telur

Upload: dina-andrasyifa

Post on 06-Mar-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

praktikum telur

TRANSCRIPT

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    V. PEMBAHASAN

    Telur merupakan sumber protein yang sangat baik dan penting bagi tubuh.

    Selain kaya nutrisi, telur juga banyak dimanfaatkan dalam pengolahan makanan.

    Kandungan protein yang tinggi dan spesifik membuat telur mempunyai nilai

    fungsional dalam proses pengolahan makanan. Namun telur juga merupakan bahan

    yang mudah rusak dan telah tercatat sebagai salah satu bahan pangan yang sangat

    rentan kontaminasi, terutama bakteri patogen. Penanganan telur sebagai bahan

    pangan menjadi sangat penting untuk memastikan kualitas telur yang diolah atau

    dikonsumsi. Oleh karena itu pemahaman mengenai asal, karakteristik telur dan

    fungsinya menjadi sangat penting.

    5.1. Pengujian Kualitas Telur

    Telur merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi berasal dari

    ternak unggas, terutama mengandung protein dan zat-zat makanan yang dtbutuhkan

    tubuh manusia seperti asam amino, vitamin, dan mineral yang mudah dicerna. Akan

    tetapi disamping bernilai gizi tinggi, telur juga mempunyai sifat yang kualitasnya

    mudah rusak. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu tindakan atau usaha-usaha

    bidang teknologi kualitas dan penanganan pasca produksi telur. Tindakan ini

    penting agar produksi telur yang dicapai dengan segala usaha ini dapat sampai ke

    konsumen dengan kualitas yang masih tetap baik (Sulistiati, 1992).

    Praktikum kali ini dilakukan pengujian kualitas berbagai jenis telur. Telur

    yang diuji kualitasnya antara lain telur ayam kampung, telur ayam negeri, dan telur

    bebek. Tujuan melakukan kegiatan ini, penulis merasa perlu tentang pentingnya

    pengetahuan mempelajari dan mengetrapkan teknik uji kualitas telur. Kegunannya

    diharapkan hasil parameter yang diuji dapat bermanfaat sebagai sumber informasi

    dalam upaya mempertahankan mutu telur konsumsi tetap baik atau sesuai standar

    mutu. Hasil pengamatan mengenai kualitas telur berbagai jenis unggas sebelum dan

    setelah penyimpanan refrigerasi selama satu minggu dapat diamati dalam tabel

    berikut.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Tabel 1. Kualitas Telur Sebelum dan Sesudah Penyimpanan

    No Parameter Ayam kampung Ayam negeri Bebek

    Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

    Bagian Luar

    1. Specific

    gravity 1,060 1,060 1,065 1,065 1,075 1,075

    2. Kondisi Kulit Telur

    Ada

    tidaknya

    retakan

    - - - - - Ada

    guratan

    Warna

    Putih Putih

    pucat

    Coklat

    muda

    bercak

    coklat

    tua

    Coklat

    muda,

    bercak

    semakin

    banyak

    Hijau

    kebiruan

    Hijau

    kebiruan

    +2

    Kehalusan

    Halus +3 Halus

    +3

    Halus

    +2, agak

    kotor

    Halus

    +2

    Halus

    +1.

    Agak

    kotor

    Halus

    +1

    Bagian dalam

    1. Diameter

    rongga 2,9 cm 3,6 cm 2,7 cm 3,4 cm 2,6 cm 2,6 cm

    2. HU - 62,9076 - 49,2950 - 55,5853

    3. Warna

    kuning

    telur

    -

    Kuning

    oranye

    tua

    - Kuning

    muda +2 -

    Kuning

    muda

    pucat

    Berat (gram) 38,4923 38,4185 67,1915 67,0545 65,9751 65,9008

    Tebal (cm)

    Putih Telur - 0,49 - 0,215 - 0,67

    Kuning Telur - 1,00 - 1,11 - 1,69

    Kantung udara - 0,77 - - - 0,31

    Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

    5.1.1. Kualitas Telur Bagian Luar

    Kualitas telur bagian luar dilakukan dengan pengukuran specific gravity dan

    peneropongan. Peneropongan dilakukan dengan cara membersihkan telur terlebih

    dahulu, kemudian dilakukan peneropongan pada telur dengan mengamati di bawah

    candling atau lampu. Karakteristik yang diamati berupa ada tidaknya retakan pada

    kulit telur, kehalusan kulit telur, dan kenampakan kulit telur. Pengukuran specific

    gravity telur diawali dengan pembuatan larutan garam dengan berbagai konsentrasi.

    Telur dimasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan garam dengan berbagai

    tingkat konsentrasi, dimulai dari larutan garam yang memiliki specific gravity

    terendah. Specific gravity telur terlihat ketika telur mulai mengambang pada larutan

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    garam dengan konsentrasi tertentu. Telur masih dalam kualitas yang baik jika

    memiliki specific gravity 1,075 g/cm3.

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa telur ayam negeri, telur ayam

    kampung, dan telur bebek memiliki nilai specific gravity di bawah 1,075 g/cm3

    walaupun telah disimpan selama 1 minggu dalam suhu refrigerasi. Telur bebek

    memiliki nilai specific gravity sebesar 1,075 g/cm3 namun masih dapat dikatgorikan

    dengan telur berkualitas baik. Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa

    specific gravity lebih dari 1,075 atau semakin besar maka kualitas telur (kulit) baik

    dan berat jenis telur hampir sebagian dipengaruhi oleh berat jenis cangkang/kulit

    telurnya.

    Pengmatan mengenai keretakan telur selama penyimpanan hanya terjadi

    pada telur bebek. Retakan yang terdapat pada cangkang berupa guratan. Guratan

    yang terdapat pada cangkang telur bebek tidak sampai menyebabkan keretakan,

    sehingga penurunan kualitas pada telur bebek dapat dikatakan tidak signifikan.

    Pengamatan mengenai warna dan kehalusan dapat diamati sebelum dan setelah

    penyimpanan. Warna dan kehalusan pada cangkang berbagai jenis sampel telur

    tidak mengalami perubahan yanag signifikan selama penyimpanan. Warna kulit

    telur pada masing-masing telur terdapat perbedaan yang nyata. Telur ayam

    kampung, telur ayam negeri, dan telur bebek dalam keadaan segar memiliki warna

    kulit telur berturut-turut adalah putih gading, coklat muda berbintik, dan hijau

    kebiruan. Setelah penyimpanan selama 1 minggu dalam suhu refrigerasi, kulit telur

    tersebut sedikit mengalami perubahan warna. Warna kulit telur ayam kampung,

    telur ayam negeri, dan telur bebek setelah penyimpanan selama 1 minggu berturut-

    turut adalah putih kecoklatan, coklat muda berbintik (+), dan hijau kebiruan pucat.

    Warna kulit telur yang berbeda-beda dipengaruhi oleh pigmen yang terkandung

    dalam kulit telur.

    Kulit telur ayam berwarna putih-kuning sampai coklat dan telur bebek

    berwarna kehijauan. Warna kerabang telur ayam ras dibedakan menjadi dua warna

    utama, putih dan coklat. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh genetik dari masing-

    masing ayam (Romanoff dan Romanoff, 1963). Warna coklat pada kerabang

    dipengaruhi oleh porpirin yang tersusun dari protoporpirin, koproporpirin,

    uroporpirin, dan beberapa jenis porpirin yang belum teridentifikasi (Miksik et al.,

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    1996). Warna kulit telur bebek hijau kebiruan disebabkan adanya pigmen biliverdin

    yang berwarna hijau (dihasilkan oleh hati) dan zinc chelate. Biliverdin merupakan

    senyawa pigmen empedu dari keluarga porpirin hasil lintasan katabolik gugus heme

    dari hemoglobin yang terdapat di dalam eritrosit, oleh enzim heme oksigenase dan

    berfungsi untuk pewarnaan cangkang telur, pigmen tersebut menghasilkan warna

    biru-hijau. Warna kerabang selain dipengaruhi oleh jenis pigmen juga dipengaruhi

    oleh konsentrasi pigmen warna telur dan juga struktur dari kerabang telur.

    Telur ayam kampung dan telur bebek yang diamati memiliki permukaan

    kulit telur yang halus, sedangkan telur ayam negeri memiliki permukaan kulit telur

    yang kasar. Kulit telur ayam yang kasar dapat disebabkan gangguan saat ayam

    sedang bertelur sehingga telur tertahan lebih lama di salurannya, perubahan

    program pencahayaan selama proses bertelur, kekurangan air minum, ataupun

    infeksi bronchitis (Kurtini et al., 2014).

    5.1.2. Kualitas Telur Bagian Dalam

    Kualitas telur bagian dalam diuji dengan melakukan pengukuran terhadap

    diameter rongga udara, nilai Haugh Unit, dan pengukuran kecerahan kuning telur.

    Pengukuran diameter rongga udara diawali dengan membersihkan telur terlebih

    dahulu. Telur yang telah dibersihkan kemudian diamati di bawah candling/ lampu.

    Bagian rongga udara telur diamati, rongga udara ditandai dengan bagian gelap

    ketika diamati di bawah lampu. Diameter rongga udara kemudian ditandai dan

    dilakukan pengukuran.

    Nilai pengukuran haugh unit dilakukan dengan menggunakan beberapa

    tahapan. Telur yang telah disimpan selama 1 minggu dalam suhu refrigerasi

    ditimbang untuk mengetahui berat telur akhir. Telur kemudian dipecahkan untuk

    mengukur ketebalan putih telur menggunakan micrometer pada bagian pinggir

    putih telur dan pinggir kuning telur. Data yang diperoleh digunakan untuk

    menghitung nilai Haugh Unit menggunakan rumus sebagai berikut.

    HU= 100 Log(H+ 7,57- 1,7W0,37)

    Keterangan:

    HU = Haugh Unit

    H = Tinggi putih telur

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    W = Bobot putih telur

    Kriteria nilai Haugh Unit adalah sebagai berikut:

    - Nilai HU < 31 : kualitas C

    - Nilai HU 31-60 : kualitas B

    - Nilai HU 60-72 : kualitas A

    - Nilai HU > 72 : kualitas AA

    Pengukuran warna kuning telur dilakukan dengan menggunakan color fan.

    Tahapan yang dilakukan ialah telur dipecahkan dalam wadah yang datar, kemudian

    warna kuning telur dibandingkan dengan Yolk colour fan.

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa diameter telur ayam kampung

    meningkat dari 2,9 cm menjadi 3,6 cm. Hal ini juga terjadi pada telur ayam negeri

    dimana diameter mngalami pembesaran dari 2,7cm menjadi 3,4 cm. Namun

    perubahan diameter rongga udara tidak terjadi pada sampel telur bebek.

    Pembesaran kantung udara terjadi karena adanya pelepasan gas seperti CO2,

    NH3, N2, dan kadang-kadang H2S sebagai hasil degradasi bahan-bahan organik

    isi telur selama penyimpanan telur. Mengenai hal ini Romanoff dan Romanoff

    (1963) menyatakan bahwa diameter, tinggi dan volume rongga udara merupakan

    fungsi waktu. Pertama diameter dan tinggi rongga udara berubah dengan cepat,

    tetapi rata-rata pertambahan segera berkurang dan selanjutnya menjadi sangat

    lambat pada telur-telur yang lebih tua (Stadelman dan Cotteril, 1973). Romanoff

    dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa temperatur lingkungan yang

    mengakibatkan terjadinya penguapan, sehingga rongga udara terbentuk lebih besar.

    Kantung udara berada pada bagian tumpul dari telur. Posisi peletakan telur dengan

    bagian tumpul di bawah menyebabkan ruang udara mendapat tekanan dari isi telur,

    sebaliknya pada bagian tumpul diatas, dan pada penyimpanan yang lama diduga

    dapat mengkibatkan terjadinya perubahan besar kantung udara yang pada akhirnya

    mempengaruhi kualitas telur, sehingga posisi peletakan dan lama penyimpanan

    merupakan dua faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya mempertahankan

    kualitas telur pada suhu refrigerasi.

    Berat telur ayam kampung, telur ayam ngeri, dan telur bebek mengalami

    penurunan setelah penyimpanan selama 1 minggu dalam suhu refrigerasi.

    Penurunan berat telur tertinggi terjadi pada telur ayam negeri. Menurut Mountney

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    (1976), bahwa prositas kerabang mempunyai kaitan yang erat dengan penurunan

    berat telur selama penyimpanan. Suhu refrigerasi dapat menghambat kecepatan

    penyusutan berat telur dibandingkan penyimpanan pada suhu ruang. Penyusutan

    telur akan dipercepat pada penyimpanan suhu yang lebih tinggi, karena terjadinya

    peningkatan porositas kerabang. Semakin lama waktu penyimpanan semakin

    bertambah besar penyusutan berat telur. Penyusutan berat telur yang terjadi selama

    penyimpanan disebabkan oleh penguapan air dan pelepasan gas CO2 dari dalam isi

    telur melalui pori kerabang. Penguapan dan pelepasan gas ini terjadi secara terus

    menerus selama penyimpanan sehingga semakin lama telur disimpan berat telur

    akan semakin berkurang. Penurunan berat telur selama penyimpanan dipengaruhi

    oleh suhu penyimpanan, kelembaban relatif dan porositas kerabang telur. Menurut

    Sudaryani (2000) penguapan air dan pelepasan gas seperti CO2, NH3, N2, dan

    sedikit H2S sebagai hasil degradasi bahan bahan organik telur terjadi sejak telur

    keluar dari tubuh ayam melalui pori kerabang telur dan berlangsung secara terus

    menerus sehingga menyebabkan penurunan kualitas putih telur, terbentuknya

    rongga udara, dan menurunkan berat telur.

    Nilai Haugh Unit merupakan nilai yang mencerminkan keadaan albumen

    telur yang berguna untuk menentukan kualitas telur. Nilai Haugh Unit ditentukan

    berdasarkan keadaan putih telur, yaitu korelasi antara bobot telur dan tinggi putih

    telur. Menurut Stadelman dan Cotteril (1995) dipengaruhi oleh kandungan

    ovomucin yang terdapat pada putih telur. putih telur yang semakin tinggi, maka

    nilai Haugh Unit yang diperoleh semakin tinggi. Putih telur yang mengandung

    ovomucin lebih sedikit maka akan lebih cepat mencair (Mountney, 1976). Selama

    penyimpanan Haugh Unit mengalami penurunan. Penurunan nilai Haugh Unit

    menurut Silverside dan Budgell (2004) disebabkan oleh beberapa perubahan.

    Perubahan tersebut antara lain, penguraian senyawa NaHCO3 menjadi NaOH dan

    CO2. NaOH yang dibentuk akan diurai menjadi Na+ dan OH- sedangkan CO2 yang

    dibentuk akan menguap, sehingga meningkatkan pH putih telur. Peningkatan pH

    tersebut akan membentuk ikatan kompleks ovomucin-lysozym yang menyebabkan

    kondisi putih telur menjadi encer. Reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut:

    NaHCO3 NaOH + CO2

    NaOH Na+ + OH-

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Hal lain yang menyebabkan bagian putih telur menjadi lebih encer menurut Sirait

    (1986) disebabkan hilangnya sebagian protein ovomucin yang berfungsi sebagai

    pembentuk struktur putih telur. Nilai Haugh Unit telur ayam kampung, telur ayam

    negeri, dan telur bebek berturut-turut adalah 62,9076; 49,2950; dan 55,5853.

    Berdasarkan nilai Haugh Unit tersebut, diantara ketiga telur tersebut yang memiliki

    kualitas tinggi adalah telur bebek, hal ini sesuai dengan pendapat Sudaryani (2000)

    yang menyatakan bahwa Nilai Haugh Unit yang tinggi menunjukkan kualitas telur

    tersebut juga tinggi. Nilai Haugh Unit dipengaruhi umur unggas, dengan

    pertambahan umur unggas maka akan menurunkan nilai Haugh Unit, karena

    kemampuan fungsi fisiologis alat reproduksi unggas semakin menurun.

    Kualitas kuning telur dilakukan dengan menentukan skor warna kuning

    telur dengan menggunakan yolk colour fan yang terdiri dari 15 seri warna, warna

    kuning telur merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting dalam

    penentuan kualitas telur oleh konsumen. Perbandingan warna kuning telur dapat

    diamati dalam skala yolk color fan.

    Gambar 1. Yolk color fan Sumber: Anonim (2014)

    Warna kuning telur dapat diukur dengan skala Roche yang terdiri dari kuning pucat

    (1) sampai orange (15). Warna kuning telur dari yang tertinggi hingga terendah

    adalah telur ayam kampung, telur bebek negeri, dan telur ayam negeri dengan nilai

    masing-masing sebesar 13, 7, dan 4. Masyarakat sangat menggemari warna kuning

    telur antara 9 sampai 11 dalam skala Roche. Warna kuning telur yang disukai

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    konsumen salah satunya dipengaruhi oleh zat warna xantofil yang banyak terdapat

    dalam golongan hidroksi-karotenoid. Zat tersebut selain mempengaruhi warna

    kuning telur juga warna kulit, shank, paruh, dan pigmen ini akan disimpan di dalam

    kuning telur. Penyebab keragaman warna kuning telur selain disebabkan oleh

    jumlah kandungan xantofil dalam bahan pakan, juga disebabkan oleh perbedaan

    galur, keragaman individu, sangkar, angka kesakitan (morbiditas), cekaman, lemak

    dalam pakan oksidasi xantofil dalam bahan pakan tertentu.

    5.2. Pembuatan Telur Asin

    Telur tergolong sebagai bahan pangan yang mudah rusak, sehingga untuk

    menjaga kesegaran dan mutu telur perlu dilakukan teknik penanganan yang tepat.

    Salah satu teknik pengawetan telur adalah dengan pembuatan telur asin. Sebelum

    diawetkan telur perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan tujuan untuk

    menghilangkan kotoran dari permukaan kulit telur. Yang perlu diperhatikan dalam

    pencucian ini adalah sifat pori-pori kulit, sifat mengembang dan kontraksi isi telur.

    Setalah dilakukan pembersihan barulah dilakukan pengawetan pada telur.

    Pengawetan telur prinsipnya adalah menutup pori-pori kulit telur agar tidak

    dimasuki mikroba, disamping untuk mencegah keluarnya air dan gas dari dalam

    telur. Pengawetan pada telur dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya

    melapisi kulit telur dengan pembungkus kering (dry packing), perendaman

    (immersion liquit), penutupan kulit telur dengan bahan pengawet (shell sealling ),

    dan penyimpanan pada ruangan dingin (cool store).

    Telur asin merupakan pengawetan telur cara Immersion liquit, yaitu

    pengawetan yang dikerjakan dengan cara merendam telur dengan cairan yang dapat

    menutup pori-pori kulit telur, sekaligus juga bersifat antiseptik. Lebih bagus bila

    ditempatkan pada suhu rendah. Cairan yang digunakan pada pengawetan ini antara

    lain larutan air garam, larutan air kapur, ekstrak daun jambu biji. Selain itu

    pembuatan telur asin juga dapat dilakukan dengan sistem pengawetan dry peacing,

    yaitu dengan melapisi telur menggunakan suatu bahan berupa campuran garam dan

    pasir, kapur dengan soda, serbuk gergaji, abu tanah liat, dan jerami.

    Praktikum yang dilakukan kali ini menggunakan dua jenis penggaraman

    pada telur, yaitu menggunakan perendaman dalam air garam serta pelapisan dengan

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    menggunakan abu gosok dan garam. Proses pembuatan telur asin menggunakan

    metode perendaman dalam larutan garam terdiri dari beberapa tahap, antara lain

    sebagai berikut.

    1. Persiapan bahan

    Telur ayam dan telur bebek dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Telur

    yang telah bersih kemudian ditiriskan dan dilakukan pengamplasan pada

    permukaan telur. Pengamplasan pada permukaan telur bertujuan agar pori-pori telur

    lebih terbuka.

    2. Pembuatan larutan garam

    Larutan garam yang dibuat memiliki konsentrasi 26,5%. Sebanyak 265

    gram garam dilarutan dalam 1000 mL air, dilakukan pengadukan hingga garam

    terlarut di dalam air.

    3. Pembuatan Telur Asin

    Telur yang telah diamplas direndam dalam larutan garam dengan

    konsentrasi 26,5%. Permukaan cairan ditutup dengan menggunakan plastik berisi

    larutan garam agar telur tetap terendam di dalam larutan garam tersebut. Wadah

    ditutup dengan kain dan disimpan selama 4 minggu di suhu ruang dalam keadaan

    yang gelap. Telur yang telah direndam dalam larutan garam selama 4 minggu

    kemudian ditiriskan dan dilakukan perebusan hingga matang.

    Proses pembuatan telur asin menggunakan metode pemeraman

    menggunakan adonan abu gosok dan garam terdiri dari beberapa tahap, antara lain

    sebagai berikut.

    1. Persiapan bahan

    Telur ayam dan telur bebek dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Telur

    yang telah bersih kemudian ditiriskan dan dilakukan pengamplasan pada

    permukaan telur. Pengamplasan pada permukaan telur bertujuan agar pori-pori telur

    lebih terbuka.

    2. Pembuatan adonan abu gosok dan garam

    Abu gosok dan garam masing-masing dilakukan penimbangan dengan

    perbandingan 1:4, kemudian dilakukan penambahan air hingga terbentuk pasta

    yang homogen dan dapat dipulung.

    3. Pembuatan telur asin

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Balut telur dengan adonan tersebut setebal 1 cm hingga seluruh permukaan

    telur tertutup secara merata. Telur yang telah dibalut adonan tersebut kemudian

    disimpan dalam wadah dan ditutup dengan kain bersih yang basah. Setiap hari

    dilakukan pengecekan kain agar selalu dalam keadaan yang basah. Telur disimpan

    selama 4 minggu pada suhu ruang dan keadaan yang gelap. Setelah penyimpanan

    selama 4 minggu, telur dibersihkan dari adonan abu gosok yang menempel dan

    dilakukan perebusan hingga telur matang. Hasil pengamatan terhadap pengamatan

    mutu telur segar, telur asin mentah, dan telur asin matang dapat diamati dalam tabel

    berikut.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Tabel 2. Hasil Pengamatan Pembuatan Telur Asin

    No. Kriteria

    Mutu Ayam 1 Ayam 2 Bebek 1 Bebek 2

    Telur Segar

    1 Berat

    (gram) 69,3428 81,2680 63,1043 62,7134

    2 Berat

    Jenis 1,060 1,060 1,070 1,060

    3 Diameter

    (cm) 14,9 15 14 14,5

    4 Warna Coklat muda

    +2 Coklat muda

    Hijau

    kebiruan +3 Hijau kebiruan

    5 Aroma Amis +2 Amis +2 Amis +3 Amis +3

    6 Tekstur Halus, keras

    +2

    Halus, keras

    +2

    Halus +2,

    keras

    Halus +2,

    keras

    7 Kenamp

    akan Baik Baik Baik Baik

    Telur Asin

    1 Berat 72,6 74,6 61,2 59,2

    2 Diameter 14,9 15 14 14,5

    3. Warna

    Putih

    telur Putih +1 Putih +2

    Putih bersih

    +3 Putih pucat +4

    Kuning

    telur

    Kuning

    pucat, warna

    merata

    Kuning

    cerah, warna

    tidak merata

    Kuning

    pucat, putih

    di tengah

    Kuning pucat

    4. Rasa

    Putih

    telur Asin +4 Asin +3 Asin +2 Asin +1

    Kuning

    telur Asin +3 Asin +2 Asin +1 Asin

    5 Aroma Asin +2 Asin +1 Asin +3 Asin +4

    6. Tekstur

    Putih

    telur Lembek +1,

    agak berair

    Padat,

    lembek +1,

    empuk

    Lembut,

    padat Keras, padat

    Kuning

    telur

    Padat,

    berbutir

    Berbutir,

    padat Berbutir Berbutir

    7 Kenamp

    akan

    Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

    Keterangan : Telur Ayam & Bebek 1 = Metode Larutan Garam

    Telur Ayam & Bebek 2 = Metode Abu Gosok

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Hasil pengamatan menunjukkan terjadi perubahan karakteristik telur setelah

    dilakukan metode penggaraman. Perubahan berat telur ayam dengan metode

    penggaraman menggunakan larutan garam mengalami peningkatan, namun metode

    penggaraman dengan metode abu gosok mengalami penurunan. Pada telur bebek

    perubahan berat telur, baik dengan metode perendaman larutan garam maupun abbu

    gosok mengalami penurunan. Tekanan osmotik dalam larutan garam lebih besar

    dari pada tekanan osmotik dalam telur, sehingga larutan garam dapat masuk ke

    dalam telur dan menyebabkan kenaikan berat pada telur asin yang dibuat.

    Warna yang dihasilkan pada bagian putih dan kuning telur berbagai jenis

    sampel memiliki beberapa perbedaan. Pada semua sampel telur, warna putih yang

    dihasilkan pada putih telur memiliki warna yang sama, yaitu putih namun dengan

    tingkat kecerahan yang sedikit berbeda. Perbedaan menonjol pada warna kuning

    yang dimiliki bagian kuning telur. Warna kuning cerah dimiliki oleh sampel telur

    ayam asin yang diolah dengan metode abu gosok. Warna kuning telur asin yang

    semakin cerah disebabkan karena semakin banyaknya garam yang masuk ke dalam

    kuning telur. Garam akan masuk ke dalam kuning telur dan akan merusak ikatan-

    ikatan yang terdapat dalam granula sehingga dapat memperbesar diameter granula.

    Masuknya air akan semakin memperbesar diameter granula. Semakin banyak air

    dan garam yang masuk menyebabkan semakin banyak granula yang membesar,

    sehingga persentase kemasiran semakin besar.

    Aroma yang dihasilkan oleh berbagai jenis sampel telur adalah asin, dengan

    tingkat ketajaman yang berbeda. Aroma asin paling kuat dimiliki oleh telur ayam

    metode larutan garam, diikuti dengan telur ayam asin metode abu gosok, telur

    bebek metode garam dan telur bebek asin metode abu gosok. Aroma dapat

    digunakan sebagai indikator terjadinya kerusakan pada bahan pangan. Telur asin

    yang sudah berbau busuk menandakan bahwa telur asin tersebut sudah tidak layak

    untuk dikonsumsi.

    Tekstur yang dimiliki berbagai jenis sampel telur asin memiliki perbedaan

    yang cukup signifikan. Tekstur putih telur pada telur ayam asin cenderung lembek

    dan sedikit berair. Sedangkan pada telur bebek, tekstur putih telur cenderung lebih

    keras dan padat. Tekstur bagian kuning telur pada umumnya padat dan berbutir.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Tekstur yang diharapkan pada telur asin adalah kenyal di bagian putih telur serta

    masir di bagian kuning telur. Menurut Chi dan Tseng (1998), tekstur masir

    disebabkan oleh membesarnya granula yang ada dalam kuning telur dan adanya

    dehidrasi air dari kuning telur selama proses pengasinan akan menyebabkan

    tejadinya pengerasan kuning telur. Masuknya garam ke kuning telur menyebabkan

    protein mengalami denaturasi, lama kelamaan akan terbentuk gel (koagulasi).

    Garam yang masuk ke dalam kuning telur akau melepas ikatan lipoprotein yaitu

    kompleks antara lemak dan protein, sehingga lemaknya terpisah dari protein.

    Lemak yang terpisah dari protein pada granul akan menyebabkan proteinprotein

    tersebut saling menyatu, sehingga padatan grand polihedral semakin membesar dan

    menimbulkan tekstur masir.

    Rasa yang dimiliki telur asin pada umumnya asin, baik pada bagian putih

    maupun uning telur. Namun, tingkat keasinan dari berbagai jenis sampel telur

    memiliki perbedaan. Rasa merupakan salah satu faktor penting dalam produk

    pangan. Rasa telur asin umumnya terasa asin, sesuai dengan tingkat pemberian

    garam dalam pembuatan telur asin dan juga lama pemeraman. Rasa asin yang

    dihasilkan terbentuk dari telur asin yang mengeras. Sebagian besar kuning telur asin

    akan mengeras dan memberikan rasa asin (Romanoff dan Romanoff, 1963). Garam

    yang berdifusi ke dalam kerabang akan terperangkap oleh albumin. Tingginya

    kadar garam pada albumin akan menarik air pada kuning telur sehingga

    menyebabkan kuning telur semakin mengental dan memberikan rasa asin. Rasa asin

    telur asin yang dihasilkan sangat bergantung kepada lama penyimpanan. Bagi yang

    menyukai telur asin sebagai teman dari nasi, maka penyimpanan selama 15 hari

    cukup maksimal. Selain asinnya kental, kuning telurnya pun kuning tua dan

    berminyak, dan untuk sekedar sebagai camilan maka disimpan maksimal 10 hari

    sudah cukup (Sudaryani, 1996).

    Prinsip pengasinan telur adalah melakukan penetrasi garam masuk ke dalam

    telur. Penetrasi garam ke dalam telur disebabkan beberapa faktor. Telur memilki

    pori-pori yang menghubungkan permukaan telur dan bagian dalam telur. Melalui

    pori-pori inilah garam masuk ke dalam telur. Penetrasi garam ke dalam telur

    berjalan secara difusi setelah garam berubah menjadi ion-ion. Difusi ion-ion garam

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    tersebut melalui pori-pori kulit telur, putih telur dan masuk ke kuning telur melalui

    membran vitelin (Sukendra, 1976).

    Tekanan osmotik dalam larutan garam atau adonan lebih besar dari pada

    tekanan osmotik dalam telur, sehingga larutan garam dapat masuk kedalam telur.

    Garam yang digunakan dalam pengasinan adalah NaCl. Mekanisme yang terjadi

    adalah sebagai berikut : garam NaCl di dalam larutan mengion menjadi Na+ dan Cl-

    . Kedua ion tersebut berdifusi ke dalam telur melalui lapisan kutikula, bunga

    karang, lapisan mamilari, membran kulit telur, putih telur, membran vitelin dan

    selanjutnya ke dalam kuning telur (Sukendra, 1976).

    Pemberian garam menurut Belitz dan Grosch (2009) menimbulkan

    pengaruh pada kelarutan protein. Pemberian yang terlampau sedikit (konsentrasi

    rendah) akan meningkatkan kelarutan protein (efek salting in) dengan menekan

    interaksi proteinprotein elektrostatik, sedangkan pemberian garam yang terlampau

    banyak (konsentrasi tinggi) akan menurunkan kelarutan protein (efek salting out)

    sebagai hasil dari kecenderungan hidrasi ion garam. Perubahan yang terjadi selama

    proses pengasinan telur adalah sebagai berikut.

    1. Denaturasi protein

    Denaturasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan atau modifikasi struktur

    sekunder, tersier, dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-

    ikatan kovalen. Denaturasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu

    panas, pH, bahan kimia, gelombang suara, tekanan yang tinggi dan mekanik.

    Senyawa kimia seperti urea dan garam dapat memecah ikatan hidrogen yang

    akhirnya menyebabkan denaturasi protein (Winarno, 1997).

    2. Koagulasi

    Konsentrasi terbesar dalam lapisan putih telur adalah ovomucin. Mucin

    berperan dalam proses koagulasi. Kalaza mempunyai kandungan mucin yang tinggi

    dan mempunyai daya tahan terhadap penggumpalan. Sebaliknya, kuning telur

    mengandung komponen non protein yang merupakan subyek penggumpalan. Bila

    dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang,

    akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini

    disebut sebagai salting out. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi

    tinggi, maka protein akan mengendap (Winarno, 1997).

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    3. Pembentukan Gel

    Gel adalah fase antara padat dan cair, sebagai sistem larutan yang

    kehilangan sifat mengalir. Gelasi terjadi pada saat terbentuk ikatan nonkovalen

    dari gugus fungsional yang sudah stabil. Mekanisme dari gelasi ini adalah

    pemerangkapan air,immobilisasi dan pembentukan struktur gel yang stabil

    (Fennema, 1985).

    Pembentukan gel ada empat tahapan diantaranya adalah denaturasi,

    agregasi, koagulasi dan flokulasi (Pomeranz, 1985). Garam merupakan salah satu

    faktor yang inenyebabkan denaturasi dan mempengaruhi pembentukan gel pada

    kuning telur. Hal tersebut terjadi karena adanya aktivitas kation dan anion dari

    garam yaitu Na+ dan C1- yang meningkat (Stadelman dan Cotterill, 1977).

    4. Proses kemasiran telur

    Kemasiran kuning telur dipengaruhi oleh adanya garam yang masuk ke

    dalam kuning telur. Suatu emulsi dapat dipecahkan dengan pemanasan dan

    penambahan NaCl yaitu dengan merusak keseimbangan fase polar (protein) dan

    fase non polar (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Tekstur masir yang ditimbulkan

    dari kuning telur berhubungan erat dengan granula yang terdapat di dalam kuning

    telur (Wulandari, 2002).

    Tekstur masir disebabkan oleh membesarnya granula yang ada dalam

    kuning telur. Membesarnya granula pada kuning telur dipengaruhi oleh dua faktor

    yaitu kadar garam dan kadar air. Garam akan masuk ke dalam kuning telur dan akan

    merusak ikatan-ikatan yang terdapat dalam granula sehingga dapat memperbesar

    diameter granula. Masuknya air akan semakin memperbesar diameter granula.

    Semakin banyak air dan garam yang masuk menyebabkan semakin banyak granula

    yang membesar, sehingga persentase kemasiran semakin besar. Kemasiran

    merupakan salah satu hal yang paling penting pada telur asin. Tekstur masir pada

    kuning telur akan mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen. Ukuran granul

    diakibatkan oleh adanya air garam yang masuk ke dlam granul dan reaksi

    garam dengan low density lipoprotein (LDL). Garam yang masuk ke dalam

    kuning telur akan bereaksi dengan lipoprotein (yang sebagian besar dalam bentuk

    fraksi low density). Hal diatas akan membentuk tekstur masir pada kuning telur.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Menurut Belitz dan Grosch (1999), kuning telur merupakan suatu emulsi

    lemak dalam air dengan kandungan bahan kering sekitar 50% yang terdiri dari 213

    lemak dan 1/3 protein. Menurut Muchtadi (1992), suatu emulsi dapat dipecahkan

    dengan pemanasan dan penambahan NaCl yaitu dengan merusak keseimbangan

    fase polar (protein) dan fase non polar (lipid). Rasa masir yang ditimbulkan dari

    kuning telur berhubungan erat dengan granula yang terdapat di dalam kuning

    telur (Wulandari, 2002). Hal ini juga didukung oleh Chi dan Tseng (1998), yang

    menyebutkan bahwa tekstur masir disebabkan oleh adanya pembesaran granula.

    Granula merupakan butiran-butiran lipoprotein. Proses pembesaran granula

    dimulai dari kuning telur bagian luar ke bagian dalam, karena bagian luar telur

    terlebih dahulu bereaksi dengan garam. Granula di dalam kuning telur terdiri

    dari phosvitin (12%), high density lipoprotein (8%), low density lipoprotein

    (1%) dan very density lipoprotein (sekitar 1%) (Stadelman dan Cotterill, 1995).

    5.3. Pembuatan Tepung Telur

    Tepung telur merupakan telur segar yang dibentuk menjadi kering melalui

    suatu proses pengolahan, sehingga tepung telur tetap merupakan telur mentah

    namun, kandungan airnya rendah yaitu kurang dari 10%. Pembuatan tepung telur

    dapat meningkatkan daya simpan (shelf life) tanpa mengurangi nilai gizi, volume

    bahan menjadi lebih kecil, sehingga lebih hemat ruang dan biaya penyimpanan,

    tepung telur juga memungkinkan jangkauan pemasaran yang lebih luas dan

    penggunaannya lebih beragam dibandingkan telur segar (Winarno dan Koswara,

    2002).

    Pengeringan merupakan suatu metode pengawetan dengan cara

    menghilangkan kadar air bahan pangan. Metode pengeringan yang digunakan

    dalam pembuatan tepung telur terdiri dari empat macam yaitu pengeringan semprot

    (spray drying), foaming drying, pengeringan secara lapis (pan drying) dan

    pengeringan beku (freeze drying). Praktikum kali ini membuat tepung telur dengan

    menggunakan metode pan drying. Pan drying atau pengeringan lapis tipis

    merupakan suatu metode pengeringan dengan menggunakan oven yang dilakukan

    secara sederhana. Kelemahan yang dapat timbul pada proses pengeringan metode

    pan drying adalah terjadinya reaksi Maillard.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Reaksi Maillard adalah urutan peristiwa yang dimulai dengan reaksi gugus

    amino pada asam amino, peptida, atau protein dengan gugus hidroksil glikosidik

    pada gula, urutan proses ini diakhiri dengan pembentukan polimer nitrogen

    berwarna coklat atau melanoidin (deMan, 1997). Interaksi antara glukosa dengan

    komponen yang terkandung dalam telur akan menyebabkan penurunan kualitas

    produk tepung putih telur. Reaksi utama yang terjadi dari glukosa dalam

    pengeringan telur adalah reaksi glukosaprotein (Maillard). Glukosa ambil bagian

    dalam reaksi Mailard dan menyebabkan penyimpangan bau, cita rasa, penurunan

    pH dan warna yang lebih tua (Lechevalier, Jeantet, Arhaliass, Legrand, and Nau.,

    2007).

    Tahap awal yang dilakukan dalam proses pembuatan tepung telur adalah

    pencucian. Pencucian dilakukan bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor yang

    terdaapat dalam telur. Penepungan dilakukan dengan beberapa sampel, diantaranya

    penepungan putih telur, penepungan kuning telur, dan penepungan telur utuh.

    Tahapan yang dilakukan setelah pemisaha adalah pengocokan. Selanjutnya telur

    yang telah dikocok dipasteurisasi dengan suhu 65C selama tiga menit. Pasteurisasi

    pada produk pangan terutama telur telah lama digunakan. Tujuan dari perlakuan

    pasteurisasi adalah untuk membunuh beberapa bakteri patogen yang terdapat

    didalam produk yang berasal dari telur. Bakteri patogen utama yang difokuskan

    adalah Salmonella, karena bakteri ini secara umum berasosiasi dengan telur dan

    produk telur (Stadelman dan Cotterill, 1995). Setelah dipasteurisasi, telur

    didinginkan hingga mencapai suhu kamar. Tahapan selanjutnya adalah proses

    fermentasi dengan menggunakan fermipan sebanyak 0,4% dari berat telur.

    Fermentasi adalah suatu proses penghilangan glukosa yang terdapat pada

    telur dengan cara menambahkan Saccharomyces sp. yang dilakukan sebelum proses

    pengeringan. Penggunaan ragi (Saccharomyces cereviceae) banyak digunakan

    dalam fermentasi karena aplikasinya yang mudah, namun pada proses pembuatan

    tepung telur belum banyak dipublikasikan. Proses fermentasi dapat menyebabkan

    terjadinya perubahan sifat fisik dan fungsional akibat adanya pemecahan glukosa

    yang terdapat di dalam telur khususnya putih telur sehingga dapat mencegah

    terjadinya reaksi maillard yang dapat memmpengaruhi sifat fisik tepung telur.

    Lama fermentasi diperkirakan mempengaruhi sifat fisik dan fungsional tepung telur

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    yang dihasilkan sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap lama fermentasi yang

    berbeda untuk memaksimalkan sifat fisik dan fungsional tepung telur.

    Setelah dilakukan proses fermentasi selama dua jam, maka telur selanjutnya

    dikeringkan menggunakan oven bersuhu 45C selama 16 jam. Pengeringan

    merupakan suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air

    yang terkandung pada suatu bahan dengan cara menguapkan air dengan energi

    panas. Proses pengeringan makanan merupakan salah satu cara dalam pengawetan

    makanan. Pengeringan terhadap telur sudah dilakukan sejak tahun 1880 di Amerika

    Serikat. Pengeringan telur akan menghasilkan produk berupa tepung telur atau telur

    bubuk. Proses pengeringan telur dilakukan untuk mengeluarkan air dari cairan telur

    dengan cara penguapan hingga kandungan air menjadi lebih sedikit. Metode

    pengeringan secara lapis (pan drying) merupakan metode pengeringan yang mudah

    dilakukan dan membutuhkan biaya yang murah. Pengeringan ini dilakukan dalam

    pembuatan tepung putih telur, tepung kuning telur maupun tepung telur.

    Pengeringan ini dilakukan dengan menggunakan oven. Suhu yang digunakan pada

    pengeringan ini berkisar antara 45-50oC (Berquist, 1964). Menurut Romanoff dan

    Romanoff (1963) suhu yang digunakan dalam pengeringan pan drying adalah pada

    suhu sekitar 40-45C dengan tebal lapisan bahan sekitar 6 mm selama 22 jam akan

    diperoleh produk kering dengan kadar air 5%. Produk yang dihasilkan dari metode

    pan drying adalah remah putih telur, granular putih telur, dan tepung putih telur.

    Air yang terkandung pada remah putih telur sekitar 12,16% dengan pH 4,5-7,0

    sedangkan kadar air tepung putih telur yang dihasilkan dengan metode pan drying

    adalah dibawah 16 persen (Berquist, 1964).

    Tepung telur yang telah dikeringkan selanjutnya digiling kembali

    menggunakan grinder untuk selanjutnya dilakukan pengamatan. Hasil pengamatan

    terhadap pembuatan tepung telur dapat diamati dalam tabel berikut.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Tabel 3. Hasil Pengamatan Pembuatan Tepung Telur Sebelum Pengeringan

    Bagian

    telur

    Berat

    (gram) Warna Aroma Tekstur Rasa Rendemen

    Sebelum Pengeringan

    Telur ayam

    negeri utuh 175,2

    Kuning muda

    Amis +2 Sedikit

    kental - -

    Telur ayam

    negeri utuh 174,4 Kuning muda Amis +1 Kental

    - -

    Putih telur 105,1 Putih pucat Amis +2 Sedikit

    kental

    - -

    Kuning

    telur 65,3

    Kuning +1

    Amis +2 Kental

    - -

    Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

    Tabel 4. Hasil Pengamatan Pembuatan Tepung Telur Setelah Pengeringan

    Bagian

    telur

    Berat

    (gram) Warna Aroma Tekstur Rasa Rendemen

    Setelah Pengeringan

    Telur ayam

    negeri utuh 49.2 Jingga Amis +

    Padat,

    rapuh,

    berminy

    ak

    - 28,082 %

    Telur ayam

    negeri utuh 48,2

    Kuning

    Oranye

    Amis +2

    Rapuh,

    kerimg,

    agak

    berminy

    ak

    -

    27,637%

    Putih telur 46,9 Putih pucat +2 Amis +

    Rapuh,

    padat,

    berminy

    ak

    - 44,62%

    Kuning

    telur 31,2 Kuning +2 Amis +

    Rapuh,

    berminy

    ak,

    padat

    47,78%

    Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)

    Hasil pengamatan menunjukkan terjadinya penurunan berat telur setelah

    dilakukan pengeringan. Proses pengeringan yang dilakukan menyebabkan

    terjadinya penguapan karbondioksida (CO2) dan air sehingga berat telur berubah

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    dan mengalami penurunan. Kadar air adalah banyaknya kandungan air yang

    terdapat dalam suatu bahan. Nilai kadar air dapat ditentukan dari pengurangan berat

    suatu bahan yang dipanaskan pada suhu pengujian. Kadar air erat hubungannya

    dengan tekstur produk, cita rasa penampakan, daya simpan suatu bahan pangan

    (Winarno, 2002). Menurut deMan (1997) air merupakan faktor pendukung yang

    sangat mempengaruhi laju perubahan kimiawi maupun fisik pada bahan makanan.

    Prinsip dalam pengukuran kadar air adalah dengan cara mengeringkan bahan dalam

    oven dengan suhu 105oC hingga dicapai berat yang konstan. Selisih berat sebelum

    dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Nilai kadar air yang

    rendah akan mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan

    kerusakan pada produk (Winarno, 2002).

    Perubahan warna juga terjadi setelah dilakukan proses pengeringan.

    Perubahan warna yang terjadi dalam setiap perlakuan adalah perubahan warna

    menjadi lebih pekat. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya rekasi Maillard

    selama proses pengeringan. Kandungan glukosa akan mempengaruhi kecerahan

    tepung putih telur (Puspitasari, 2006). Menurut Muchtadi (1993) pada proses ini

    glukosa akan bereaksi dengan senyawa amino yang akan menyebabkan

    terbentuknya senyawa deoksiketosil dan degradasi strecker yang akan

    menghasilkan senyawa melanoidin yang berwarna coklat. Proses pengolahan

    pangan melibatkan reaksi degradasi karbohidrat. Reaksi Maillard terjadi karena

    gula dalam bahan pangan dengan temperatur yang tinggi akan mengalami interaksi

    komponen asam amino dan adanya komponen nitrogen dalam hasil (MacCarthy,

    1989).

    Tekstur telur berubah setelah pengeringan menjadi lebih rapuh dan agak

    berminyak. Putih telur yang telah dikeringkan akan menghasilkan produk berupa

    tepung putih telur. Tepung putih telur biasa digunakan sebagai bahan dalam

    pembuatan angel food cake. Angel food cake merupakan jenis kue yang tidak

    mengandung lemak. Pembuatan kue ini menggunakan putih telur sebanyak 41,3 %

    (Stadelman dan Cotteril, 1995). Syarat mutu tepung putih telur menurut SNI 01-

    4323-1996 adalah sebagai berikut.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Tabel 5. Syarat Mutu Tepung Putih Telur

    Jenis Uji Satuan Persyaratan

    oH

    Kadar Air

    Kadar Protein

    Gula Pereduksi

    Kadar Abu Total

    %

    %

    %

    %

    %

    6,5 7,5 Maks 8

    Min 75

    Maks 0,5

    Maks 5

    Sumber: SNI 01-4323-1996

    Menurut deMan (1997) air merupakan faktor pendukung yang sangat

    mempengaruhi laju perubahan kimiawi maupun fisik pada bahan makanan. Prinsip

    dalam pengukuran kadar air adalah dengan cara mengeringkan bahan dalam oven

    dengan suhu 105oC hingga dicapai berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan

    sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Nilai kadar air yang

    rendah akan mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan

    kerusakan pada produk (Winarno, 2002).

    Tahapan yang dilakukan setelah pengeringan adalah penepungan.

    Penepungan dilakukanx dengan menggunakan grinder. Hasil pengamatan terhadap

    penepungan tepung telur dapat diamati dalam tabel berikut.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Tabel 6. Hasil Pengamatan Pembuatan Tepung Telur Setelah Penepungan

    Bagian

    telur

    Berat

    (gram) Warna Aroma Tekstur Rasa Rendemen

    Setelah Penepungan

    Telur ayam

    negeri utuh 47.3

    Kuning +2

    Amis + Halus,

    berpasir

    Khas

    telur

    seteng

    ah

    matan

    g,

    agak

    asin

    26,997 %

    Telur ayam

    negeri utuh

    41 g Kuning kecoklatan

    Amis + Halus

    Khas

    telur

    dan

    sedikit

    berlem

    ak

    23,509%

    Putih telur 11 Kuning muda,

    cerah

    Khas

    putih telur

    Halus,

    berpasir

    Sedikit

    asin,

    gurih

    10,4662%

    Kuning

    telur 29,19

    Kuning +2

    Amis +

    Berpasir

    , sedikit

    kasar

    Khas

    telur

    seteng

    ah

    matan

    g

    44,70%

    Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa proses penepungan menghasilkan

    beberapa parameter yang tidak terlalu signifikan perubahannya. Perubahan

    signifikan terjadi pada kolom rendemen. Proses pengeringan yang dilakukan

    menyebabkan terjadinya penguapan karbondioksida (CO2) dan air sehingga

    persentase nilai rendemen akan berkurang.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    VI. KESIMPULAN

    6.1. Pengamatan Segar Telur

    1. Specific gravity pada sampel telur ayam kampung, telur ayam negeri, dan

    telur bebek tidak mengalami perubahan.

    2. Warna cangkang setelah penyimpanan yaitu telur ayam kampung adalah

    putih pucat, telur ayam negeri adalah cokelat muda bercak, dan telur bebek

    adalah hijau kebiruan.

    3. Kehalusan terbaik dari berbagai jenis sampel telur adalah telur ayam

    kampung.

    4. Diameter rongga udara telur ayam pada umumnya mengalami peningkatan,

    namun pada telur bebek kondisinya stabil.

    5. Haugh Unit tertinggi dimiliki oleh telur ayam kampung, lalu diikuti

    selanjutnya telur bebek dan telur ayam negeri.

    6. Warna kuning terbaik dimiliki telur ayam kampung, diikuti selanjutnya

    dengan telur bebek dan telur ayam negeri.

    7. Berat telur secara umum mengalami penurunan setelah dilakukan

    penyimpanan.

    6.2. Pembuatan Telur Asin

    1. Bobot telur asin pada umumnya mengalami peningkatan, namun terdapat

    pula yang mengalami penurunan.

    2. Berat jenis telur asin pada umumnya mengalami peningkatan.

    3. Warna putih telur asin dengan metode larutan garam memiliki warna yang

    lebih jernih dibandingkan dengan metode penggaraman dengan abu gosok.

    4. Warna kuning telur asin dengan metode larutan garam memiliki warna yang

    lebih pekat dibandingkan dengan metode penggaraman menggunakan

    adonan abu goosk.

    5. Tekstur telur asin dengan metode perendaman larutan garam pada bagian

    putih telur cenderung lebih lembek dan agak berair, sedangkan pada metode

    penggaraman dengan abu gosok bagian putih telur cenderung keras dan

    agak padat.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    6. Tekstur telur asin dengan metode perendaman larutan garam pada bagian

    kuning telur cenderung lebih padat berbutir dan berwarna pekat, sedangkan

    pada metode penggaraman dengan abu gosok bagian putih telur cenderung

    padat berbutir dengan intensitas warna yang lebih cerah.

    6.3. Pembuatan Tepung Telur

    1. Pembuatan tepung telur mengakibatkan turunnya rendemen telur.

    2. Pembuatan tepung telur menyebabkan terjadinya perubahan warna karena

    adanya reaksi maillard.

    3. Pembuatan tepung telur dapat meningkatkan umur simpan telur.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    DAFTAR PUSTAKA

    Astawan, M. 2005. Telur Asin dengan Penyakit. http://www.depkes.go.id/ (Diakses

    pada 22 Oktober 2015).

    Belitz, H. D. & W. Grosch. 2009. Food Chemistry. Fourth Edition. Springer,

    Germany.

    Chi, S. P. and K. H. Tseng. 1998. Physicochemical properties of salted picled yolk

    from duck and chicken eggs. J. Food Sci. 63 : 27-30.

    Fellow, P. 2000. Food Processing Technology. 2nd Ed. CRC Press, USA.

    Fennema, O. R. 1985. Food Chemistry. Marcel Dekker, Inc, New York.

    Haryoto. 1996. Pengawetan Telur Segar. Kanisius, Yogyakarta.

    Kartika, Bambang, P. Hastuti, dan W. Suprapto. 1988. Pedoman Uji Indrawi Bahan

    Pangan. UGM. Yogyakarta.

    Margono dan Muljadi. 2000. Studi Transfer Massa Garam dalam Telur Secara

    Batch. Laporan Penelitian. Fakultas Teknik UNS, Surakarta.

    Miksik, I., V. Holan, dan Z. Deyl. 1996. Avian eggshell pigments and their

    variability. Comp. Biochem. Physiol. Elsevier Science. 113B: 607-612.

    Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

    Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. Institut Pertanian Bogor,

    Bogor.

    Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The avian Eggs. John Willey and sons,

    Inc, New York.

    Setyaningsih. D, A. 2008. Analisis Sensori Untuk Agroindustri, Bogor.

    Sirait, C. H. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Peternakan, Bogor.

    Stadelman, W. J. and O. J. Cotteril. 1973. Egg Science and Technology. The AVI

    Publishing, Inc. Westport. Connecticut.

    Stadelman, W. J. and O. J. Cotteril. 1995. Egg Science and Technology. 4th Ed.

    Food Products Press. An Imprint of the Haworth Press, Inc., New York.

    Sudaryani, T. 1996. Telur dan Hasil Olahannya. Penerbit Swadaya, Jakarta.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Sukendra, L. 1976. Pengaruh cara pengasinan telur bebek (Muscovy sp.) dengan

    menggunakan adonan campuran garam dan bata terhadap mutu telur asin

    selama penyimpanan. Tesis. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut

    Pertanian Bogor, Bogor.

    Sulistiati. 1992. Pengaruh Berbagai Macam Pengawet dan Lama Penyimpanan

    Terhadap Kualitas Telur Konsumsi. Fakultas Peternakan, IPB Bogor.

    Suprapti, M.L. 2002. Pengawetan Telur. Kanisius, Yogyakarta.

    Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Winarno, F.G. dan S. Koswara. 2002. Telur : Komposisi, Penanganan dan

    Pengolahannya. M-Brio Press, Bogor.

    Wulandari, Z. 2002. Sifat Organoleptik, Sifat Fisikikimia dan Total Mikroba Telur

    Itik Asin Hasil Penggaraman dengan Tekanan. Tesis. Program Pascasarjana.

    Institut Pertanian Bogor, Bogor.

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    JAWABAN PERTANYAAN

    1. Mengapa kulit telur harus ditipiskan sebelum dibuat telur asin?

    Jawaban:

    Agar penetrasi garam dan air dalam bentuk ion lebih mudah masuk ke dalam

    lapisan kulit telur. Kulit telur merupakan lapisan keras dan banyak yang

    tersusun atas beberapa senyawa protein. Tebalnya kulit telur menyebabkan

    ion garam dan air sulit untuk menembus, sehingga apabila ditipiskan,

    penetrasi ion garam dan air lebih mudah masuk.

    2. Jenis telur apa yang diasinkan? Mengapa?

    Jawaban:

    Pada umumnya, telur yang diasinkan adalah telur bebek. Hal ini disebabkan

    telur bebek memiliki aroma amis cukup tinggi sehingga salah satu cara

    untuk mengurangi aroma amis pada telur bebek adalah melakukan

    pengolahan dengan melakukan pengasinan. Selain itu, telur bebek memiliki

    pori-pori lebih besar dibandingkan dengan jenis telur lainnya sehingga ion

    garam dan air lebih mudah masuk dan melakukan penetrasi ke dalam telur.

    3. Buatkan gambar struktur telur! Coba jelaskan proses garam menembus kulit

    telur melalui bagian apa?

    Jawaban:

    Penetrasi garam dan air ke dalam telur terjadi setelah garam membentuk ion

    Na+ dan Cl-. Ion-ion tersebut masuk secara difusi melewati pori-pori kulit

    telur menembus lapisan kutikula, bunga karang, dan mamilari. Setelah itu

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    ion garam dan air masuk ke membran putih telur, serta menembus lapisan

    vielin atau lapisan yang memisahkan putih telur dan kuning telur, baru

    selanjutnya masuk ke bagian kuning telur.

    4. Reaksi apa yang terjadi pada kulit, putih telur, dan kuning telur ketika

    direndam dalam larutan garam?

    Jawaban:

    Proses difusi. Penetrasi ion garam dan air masuk ke dalam kulit telur melalui

    proses difusi. Proses masuknya ion garam dan air ke dalam telur terjadi

    karena proses osmosis. Tekanan osmotik air dan garam lebih rendah

    daripada tekanan osmotik pada telur.

    5. Bagaimana karkateristik telur asin yang diterima masyarakat?

    Jawaban:

    Berwarna putih susu pada bagian putih telur dan kuning pekat pada bagian

    kuning telur serta memiliki rasa asin.

    6. Mengapa kuning telur setelah selesai proses pengasinan berminyak? Dari

    mana datangnya minyak?

    Jawaban:

    Air dari putih telur yang masuk ke dalam kuning telur terserap oleh gel yang

    terbentuk pada kuning telur. Garam yang ada di kuning telur akan masuk ke

    dalam granula-granula kuning telur. Garam tersebut akan merusak ikatan-

    ikatan yang terdapat di dalam granula. Sebagian penyusun granula adalah

    LDL (Low Dencity Lipoprotein). Kerusakan ikatan pada LDL (Low

    Dencity Lipoprotein) ini diikuti oleh putusnya ikatan lemak dan protein.

    Protein yang terpisah dari setiap granula bereaksi bersama-sama larutan

    garam membentuk struktur tiga dimensi yaitu gel. Gel ini akan menangkap

    air yang masuk ke kuning telur.

    7. Gambarkan perbedaan warna kuning telur pada telur asin rebus!

    Jawaban:

  • Dina Andrasyifa 240210120125

    Gambar di atas merupakan perbedaan warna telur asin setelah dilakukan

    perebusan. Jenis telur dan metode pada gambar dari kiri ke kanan

    diantaranya: telur ayam asin metode larutan garam, telur ayam asin metode

    adonan abu gosok dan garam, telur bebek asin metode larutan garam, telur

    bebek asin metode adonan abu gosok dan garam. Perbedaan warna pada

    telur asin dipengaruhi oleh metode pengasinan yang dilakukan. Dengan

    menggunakan larutan garam akan dihasilkan putih telur berwarna putih

    bersih dengan sedikit tekstur yang berlubang dan kuning telur berwarna

    pekat. Sedangkan metode adonan abu gosok akan menghasilkan warna

    putih telur bersih dengan tekstur padat serta kuning telur yang berwarna

    lebih cerah.