tetas telur

121
ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGAN KONTROL SUHU MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN PEMBALIKAN TELUR SECARA OTOMATIS SKRIPSI Oleh: FATHUR ROHMAN NIM: 03540002 JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

Upload: tinolesmana6824

Post on 26-Dec-2015

72 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

manual

TRANSCRIPT

Page 1: Tetas Telur

ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGAN KONTROL SUHU

MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN

PEMBALIKAN TELUR SECARA OTOMATIS

SKRIPSI

Oleh:

FATHUR ROHMANNIM: 03540002

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2009

Page 2: Tetas Telur

ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGAN KONTROL SUHU

MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN

PEMBALIKAN TELUR SECARA OTOMATIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada :

Universitas Islam Negeri Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persayaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh:

FATHUR ROHMANNIM: 03540002

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2009

Page 3: Tetas Telur

HALAMAN PERSETUJUAN

ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGAN KONTROL SUHU

MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN PEMBALIKAN

TELUR SECARA OTOMATIS

SKRIPSI

Oleh:

FATHUR ROHMAN

NIM: 03540002

Disetujui oleh:

Pembimbing I

Imam Tazi, M. SiNIP: 150 327 265

Pembimbing II

Munirul Abidin, M.AgNIP. 150 321 634

Mengetahui

Ketua Jurusan Fisika

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang

Drs. M. Tirono, M.SiNIP. 131 971 849

Page 4: Tetas Telur

HALAMAN PENGESAHAN

ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGAN KONTROL SUHU

MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 DAN

PEMBALIKAN TELUR SECARA OTOMATIS

SKRIPSI

Oleh:

FATHUR ROHMANNIM: 035 400 02

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan

Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Tanggal

Susunan Dewan Penguji : Tanda Tangan

1. Penguji Utama : Drs.Abdul Basid, M. Si ( )NIP: 131 918 439

2. Ketua Penguji : Irjan M. Si ( ) NIP: 150 381 861

3. Sekr. Penguji : Imam Tazi, M. Si ( )NIP: 150 327 265

4. Anggota Penguji : Munirul Abidin, M.Ag ( )NIP. 150 321 634

Mengetahui dan Mengesahkan

Ketua Jurusan

Drs. M. Tirono, M.SiNIP. 131 971 849

Page 5: Tetas Telur

PERSEMBAHANKU :

Sang pemilik jiwaku, yang maha mengabulkan segala do’a, segalapuji syukur senantiasa terlahir untuk-Mu, Ya... Robbi.

Nabi akhir zaman pemberi safa’at, sholawat serta salam senantiasatercurahkan kaharibaanmu, ya... Rosululloh saw

Kedua orang tuaku tercinta; Kasiadi dan Siti Munawaroh yangselalu mendidik, mendoakan dan menyayangiku… terima kasihatas segalanya. semoga Allah selalu memberikan kesehatan,

kebahagiaan dunia-akhirat dan umur panjang…Amin

Yang aku sayangi mbak Azizah dan De’ saifuddin terima kasih atasdukungan dan motivasinya selama ini.

Yang mengajari aku, guru-guruku, ustadz-ustadzahku, dosen-dosenku, dan Guru spiritualku, terima kasih atas bimbingan dan

petuah yang diberikan selama ini.

Dosen2 Fisika yang terhormat; P.Tirono, P.Tazi, P.Tokhi, P.Basid,P.Agus Kris, P.Agus Mul, P.Irjan, P.Farid, P.Novi, Bu Erika dan Bu Erna.

Semoga Allah membalas kebaikan Mereka…Amin

Untuk teman-temanku, kokok, Rizal, Yusuf, Fuad, Bolang, fatchur,Adib thanks banget and Semua temen2 Fisika angkatan 2003

“kapan kita bisa berkumpul and camping bareng”

Rekan/ita IPNU-IPPNU ranting suru cabang Mojokerto, terimakasihatas semangat, diskusi serta doanya.

VIVA IPNU-IPPNU suru

Teman-teman :BBCclub : Agus, Imron, Tain, P-mand, Adib, Lukman, Wawan, Kusairi,

Bagus, serta semua Mahasiswa Fisika yang telah memberikan suportkeadaku sehingga penulis dapat menelesaikan sikripsi ini

Dan untuk semua orang yang aku sayangi dan yangmenyayangiku

Page 6: Tetas Telur

MOTTO

Artinya: Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke

dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan

Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezki

siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)"(QS. Al-Imron: 27).

Page 7: Tetas Telur

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat, taufiq dan hidayahNya,

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si.). Penulis menyadari bahwa banyak pihak

yang telah berpartisipasi dan membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Untuk itu, iringan doa da ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis

sampaikan, utmanya kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim (UIN MMI) Malang.

2. Bapak Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU., DSc selaku Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN

MMI) Malang.

3. Drs. M. Tirono. Selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN MMI) Malang.

4. Bapak Imam Tazi M.Si. Selaku Dosen Pembimbing I, karena atas bimbingan,

bantuan dan kesabaran beliau penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Munirul Abidin, M.Ag selaku pembimbing II yang senantiasa

mengarahkan dan membimbing penulisan skripsi yang berhubungan dengan

Agama.

6. Bapak dan ibu dosen Fisika yang senantisa memberikan ilmu dan informasi

yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

Page 8: Tetas Telur

7. Ayah dan Ibunda tercinta yang sepenuh hati memberikan dukungan moril

maupun sprituil serta ketulusan do’anya sehingga penulis skripsi ini dapat

terselesaikan.

8. Kakak dan adikku yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman Fisika, terutama angkatan ’03 yang telah memberikan

dukungan, bantuan dan loyalitas serta kerjasamanya selama penulisan skripsi

ini.

10. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil, yang

tidak bisa penulis sebutkan di sini satu persatu. Semoga Allah membalas

semua amal baik kalian dengan balasan yang berlipat ganda.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu

pengetahuan. Amin.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Malang, 15 Juni 2009

Penulis

Page 9: Tetas Telur

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................... i

Halaman Pengajuan........................................................................................... ii

Halaman Persetujuan ....................................................................................... iii

Halaman Pengesahan........................................................................................ iv

Halaman Persembahan...................................................................................... v

Halaman Motto ................................................................................................. vi

Kata Pengantar ................................................................................................ vii

Daftar Isi ........................................................................................................... ix

Daftar Tabel..................................................................................................... xii

Daftar Gambar ...............................................................................................xiii

Daftar Lampiran.............................................................................................. xv

Abstrack .......................................................................................................... xvi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 4

1.5 Batasan Masalah.............................................................................. 4

1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penetasan Telur ............................................................................... 7

2.1.1 Cara Tradisional Alamiah ....................................................... 8

2.1.2 Cara Teknologi (modern) ........................................................ 8

2.2 Temperatur .................................................................................... 12

2.2.1 Konsep Temperatur............................................................... 12

2.2.2 Pengukuran Temperatur ........................................................ 13

2.3 Pengaturan Dalam Perpetif Al-Qur’an ........................................... 14

2.4 Kontrol Otomatis ........................................................................... 16

2.5 Sensor Suhu(Tranduser IC LM35) ................................................. 17

2.6 Analog To Digital (ADC) .............................................................. 18

Page 10: Tetas Telur

2.7 Mikrokontroler .............................................................................. 24

2.7.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 ..................................... 24

2.7.2 Susunan Pin MCS AT89S51 ................................................. 26

2.7.3 Rangkaian Osilator................................................................ 29

2.7.4 Memori data Internal............................................................. 30

2.7.5 Memori Data Eksternal ......................................................... 30

2.7.6 Register Fungsi Khusus (FR) ................................................ 31

2.8 Liquid Crystal Display (LCD)........................................................ 34

2.9 Pemanas (Heater)........................................................................... 37

2.10 Penguat Operasional .................................................................... 38

2.10.1 Penguat Pembalik (Inverting Amplifier) .............................. 41

2.10.2 Penguat Tak Membalik (Non Inverting Amplifier)............... 42

2.10.3 Integrator Op-Amp.............................................................. 43

2.10.4 Sifat-sifat ideal Op-Amp ..................................................... 44

2.10.5 IC LM741 ........................................................................... 44

2.11 Motor DC .................................................................................... 46

2.12 Real Time Cloc (RTC) ................................................................. 47

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bentuk dan Sampel Penelitian........................................................ 49

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 49

3.3 Alat dan Bahan .............................................................................. 49

3.4 Perancangan dan Pembuatan Alat ................................................. 52

3.4.1 Perancangan Sistem Keseluruhan.......................................... 52

3.4.2 Perancangan Rangkaian Sensor Suhu.................................... 54

3.4.3 Perancangan Rangkaian Pengondisi Sinyal ........................... 54

3.4.4 Perancangan Rangkaian ADC ............................................... 55

3.4.5 Perancangan Rangkaian Miroontroller AT89S51 .................. 55

3.4.6 Perancangan Rangkaian Driver Relay ................................... 56

3.4.7 Perancangan Rangkaian RTC................................................ 57

3.4.8 Perancangan Rangkaian Motor DC ....................................... 57

3.4.9 Perancangan Rangkaian LCD................................................ 58

Page 11: Tetas Telur

3.4.10 Perancangan Perangkat Lunak............................................. 60

3.5 Teknik Pengambilan Data.............................................................. 61

3.5.1 Pengujian Sensitivitas Rangkaian Sensor Suhu (LM35) ........ 61

3.5.2 Pengujian Rangkaian Penguat Sinyal .................................... 62

3.5.3 Pengujian Rangkaian ADC 0804........................................... 62

3.5.4 Pengujian Rangkaian LCD.................................................... 63

3.5.5 Pengujian Rangkaian Driver Relay........................................ 64

3.5.6 Pengujian Alat Penetasan Telur Itik Dengan Kontrol Suhu

Menggunakan Mikrokontroller AT89S51 dan Pembalikan

Telur Secara Otomatis........................................................... 64

3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................... 65

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN

4.1 Pengujian Alat ............................................................................... 67

4.1.1 Hasil Pengujian Sensitivitas Sensor Suhu.............................. 67

4.1.2 Hasil pengujian Rangkaian Penguat Sinyal............................ 68

4.1.3 Hasil Pengujian Rangkaian ADC .......................................... 69

4.1.4 Hasil Pengujian Rangkaian LCD........................................... 71

4.1.5 Hasil Pengujian Rangkaian Driver Relay............................... 71

4.1.6 Hasil Pengujian Telur Itik Dengan Kontrol Suhu Menggunakan

Mikrokontroller AT89S51 dan Pembalikan Telur Secara

Otomatis ............................................................................... 72

4.2 Pembahasan................................................................................... 73

4.2.1 Pembahasan Alat................................................................... 73

4.2.2 Pembahasan dalam Kajian Al-Qur’an.................................... 75

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 78

5.2 Saran ............................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: Tetas Telur

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Termometer dengan sifat termometriknya........................................... 13

Tabel 2.2 Pemberian Nilai Pada –RD dan –WR Serta Perubahan Nilai Pada-INTR ............................................................................................... 23

Tabel 2.3 Fungsi Alternatif dari Port 3 ............................................................... 28

Table 2.4 Bank Register..................................................................................... 32

Table 2.5 Pembagian Alamat Pada Fungsi-fungsi Khusus.............................................. 36

Tabel 2.6 Konfigurasi Pin LCD M1632 ............................................................... 34

Table 4.1 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Suhu ............................................ 67

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Rangkaian Penguat Sinyal ................................ 68

Tabel 4.3 Hasil pengujian rangkaian ADC ......................................................... 69

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Rangkaian liquid cristal display (LCD) .................... 71

Tabel 4.6 Hasil pengujian rangkaian relay pemanas ........................................... 71

Tabel 4.7 Hasil pengujian rengkaian driver relay motor DC ............................... 72

Tabel 4.3 Tabel Pengujian Alat Penetasan Telur Itik dengan Sensor SuhuMenggunakan MK AT89S51 dan Pembalik Telur Secara Otomatis.... 73

Page 13: Tetas Telur

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat penetas telur dengan lampu minyak tanah ................................. 9

Gambar 2. 2 Penampang alat penetas telur dengan lampu minyak tanah.............. 9

Gambar 2.3 Isoterm dari dua sistem yang berbeda ............................................. 12

Gambar 2.4 Percepatan sekalar temperatur menyangkut penentuan harga numerik

pada isoterm sistem baku atau termometer ..................................... 14

Gambar 2.5 Sistem control umpan balik............................................................. 17

Gambar 2.6 Sensor temperatur LM35 dan Typical Aplication LM35 ............... 18

Gambar 2.7 Konversi sinyal analog menjadi digital/ biner.................................. 19

Gambar 2.8 Konversi dasar ADC..................................................................... 20

Gambar 2.9 Rangkaian successive approximation pengkonversi A/D................. 21

Gambar 2.10 Rangkaian Free running ADC....................................................... 22

Gambar 2.11 Blok Diagram AT89S51 .............................................................. 26

Gambar 2.12 Pin Diagram AT89S51................................................................. 27

Gambar 2.13 Rangkaian Oscillator AT89S51 .................................................... 29

Gambar 2.14 LCD M1632 ............................................................................... 35

Gambar 2.15 Lambang Op-Amp ....................................................................... 38

Gambar 2.16 Penguat pembalik (Inverting Amplifier) ....................................... 41

Gambar 2.17 Penguat tidak pembalik ................................................................ 42

Gambar 2.18. Rangkaian Integrator.................................................................... 43

Gambar 2.19 Kemasan IC 741 42 ..................................................................... 45

Gambar 2.20 Rangkaian IC 741 ....................................................................... 45

Page 14: Tetas Telur

Gambar 2.21 Pin RTC DS 12C887 .................................................................... 47

Gambar 2.22 Diagram Blok DS12C887 ............................................................ 48

Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem.................................................................... 53

Gambar 3.2 Rangkaian Minimum Mikrokontroller AT89S51............................. 56

Gambar 3.3 Interface LCD dengan MCU........................................................... 59

Gambar 3.4 Diagram Alir Program .................................................................... 60

Gambar 3.5 Rangkaian pengujian sensor suhu ................................................... 61

Gambar 3.6 Rangkaian pengujian penguat sinyal ............................................... 62

Gambar 3.7. Grafik hubungan output analog dengan digital .............................. 63

Gambar 3.8 Rangkaian pengujian rangkaian LCD.............................................. 63

Gambar 3.9 Rangkaian pengujian driver relay .................................................. 64

Gambar 4.1. Grafik hubungan Pembacaan ADC dan Suhu ................................. 70

Page 15: Tetas Telur

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Gambar Rangkaian Keseluruhan

Lampiran 2 Gambar Rangkaian PCB

Lampiran 3 Foto Alat Petasan Telur

Lampiran 4 List Program Assambler

Page 16: Tetas Telur

Rohman, Fathur. 2009, ALAT PENETASAN TELUR ITIK DENGANKONTROL SUHU MENGGUNAKAN MIKROKONTROLERAT89S51 DAN PEMBALIKAN TELUR SECARA OTOMATIS.Sikripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas IslamNegeri Maulana Malik Ibrahim (UINMMI) Malang.Pembimbing : (1) Imam Tazi, M.Si. (2) Munirul Abidin, M.Ag.

Kata Kunci: Telur Itik, suhu, Mikrokontroller AT89S51

Salah satu usaha yang sederhana untuk mendapat hidup yang layak yaitubeternak unggas, terutama itik. Jaman dahulu beternak itik merupakan suatupekerjaan yang kurang bergengsi, peternak menjadi pengembala dan mengekoritiknya kemana ia pergi. Ditambah dengan lamanya proses penetasan telur itikkarena selama ini hanya mempergunakan bola lampu 5 - 20 Watt dan lampuminyak tanah untuk menghangatkan ruang penetasan. Skripsi ini bertujuanmembuat suatu alat kontrol temperatur untuk penetesan telur itik menggunakanmikrokontroler AT89S51 dan pembalikan telur secara otomatis, pemutaran telurdilakukan agar telur mendapatkan panas yang lebih merata. Dengan alat inidiharapkan dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja peternak itik.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental kuantitatif karena datayang diperoleh berupa angka-angka. Pengkalibrasian dilakukan dengan caramembandingkan keluaran alat uji dengan data yang dihasilkan oleh termometer.

Dari hasil pegujian terhadap incubator melelui sistem pengontrol baikpengontrol mikrokontroller AT89S51, motor DC, real time clock (RTC) maupunliquid cristal display (LCD) dapat disimpulkan bahwa analisa data output alatpenetasan telur menggunakan sensor suhu dan pemutaran secara otomatis inididapatkan hasil rata-rata kesalahan relatif sebesar 0.54 %, nilai tersebutmenunjukan nilai kesalahan relatif yang minimum dan apabila diaplikasikan padapenetasan telur akan mendapatkan hasil yang maksimum.

Page 17: Tetas Telur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin

terbuka pula peluang berusaha. Beberapa puluh tahun yang lalu orang harus

kekota untuk mengadu nasib dan berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih

layak. Sekarang tidak demikian, bahkan dicanangkan ”gerakan kembali ke desa”.

Salah satu usaha yang sederhana untuk mendapat hidup yang layak yaitu

beternak unggas, terutama itik. Jaman dahulu beternak itik merupakan suatu

pekerjaan yang kurang bergengsi, peternak menjadi pengembala dan mengekor

itiknya kemana ia pergi. Ditambah dengan lamanya proses penetasan telur itik

karena selama ini hanya mempergunakan bola lampu 5 - 20 Watt dan lampu

minyak tanah untuk menghangatkan ruang penetasan. Dalam kehidupan sehari-

hari, perubahan suhu atau temperatur dipengaruhi dengan perubahan cuaca. Hal

ini sangat merepotkan bagi peternak itik petelur, karena cepat tidaknya telur yang

menetas di pengaruhi oleh kesetabilan temperatur (Bambang, 1988: 78).

Mahasiswa sebagai generasi muda yang penuh dengan potensi, dinamika

idealisme dan sebagai aset nasional yang perlu untuk mengembangkan dan

mengaktualisasikan dirinya agar dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

serta mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap kepentingan

masyarakat. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu membuat

sistem kendali dari temperatur ruangan untuk pengembangbiakan itik darat.

Page 18: Tetas Telur

Kontrol otomatis telah memegang peranan yang sangat penting dalam

perkembangan ilmu dan teknologi. Di samping sangat diperlukan pada pesawat

ruang angkasa, peluru kendali, sistem pengendali pesawat, dan sebagainya.

Kontrol otomatis telah menjadi bagaian yang sangat penting dan terpadu dari

proses-proses dalam pabrik dan industri modern. Misalnya kontrol otomatis perlu

sekali dalam kontrol numeric dari mesin alat-alat bantu industri manufaktur. Ia

juga perlu sekali dalam operasi industri seperti pengontrolan tekanan, suhu,

kelembaban, viskositas, dan arus dalam industri proses.

Melihat kemajuan teknologi yang berdampak positif dan bermanfaat

dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti halnya kontrol otomatis dan

dijelaskan dalam al-Qur’an betapa sang maha pencipta Allah SWT telah mengatur

isi jagat raya, sehingga di dalamnya berlaku hukum-hukum alam dan keteraturan.

Menjadikan sesuatu memiliki kadar serta sistem tertentu dan teliti baik itu yang

berkaitan dengan materi, maupun waktu seperti Siang, malam, pagi, sore

semuanya itu telah diatur oleh ketentuan Allah SWT. Maksudnya Dialah yang

menerapkan seluruh ketetapan dan hukumnya yang diberlakukan terhadap semua

makhluk-Nya sesuai kehendak dan keinginannya. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiapsesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq: 3)

Al-Qur’an juga menghimbau kepada manusia untuk memikirkan masa

depannya dan berusaha merubah nasibnya melalui kegiatan-kegiatan yang

dilakukan bertahap dan terus-menerus sesuai dengan ayat berikut:

Page 19: Tetas Telur

……….

Artinya: …….Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaumsehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri……… (QS. ar-Ra’d:11).

Karena kemajuan dalam teori dan praktek kontrol otomatis memberikan

kemudahan dalam mendapatkan kemudahan dalam performansi dari sistem

dinamik, mempertinggi kualitas dan menurunkan biaya produksi, mempertinggi

laju produksi, meniadakan pekerjaan-pekerjaan rutin dan membosankan yang

harus dilakukan oleh manusia, dan sebagainya, maka sebagaian besar insinyur dan

ilmuan sekarang harus mempunyai pemahaman yang baik dalam bidang ini.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba untuk membuat suatu

alat penetas telur itik menggunakan pengontrol otomatis agar mempermudah

proses penetasan, supaya peternak itik dapat memperoleh hasil yang lebih

maksimal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang dan membuat suatu alat kontrol temperatur untuk

penetesan telur itik menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan

pembalikan telur secara otomatis?

2. Bagaimana analisa penggunaan sensor suhu dalam penetesan telur itik

menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan pembalikan telur secara

otomatis?

Page 20: Tetas Telur

3. Bagaimana pengaruh penggunaan alat ini terhadap proses penetasan bila

dibandingkan dengan proses penetasan alamiah?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Merancang dan membuat suatu alat kontrol temperatur untuk penetesan

telur itik menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan pembalikan telur

secara otomatis.

2. Menganalisa penggunaan sensor suhu dalam penetesan telur itik

menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan pembalikan telur secara

otomatis.

3. Bagaimana pengaruh penggunaan alat ini terhadap proses penetasan bila

dibandingkan dengan proses penetasan alamiah.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Pengontrol temperatur untuk penetasan telur itik dan pembalikan telur

sacara otomatis menggunakan kontrol suhu dapat diaplikasikan pada

kondisi nyata pada peternakan itik,sehingga dapat meningkatkan

produktifitas dan penghasilan mereka.

2. Dengan alat ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas

kerja peternak itik.

3. Perancangan dan pembuatan alat ini diharapkan dapat berfungsi sebagai

alat otomatis terprogram dan dapat dikembangkan untuk penelitian

selanjutnya sesuai dengan kebutuhan.

Page 21: Tetas Telur

1.5 Batasan Masalah

1. Pada penelitian ini dibuat sistem kontrol suhu dan pembalik telur secara

otomatis dengan set point antara 38,6 °C sampai 39.4 °C (Bambang, 1988:

78) dan menggunakan heater sebagai penghantar panas dan motor DC

sebagai pembalik telur.

2. Sebagai model digunakan miniatur.

3. Objek Penelitian ditekankan untuk penetasan telur itik

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah dan

sistematika penulisan dari proyek akhir yang dibuat.

BAB II TEORI PENUNJANG

Membahas tentang teori dasar dari komponen-komponen yang

digunakan pada proyek akhir ini.

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

Berisi tentang perencanaan dan pembuatan alat proyek akhir yang

meliputi perencanaan komponen, rangkaian yang digunakan.

BAB IV PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT

Membahas tentang pengujian alat yang meliputi cara kerja alat,

perolehan data dan fenomena yang terjadi selama pengujian.

Page 22: Tetas Telur

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari proyek akhir yang telah

dibuat dan saran yang mungkin bisa diberikan.

Page 23: Tetas Telur

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penetasan Telur

Penetasan telur teleh dijelaskan oleh al-Qur’an di dalam surat al-Imron

ayat 27 sebagaimana berikut:

Artinya: Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkansiang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yangmati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. danEngkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab(batas)".

Sebagian mufassirin memberi misal untuk ayat ini dengan mengeluarkan

anak ayam dari telur, dan telur dari ayam. dan dapat juga diartikan bahwa

pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu

umat adalah menurut hukum Allah (DEPAG RI. 1998 : 53).

Sebutir telur itik yang siap ditetaskan, memiliki komposisi kimia yang

mengandung sekitar 69% air; 1,2% karbohidrat; 1,0% mineral, dan sisanya

vitamin. Dari komposisi lengkap telur bertunas, lemak banyak terdapat pada

kuning telur, selain mineral dan vitamin. Sedangkan putih telur merupakan

sumber protein dan beberapa jenis mineral, tetapi kandungan karbohidrat sangat

sedikit, kecuali mineral seperti Calsium, Fosfor, Magnesium, Klorium, Potasium,

dan lain-lain.

Page 24: Tetas Telur

Kuning telur dan putih telur dipisahkan oleh selaput Vitiline yang

mempertahankan kuning telur mempengaruhi sekresi puti telur sehingga semakin

besar kuning telur, semakin besar pula sekresi putih telur. Chalaza yang

merupakan tali terpilin dan bisa berputar-putar berfungsi untuk menjaga agar

kuning telur tetap di tengah.

Dalam tata laksana penetasan telur itik selama ini dikenal ada dua cara

yakni:

2.1.1 Cara tradisional alamiah

Cara ini termasuk salah satu cara yang praktis, ekonomis, dan

menghasilkan indeks tetas yang tinggi. Penetasan menggunakan ayam atau

"enthog/menthok" yang sedang mengeram. Kelemahannya, jumlah telur sangat

terbatas dan harus bersamaan dengan waktu mengeram ayam atau

"enthog/menthok". Menetaskan telur itik dengan bantuan ayam hanya mempunyai

kapasitas 10 butir per ekor. Jika menggunakan "enthog/menthok" maksimal 15

butir per ekor. Pengeraman dengan cara ini memerlukan waktu 28 hari, terhitung

mulai saat telur pertama kali dierami.

2.1.2 Cara teknologi

Cara ini merupakan usaha penetasan dengan menggunakan alat penetas.

Keistimewaannya, penetasan dapat dilakukan setiap saat dan dalam jumlah yang

banyak, tetapi pelaksanaannya memerlukan keterampilan khusus supaya bisa

menghasilkan angka tetas yang tinggi.

Ada dua cara sederhana dan ekonomis dalam penetasan telur itik:

Page 25: Tetas Telur

a. penetasan telur itik dengan pemanas lampu minyak tanah dan lampu neon.

b. Penetasan telur itik dengan gabah dan energi surya.

Gambar 2.1 Alat penetas telur dengan lampu minyak tanah

Gambar 2. 2 Penampang alat penetas telur dengan lampu minyak tanah

Pedoman Penetasan :

Alat penetas harus diletakkan pada tempat yang rata, tidak boleh terkena

pancaran sinar matahari secara langsung, tempat penetasan tidak banyak

tertiup angin.

Ruangan tempat alat penetas harus bebas dari obat-obatan atau cairan yang

mudah menguap, alat penetasan sudah disterilkan dengan desinfektan atau

air kapur sebelum digunakan.

Page 26: Tetas Telur

Lampu minyak tanah dinyalakan dan diatur lebih dulu sampai panasnya

sesuai dengan yang dibutuhkan dan cukup stabil. Sebaiknya dalam rak

penetasan ditaruh alat pengukur suhu atau thermometer.

Telur itik yang akan ditetaskan harus dibilas air hangat bersuhu sekitar 38-

39 C. pembilasan harus meratah ke seluruh permukaan kulit telur,

kemudian baru disusun dalam rak penetas.

Penampan berisi air untuk mengatur kelembaban dimasukkan ke dalam rak

penetas. Penampan jangan terlalu penuh dan setiap hari bisa ditambahkan

air hangat.

Akan lebih baik alat penetas dilengkapi alat pengukur kelembaban

sehingga dapat diusahakan kelembaban penetasan hari pertama sekitar

70%. Mulai hari kedua dan selanjutnya 60%.

Temperatur yang diperlukan selama penetasan 28 hari yaitu:

Minggu pertama 38,6 C

Minggu kedua 38,9 C

Minggu ketiga 39,2 C

Minggu keempat 39,4 C

Pembilasan telur itik dengan air hangat selama penetasan :

Hari kedua sampai ke-14 (sekali sehari, waktu pagi)

Hari ke-15 sampai ke-25 (dua kali sehari, waktu pagi dan sore)

Pelambaran kain yang dibasahi selama penetasan:

Hari ke-26 dan ke-27

Page 27: Tetas Telur

Pembalikan telur selama penetasan dilakukan paling sedikit 2 kali sehari,

mulai hari ke-3 sampai ke-25.

Pendinginan telur selama penetasan selama 15 menit :

Hari ke-4 sampai ke-25 (dengan diangin-anginkan)

Pemeriksaan telur selama penetasan dilakukan 3 kali :

Pemeriksaan pertama pada hari ke-7

Pemeriksaan kedua pada hari ke-14

Pemeriksaan ketiga pada hari ke-21

Setelah telur menetas, biarkan anak itik yang bulunya masih basah berada

dalam alat penetas selam 24 jam sampai bulunya kering. Selanjutnya

dipindahkan ke kandang atau kotak anak itik yang sudah dilengkapi

pemanas (induk buatan). (Bambang, 1988: 77-79)

Pemutaran telur sedikitnya adalah 3 kali sehari atau 5 kali sudah lebih dari

baik untuk mencegah embrio telur melekat pada selaput membran bagian dalam

telur. Oleh sebab itu jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau

diputar posisinya dalam 1hari pada masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut

dilakukan dalam 18 hari pertama penetasan. Tetapi jangan membalik telur sama

sekali pada 3 hari terakhir menjelang telur menetas. Pada saat itu telur tidak boleh

diusik karena embrio dalam telur yang akan menetas tersebut sedang bergerak

pada posisi penetasannya.(UNILA, 2007:10-11)

Page 28: Tetas Telur

2.2 Temperatur

Semakin Suhu menyatakan panas atau dinginnya sesuatu. Semakin panas

suatu benda maka semakin tinggi suhunya. Sehingga suhu menyatakan panas atau

dinginnya sesuatu. (Sears dan Zemansky, 1991:354)

2.2.1 Konsep Temperatur

Tinjaulah sistem A kedalam Y1, X1 dalam kesetimbangan termal dengan

sistem B dalam keadaan Y’1, X’1. jika sistem A disingkirkan dan keadaannya

diubah, maka dapat di dapatkan keadaan lain Y2, X2 yang dalam kesetimbangan

termal dengan keadaan semula Y’1, X’1 dari sistem B. Percobaan menunjukkan

terdapat sekumpulan keadaan Y1, X1; Y2, X2; Y3, X3; dan seterusnya, yang

masing-masing dalam kesetimbangan termal dengan keadaan yang sama Y’1, X’1

dari sistem B dan menurut hukum ke nol, dalam kesetimbangan termal satu sama

lain. Kita akan menganggap bahwa jika semua keadaan seperti itu digambarkan

dalam diagram YX, letaknya pada kurva akan seperti I dalam dalam gambar 2.3,

yang di sebut isoterm. Isoterm adalah kedudukan semua titik yang

menggambarkan keadaan sistem yang dalam kesetimbangan termal dari satu

keadaan dari sistem lain. Kita tidak mengambil pengandaian mengenai kemalaran

isoterm, walaupun keadaan pada sistem yang sederhana menunjukkan bahwa

biasanya sekurang-kurangnya sebagai isoterm merupakan kurva yang

malar.(Zemenski, 1982 : 8-9)

Page 29: Tetas Telur

11 , XY

22 , XY

33 , XY 11 ',' XY

22 ',' XY

33 ',' XY

Gambar 2.3 Isoterm dari dua sistem yang berbeda

2.2.2 Pengukuran Temperatur

Untuk menentukan sekala empiris, kita memiliki beberapa sistem untuk

koordinal Y dan X sebagai sistem baku yang kita sebut termometer dan

mengambil seperangkat kaidah untuk menentukan harga numerik pada temperatur

yang berkaiatan dengan masing-masing isoterm. Pada setiap sistem lain yang

dalam kesetimbangan termal dengan termometer itu, kita pilih bilangan yang sama

untuk menunjukkan temperatur. Prosedur yang paling sederhana adalah memilih

lintasan yang mudah dalam bidang Y X, seperti yang diperlihatkan pada gambar

2.4 oleh garis terputus-putus Y = Y1 yang memotong isoterm itu pada titik yang

masing-masimg mempunyai koordinat Y yang sama tetap, isoterm diambil

sebagai fungsi X disebut sifat termometrik, dan bentuk sifat termometrik θ (X0

memutus sekala temperatur). Terdapat enam jenis termometer yang penting, yang

masing-masing dengan sifat termometriknya, seperti yang dilhat pada tabel 2.1.

.(Zemenski, 1982 : 11-12)

Page 30: Tetas Telur

Tabel 2.1 Termometer dengan sifat termometriknya

Termometer Sifat termometrik Lambang

Gas (volum tetap)

Resistor listrik (tegangan mekanis tetap)

Termokopel (tegangan mekanis tetap)

Uap helium (jenuh)

Garam para magnetik

Radiasi benda hitam

Tekanan

Radiasi listrik

Elektromotansi termal

Tekanan

Suseptibilitas magnetik

emitensi

P

R

Ξ

P

Χ

R B.λ

Isotermpadatemperatur titiktripel air

Gambar 2.4 Percepatan sekalar temperatur menyangkut penentuan harga nomerikpada isoterm sistem baku atau termometer

2.3 Pengaturan Dalam Perspektif Al-Qur’an

Membahas masalah peraturan, yang paling Maha Pengatur adalah Allah

karena Allah berhak atas semua apa yang ada di langit ataupun di bumi

Hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an:

Page 31: Tetas Telur

Artinya: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segalasesuatu.” (QS. Az-Zumar/39 : 62).

Ayat diatas mejelaskan betapa sang maha pencipta Allah SWT telah

mengatur isi jagat raya, sehingga di dalamnya berlaku hukum-hukum alam dan

keteraturan. Menjadikan sesuatu memiliki kadar serta sistem tertentu dan teliti

baik itu yang berkaitan dengan materi, maupun waktu seperti siang, malam, pagi,

sore semuanya itu telah diatur oleh ketentuan Allah SWT. Maksudnya Dialah

yang menerapkan seluruh ketetapan dan hukumnya yang diberlakukan terhadap

semua makhluk-Nya sesuai kehendak dan keinginannya. Allah SWT berfirman:

(Shihab, 2003: 258-260)

Artinya: “……Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagitiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq/65 : 3)

Artinya: “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, mataharidan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalamgaris edarnya.” (QS. Al-Anbiya’/21 : 33)

Asbabun nuzul dari surat Ath-Thalaaq ayat ketiga ini berkenaan dengan seseorang

suku Asyja’ yang fakir, cekatan dan banyak anak. Ia menghadap kepada

Rosulullah SAW. Meminta bantuannya (tentang anak yang ditawan musuh dan

tentang penderitaan hidupnya). Rosulullah SAW. Bersabda: :Bertaqwalah kepada

Allah dan sabarlah”. Tiada lama kemudian datanglah anaknya (yang ditawan itu)

Page 32: Tetas Telur

membawa seekor kambing (hasil rampasan dari musuh sewaktu melarikan diri).

Hal ini segera dilaporkan kepada Rosulullah SAW. Rosulullah SAW. Bersabda: “

Makanlah (kambing itu)”(H. A. Dahlan, dkk. 1989 : 533)

Ayat ini menjelaskan kepada kita semua bagaimana konsep pengaturan

alam semesta ini diatur dengan tatanan yang sangat rapi, hal ini menunjukkan

keseimbangan kontrol yang dibuat oleh Allah SWT untuk kemaslahatan demi

kelangsungan hidup makhluk-Nya. (Abdullah bin Muhammad, 2007: 448-449)

Di dalam Al-Qur’an Allah juga menjelaskan sebagaimana firman-Nya:

Artinya: “Dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah

Allah itu.” (QS. Al-Fathir/35 : 43 )

Yakni siapapun dari makhluk ini, tidak akan mampu mengalihkan hukum

Allah dari arah yang telah ditentukan. Kata (سنة) sunnah antara lain berarti

kebiasaan. Sunnatullah atau sunnah Allah adalah kebiasaan-kebiasaan yang

diberlakukannya terhadap apa, siapa dan kapanpun. Karena ia adalah sunnah yang

tidak menyimpang dari arah yang telah ditetapkan dari hukum-hukum Allah SWT.

(Shihab, 2003: 494-495 )

2.4 Kontrol Otomatis

Kontroler berfungsi membandingkan nilai yang sebenarnya dengan

keluaran plant dengan nilai (set poin) yang diinginkan, menentukan deviasi dan

menghasilakan suatu sinyal kontrol yang akan memperkecil deviasi sampai nol

Page 33: Tetas Telur

atau sampai suatu nilai yang kecil. Cara kontroler menghasilkan sinyal kontrol

disebut aksi pengontrolan (Ogata, 1991: 197)

Kontrol didefinisikan sebagai operasi pengaturan beberapa obyek untuk

tujuan tertentu. Pada kontrol manual, yang bertindak sebagai kontrol adalah

manusia. Sedangkan pada kontrol otomatis, peran manusia sebagai operator

digantikan oleh peralatan mekanik maupun elektronik. Kontrol otomatis

membandingkan harga yang sebenarnya dari keluaran “plant” dengan harga yang

diinginkan, menentukan deviasi, dan menghasilkan sinyal kontrol yang akan

memperkecil deviasi sampai nol atau sampai suatu harga yang kecil. Cara kontrol

otomatis menghasilkan sinyal kontrol disebut aksi pengontrolan (control action).

Kontroler otomatis biasa dipergunakan dibidang industri, di mana prinsip kerja

yang digunakan sama yaitu meliputi proses mengamati, mengolah informasi dan

memberikan reaksi terhadap alat.

Beberapa jenis kontrol yang umum digunakan antara lain :

Kontrol Sequensial

Kontrol sequensial beroperasi step by step sesuai dengan urutan yang telah

ditentukan. Kontrol jenis ini biasanya menggunakan relay, timer, limit switch,

kontaktor dan sebagainya. Aplikasinya banyak ditemui pada sistem

pengaturan seperti lampu lalu lintas dan proses produksi pada skala industri.

Kontrol Umpan Balik

Kelebihan kontrol umpan balik adalah kemampuan mendapatkan informasi

keluaran saat itu sehingga bisa dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan

Page 34: Tetas Telur

(set point) dan mengoreksi kesalahannya. Sistem kontrol ini secara umum

ditunjukkan pada Gambar 2.3. (Happy dan Purwati, 2001: 4-5)

Gambar 2.5 Sistem control umpan balik

2.5 Sensor Suhu (Tranduser IC LM 35)

Semakin Suhu menyatakan panas atau dinginya sesuatu. Semakin panas

suatu benda maka semakin tinggi suhunya. Sehingga suhu menyatakan panas atau

dinginnya sesuatu(Sears dan Zemansky, 1991:354). Sensor suhu adalah suatu

tranduser yang digunakan untuk mengkonversi besaran suhu menjadi besaran

listrik. Sensor suhu yang biasa digunakan adalah IC LM35 yang dikemas dengan

sangat kompak. LM35 tidak memerlukan kalibrasi eksternal ataupun timing

khusus, dengan range pengukuran antara 0 - 100 C. sensor ini mempunyai

karakteristik yang linier serta sensitifitas sebesar 10mV/ C (Widodo, Dkk.

2005:119)

Aplikasi IC LM35 sangat mudah karena output yang linier dan impedensi

keluaran yang rendah. Suhu untuk untuk penetasan telur itik berkisaran antara

38,6 C – 39,4 C.

Page 35: Tetas Telur

Gambar 2.6 Sensor temperatur LM35 dan Typical Aplication LM35

2.6 Analog To Digital Converter (ADC)

Rangkaian atau chip ADC berfungsi untuk mengubah sinyal analog

menjadi sinyal digital. Umumnya kita menggunakan chip ADC 8 bit untuk

mengubah rentang sinyal analog 0-5 V menjadi level digital 0-255 untuk ADC 8

bit, meskipun saat ini sudah banyak ADC yang mampu memproses data 12 bit.

Gambar 2.7 Konversi sinyal analog menjadi digital/ biner

Faktor-faktor spesifikasi ADC:

1. Resolusi

2. Linearitas

3. Akurasi

ADC

Vdd

AnalogSinyalInput

BinaryOutput

Page 36: Tetas Telur

4. Non linearitas

5. Kontrol

Analog to Digital Converter (ADC) berfungsi untuk mengubah tegangan

analog pada input menjadi tegangan digital pada outputnya.Sehingga data tersebut

dapat dibaca oleh peralatan interface dan dapat diproses oleh mikroprosesor.

Secara umum ADC dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:

a. ADC dengan golongan open -loop (tanpa feedback)

misalnya: tipe flash ADC, slope converter, dual converter

b. ADC dengan golongan close-loop (dengan feedback)

misalnya: single counter ADC, tracking ADC dan successive

ADC mengambil input sinyal kontinyu yang tidak diketahui (Vin) dan

mengkonversinya ke dalam bilangan biner n-bit. Bilangan n-bit adalah fraksi biner

yang menunjukkan rasio antara sinyal input (Vin) dan pengkonversi tegangan

penuh.

Gambar 2.8 Konversi dasar ADC

Tegangan Vin dihubungkan pada suatu input dari sinyal analog

pembanding dan tegangan referensi analog (Vr) dihubungkan pada input yang lain

dari komparator. Jika Vin > Vr tegangan output akan berada pada +Vo level yang

berarti logika “1”,jika Vin < Vr tegangan output akan low yang berarti logika

“0”.( Anik fitria, Anton Indarto. 2001)

Vin

Vr Vout

Page 37: Tetas Telur

Metode konversi sinyal analog menjadi digital yang digunakan adalah

Succesive Approximation ADC. Rangkaian ini menggunakan counter yang dikenal

sebagai successive-approximation register, yaitu melalui pendekatan berturut-turut

untuk mencari nilai yang paling tepat. Disamping menghitung naik deretan data

biner, register ini menghitung dengan mencoba seluruh nilai bit dimulai dari MSB

dan diakhiri dengan LSB. Selama proses penghitungan, register akan memonitor

output komparator untuk melihat jika hitungan biner kurang atau lebih besar dari

input sinyal analog.

Komponen dasarnya adalah pengkonversi A/D, pembanding atau

komparator, successive approximation register (SAR), sebuah clock dan kontrol

dan status logic (Widodo,D dan Sigit F. 2005: 120-121).

Gambar 2.9 Rangkaian successive approximation pengkonversi A/D

Clock

Control and status logic

Succesive approximationregister(SAR)

DAC

Digital Output D

Vo

Vin

Vfs

Page 38: Tetas Telur

Pada permulaan konversi, SAR dibersihkan ke “0” dan bit paling berarti

diset ke “1”. Hasil ini adalah harga Vo yang merupakan setengah dari skala

penuh. Output dari komparator kemudian di tes untuk melihat apakah Vin > atau

< Vo. Jika Vin > Vo bit yang paling berarti berubah menjadi “on” atau berubah

“off”.

Pada step berikutnya, bit yang paling berarti atau penting dari SAR

berubah menjadi “on”. Pada tingkat ini, Vo akan menjadi 3¼ atau 1¼ atau skala

penuh, tergantung pada apakah Vin > Vo atau Vin < Vo, masing-masing pada

langkah pertama. Kemudian komparator di tes apakah Vin > Vo yang baru, bit

yang paling berarti berikutnya “on” atau “off”.

Proses diulang untuk masing-masing bit SAR. Ketika proses dibawah

keluar untuk masing-masing bit , SAR berisi nomor biner D yang proporsi dengan

Vin dan garis EOC menunjukkan bahwa perbandingan telah selesai dan output

digital siap untuk transmisi. Keuntungan dari metode successive approximation

adalah kecepatan terbaik hanya pada pulsa clock n yang menghasilkan resolusi n

bit dari sinyal analog. Pada skripsi ini dipergunakan ADC 0804, yang mode tipe

kerjanya free running. Rangkaian free running ADC 0804 ditunjukkan pada

Gambar 2.10.

Page 39: Tetas Telur

Gambar 2.10 Rangkaian Free running ADC

Untuk membuat mode kerja ADC 0804 menjadi free running, maka harus

diketahui bagaimana urutan pemberian nilai pada -RD dan -WR serta perubahan

nilai pada -INTR. Urutan pemberian nilai pada -RD , -WR perubahan nilai pada -

INTR ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Pemberian nilai pada -RD dan -WR serta perubahan nilai pada -INTR

Mode kerja free running ADC diperoleh jika -RD dan -CS dihubungkan ke

ground agar selalu mendapat logika 0 sehingga ADC akan selalu aktif dan siap

memberikan data. Pin -WR dan -INTR dijadikan satu karena perubahan logika -

ITNR sama dengan perubahan logika pada -WR, sehingga pemberian logika pada

-WR dilakukan secara otomatis oleh keluaran -INTR.

Nilai tegangan masukan (Vx) dari sebuah ADC secara umum dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Page 40: Tetas Telur

dimana: Vx = tegangan masukan

Vref = tegangan referensi

Sedangkan resolusi dari sebuah ADC secara umum dapat dirumuskan sebagai

berikut:

dimana:

(http://www.electroniclab.com/index.php?action=html&fid=56)

2.7 Mikrokontroler

Pada dasarnya mikrokontroler adalah terdiri dari mikroprosesor, timer dan

counter, perangkat I/O dan internal memori. Pada dasarnya mikrokontroller

mempunyai fungsi yang sama dengan mikroprosesor, yaitu untuk mengontrol

kerja suatu sistem. Di dalam mikrokontroller terdapat CPU, ALU, PC, SP, dan

register lain yang terdapat pada mikroprosesor, tetapi dengn penambahan

perangkat-perangkat lain seperti ROM, RAM, PIO, SIO, Counter, dan rangkaian

Clock.

Mikrokontroller didesain dengan instruksi-instruksi yang lebih luas dan 8

bit instruksi digunakan untuk membaca data instruksi dari internal memory ke

ALU. Banyak instruksi yang digabung dengan pin-pin pada chip-nya. Pin tersebut

Page 41: Tetas Telur

adalah pin yang dapat diprogram yang mempunyai fungsi berbeda, tergantung

pada kehendak programmernya.

Sedangkan mikroprosesor didesain sangat fleksibel dan mempunyai

banyak byte instruksi. Semua instruksi bekerja dalam sebuah konfigurasi

perangkat keras yang membutuhkan banyak ruang memori dan perangkat I/O

untuk dihubungkan ke alamat pin-pin bus data pada chip. Sedangkan besar

aktifitas pada mikroprosesor bekerja dengan kode instruksi dan data pada atau dari

memori luar ke CPU. (Firmansyah, 2005: 277)

2.7.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroller 89S51 terdiri dari sebuah central processing unit (CPU),

dua jenis memori data (RAM) dan memori program (ROM), port I/O dengan

programmable pin secara independent, dan register-register mode, status, internal

timer/counter, serial communication serta logika random yang diperlukan oleh

berbagai fungsi peripheral. Masing-masing bagian saling berhubungan satu

dengan yang lain melalui kabel data bus 8 bit. Bus ini di-buffer melalui port I/O

bila diperlukan perluasan memori atau sebagian perangkat I/O. (Budiharto, 2004:

133)

MCU AT89S51 memiliki arsitektur sebagai berikut :

1) 8 bit Central Processing Unit (CPU).

2) 16 bit Program Counter (PC) dan Data Pointer (DPTR).

3) 8 bit Program Status Word (PSW).

4) 8 bit Stack Pointer (SP).

Page 42: Tetas Telur

5) 4 Kbyte ROM internal (on chip).

6) 128 byte RAM internal (on chip) yang terdiri dari:

a) 4 register bank masing-masing 8 register.

b) 16 byte yang dapat dialamati dalam bit level.

c) 80 byte data memory general purpose.

d) 4 programmable port masing-masing terdiri dari 8 jalur I/O

e) 2 timer/counter 16 byte.

f) 1 serial port dengan control serial full duplex UART.

g) 5 jalur interupsi (2 jalur eksternal dan 3 jalur internal).

7) 32 I/O yang disusun pada 4 port (port 0 – port 4).

8) 2 buah timer/counter 16 bit: T0 dan T1.

9) Full Duplex Serial Data Communication (SBUF).

10) Control Register: TCON, TMOD, PCON, IP, dan IE.

11) 2 eksternal interrupt dan 3 internal interrupt.

12) Oscillator dan clock circuit.

Page 43: Tetas Telur

Gambar 2.11 Blok Diagram AT89S51

Sumber : www.atmel.com

2.7.2 Susunan Pin MCS AT89S51

Pin AT89S51 dibedakan menjadi pin sumber tegangan, pin oscillator, pin

I/O, dan pin untuk proses interupsi luar. (Widodo, 2005 hal: 23)

Gambar 2.12 Pin Diagram AT89S51

Sumber : www.atmel.com

Page 44: Tetas Telur

Fungsi dari pin-pin AT89S51:

a) Pin 40 adalah pin Vcc, yaitu pin positif sumber tegangan 5 volt DC

b) Pin 20 adalah pin Vss, yaitu pin grounding sumber tegangan.

c) Pin 32-39 adalah pin port 0, merupakan port I/O 8 bit full duplex. Port

ini dapat digunakan sebagai gabungan antara alamat dan data selama ada

pengambilan dan penyimpanan data dengan eksternal ROM dan RAM.

d) Pin 1-8 adalah pin port 1, merupakan port I/O 8 bit full duplex. Setiap

pin dapat digunakan sebagai masukan atau keluaran tanpa tergantung

dari pin yang lain

e) Pin 21-28 adalah pin port 2, sama seperti port 0. port ini dapat digunakan

sebagai address bus tinggi, selama ada penghambilan dan penyimpanan

data dengan eksternal ROM dan RAM.

f) Pin 10-17 adalah pin port 3, sama seperti port 1, tetapi port ini memiliki

keistimewaan seperti pada table berikut:

Kaki Port Fungsi Alternatif

P3.0 RXD (masukan penerima data serial)

P3.1 TXD (keluaran pengirim data serial)

P3.2 INT 0 (interupsi eksternal 0)

P3.3 INT 1 (interupsi eksternal 1)

P3.4 T0 (masukan eksternal pewaktu/pencacah 0)

P3.5 T1 (masukan eksternal pewaktu/pencacah 1)

P3.6 WR (strobe penulisan memori data eksternal)

P3.7 RD (strobe pembacaan memori data eksternal)

Tabel 2.3 Fungsi Alternatif Port 3

Sumber : www.atmel.com

Page 45: Tetas Telur

Pin 9 adalah RST/VPD, pin ini berfungsi untuk me-“reset” sistem

AT89S51. kondisi high (logika ‘1’) dari pin ini selama dua siklus clock

(siklus mesin) akan me-“reset” mikrokontroller yang bersangkutan.

g) Pin 30 adalah pin ALE/PROG, pin ini berfungsi untuk mengunci low

address (alamat rendah) pada saat akses memori program selama operasi

normal.

h) Pin 29 adalah pin PSEN, Program Strobe Enable merupakan strobe

output yang dipergunakan untuk membaca eksternal program memori.

PSEN aktif setiap dua siklus mesin.

i) Pin 31 adalah pin EA/VPP, Eksternal Acces Enable secara eksternal

harus disambung ke logika ‘0’ jika diinginkan MCS51 menjadi enable

untuk mengakses kode mesin dari program memori eksternal. Namun

jika EA dihubungkan ke logika ‘1’ maka device akan mengambil kode

mesin dari internal program memori, kecuali jika program counter berisi

lebih besar dari 0 FFFh.

j) Pin 18 adalah pin XTAL1, pin ini merupakan input ke inverting

amplifier osilator. Pin ini dihubungkan dengan kristal atau sumber

osilator dari luar.

k) Pin 19 adalah pin XTAL 2, pin ini merupakan output dari inverting

amplifier osilator. Pin ini dihubungkan dengan kristal atau ground jika

menggunakan sumber kristal internal.

Page 46: Tetas Telur

2.7.3 Rangkaian Osilator

Jantung dari mikrokontroler AT89S51 terletak pada rangkaian yang

membangkitkan pulsa clock. Pin XTAL1 dan XTAL2 disediakan untuk

disambungkan dengan jaringan resonan untuk membentuk sebuah osilator.

AT89S51 dirancang untuk running pada frekuensi 3 MHz sampai 24 MHz.

(Budiharto, 2005 hal: 25)

Gambar 2.13 Rangkaian Oscillator AT89S51

Sumber : www.atmel.com

2.7.4 Memori Data Internal

Pada mikrokontroller 89S51 terdapat internal memori data. Internal

memori data dialamati dengan lebar 1 byte. Lower 128 (00H-7FH) terdapat pada

semua anggota keluarga MCS-51. Pada lower 128 lokasi memori terbagi atas 3

bagian yaitu: (Budiharto, 2005: 28)

1) Register Bank 0-3

32 byte terendah terdiri dari 4 kelompok (bank) register, dimana

masing-masing dari kelompok register itu berisi 8 register bit (R0-R7)

yang masing-masing kelompok register dapat dipilih dengan melalui

register PSW. Pada register PSW RS0 dan RS1 digunakan untuk memilih

kelompok register yang ada.

Page 47: Tetas Telur

2) Bit Addressable

16 bite di atas kelompok register tersebut membentuk suatu lokasi

blok memori yang dapat dialamati dimulai dari 20H-2FH

3) Scratch Pad Area

Dimulai dari alamat 30H-7FH yang dapat digunakan untuk inisialisasi

alamat bawah dari Stack Pointer. Jika telah diinisialisasi, alamat bawah dari

stack pointer akan naik ke atas samapai 7FH. Sedangkan pada 128 Byte atas

(upper 128) ditempati oleh suatu register yang memiliki fungsi khusus yang

disebut dengan SFR.

2.7.5 Memori Data Eksternal

Untuk megakses memori program eksternal, pin EA dihubungkan ke

ground. 16 jalur input/output (pada port 0 dan port 2) difungsikan sebagai bus

alamat port 0 mengeluarkan alamat rendah (A0-A7) dari pencacah program

(program counter). Pada saat port 0 mengeluarkan alamat rendah, maka sinyal

ALE (Address Lacth Enable) akan menahan alamat pada pengunci port 2 yang

merupakan alamat tinggi (A8-A15) yang bersama-sama alamat rendah (A0-A7)

membentuk alamat 16 bit. Sinyal PSEN digunakan untuk membaca memori

program eksternal.

Mikrokontroller 8951 memiliki data berupa RAM internal sebesar 128

byte. Dari jumlah tersebut, 32 byte terendah dikelompokkan menjadi 4 bank.

Tiap-tiap bank terdiri dari 8 register. Pemilihan bank dilakukan melalui register

Program Status Word (PSW). 16 byte berikutnya membentuk satu blok memori

yang dapat dialamati per bit. Memori data ini dapat diakses baik langsung atau

tidak langsung. (Widodo, 2005 hal: 20)

Page 48: Tetas Telur

2.7.6 Register Fungsi Khusus (SFR)

Register dengan fungsi khusus (Spesial Function Register / SFR) terletak

pada 128 byte bagian atas memori data internal. Wilayah SFR ini terletak pda

alamat 80H sampai FFH. Pengalamatan harus khusus diakses secara langsung

baik secara bit maupun secara byte. Register-register khusus dalam MC 8951,

yaitu: (Widodo, 2005 hal: 27)

1) Accumulator (ACC) atau register A dan register B

Register B : Register ini digunakan untuk proses perkalian dan

pembagian bersama dengan accumulator.

2) PSW : Register ini terjadi dari beberapa bit status yang menggambarkan

kejadian di accumulator sebelumnya, yaitu Carry bit, Auxiliary

carry, pemilih bank (RS0 dan RS1), bendera overflow, parity bit

dan dua buah bendera yang dapat didefinisikan sendiri oleh

pemakai. Ada 4 bank yang dapat dipilih untuk digunakan yang

semuanya bersifat addressable yaitu:

RS1 RS0 Register

0 0 BANK 0

0 1 BANK 2

1 0 BANK 3

1 1 BANK 4

Tabel 2.4 Bank RegisterSumber : www.atmel.com

Page 49: Tetas Telur

3) SP: Merupakan register 8 bit. Register SP dapat ditempatkan dalam

suatu alamat maupun RAM internal. Isi register ini ditambah

sebelum data disimpan, selama intruksi PUSH dan CALL. Pada

saat reset register SP diinisialisasi pada alamat 07H sehingga

stack akan dimulai pada lokasi 08H.

4) DPTR: adalah suatu register yang digunakan untuk pengalamatan tidak

langsung. Register ini digunakan untuk mengakses memori

program internal atau eksternal, juga digunakan untuk alamat

eksternal data. DPTR Ini dikontrol oleh dua buah register 8 bit

yaitu DPH dan DPL.

5) Register Prioritas Interrupt (Interrupt Priority / IP)

Merupakan suatu register yang berisi bit-bit untuk mengaktifkan

prioritas dari suatu interrupt yang ada pada mikrokontroller pada taraf

yang diinginkan.

6) Interupt Enable Register (EI)

EI merupakan register yang berisi bit-bit untuk menghidupkan atau

mematikan sumber interrupt.

7) Timer / Counter Control Register (TCON)

TCON merupakan register yang berisi bit-bit untuk

memulai/menghentikan pewaktu/pencacah.

8) Serial Control Buffer (SBUFF)

Register ini digunkan untuk menampung data dari masukan

(SBUFF IN) ataupun keluaran (SBUFF OUT) dari serial.

Page 50: Tetas Telur

Berikut adalah tabel pembagian alamat pada register fungsi-fungsi khusus:

SYMBOL NAME ADDRESS*ACC Accumulator 0E0H*B B Register 0F0H*PSW Program Status word 0D0HSP Stack Pointer 81HDPTR Data Pointer 2 BytesDPL Low Byte 82HDPH High Byte 83H*P0 Port 0 80H*P1 Port 1 90H*P2 Port 2 0A0H*P3 Port 3 080H*IP Interrupt Priority Control 0B8H*IE Interrupt Enable Control 0ABHTMOD Timer/Counter Mode Control 89H*TCON Timer/Counter Control 88H*+T2CON Timer/Counter 2 Control 0C8HTH0 Timer/Counter 0 High Control 8CHTL0 Timer/Counter 0 Low Control 8DHTH1 Timer/Counter 1High Control 8DHTL1 Timer/Counter 1Low Control 8BH*TH2 Timer/Counter 2High Control 0CDH*TL2 Timer/Counter 2 High Control 0CCH*RCAP2H T/C Capture Reg, High Byte 0CBH+RCAP21 T/C Capture Reg, Low Byte 0CAH*SCON Serial Control 98HSBUF Serial Data Buffer 99H

Tabel 2.5 Pembagian Alamat Pada Fungsi-fungsi KhususSumber : www.atmel.com.

Keterangan:

* : Bit addressable+ : 8052 only

2.8 Liquid Crystal Display (LCD M1632)

Untuk tampilan dalam Laporan Akhir ini, digunakan LCD M1632. Tampilan

jenis ini tersusun dari dot matriks dan dikontrol oleh ROM / RAM generator

karakter dan RAM data display. Semua fungsi display dikontrol dengan instruksi

Page 51: Tetas Telur

dan LCD dapat dengan mudah diantarmukakan (interface) dengan unit

mikrokontroller.

Liquid cristal display adalah modul tampilan yang mempunyai konsumsi

daya yang relatif rendah dan terdapat sebuah controler CMOS didalamnya.

Controler tersebut sebagai pembangkit ROM/RAM dan display data RAM.

Semua fungsi tampilan di kontrol oleh suatu instruksi modul LCD dapat dengan

mudah diinterfacekan dengan MPU.

Ciri-ciri dari LCD M1632: (Widodo, 2002: 153)

1) Terdiri dari 32 karakter yang dibagi menjadi 2 baris dengan display dot

matrik 5 X 7 ditambah cursor

2) Karakter generator ROM dengan 192 karakter

3) Karakter generator RAM dengan 8 tipe karakter

4) 80 X 8 bit display data RAM

5) Dapat diinterfacekan dengan MPU 8 atau 4 bit

6) Dilengkapi fungsi tambahan : Display clear,cursor home,display ON/OFF,

cursor ON/ OFF, display character blink, cursor shift dan display shift

7) Internal data

8) Internal otomatis dan reset pada power ON

9) +5 V power supply tunggal

Berikut ini merupakan pin-pin LCD berserta konfigurasinya:

Gambar 2.14. LCD M1632Sumber : www.robotindonesia.com

Page 52: Tetas Telur

Karakteristik dari LCD M1632 antara lain 16 x 2 karakter dengan 5 x 7 dot

matriks, ROM generator karakter dengan 192 tipe karakter, RAM generator

karakter dengan 8 tipe karakter (untuk program write), 80 x 8 bit RAM data

display dengan 80 karakter maksimal, Dapat diantarmukakan (interface) dengan

MPU 4 atau 8 bit, RAM data dan RAM generator karakter dapat dibaca dari

MCU, Rangkaian osilator terpadu, Catu daya tunggal ± 5 Volt, Reset otomatis.

(Seiko Instruments Inc,1987 :1).

Adapun untuk menampilkan karakter yang ada dilakukan dengan cara

memberikan kode karakter untuk tiap – tiap karakter yang diinginkan pada bus

data dan dengan menggunakan kontrol E, RS dan R/W.

No Nama Pin Deskripsi

1 VDD 5 V

2 VSS 0 V (Ground)

3 VLC Tegangan kontras LCD

4 RS Register Select. 0 : register perintah, 1: register data

5 R/W 1 : read, 0 : write

6 E Enable clock LCD

7 D0 Data Bus 0

8 D1 Data Bus 1

9 D2 Data Bus 2

10 D3 Data Bus 3

11 D4 Data Bus 4

Page 53: Tetas Telur

12 D5 Data Bus 5

13 D6 Data Bus 6

14 D7 Data Bus 7

15 Anoda Tegangan Positif Backlight

16 Katoda Tegangan Negatif Backlight

Tabel 2.6 Konfigurasi Pin LCD M1632Sumber : (Seiko Instruments Inc,1987 :7).

2.9 Pemanas (Heater)

Pemanas (heater) adalah suatu bahan yang mampu menghasilkan energi

panas bila diberi tegangan bolak balik. Bahan-bahan yang paling banyak

digunakan untuk pembuatan elemen pemanas listrik terdiri dari campuran krom +

nikel, krom + nikel + besi, krom + nikel + alumunium. Kawat untuk elemen

pemanas listrik harus memenuhi syarat: tahan lama pada suhu yang dikehendaki,

mekanis harus cukup kuat pada suhu yang dikehendaki, koefisien muai harus kecil

sehingga perubahan bentuknya pada suhu yang dikehendaki tidak terlalu besar,

tahanan jenis harus tinggi, koefisien suhu harus kecil sehingga arus kerja sedapat

mungkin konstan.

Bahan yang digunakan sebagian besar ditentukan oleh suhu maksimal

yang dikehendaki. Logam-logam campuran tersebut diatas dapat digunakan antara

100 C-1250 C. Sebagai penyangga panas maka diperlukan isolasi, bahan isolasi

kawat pemanas tidak boleh mengadakan reaksi kimia dengan bahan pengawatnya

pada suhu penggunaan.(Harten, 1985:142)

Page 54: Tetas Telur

2.10 Penguat Operasional

Penguat Operasional (Penguat Amplifier) adalah chip yang umumnya

digunakan untuk penguat sinyal yang nilai penguatannya dapat dikontrol melalui

penggunaan resistor dan komponen lainnya. Umumnya op-amp terdiri atas 2 input

dengan 1 output. Keluaran dari penguat adalah 0 yang mempunyai rumus :

VVAV0 ……………………………………………..............(1)

Dengan :

A adalah penguatan tegangan open loop dari amplifier

V adalah tegangan input noninverting

V adalah tegangan input inverting

V dan V adalah tegangan node terhadap ground. Umumnya penguatan

tegangan open loop dalam order 105 – 106. Biasanya sebuah resistor diletakkan di

antara node output dan input inverting untuk menyediakan feedback dan

penguatan yang dapat diatur.

Gambar 2.15 Lambang Op-Amp

_

+

V

V-

+Vc

c

-Vcc

V0

Page 55: Tetas Telur

Op-Amp sifatnya bekerja secara linier. Oleh karena itu , Op-Amp

menyesuaikan keluaran arus sehingga perbedaan tegangan di antara 2 input

mendekati 0.

V = V ................................................................................................(2)

(Widodo,D dan Sigit F. 2005: 131-132)

Untuk menggunakan Op-Amp harus memperhatikan parameter-

parameternya, agar didapatkan output sesuai dengan yang diharapkan antara lain:

1. Impedansi Input

Secara ideal impedensi input adalah tak terhingga, namun dalam kenyataan

hanya mencapai 1MΏ atau lebih. Semakin tinggi impedansi input maka semakin

baik penampilan Op-Amp tersebut.

2. Impedansi Output

Untuk impedansi output yang ideal adalah nol. Dalam kenyataan setiap Op-

Amp adalah berbeda-beda. Impedansi berfariasi antara 25 Ω sampai ribuan Ω.

Pada kebanyakan pemakaian, impedensi output dianggap nol sehingga Op-Amp

akan berfungsi sebagai sumber tegangan yang mampu memberikan arus dari

berbagai macam beban. Dengan impedansi input dan output yang renda, maka

Op-Amp berperan sebagai Impedansi.

3. Arus Bias Input

Secara teoristik ipmpedansi input besarnya takterhingga, maka seharusnya tak

ada arus input. Tetapi seharusnya tetap ada arus input dalam orde pikoamper

sampai mikroamper. Harga rata-rata dari arus ini biasanya dikenal sebagai arus

bias input, akan semakin rendah pula kelabilannya.

Page 56: Tetas Telur

4. Tegangan Offset Output

Tegangan offset output (tegangan kesalahan) disebabkan oleh arus bias input.

Bila tegangan kedua input sama besar, output Op-Amp akan nol volt. Namun

jarang sekali dijumpai kejadian seperti ini, sehingga pada output tetap ada sedikit

tegangan.

5. Arus Offset Input

Kedua arus input seharusnya sama besar sehingga tegangan output nol. Tetapi

hal ini tidak mungkin, karenanya harus ditambah arus offset input untuk menjaga

supaya output tetap nol volt. Dengan perkataan lain, untuk memperoleh keluaran

nol volt, sebuah arus mungkin menarik arus lebih besar dari yang lainnya.

6. Tegangan Offset Input

Idealnya, tegangan output Op-Amp nol saat tegangan kedua input nol. Namun

berkenaan dengan penguatan Op-Amp yang tinggi, adanya sedikit ketidak

seimbangan dalam rangkaian akan mengakibatkan munculnya tegangan output.

Dengan memberikan sedikit tegangan offset pada sebuah inputnya, tegangan

output dapat dinolkan kembali.

7. Slew Rate

Slew Rate adalah laju perubahan maksimum tegangan output Op-Amp,

dinyatakan dengan:

……(3)

(Laporan PKLI Fisika. 2006)

t

maksV

WaktuPerubahan

MaksimumOutputTeganganPerubahah out

)(

SR =

Page 57: Tetas Telur

2.10.1 Penguat Membalik ( Inverting Amplifier)

Penguat pembalik adalah rangkaian penguat dimana outputnya mempunyai

perbedaan fasa 1800 dengan sinyal input (membalikkan sinyal input).

Gambar 2.16. Penguat pembalik (Inverting Amplifier)

Gambar di atas menampilkan rangkaian inverting amplifier dengan sumber

daya terhubung ke +Vcc dan –Vcc. Pentingnya sinyal positif dan negative ini

karena biasanya sinyal input dalam mode AC dan terjadi penguatan pada output

yang kisarannya dari tegangan positif hingga ke tegangan negative. Untuk

menganalisis rangkaian tersebut, akan digunakan hukum arus dari kirchoff untuk

menentukan tegangan keluaran vo dan penguatan tegangan rangkaian sebagai

berikut:

Penguatan tegangan = Vo / Vs……………………………………………………….…………(4)

Sangatlah penting untuk membedakan antara penguatan tegangan

rangkaian dan penguatan tegangan open loop dari op-amp. Penguatan tegangan

open loop dari op-amp adalah penguatan tegangan dari 2 input op-amp terhadap

output op-amp. Untuk menganalisis rangkaian op-amp kita lihat node input (2 dan

-Vcc

+Vcc

R2

R1

Vs

R3

Vo

3

2

Page 58: Tetas Telur

3). Misalkan op-amp ideal dimana tidak ada arus mengalir pada input op-amp,

arus yang melalui R 3 adalah nol. Oleh karena itu, v 3 = 0. Dari persamaan diatas

kita tahu bahwa v 2 = v 3 =0,karena rangkaian op-amp berperilaku secara

linear (v = v ).

2.10.2 Penguat Tidak Membalik ( Non Inverting Amplifier)

Gambar 2.17. Penguat tidak pembalik

Pada rangkaian ini terminal masukan penguat tak membalik (Non

Inverting) ditanahkan, sedangkan tegangan keluaran dihubungkan dengan

terminal masukan pembaliknya.

Arus yang melintasi R1 (I1) terbagi dua yaitu arus yang melintasi Rf ( I2)

dan arus yang masuk ke Op-Amp sehingga dapat ditulis :

321 III …………………………………………………………….(5)

in

s

f

Oss

R

V

R

VV

R

VV

1

1 …………………………………………………(6)

Dengan mengasumsikan bahwa Op-Amp adalah ideal (dimana Zin=

A=tak terhingga) maka:

Vs = V0 / A = 0

Page 59: Tetas Telur

Karena Vs = 0 sehingga persamaan (9) menjadi :

f

O

R

V

R

V

1

1 ………………………………………………………..(7)

11

0

R

R

V

V f ……………………………………………………….(8)

11

0 VR

RV f

……………………………………………………(9)

2.10.3 Integrator Op-Amp

Sebuah integrator adalah rangkaian yang menyelenggarakan operasi,

integrasi secara matematik karena dapat menghasilkan tegangan keluaran

yang sebanding dengan integral masukan. Pemakaian yang umum ialah

menggunakan tegangan masukan yang tetap untuk mengahasilkan tegangan

keluaran berbentuk lereng (ramp). Sebuah lereng adalah tegangan yang mendaki

atau menurun secara linier.

Gambar 2.18. Rangkaian Integrator

Pada keadaan awal, arus input yang mengalir melalui resistor sama

dengan i1 = Vi / R. Tegangan output (Vo) sama dengan nol sehingga

arus yang mengalir melalui resistor juga mengalir melalui kapasitor C

Page 60: Tetas Telur

(i2=C. dv/dt) yaitu dengan menganggap resistansi input Op-Amp adalah tak

terhingga ( keadaan ideal ).

Dari hal ini maka didapat persamaan :

dt

dVC

R

Vi i 01

………………………………………………..(10)

Sehingga :

CR

V

dt

dV i

.0 …………………………………………………..…..(11)

Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan diatas, suatu persamaan

tegangan Output Integrator (Vo) akan diperoleh sebagai berikut:

dtVCR

V I.

10 …………………………………………………..(12)

2.10.4 Sifat-sifat Ideal OP-Amp

a. Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau lbvA ,

b. Hambatan keluaran lingkar terbuka adalah nol, atau 0,0 lbR

c. Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga, atau lbiR ,

d. Lebar pita tak berhingga, atau f = f2 – f1 =

e. Nisbah penolakan modus bersama (CMRR) =

2.10.5 IC LM 741

Pada mulanya IC 741 dibuat oleh Fairchild semiconductor dan bernama

A 741. karena amat popular maka hampir semua perusahaan membuatnya.

Untuk 741 mempunyai data sebagai berikut: lbiR , = 2 MΩ,CMRR = 90 dB, lbvA , =

Page 61: Tetas Telur

200000 (pada frekwensi rendah), lbR ,0 = 75 Ω, lebar pita untuk penguatan = 1

adalah 1 M Hz. (sutrisno. 1987. 117-118)

IC 741 berbentuk chip IC 8 kaki dalam kemasan Dual Inline Package

(DIP). Dalam IC tersebut terdapat beberapa puluh transistor yang membentuk

konfigurasi penguat. Chip 741 dan skematik rangkaiannya seperti gambar di

bawah ini :

Gambar 2.19. Kemasan IC 741

Gambar 2.20. Rangkaian IC 741(http://www.datasheet4u.com/download/741)

Page 62: Tetas Telur

2.11 Motor DC

Motor DC Servo

DC servo motor yang digunakan dalam perencanaan ini adalah DC servo

motor yang menggunakan permanen magnet. Alasan pemilihan DC servo motor

tipe ini adalah kemudahan dalam pengontrolan dengan menggunakan pengaturan

tegangan DC. Medan stator motor jenis ini dihasilkan oleh magnet permanen

bukan elektromagnet. PM motor mempunyai kurva kecepatan torsi yang linier

dalam jangka yang lebar. Penggunaan magnet permanen tidak membutuhkan daya

listrik untuk menghasilkan medan stator, sehingga daya dan pendinginan yang

diperlukan lebih rendah dibandingkan motor yang menggunakan elektromagnet.

Perubahan kecepatan motor dapat dengan mudah diatur dengan cara merubah-

rubah besarnya tegangan DC yang diberikan pada motor.

DC servo motor memiliki beberapa keunggulan, yaitu :

a. Bentuknya kompak, ringan dan berdaya kerja tinggi

b. Dapat bekerja pada daerah atau tempat yang kurang baik

c. Kecepatan maksimum yang sangat tinggi

d. Biaya perawatan mudah

DC servo motor ini mempunyai fasilitas optical encoder yang menjadi satu

dengan bodymotor dan ikut berputar pada saat motor berputar. Encoder ini

berfungsi sebagai feedback untuk pengontrolan close loop.

Page 63: Tetas Telur

2.12 Real Time Clock (RTC)

Real Time Clock merupakan suatu chip (IC) yang memiliki fungsi sebagai

penyimpan waktu dan tanggal. IC RTC yaitu DS12C887 yang memiliki register

yang dapat menyimpan data detik, menit, jam, tanggal, bulan dan tahun. RTC ini

memiliki 128 lokasi RAM yang terdiri dari 15 byte untuk data waktu serta

kontrol, dan 113 byte sebagai RAM umum.

RTC DS 12C887 menggunakan bus yang termultipleks untuk menghemat

pin. Timing yang digunakan untuk mengakses RTC dapat menggunakan intel

timing atau motorola timing. RTC ini juga dilengkapi dengan pin IRQ untuk

kemudahan dalam proses.

Berikut ini gambar pin-pin dari RTC DS 12C887, jumlah total pin-nya

sebanyak 13 buah :

Gambar 2.21 Pin RTC DS 12C887

Page 64: Tetas Telur

Gambar 2.22 Diagram Blok DS12C887

Terlihat dari diagram blok tersebut bahwa RTC terbagi menjadi beberapa

bagian utama dengan kontrol maupun I/O untuk operasinya.

(www.agfi.staff.ugm.ac.id)

Berikut ini keterangan dari fungsi masing-masing pin:

1. AD0-AD7 - Multiplexed Address/Data Bus

2. NC - No Connect (tidak dihubungkan kemana-mana)

3. MOT - Pemilih tipe bus

4. CS - Masukan RTC Chip Select

5. AS - Address Strobe (ALE)

6. R/W - Masukan Read/Write

7. DS - Data Strobe

8. RESET - Masukan Reset

9. IRQ - Luaran Permintaan Interupsi

10. SQW - Luaran Gelombang Kotak

11. VCC - +5 Volt Main Supply

12. GND - Ground

Page 65: Tetas Telur

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk dan Sampel Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah perancangan dan pembuatan alat untuk

mengatur temperatur di dalam incubator penetasan telur itik dan pemutaran telur

secara otomatis. Bentuk alat yang digunakan adalah miniatur dari suatu incubator

penetasan telur itik.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2009. Dan penelitian ini

dilaksanakan di Laboratorium Fisika Instrumentasi Jurusan Fisika UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang.

3.3 Alat dan Bahan

1. Bok Persegi Panjang (Incubator)

2. Komponene-komponen driver suhu Sensor

a. LM 35 (sensor suhu)

b. LM 358

c. Soket IC 8 pin

d. R 1KΩ

e. Trimpot 10 KΩ (multiturn, obeng - di atas)

f. Trimpot 100 KΩ (multiturn, obeng - di atas)

Page 66: Tetas Telur

3. Komponene-komponen Analog To Digital Converter (ADC)

a. ADC 0804

b. Soket IC 20 pin

c. R 10 KΩ - 1/4w

d. C 150 PF (coklat) isi

e. Tr 9013

f. Trimpot 10 KΩ

(multi turn, obeng - di atas)

4. Komponen- komponen Mikrokontroler

a. Mikrokontroler AT89S51

b. Soket IC 40 pin

c. R 10 kΩ 1/4 w

d. C 10 µF/16 V (kecil)

e. C 33 pf (coklat)

Crystal 12 Mhz (kecil)

5. Komponen- komponene Liquid Crystal Display

a. LCD M1632/162A (putih)

b. R 220 KΩ -1/4w

c. Trimpot 1KΩ

(segitiga, obeng + atas)

Page 67: Tetas Telur

6. Komponen-komponen RTC (Real Time Clock)

a. RTC DS 12C887

b. Soket IC 24 pin (lebar)

7. Komponen-komponen Konektor

a. Dip plug 16 pin

b. Dip plug 8 pin

c. Dip plug 5 pin

d. Dip plug 3 pin

e. Dip plug 2 pin

8. Power Supply

a. LM 7805

b. C 4700 μF/16V

c. C 100 μF/16V

d. Dioda 1A (IN 4002)

9. Lain-lain

a. Valay PCB 1cm

b. Trafo 1 A (nol)

c. Kabel pita 20 warna

d. Keypad 4 x 4 (hitam, tebal)

e. Motor DC

Page 68: Tetas Telur

f. Heater

g. Driver Haiter

h. Kipas

i. Termometer

3.4 Perancangan dan Pembuatan Alat

Berdasarkan literatur, tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah

perencanaan alat. Dalam perancangan instrumen penyusunan diagram blok sistem

dan pembuatan skema rangkaian. Serta pemilihan komponen-komponen

perangkat keras berdasarkan komponen yang berada dipasaran.

Perancangan dan pembuatan alat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap

pembuatan perangakat keras dan tahap pembuatan perangkat lunak.

3.4.1 Perancangan Sistem Keseluruhan dan Prinsip Kerja Alat

Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengontrol suhu ruang dalam

incubator sehingga sesuai dengan setting yang diberikan diawal proses penetasan.

Secara blok diagram alat yang dirancang ditunjukkan dalam gambar 3.1 dibawah

ini:

Page 69: Tetas Telur

Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem

Ketika alat dinyalakan secara otomatis pemanas (heater) menyala.

Pemanas (Heater) membuat suhu pada incubator menjadi menjadi panas. Suhu

pada incubator perlahan naik hingga mencapai suhu yang ideal yang diperlukan

untuk penetasan telur itik. Apabila sensor suhu mendeteksi suhu yang lebih tinggi

dari yang diperlukan, maka secara otomatis sinyal dari sensor suhu dikuatkan oleh

penguat sinyal lalu dirubah menjadi sinyal digital pada ADC dan diproses pada

MCU lalu pemanas akan dimatikan dan menyalakan kipas. Sebaliknya bila suhu

kurang dari yang diinginkan maka secara otomatis sinyal dari sensor suhu

dikuatkan oleh penguat sinyal lalu dirubah menjadi sinyal digital pada ADC dan

diproses oleh MCU lalu pemanas dinyalakan. Pada counter/timer disetting pada

hari ketiga setiap jam 07.00, 12.00 dan 17.00, pada saat-saat itu Motor DC akan

berputar secara otomatis dan membalik telur pada incubator, dan sebelum

Sensor Suhu ADC

MCUAT89S51

Driver Motor

LCD

DriverPemanas Heater

RTCPenguat Sinyal

Keypad

Motor DC

Page 70: Tetas Telur

pembalikan pada pukul 17.00 telur didinginkan dahulu 15 menit dan fan

dinyalakan.

3.4.2 Perancangan Rangkaian Sensor Suhu

Sensor suhu yang digunakan untuk mengkonveksi perubahan suhu ruang

penetasan menjadi sinyal listrik dalam perancangan ini adalah IC LM35,

penggunaan IC LM35 didasarkan pada kelebihan yang dimiliki IC LM35

diantaranya keluaran yang linier terhadap suhu, terkalibrasi secara langsung dalam

derajat celcius, murah dan mudah didapat, catu daya yang digunakan sensor

sebesar 5V DC. Sensor diletakkan dalam ruang penetasan telur, sehingga suhu

dalam ruangan tersebut dapat terdeteksi. Keluaran dari sensor suhu selanjutnya

dihubungkan ke rangkaian penguat sinyal.

3.4.3 Perancangan Rangkaian Pengkondisi Sinyal

Tegangan keluaran dari sensor suhu terlalu rendah. Oleh karena itu

tegangan keluaran dari sensor suhu harus dikuatkan agar sesuai dengan masukan

yang diperlukan oleh ADC. Penguat sinyal yang digunakan adalah IC LM358

yang merupakan penguat tak membalik.

Pada perancangan penguat sinyal menggunakan tegangan sebesar 5V.

ADC yang digunakan pada perancangan ini adalah ADC 10 bit, tapi dapat juga

menggunakan 8 bit dengan mengatur pemilihan bit pada pengesetan register.

Dalam perancangan ini dipilih 8 bit sebagai bit keluaran.

Page 71: Tetas Telur

3.4.4 Perancangan Rangkaian ADC

Keluaran dari sensor suhu yang dikuatkan oleh pengonisi sinyal

merupakan sinyal analog, sehingga harus di ubah terlebih dahulu ke dalam bentuk

digital agar dapat diproses oleh mikrokontroler AT89S51. Untuk keperluan itu

maka digunakan IC ADC 0804 sebagai pengubah sinyal analog kedigital.

Dalam skripsi ini ADC yang digunakan yaitu ADC 0804 buatan Nasional

Semiconductor. ADC ini merupakan konversi 8 bit dengan teknik konversi

aproksimasi register bertingkat (SAR, Succesive Aproximation Register). Pada IC

ini terdapat 8 masukan dengan 3 bit dekoder latch.

Waktu konversi ADC0804 sekitar 100 untuk clock KHz dan frekuwensi

maksimal adalah 1,28 Mhz. Daerah masukan 0-5 volt dan tegangan referensi

konversi disesuaikan dengan daerah masukan analog.

3.4.5 Perancangan Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Mikrokontroler yang digunakan sebagai kontrol ini tidak dapat melakukan

prosesnya tanpa dibantu oleh rangkaian lain seperti clock dan reset. Selain

rangkaian-rangkaian tersebut perlu juga ditentukan penggunaan dari port-portnya

dan sinyal-sinyal yang digunakan untuk mendukung proses kerja rangkaian.

Berikut adalah konfigurasi port-port yang digunakan:

a) P0.0-P0.7 digunakan sebagai data tampilan pada Liquid Cristal Display

(LCD)

b) P2.6-P2.7 digunakan sebagai instruksi data untuk pengontrol instruksi dan

karakter dan pada Liquid Cristal Display (LCD)

c) P1.0-P1.3 digunakan sebagai output ke motor DC

Page 72: Tetas Telur

d) P3.3-P3.5 digunakan sebagai input limit swicth dan tombol

Gambar 3.2 Rangkaian Minimum Mikrokontroller AT89S51

3.4.6 Perencanaan Driver Relay

Pada prencanaan ini, beban yang harus dikontrol oleh mikrokontroler

adalah pemanas (heater) dan Motor DC. Untuk menggerakkan relay dibutuhkan

driver. Ada 2 buah driver yang digunakan, 1 driver relay untuk menghidupkan dan

mematikan pemanas (heater) dan 1 driver untuk menghidupkan dan mematikan

motor DC. Rangkaian driver pamanas dan motor DC terdiri dari PNP 9012 dan

NPN 9013 yang berfungsi sebagai sklar, relay yang di hubungkan dengan

pemanas dan motor DC, serta dioda yang dihubungkan secara pararel dengan

relay.

Dalam perencanaan ini, digunakan port 3.0 untuk menggerakkan pemanas

(heater) dan port 3.1 untuk menggerakkan motor DC melalui rangkaian driver.

Relay yang digunakan pada rangkaian driver pemanas beroperasi dengan tegangan

Page 73: Tetas Telur

12 V DC. Arus minimal yang diperlukan untuk mengaktifkan relay adalah 80mA

(berdasarkan pengukuran) dengan resistor sebesar 150 Ω.

3.4.7 Perancangan RTC (Real Time Clock)

Jenis IC RTC yang digunakan pada rangkaian ini yaitu DS12C887 yang

memiliki register yg dapat menyimpan data detik, menit, jam, tanggal, bulan dan

tahun. RTC ini memiliki 128 lokasi RAM yang terdiri dari 15 byte untuk data

waktu serta kontrol, dan 113 byte sebagai RAM umum.

RTC DS 12C887 menggunakan bus yang termultipleks untuk menghemat

pin. Timing yang digunakan untuk mengakses RTC dapat menggunakan intel

timing atau motorola timing. RTC ini juga dilengkapi dengan pin IRQ untuk

kemudahan dalam proses.

3.4.8 Perancangan Rangkaian Motor DC

Jenis motor yang dipakai adalah jenis motor DC shunt yang mempunyai

daya kecil dan mempunyai putaran konstan, tegangan yang diperlukan yaitu 12

volt. Motor DC ini menggunakan potensiomotor yang pengaturannya dikerjakan

oleh driver motor. Driver motor ini menggunakan IC L23D. Dalam prakteknya

satu buah motor DC berputar ke kedua arah sehingga perlu piranti yang disebut H-

Bridge. H-bridge ini menggunakan dua buah penguat push-pul yang dipasang

berhadapan satu sama lain. Sebuah sinyal digital dari mikrokontroler AT89S51,

diberikan push-pull untuk menentukan arah putarannya yang mana hanya

menghasilkan sinyal sebesar 5 volt sehingga perlu adanya penguatan sampai

sinyalnya 12 volt. Sinyal PWM (Pulse Width Modulation) diberikan pada

penguat push-pull yag lain untuk menentukan kecepatan putarannya.

Page 74: Tetas Telur

3.4.9 Perancangan Rangkaian Liquid Cristal Display (LCD)

Dalam sistem ini direncanakan menggunakan sebuah layar penampil yang

berupa Liquid Crystal Display (LCD). Tipe LCD yang digunakan yaitu M1632

yang mempunyai spesifikasi yang dapat menampung karakter sebanyak 16 buah

dan 2 baris secara bersamaan. LCD ini memiliki 16 buah pin. Masukan yang

diperlukan untuk mengendalikan modul ini berupa bus data yang berhubungan

dengan bus alamat, serta 3 bit sinyal kontrol.

Penjelasan pin – out pada LCD M1632 adalah sebagai berikut :

a. VSS (pin 1) dan VCC (pin 2), adalah pin untuk power supply

b. VEE (pin 3), adalah pin untuk mengatur intensitas cahaya tampilan

pada LCD.

c. RS (pin 4), adalah pin untuk pemilihan mode input data. Apabila RS

diberi logika “0”, maka data berupa data kontrol dan bila RS diberi

logika “1” maka data adalah data untuk ditampilkan pada LCD.

d. R/W (pin 5), adalah pin untuk pemilihan proses pada LCD. Bila pin

R/W berlogika “1”, maka terjadi proses read (membaca data),

sebaliknya bila pin R/W berlogika “0” maka terjadi proses write

(menulis data).

e. E (pin 6), adalah pin enable untuk LCD. LCD akan enable bila pin ini

berlogika “HIGH”, sebaliknya jika pin ini berlogika “LOW”, LCD

akan disable.

f. DB0 – DB7 (pin 7 – pin 14), adalah pin untuk input/output data.

Page 75: Tetas Telur

g. V+BL ( pin 15) dan V-BL (pin 16), adalah pin untuk supply lampu

backlight LCD.

Bus data LCD terhubung dengan Port 0 mikrokontroler AT89S51.

Sinyal kontrol EN dihubungkan dengan port 2.4, LCD tipe M1632 dilengkapi

pula dengan backlight berwarna biru. Penyemat VCC dihubungkan ke variable

resistor sebesar 10KΩ yang berfungsi untuk mengatur intensitas gelap/terang

tampilan di layar LCD. Penyemat R/W dihubungkan pada ground sehingga mode

LCD adalah write “0”. Rangkaian LCD ini ditunjukkan pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Interface LCD dengan MCU

3.4.10 Perancangan Perangkat Lunak

Diagram alir utama system menunjukkan cara kerja sistem secara umum.

Diagram alir utama ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut:

Page 76: Tetas Telur

38T

39T

Gambar 3.4 Diagram Alir Program

3.5 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

pengujian pada masing-masing rangkaian dan pengujian pada rangkaian secara

keseluruhan.

Page 77: Tetas Telur

3.5.1 Pengujian Sensitivitas Rangkaian Sensor Suhu (LM35)

Uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

sensor suhu mampu bekerja. Langkah-langkah dalam melakukan uji sensitivitas

adalah:

1. Menyusun rangkaian penguji sensor suhu seperti yang ditunjukkan pada

gambar 3.5

2. Menghubungkan catu daya ke sensor suhu LM35

3. Memasukkan sensor suhu LM35 dan termometer ke dalam bejana

4. Menaikkan suhu udara dalam bejana dengan cara menyalakan pemanas

5. Mengukur tegangan keluaran sensor dengan multimeter

6. Mencatat hasil pengujian ke dalam tabel.

Gambar 3.5 Rangkaian pengujian sensor suhu

3.5.2 Pengujian Rangkaian Penguat Sinyal

Pengujian penguat sinyal dilakukan untuk mengetahui tanggapan keluaran

dari rangkaian penguat sinyal dan mengetahui prosentase simpangan teganga

keluaran hasil pengukuran dan perhitungan. Langkah-langkah dalam melakukan

pengujian rangkaian penguat sinyal yaitu:

Page 78: Tetas Telur

1. Menyusun rangkaian pengujian penguat sinyal seperti ditunjukkan

gambar 3.6

2. Menghubungkan catu daya ke rangkaian penguat

3. Memberikan tegangan variabel

4. Mengukur tegangan keluaran penguat

5. Mengukur hasil pengukuran kedalam tabel

Gambar 3.6 Rangkaian pengujian penguat sinyal

3.5.3 Pengujian Rangkaian ADC 0804

Pada pengujian ini, masukan sinyal analog yang diberikan berasal dari

keluaran rangkaian sensor LDR berupa tegangan, yang diumpankan kemasukan

ADC 0804. Rangkaian ADC 0804 akan mengubah masukan analog 0-5 volt

menjadi keluaran digital dari 00000000 (00H) sampai dengan 11111111(FFH).

Data hasil pengujian rangkaian ADC 0804 disajikan dalam bentuk grafik seperti

pada gambar 3.7

Page 79: Tetas Telur

Gambar 3.7. Grafik hubungan output analog dengan digital

3.5.4 Pengujian Rangkaian LCD

Pengujian LCD dilakukan untuk mengetahui apakah rangkaian tampilan

LCD dapat menampilkan data atau karakter sesuai dengan perencanaan. Langkah-

langkah dalam melakukan pengujian rangkaian LCD yaitu:

1. Mengatur blok rangkaian pada alat

2. Menghidupkan catu daya 5 volt

3. Memasukkan progam untuk menampilkan suatu karakter tertentu

4. Mengamati karakter yang ditampilkan melalaui liquid cristal display

(LCD)

Gambar 3.8 Rangkaian pengujian rangkaian LCD

Grafik Hubungan output analog dengan digital

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1

Digital (Hexadesimal)

Ana

log

(Vol

t)

00H 01H 02H 03H 04H 05H 06H 07H 08H 09H 0AH 0BH

Page 80: Tetas Telur

3.5.5 Pengujian Rangkaian Driver Relay

Pengujian driver relay dilakukan untuk mengetahui apakah driver relay berfungsi

sesuai perencanaan Langkah-langkah dalam melakukan pengujian rangkaian

driver relay yaitu:

1. Memprogram mikrokontroler sesuai dengan program pengujian relay

2. Menghubungkan driver relay ke mikrokontroler yang digunakan seperti

ditunjukkan gambar 3.9.

3. Menghubungkan catu daya

4. Mengamati beban berupa pemanas dan mencatat hasil pengujian ke dalam

tabel

Gambar 3.9 Rangkaian pengujian driver relay

3.5.6 Pengujian Alat Penetasan Telur Itik Dengan Kontrol Suhu

Menggunakan Mikrokontroler AT89S51 Dan Pembalikan Telur

Secara Otomatis

Untuk mengetahui sistem yang dibuat mampu berkerja sesuai dengan sistem

yang diharapkan maka perlu dilakukan pengujian sistem secara keseluruhan.pada

pengujian ini langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

Catu Daya Mikrokontroler Tampilan LCDRangkaiandriver relay

Pemanas/Motor

DC

Catu

Daya

Page 81: Tetas Telur

1. Alat dihidupkan, kemudian di set pada hari pertama

2. Timer pada alat dipercepat 1 menit sebelum pukul 07.00; 12 .00; 17.00.

hal ini untuk menguji pembalikan telur

3. Kemudian timer dipercepat kembali menurut lamanya hari ketika alat

mengalami perubahan suhu sesuai dengan yang diinginkan

4. Besar nilainya suhu yang dikeluarkan oleh alat di kalibrasikan dengan

melihat termometer biasa dengan di masukkan ke dalam alat (di inkubator)

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan memanfaatkan teori ketidakpastian pada

fungsi satu peubah. Dalam penelitian ini nilai temperatur yang dihasilkan oleh

heater di ukur dengan thermometer dan dibandingkan dengan nilai temperatur

yang di dapat oleh mikrokontroler AT89S51 untuk mendapatkan kesalahan relatif

terhadap kalibrator menggunakan rumus: (Cooper, 1985: 184)

Krm =Tm

TpTm x 100%

Dimana :

Tm = Nilai temperatur yang di ukur menggunakan termometer

Tp = Nilai temperatur hasil penelitian

Krm = Kesalahan relatif terhadap termometer

Dari Kr yang didapatkan didapatkan reratanya dengan persamaan sebagai

berikut:

Page 82: Tetas Telur

n

KrKr

n

iim

m

1

)(

Semakin kecil kesalahan relatif kalibrator semakin tinggi tingkat ketelitian

dari pengukuran tersebut. Tingkat ketelitian didefinisikan sebagai suatu ukuran

tingkatan yang menunjukkan harga terdekat dengan mana suatu pembacaan

instrumen mendekati harga sebenarnya dari variabel yang diukur. Kesalahan

relative dalam penelitian ini menggunakan analisis dengan taraf signifikansi

sebesar 5% dan 1%.

Page 83: Tetas Telur

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Alat

Secara umum, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat yang

dibuat dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi perencanaan yang telah ditentukan.

Pengujian dilakukan untuk mengatahui kerja perangkat keras pada masing-masing

blok rangkaian penyusun sistem, antara lain pengujian sensitivitas rangkaian

sensor suhu LM33, Pengujian Rangkaian Penguat Sinyal, Pengujian Rangkaian

LCD, pengujian rangkaian sistem mikrokontroler AT89S51 dan pengujian alat

penetasan telur menggunakan mikrokontroer AT89S51 dan pemutaran telur secara

otomatis.

4.1.1 Hasil Pengujian Sensitifitas Rangkaian Sensor Suhu

Data hasil pengujian sensor suhu ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Table 4.1 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Suhu

Volt (mV)No

Suhu Termometer

(oC) Pengukuran Perhitungan

Simpangan

(%)

1. 25 249 250 0.4

2. 30 298 300 0.67

3. 35 352 350 -0.57

4. 40 401 400 -0.25

5. 45 449 450 0.22

6. 50 498 500 0.4

= 0.87

Page 84: Tetas Telur

Batasan yang dapat di ukur oleh sensor suhu LM35 yaitu antara 3 oC-150

oC dan secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan

suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV, maka didapat

rumus sebagai berikut:

VLM35 = suhu * 10mV

Tabel hasil pengujian di atas menunjukkan adanya simpangan dengan

keluaran (volt) sensor LM35 yang diperoleh melalui pengukuran dan perhitungan.

Prosentase nilai simpangan (volt) LM35 dapat dihitung dengan rumus:

Penyimpangan %= %100

nPerhitunga

PengukurannPerhitunga

Total persentase simpangan sebesar = 0.87%

Penyimpangan rata-rata =n

Simpangan

Jadi penyimpangan rata-rata = 0,17%

4.1.2 Hasil Pengujian Rangkaian penguat sinyal

Data hasil pengujian rangkaian penguat sinyal dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Rangkaian Penguat Sinyal

Voutput(mV)No Vinput(mV)

Pengukuran Perhitungan

Simpangan

(%)

1. 200 2010 2000 -0.5

2. 240 2393 2400 0.29

3. 280 2790 2800 0.36

4. 300 2992 3000 0.27

Page 85: Tetas Telur

5. 320 3204 3200 -0.13

6. 340 3395 3400 0.15

0.26

Karena keluaran dari sensor suhu LM35 berkisar antara 250mV-500mV

dan keluaran tersebut belum bisater baca oleh ADC yang memerlukan masukan

antara 0-5V, maka keluaran dari sensor tersebut dikuatkan sampai 10 kali agar

bisa terbaca oleh ADC.

Tabel hasil pengujian di atas menunjukkan adanya simpangan dengan

keluaran (volt) sensor LM35 yang diperoleh melalui pengukuran dan perhitungan.

Prosentase nilai simpangan (volt) LM35 dapat dihitung dengan rumus:

Penyimpangan %= %100

nPerhitunga

PengukurannPerhitunga

Total persentase simpangan sebesar = 0.26%

Penyimpangan rata-rata =n

Simpangan

Jadi penyimpangan rata-rata = 0.04%

4.1.3 Hasil Pengujian Rangkaian ADC

Data hasil pembacaan ADC untuk suhu terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Hasil pengujian rangkaian ADC

No Suhu ( C ) Pembacaan ADC

1. 29 44

2. 3056

3. 3168

Page 86: Tetas Telur

4. 3277

5. 3385

6. 3499

7. 35106

8. 36113

9. 37128

10. 38137

11. 39143

Tabel hasil koversi di atas dapat dibuat regresi antara suhu dengan nilai

pembacaan ADC sebagai beriku:

Grafi Hubungan pembacaan ADC Dengan Suhu

y = 0.1003x + 24.366

05

1015202530354045

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Pembacaan ADC (Desimal)

Suhu

(C)

Gambar 4.1. Grafik hubungan Pembacaan ADC dan Suhu

Berdasarkan grafik di atasa di peroleh nilai regresi antara suhu dengan pembacaan

ADC sebesar:

366.241003.0 xY

Keterangan : Y = Nilai Suhu

X = Pembacaan ADC

Page 87: Tetas Telur

Nilai regresi antara suhu dengan pembacaan ADC yang diperoleh,

merupakan nilai suhu sebenarnya yang di masukkan sebagai nilai suhu real pada

program.

4.1.4 Hasil Pengujian Rangkaian Liquid Cristal Display (LCD)

Progam yang dibuat untuk pengujian adalah progam sederhana yaitu

menampilkan karakter. Hasil pengujian dapat ditunjukkan pada tabel:

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Rangkaian liquid cristal display (LCD)

Data RS EN Ket Type

80h 0 010 Line 1 Instruksi

C0h 0 010 Line 2 Instruksi

01h 0 010 Clear screen Instruksi

41h 1 010 Char A Character

32h 1 010 Char 2 Character

43h 1 010 Char C Charakter

Berdasarkan pengujian tersebut diperoleh layar LCD dapat menampilkan

karakter sesuai dengan yang diharapkan, dengan demikian rangkaian antar muka

modul LCD dapat berfungsi sesuai dengan harapan.

4.1.5 Hasil Pengujian Rangkaian Driver Relay

Data hasil pengujian rangkaian relay pemanas dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.6 Hasil pengujian rangkaian relay pemanas

Logic V Logic(mV)

V Driver(mV)

Relay Ket

0 0,02 V 0,45 Off Pemanas mati

1 4,98 V 11,79 On Pemanas hidup

Page 88: Tetas Telur

Hasil pengujian rangkaian driver relay motor DC dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 4.7 Hasil pengujian rangkaian driver relay motor DC

LogicV Logic

(mV)V Driver

(mV)Relay

A B A B A B A BKet

0 0 0,02 V 0,02 V 0,46 0,46 Off Off Motor off

0 1 0,02 V 4,98 V 0,46 11,76 Off On Motor kiri

1 0 4,98 V 0,02 V 11,76 0,46 On Off Motor kanan

1 1 4,98 V 4,98 V 11,76 11,76 On On Motor off

Tebel hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa rangkaian relay

pemanas dan relay motor DC dapat bekerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari

masukan logicterhadap fungsi relay.

4.2.1 Hasil Pengujian Alat Penetasan Telur Itik Dengan Kontrol Suhu

Menggunakan Mikrokontroler AT89S51 Dan Pembalikan Telur Secara

Otomatis

Pada pengujian alat ini, nilai temperatur yang dihasilkan oleh heater di ukur

dengan thermometer dan dibandingkan dengan nilai temperatur yang di dapat oleh

mikrokontroler AT89S51

Tabel 4.8 Tabel Pengujian Alat Penetasan Telur Itik dengan Sensor SuhuMenggunakan MK AT89S51 dan Pembalik Telur Secara Otomatis

No.Tm(oC)

Tp(oC) TpTm 100X

Tm

TpTmKr

(%)

1 35 34.4 0.6 1.714

Page 89: Tetas Telur

2 40 40.1 -0.1 -0.25

3 45 44.6 0.4 0.889

4 50 51.1 -1.1 -2.2

5 55 53.6 1.4 2.545

Jumlah Kr 2.698

Dimana :

Tm = Nilai Temperatur yang di ukur menggunakan thermometer

Tp = Nilai able ve re hasil penelitian

Kr = Kesalahan able ve

Dan rerata kesalahan relative dari pengujian secara keseluruhan adalah :

n

KrKr

n

iiltemp

1)(

= 5

2,6980.54%

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Alat

Hasil pengujian pada sensor yang telah dilakukan didapatkan data seperti

pada tabel 4.1. dari tabel tersebut terlihat bahwa semakin besar nilai suhu yang

diterima oleh alat maka semakin besar nilai tegangan yang dibaca. Dari rata-rata

simpangan yang hanya 0,17% dari perhitungan dan pengukuran dapat

disimpulkan bahwa antara perhitungan dan pengukuran didapat perbedaan yang

minimum.

Sensor suhu dirancang untuk mendeteksi panas yang dikeluarkan oleh

heater diterima dalam bentuk tegangan, dimana tegangan yang diterima masih

sangat kecil sehingga perlu adanya penguat. Penguatan yang dipakai dalam sistem

Page 90: Tetas Telur

ini adalah 10 kali sehingga nilai tegangan dari sensor suhu berkisar 0-5 Volt, Hal

ini diperlukan untuk pembacaan tegangan pada ADC yaitu berkisar 3,86 – 3,94

Volt. Dari penguatan 10 kali dapat dilihat hasil dari penelitian pada tabel 4.2 disitu

didapat rata-rata simpangan juga sangat minimum yaitu 0,04%.

Berdasarkan pengujian secara keseluruhan yang telah dilakukan deketahui

bahwa: sensor suhu, rangkaian penguat, ADC, Mikrokontroler, LCD, RTC, Motor

DC, driver relay dan pemanas (heaer) dapat berjalan sesuai dengan perencanaan.

Setiap bagian dalam sistem pada perancangan ini bekerja sesuai control masing-

masing.

Ketika alat dinyalakan secara otomatis pemanas (heater) menyala.

Pemanas (Heater) membuat suhu pada incubator menjadi panas yang semula suhu

awalnya (suhu ruangan 27 oC) perlahan naik hingga mencapai suhu yang ideal

yang diperlukan untuk penetasan telur itik yaitu 38,6 oC pada minggu pertama,

minggu kedua 38,9 oC , minggu ketiga 39,2 oC, dan minggu keempat 39,4 oC.

Untuk mencapai suhu 38,6 C dari suhu kamar 27,9 C maka diperlukan waktu

sekitar 2,23 menit.

Apabila suhu yang diterima oleh LM35 lebih tinggi dari yang diharapkan,

maka secara otomatis MCU akan mengontrol suhu dengan mematikan heater dan

menyalakan fan. Sebaliknya bila suhu kurang dari yang diinginkan maka secara

otomatis MCU akan menyalakan heater dan mematikan fan.

Pada pemutaran telur dilakukan dari 72 jam (tiga hari ) setelah peng-On-an

alat penetasan sampai 684 jam (27 hari). Pada proses pemutaran telur ini,

counter/timer disetting tiap jam 07.00, 12.00 dan 17.00, dan pada saat-saat itu

Page 91: Tetas Telur

Motor DC akan berputar secara otomatis dan membalik telur pada incubator.

Khusus pemutaran pada pukul 17.00, lima belas menit sebelumnya telur

didinginkan dengan cara mamatikan pemanas dan menghidupkan fan, tepat pukul

17.00 maka heater dihidupkan kembali dan fan dimatikan.

Analisa data output alat penetasan telur menggunakan sensor suhu dan

pemutaran secara otomatis ini didapatkan hasil rata-rata kesalahan relatif sebesar

0.54 %, nilai tersebut menunjukan nilai kesalahan relatif yang minimum.

Dengan dibuatnya alat ini semoga peternak penetasan itik dapat bekerja

lebih maksimum dan dapat memperoleh hasil yang maksimal.

4.2.2 Pembahasan dalam Kajian Al-Qur’an

Dalam surat Al-Imron ayat 27

Artinya: Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang

ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan

Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezki

siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)"(QS. Al-Imron: 27).

Dari ayat di atas, penulis dapat memahami bahwa Allah Maha Pengatur

dan Maha Kuasa atas Kehendak-Nya. Kalau kita telaah dengan seksama ayat di

atas menuntun kepada kita agar memperhatikan pola kehidupan yang ada. Dari

yang tidak ada menjadi ada ataupun dari yang ada menjadi tidak ada. Sama seperti

ketika kita terapkan pada pola penetasan telur ini, dari yang semula hanya berupa

telur itik nanti akan menjadi itik. Sebagai Kholifah di dunia, manusia mempunyai

Page 92: Tetas Telur

kewajiban untuk menjaga dan memelihara semua yang ada di alam ini. Manusia

harus bisa mengoptimalkan semua daya pendukung yang ada, seperti kecerdasan

dan kekayaan alam semesta yang telah disediakan oleh Allah ’Azza Wajallah

kepada kita. Selama kita selalu berusaha menjaga alam dan berusaha

menjalankan amanah sebagai Kholifatu fil ardhi maka Allah akan selalu menjaga

kita, baik yang bersifat materiil maupun nonmateriil.

Dengan dibuatnya alat alat penetasan telur itik dengan kontrol suhu

menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan pembalikan telur secara otomatis ini

diharapkan pola penetasan telur yang sekarang masih manual san membutuhkan

tenaga yang lebih besar dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu

pembalik dan pemanas ataupun pendingin telur.

Berkenaan dengan hal pengontrolan dalam Al-Qur’an sangatlah

dianjurkan. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:

Artinya: “……Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagitiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq/65 : 3)

(pean jelaskan tentang bagaimana proses pada alat pean)

”Sebagaimana dalam incubator, temperatur yang di perlukan berkisar antara 38,6-

39,4oC. Dalam pembuatan alat ini yang dikontrol adalah temperatur ruangan

dalam incubator sehingga didapat temperatur yang diinginkan. Kemudia pada

waktu-waktu tertentu motor DC akan dikontrol supaya berputar secara otomati,

hal ini dilakukan supaya telur dapat berputar secara otomatis”.

Page 93: Tetas Telur

Dengan dibuatnya alat ini menjadikan semoga petani itik dapat bekeja

lebih efesiensi, efektifit dan memperoleh hasil lebih maksimal.

Sebagai Hamba Allah setelah melakukan usaha yang maksimal dan

memperoleh hasil yang maksimal tentunya kita tetap harus bersyukur kepada-Nya

atas semua kenikmatan yang diberikan kepada kita. akal merupakan anugerah

yang tidak ternilai harganya, karena dengan akal kita dapat mempelajari

keagungan penciptaan Allah SWT.

Kebanyakan diantara dari kita yang telah dianugerahi akal yang normal

sehat dan tanpa ada suatu kekurangan apapun dengan mudahnya kita ingkari dan

melupakan nikmat terbesar Allah yang telah diberikan kepada kita, padahal

seandainya kita mau bersyukur dan memperhatikan bukti-bukti kebesaran Allah

niscaya Allah akan menambah kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada kita.

Namun sebaliknya apabila mengingkari kenikmatan yang telah diberikan oleh

Allah maka Allah akan menurunkan adzab yang sangat pedih kepada kita.

Na’udzubillaahimindzaalik

Page 94: Tetas Telur

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang alat penetasan telur itik

dengan kontrol suhu menggunakan mikrokontroler AT89S51 dan pembalikan

telur secara otomatis yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Sensor suhu LM35 mendeteksi dengan baik adanya temperatur yang

masuk pada incubator sesuasi yang di inginkan yaitu 38,6 oC s/d 39,4oC.

Motor DC bekerja dengan baik, berputar membaliik telur pada waktu-

waktu yang diinginkan tanpa ada kendala

2. Mikrokontroler AT89S51 dapat mengontrol dengan baik hal ini dibuktikan

dengan adanya kevalidasi 99% dan mempunyai kesalahan relative rata-

rata yang sangat baik yaitu 0.54%

3. Penetasn telur pada alat ini lebih efisien dibanding dengan penetasan

secara tradisional.

5.2 Saran

Dari alat yang telah dibuat pada tugas akhir ini, masih terdapat banyak

kekurangan serta perlu pengembangan agar nantinya alat penetasan telur ini dapat

dipelajari lebih baik, baik secara teoritis dan praktis. Adapun perbaikan-perbaikan

dan pengembangan yang perlu dilakukan:

1. Ukuran fan kurang besar sehingga penurunan temperaturnya berjalan lebih

lama

Page 95: Tetas Telur

2. Sensor suhu ditambah 2 lagi menjasi 3 agar dapat membaca suhu lebih

merata.

3. Pada alat ini sebaiknya dikasih ventilasi agar penurunan temperatur dapa

lebih cepat.

Page 96: Tetas Telur

DAFTAR PUSTAKA

8052. 2008. Interrupts. http://www.8052.com. Diakses: 29 Januari 2009.

8052. 2008. Types of Memory. http://www.8052.com. Diakses: 3 Desember 2008.

Anonymous. 2002. AT89S51 8 Bit Mikrokontroler Wiyh 4 Byte Flash. AtmelCooperation. http://www.atmel.com/AT89S51.pdf.

Anonymous. 2005. IC 0804. http://www.datasheet4u.com/download/0804.pdf(diakses tanggal 07 Januari 2009)

Anonymous. 2002. ADC (Analog to Digital Converter).http://www.electroniclab.com/index.php?action=html&fid=56 (diaksestanggal 20 Nopember 2008)

Budiharto, Widodo. 2005. Perancangan Sistem dan Aplikasi Mikrokontroler.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Budiharto, Widodo. 2004. Interfacing Computer Dan Mikrokontroler. Jakarta: PTElex Media Koputindo

-------------. 2005. Perancangan Sistem Dan Aplikasi Mikrokontroler. Jakarta: PTElex Media Koputindo

Cooper, William D. 1985. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran.Jakarta: Erlangga.

Departemen Agama RI. 1998. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Asy-Syifa’

Happy S., Ardiyanto dan Purwati, Ninik. 2001. Rancang Bangun Sistem KontrolTemperatur Berbasis Logika Fuzzy. Surabaya: Jurusan TeknikTelekomunikasi Politeknik Elektronika ITS.

Marhiyanto, Bambang. 2004. Mengelola Bebek Darat Petelur. Surabaya: GitaMedia Press

Murtidjo, Agus, Bambang. 1988. Mengelola Itik. Yogyakarta: KANISUS

Muhammad, Abdullah bin. 2007. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i

Ogata, Katsuhiko. 1996. Tehnik Kontrol Automatik. Jakarta: Erlangga

Page 97: Tetas Telur

Pitoworno, Endra. 2006. Robotika (Desain, Control, dan Kecerdasan Buatan).Yogyakarta: Andi.

Rochman, Fatchur. 2006. Laporan PKLI. Jurusan Fisika. Fakultas SAINTEK.UIN Malang

Sutrisno. 1986. Elektronika Teori dan Prinsipnya. Bandung: ITB

Seiko Instrument. 1987. Liquid Crystal Display Module. Japan. Pdf. Diaksestanggal 19-11-2008

Shihab, M Quraish. 2003. Tafsir Al-Mishbah. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

UNILA. 2007. Seminar Hasil dan Pengabdian Masyarakat. Lampung: LembagaPenelitian Universitas Lampung

Widodo, D dan Sigit F. 2005. Elektronika Digital dan Mikroprosesor. Yogyakarta

Zemensky, Mark W. Dittman, Richard H. 1986. Kalor dan Termodinamika.Bandung: ITB

Page 98: Tetas Telur

Lampiran 1Gambar Rangkaian Keseluruhan

Page 99: Tetas Telur

Lampiran 2Gambar Rangkaian PCB

Page 100: Tetas Telur

Lampiran 3Foto alat penetasan telur

Foto alat penetasan telur tampak depan

Foto rangkaian alat tampak atas

Page 101: Tetas Telur

Foto rangkaian alat tampak samping

Foto fan, heater, sensor suhu dan rak penetasan telur

Page 102: Tetas Telur

Lampiran 4List Progam Assambler

org 00h ljmp init; Fans Bit P3.0 ; fan Rgkr Bit P3.1 ; rak geser kiri Rgkn Bit P3.2 ; rak geser kanan

Heat Bit P3.3 ; heater Rest Bit P3.4 Enbl Bit P3.5

RegA Equ 0Ah ; register A RTC RegB Equ 0Bh ; register B RTC Secd Equ 00h ; register address RTC second Mint Equ 02h ; register address RTC minute Hour Equ 04h ; register address RTC hour Days Equ 06h ; register address RTC days Date Equ 07h ; register address RTC date Mont Equ 08h ; register address RTC month Year Equ 09h ; register address RTC year Cent Equ 32h ; register address RTC year Stts Bit 2Fh.0 ; status pendinginan Jam0 Equ 30h ; register jam Jam1 Equ 31h ; register jam puluhan Jam2 Equ 32h ; register jam satuan

Mnt0 Equ 33h ; register menit Mnt1 Equ 34h ; register menit puluhan Mnt2 Equ 35h ; register menit satuan Dtk0 Equ 36h ; register detik Dtk1 Equ 37h ; register detik puluhan Dtk2 Equ 38h ; register detik satuan Mggu Equ 39h ; register minggu Tgl0 Equ 3Ah ; register tanggal Tgl1 Equ 3Bh ; register tanggal puluhan Tgl2 Equ 3Ch ; register tanggal satuan Bln0 Equ 3Dh ; register bulan Bln1 Equ 3Eh ; register bulan puluhan Bln2 Equ 3Fh ; register bulan satuan Thn0 Equ 40h ; register tahun Thn1 Equ 41h ; register tahun puluhan Thn2 Equ 42h ; register tahun satuan Cen0 Equ 43h ; register century

Cen1 Equ 44h ; register century puluhan Cen2 Equ 45h ; register century satuan Dadc Equ 46h ; data adc Dstp Equ 47h ; data seting point action

Hari Equ 48h ; data hari dr RTC Dday Equ 49h ; data hari pemantau perubahan Dhri Equ 4Ah ; data hari action Sttg Equ 4Bh ; start tanggal

Stbl Equ 4Ch ; start bulan Stth Equ 4Dh ; start tahun Dpss Equ 4Eh Buf0 Equ 4Fh

Page 103: Tetas Telur

Buf1 Equ 50h Char Equ 51h Cntr Equ 52h Dly0 Equ 53h Dly1 Equ 54h Dly2 Equ 55h Dly3 Equ 56h;init: lcall rst_hw lcall lcd_in lcall rtc_in lcall rd_mem;mulai: mov DPTR,#nama lcall line1 mov Char,#16 lcall tulis mov DPTR,#nim lcall line2 mov Char,#16 lcall tulis lcall delay2 mov DPTR,#jurs lcall line1 mov Char,#16 lcall tulis mov DPTR,#univ lcall line2 mov Char,#16 lcall tulis lcall delay2 lcall lcdclr mov Cntr,#15loop0: lcall bc_jam mov DPTR,#angka lcall line1 mov P0,#084h lcall w_ins mov A,Jam1 lcall wr_chr mov A,Jam2 lcall wr_chr mov P0,#':' lcall w_chr mov A,Mnt1 lcall wr_chr mov A,Mnt2 lcall wr_chr mov P0,#':' lcall w_chr mov A,Dtk1 lcall wr_chr mov A,Dtk2

lcall wr_chr lcall line2 mov P0,#0C3h

Page 104: Tetas Telur

lcall w_ins mov A,Tgl1 lcall wr_chr mov A,Tgl2 lcall wr_chr mov P0,#'/' lcall w_chr mov A,Bln1 lcall wr_chr mov A,Bln2 lcall wr_chr mov P0,#'/' lcall w_chr mov A,Cen1 lcall wr_chr mov A,Cen2 lcall wr_chr mov A,Thn1 lcall wr_chr

mov A,Thn2 lcall wr_chr mov P0,#0D0h lcall w_ins lcall delay1 djnz Cntr,loop1 ljmp loop2loop1: ljmp loop0loop2: mov DPTR,#tpkdsk lcall line1 mov Char,#16 lcall tulis mov DPTR,#tphrke lcall line2 mov Char,#16 lcall tulis mov DPTR,#angka mov P0,#0CBh lcall w_ins mov A,Dhri lcall nil mov P0,#0D0h lcall w_ins lcall delay2; jnb Stts,yyy mov DPTR,#tpprss lcall line1 mov Char,#16 lcall tulis mov DPTR,#tppdgn lcall line2 mov Char,#16 lcall tulis lcall delay2;yyy: lcall lcdclr

Page 105: Tetas Telur

mov DPTR,#tpshph lcall line1 mov Char,#16 lcall tulis mov Cntr,#15xxx: mov DPTR,#angka lcall line2 mov A,P2 mov B,#10 div AB mov Buf0,B mov B,#25 add A,B lcall nil mov P0,#'.' lcall w_chr mov A,Buf0 lcall wr_chr; mov P0,#0C6h lcall w_ins mov A,Dhri jnz loop3 mov P0,#'-' lcall w_chr mov P0,#'-' lcall w_chr mov P0,#'.' lcall w_chr mov P0,#'-' lcall w_chr ljmp loop4loop3: mov A,Dstp mov B,#10 div AB mov Buf0,B mov B,#25 add A,B lcall nil mov P0,#'.' lcall w_chr mov A,Buf0 lcall wr_chr;loop4: mov P0,#0CCh lcall w_ins jb Heat,loop5 mov P0,#'O' lcall w_chr mov P0,#'F' lcall w_chr mov P0,#'F' lcall w_chr ljmp loop6loop5: mov P0,#' ' lcall w_chr

Page 106: Tetas Telur

mov P0,#'O' lcall w_chr mov P0,#'N' lcall w_chrloop6: mov P0,#0D0h lcall w_ins lcall delay1 djnz Cntr,loop7 mov SP,#07h ljmp mulailoop7: ljmp xxx;setime: lcall lcdclr mov DPTR,#tpsttm lcall line1 mov Char,#16 lcall tulisstime0: lcall bc_jam mov DPTR,#angka mov P0,#0C1h

lcall w_ins mov A,Jam1 lcall wr_chr mov A,Jam2 lcall wr_chr mov P0,#':' lcall w_chr mov A,Mnt1 lcall wr_chr mov A,Mnt2

lcall wr_chr mov P0,#' ' lcall w_chr mov A,Tgl1 lcall wr_chr mov A,Tgl2 lcall wr_chr mov P0,#'/' lcall w_chr mov A,Bln1 lcall wr_chr mov A,Bln2 lcall wr_chr mov P0,#'/' lcall w_chr mov A,Thn1 lcall wr_chr mov A,Thn2 lcall wr_chr mov P0,#0D0h lcall w_ins lcall delay1

lcall tg_lpsstime1: lcall scnkpd cjne R0,#11,stime2 setb TR0

Page 107: Tetas Telur

mov SP,#07h ljmp mulaistime2: cjne R0,#12,stime3 ljmp stime4stime3: cjne R0,#16,stime1 ljmp stgpnt;stime4: mov DPTR,#angka mov P0,#0C1h lcall w_ins lcall tg_tkn mov Jam1,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps lcall tg_tkn mov Jam2,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps mov P0,#':' lcall w_chr lcall tg_tkn mov Mnt1,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps lcall tg_tkn mov Mnt2,R0

mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps mov P0,#' ' lcall w_chr lcall tg_tkn mov Tgl1,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps lcall tg_tkn mov Tgl2,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps mov P0,#'/' lcall w_chr lcall tg_tkn mov Bln1,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps

lcall tg_tkn mov Bln2,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps

Page 108: Tetas Telur

mov P0,#'/' lcall w_chr lcall tg_tkn mov Thn1,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps lcall tg_tkn mov Thn2,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps mov P0,#0D0h lcall w_ins mov A,Jam1 mov B,#10 mul AB

mov B,Jam2 add A,B mov Jam0,A mov A,Mnt1 mov B,#10 mul AB mov B,Mnt2 add A,B mov Mnt0,A mov A,Tgl1 mov B,#10 mul AB

mov B,Tgl2 add A,B mov Tgl0,A mov A,Bln1 mov B,#10 mul AB mov B,Bln2 add A,B mov Bln0,A mov A,Thn1 mov B,#10 mul AB mov B,Thn2 add A,B mov Thn0,A mov DPTR,#RegB mov A,#96h movx @DPTR,A mov DPTR,#Hour mov A,Jam0 movx @DPTR,A mov DPTR,#Mint mov A,Mnt0 movx @DPTR,A mov DPTR,#Secd mov A,#00 movx @DPTR,A

Page 109: Tetas Telur

mov DPTR,#Date mov A,Tgl0 movx @DPTR,A mov DPTR,#Mont mov A,Bln0 movx @DPTR,A mov DPTR,#Cent mov A,#20 movx @DPTR,A mov DPTR,#Year mov A,Thn0 movx @DPTR,A mov DPTR,#RegB mov A,#16h movx @DPTR,A ljmp setime;stgpnt: lcall lcdclr mov DPTR,#tpstpn lcall line1 mov Char,#16 lcall tulisstpnt0: cjne R1,#1,stpnt1 mov DPTR,#tpmg00 mov Dstp,#136stpnt1: cjne R1,#2,stpnt2 mov DPTR,#tpmg01

mov Dstp,#139stpnt2: cjne R1,#3,stpnt3 mov DPTR,#tpmg02 mov Dstp,#142stpnt3: cjne R1,#4,stpnt4 mov DPTR,#tpmg03 mov Dstp,#144stpnt4: lcall line2 mov Char,#16 lcall tulis mov DPTR,#angka mov P0,#0CAh lcall w_ins mov A,Dstp mov B,#10 div AB mov Buf0,B mov B,#25 add A,B; mov B,#10

div AB lcall wr_chr mov A,B lcall wr_chr mov P0,#'.' lcall w_chr mov A,Buf0 lcall wr_chr

Page 110: Tetas Telur

mov P0,#0DFh lcall w_chr mov P0,#'C' lcall w_chr lcall tg_lpsstpnt5: lcall scnkpd cjne R0,#11,stpnt6 mov SP,#07h ljmp mulaistpnt6: cjne R0,#15,stpnt8 dec R1 cjne R1,#0,stpnt7 ljmp setimestpnt7: ljmp stpnt0stpnt8: cjne R0,#16,stpnt5 inc R1 cjne R1,#5,stpnt9 ljmp stkndsstpnt9: ljmp stpnt0;stknds: lcall lcdclr mov DPTR,#tpstkd lcall line1 mov Char,#16 lcall tulis mov DPTR,#tpstmg lcall line2 mov Char,#16 lcall tulis lcall rd_memstknd0: mov DPTR,#angka mov P0,#0C7h

lcall w_ins mov A,Sttg lcall nil mov P0,#'/' lcall w_chr mov A,Stbl lcall nil mov P0,#'/' lcall w_chr mov A,Stth lcall nil mov P0,#0D0h lcall w_ins lcall tg_lpsstknd1: lcall scnkpd cjne R0,#11,stknd4 mov A,Sttg jnz stknd2 mov A,Stbl jnz stknd2 mov A,Stth jnz stknd2 ljmp stknd3stknd2: mov A,Dhri

Page 111: Tetas Telur

jnz stknd3 inc Dhri

lcall wr_memstknd3: mov SP,#07h ljmp mulaistknd4: cjne R0,#12,stknd5 ljmp stknd6stknd5: cjne R0,#15,stknd1 mov R1,#4 ljmp stgpntstknd6: mov P0,#0C7h lcall w_ins lcall tg_tkn mov Buf0,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps lcall tg_tkn mov Buf1,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps mov A,Buf0

mov B,#10 mul AB mov B,Buf1 add A,B mov Sttg,A mov P0,#'/' lcall w_chr lcall tg_tkn mov Buf0,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps lcall tg_tkn mov Buf1,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps mov A,Buf0 mov B,#10 mul AB mov B,Buf1 add A,B mov Stbl,A mov P0,#'/' lcall w_chr lcall tg_tkn mov Buf0,R0 mov A,R0 lcall wr_chr lcall tg_lps lcall tg_tkn mov Buf1,R0 mov A,R0

Page 112: Tetas Telur

lcall wr_chr lcall tg_lps mov A,Buf0 mov B,#10 mul AB mov B,Buf1 add A,B mov Stth,A; mov A,Sttg jnz stknd8 mov A,Stbl jnz stknd8 mov A,Stth jnz stknd8stknd7: clr Stts ; reset status pendinginan mov Dhri,#0stknd8: lcall wr_mem ; tulis memory ljmp stknd0;kalbrs: lcall lcdclr mov DPTR,#tpklbr lcall line1 mov Char,#16 lcall tulis

lcall tg_lpsklbrs0: mov DPTR,#angka

mov P0,#0C1h lcall w_ins mov A,P2 mov Dadc,A mov B,#100 div AB lcall wr_chr mov A,B mov B,#10 div AB lcall wr_chr mov A,B lcall wr_chr mov A,Dadc mov B,#10 div AB mov Buf0,B mov B,#25 add A,B mov P0,#0C9h lcall w_ins mov B,#10 div AB lcall wr_chr mov A,B lcall wr_chr mov P0,#'.' lcall w_chr mov A,Buf0

Page 113: Tetas Telur

lcall wr_chr mov P0,#0DFh lcall w_chr mov P0,#'C' lcall w_chr mov P0,#0D0h lcall w_ins lcall delay1 lcall scnkpd cjne R0,#11,klbrs0 mov SP,#07h ljmp mulai;action: lcall bc_hri ; action suhu thd seting point mov A,Hari mov B,Dday clr C subb A,B jz actn00 mov Dday,Hari inc Dhri ; tambah data hari lcall wr_memactn00: mov A,Dhri ; hari = 0, matikan heater &fan

clr Fans clr Heat jz actn09

mov B,#8 ; batas hari setpoint 1div AB

jnz actn01 mov Dstp,#136 ; realtime dg seting point 1 ljmp actn05actn01: mov A,Dhri

mov B,#15 ; batas hari setpoint 2div AB

jnz actn02 mov Dstp,#139 ; realtime dg seting point 2 ljmp actn05actn02: mov A,Dhri

mov B,#22 ; batas hari setpoint 3div AB

jnz actn03 mov Dstp,#142 ; realtime dg seting point 3 ljmp actn05actn03: mov A,Dhri

mov B,#28 ; batas hari setpoint 4div AB

jnz actn04 mov Dstp,#144 ; realtime dg seting point 4 jnz actn05actn04: mov Sttg,#00 ;\ mov Stbl,#00 ; | mov Stth,#00 ; | reset setelah mov Dhri,#0 ; | semua kondisi lcall wr_mem ; | ljmp actn08 ;/

Page 114: Tetas Telur

actn05: jb Stts,actn08 ; cek status pendinginan mov A,P2 ; baca suhu mov Dadc,A mov B,Dstp div AB jnz actn06

setb Heat clr Fans ljmp actn09actn06: mov A,Dadc mov B,Dstp clr C subb A,B jnz actn07 clr Fans clr Heat ljmp actn09actn07: setb Fans clr Heat ljmp actn09actn08: setb Fans ; pendinginan clr Heat ; pendinginanactn09:;pdtl00: mov A,Dhri ; pendinginan telur mov B,#3 div AB jnz pdtl01 ljmp pdtl03 ; keluarpdtl01: mov A,Dhri mov B,#23 div AB jz pdtl02 ljmp pdtl03 ; keluarpdtl02: lcall bc_jam mov A,Jam0 mov B,#16 clr C subb A,B jnz pdtl03 mov A,Mnt0 mov B,#45 clr C subb A,B jnz pdtl03 mov A,Dtk0 mov B,#00 clr C subb A,B jnz pdtl03 setb Stts ; set status pedinginanpdtl03:;pmtl00: mov A,Dhri ; pemutaran telur mov B,#3 div AB

Page 115: Tetas Telur

jnz pmtl01 ljmp pmtl05 ; keluarpmtl01: mov A,Dhri mov B,#28 div AB jz pmtl02 ljmp pmtl05 ; keluarpmtl02: lcall bc_jam mov A,Jam0 mov B,#07 clr C subb A,B jnz pmtl03 mov A,Mnt0 mov B,#00 clr C subb A,B jnz pmtl03 mov A,Dtk0 mov B,#00 clr C subb A,B jnz pmtl03 lcall pndpss ljmp pmtl05pmtl03: mov A,Jam0 mov B,#12 clr C subb A,B jnz pmtl04 mov A,Mnt0 mov B,#00 clr C subb A,B jnz pmtl04 mov A,Dtk0 mov B,#00 clr C subb A,B jnz pmtl04

lcall pndpss ljmp pmtl05pmtl04: mov A,Jam0 mov B,#17 clr C subb A,B jnz pmtl05 mov A,Mnt0 mov B,#00 clr C subb A,B jnz pmtl05

mov A,Dtk0 mov B,#00 clr C subb A,B

Page 116: Tetas Telur

jnz pmtl05 clr Stts ; reset status pedinginan lcall pndpsspmtl05: ret;bc_jam: mov DPTR,#Hour movx A,@DPTR mov Jam0,A mov B,#10 div AB mov Jam1,A mov Jam2,Bbc_mnt: mov DPTR,#Mint movx A,@DPTR mov Mnt0,A mov B,#10 div AB mov Mnt1,A

mov Mnt2,Bbc_dtk: mov DPTR,#Secd movx A,@DPTR mov Dtk0,A mov B,#10 div AB mov Dtk1,A mov Dtk2,Bbc_tgl: mov DPTR,#Date movx A,@DPTR mov Tgl0,A

mov B,#10 div AB mov Tgl1,A mov Tgl2,Bbc_bln: mov DPTR,#Mont movx A,@DPTR mov Bln0,A mov B,#10 div AB mov Bln1,A mov Bln2,Bbc_thn: mov DPTR,#Year movx A,@DPTR mov Thn0,A mov B,#10 div AB mov Thn1,A mov Thn2,Bbc_cen: mov DPTR,#Cent movx A,@DPTR mov Cen0,A mov B,#10 div AB mov Cen1,A mov Cen2,Bbc_hri: mov DPTR,#Days movx A,@DPTR

Page 117: Tetas Telur

mov Hari,A ret;rtc_in: lcall dlystr mov DPTR,#RegA mov A,#20h movx @DPTR,A mov DPTR,#RegB mov A,#16h movx @DPTR,A ret;nilai: mov B,#100 div AB lcall wr_chr mov A,Bnil: mov B,#10 div AB lcall wr_chr mov A,B lcall wr_chr ret;rd_mem: mov DPTR,#21 movx A,@DPTR mov Sttg,A mov DPTR,#22 movx A,@DPTR mov Stbl,A mov DPTR,#23 movx A,@DPTR mov Stth,A

mov DPTR,#24 movx A,@DPTR mov Dhri,A mov DPTR,#25 movx A,@DPTR mov Dday,A ret;wr_mem: mov DPTR,#RegB mov A,#96h movx @DPTR,A mov DPTR,#21 mov A,Sttg movx @DPTR,A mov DPTR,#22 mov A,Stbl movx @DPTR,A mov DPTR,#23 mov A,Stth movx @DPTR,A mov DPTR,#24 mov A,Dhri movx @DPTR,A mov DPTR,#25

Page 118: Tetas Telur

mov A,Dday movx @DPTR,A mov DPTR,#RegB mov A,#16h movx @DPTR,A ret;pndpss: mov DPTR,#20 ; pindah posisi movx A,@DPTR jnz pndps0 lcall mrgkrr mov Dpss,#1 ljmp pndps1pndps0: lcall mrgknn mov Dpss,#0pndps1: mov DPTR,#RegB mov A,#96h movx @DPTR,A mov DPTR,#20 mov A,Dpss movx @DPTR,A mov DPTR,#RegB mov A,#16h movx @DPTR,A ret;mrgkrr: setb Rgkr ; miring kiri clr Rgkn lcall delay3 clr Rgkr

clr Rgkn ret;mrgknn: clr Rgkr ; miring kanan

setb Rgknlcall delay3

clr Rgkrclr Rgkn

ret;rst_hw: lcall dlystr

clr Fans ; reset fan clr Heat ; reset heater

clr Rgkr ; reset rak geser kanan clr Rgkn ; reset rak geser kiri

clr Stts ; reset status pendinginan ret;line1: mov P0,#080h lcall w_ins ret;line2: mov P0,#0C0h lcall w_ins ret;

Page 119: Tetas Telur

tulis: clr A lcall wr_chr inc DPTR djnz Char,tulis ret;wr_chr: movc A,@A+DPTR mov P0,A lcall w_chr ret;w_ins: clr Enbl clr Rest

setb Enbl clr Enbl lcall delay0

ret;w_chr: clr Enbl setb Rest

setb Enbl clr Enbl lcall delay0

ret;lcd_in: lcall dlystr mov P0,#01h ; Display Clear acall w_ins mov P0,#38h ; Function Set lcall w_ins mov P0,#0Dh ; Display On, Cursor, Blink lcall w_ins mov P0,#06h ; Entry Mode lcall w_ins ret;lcdclr: mov P0,#01h ; Display Clear lcall w_ins lcall delay0 lcall delay0 ret;scnkpd: mov R0,#10 lcall delay0col1: mov P1,#11111110b mov A,P1c1b1: cjne A,#11101110b,c1b2 mov R0,#1c1b2: cjne A,#11011110b,c1b3 mov R0,#2c1b3: cjne A,#10111110b,c1b4

mov R0,#3c1b4: cjne A,#01111110b,col2 mov R0,#13;col2: mov P1,#11111101b

Page 120: Tetas Telur

mov A,P1c2b1: cjne A,#11101101b,c2b2

mov R0,#4c2b2: cjne A,#11011101b,c2b3 mov R0,#5c2b3: cjne A,#10111101b,c2b4

mov R0,#6c2b4: cjne A,#01111101b,col3 mov R0,#14;col3: mov P1,#11111011b

mov A,P1c3b1: cjne A,#11101011b,c3b2 mov R0,#7c3b2: cjne A,#11011011b,c3b3 mov R0,#8c3b3: cjne A,#10111011b,c3b4

mov R0,#9c3b4: cjne A,#01111011b,col4 mov R0,#15;col4: mov P1,#11110111b

mov A,P1c4b1: cjne A,#11100111b,c4b2 mov R0,#11c4b2: cjne A,#11010111b,c4b3 mov R0,#0c4b3: cjne A,#10110111b,c4b4 mov R0,#12c4b4: cjne A,#01110111b,back mov R0,#16back: ret;tg_tkn: lcall scnkpdtg_tk0: cjne R0,#16,tg_tk1 ljmp tg_tkntg_tk1: cjne R0,#15,tg_tk2 ljmp tg_tkntg_tk2: cjne R0,#14,tg_tk3 ljmp tg_tkntg_tk3: cjne R0,#13,tg_tk4 ljmp tg_tkntg_tk4: cjne R0,#12,tg_tk5 ljmp tg_tkntg_tk5: cjne R0,#11,tg_tk6 setb TR0 mov SP,#07h ljmp mulaitg_tk6: cjne R0,#10,tg_tk7

ljmp tg_tkntg_tk7: ret;tg_lps: lcall scnkpd cjne R0,#10,tg_lps

ret;

Page 121: Tetas Telur

delay0: djnz Dly0,delay0 ret;delay1: lcall scnkpd cjne R0,#13,dely10 mov R1,#1 ljmp setimedely10: cjne R0,#14,dely11 ljmp kalbrsdely11: djnz Dly1,delay1 lcall action ; respon suhu ret;delay2: mov Dly2,#20dely2: lcall delay1 djnz Dly2,dely2 ret;delay3: mov Dly3,#200dely3: lcall delay0 djnz Dly1,dely3 djnz Dly3,dely3 ret;dlystr: lcall delay0 djnz Dly1,dlystr ret;nama: DB ' Fathur Rohman 'nim: DB ' NIM : 03540002 'jurs: DB ' Fisika 'univ: DB ' UIN Malang 'tpkdsk: DB 'Kondisi Sekarang'tphrke: DB ' Hari ke 'tpshph: DB 'Suhu Stpn Heat'tpstkd: DB ' Start Kondisi 'tpstmg: DB ' Mg 1 / / 'tpprss: DB ' Proses 'tppdgn: DB ' Pendinginan 'tpsttm: DB ' Setting Time 'tpstpn: DB ' Setting Point 'tpmg00: DB 'Mg 01-07: 'tpmg01: DB 'Mg 08-14: 'tpmg02: DB 'Mg 15-21: 'tpmg03: DB 'Mg 22-28: 'tpklbr: DB ' ADC Suhu 'angka: DB '0123456789 '; end