peningkatan pemanfaatan jaringan produksi global dan

31
Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan Perkembangan Kerjasama Industri Internasional Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Industri Internasional 2016

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan Perkembangan Kerjasama Industri

Internasional

Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Industri Internasional

2016

Page 2: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

DAFTAR ISI

1. Latar belakang

1. Dasar Hukum

2. Tujuan Kerjasama Internasional menurut UU 3/2014

2. Struktur Ditjen KPAII sesuai Permenperin No. 107 Tahun 2015

4. Indonesia Saat Ini dan Globalisasi Industri

5. Bagaimana Kebijakan Mendukung Upgrading dalam Global Value Change (GVC) Interaksi Bisnis dan Sistem Inovasi

6. Kerjasama Ditjen KPAII dengan Cbi

7. Perkembangan Kerjasama Industri Internasional

Page 3: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

Lingkup Kerja Sama Internasional Bidang Industri a. Pemanfaatan Akses Pasar Produk

Industri; b. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya

Industri; c. Pemanfaatan Rantai Suplai Global; d. Peningkatan Investasi Industri; e. Pengolahan Data dari Kegiatan

Industrial Intelligence negara mitra (Sumber: Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional)

Kerja sama internasional bidang industri a.Pembukaan Akses dan Pengembangan Pasar Internasional; b.Pembukaan Akses Pada Sumber Daya Industri; c.Pemanfaatan Jaringan Rantai Suplai Global; d.Peningkatan Investasi e.Tindakan Pengamanan dan Penyelamatan Industri (Sumber: UU No 3 Tahun 2014 Pasal 91 - 100)

STRUKTUR PENDEKATAN “FUNGSI” di Sektor Teknis dan fora internasional

LATAR BELAKANG DITJEN KPAII

Page 4: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

DIREKTORAT JENDERAL KETAHANAN DAN

PENGEMBANGAN AKSES INDUSTRI

INTERNASIONAL

DIREKTORAT

KETAHANAN INDUSTRI

DIREKTORAT AKSES SUMBER

DAYA INDUSTRI & PROMOSI

INTERNASIONAL

DIREKTORAT

AKSES PASAR NDUSTRI

INTERNASIONAL

SEKRETARIAT

DIREKTORAT

JENDERAL

STRUKTUR DITJEN KPAII (Sesuai Permenperin 107 Tahun 2015)

Page 5: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

Indonesia saat ini… • Kekuatan ekonomi semakin meningkat dan demokrasi dinamis

• Negara terkemuka dalam ASEAN, APEC dan anggota dari G‐20

• Pertumbuhan ekonomi penurunan angka kemiskinan hampir 6% dalam lima tahun terakhir (SEADI 2013)

INDONESIA MEMAINKAN PERAN PENTING DI KANCAH

INTERNASIONAL

Negara berkembang (emerging economy) dengan pertumbuhan yang tinggi

dan mampu mengatasi keterpurukan masa lalu

Tantangan Terbesar: Memanfaatkan keberadaan di forum-forum

global dan regional tersebut sebesar-besarnya untuk

kepentingan bangsa

Tercantum dalam RPJMN 2005-2025

Page 6: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

• Tarif rata-rata RI sudah lebih liberal jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang seperti China, Korsel, India, dan Brasil. Tarif RI sudah setara dengan negara-negara maju seperti negara-negara EU, Jepang, dan AS.

• Tarif rata-rata MFN Indonesia sebesar 6,8 % . Di satu sisi, PDB RI lebih rendah dari negara-negara berkembang tersebut, apalagi dibandingkan dengan EU, Jepang dan AS.

TINGKAT TARIF INDONESIA SUDAH RENDAH 6

6

Note: Data tahun 2013 GDP dalam juta USD

Page 7: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

-

5207.214

424 -6000

-5000

-4000

-3000

-2000

-1000

0

1000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Korea

-18,256 -20000

-15000

-10000

-5000

0

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

China

231.59157

7

-700

-500

-300

-100

100

300

500

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Australia

Sumber: BPS (2014), diolah DJ-KII Kemenperin

G. Ekspor: 10.8% G. Impor: 25.4%

G. Ekspor: 8.8% G. Impor: 28 %

G. Ekspor: 8.1% G. Impor: 4 %

(4,437.59) (5,000.00)

-

5,000.00

10,000.00

2007 2008 2009 2010 2011 2012

ASEAN

G. Ekspor: 8.4% G. Impor: 23.1%

Pembukaan Akses Pasar Perlu Mempertimbangkan Resiko Membesarnya Defisit Perdagangan Produk Manufaktur

(dalam Juta US$)

-15,000.00

-10,000.00

-5,000.00

0.00

5,000.00

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jepang

G. Ekspor: 4.1% G. Impor: 28.6%

7

Defisit Perdagangan Produk Industri Semakin Besar Penggunaan Preferensi Tarif oleh Negara Mitra

Page 8: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

8

Posisi Ekspor Terhadap Struktur Ekonomi Negara-Negara

NegaraRasio Ekspor

thd GDP (%)

Populasi

(juta orang)

Singapura 187,64 5,30

Vietnam 86,40 89,70

Malaysia 73,85 29,30

Brunei Darussalam 70,98 0,45

Thailand 69,19 69,90

Korea 50,64 48,60

Chili 33,78 17,40

Filipina 28,66 96,50

Indonesia 23,72 244,80

India 23,19 1.258,00

China 22,62 1.353,60

Australia 20,90 22,90

Jepang 18,18 126,40

Amerika Serikat 13,25 315,00

• Berdasarkan data tahun 2014, rasio ekspor Indonesia terhadap total PDB hanya sebesar 23,72%.

• Lebih lanjut, nilai rasio Indonesia sangat jauh dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Thailand yang diatas 50%.

• Dapat dilihat, negara-negara yang memiliki rasio diatas 50%, memiliki populasi relatif kecil dari Indonesia.

• Oleh karena itu negara-negara tersebut membutuhkan pasar ekspor yang didukung oleh FTA. Sementara Indonesia masih memiliki pasar dalam negeri yang potensial.

Page 9: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

2. Posisi Kementerian Perindustrian Dalam Kerjasama Internasional

9

a. Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA)

b. ASEAN-Japan Comprehensive Economic Cooperation (AJCEP)

c. Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)

d. Trans Pacific Partnership (TPP)

Page 10: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

• Pasca Penerbitan PMK No. 209/2012 (HS2012), Jepang menuduh Indonesia melanggar komitmen awal IJEPA (ilegal) untuk 11 pos tarif otomotif dan meminta Indonesia untuk mengubah kategori modalitas dari kategori B15 (Bertahap jadi 0% di 2023 dst) menjadi P14 (5% di 2016 dst).

• BKF Kemenkeu telah menjelaskan bahwa Indonesia telah melibatkan Jepang dalam proses transposisi HS semenjak IJEPA diterapkan (PMK No. 95/2008 (HS2007)) dan Jepang tidak melakukan protes. Jepang juga telah menikmati preferensi yang diberikan Indonesia sejak IJEPA diimplementasikan.

Permasalahan 11 Pos Tarif Otomotif dalam IJEPA

Posisi Kementerian Perindustrian adalah menolak perubahan kategori modalitas 11 pos tarif otomotif IJEPA dengan pertimbangan utama : • Kendaraan CBU dengan tarif BM impor sebesar 5%

berpotensi akan membuat harga jualnya lebih kompetitif dibandingkan dengan produk rakitan lokal, sehingga menimbulkan dampak negatif pada investasi di sektor industri perakitan lokal.

• Lebih lanjut hal ini akan menimbulkan dampak negatif pada pertumbuhan industri material, komponen dan pendukungnya.

• Produk impor dalam bentuk CBU memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang rendah.

Di satu sisi Indonesia mempunyai permasalahan yaitu General Review IJEPA yang seharusnya dilaksanakan tahun 2013 hingga saat ini belum ada kesepakatan terutama tentang peluang Indonesia mendapatkan akses pasar Jepang terutama produk di kategori R dan Q (Makanan dan Minuman).

10

Page 11: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

• Implementasi AJCEP tertunda karena masalah transposisi yang belum disepakati sejak tahun 2010.

• Dalam pandangan Kemenperin, saat ini tersisa 105 pos tarif industri yang belum terselesaikan masalah transposisinya sehingga diperlukan negosiasi lebih lanjut dengan pihak Jepang agar dapat menerima posisi Indonesia.

• Hasil tranposisi untuk 105 pos tarif tidak dapat dijustifikasi melalui opsi WTO karena termasuk produk-produk yang sensitif dan produk-produk prioritas yang masuk ke dalam program hilirisasi, program P3DN, dan program pendalaman produksi komponen kendaraan bermotor.

ASEAN Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)

Sektor Jumlah

Hasil Hutan Perkebunan (HHP) 1

Otomotif (IATD) 69

Elektronika (IET) 7

Logam (IMDL) 17

Kimia Dasar (KIMDAS) 1

Kimia Hilir (KIMHIL) 3

Makanan (Mak) 1

Minuman Tembakau (Mintem) 0

Mesin (MS) 4

Tekstil Aneka (TA) 2

Total 105

11

Page 12: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

• Kementerian Perindustrian sendiri sudah menyiapkan initial offer sebanyak 4.919 pos tarif atau 49.06% dengan rekapitulasi sebagai berikut:

• Ditambah dengan produk binaan kementerian teknis lain menjadi 5910 atau 58.9%.

Regional Comprehensive Economic Partnership

No. Kategori Jumlah

HS

% dari

Total HS

1 A (penghapusan tarif pada saat implementasi - entry

into force, EIF) 2268 22,6%

2

A+ (penghapusan tarif pada saat implementasi -

entry into force, EIF dengan syarat seluruh pihak

melakukan penghapusan)

1 0%

3 B (penghapusan tarif dalam waktu 10 tahun sejak

implementasi - entry into force, EIF) 991 9.8%

4

B+ (penghapusan tarif dalam waktu 10 tahun sejak

implementasi - entry to force, EIF dengan syarat

seluruh pihak melakukan penghapusan)

20 0.19%

5 B* (penghapusan tarif dalam waktu (x) tahun sejak

implementasi - entry into force, EIF) 1385 13.8%

6

B*+ (penghapusan tarif dalam waktu (x) tahun sejak

implementasi - entry into force, EIF dengan syarat

seluruh pihak melakukan penghapusan)

254 2.5%

Jumlah 4919 49,06%

12

Page 13: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

• Mempertimbangkan efek negatif yang akan dialami oleh sektor industri jika harus menambah offer, sektor industri mengusulkan adanya insentif harga gas dari kerja litbang dalam rangka meningkatkan daya saing.

• Insentif tersebut hendaknya sebanding dengan insentif yang diberikan oleh negara-negara anggota RCEP lainnya untuk sektor industrinya seperti 17% tax rebate on export product (China).

• Dengan demikian diharapkan dapat tercipta standing point atau level of playing field yang setara dengan negara-negara lain untuk bersaing di RCEP.

Peningkatan Offer Kemenperin Dalam RCEP:

13

Page 14: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

• TPP Agreement merupakan Perjanjian Perdagangan Bebas yang ambisius, komprehensif dan berstandar tinggi yang disepakati pada 4 Oktober 2015 oleh 12 (dua belas) negara yaitu Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Peru, Chile, Jepang, Vietnam, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Australia dan Selandia Baru.

• TPP Agreement selanjutnya akan ditanda tangani tahun 2016 dan diratifikasi oleh negara anggotanya (proses ratifikasi dinegara anggota diperkirakan akan memelurkan waktu dua tahun sejak perjanjian tersebut ditandatangani).

• Dari 30 isu yang tercakup dalam perjanjian TPP, terdapat beberapa isu yang terkait dengan sektor industri, antara lain: Government Procurement, State Owned Enterprises, Trade in Goods, Services, Investment, SMEs, IPR, Textile and Apparel, ROO, SPS, TBT dan Cooperation .

14

Trans Pacific Partnership (TPP)

Page 15: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

• Perdagangan Barang (Trade in Goods), Tingkat liberalisasi untuk akses pasar barang setiap negara anggota rata-rata mencapai sekitar 98% dari seluruh pos tarif perdagangan.

• Perdagangan Jasa dan Investment. tidak ada diskriminasi terhadap penanam modal atau pemasok jasa asing.

• Government Procurement, kewajiban memberikan kesempatan kepada pemasok-pemasok dari seluruh anggota TPP untuk dapat mengikuti tender-tender yang diadakan oleh negara anggota TPP dengan batasan tiap negara berdasarkan hasil negosiasi.

• State Owned Enterprise (BUMN), pembatasan intervensi pemerintah terhadap BUMN-BUMN yang dimilikinya dengan pengecualian berdasarkan hasil negosiasi.

15

Beberapa Isu TPP Terkait Kementerian Perindustrian

Page 16: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

• Sebagai langkah awal, Kementerian Perindustrian telah mengadakan dua kali workshop pada tahun 2015 untuk memberikan pemahaman mengenai substansi TPP kepada asosiasi industri dan internal Kementerian Perindustrian.

• Sebagai tindak lanjut pada tahun 2016, Kemenperin akan melakukan serangkaian Workshop untuk membahas masing-masing isu TPP (article by article) yang terkait langsung dengan kepentingan Kementerian Perindustrian.

• Kemenperin pada tahun 2016-2017 akan melakukan kajian terkait keuntungan-kerugian (cost-benefit) di sektor industri.

16

Langkah-langkah Kementerian Perindustrian Menyikapi TPP

Page 17: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

17

Tentatif Kerangka Waktu Indonesia Terkait Keikutsertaan Dalam TPP

Tahapan Okt-15 Feb-16 Feb-18 Mei-18 2019 2020 2021 2022 2023 2024

TPP disepakati oleh 12 negara

TPP ditandatangani oleh Kepala

Negara anggota

Batas akhir ratifikasi TPP oleh 12

negara anggota

TPP entry into force

Pengusulan keinginan Indonesia

bergabung TPP

Proses negosiasi dengan seluruh

negara anggota TPP

Proses ratifikasi oleh Indonesia

Indonesia Entry into Force TPP

Catatan: Indonesia memiliki waktu kurang lebih sembilan tahun untuk: 1. Melakukan kajian komprehensif perihal cost-benefit terkait keikutsertaan dalam TPP 2. Mempersiapkan daya saing sektor industri, 3. Kebijakan pendukung, 4. Perubahan Undang-Undang (apabila diperlukan), 5. Menentukan negosiator yang dapat memperjuangkan kepentingan seluruh sektor, dan 6. Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

17

Page 18: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

equilibrium

waktu

exte

rnal

p

ush

Antisipasi (preparedness)

Mitigasi (Mitigation)

Respon, adaptasi (Response)

Pemulihan (Recovery)

Pengamanan Penyelamatan

Inte

rnal

p

ull

KETAHANAN INDUSTRI DALAM GLOBALISASI

equilibrium 1

Pengamanan

Page 19: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

Daya Saing Industri Dalam

Negeri

Tingkatkan Mutu Produk

Tingkatkan Nilai Tambah

Tin

gkat

kan

In

ova

si

Ketersediaan konektivitas & ICT

Ke

tersed

iaan

fasilitasi p

erdagan

gan

Peran Pemerintah, Provinsi dan Kabupaten Kota dalam Mempertahankan dan Meningkatkan Daya Saing

Dalam rangka pencapaian RPJP dan Pembangunan Industri Nasional sesuai dengan UU no.17/2007, peraturan dan Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Provinsi dan Kabupaten/kota semaksimal mungkin mendukung upaya peningkatan daya saing industri dalam negeri.

Page 20: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

Pengamanan dan Penyelamatan Industri Dalam Negeri

• Monitoring peningkatan Impor dan penurunan Ekspor melalui Sistem Peringatan Dini

• Advokasi dan Pendampingan Pengamanan dan Penyelamatan Industri Dalam Negeri

• Harmonisasi Industri Hulu dan Industri Hilir untuk penguatan Rantai Supply

STRATEGI KETAHANAN INDUSTRI

Page 21: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

Globalisasi dan Industri: Rantai Nilai Global (Gereffi, 2005)

upgrading

1. Kompleksitas transaksi 2. Kodefikasi transaksi 3. Kemampuan

supply-base: kapabilitas teknologi & pembelajaran

• Kajian rantai nilai global dapat berguna untuk alat kebijakan yang efektif yang berhubungan dengan upgrading industri, pembangunan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.

Page 22: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan
Page 23: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan
Page 24: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan
Page 25: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

tata kelola Determinants Systems of innovation

Market Kompleksitas rendah

Sistem yang terstruktur dengan baik, lengkap

dan lancar :1-2-3.

4-5 : sistem terfragmentasi lebih buruk. Chain

leader dapat mengkompensasi kelemahan

sistem, tetapi membatasi upgrade

Kemungkinan dinamika

Kodefikasi tinggi Lembaga MSTQ penting

Kompetensi pemasok

tinggi

Organisasi pendidikan dan

pelatihan penting

Modular Kompleksitas tinggi

Kodefikasi tinggi Lembaga MSTQ penting

Kompetensi pemasok

tinggi

Organisasi pendidikan dan

pelatihan penting

Relational Kompleksitas tinggi System lokal & pengetahuan

tambahan penting

Kodefikasi rendah Lembaga MSTQ kurang penting

Kompetensi pemasok

tinggi

Organisasi pendidikan dan

pelatihan penting

Captive Kompleksitas tinggi

5 & 4 ke 2: peningkatanMSTQ

5 & 4 ke 3: perbaikan sistem lokal

5 & 4 ke 2 & 3:sistem inovasi mendukung

perkembangan pemasok dan kompetensi

rantai nilai global

Kodefikasi tinggi Lembaga MSTQ penting

Kompetensi pemasok

rendah

Hierarchy Kompleksitas tinggi Organisasi R&D local dapat

mengambil manfaat dari interaksi

Kodefikasi rendah

Kompetensi pemasok

rendah

GVCdiharapkan dapat

meningkatkanketerampilan teknis

Bagaimana Kebijakan Mendukung Upgrading dalam GVC: Interaksi Bisnis dan Sistem Inovasi

Page 26: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

Planning & Strategy

•GPN: Sectors Selections

•GPN Analysis and Business Case Development

Capacity Building for Industries

•Program Implementation

Monitoring & Evaluation

•Monitoring and

•Evaluation

Global Production Network: Sectors

Selections

GPN Analysis and Business

Case Development

Implementation

Monitoring and

Evaluation

Goals: Strengthening the competitive capacity of Indonesian producers/manufactures in international market/GPN

Strategy:

Activities:

GPN: Goals, Strategy & Activities

Page 27: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

GPN : Sectors

Selections

GPN : Analysis and

Business Case

Development

Profiling and Action Plan

Business Development & Export Capacity Building

Market Entry

Selling Mission

Buying Mission

Trade Fairs held by Partners

Coaching/ Visits by Expert

Export Marketing Workshop

Study Tours

Market Access Requirements

Certification

Workshops, etc

Profiling/ Business

Audit

Socializations

Planning & Strategy

•GPN: Sectors Selections

•GPN Analysis and Business Case Development

Capacity Building for Industries

•Program Implementation

Monitoring & Evaluation

•Monitoring and

•Evaluation

Monitoring and Evaluati

on

Recommendat

ions

GPN: Goals, Strategy & Activities

Trade/ Industrial Policies

•CEPA, Preferential Tariff, etc

•Regulations

inp

uts

Identifying the most

promising value chains

Understanding constraints,

identifying solutions, developing

vision

Page 28: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

28

MoI - CBI

MoI – SIPPO

Kerjasama antara Kemenperin dengan CBI – MOFA Belanda, 2013 – 2016 - Export Coaching Program - 2 Sectors (Food Ingredients & Engineering) - 12 industries joining the Engineering ECP - 14 industries joining the FI ECP

Kerjasama CEPA menjadi peluang untuk membuka akses industri thd RSG di negara tsb (EU dan EFTA)

Upaya Kemenperin menjawab tantangan

*International Trade Centre (ITC); Belgian Development Agency (BTC); Chamber Trade Sweden; Virke, the Enterprise Federation of

Norway; Import Promotion Desk (IPD), German; Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), German Finnpartnership; Switzerland Global Enterprise, S-GE; CBI MoFA Netherlands.;Canadian International Development Agency (CIDA)

*

KERJASAMA DJ KPAII - CBI

Page 29: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

BINAAN KPAII dalam GPN

Pasar Asia

Pacific Siemens

Wohlrub Germany

Toolcraft PT. YPTI

Coating & Assembling

of Hearing Aid

Company

Langenzenn, Germany

& Batam Area

Assembling

High Precision Part,

Mold & Dies Company

Spalt, Germany

Tool Design

High Precision Part, Mold &

Dies Company

Yogyakarta, Indonesia

Mold making

• Dalam rangka mengisi pasar ASIA PACIFIC untuk Siemens Hearing Aid, PT.

YPTI Yogyakarta ikut berperan dalam membuat cetakan/ mold presisi bagi

bagian utama dari hearing aid.

• YPTI menjadi Tier ke 3 dari Siemens.

Page 30: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

Industri Pangan

Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan

Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka

Industri Alat Transportasi

Industri Elektronika dan Telematika (ICT)

Industri Pembangkit Energi

Industri Barang Modal, Komponen,

Bahan Penolong dan Jasa Industri

Industri Hulu Agro

Industri Logam Dasar dan Bahan

Galian Bukan Logam

Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan

Batubara

Industri Prioritas 2015 - 2035

Program 5 Tahun Kedepan Untuk Sektor Industri Andalan

Page 31: Peningkatan Pemanfaatan Jaringan Produksi Global dan

THANKS

31