tdk berkeberatan dumping jepang

Upload: eagle1304

Post on 07-Jul-2015

314 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAH EKONOMIKA MIKRO I DAN EKONOMIKA MAKRO I Dra. Endang Sih Prapti, M.A

Nama : Bambang Suryanggono, SST Kelas : Badan Pusat Statistik (BPS)

Pertanyaan: Jepang dengan terang-terangan melakukan dumping, namun tidak ada negara lain yang berkeberatan akan hal ini. (Jelaskan)

Sekarang ini sulit menentukan suatu negara yang benar-benar dapat mandiri, memenuhi kebutuhannya dari hasil produksi negaranya sendiri. Perpaduan antara pemenuhan kebutuhan dalam negeri serta globalisasi, mendorong proses globalisasi dalam bidang ekonomi. Globalisasi di bidang ekonomi menyebabkan bersatunya perekonomian antar bangsa, dan menciptakan terjadinya saling ketergantungan dan integrasi dalam suatu perekonomian global, dalam suatu mekanisme pasar dengan persaingan antar pelaku ekonomi yang ketat. Menurut Michael Porter globalisasi ekonomi adalah keadaan dimana persaingan antar perusahaan juga amat dipengaruhi oleh daya saing perusahaan di negara lain. Ketatnya persaingan ini merangsang pelaku ekonomi untuk memacu produk ekspornya agar dapat bersaing di pasaran internasional, perilaku ini ternyata juga mendorong dilakukannya persaingan curang (unfair competition) baik dalam bentuk tarif (tariffs) maupun non tarif (non tariffs barrier). Salah satu dari persaingan curang dalam bentuk tarif adalah dumping. Dumping adalah penjualan suatu komoditi ke luar negeri dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga penjualan domestiknya atau menurut perdagangan Internasional, dumping didefinisikan sebagai penjualan suatu komoditi di suatu pasar luar negeri pada tingkat harga yang lebih rendah dari nilai dan cost yang wajar. Konsep dari dumping sendiri sebenarnya adalah perdagangan bebas dan adanya persaingan. Perdagangan bebas itu sebenarnya adalah suatu konsep atau paham menyangkut mekanisme pasar, dimana supply dan demand yang saling berinteraksi menjadi suatu harga yang efisien. Hasilnya adalah adanya output dunia yang meningkat, inilah yang disebut perdagangan bebas oleh Adam Smith. Yakni dengan membiarkan supply dan demand bergerak sendiri tanpa adanya pengaruh dengan kekuatan apapun, termasuk oleh pemerintah. Poin yang penting adalah bahwa dumping merupakan suatu strategi persaingan di dalam perdagangan bebas. Namun pada prakteknya dumping merupakan praktek perdagangan yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia 1

usaha atau industri barang sejenis dalam negeri. Dengan terjadinya banjir barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang di dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis yang diproduksi di dalam negeri kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang diikuti munculnya dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengganguran dan bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri. Price

D

S

Pw P1 P2Dibawah biaya produksi dalam negeri/ Mematikan produsen domestik

Quantity

O

M

NS

Jepang adalah negara yang paling awal menggunakan politik dumping, bahkan sebelum perang dunia ke-2. Pada dasarnya, politik dumping merupakan bagian dari politik imperialisme Jepang untuk merebut pasaran di Asia Pasifik. Indikasinya, setelah perang dunia ke-1 kaum industriawan Jepang (Zaibatsu) bersatu dengan militer Jepang dan tergabung dalam departemen pertahanan Jepang (Gunbatsu) yang pengaruhnya cukup besar dalam bidang politik serta menentukan sistem ekonomi untuk merebut pangsa pasar Asia dengan politik dumping. Ada beberapa kriteria mengapa negara Jepang masih menggunakan politik dumping, yaitu: 1. Negara Jepang memiliki tingkat perekonomian kuat dan stabil ; 2. Produktivitas barangnya termasuk tinggi, bahkan berlebih ; 3. Kualitas produknya berstandar internasional (ISO) dan mampu mempengaruhi pangsa pasar internasional untuk menggunakan produknya sebagai keuntungan jangka panjang; 4. Jepang juga melaksanakan politik proteksi yang ketat untuk melindungi barang hasil dalam negeri; Barang Jepang dijual dengan harga tinggi di dalam negeri, keuntungan yang diperolehnya digunakan untuk menutup kerugian penjualan di luar negeri. 5. Dengan tidak adanya aturan yang benar-benar melarang praktek dumping, Undangundang anti dumping hanya memuat pengenaan bea masuk anti dumping, jika terbukti. Kondisi ini akan menguntungkan negara atau produsen yang melakukan praktek dumping. Keuntungan yang diperoleh negara pengekspor tersebut mulai dari barang 2

ters sebut diper rkenalkan, proses pen yelidikan dugaan mela p akukan pra aktek dumping, dan ket tika sudah d ditetapkan melakukan praktek dumping. Ketika terdapa industri se m at ejenis di neg gara pengim mpor dan juga terdap barang impor yang sama da negara lain dan j pat g ari l had dirnya barang dumping oleh nega Jepang tidak merugikan indus negara tersebut g ara stri dan negara lain maka produk du n umping Jep pang masih boleh die h edarkan di negara ters sebut.

Alasan negara-ne egara lain tidak berk keberatan atas Jepan yang m a ng, melakukan praktek dumping adalah: enis dan tid juga gara tujuan ekspor tida memprod ak duksi baran yang seje ng dak 1. Ketika neg terdapat b barang yang sama dar negara la maka ke g ri ain ehadiran ba arang dump ping dari Jepang tid daklah menj jadi masala baik bag produsen atau indus negara tersebut ah gi stri dan juga b bagi masya arakatnya. J Jika kondisi ini terjadi maka prak i ktek dumpin dapat ng terus berja alan di nega tersebut Sebagai contoh pada tahun 193 ketika daya beli ara t. c a 31, d masyaraka rendah, barang-bar at rang yang berasal da Jepang di Hindia Belanda ari dijual deng gan harga yang sang murah. Sehingga ada sebut gat tan pada masa itu m Jepang itu adalah sua deus ex mouchina, suatu dewa penolong dari khaya atu x g angan. 2. Berd dasakan T Teori Keunggulan

Abso olut dari A Adam Smith suatu nega ara spes sialisasi suatu jenis aka an elakukan me ekspor tertentu, t

t terhadap barang

dima ana negara tersebut memiliki a keun nggulan mem mproduksi a bsolut atau n dan tidak

me elakukan

impo jenis bara dimana negara or ang a terse ebut keun nggulan tid dak a absolut mem mpunyai te erhadap

nega ara lain ya yang memp produksi bara ang sejenis Sebagai contoh s. nega ara-negara lain mengimpor

bara dari Jep ang pang, untuk barang k yang g seca ara mura ah tidak lebih dapat efisien, dip produksi inovasi, be erkualias

rta ser

dibandingkan n egara lain.

3

3. Produk Jepang di negara tersebut dengan harga dumping sebelumnya sudah dikenal dan memiliki pangsa pasar tersendiri, sehingga jika produk dumping Jepang tersebut jika di kenakan BMAD, maka konsumen negara tersebut tetap akan membeli produk dumping Jepang. 4. Dalam beberapa kasus dumping permanen dan sporadis keuntungan yang diterima para konsumen dari harga yang murah itu ternyata lebih besar dari kerugian yang dialami oleh sebagian produsen domestik. Sebagai contoh kasus Amerika Serikat yang berulangkali menuduh Jepang melakukan dumping pada produk baja. 5. Penerapan tindakan anti dumping tidak bisa seenaknya karena adanya ancaman pembalasan dari negara lain. Sebagai contoh Negara-negara Eropa menuduh Jepang melakukan dumping dalam produk baja, mobil dan berbagai produk manufaktur. Padahal khususnya negara-negara anggota Uni Eropa, juga terlibat dalam praktek dumping permanen terutama dalam komoditi-komoditi pertanian. Jika Uni Eropa berdalih bahwa kebijakan itu terpaksa dilakukan untuk melindungi pertanian domestiknya, maka Jepang juga dapat membuat dalih yang sama. 6. Jika kebijakan didukung pemerintah negara pengekspor, tuduhan adanya persistent dumping sulit dibuktikan, karena pemerintah negara bersangkutan hanya secara terselubung memberikan subsidi atau kemudahan ekspor melalui pengaturan valuta asing yang diskriminatoris. 7. Kepentingan untuk kembali merebut pangsa pasar, sebagai contoh: pada tahun 1985, para produsen Amerika Serikat mengajukan dakwaan dumping terhadap ekspor Jepang, khususnya pada produk semikonduktor atau mikroprosesor komputer (chips). Pada tahun 1986 dicapai perjanjian untuk menghentikan penjualan yang murah ini, namun pemerintah Jepang dianggap tidak serius. Sehingga tahun 1987, Amerika Serikat memberlakukan pajak tambahan impor 100 persen terhadap sebagian besar ekspor Jepang ke Amerika Serikat yang bernilai 300 juta dollar. Tarif tambahan itu baru dihilangkan pada tahun 1991 ketika Jepang bersedia untuk membantu para produsen dari Amerika Serikat meningkatkan pangsa pasar semikonduktor di Jepang dari 8 persen 1986 menjadi 20 persen pada 1992, namun sampai dengan 1994 produsen Amerika Serikat masih gagal mencapai pangsa pasar di Jepang.

4