makalah persaingan tdk sehat

29
Lingkungan Bisnis & Hukum Komersiali MONOPOLI & PERSAINGAN TIDAK SEHAT OLEH: GABRYELA HORMAN PELO A32113062

Upload: gabryelapelo

Post on 28-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

hukum

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Persaingan Tdk Sehat

Lingkungan Bisnis & Hukum Komersiali

MONOPOLI & PERSAINGAN

TIDAK SEHAT

OLEH:

GABRYELA HORMAN PELO

A32113062

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

Page 2: Makalah Persaingan Tdk Sehat

2014

Page 3: Makalah Persaingan Tdk Sehat

PENDAHULUAN

Sistem perekonomian masa kini yang mengglobal dan sangat terintegrasi

memberikan peluang dan masalah bagi bangsa Indonesia. Secara umum, kekayaan

sumber daya alam Indonesia dan dimensi pasarnya menjanjikan sejumlah

keunggulan dalam persaingan global, investasi asing dan pasar ekspor. Namun

“perkembangan perekonomian dunia yang semakin kompleks telah menimbulkan

persaingan yang ketat dalam perdagangan internasional, baik perdagangan barang

maupun jasa. Berbagai praktik untuk memenangkan persaingan sering dilakukan

oleh para pelaku bisnis diberbagai negara di dunia termasuk dengan menggunakan

praktik-praktik perdagangan yang tidak sehat  (unfair trade practices)”.

            Terdapat adagium bahwa transaksi perdagangan termasuk perdagangan

internasional harus dilakukan secara ‘fair’ diantara semua pihak yang

bertransaksi. Oleh karena itu jika suatu pihak ternyata tidak ‘fair’ maka pihak

yang tidak ‘fair’ tersebut pantas menerima sanksi. Untuk menjamin persaingan

usaha yang sehat, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

menerbitkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut “UU No.5/1999”).

Pelaksanaan UU No. 5/1999 yang efektif diharapkan dapat memupuk budaya

berbisnis yang sehat sehingga dapat terus menerus mendorong dan meningkatkan

daya saing diantara pelaku usaha.”

            Salah satu tujuan diberlakukannya undang-undang Hukum Persaingan

adalah untuk memastikan bahwa mekanisme pasar bekerja dengan baik dan

konsumen menikmati hasil dari proses persaingan atau surplus konsumen. Dalam

UU No.5/1999 diatur mengenai larangan perjanjian, kegiatan dan penyalahgunaan

posisi dominan yang dapat mengarah pada persaingan usaha tidak sehat. Salah

satu kegiatan yang dilarang adalah penguasaan pasar sebagaimana diatur oleh

Pasal 19. Perlu dipahami bahwa tujuan dari setiap pelaku usaha yang rasional

adalah untuk dapat mengembangkan usahanya semaksimal mungkin atau menjadi

yang terbaik di bidang usahanya. Idealnya tujuan ini akan mendorong setiap

pelaku usaha berupaya meningkatkan kinerja dan daya saingnya melalui inovasi

dan efisiensi sehingga lebih unggul dari pesaingnya. Apabila berhasil, sebagai

konsekuensi logisnya adalah pelaku usaha tersebut akan memperoleh kedudukan

Page 4: Makalah Persaingan Tdk Sehat

yang kuat (posisi dominan), dan atau memiliki kekuatan pasar (market power)

yang signifikan di pasar bersangkutan. Dengan keunggulan relatif ini, pelaku

usaha mampu untuk menguasai pasar bersangkutan atau dapat mempertahankan

kedudukannya yang kuat di pasar bersangkutan.

Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat diartikan

secara umum terhadap segala tindakan ketidak jujuran atau menghilangkan

persaingan dalam setiap bentuk transaksi atau bentuk perdagangan dan komersial.

Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya perusahaan-perusahaan yang

mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengalahkan pesaing-pesaingnya agar

menjadi perusahaan yang besar dan paling kaya.

Jika ditinjau dari UU tentang larangan praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat, tindakan pelaku usaha dalam melakukan praktek penguasaan

pasar tersebut akan sangat merugikan tidak hanya bagi konsumen tetapi juga bagi

pelaku usaha yang lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam pasar yang sama. Hal

ini sangat bertentangan dengan pasal 19  UU  larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat tentang penguasaan pasar, pelaku usaha dilarang

untuk melakukan satu atau beberapa kegiatan baik sendiri maupun bersama

pelaku usaha lain, yang dapat mengkibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.

Page 5: Makalah Persaingan Tdk Sehat

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MONOPOLI

Monopoli murni adalah bentuk organisasi pasar dimana terdapat

perusahaan tunggal yang menjual komoditi yang tidak mempunyai subtitusi

sempurna. Perusahaan itu sekaligus merupakan industri dan menghadapi kurva

permintaan industri yang memiliki kemiringan negatif untuk komoditi itu

“antitrust” untuk pengertian yang sepadan dengan istilah “anti monopoli” atau

istilah “dominasi” yang dipakai masyarakat Eropa yang artinya juga sepadan

dengan arti istlah “monopoli” Disamping itu terdapat istilah yang artinya hampir

sama yaitu “kekuatan pasar”.

Menurut UU No.5 Tahun 1999 tentang praktek monopoli adalah

pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang

mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau

jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat

merugikan kepentingan umum. Undang-Undang Anti Monopoli No.5 Tahun 1999

memberi arti kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau

pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha

atau kelompok pelaku usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undang Anti Monopoli).

B. PENGERTIAN PERSAINGAN CURANG

Persaingan usaha tidak sehat (curang) adalah suatu persaingan antara

pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang

atau jasa dilakukan dengan cara melawan hukum  atau menghambat persaingan

usaha. Dalam UU nomor 5 tahun 1999 pasal 1 butir 6 UU antimonopoli,

persaingan curang (tidak sehat) adalah persaingan antara pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang

dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat

persaingan usaha.  

Page 6: Makalah Persaingan Tdk Sehat

C. ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN CURANG

Kalangan Black’s Law Dictionary mengartikan monopoli sebagai “a

peveilege or peculiar advantage vested in one or more persons or companies,

consisting in the exclusive right (or power) to carry on a particular article, or

control yhe sale of whole supply of a particular commodity ”.

Secara etimologi, kata “monopoli” berasal dari kata Yunani ‘Monos’ yang

berarti sendiri dan ‘Polein’ yang berarti penjual. Dari akar kata tersebut secara

sederhana orang lantas memberi pengertian monoopli sebagai suatu kondisi

dimana hanya ada satu penjual yang menawarkan (supply) suatu barang atau jasa

tertentu.

Disamping istilah monopoli di USA sering digunakan kata “antitrust”

untuk pengertian yang sepadan dengan istilah “anti monopoli” atau istilah

“dominasi” yang dipakai masyarakat Eropa yang artinya juga sepadan dengan arti

istlah “monopoli” Disamping itu terdapat istilah yang artinya hampir sama yaitu

“kekuatan pasar”. Dalam praktek keempat kata tersebut, yaitu istilah “monopoli”,

“antitrust”, “kekuatan pasar” dan istilah “dominasi” saling dipertukarkan

pemakaiannya. Keempat istilah tersebut dipergunakan untuk menunjukkan suatu

keadaan dimana seseorang menguasai pasar ,dimana dipasar tersebut tidak

tersedia lagi produk subtitusi yang potensial, dan terdapatnya kemampuan pelaku

pasar tersebut untuk menerapkan harga produk tersebut yang lebih tinggi, tanpa

mengikuti hukum persaingan pasar atau hukum tentang permintaan dan

penawaran pasar.

Undang-Undang Anti Monopoli No.5 Tahun 1999 memberi arti

kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran

barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau

kelompok pelaku usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli).

Sementara yang dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan

kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang mengakibatkan

dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu

sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat

merugikan kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang

Anti Monopoli .

Page 7: Makalah Persaingan Tdk Sehat

Selain itu, Undang-Undang Anti monopoli juga memberikan arti kepada

“persaingan usaha tidak sehat” sebagai suatu persaingan antar pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang

dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur atau dengan cara melawan hukum

atau menghambat persaingan usaha. Dengan demikian Undang-undang Anti

Monopoli No.5 tahun 1999 dalam memberikan arti kepada posisi dominan atau

perbuatan anti persaingan lainnya mencakup baik kompetisi yang interbrand,

maupun kompetisi yang intraband. Yang dimaksud dengan kompetisi

yang interbrand adalah kompetisi diantara produsen produk yang generiknya

sama. Dilarang misalnya jika satu perusahaan menguasai 100 persen pasar

televisi, atau yang disebut dengan istilah “monopoli”. Sedangkan yang dimaksud

dengan kompetisi yang intraband adalah kompetisi diantar distributor atas produk

dari produsen tertentu.

Disamping itu, ada juga yang mengartikan kepada tindakan monopoli

sebagai suatu keistimewaan atau keuntungan khusus yang diberikan kepada

seseorang atau beberapa orang atau perusahaan, yang merupakan hak atau

kekuasaan yang eksklusif untuk menjalankan bisnis atau mengontrol penjualan

terhadap seluruh suplai barang tertentu. Dalam hukum Inggris kuno, monopoli

diartikan sebagai suatu izin atau keistimewaan yang dibenarkan oleh raja untuk

membeli, menjual, membuat. Mengerjakan atau menggunakan apapun secara

keseluruhan, dimana tindakan monopoli tersebut secara umum dapat mengekang

kebebasan berproduksi atau trading. Atau monopoli dirumuskan juga sebagai

suatu tindakan yang memiliki atau mengontrol bagian besar dari suplai di pasar

atau output dari komoditi tertentu yang dapat mengekang kompetisi, membatasi

kebebasan perdagangan, yang memberikan kepada pemonopoli kekuasaan

pengontrolan terhadap harga.

Ada lagi yang mengartikan kepada tindakan monopoli (yang umum)

sebagai suatu hak atau kekuasaan hanya untuk melakukan suatu kegiatan atau

aktivitas yang khusus, seperti membuat suatu produk tertentu, memberikan suatu

jasa, dan sebagainya. Atau, suatu monopoli (dalam dunia usaha) diartikan sebagi

pemilikan atau pengendalian persediaan atau pasaran untuk suatu produk atau jasa

Page 8: Makalah Persaingan Tdk Sehat

yang cukup banyak untuk mematahkan atau memusnahkan persaingan, untuk

mengendalikan harga, atau dengan cara lain untuk membatasi perdagangan.

Struktur monopoli sering pula dibedakan atas monopoli alamiah dan non

alamiah. Monopoli alamiah antara lain dalam memproduksi air minum, gas, listrik

dan lainnya sedangkan monopoli non alamiah yang merupakan monopoli berasal

dari struktur oligopoli yang kolusif sehingga mendapatkan tempat yang kurang

baik , akan tetapi bukan berarti yang alamih juga dapat melepaskan diri dari citra

yang kurang baik di pihak lain.

Praktek-praktek monopoli di Indonesia sering tidak mendapatkan tempat

perhatian dalam dunia penelitian. Namun demikian, oleh karena fasilitas-fasilitas

tertentu dari pemerintah, maka kehadiran monopolis dapat memperkuat transfer

pendapatan dari yang relatif lemah ke kelompok yang relatif lebih kuat, maka

kehadiran monopolis dapat memperkuat transfer pendapatan akan tetapi walaupun

monopolis mendapatkan keuntungan yang super normal namun kurang diimbangi

dengan pembayaran pajak yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Tujuan pemerintah membuka kompetisi telekomunikasi sebenarnya adalah

untuk mengikuti kecenderungan pasar bebas (globalisasi) yang diusung oleh

negara maju melalui WTO. Namun, tidak boleh terlupakan bahwa kepentingan

pengguna telepon, yaitu para konsumen, harus tetap menjaga prioritas karena

sektor telekomunikasi masih merupakan tanggung jawab sepenuhnya sesuai

dengan UUD 1945 dan UU Telekomunikasi 1999 .Diperlukan kedewasaan dari

regulator dan setiap operator untuk mengubah cara pandang yang masih

bernuansa monopolistik dan protektif ke arah kompetisi yang sehat dan

berorientasi komsumen.

D. RUANG LINGKUP ATURAN ANTIMONOPOLI

Dalam Undang-undang Fair Trading di Inggris tahun 1973, istilah

Monopoli diartikan sebagai keadaan di mana sebuah perusahaan atau sekelompok

perusahaan menguasai sekurang- kurangnya 25 % penjualan atau pembelian dari

produk-produk yang ditentukan. Sementara dalam Undang-Undang Anti

Monopoli Indonesia, suatu monopoli dan monopsoni terjadi jika terdapatnya

Page 9: Makalah Persaingan Tdk Sehat

penguasaan pangsa pasar lebih dari 50 % (lima puluh persen) (pasal 17 ayat (2)

juncto pasal 18 ayat (2)) Undang-undang No.5 Tahun 1999.

Dalam pasal 17 ayat (1) Undang- undang Anti Monopoli dikatakan bahwa

“pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan pasar atas produksi dan atau

pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan atau persaingan tidak sehat”, sedangkan dalam pasal 17 ayat (2)

dikatakan bahwa “pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan

penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:

a). Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya;atau

b). Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam persaingan

usaha barang dan atau jasa yang sama;atau

c). Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha mengusasai lebih dari

50 % (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Sementara itu, pengertian posisi dominan dipasar digambarkan dalam

sidang-sidang Masyarakat Eropa sebagai :

1. Kemampuan untuk bertindak secara merdeka dan bebas dari pengendalian

harga, dan

2. Kebergunaan pelanggan, pemasok atau perusahaan lain dalam pasar, yang

bagi mereka perusahaan yang dominan tersebut merupakan rekan bisnis

yang harus ada

3. Dalam ilmu hukum monopoli beberapa sikap monopolistik yang mesti

sangat dicermati dalam rangka memutuskan apakah suatu tindakan dapat

dianggap sebagai tindakan monopoli.

Sikap monopolistik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mempersulit masuknya para pesaing ke dalam bisnis yang bersangkutan

2. Melakukan pemasungan sumber suplai yang penting atau suatu outlet

distribusi yang penting.

3. Mendapatkan hak paten yang dapat mengakibatkan pihak pesaingnya sulit

untuk menandingi produk atau jasa tersebut.

Page 10: Makalah Persaingan Tdk Sehat

4. Integrasi ke atas atau ke bawah yang dapat menaikkan persediaan modal

bagi pesaingnya atau membatasi akses pesaingnya kepada konsumen atau

supplier.

5. Mempromosikan produk secara besar-besaran

6. Menyewa tenaga-tenaga ahli yang berlebihan.

7. Perbedaan harga yang dapat mengakibatkan sulitnya bersaing dari pelaku

pasar yang lain

8. Kepada pihak pesaing disembunyikan informasi tentang pengembangan

produk, tentang waktu atau skala produksi.

9. Memotong harga secara drastis.

10. Membeli atau mengakuisisi pesaing- pesaing yang tergolong kuat atau

tergolong prospektif.

11. Menggugat pesaing-pesasingnya atas tuduhan pemalsuan hak paten,

pelanggaran hukum anti monopoli dan tuduhan-tuduhan lainnya.

E. AZAS DAN TUJUAN

Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus

berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan

memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan

umum. Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

adalah sebagai berikut :

1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional

sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan

usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan

berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan

pelaku usaha kecil.

3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang

ditimbulkan oleh pelaku usaha.

4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Page 11: Makalah Persaingan Tdk Sehat

F. KEGIATAN YANG DILARANG

Bagian Pertama Monopoli

 Pasal 17

(1). Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan

atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

(2). Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan

atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) apabila:

a). barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada

substitusinya; atau

b). mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam

persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau

c). satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai

lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis

barang atau jasa tertentu.

 Bagian Kedua Monopsoni

 Pasal 18

(1). Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau

menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar

bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

(2). Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan

pasokan atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok

pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa

pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Bagian Ketiga Penguasaan Pasar

Pasal 19

Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri

maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:

Page 12: Makalah Persaingan Tdk Sehat

a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk

melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan;

b. atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga

dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.

 Pasal 21

Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya

produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga

barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan

usaha tidak sehat.

Bagian Keempat Persekongkolan

Pasal 22

 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur

dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

Pasal 23

Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan

informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia

perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha

tidak sehat.

Pasal 24

Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat

produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha

pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan

atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah,

kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.

G. PERJANJIAN YANG DILARANG

Perjanjian yang lebih sering disebut sebagai tacit agreement ini sudah

dapat diterima oleh UU Anti Monopoli di beberapa negara, namun dalam

pelaksanaannya di UU No.5/1999 masih belum dapat menerima adanya

”perjanjian dalam anggapan” tersebut. Sebagai perbandingan dalam pasal 1

Page 13: Makalah Persaingan Tdk Sehat

Sherman Act yang dilarang adalah bukan hanya perjanjian (contract), termasuk

tacit agreement tetapi juga combination dan conspiracy. Jadi cakupannya memang

lebih luas dari hanya sekedar ”perjanjian” kecuali jika tindakan tersebut —

collusive behaviour— termasuk ke dalam kategori kegiatan yang dilarang dalam

bab IV dari Undang-Undang Anti Monopoli. Perjanjian yang dilarang dalam UU

No.5/1999 tersebut adalah perjanjian dalam bentuk sebagai berikut :

1. Oligopoli

Oligopoli adalah keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang hanya

berjumlah sedikit, sehingga mereka atau seorang dari mereka dapat

mempengaruhi harga pasar.

2. Penetapan harga

Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang membuat

perjanjian, antara lain :

a. Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas

barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan

pada pasar bersangkutan yang sama;

b. Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang harus membayar dengan

harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk

barang dan atau jasa yang sama;

c. Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di

bawah harga pasar;

d. Perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa

penerima barang dan atau jasa tidak menjual atau memasok kembali barang

dan atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada harga

yang telah dijanjikan.

3. Pembagian wilayah

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya

yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap

barang dan atau jasa.

Page 14: Makalah Persaingan Tdk Sehat

4. Pemboikotan

Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha

pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha

yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.

5. Kartel

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya

yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau

pemasaran suatu barang dan atau jasa.

6. Trust

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk

melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan

yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup

tiap-tiap perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol

produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa.

7. Oligopsoni

Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan

pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar

komoditas.

8. Integrasi vertikal

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang

bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam

rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian

produksi merupakan hasil pengelolaan atau proses lanjutan baik dalam satu

rangkaian langsung maupun tidak langsung.

9. Perjanjian tertutup

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang

memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan

memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak

tertentu dan atau pada tempat tertentu.

Page 15: Makalah Persaingan Tdk Sehat

10. Perjanjian dengan pihak luar negeri

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang

memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan

atau persaingan usaha tidak sehat.

H. HAL-HAL YANG DIKECUALIKAN DALAM UU ANTI

MONOPOLI

Hal-hal yang dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli adalah sebagai

berikut:

1. Perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak tidak baik untuk

persaingan pasar, yang terdiri dari:

a. Oligopoli

b. Penetapan harga

c. Pembagian wilayah

d. Pemboikotan

e. Kartel

f. Trust

g. Oligopsoni

h. Integrasi vertikal

i. Perjanjian tertutup

j. Perjanjian dengan pihak luar negeri

2. Kegiatan-kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik untuk

persaingan pasar meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a.  Monopoli

b.  Monopsoni

c.  Penguasaan pasar

d.  Persekongkolan

3. Posisi dominan, yang meliputi:

a. Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang bersaing

b. Pembatasan pasar dan pengembangan teknologi

c. Menghambat pesaing untuk bisa masuk pasar

d. Jabatan rangkap

Page 16: Makalah Persaingan Tdk Sehat

e. Pemilikan saham

f. Merger, akuisisi, konsolidasi

I. KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga

independen di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang

No.5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat.

KPPU menjalankan tugas untuk mengawasi tiga hal pada UU tersebut:

1. Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain

untuk secara bersama-sama mengontrol produksi dan/atau pemasaran

barang dan/atau jasa yang dapat menyebabkan praktek monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat seperti perjanjian penetapan harga,

diskriminasi harga, boikot, perjanjian tertutup, oligopoli, predatory pricing,

pembagian wilayah, kartel, trust (persekutuan), dan perjanjian dengan pihak

luar negeri yang dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.

2. Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi dan/atau

pemasaran melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat

menyebabkan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

3. Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi dominan yang

dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi hak-hak konsumen, atau

menghambat bisnis pelaku usaha lain. Dalam pembuktian, KPPU

menggunakan unsur pembuktian per se illegal, yaitu sekedar membuktikan

ada tidaknya perbuatan, dan pembuktian rule of reason, yang selain

mempertanyakan eksistensi perbuatan juga melihat dampak yang

ditimbulkan.

Keberadaan KPPU diharapkan menjamin hal-hal berikut di masyarakat:

1. Konsumen tidak lagi menjadi korban posisi produsen sebagai price taker

2. Keragaman produk dan harga dapat memudahkan konsumen menentukan

pilihan

Page 17: Makalah Persaingan Tdk Sehat

3. Efisiensi alokasi sumber daya alam

4. Konsumen tidak lagi diperdaya dengan harga tinggi tetapi kualitas seadanya,

yang lazim ditemui pada pasar monopoli

5. Kebutuhan konsumen dapat dipenuhi karena produsen telah meningkatkan

kualitas dan layanannya

6. Menjadikan harga barang dan jasa ideal, secara kualitas maupun biaya

produksi

7. Membuka pasar sehingga kesempatan bagi pelaku usaha menjadi lebih

banyak

8. Menciptakan inovasi dalam perusahaan

J. SANKSI DALAM ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA

Pasal 36 UU Anti Monopoli, salah satu wewenang KPPU adalah

melakukan penelitian, penyelidikan dan menyimpulkan hasil penyelidikan

mengenai ada tidaknya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Masih di pasal yang sama, KPPU juga berwenang menjatuhkan sanksi

administratif kepada pelaku usaha yang melanggar UU Anti Monopoli. Apa saja

yang termasuk dalam sanksi administratif diatur dalam Pasal 47 Ayat (2) UU Anti

Monopoli. Meski KPPU hanya diberikan kewenangan menjatuhkan sanksi

administratif, UU Anti Monopoli juga mengatur mengenai sanksi pidana. Pasal 48

menyebutkan mengenai pidana pokok. Sementara pidana tambahan dijelaskan

dalam Pasal 49.

Pasal 48

 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14,

Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana

denda serendah-rendahnya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) dan

setinggi-tingginya Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah), atau pidana

kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.

 (2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15,

Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini diancam

pidana denda serendah-rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima miliar rupiah) dan

Page 18: Makalah Persaingan Tdk Sehat

setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupialh), atau pidana

kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.

 (3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana

denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan setinggi-

tingginya Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti

denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.

Pasal 49

Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,

terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana

tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha; atau

b. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran

terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris

sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau

c. penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnva

kerugian pada pihak lain.

Aturan ketentuan pidana di dalam UU Anti Monopoli menjadi aneh lantaran tidak

menyebutkan secara tegas siapa yang berwenang melakukan penyelidikan atau

penyidikan dalam konteks pidana.

K. CONTOH KASUS ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN

CURANG

Internet sudah merupakan bagian dari kehidupan yang menghubungkan

setiap bagian dari kehidupan kita. Internet merupakan bagian dari mekanisme

telekomunikasi yang bersifat global yang fungsinya menjadi jembatan bebas

hambatan informasi.

a.    Perkembangan dunia maya tersebut ternyata membuat dan menciptakan

berbagai kemudahan dalam hal menjalankan transaksi, dunia pendidikan,

perdagangan, perbankan serta menciptakan jutaan kesempatan untuk menggali

keuntungan ekonomis. Peperangan antara Microsoft dengan departemen

Antitrust, dimana perusahaan milik Bill Gates dianggap melanggar ketentuan

Page 19: Makalah Persaingan Tdk Sehat

tentang hukum antimonopoli, sehubungan dengan program terbaru Microsoft

tahun 1998, dituduh dapat merugikan pihak lain karena program “browser”

yang dapat digunakan untuk menjelajah dunia maya itu melekat didalamnya.

b.    Perkembangan teknologi informasi (TI) yang demikian cepat tidak hanya

menciptakan berbagai kemudahan bagi pengguna, tapi juga membuka sarana

baru berbagai modus kejahatan. Ironisnya, dari hari ke hari, i kian meningkat,

baik kuantitas maupun kualitasnya. Meski penetrasi TI masih rendah, nama

Indonesia ternyata begitu populer dalam kejahatan di dunia maya ini.

Berdasarkan data Clear Commerce, tahun 2002 lalu Indonesia berada di

urutan kedua setelah Ukraina sebagai negara asal carder (pembobol kartu

kredit) terbesar di dunia. 

c.     Microsoft dikenal sebagai penyedia software-software proprietary, yang

artinya, perusahaan akan menutup rapat kode programnya dan mengelolanya

secara rahasia. Di lain pihak, Red Hat adalah distributor Linux yang

merupakan software open source. Software jenis ini bisa dilihat kode

programnya, pengguna juga bebas memodifikasi dan mendistribusikannya

kembali ke orang lain. Red Hat Enterprise Linux, menurut Manager Produk

Red Hat, dinilai sebagai contoh proyek open source yang paling sukses yang

pernah dijual secara komersil.

Page 20: Makalah Persaingan Tdk Sehat

PENUTUP

Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha

dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang

dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat

persaingan usaha. Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi arti

kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran

barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau

kelompok pelaku usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli).

Sementara yang dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan

kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang mengakibatkan

dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu

sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat

merugikan kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang

Anti Monopoli.