-muat, sehingga terdapat waktu tunggu pada alat angkut. Faktor keserasian alat gali-muat 100% dan faktor kerja alat angkut < 100%.3) Jika MF < 1, berarti kemampuan alat gali-muat lebih besar dari pada kemampuan alat angkut sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat gali-muat. Faktor kerja alat gali-muat < 100% dan faktor kerja alat angkut 100%. 3.6 StatistikStatistik merupakan kumpulan data / bilangan / non bilangan yang disusun dalam tabel / diagram yang menggambarkan suatu permasalahan. Sedangkan statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, penyajian data, pengolahan data atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun tahap-tahap statistika adalah:a. Pengumpulan datab. Penyajian datac. Analisisd. Keputusan yang dapat dipertanggungjawabkanDistribusi frekuensi merupakan salah satu tahap dalam pengolahan data yang telah kita dapatkan sehingga dapat menghasilkan keputusan yang mudah dimengerti. Adapun sebelum menyusun daftar distribusi frekuensi, kita haruslah mencari nilai dari rentang, banyaknya kelas interval dan panjang kelas interval dengan rumus di bawah ini:

Rentang = Data terbesar Data terkecilBanyak Kelas Interval = 1 + 3,3 log nPanjang Kelas Interval = 3.6.1 MedianMedian merupakan salah satu tahap yang terdapat dalam perhitungan statistik yang tujuannya adalah untuk mengetahui titik tengah dari sekumpulan data yang kita punya. Adapun beberapa tahap yang dapat kita lakukan untuk mengetahui median dari data yang kita punya adalah:1.Mengurutkan data dari yang paling kecil nilainya sampai yang paling besar nilainya.2.Menentukan letak median dengan letak median ke (n+1) / 2.3.Perhatikan bilangan ke (n+1) / 2 pada rentetan data yang telah kita urutkan tadi dari yang nilainya paling kecil sampai dengan yang nilainya paling besar. Nilai bilangan ke (n+1) / 2 itulah yang kita sebut median.Adapun persamaan yang dapat kita pakai untuk mendapatkan harga median adalah sebagai berikut:Me = b + p ( )

Dimana: = Median= Batas bawah kelas median= Panjang kelas median= Ukuran sampel atau banyak data= Frekuensi kelas median= Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas median3.6.2 ModusModus adalah bilangan yang paling banyak muncul, atau bilangan yang frekuensi kemunculannya paling besar pada suatu data. Adapun persamaan yang dapat dipakai untuk mencari harga dari modus jika data yang dimiliki telah disusun dalam tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:

Mo = b + p ( )

Dimana: = Modus= Batas bawah kelas modus= Panjang kelas= Selisih frekuensi kelas modus dengan interval sebelumnya= Selisih frekuensi kelas modus dengan interval sesudahnya

3.7 Lebar Jalan AngkutJalan angkut yang lebar diharapkan akan membuat lalu lintas pengangkutan lancar dan aman. Namun, karena keterbatasan dan kesulitas yang muncul dilapangan, maka lebar jalan minimum harus diperhitungkan dengan cermat. Perhitungan lebar jalan angkut yang lurus dan belok (tikungan) berbeda, karena pada posisi membelok kendaraan akan membutuhkan ruang gerak yang lebih lebar akibat jejak ban depan dan belakang yang ditinggalkan di atas jalan melebar. Disamping itu, perhitungan lebar jalan pun harus mempertimbangkan jumlah lajur, yaitu lajur tunggal untuk jalan satu arah atau lajur gand untuk jalan dua arah, lebar angkut menurut Awang Suwandhi, Ir., M.Sc (2004), sebagai berikut:a. Lebar jalan angkut kondisi lurusLebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut Aashto Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan (lihat Gambar 3.7). Dari ketentuan tersebut dapat digunakan cara sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu menggunakan rule of thumb atau angka perkiraan, dengan pengertian bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar lajur. Lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Lm = n . Wt + (n + 1) . (1/2.Wt)

Dimana: min= Lebar jalan angkut minimum (meter)= Lebar alat angkut= Jumlah jalur

Gambar 3.7Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Lurusb. Lebar jalan angkut pada belokanlebar jalan angkut padaa belokan secara umum selalu dibuat lebih besar daripada jalan lurus, dengan tujuan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar jalan angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan badan truck saat melintasi belokan. Untuk lajur ganda (lihat Gambar 3.8), maka lebar jalan minimum pada belokan berdasarkan pada:1) Lebar jejak roda.2) Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat untuk bagian depan dan belakang pada saat membelok.3) Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan.4) Jarak dari kedua tepi jalan.

Gambar 3.8Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada BelokanUntuk menentukan lebar jalan angkut pada belokan dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Wmin = 2 (U + Fa + Z + C)Z = C =

Dimana: min= Lebar jalan angkut pada belokan (meter)= Lebar jejak roda (center to center tires) (meter)= Lebar bagian tepi jalan (meter)= Jarak antara kendaraan (total lateral clearance) (meter)= Lebar ban (overhang) depan, jarak tegak lurus as roda depan dengan bagian depan kendaraan paling luar yang dikoreksi sinus sudut penyimpangan roda (meter)= Lebar ban belakang, jarak tegak lurus as roda belakang dengan bagian belakang yang dikoreksi sinus sudut penyimpangan roda (meter)

3.8 Radius Tikungan Jalan AngkutRadius atau jari - jari tikungan yang sesuai dengan keadaan kendaraan harus dibuat roda belakang dan roda depan pada saat menikung akan bertemu pada satu titik C (Lihat Gambar 3.9) dengan sudut yang sama terhadap sudut pembelokan roda depan. Rumus perhitungan jari-jari tikungan yang digunakan adalah:

Dimana:= Radius atau jari - jari tikungan jalan angkut (meter)= Jarak antara poros roda depan dengan roda belakang (meter)= Sudut penyimpangan roda depan kendaraan ()

Gambar 3.9 Radius Tikungan Jalan Angkut