metoda penambangan

46
METODA PENAMBANGAN Kegiatan penambangan adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil endapan bahan galian dari dalam dan luar permukaan bumi berupa batuan atau material yang berharga, kemudian dapat dimanfaatkan secara ekonomis. Adapun kegiatan penambangan yang dilakukan meliputi beberapa tahap, yaitu : - Kegiatan pembongkaran - Kegiatan pemuatan. - Kegiatan pengangkutan dan proses pengolahan batuan. 1. KEGIATAN PEMBONGKARAN Secara umum kegiatan pembongkaran adalah suatu proses pemisahan material batuan dari batuan induknya dengan cara peledakan, agar kemudian dapat dimanfaatkan untuk keperluan bahan baku industry dan dapat bernilai ekonomis. Dalam suatu proses penambangan bahan galian, kegiatan pembongkaran batuan termasuk kedalam salah satu unsur penting, dimana kegiatan ini merupakan bagian dari proses untuk pengadaan bahan baku untuk diolah. 1.1. KEGIATAN PEMBORAN Adapun kondisi batuan yang akan digali atau dimanfaatkan bermaca-macam karakteristik, tekstur, struktur dan kekerasannya,

Upload: iam-annaz

Post on 13-Aug-2015

251 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

METODA PENAMBANGANKegiatan penambangan adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil endapan bahan galian dari dalam dan luar permukaan bumi berupa batuan atau material yang berharga, kemudian dapat dimanfaatkan secara ekonomis.

Adapun kegiatan penambangan yang dilakukan meliputi beberapa tahap, yaitu : Kegiatan pembongkaran Kegiatan pemuatan. Kegiatan pengangkutan dan proses pengolahan batuan.

1. KEGIATAN PEMBONGKARAN Secara umum kegiatan pembongkaran adalah suatu proses pemisahan material batuan dari batuan induknya dengan cara peledakan, agar kemudian dapat dimanfaatkan untuk keperluan bahan baku industry dan dapat bernilai ekonomis. Dalam suatu proses penambangan bahan galian, kegiatan pembongkaran batuan termasuk kedalam salah satu unsur penting, dimana kegiatan ini merupakan bagian dari proses untuk pengadaan bahan baku untuk diolah.

1.1. KEGIATAN PEMBORAN Adapun kondisi batuan yang akan digali atau dimanfaatkan bermaca-macam karakteristik, tekstur, struktur dan kekerasannya, maka dalam usaha-usaha tersebut perlu diterapkan suatu metode yang tepat. Misalnya terhadap batuan yang keras (andesit), maka proses pemanfaatannya dapat dilakukan dengan metode peledakan. Tetapi sebelum pelaksanaan keputusan pekerjaan peledakan, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu adanya fakto-faktor pemilihan bahan peledak dan factor-faktor teknis yang mempengaruhi hasil dari suatu proses tersebut, sehingga ketetapan pekerjaan dapat tercapai. Metode pemboran yang utama dipergunakan dalam tambang terbuka atau quarry adalah pemboran pertikal atau miring. Dalam pekerjaan tambang, pemboran ini dilakukan untuk media bahan peledak. Sehingga dapat difungsikan sebagaimana

mestinya dan juga pemboran ini sangat berpengaruh terhadap bentuk permukaan tambang khususnya bentuk bench yang diledakkan. Oleh karena itu, agar hasil dari suatu proses peledakan baik itu dilihat dari fragmentasi batuan dan kondisi dari tambang yang terbentuk terkoordinasi dengan baik, maka pola pemboran yang baik, aman dan efisien adalah Staggered Dill Pattern dan pola peledakan yang digunakan adalah Staggered V Cut.

Gambar 1.1 Pola pemboran Staggered Drill Patern (Efficient Blasting Technique, 1995 (*8)

Sedangkan dalam pemilihan alat bor untuk tambang terbuka dan quarry yang memakai metoda peledakan jenjang, ada beberapa factor yang harus diperhatikan, antara lain : ukuran dan kedalaman lubang ledak, jenis batuan, kondisi lapangan dan lain sebagainya. a. Jenis Batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor, percussive atau rotary-rushing, dipakai untuk batuan yang keras, rotary-cutting dipakai untuk batuan sedimen. b. Tinggi Jenjang, parameter yang dihubungkan dengan ukuran lainnya. Tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau ditentukan setelah mempertimbangkan aspek lainnya. Dalam tambang terbuka dan quarry diusahakan tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu, dengan beracuan pada peralatan bor yang tersedia. Tinggi jenjang jarang melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan lain. c. Diameter Lubang Ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter lubang ledak adalah besarnya target produksi. Diameter yang lebih besar akan memberikan laju produksi yang tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan ukuran diameter lubang ledak adalah fragmentasi batuan yang dikehendaki dan batasan getaran yang diijinkan. d. Kondisi Lapangan, kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan peralatan. e. Fragmentasi, adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan setelah peledakan dan pada umumnya fagmentasi dipengaruhi oleh proses selanjutnya.

Kecepatan pemboran dipengaruhi oleh kekerasan batuan, diameter mata bor dan masalah-masalah yang dihadapi saat proses pemboran dilakukan. Berdasarkan data dan perhitungan diketahui cycle time rata-rata pemboran, maka didapat persamaan sebagai berikut :

Vdr

=

H/CTp

Dimana :

=

60 menit/CTp = lubang bor/jam

Dimana :

H CTp Vdr

: Kedalaman lubang bor rata-rata (meter/lubang) : Waktu daur pemboran rata-rata (menit/lubang) : Kecepatan pemboran kotor (meter/menit)

1.2. KEGIATAN PELEDAKAN

Tujuan dari peledakan adalah untuk mempersiapkan material atau broken rock sebagai umpan pabrik pengolah, untuk diolah sesuai dengan kebutuhan serta tanpa mengabaikan aspek keselamatan kerja.

Pengenalan Bahan Peledak

Definisi Bahan Peledak

Bahan peledak (explosive) adalah zat kimia yang berwujud padat, cair atau campuran padat dan cair yang apabila terkena sesuatu aksi yang berupa panas/benturan/hentakan atau gesekan yang berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang lebih stabil yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas dimana perubahan tersebut berlangsung dengan cepat dan disertai efek panas dan tekanan yang tinggi. Bahan peledak yang diperdagangkan pada umumnya merupakan campuran dari persenyawaan-persenyawaan yang mengandung empat elemen dasar, yaitu : Carbon, Hidrogen, Nitrogen, dan Oksigen, tetapi kadang-kadang persenyawaan-persenyawaan lain yang mengandung elemen-elemen tertentu seperti Sodium, Aluminium, Calsium dan lain-lain, dengan maksud untuk menghasilkan pengaruh-pengaruh tertentu dari bahan peledak yang dibentuknya. Menurut fungsinya bahan-bahan pembentuk ramuan bahan peledak dapat dibedakan menjadi :

1. Zat kimia yang mudah bereaksi, yang berfungsi sebagai explosive base,

Contoh : -Nitrogen : NG = C3H5 (NO3)3.

-TNT (tri nitro toluene).

-DNT

-Fulminate (campuran HNO3 + alcohol + logam-logam).

-Dan lain-lain.

2. Zat oksidator yang berfungsi sebagai pemberi oksigen, contoh :

-NH4NO3

-KClO3

-NaClO3

-NaNO3.

3. Zat tambahan yang berfungsi sebagai absorben, Contoh :

-Serbuk kayu

-Kanji

-Serbuk Belerang

-Dan lain-lain.

Bahan peledak yang diperdagangkan kurang lebih adalah oksigen balance artinya jumlah oksigen yang terdapat dlam campuran bahan peledak apabila bereaksi hanya cukup untuk membentuk : uap air, karbon dioksida dan nitrogen terlepas sebagai gas nitrogen bebas. Kekurangan atau kelebihan oksigen dalam campuran bahan peledak akan menghasilkan gas-gas : Karbon monoksida atau nitro oksida, contoh : Oksigen Balance 3NH4NO3 + CH2 7H2O + CO2 + 3N2

Kelebihan Oksigen 5NH4NO3 + CH 11H2O + CO2 + 4N2 + 2NO

Kekurangan Oksigen 2NH4NO3 + CH2 5H2O + 2N2 + CO

Uap air (H2O), CO2 dan N2 di sebut (smoke) dan CO, NO dan NO2 (fumes).

Sifat Umum Bahan Peledak Pemilihan jenis bahan peledak untuk suatu operasi peledakan tertentu memerlukan pengkajian teliti terutama mengenai sifat-sifat penting daripada bahan peledak yaitu :

a. Strength, adalah kekuatan bahan peledak untuk meledakkan suatu batuan atau obyek yang dinyatakan dalam prosentase berat nitrogliserin yang terdapat dalam suatu bahan peledak straight Dinamit

b. Sensitivity, adalah ukuran atau tingkat kemudahan suatu bahan peledak untuk meneruskan reaksi peledakan sehingga dapat mengakibatkan bahan peledak itu meledak, Sensitivity suatu bahan peledak sangat berpengaruh terhadap pukulan, gesekan, panas, medan listrik, nyala dan getaran.

c. Density, adalah bahan peledak satuan volume tertentu, untuk menunjukkan density bahan peledak biasanya kita temui istilah catridge count atau stik count yang artinya menunjukkan jumlah catridge bahan peledak tersebut ukuran 1 X 8 yang terdapat dalam peti dengan berat bersih 50 lb. Dengan demikian makin tinggi catridge makin rendah density bahan peledak.

d. Detonation Velocity, adalah kecepatan rambat gelombang ledakan melalui kolom bahan peledak, makin tinggi kecepatan rambat gelombang ledakan suatu bahan peledak makin kuat bahan peledak tersebut.

e. Stabilitas, adalah kestabilan senyawa kimia bahan peledak untuk tidak mudah bereaksi dan berdekomposisi terhadap pengaruh luar seperti panas, dingin dan lain sebagainya. Makin stabil peledak tersebut makin mudah penanganan serta penyimpanan bahan peledak tersebut dan makin aman.

f. Water Resistance, adalah ketahanan bahan peledak terhadap air atau uap air baik dalam penyimpanan maupun penggunaannya, ketahanan terhadap air ini dipengaruhi oleh sifat kimia bahan peledak itu sendiri.

g. Fumes Characteristic, adalah suatu bahan peledak menunjukkan jumlah gas-gas beracun seperti CO, NOx yang terjadi setelah bahan peledak tersebut diledakkan. Selain fumes atau gas beracun, peledakan juga menghasilkan gas-gas yang tidak beracun yang disebut smoke misalnya H2O, CO2,

h. Permisibilitas, adalah merupakan syarat yang sangat penting bagi bahan peledak yang dipakai untuk penambangan batubara, dimana ledakannya tidak akan menyebabkan kebakaran atau ledakan tambang tersebut, karena biasanya terdapat gas methan dan debu batubara.

i. Hygros Copicity, adalah sifat bahan peledak yang mudah bereaksi/berpengaruh terhadap lingkungan luar khususnya terhadap kelembaban udara (uap air).

Klasifikasi Bahan Peledak Pada umumnya bahan peledak diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu : Bahan Peledak Kuat (High Explosive) contohnya ANFO Bahan Peledak Lemah (Low Explosive).

TABEL DASAR PENGGOLONGAN BAHAN PELEDAK

Dasar Penggolongan Efek Peledakan

Low Explosive Heaving Effect (mendorong/mengangkut)

High Explosive Shattering Effect (menghancurkan)

Cara Peledakan Proses Peledakan Kecepatan Rambat Gelombang Rumus Kimia

Pembakaran (Api) Deflagrasi < 1500 m/det

Peledakan (Detonator) Detonasi >1500 m/det

An Organik (black powder NaNO3 + Charcoal + S)

Organik (NG, TNT, dan lain-lain)

- Deflagrasi : Proses pembakaran yang cepat.

-

Detonasi

: Proses pengembangbiakan (propagasi gelombang getaran melalui

bahan peledak yang diikuti dengan reaksi kimia yang menyediakan energy untuk kelanjutan proses pengembangbiakan tersebut secara stabil).

High Explosive contoh ANFO ANFO adalah jenis blasting agent yang merupakan campuran dari bahan-bahan bukan bahan peledak (Amonium Nitrat + Fuel Oil).

Sifat Umum ANFO a. Tidak termasuk Cap sensitive. b. Tidak tahan terhadap air. c. Density 0,7-0,9 dan Weight Strength 60 % d. Kecepatan Detonasi 3.000-4.500 m/det. e. Tidak tahan panas yang tinggi dan api. f. Peka terhadap listrik g. Penanganan dan pengangkutannya mudah dan aman. h. Harga relatif murah.

Perbandingan Campuran ANFO Untuk mendapatkan energi maksimum dan tidak terjadi gas-gas beracun maka campuran bahan peledak harus oksigen balance, maka untuk memperoleh campuran yang oksigen balance maka perbandingan antara AN dengan FO, adalah : AN : FO = 94,5 : 5,5. Campuran ini adalah model standard (% berat). (Moelhim, 1990 : 25)

Gas-gas Beracun Timbulnya gas-gas Beracun disebabkan oleh : Perbandingan yang tidak tepat Penyimpanan terlalu lama. Campuran tidak merata

Maka untuk menghindari timbulnya gas-gas beracun tersebut : Perbandingan harus tepat. Campuran merata. Menggunakan persediaan lama terlebih dahulu.

PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN

Pembongkaran material (loosening) merupakan tahap pengarjaan dari kegiatan penambangan yang bertujuan untuk melepaskan material dari betuan induknya. Pembongkaran material dapat dilakukan dengan cara mekanis dengan alat gali mekanis maupun dengan pemboran dan peledakan untuk batuan keras (massive).

1. Pemboran Pemboran dalam hal ini bertujuan untuk memperoleh lubang ledak agar peledakan dapat dilakukan. Peralatan pemboran yang digunakan saat ini adalah satu buah Crawlair Rock Drill (CRD) merek Furukawa tipe PCR-200 sebanyak satu unit. Crawlair Rock Drill (CRD) tersebut digerakkan oleh kompresor merek Atlas Copco tipe XA 350 CC.

1.1 Arah Pemboran

Arah lubang ledak yang diterapkan saat ini adalah lubang bor vertikal, dengan arah kemiringan 80o sehingga didapatkan lubang ledak dengan pemboran miring.

1.2 Pola Pemboran Pola pemboran yang dilakukan di CV. Gunung Batujajar adalah pola lubang ledak selang seling atau staggeret drill pattern. Tujuan dilakukannya pemboran seperti ini agar saat peledakan berlangsung akan memberikan distribusi energi bahan peledak terhadap batuan yang diledakkan. Sehingga pola pemboran ini akan menunjang terhadap pola peledakan yang diterapkan.

1.3 Kecepatan Pemboran Kecepatan suatu pemboran di lokasi penambangan batu andesit banyak dipengaruhi oleh kekerasan batuan, diameter mata bor dan masalah-masalah yang dihadapi saat proses pemboran dilakukan. Berdasarkan data dan perhitungan, diketahui daur (cycle time) rata-rata pemboran dilapangan adalah 54,3 menit/lubang Dari data di atas, maka dapat ditentukan Vdr dan Vt dengan persamaan-persamaan sebagai berikut :

Vdr

=

H/CTp

= 8,9 meter/54,3 menit

= 0,16 meter/menit

Atau

= 60 menit/jam / 54,3 menit = 1,1 lubang bor/jam Dimana :

H

: Kedalaman lubang bor rata-rata

= 8,9 meter

CTp

: Waktu daur pemboran rata-rata

= 54,3 menit

Vdr

: Kecepatan pemboran

= 0.16 meter/menit

1.4 Efisiensi Waktu Kerja

Adapun tahap-tahap untuk menghitung efisiensi kerja alat pemboran adalah mengetahiu waktu kerja yang tersedia dan waktu kerja produktif berdasarkan waktu kerja yang ditetapkan CV. Gunung Batujajar dalam satu hari kerja. Dari tabel jadwal kerja tersebut diketahui waktu kerja tersedia per hari yang dikurangi waktu istirahat adalah 540 menit. Sedangkan waktu kerja produktif per hari adalah 465 menit atau 7,75 jam/hari. Kenyataan dilapangan waktu kerja produktif tidak sebesar 465 menit, karena adanya kelambatan-kelambatan yang ditemui selama jam kerja. Hambatan yang terjadi selama jam kerja produktif dibagi dalam dua kelompok, yaitu hambatan kerja yang tidak dapat dihindari hambatan kerja yang masih dapat dihindari.

Jadwal Waktu Kerja

No.

Jenis Kegiatan

Waktu (WIB) 07.00 07.00-07.15 07.15-12.00 12.00-13.00 13.00-16.00 16.00-16.45 16.45-17.00

Jumlah (Menit)

1 2 3 4 5 6 7

Masuk Kerja Berangkat ke Lokasi dan Persiapan Kerja Kerja Produktif I Istirahat Kerja Produktif II Menyimpan Alat Bor Persiapan Akhir Kerja

15 285 60 180 45 15

Hambatan Waktu Kerja Produktif Yang Tidak Dapat Dihindari

No.

Macam Kelambatan

Kelambatan (menit)

1 2

Pemanasan, Pemeriksaan Alat Bor, Kompresor Pengisian Bahan Bakar Kompresor

15 10

3 4

Keperluan Operator Saat Pindah Kerja Jumlah

10 20 55

Hambatan Waktu Kerja Produktif Rata-rata yang Dapat Dihindari

No.

Macam Kelambatan

Kelambatan (Menit)

1 2 3 4 5

Terlambat Kerja Produksi Terlambat setelah istirahat Kegiatan Lain-lain (menunggu alat) Istirahat Terlalu Awal Menempatkan Alat Bor pada Lokasi yang Aman Sebelum Peledakan Jumlah

4,47 8,78 15,94 14,83 16,61

60,63

Berarti jumlah waktu produksi yang hilang dalam operasi pemboran dikarenakan adanya kelambatan-kelambatan, dihitung dengan penjumlahan kelambatan waktu yang dapat dihindari dan yang tidak dapat dihindari adalah : (55+60) menit = 115,63 menit. Jika diketahui jumlah waktu kerja produktif dalam satu hari kerja sesuai dengan jadwal adalah 465 menit, sehingga diperhitungkan waktu kerja efektif rata-rata alat bor saat ini (We) = (465115,63) menit = 349,37 menit. Berarti kerja alat bor yang digunakan di CV. Gunung Batujajar diperhitungkan menjadi :

Efisiensi Kerja

= (waktu kerja efektif / waktu kerja produktif) X 100%

= 349,37 menit/hari / 465 menit/hari

= 75,13%

Waktu kerja efektif untuk melakukan pemboran = = efisiensi kerja x waktu kerja produktif

= 75,13% x 465 menit = 349 menit/hari 5,82 jam/hari

Maka jumlah lubang bor yang dihasilkan dalam satu hari oleh satu alat bor (CRD) dengan waktu kerja efektif 5,82 jam/hari adalah : = 1,1 lubang bor/jam x 5,82 jam/hari = 6,40 lubang bor/hari 6 lubang bor/hari

aan dilapangan adalah 5 lubang bor/hari.

2. Peledakan 2.1 Prosedur Peledakan Prosedur peledakan yang telah dilakukan di CV. Gunung Batujajar adalah sebagai berikut : A. Tahap Parsiapan Sebelum Peledakan Persiapan sebelum peledakan di CV. Gunung Batujajar dilakukan dengan cara mempersiapkan dahulu semua bahan dan peralatan yang diperlukan, yang akan dipakai dalam proses peledakan. Kemudian bahan peledak tersebut dibawa ke lokasi peledakan yang telah di amankan sebelumnya.

B. Tahap Pembuatan Primer

Primer yang dipakai di CV. Gunung Batujajar terdiri dari power gel jenis powergel magnum 3151 dengan berat 154 gr/batang dan detonator listrik jenis millisecond delay. Pembuatan primer dilakukan langsung di lokasi yang akan diledakkan oleh juru ledak. Adapun tahap kegiatannya adalah : mula-mula power gel dilubangi dengan kayu atau pensil, tapi kadang-kadang dengan menggunakan jari (kebiasaan di lapangan agar lebih praktis). Kemudian detonator dimasukkan dengan cara dittekan kuat kedalam power gel yang telah dilubangi tadi, agar tidak mudah lepas kabel detonator dililitkan pada power gel.

C. Tahap Pengisian Bahan Peledak Sebelum primer dimasukkan lubang ledak diperiksa terlebih dahulu apakah mengandung air atau tidak, selain itu juga dilakukan pemeriksaan kedalam lubang ledak karena kedalaman llubang ledak dapat berubah akibat runtuhan batuan. Apabila lubang ledak tersebut mengandung air maka harus dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan kayu yang ujungnya dibalut dengan kain. Kemudian primer dimasukkan kedalam lubang ledak dengan hati-hati agar detonator tidak lepas dari power gel. Setelah primer berada di dalam lubang ledak, ANFO dituangkan perlahan-lahan.

D. Tahap Penentuan Lubang Ledak (Stemming) Di lapangan tahap ini dilakukan dengan menggunakan material yang ada di lokasi (tanah atau material hancuran hasil pemboran). Pambuatan stemming dilakukan setelah pemadatan isian bahan peledak.

E. Tahap Penyambungan Rangkaian Penyambungan rangkaian yang dilakukan adalah secara seri. Di lapangan sambungan leg wire (kabel detonator) pada tiap detonator hanya berukuran sama dangan kedalaman lubang ledak, maka diperlukan kabel pembantu (connecting wire) untuk menghubungkan tiap-tiap leg wire sebelum disambung dengan kabel utama (leg wire). Setelah itu dilakukan pengetesan tahanan terhadap rangkaian dengan menggunakan om meter, lalu rangkaian tersebut disambungkan ke exploder (blasting machine)

F. Tahap Persiapan Sebelum Pelaksanaan Peledakan (Mencari Tempat Berlindung)

Tahap [ersiapan sebelum peledakan dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada pemegang blasting machine (juru ledak) khususnya dan orang sekitar area yan akan diledakkan. Untuk tambang terbuka dalam menentukan tempat berlindung harus dipertimbangkan arah dan jarak pelemparan dari batuan hasil peledakan tersebut. Jika sudah diketahui arah dan jarak pelemparannya, maka harus diambil arah yang berlawanan dari arah pelemparan tersebut. G. Tahap Peringatan Sebelum Peledakan Sebelum pelaksanaa peledakan perlu diberi aba-aba kepada orang-orang yang berada di sekitar lokasi yang akan diledakkan agar segera berlindung, begitu pula dengan peralatan yang ada di sekitar lokasi peledakan di amankan. Aba-aba yang dimaksud berupa teriakan atau memakai alat seperti sirine atau peluit. Adapun tenggang waktu antara aba-aba pertama dengan peledakan haruslah cukup untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk berlindung dan mengamankan peralatan yang ada disekitar lokasi peledakan.

H. Tahap Peledakan Setelah semua persiapan peledakan dikerjakan, mulai dari pembuatan primer, pengisian bahan peledak, sampai penutupan kolom isian bahan peledak dan penyambungan rangkaian maka peledakan dapat dilakukan.

I. Pemeriksaan Setelah Peledakan Pemeriksaan setelah peledakan dilakukan setelah 15 menit atau setelah asap dari hasil peledakan hilang. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh juru ledak dengan tujuan untuk mengetahui apakah dijumpai peledakan yang gagal (misfire), jika semua telah meledak dengan baik dan kawasan peledakan aman dari runtuhan batuan, maka akan diberi aba-aba lagi bahwa peledakan telah berakhir dan operasi penambangan dapat dilanjutkan kembali.

2.2 Volume Peledakan Volume peledakan batu andesit keseluruhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : V = B1 x S x n x H x Sin

Dimana :

V = Volume batuan yang diledakkan, (m3) B1 = Burden semu (m) ; S = Spacing (m) L = Tinggi Jenjang (m) atau (H-J) x Sin N = Jumlah Lubang Ledak ; = Kemiringan Lubang Ledak.

2.3 Pemakaian Bahan Peledak Bahan peledak yang dipakai perusahaan saat ini adalah ANFO dari PT. Dahana, Tasikmalaya. Dengan perbandingan 94,5% berat AN (Amonium Nitrat) berbentuk butiran dan 5,5% FO (Foil Oil). Sebagai primer digunakan powergel magnum 3151 dengan kekuatan 80% berbentuk dodol dengan ukuran berat 1 batang adalah 0,154 kg. Pemakaian bahan peledak untuk setiap kali peedakan adalah tidak sama, tergantung dari jumlah lubang ledak yang diledakkan.

2.4 Pola Penyalaan Pola penyalaan yang diterapkan dilapangan CV. Gunung Batujajar saat ini adalah peledakan secara 5 atau 6 lubang ledak dalam satu row hingga lubang tembak yang diinginkan. Hal ini sangat berpengaruh sekali dengan keadaan lingkungan, dimana lokasi peledakan tidak berapa jauh dari pemukiman penduduk dan diakibatkan getaran terlalu tinggi apabila peledakan 7 lubang ledak keatas sekaligus. Dimana rumah penduduk berada di antara radius 350 meter.

2.5 Letak Primer Primer adalah suatu bahan peledak yang menerima penyalaan dari detonator atau sumbu ledak. Hasil peledakan ini selanjutnya disalurkan kebahan peledak. Dalam peledakan yang diterapkan di lapangan, primer ditempatkan pada bagian bawah ( bottom primming). Primer harus ditempatkan pada titik yang paling terkurung dan ditempatkan pada lapisan batuad yang lebih keras. Letak primer ini akan menentukan bagian jenjang yang akan ditekan dan dipindahkan. Dimana primer ini berfungsi untuk menerima penggalak dari detonator.

Pembongkaran dan Pemuatan Hasil Peledakan Hasil dari peledakan berupa bongkahan-bongkahan yang masih bertumpuk di tempat atau lokasi peledakan akan dibongkar/gali oleh Backhoe dan selanjutnya akan di muatkan ke alat angkut. Untuk memenuhi target produksi, pekerjaan pemuatan batu andesit di lokasi penambangan untuk di angkut ketempat penyimpanan sementara (Stock Yard) digunakan Hydrolic Excavator atau (Backhoe) CAT 322.

Pengangkutan Material Hasil Peledakan Pada proses pengangkutan hasil peledakan dari lokasi penambangan sampai ke Crushing Plant digunakan alat angkut berupa Dump Truck dengan kapasitas 18.000 Kg/unit (10,7 M3). Sistem pengangkutan akan menggunakan sistem pulang pergi melalui satu jalan, setelah penumpahan muatan ditempat pengolahan alat angkut akan kembali pada jalan yang sama.

POTENSI BATU ANDESITSenin, 15 Juni 2009

PELUANG INVESTASI BATU ANDESIT

Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang arsitektur dan kecenderungan dan kecenderungan perubahan pola hidup masyarakat modern ke pola hidup kembali ke alam (back to nature), batu alam banyak membawa pengaruh terhadap design arsitektur, oleh sebab itu batu andesit banyak digunakan sebagai elemen sebuah bangunan Maksud dan Tujuan

1. Untuk menggairahkan iklim investasi dalam pemanfaatan bahan galian

2. Sebagai penyediaan dukungan pengembangan dan pemanfaatan bahan galian untuk kepentingan publikasi, promosi, pengaturan, pengawasan, serta pengendalian dan pengelolaan lingkungan dalam rangka menggairahkan iklim investasi dalam pemanfaatan bahan galian.

Perijinan dan Retribusi :

1. Perijinan : Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 6 Tahun 2002 tentang Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.

2. Retribusi : Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 7 Tahun 2002 tentang Retribusi Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.

Kebutuhan Andesit di DIY :

1. Kebutuhan Andesit untuk Pengerjaan Proyek Dinas Pekerjaan Umum Total2.123.573 m/tahun (Dinas PU Propinsi)

2. Kebutuhan Andesit untuk Perumahan 133.000 m3/tahun (Bank Indonesia)

3. Pembangunan rumah akibat gempa 27 Mei 2006 sebesar 2.876.615 m.

4. Sementara itu di Dusun Tanggulangin terdapat andesit sebanyak 1.194.690,44 m, dan di Gunung Kukusan sebanyak 124.723.375,3 m3.

Kualitas Andesit Gunung Kukusan :

1. Penyerapan air maks 3,87 %

2. Kuat tekan 1061,51 Kg/Cm 2

3. Ketahanan geser LA maks 20,50 %

Potensi Andesit Gunung Kukusan

1. Penambangan dapat dilakukan secara tambang terbuka (kuari), menggunakan peralatan mekanis.

2. Luas SIPD 68 ha, luas daerah yang ditambang 24,84 ha, umur tambang 54 tahun.

3. Penambangan dimulai dari elevasi 534 dpl, arah penambangan dari barat laut menuju tenggara.

4. Pembongkaran secara pemboran dan peledakan.

5. Pabrik peremuk batu berada di dekat tambang, produk akhir berupa batu pecah (agregat) yang berukuran -60+30mm, -30+20mm dan -20mm.

Persiapan penambangan:

Pembersihan lahan

Pengupasan tanah penutup

Pembuatan jalan tambang

Pembuatan jenjang penambangan

Pembuatan pabrik peremuk batu

Penambangan

Pemboran : Alat bor Crawler Rock Drill (CRD) Furukawa PCR 200. Panjang batang bor 9 m, mata bor Button bit dengan diameter 3 inchi. Pola pemboran : selang-seling Arah pemboran : tegak / vertikal Geometri peledakan : 1. Burden (B) = 1,7 m 2. Spasi (S) = 1,9 m 3. Stemming (T) = 1,2 m

4. Subdrilling (J) = 0,5 m 5. Kedalaman Lubang Tembak (H) = 6,5 m 6. Panjang kolom isian (Pc) = 5,3 m 7. Loading Density (de) = 4,1 kg / m

Bahan Peledak : 1. Bahan peledak utama : ANFO. 2. Bahan penguat ledak (booster) : Dayagell Magnum. 3. Jenis detonator : detonator listrik. 4. Jumlah handak : 21,9 kg/lubang. 5. Powder factor (Pf) 0,37 0,41 kg/ ton.

Geometri jenjang 1. Tinggi jenjang : 6 m 2. Lebar jenjang : 42,38 m 3. Panjang jenjang : 47,39 m 4. Kemiringan jenjang : 80 o

Jalan angkut : 1. Panjang : 2.430,81 m. 2. Lebar : lurus 10 m, tikungan 14 m 3. Kemiringan maks : 8 %.

Peralatan penambangan : CRD Furukawa PCR 200 : 1 unit Track Loader D75S-5 : 3 unit Dump truck Nissan Diesel CWM 432 MHRA : 14 unit.

Pengolahan : Ukuran umpan : 800 mm ukuran produk : -60 + 30mm, -30 +20mm dan -20mm. Peralatan : crusher, vibrating screen, belt conveyor.

Analisis Ekonomi

1. Aspek Teknis : a. Sasaran produksi tambang 840.000 ton/tahun. b. Pengupasan lapisan penutup menggunakan 1 unit Bulldozer D85E-21. c. Pemboran menggunakan 1 unit CRD Furukawa PCR 200.

d. Bahan peledak yang akan dipakai adalah ANFO, booster Dayagell Magnum, perlengkapan pendukung seperti delay detonator dan kabel penghubung. e. Alat muat 3 unit track loader D75S-5, alat angkut 14 unit dump truck Nissan Diesel CWM432 MHRA. f. Pabrik pengolahan menggunakan 1 unit jaw crusher dan 1 unit cone crusher. Alat angkut di pabrik 8 unit belt conveyor, dan 2 unit double deck vibrating screen . Alat muat produk 3 unit Wheel Loader WA384, Umur alat rata-rata 5 tahun. g. Kebutuhan tenaga kerja adalah 98 orang.

2. Pendekatan ekonomi : a. Nilai inflasi yang digunakan sebesar 7%. Tingkat eskalasi diasumsikan 8% untuk biaya dan 3% untuk pendapatan.

b. Alternatif struktur modal 100%, 70%, dan 60% modal sendiri, bunga pinjaman 23% (landing rate). c. Tingkat bunga minimum untuk 100% modal sendiri adalah 15.5%. Untuk struktur modal 30% pinjaman = 17.75%; Untuk struktur modal 40% pinjaman = 18.5% Modal tetap : a. Biaya Pembelian Peralatan operasi dan K3 = Rp.20.942.280.000,b. Biaya persiapan penambangan = Rp 3.190.472.000 ,c. Biaya Pembuatan Bangunan, Inventaris kantor, dan Jaringan Instalasi =Rp 4.072.260.000,-. d. Investasi Total = Rp. 29.509.430.000,e. Modal kerja = Rp. 1.578.020.000,f. Jaminan reklamasi = Rp. 215.000.000,g. Studi AMDAL = Rp. 150.000.000,Pendapatan a. Produksi 525.000 m3/tahun b. Harga ukuran -50 +30 mm = Rp. 55.000,c. Harga ukuran -30 +20 mm = Rp. 70.000,d. Harga Ukuran -20 mm = Rp. 60.000,Pendapatan = Rp. 33.157.960.000,-/tahun.

Pengeluaran a. Biaya operasi tetap = Rp. 2.736.730.000,b. Biaya operasi tidak tetap = Rp. 7.240.270.000,c. Depresiasi = Rp. 4.401.490.000,d. Amortisasi = Rp. 3.231.250,-

e. Pajak Bumi & Bangunan = Rp. 9.130.600,f. Pajak Penghasilan = Rp. 4.724.627.000,g. Pajak Bahan Galian = Rp. 1.575.000.000,Analisis kepekaan terhadap biaya operasi 100% modal sendiri

Biaya Operasi Naik 24 % DCFROR 41.20% NPV 20.717.425.000 PBP (tahun)) 2.02 Biaya Operasi Naik 16 % DCFROR 43.64% NPV 22.856.997.000 PBP (tahun) 1.94 Biaya Operasi Naik 8 % DCFROR 46.06% NPV 24.996.569.000 PBP (tahun) 1.87 Biaya Operasi Tetap 0 % DCFROR 48.44% NPV 27.136.141.000 PBP (tahun) 1.81 Biaya Operasi Turun (-8 %) DCFROR 50.79% NPV 29.275.713.000 PBP (tahun) 1.75 Biaya Operasi Turun (-16 %) DCFROR 53.12% NPV 31.415.285.000 PBP (tahun) 1.69 Biaya Operasi Turun (-24 %) DCFROR 55.43% NPV 33.554.856.000 Pbp (tahun) 1.64 Kesimpulan :

1. Jumlah sumberdaya andesit di Gunung Kukusan 124.723.375,3 m, penambangan dapat dilakukan secara tambang terbuka (kuari) dengan alat mekanis. Dengan produksi 882.000 ton per tahun diperoleh umur tambang 54 tahun.

2. Untuk melakukan penambangan diperlukan investasi awal Rp.29.509.430.000,-. Proyek ini cukup layak karena dari analisis ekonomi menghasilkan NPV yang positif dan DCFROR lebih besar dari i*. Berdasarkan analisis kepekaan juga layak untuk penurunan harga andesit hingga 9% dan kenaikan biaya operasi hingga 24%.

pengantar survei tambang untuk surveyorOktober 28, 2011

PAPER SURVEI TAMBANG

Disusun oleh :

Elisa Maiyenti

(08/268733025/TK/34)

JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011

SURVEI TAMBANG

1. A. Jenis Pekerjaan dalam Survei Tambang

Mine surveying /tambang survey adalah satu cabang ilmu pertambangan dan teknologi. Ini mencakup semua pengukuran, perhitungan dan pemetaan yang melayani tujuan memastikan dan mendokumentasikan informasi pada semua tahap dari prospeksi terhadap eksploitasi dan memanfaatkan kandungan mineral baik oleh permukaan dan bawah tanah bekerja. Berikut adalah kegiatan utama survei tambang: 1. Penafsiran geologi deposit mineral dalam kaitannya dengan eksploitasi ekonomi dari mineral tersebut. 2. Penyelidikan dan negosiasi hak penambangan mineral 3. Membuat dan merekam, dan perhitungan survei pengukuran 4. Pertambangan kartografi 5. Investigasi dan prediksi efek tambang bekerja pada permukaan dan strata bawah tanah 6. Perencanaan tambang dalam konteks lingkungan setempat dan rehabilitasi selanjutnya. Kegiatan meliputi:

Lokasi, struktur, konfigurasi, dimensi dan karakteristik deposit mineral dan batuan yang berdampingan dan strata diatasnya. Penilaian resreves mineral dan eksploitasi ekonomi mereka. Akuisisasi, penjualan, penyewaan dan pengelolaan properti mineral. Memberikan dasar arah, perencanaan dan pengendalian kerja tambang untuk memastikan operasi penambangan ekonomis dan aman . Studi tentang gerakan batuan dan tanah yang disebabkan oleh operasi pertambangan, prediksi mereka, dan tindakan pencegahan dan pengobatan perbaikan kerusakan subsidence . Membantu dalam perencanaan dan rehabilitasi lahan yang terkena dampak dari operasi mineral dan bekerjasama dengan otoritas perencanaan pemerintah daerah.

Dan di dalam pertambangan memiliki beberapa sub bagian, yaitu : 1. Bagian Bahan Galian dan Logam 2. Bagian Bahan Galian dan Industri 3. Bagian Drilling dan logging 4. Bagian Bahan Galian Batubara dan Migas 5. Bagian Geoteknik dan Hidrologi 6. Bagian Topografi dan Digital Mapping

1. B. Peran Ilmu Geodesi dalam Dunia Pertambangan

Beberapa peran Ilmu Geodesi dalam Dunia Pertambangan :1. kegiatan eksplorasi untuk penentuan titik lokasi pengeboran dan study outcrop. 2. pembuatan model cadangan bahan tambang. 3. pengukuran pemasangan design tambang. 4. pengukuran topografi original atau topografi progress tambang. 5. kegiatan survey dalam mendukung kegiatan Peledakan- Blasting- (pengukuran space-boder dan depth). 6. Kegiatan survey pada pemasangan Guideline di kegiatan penambangan underground. 7. Menunjuk atau menentukan arah danbatas-batas yang akan digali sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 8. Melapor kepada petugas yang bertanggung jawab atas pekerjaanpenggalian apabila mendekati (tidak kurang 50meter) dari tempat- tempat yangmempunyai potensi bahaya seperti kantongkantong air, gas-gas berbahaya, semburanbatu (rock burst), dan permukaan tanah atau penyangga- penyangga yang dapat membahayakan penggalian tersebut. 9. Survey data processing untuk pengolahan selanjutkan keperhitungan volume, perhitungan cadangan, desain jalan. 10. Menghitung kapasitas alat untuk menghitungtarget bulanan atau ke design tambang untuk merencanakan bentuk tambang,kemana arah jalan, berapa jumlah bench yang di perlukan,

sudut kemiringan designtambang agar tidak terjadi longsoran, berapa kapasitas tanah penutup (overburden& interburden).

Para surveyor sendiri dihadapkan oleh topografi yang setiap hari, bahkan setiap jam pasti berubah karena adanya progress tambang sehingga harus menyajikan sebuah peta topografi yang actual setiap jam. Topografi dan Digital Mapping menggunakan teknologi geodetis untuk menentukan koordinat dan elevasi agar memperoleh pemetaan dengan data kontur yang akurat. Menggunakan peralatan yang didukung oleh Trimble dan South terutama dalam penggunaan GPS RTK (Global Positioning System Real Time Kinematik). Teknologi dapat mempercepat dan meningkatkan kinerja di lapangan. Bagian ini juga didukung oleh personil-personil geodesi yang telah berpengalaman di bidangnya, baik menggunakan system geodetis, total station, theodolite maupun waterpass. Berbagai project pengukuran dan pemetaan yang menghasilkan data dan peta baik dalam bentuk digital mapping maupun print out. Terpercaya dalam hasil pengukran yang diperoleh sehingga dapat mempermudah client dalam proses penghitungan total cadangan bahan galian. Proses pengolahan data hingga menghasilkan bentuk permukaan yang akurat dan cepat dapat diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak (software) baik itu untuk trimble maupun south. Bagian topografi dan digital mapping telah mengerjakan berbagai project dan itu bukan hanya dalam dunia pertambangan, tapi juga dalam pemetaan tata kota, perkebunan, kehutanan, maupun pada dinas pertanahan. Kemampuan peralatan yang canggih dengan jarak data record antara base line (GPS data recorder/Reciever) dengan rover (alat ukur mobile/GPS Data survey) dapat mencapai 10 KM. Hal inilah yang mempermudah pengukuran lebih efisien dengan akurasi yang tinggi. Jika ada persoalan pembebasan lahan sementara data perubahan topografi belum selesai disajikan, maka harus bisa menyajikan data sudah diproses untuk selanjutnya dilakukan perhitungan sisa cadangan kalo topografi yang diambil tersebut sudah aktif ditambang. Dengan Ilmu Geodesi, kita bisa menyajikan data topografi yang cepat, lengkap dan teliti.

1. C. Jenis Pekerjaan Survei dalam Pekerjaan Explorasi dan Exploitasi

C.1 Explorasi Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Kegiatan Eksplorasi : 1. Tujuan Eksplorasi Tujuan kegiatan ekpslorasi antara lain untuk mengetahui :

a. Melokalisasi suatu endapan bahan galian. b. Endapan/bijih yang dicari. c. Sifat tanah dan batuan. 2. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang : a. peta dasar sudah tersedia/belum. b. Peta geologi/topografi (satelit, udara, darat). c. Analisis regional. d. Laporan-laporan penyelidikan terdahulu. e. Teori-teori dan metode-metode lapangan yang ada. f. Geografi. g. Sosial budaya dan adat istiadat. h. Hukum. 3. Pemilihan Metode Metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a. Cara tidak langsung. b. Cara langsung. c. Gabungan cara langsung dan tak langsung. Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari : 1. Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan prospek. 2. Penilaian ekonomi prospek yang telah ditemukan. 3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang. C.1.1 Pentahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi 1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : mencari

a. Studi Literatur Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah

berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tandatandanya dapat dilihat di lapangan.

b. Survei Dan Pemetaan Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting. Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan). Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur). Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

2. Tahap Eksplorasi Detail Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara

mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (