makalah persaingan tdk sehat
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hukumTRANSCRIPT

Lingkungan Bisnis & Hukum Komersiali
MONOPOLI & PERSAINGAN
TIDAK SEHAT
OLEH:
GABRYELA HORMAN PELO
A32113062
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2014

PENDAHULUAN
Sistem perekonomian masa kini yang mengglobal dan sangat terintegrasi
memberikan peluang dan masalah bagi bangsa Indonesia. Secara umum, kekayaan
sumber daya alam Indonesia dan dimensi pasarnya menjanjikan sejumlah
keunggulan dalam persaingan global, investasi asing dan pasar ekspor. Namun
“perkembangan perekonomian dunia yang semakin kompleks telah menimbulkan
persaingan yang ketat dalam perdagangan internasional, baik perdagangan barang
maupun jasa. Berbagai praktik untuk memenangkan persaingan sering dilakukan
oleh para pelaku bisnis diberbagai negara di dunia termasuk dengan menggunakan
praktik-praktik perdagangan yang tidak sehat (unfair trade practices)”.
Terdapat adagium bahwa transaksi perdagangan termasuk perdagangan
internasional harus dilakukan secara ‘fair’ diantara semua pihak yang
bertransaksi. Oleh karena itu jika suatu pihak ternyata tidak ‘fair’ maka pihak
yang tidak ‘fair’ tersebut pantas menerima sanksi. Untuk menjamin persaingan
usaha yang sehat, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)
menerbitkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut “UU No.5/1999”).
Pelaksanaan UU No. 5/1999 yang efektif diharapkan dapat memupuk budaya
berbisnis yang sehat sehingga dapat terus menerus mendorong dan meningkatkan
daya saing diantara pelaku usaha.”
Salah satu tujuan diberlakukannya undang-undang Hukum Persaingan
adalah untuk memastikan bahwa mekanisme pasar bekerja dengan baik dan
konsumen menikmati hasil dari proses persaingan atau surplus konsumen. Dalam
UU No.5/1999 diatur mengenai larangan perjanjian, kegiatan dan penyalahgunaan
posisi dominan yang dapat mengarah pada persaingan usaha tidak sehat. Salah
satu kegiatan yang dilarang adalah penguasaan pasar sebagaimana diatur oleh
Pasal 19. Perlu dipahami bahwa tujuan dari setiap pelaku usaha yang rasional
adalah untuk dapat mengembangkan usahanya semaksimal mungkin atau menjadi
yang terbaik di bidang usahanya. Idealnya tujuan ini akan mendorong setiap
pelaku usaha berupaya meningkatkan kinerja dan daya saingnya melalui inovasi
dan efisiensi sehingga lebih unggul dari pesaingnya. Apabila berhasil, sebagai
konsekuensi logisnya adalah pelaku usaha tersebut akan memperoleh kedudukan

yang kuat (posisi dominan), dan atau memiliki kekuatan pasar (market power)
yang signifikan di pasar bersangkutan. Dengan keunggulan relatif ini, pelaku
usaha mampu untuk menguasai pasar bersangkutan atau dapat mempertahankan
kedudukannya yang kuat di pasar bersangkutan.
Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat diartikan
secara umum terhadap segala tindakan ketidak jujuran atau menghilangkan
persaingan dalam setiap bentuk transaksi atau bentuk perdagangan dan komersial.
Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya perusahaan-perusahaan yang
mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengalahkan pesaing-pesaingnya agar
menjadi perusahaan yang besar dan paling kaya.
Jika ditinjau dari UU tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat, tindakan pelaku usaha dalam melakukan praktek penguasaan
pasar tersebut akan sangat merugikan tidak hanya bagi konsumen tetapi juga bagi
pelaku usaha yang lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam pasar yang sama. Hal
ini sangat bertentangan dengan pasal 19 UU larangan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat tentang penguasaan pasar, pelaku usaha dilarang
untuk melakukan satu atau beberapa kegiatan baik sendiri maupun bersama
pelaku usaha lain, yang dapat mengkibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MONOPOLI
Monopoli murni adalah bentuk organisasi pasar dimana terdapat
perusahaan tunggal yang menjual komoditi yang tidak mempunyai subtitusi
sempurna. Perusahaan itu sekaligus merupakan industri dan menghadapi kurva
permintaan industri yang memiliki kemiringan negatif untuk komoditi itu
“antitrust” untuk pengertian yang sepadan dengan istilah “anti monopoli” atau
istilah “dominasi” yang dipakai masyarakat Eropa yang artinya juga sepadan
dengan arti istlah “monopoli” Disamping itu terdapat istilah yang artinya hampir
sama yaitu “kekuatan pasar”.
Menurut UU No.5 Tahun 1999 tentang praktek monopoli adalah
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau
jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum. Undang-Undang Anti Monopoli No.5 Tahun 1999
memberi arti kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha
atau kelompok pelaku usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undang Anti Monopoli).
B. PENGERTIAN PERSAINGAN CURANG
Persaingan usaha tidak sehat (curang) adalah suatu persaingan antara
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang
atau jasa dilakukan dengan cara melawan hukum atau menghambat persaingan
usaha. Dalam UU nomor 5 tahun 1999 pasal 1 butir 6 UU antimonopoli,
persaingan curang (tidak sehat) adalah persaingan antara pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.

C. ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN CURANG
Kalangan Black’s Law Dictionary mengartikan monopoli sebagai “a
peveilege or peculiar advantage vested in one or more persons or companies,
consisting in the exclusive right (or power) to carry on a particular article, or
control yhe sale of whole supply of a particular commodity ”.
Secara etimologi, kata “monopoli” berasal dari kata Yunani ‘Monos’ yang
berarti sendiri dan ‘Polein’ yang berarti penjual. Dari akar kata tersebut secara
sederhana orang lantas memberi pengertian monoopli sebagai suatu kondisi
dimana hanya ada satu penjual yang menawarkan (supply) suatu barang atau jasa
tertentu.
Disamping istilah monopoli di USA sering digunakan kata “antitrust”
untuk pengertian yang sepadan dengan istilah “anti monopoli” atau istilah
“dominasi” yang dipakai masyarakat Eropa yang artinya juga sepadan dengan arti
istlah “monopoli” Disamping itu terdapat istilah yang artinya hampir sama yaitu
“kekuatan pasar”. Dalam praktek keempat kata tersebut, yaitu istilah “monopoli”,
“antitrust”, “kekuatan pasar” dan istilah “dominasi” saling dipertukarkan
pemakaiannya. Keempat istilah tersebut dipergunakan untuk menunjukkan suatu
keadaan dimana seseorang menguasai pasar ,dimana dipasar tersebut tidak
tersedia lagi produk subtitusi yang potensial, dan terdapatnya kemampuan pelaku
pasar tersebut untuk menerapkan harga produk tersebut yang lebih tinggi, tanpa
mengikuti hukum persaingan pasar atau hukum tentang permintaan dan
penawaran pasar.
Undang-Undang Anti Monopoli No.5 Tahun 1999 memberi arti
kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli).
Sementara yang dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan
kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu
sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Anti Monopoli .

Selain itu, Undang-Undang Anti monopoli juga memberikan arti kepada
“persaingan usaha tidak sehat” sebagai suatu persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang
dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur atau dengan cara melawan hukum
atau menghambat persaingan usaha. Dengan demikian Undang-undang Anti
Monopoli No.5 tahun 1999 dalam memberikan arti kepada posisi dominan atau
perbuatan anti persaingan lainnya mencakup baik kompetisi yang interbrand,
maupun kompetisi yang intraband. Yang dimaksud dengan kompetisi
yang interbrand adalah kompetisi diantara produsen produk yang generiknya
sama. Dilarang misalnya jika satu perusahaan menguasai 100 persen pasar
televisi, atau yang disebut dengan istilah “monopoli”. Sedangkan yang dimaksud
dengan kompetisi yang intraband adalah kompetisi diantar distributor atas produk
dari produsen tertentu.
Disamping itu, ada juga yang mengartikan kepada tindakan monopoli
sebagai suatu keistimewaan atau keuntungan khusus yang diberikan kepada
seseorang atau beberapa orang atau perusahaan, yang merupakan hak atau
kekuasaan yang eksklusif untuk menjalankan bisnis atau mengontrol penjualan
terhadap seluruh suplai barang tertentu. Dalam hukum Inggris kuno, monopoli
diartikan sebagai suatu izin atau keistimewaan yang dibenarkan oleh raja untuk
membeli, menjual, membuat. Mengerjakan atau menggunakan apapun secara
keseluruhan, dimana tindakan monopoli tersebut secara umum dapat mengekang
kebebasan berproduksi atau trading. Atau monopoli dirumuskan juga sebagai
suatu tindakan yang memiliki atau mengontrol bagian besar dari suplai di pasar
atau output dari komoditi tertentu yang dapat mengekang kompetisi, membatasi
kebebasan perdagangan, yang memberikan kepada pemonopoli kekuasaan
pengontrolan terhadap harga.
Ada lagi yang mengartikan kepada tindakan monopoli (yang umum)
sebagai suatu hak atau kekuasaan hanya untuk melakukan suatu kegiatan atau
aktivitas yang khusus, seperti membuat suatu produk tertentu, memberikan suatu
jasa, dan sebagainya. Atau, suatu monopoli (dalam dunia usaha) diartikan sebagi
pemilikan atau pengendalian persediaan atau pasaran untuk suatu produk atau jasa

yang cukup banyak untuk mematahkan atau memusnahkan persaingan, untuk
mengendalikan harga, atau dengan cara lain untuk membatasi perdagangan.
Struktur monopoli sering pula dibedakan atas monopoli alamiah dan non
alamiah. Monopoli alamiah antara lain dalam memproduksi air minum, gas, listrik
dan lainnya sedangkan monopoli non alamiah yang merupakan monopoli berasal
dari struktur oligopoli yang kolusif sehingga mendapatkan tempat yang kurang
baik , akan tetapi bukan berarti yang alamih juga dapat melepaskan diri dari citra
yang kurang baik di pihak lain.
Praktek-praktek monopoli di Indonesia sering tidak mendapatkan tempat
perhatian dalam dunia penelitian. Namun demikian, oleh karena fasilitas-fasilitas
tertentu dari pemerintah, maka kehadiran monopolis dapat memperkuat transfer
pendapatan dari yang relatif lemah ke kelompok yang relatif lebih kuat, maka
kehadiran monopolis dapat memperkuat transfer pendapatan akan tetapi walaupun
monopolis mendapatkan keuntungan yang super normal namun kurang diimbangi
dengan pembayaran pajak yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Tujuan pemerintah membuka kompetisi telekomunikasi sebenarnya adalah
untuk mengikuti kecenderungan pasar bebas (globalisasi) yang diusung oleh
negara maju melalui WTO. Namun, tidak boleh terlupakan bahwa kepentingan
pengguna telepon, yaitu para konsumen, harus tetap menjaga prioritas karena
sektor telekomunikasi masih merupakan tanggung jawab sepenuhnya sesuai
dengan UUD 1945 dan UU Telekomunikasi 1999 .Diperlukan kedewasaan dari
regulator dan setiap operator untuk mengubah cara pandang yang masih
bernuansa monopolistik dan protektif ke arah kompetisi yang sehat dan
berorientasi komsumen.
D. RUANG LINGKUP ATURAN ANTIMONOPOLI
Dalam Undang-undang Fair Trading di Inggris tahun 1973, istilah
Monopoli diartikan sebagai keadaan di mana sebuah perusahaan atau sekelompok
perusahaan menguasai sekurang- kurangnya 25 % penjualan atau pembelian dari
produk-produk yang ditentukan. Sementara dalam Undang-Undang Anti
Monopoli Indonesia, suatu monopoli dan monopsoni terjadi jika terdapatnya

penguasaan pangsa pasar lebih dari 50 % (lima puluh persen) (pasal 17 ayat (2)
juncto pasal 18 ayat (2)) Undang-undang No.5 Tahun 1999.
Dalam pasal 17 ayat (1) Undang- undang Anti Monopoli dikatakan bahwa
“pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan pasar atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan tidak sehat”, sedangkan dalam pasal 17 ayat (2)
dikatakan bahwa “pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a). Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya;atau
b). Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam persaingan
usaha barang dan atau jasa yang sama;atau
c). Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha mengusasai lebih dari
50 % (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Sementara itu, pengertian posisi dominan dipasar digambarkan dalam
sidang-sidang Masyarakat Eropa sebagai :
1. Kemampuan untuk bertindak secara merdeka dan bebas dari pengendalian
harga, dan
2. Kebergunaan pelanggan, pemasok atau perusahaan lain dalam pasar, yang
bagi mereka perusahaan yang dominan tersebut merupakan rekan bisnis
yang harus ada
3. Dalam ilmu hukum monopoli beberapa sikap monopolistik yang mesti
sangat dicermati dalam rangka memutuskan apakah suatu tindakan dapat
dianggap sebagai tindakan monopoli.
Sikap monopolistik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mempersulit masuknya para pesaing ke dalam bisnis yang bersangkutan
2. Melakukan pemasungan sumber suplai yang penting atau suatu outlet
distribusi yang penting.
3. Mendapatkan hak paten yang dapat mengakibatkan pihak pesaingnya sulit
untuk menandingi produk atau jasa tersebut.

4. Integrasi ke atas atau ke bawah yang dapat menaikkan persediaan modal
bagi pesaingnya atau membatasi akses pesaingnya kepada konsumen atau
supplier.
5. Mempromosikan produk secara besar-besaran
6. Menyewa tenaga-tenaga ahli yang berlebihan.
7. Perbedaan harga yang dapat mengakibatkan sulitnya bersaing dari pelaku
pasar yang lain
8. Kepada pihak pesaing disembunyikan informasi tentang pengembangan
produk, tentang waktu atau skala produksi.
9. Memotong harga secara drastis.
10. Membeli atau mengakuisisi pesaing- pesaing yang tergolong kuat atau
tergolong prospektif.
11. Menggugat pesaing-pesasingnya atas tuduhan pemalsuan hak paten,
pelanggaran hukum anti monopoli dan tuduhan-tuduhan lainnya.
E. AZAS DAN TUJUAN
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus
berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan
umum. Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan
pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

F. KEGIATAN YANG DILARANG
Bagian Pertama Monopoli
Pasal 17
(1). Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan
atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
(2). Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan
atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a). barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada
substitusinya; atau
b). mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam
persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau
c). satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai
lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu.
Bagian Kedua Monopsoni
Pasal 18
(1). Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau
menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar
bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
(2). Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok
pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Bagian Ketiga Penguasaan Pasar
Pasal 19
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri
maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:

a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk
melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan;
b. atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 21
Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga
barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat.
Bagian Keempat Persekongkolan
Pasal 22
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur
dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 23
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan
informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia
perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat.
Pasal 24
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha
pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan
atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah,
kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.
G. PERJANJIAN YANG DILARANG
Perjanjian yang lebih sering disebut sebagai tacit agreement ini sudah
dapat diterima oleh UU Anti Monopoli di beberapa negara, namun dalam
pelaksanaannya di UU No.5/1999 masih belum dapat menerima adanya
”perjanjian dalam anggapan” tersebut. Sebagai perbandingan dalam pasal 1

Sherman Act yang dilarang adalah bukan hanya perjanjian (contract), termasuk
tacit agreement tetapi juga combination dan conspiracy. Jadi cakupannya memang
lebih luas dari hanya sekedar ”perjanjian” kecuali jika tindakan tersebut —
collusive behaviour— termasuk ke dalam kategori kegiatan yang dilarang dalam
bab IV dari Undang-Undang Anti Monopoli. Perjanjian yang dilarang dalam UU
No.5/1999 tersebut adalah perjanjian dalam bentuk sebagai berikut :
1. Oligopoli
Oligopoli adalah keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang hanya
berjumlah sedikit, sehingga mereka atau seorang dari mereka dapat
mempengaruhi harga pasar.
2. Penetapan harga
Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian, antara lain :
a. Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas
barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan
pada pasar bersangkutan yang sama;
b. Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang harus membayar dengan
harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk
barang dan atau jasa yang sama;
c. Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di
bawah harga pasar;
d. Perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
penerima barang dan atau jasa tidak menjual atau memasok kembali barang
dan atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada harga
yang telah dijanjikan.
3. Pembagian wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap
barang dan atau jasa.

4. Pemboikotan
Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha
yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
5. Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau
pemasaran suatu barang dan atau jasa.
6. Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk
melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan
yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup
tiap-tiap perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol
produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa.
7. Oligopsoni
Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar
komoditas.
8. Integrasi vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam
rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian
produksi merupakan hasil pengelolaan atau proses lanjutan baik dalam satu
rangkaian langsung maupun tidak langsung.
9. Perjanjian tertutup
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan
memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak
tertentu dan atau pada tempat tertentu.

10. Perjanjian dengan pihak luar negeri
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang
memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.
H. HAL-HAL YANG DIKECUALIKAN DALAM UU ANTI
MONOPOLI
Hal-hal yang dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli adalah sebagai
berikut:
1. Perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak tidak baik untuk
persaingan pasar, yang terdiri dari:
a. Oligopoli
b. Penetapan harga
c. Pembagian wilayah
d. Pemboikotan
e. Kartel
f. Trust
g. Oligopsoni
h. Integrasi vertikal
i. Perjanjian tertutup
j. Perjanjian dengan pihak luar negeri
2. Kegiatan-kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik untuk
persaingan pasar meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Monopoli
b. Monopsoni
c. Penguasaan pasar
d. Persekongkolan
3. Posisi dominan, yang meliputi:
a. Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang bersaing
b. Pembatasan pasar dan pengembangan teknologi
c. Menghambat pesaing untuk bisa masuk pasar
d. Jabatan rangkap

e. Pemilikan saham
f. Merger, akuisisi, konsolidasi
I. KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga
independen di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang
No.5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.
KPPU menjalankan tugas untuk mengawasi tiga hal pada UU tersebut:
1. Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain
untuk secara bersama-sama mengontrol produksi dan/atau pemasaran
barang dan/atau jasa yang dapat menyebabkan praktek monopoli dan/atau
persaingan usaha tidak sehat seperti perjanjian penetapan harga,
diskriminasi harga, boikot, perjanjian tertutup, oligopoli, predatory pricing,
pembagian wilayah, kartel, trust (persekutuan), dan perjanjian dengan pihak
luar negeri yang dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.
2. Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi dan/atau
pemasaran melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat
menyebabkan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
3. Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi dominan yang
dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi hak-hak konsumen, atau
menghambat bisnis pelaku usaha lain. Dalam pembuktian, KPPU
menggunakan unsur pembuktian per se illegal, yaitu sekedar membuktikan
ada tidaknya perbuatan, dan pembuktian rule of reason, yang selain
mempertanyakan eksistensi perbuatan juga melihat dampak yang
ditimbulkan.
Keberadaan KPPU diharapkan menjamin hal-hal berikut di masyarakat:
1. Konsumen tidak lagi menjadi korban posisi produsen sebagai price taker
2. Keragaman produk dan harga dapat memudahkan konsumen menentukan
pilihan

3. Efisiensi alokasi sumber daya alam
4. Konsumen tidak lagi diperdaya dengan harga tinggi tetapi kualitas seadanya,
yang lazim ditemui pada pasar monopoli
5. Kebutuhan konsumen dapat dipenuhi karena produsen telah meningkatkan
kualitas dan layanannya
6. Menjadikan harga barang dan jasa ideal, secara kualitas maupun biaya
produksi
7. Membuka pasar sehingga kesempatan bagi pelaku usaha menjadi lebih
banyak
8. Menciptakan inovasi dalam perusahaan
J. SANKSI DALAM ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA
Pasal 36 UU Anti Monopoli, salah satu wewenang KPPU adalah
melakukan penelitian, penyelidikan dan menyimpulkan hasil penyelidikan
mengenai ada tidaknya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Masih di pasal yang sama, KPPU juga berwenang menjatuhkan sanksi
administratif kepada pelaku usaha yang melanggar UU Anti Monopoli. Apa saja
yang termasuk dalam sanksi administratif diatur dalam Pasal 47 Ayat (2) UU Anti
Monopoli. Meski KPPU hanya diberikan kewenangan menjatuhkan sanksi
administratif, UU Anti Monopoli juga mengatur mengenai sanksi pidana. Pasal 48
menyebutkan mengenai pidana pokok. Sementara pidana tambahan dijelaskan
dalam Pasal 49.
Pasal 48
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14,
Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15,
Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini diancam
pidana denda serendah-rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima miliar rupiah) dan

setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupialh), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti
denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
Pasal 49
Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana
tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; atau
b. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran
terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau
c. penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnva
kerugian pada pihak lain.
Aturan ketentuan pidana di dalam UU Anti Monopoli menjadi aneh lantaran tidak
menyebutkan secara tegas siapa yang berwenang melakukan penyelidikan atau
penyidikan dalam konteks pidana.
K. CONTOH KASUS ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN
CURANG
Internet sudah merupakan bagian dari kehidupan yang menghubungkan
setiap bagian dari kehidupan kita. Internet merupakan bagian dari mekanisme
telekomunikasi yang bersifat global yang fungsinya menjadi jembatan bebas
hambatan informasi.
a. Perkembangan dunia maya tersebut ternyata membuat dan menciptakan
berbagai kemudahan dalam hal menjalankan transaksi, dunia pendidikan,
perdagangan, perbankan serta menciptakan jutaan kesempatan untuk menggali
keuntungan ekonomis. Peperangan antara Microsoft dengan departemen
Antitrust, dimana perusahaan milik Bill Gates dianggap melanggar ketentuan

tentang hukum antimonopoli, sehubungan dengan program terbaru Microsoft
tahun 1998, dituduh dapat merugikan pihak lain karena program “browser”
yang dapat digunakan untuk menjelajah dunia maya itu melekat didalamnya.
b. Perkembangan teknologi informasi (TI) yang demikian cepat tidak hanya
menciptakan berbagai kemudahan bagi pengguna, tapi juga membuka sarana
baru berbagai modus kejahatan. Ironisnya, dari hari ke hari, i kian meningkat,
baik kuantitas maupun kualitasnya. Meski penetrasi TI masih rendah, nama
Indonesia ternyata begitu populer dalam kejahatan di dunia maya ini.
Berdasarkan data Clear Commerce, tahun 2002 lalu Indonesia berada di
urutan kedua setelah Ukraina sebagai negara asal carder (pembobol kartu
kredit) terbesar di dunia.
c. Microsoft dikenal sebagai penyedia software-software proprietary, yang
artinya, perusahaan akan menutup rapat kode programnya dan mengelolanya
secara rahasia. Di lain pihak, Red Hat adalah distributor Linux yang
merupakan software open source. Software jenis ini bisa dilihat kode
programnya, pengguna juga bebas memodifikasi dan mendistribusikannya
kembali ke orang lain. Red Hat Enterprise Linux, menurut Manager Produk
Red Hat, dinilai sebagai contoh proyek open source yang paling sukses yang
pernah dijual secara komersil.

PENUTUP
Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha. Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi arti
kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli).
Sementara yang dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan
kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu
sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Anti Monopoli.