telur
DESCRIPTION
Laporan PraktikumPengetahuan Bahan Pangan - TelurTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMPENGETAHUAN BAHAN PANGAN
TELUR
Oleh:Nama : R. Fanny MegayantiNRP : 123020347Kelompok : NNo. Meja : 1 (Satu)Asisten : Fajar NugrahaTanggal Percobaan : 22 November 2014
LABORATORIUM PENGETAHUAN BAHAN PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG2014
I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
1.1 Latar Belakang Percobaan
Dalam mempertahankan kelanggengan hidupnya, hewan tertentu
berkembangbiak dengan menghasilkan telur, seperti ikan, ungags, binatang
melata, dan sebagainya. Sebagian bahan pangan, telur mempunyai nilai yang
penting karena merupakan sumber protein dan lemak. Untuk dapat menangani dan
memanfaatkan telur seoptimal mungkin perlu diketahui sifat-sifatnya baik fisik
maupun kimia, serta perubahan-perubahannya selama penyimpanan (Muchtadi,
2013).
Banyak sekali jenis hewan yang dapat menghasilkan telur. Dari sekian
banyak jenis telur yang dihasilkan oleh beberapa hewan, hanya beberapa jenis
telur yang bisa diperdagangkan dan dikonsumsi manusia yaitu telur ayam, telur
bebek, telur puyuh dan telur ikan. Yang paling populeh adalah telur ayam
sehingga dalam kehidupan sehari-hari istilah telur diasosiasikan dengan telur
ayam.
Kebanyakan telur ayam perdagangan yang bertujuan untuk dimakan
manusia tidak disenyawakan kerana peneluran berlaku tanpa sebarang ayam
jantan. Telur-telur subur juga dapat dibeli dan dimakan, tanpa sebarang perbezaan
khasiatnya. Telur tersebut tidak mengandungi embrio kerana penyejukan
melarang sebarang pertumbuhan sel.
Telur ayam dipergunakan secara meluas untuk berbagai-bagai hidangan,
baik yang manis mahupun yang tidak. Telur juga boleh dijeruk, direbus keras dan
disejukkan, atau juga dimakan secara mentah walaupun cara ini tidak disyorkan
untuk mereka yang mudah terjejas oleh salmonela, umpamanya orang tua, orang
uzur, dan wanita yang mengandung. Selain itu, hanya 51% daripada protein telur
mentah boleh diserap ke dalam badan, berbanding dengan telur masak yang 91%
dapat diserap. Dengan kata yang lain, penyerapan protein telur masak adalah
hampir dua kali penyerapan protein telur mentah.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari pengamatan parameter mutu telur adalah untuk menentukan
mutu dan kualitas dari telur utuh baik secara objektif maupun subjektif.
Tujuan dari pengamatan porositas kulit telur adalah untuk mengetahui
porositas kulit telur sehingga dapat diketahui apakah telur tersebut telah lama
disimpan atau tidak.
Tujuan dari pengamatan spesifikasi gravity telur adalah untuk mengetahui
nilai dan gravity telur agar dapat mengetahui kualitas telur.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan dari pengamatan parameter mutu telur adalah
berdasarkan kondisi kulit telur (kebersihan, keretakan, bentuk tekstur), kantung
udara (kedalaman, volume, dan posisi) serta isi telur dengan cara candling.
Prinsip percobaan dari porositas kulit telur adalah berdasarkan adanya
pori-pori pada kulit telur sehingga sehingga ketika ditambahkan metilen blue
larutan tersebut akan masuk kedalam kulit telur, semakin banyak jumlah bintik
warnanya maka semakin poros telur tersebut.
Prinsip dari percobaan pengukuran kualitas telur metode spesifik gravity
adalah berdasarkan perbedaan gravitasi antara berat jenis telur dengan larutan
garam serta perbedaan kantung udara dan kulit telurnya.
II METODOLOGI PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan-bahan yang digunakan, (2)
Alat-alat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan.
2.1 Bahan-Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan pada percobaan parameter mutu telur adalah telur
bebek.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan porositas kulit telur adalah
telur ayam buras, air, dan metilen blue.
Bahan yang digunakan pada percobaan spesifikasi gravity telur adalah
telur ayam buras, dan konsentrasi NaCl 1,060 ; 1,065 ; 1,070 ; 1,075 ; 1,080 ;
1,085 ; 1,090 ; 1,100.
2.2 Alat-Alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan parameter mutu telur yaitu
jangka sorong, candling, timbangan, dan alas kaca.
Alat-alat yang digunakan pada percobaan porositas kulit telur yaitu gelas
kimia.
Alat-alat yang digunakan pada percobaan spesifikasi gravity telur yaitu
toples plastic.
Candling
Kantung Udara
Kuning dan putih
telur
Keadaan kulit
Kebersihan Keretakan
Volume Posisi
Telur
2.3 Metode Percobaan
1. Parameter Mutu Telur
a. Pemeriksaan Telur Utuh
Gambar 1. Pemeriksaan Telur Utuh
Prosedur percobaan dari pemeriksaan telur utuh yaitu telur ditempatkan
pada alat candling dan lampu pada alat ini dinyalakan. Pengamatan ini dilakukan
terhadap keadaan kulit (kebersihan, keretakan), kantung udara (kedalaman/
volume, posisi) putih telur dan kuning telur. Pengamatan dilakukan sambil telur
diputar posisinya dan semua hasil pengamatan dicatat.
b. Pemeriksaan Isi Telur secara Subjektif dan Objektif
Indeks Kuning Telur= Tinggi KuningTelurDiameter Kuning Telur
Indeks Putih Telur= Tinggi PutihTelurDiameter PutihTelur
Nilai Z=10 xTinggi KuningTelur3 x Berat Utuh
Unit Haugh=¿100 Log (h +7,75 -1,7 X W0,37)
Dimana: W = Berat Utuh h = Tinggi Putih Telur
Gambar 2. Pemeriksaan Isi Telur secara Subjektif dan Objektif
Telur
Penimbangan
Pemecahan
Pemeriksaan
Objektif
Indeks Kuning Telur
Indeks Putih Telur
Nilai Z
Unit Haugh
Subjektif
Kondisi kuning telur &
putih telur
Kebersihan
Kejernihan
Warna
Ketegaran
Prosedur pengamatan isi telur yaitu telur utuh ditimbang, kemudia
dipecahkan dan seluruh isinya dilatekan secara hati-hati didalam cawan petri
besar. Pemeriksaan secara subjektif yaitu pengamatan ditujukan terhadap kondisi
putih telur tebal dan kuning telur (kebersihan, kejernihan, warna, dan ketegaran).
Pemeriksaan secara objektif yaitu kuning telur dapat dipisahkan dari putih telur
dengan hati-hati. Kuning telur diletakan diatas planimeter dan dilakukan
pengukuran terhadap tinggi dan diameternya. Indeks kuning telur dan nilai Z
dapat diukur. Tinggi dan diameter putih telur tebal diukur dan dihitung indeks
putih telur serta rumus unit Haugh berdasarkan rumus.
c. Ketebalan Kulit Telur
Gambar 3. Pengamatan Ketebalan Kulit Telur
Prosedur pengamatan ketebalan kulit telur yaitu tebal kulit telur diukur
dengan jangka sorong dan hasilnya dinyatakan dalam mm.
Telur
Kulit Telur
Pengukuran
2. Pengamatan Porositas Kulit Telur
Ket: Amati bintik biru pada bagian dalam kulit telur
Gambar 4. Pengamatan Porositas Kulit Telur
Prosedur percobaan pada porositas kulit telur adalah telur diamati secara
subjektif dengan metode pewarnaan. Telur di celupkan dalam larutan biru metilen
selama 1 jam. Telur dipecahkan dan jumlah bintik warna yang berpenetrasi
kedalam kulit dihitung atau di bandingkan antara telur yang satu dengan yang
lainnya. Makin banyak jumlah bintik warnanya berarti kulit telur makin poros.
3. Spesifikasi Graviti Telur
Amati telur jika mengapung pada nilai spesifik < 1,075 → kualitas telur
kurang baik
Amati telur jika mengapung pada nilai spesifik > 1,075 → kualitas telur
baik
Gambar 5. Spesifikasi Graviti Telur
Prosedur percobaan dari spesifikasi gravity telur yaitu telur dicelupkan
kedalam larutan garam yang konsentrasinya berbeda-beda. Jika telur mengapung
pada nilai spesifikasi gravity 1,075 artinya kualitas telur tersebut kurang baik.
Sedangkan jika telur mengapung pada nilai spesifikasi gravity lebih dari 1,075
artinya kualitas telur baik.
Telur
Pencelupan dengan larutan garam dengan nilai spesifik grafity
1,060 0,065 1,070 1,075 1,080 1,085 1,090 1,095 1,100
III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2)
Pembahasan.
3.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan umbi-umbian dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Parameter Mutu Telur Utuh
Pengamatan Hasil Pengamatan
Sampel Telur Bebek
Keadaan kulit Baik
Kebersihan Kotor
Keretakan Tidak ada
Kantung udara Terlihat
Volume Kantung udara Besar
Putih Telur Terlihat
Kuning Telur Terlihat
Sumber: Kelompok N, Meja 1, (2014)
Tabel 2. Hasil Pengamatan Isi Telur secara Subjektif
Pengamatan Hasil Pengamatan
Sampel Telur Bebek
KebersihanPutih Telur Bersih
Kuning Telur Bersih
KejernihanPutih Telur Jernih
Kuning Telur Jernih
WarnaPutih telur Bening
Kuning Telur Kuning
KetegaranPutih Telur Tegar
Kuning Telur Tegar
Sumber: Kelompok N, Meja 1, (2014)
Tabel 3. Hasil Pengamatan Isi Telur secara Objektif
Pengamatan Hasil Pengamatan
Sampel Telur Bebek
Berat telur 60,2 g
Tinggi Kuning Telur 21,1 mm
Diameter Kuning Telur 52,1 mm
Indeks Kuning Telur 4,06 mm
Nilai Z 1,174 mm
Tinggi putih telur 3,5 mm
Diameter putih telur 175,8 mm
Indeks putih telur 0,19 mm
Unit Haugh 52,24
Sumber: Kelompok N, Meja 1, (2014)
Tabel 4. Hasil Pengamatan Ketebalan Kulit Telur
Pengamatan Hasil Pengamatan
Sampel Telur Bebek
Ketebalan Kulit 0,51 mm
Sumber: Kelompok N, Meja 1, (2014)
Tabel 5. Hasil Pengamatan Porositas Kulit Telur
Pengamatan Hasil Pengamatan
Sampel Telur Ayam Buras
Hasil Bagian dalam kulit tidak terdapat bintik biru
Sumber: Kelompok N, Meja 1, (2014)
Tabel 6. Hasil Pengamatan Spesifikasi Graviti Telur
Pengamatan Hasil Pengamatan
Sampel Telur Ayam Buras
Hasil Mengapung pada angka 1,060
Sumber: Kelompok N, Meja 1, (2014)
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan telur utuh yaitu sampel telur
bebek dalam keadaan baik karena keadaan kulit telur tetapi kebersihan kotor.
Tetapi kuning dan putih telur terlihat dan tidak terdapat keretakan.
Gambar 6. Struktur Telur.
Secara lebih terperinci, struktur telur dapat dibagi menjadi 9 bagian, yaitu:
(1) kulit telur dengan permukaan yang agak berbintik-bintik, (2) membrane iulit
luar dan dalam yang tipis, berpisah pada dua ujung yang tumpul dan membentuk
ruang udara, (3) putih telur bagian luar yang tipis dan berupa cairan, (4) putih
telur yang kental dan kokoh berbentuk kantung albumen, (5) putih telur bagian
dalam yang tipis dan berupa cairan, (6) struktur keruh berserat yang terlihat pada
kedua ujung kuning telur, (7) lapisan tipis yang mengelilingi kuning telur, dan
disebut membrane fitelin, (8) benih atau bastodisc yang terlihat sebagai bintik
kecil pada permukaan kuning telur. Dalam telur yang terbuahi, benih ini
berkembang menjadi anak ayam, (9) kuning telur, yang terbagi menjadi kuning
telur berwarna putih berbentuk vas, bermula dari benih ke pusat kuning telur, dan
kuning telur yang berlapis yang merupakan bagian terbesar (Buckle, 1987).
Telur merupakan calon ternak yang bernilai biologi tinggi.Dalam telur ada
3 komponen pokok yaitu kulit telur (shell), putih telur (albumen), dan kuning telur
(yolk). Perbandingan antara ketiga komponen tersebut berbeda-beda sesuai
dengan jenis unggas pengahasil telur tersebut (Muchtadi, 2013)
Pigmen karotenoid memberikan warna kuning pada kuning telur. Pigmen
tersebut terdiri dari kriptoxantin, xantofil, dan karoten serta vitamin A. Kualitas
telur dipengaruhi oleh warna, bentuk, dan tekstur kulit. Warna yang dikehendaki
adalah putih sampai coklat. Warna coklat tersebut disebabkan oleh pigmen
hematofofirin (C36H42O4H4) dalam bentuk metil ester. Warna hijau kebiruan telur
bebek disebabkan pigmen biliverdin dari empedu (C28H33O6N3) yang memiliki tiga
cincin pirol.
Mutu atau kualitas telur utuh ditentukan berdasarkan pada kondisi kulit
(kebersihan, keretakan, bentuk, dan tekstur/kekerasan), kantung udara
(kedalaman, volume, dan posisi) serta isi telur (kejernihan, kebersihan, dan
ketegaran). Penentuan mutu telur utuh sering dilakukan dengan cara candling,
yaitu pengamatan kondisi telur utuh dengan menggunakan bantuan sumber sinar
yang cukup sebagai latar belakang. Dengan beberapa kelemahan, candling dapat
digunakan untuk mengetahui adanya penyimpangan pada kulit dan isi telur
(Muchtadi, 2013).
Penentuan mutu secara candling ini memungkinkan penemuan keretakan
pada kulit telur, ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran kantong udara, bintik-
bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh mikroorganisme dan
pertumbuhan benih. Walaupun begitu, hanya kerusakan yang menonjol saja yang
dapat diketahui dengan cara candling ini (Buckle, 1987).
Penanganan telur bertujuan untuk memperlambat penurunan mutu dan
kerusakan telur. Penurunan mutu tersebut dapat disebabkan oleh penguapan air,
penguapan karbondioksida dan aktivitas mikroba. Sedangkan factor-faktor yang
mempengaruhi penyebab kerusakan tersebut adalah waktu penyimpanan, suhu dan
kelembaban ruang penyimpanan, kotoran yang ada pada kulit telur dan teknik
penanganan serta peralatan yang digunakan dalam penanganan (Muchtadi, 2013).
Beberapa penangan telur yang dapat dilakukan untuk memperlambat
penurunan mutu telur yaitu pembersihan, pendinginan, dan pelapisan kulit dengan
minyak.perlakuan pembersihan bentujuan untuk menghilangkatn kotoran dari
permukaan kulit telur. Biasanya telur dibersihkan dengan larutan detergen
sanitizer yang perlu diperhatikan dalam pencucian ini adalah sifat berpori kulit
telur dan sifat mengembang dan kontraksi isi telur. Perlakuan dari air dingin ke air
panas dapat menyebabkan pengembangan yang cepat sehingga akan
mengakibatkan keretakan (Muchtadi, 2013).
USDA (US Department of Agriculture) telah merekomendasikan metode
untuk pencucian telur yaitu pencucian dilakukan degera setelah dipungut. Hal-hal
yang perlu dihindarkan dalam proses pencucian antara lain jangan mencoba
membersihkan secara berlebihan terhadap telur kotor, dan juga jangan
menggunakan air yang mengandung besi (Fe) lebih dari 2ppm; jangan membasahi
telur dengan air pembersih lebih dari 5 menit; jangan menggunakan kembali air
pencuci, kecuali untuk proses yang bersifat kontinyu (Muchtadi, 2013).
Pendinginan dilakukan untuk tujuan agar telur dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Dalam penyimpanan ini perlu diperhatikan faktor suhu
dan kelembaban. Pada suhu yang rendah (dingin), kegiatan mikroba dan peristiwa
fisika maupun kimia akan berjalan lebih lambat (Muchtadi, 2013)
Pelapisan kulit telur dengan minyak bertujuan untuk menutupi pori-pori
kulit sehingga penguapan air dan karbondioksida terhambat. Dengan demikian
telur menjadi tahan lama. Minyak yang dapat digunakan harus memenuhi syarat
antara lain: tidak berwarna, tidak berbau dan berasa; kental dan mampu menutup
seluruh permukaan dengan rata; tidak mengkilat. Minyak yang sering digunakan
terdiri dari minyak mineral (paraffin dan pentane) atau minyak nabati (minyak biji
kapas) (Muchtadi, 2013).
Cara penanganan telur utuh yang lain dengan pemanasan telur pada suhu
60oC selama 10 menit dapat digunakan dengan tujuan pengawetan. Pemanasan
tersebut akan menyebabkan pembentukan lapisan tipis albumen yang terkoagulasi.
Hal ini akan menutupi pori-pori kulit sehingga perpindahan gas dan cairan keluar
dari telur dapat dihambat. Air pemanas dapat diberi senyawa fenol yang
mempunyai aktivitas anti bakteri. Penanganan terakhir ini biasa digunakan dalam
pembuatan pindang. Senyawa fenol akan bereaksi dengan protein dalam telur
maupun lapisan kutikula (Muchtadi, 2013).
Pengawetan telur tanpa kulit ada dua metode, yaitu pembekuan dan
pengeringan. Produk-produk telur dalam bentuk ini lebih sedikit membutuhkan
tempat daripada telur utuh dan member keuntungan karena penanganannya yang
lebih mudah (Buckle 1987),
Pembekuan dari semua produk telur cair dilaksanakan dengan
menggunakan kaleng berukuran 12,5 kg dan pembekuan cepat (blast freezing)
pada suhu -40oC. Proses pembekuan ini dapat memakan waktu sampai 15 jam.
Sedangkan metode pengeringan berbagai produk telur dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu: pengeringan dengan penyemprotan/spray drying (albumen,
kuning telur dan seluruh telur); pengeringan pada panic atau penampan/tray
drying (albumen). Pengeringan beku/freeze drying (telur utuh) (Buckle, 1987).
Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan isi telur secara subjektif dapat
diketahui bahwa sampel telur bebek keadannya baik karena kuning telur bersih,
jernih, berwarna kuning dan tegar dan pada putih telur pun bersih, jernih,
berwarna bening dan tegar. Pada percobaan pemeriksaan isi telur secara objektif,
dapat diketahui indeks kuning telur 4,06 mm ; nilai Z 1,174 mm ; indeks putih
telur 3,5 mm ; dan unit haugh 52,24% termasuk dalam mutu B.
Berdasarkan pengamatan ketebalan kulit telur dapat diketahui bahwa kulit
telur bebek terlalu tipis karena memiliki ketebalan 0,51 mm.
Berdasarkan pengamatan porositas telur dapat diketahui bahwa sampel
telur ayam buras berkualitas baik karena tidak terdapat bintik biru pada kulit telur
bagian dalam.
Pada saat percobaan porositas telur, apabila terdapat bintik biru pada kulit
telur bagian maka kulit telur tersebut poros, semakin banyak jumlah bintik biru
maka kulit tersebut semakin poros.
Mekanisme terbentuknya bintik biru pada kulit telur yaitu karena adanya
pori pori pada telur yang membesar sehingga ketika ditambahkan metilen blue,
larutan tersebut akan masuk ke dalam kulit telur. Jika tidak terdapat bintik biru,
maka kulit telur tersebut tidak poros.
Telur yang masih segar ketika dipecahkan di atas piring atau kaca akan
tegak berdiri, sebab lapisan pada kulit telur yaitu lapisan ovomucin masih baik,
belum mengalami kerusakan.
Indeks kuning telur adalah perbandingan tinggi kuning telur dengan garis
tengahnya yang diukur sesudah kuning telur dipisahkan dari putih telur. Indeks
kuning telur segar beragam antara 0,33-0,50 dengan nilai rata-rata 0,42. Dengan
bertambahnya umur telur, indeks kuning telur menurun karena penambahan
ukuran kuning telur sebagai akibat perpindahan air (Buckle, 1987).
Indeks putih telur merupakan parameter serupa yaitu perbandingan tinggi
albumen tebal dengan rata-rata garis tengah panjang dan pendek albumen tebal.
Dalam telur yang baru ditelurkan nilai ini berkisar antara 0,050 dan 0,174,
meskipun biasanya berkisar antara 0,090 dan 0,120. Indeks outih telur juga
menurun karena penyimpanan, karena pemecahan ovomucin yang dipercepat pada
pH yang tinggi (Buckle, 1987).
Haugh unit merupakan satuan yang digunakan untuk mengetahui
kesegaran isi telur, terutama bagian putih telur. Untuk mengukurnya, telur harus
dipecah lalu ketebalan putih telur diukur dengan alat micrometer. Telur yang
segar biasanya memiliki putih telur yang tebal. Biasanya haugh unit dapat
ditentukan dengan menggunakan tebal konversi. Semakin tinggi nilai haugh unit
suatu telur menunjukkan bahwa kualitas telur semakin baik.
Penentuan kualitas telur berdasarkan Haugh Unit menurut standar United
State Departement of Agriculture (USDA) adalah sebagai berikut:
1. Nilai Haugh Unit kurang dari 31 digolongkan kualitas C
2. Nilai Haugh Unit antara 31-60 digolongkan kualitas B
3. Nilai Haugh Unit antara 60-72 digolongkan kualitas A
4. Nilai Haugh Unit lebih dari 72 digolongkan kualitas AA. (Suharno, 2003)
Kualitas telur juga dapat dilihat dari ketebalan atau kedalaman kantung
udara. Semakin kecil kedalaman kantung udara semakin baik kualitas telur,
karena hal tersebut menandakan telur masih segar. Berdasarkan ketebalan atau
kedalaman kantung udara, kualitas telur dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Kualitas AA memiliki kedalaman kantung udara 0,3 cm
b. Kualitas A memiliki kedalaman kantung udara 0,5 cm
c. Kualitas B memiliki kedalaman kantung udara lebih dari 0,5 cm.
d. Jadi jika dilihat dari ketebalan kantung udaranya, kualitas telur ayam
kampung yang dipergunakan, tergolong telur kualitas AA (Suharno, 2003).
Selain tiga kualitas berdasarkan kantung udara tersebut, ada juga yang
menggolongkan kualitasnya menjadi empat kualitas, yaitu :
a. Kualitas AA memiliki kedalaman kantung udara < 0,3 cm
b. Kualitas A memiliki kedalaman kantung udara 0,2 – 0,6 cm
c. Kualitas B memiliki kedalaman kantung udara 0,7 – 0,8 cm
d. Kualitas C memiliki kedalaman kantung udara > 0,9 cm. (Suharno, 2003).
Tabel 7. Persyaratan Tingkat Mutu Fisik.No Faktor Mutu Tingkat Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
1 Kondisi Kerabang
a. Bentuk
b. Kehalusan
c. Ketebalan
d. Keutuhan
e. Kebersihan
Normal
Halus
Tebal
Utuh
Bersih
Normal
Halus
Sedang
Utuh
Sedikit noda
kotor (stain)
Abnormal
Sedikit kasar
Tipis
Utuh
Banyak noda dan
sedikit kotor
2 Kondisi Kantung Udara (dilihat dengan peneropongan)
a. Kedalaman
kantong udara
b. Kebebasan
bergerak
< 0,5 cm
Tetap ditempat
0,5 cm–0,9
cm
Bebas
bergerak
> 0,9 cm
Bebas bergerak
dan dapat
terbentuk
gelembung udara
3 Kondisi Putih Telur
a. Kebersihan Bebas bercak
darah atau
benda asing
lainnya
Bebas bercak
darah atau
benda asing
lainnya
Ada sedikit
bercak darah,
tidak ada benda
asing lainnya
b. Kekentalan
c. indeks
Kental
0,134 – 0,175
Sedikit encer
0,092 –
0,133
Encer, kuning
belum tercampur
dengan putih telur
0,050 -0,091
4 Kondisi kuning telur
a. bentuk
b. posisi
c. penampakan
batas
d. kebersihan
e. indeks
Bulat
Di tengah
Tidak jelas
Bersih
0,458 – 0,521
Agak pipih
Sedikit
bergeser dari
tengah
Agak jelas
Bersih
0,394 –
0,457
Pipih
Agak kepinggir
Jelas
Ada bercak darah
0,330 – 0,393
5 Bau Khas Khas Khas
(Sumber: SNI 3926:2008)
Kerusakan pada telur yaitu, kuning telur yang dapat menyerap air dari
albumen yang sudah cair akibat dari penyimpanan. Dengan bertambahnya lama
penyimpana, letak kuning telur akan bergeser dan kemungkinan dapat sampai
menempel pada kulit telur. (Muchtadi, 2013).
Sebenarnya telur yang baru dikeluarkan bersih dan bebas dari mikroba
baik pada bagian kulit maupun isi telur. Lapisan kutikula merupakan pelindung
yang paling luar kemudian membrane kulit juga memiliki aktivitas bakterisidal.
Demikian juga pada bagian albumen yang mengandung senyawa anti bakteri
antara lain lisozim, conalbumin, riboflavin, avidin, apoprotein, da, ovoin
(Muchtadi, 2013).
Bagian kuning telur tidak mengandung senyawa anti bakteri, selain itu
komponennya sangat lengkap sehingga mudah dimanfaatkan oleh mikroba.
Kerusakan-kerusakan pada kuning telur yang disebabkan oleh bakteri antara lain:
(1) Red-rots. Ditandai dengan warna kemerahan pada kuning telur dan dapat
dideteksi dengan peneropongan. Pada kerusakan tersebut biasanya albumen
mengalami pengenceran dan berwarna keabuan yang diselimuti warna
kemerahan.Kerusakan ini disebabkan oleh Pseudomonas. (2) Green rots atau Sour
rots. Kerusakan ini terlihat pada bagian albumen, kuning telur dan membrane
vitelin. Albumen mengalami pengenceran, berserabut dan biasanya tampak
berwarna hijau. Kuning telur diselimuti bintik-bintik berwarna pink atau putih
serta mengeras seperti telah dimasak. Sedangkan pada membrane vitelin akan
mengalami penebalan dan berwarna putih atau kadang-kadang berwarna hitam.
Kerusakan ini disebabkan oleh Pseudomonas yang mengkontaminasi pada saat
ditelurkan dan dipercepat oleh kotoran yang menempel. (3) Black rots. Tanda-
tanda kerusakan ini adalah ruang udara besar, albumen berwarna coklat kehijauan
dan encer serta kuning telur berwarna hitam. Jika dibuka terjadi perubahan bau
yaitu bau busuk dan kuning telur liat seperti karet. Dalam kerusakan ini
ditemukan bermacam-macam mikroba antara lain Proteus Alcaligenes,
Escherichia dan sebagainya. Sumber kontaminan berasal dari debu yang
menempel pada kulit telur dan pengguanaan air terkontaminasi oleh mikroba
tersebut.(Muchtadi, 1992).
Kulit telur merupakan bagian yang penting dari komoditas telur. Kulit
telur (cangkang) melindungi isi telur dari segala kerusakan dan kontaminasi. Kulit
telur tersusun dari kutikula, lapisan spongi (bunga karang), lapisan mammilla dan
membran kulit. Kutikula merupakan protein keratin yang strukturnya sama
dengan protein kuku dan rambut. Protein ini terhidrolisa atau larut dalam asam
(Muchtadi, 2013).
Kutikula menutupi pori-pori kulit telur sehingga dapat menghambat
keluatnya gas CO2 dan uap air serta masuknya bakteri dan kapang. Lapisan
spongi (bunga karang) dan lapisan mammilla sebagian besar tersusun dari kalsium
(Muchtadi, 2014).
Kulit telur terdiri dari 94-97% kalsium karbonat (CaCO3). Komponen
lainnya 3-6%, merupakan bahan-bahan organic dan pigmen. Ppori-pori pada kulit
telur bervariasi dalam jumlah dan ukuran, tetapi jumlahnya kira-kira 8000 per
cangkang (Muchtadi, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan spesifik gravity terhadap sampel telur ayam
buras, dapat diketahui bahwa sampel memiliki kualitas yang tidak baik karena
mengapung pada konsentrasi larutan garam 1,060.
Spesifik Gravity (s.g) merupakan perbandingan antara density dengan
berat (John D. Balya, 2011).
Pada percobaan Spesifik Gravity digunakan larutan garam dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Jika telur mengapung pada konsentrasi < 1,075
maka kualitas telur dikatakan kurang baik. Telur yang mengapung diakibatkan
karena berat jenis telur lebih ringan dari berat jenis larutan garam. Dan juga
disebabkan karena telur tersebut kantung udaranya sudah membesar akibat
penyimpanan yang sudah lama. Jika telur mengapung pada konsentrasi > 1,075
maka kualitas telur dikatakan baik. Karena berat jenis telur lebih besar dari berat
jenis larutan garam.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan telur yaitu sampel telur bebek dalam
keadaan baik karena keadan kulit tidak retak namun kebersihan kurang baik.
Tetapi kuning dan putih telur terlihat.
Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan isi telur secara subjektif dapat
diketahui bahwa sampel telur bebek keadannya baik karena kuning telur bersih,
jernih, berwarna kuning dan tegar dan pada putih telur pun bersih, jernih,
berwarna bening dan tegar. Pada percobaan pemeriksaan isi telur secara objektif,
dapat diketahui indeks kuning telur 4,06 mm ; nilai Z 1,174 mm ; indeks putih
telur 3,5 mm ; dan unit haugh 52,24% yang termasuk mutu B.
Berdasarkan hasil pengamatan ketebalan kulit telur dapat diketahui bahwa
kulit telur bebek terlalu tipis karena memiliki ketebalan 0,51 mm.
Berdasarkan hasil pengamatan porositas telur dapat diketahui bahwa
sampel telur ayam buras berkualitas baik karena tidak terdapat bintik biru pada
kulit telur bagian dalam.
Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran kualitas telur metode spesifik
gravity adalah telur ayam buras tidak berkualitas baik karena mengapung pada
konsentrasi NaCl 1,060.
4.2 Saran
Saran untuk praktikan sebaiknya praktikan memahami prosedurnya terlebih
dahulu sebelum memulai percobaan agar tidak terjadi kesalahan dan juga
diperhatikan mengenai kebersihan dan kelengkapan alat, selain itu lebih teliti agar
mendapatkan hasil pengamatan dan perhitungan dengan benar.
BAB V DAFTAR PUSTAKA
Balya. John D. 2011. Density, Porositas, dan Spesifik Gravity.
http://johnbalya.blogspot.com. Diakses: 24 November 2014.
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Mietha. 2008. Kandungan Gizi Telur. http: //mietha. wordpress.com Diakses:24
November 2014.
Muchtadi, T. R., Sugiyono., Ayustaningwarno, F., 2013, Ilmu Pengetahuan
Bahan Pangan. Alfabeta, Bandung.
Poedjiadi, Anna, 2005, Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia: Jakarta.
SNI 3926:2008 , Telur Ayam Kondumsi, Standar Nasional Indonesia. Badan
Standarisasi Nasional.
Suharno. 2003. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI-Press: Jakarta.
Syarief Rizal. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan.
Jakarta.Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Pengamatan Isi Telur secara Objektif
Indeks Kuning Telur = Tinggi KuningTelur
Diameter Kuning Telur
= 21,252,1
= 4,06 mm
Indeks Putih Telur = Tinggi PutihTelur
Diameter Putih Telur
= 3,5
175,8 = 0,19 mm
Nilai Z = 10 x Tinggi KuningTelur
3x Berat Utuh
= 10 x 21,23 x 60,2
= 1,174 mm/g
Unit Haugh = 100 log (h + 7,75 -1,7 x W0,37)
= 100 log (3,5 + 7,75 – 1,7 x 60,20,37)
= 100 log (3,33)
= 52,24