lap rehab tdk berurutan

28
LAPORAN KASUS Identitas Nama : Tn. P . K Umur : 44 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Alamat : Jln. 17 Agustus Agama : Kristen protestan Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil MRS : 25 Juli 2012 Tanggal periksa : 30 Juli 2012 Anamnesis Keluhan utama : Kelumpuhan anggota gerak kiri Riwayat penyakit sekarang : Kelumpuhan anggota gerak kiri dirasakan penderita ± 14 jam SMRS. Secara tiba-tiba, pagi hari saat penderita bangun pagi. Saat itu penderita merasa tidak mampu untuk bangkit dari tempat tidur, sehingga penderita perlu dibantu oleh orang lain. 2 minggu sebelum merasakan kelumpuhan anggota gerak kiri 1

Upload: sitti-hajar

Post on 30-Jul-2015

68 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Rehab Tdk Berurutan

LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : Tn. P . K

Umur : 44 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jln. 17 Agustus

Agama : Kristen protestan

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

MRS : 25 Juli 2012

Tanggal periksa : 30 Juli 2012

Anamnesis

Keluhan utama : Kelumpuhan anggota gerak kiri

Riwayat penyakit sekarang :

Kelumpuhan anggota gerak kiri dirasakan penderita ± 14 jam SMRS. Secara tiba-tiba, pagi

hari saat penderita bangun pagi. Saat itu penderita merasa tidak mampu untuk bangkit dari

tempat tidur, sehingga penderita perlu dibantu oleh orang lain. 2 minggu sebelum merasakan

kelumpuhan anggota gerak kiri penderita mengeluhkan telapak tangan kiri dan tungkai kaki

kiri terasa kram. Mulut mencong ke kanan disertai bicara pelo, sukar menelan diakui

penderita, makanan sering terkumpul dimulut pada sisi kiri, dan terkadang keluar dari mulut

tanpa disadari. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, kejang, mual, muntah, nyeri kepala,

pusing, penglihatan buram, riwayat trauma disangkal. BAB dan BAK normal.

1

Page 2: Lap Rehab Tdk Berurutan

Pada saat ini (30 Juli 2012) penderita masih mengeluhkan anggota gerak kirinya belum bisa

digerakkan, bicara sudah semakin membaik, kesedakan sudah tidak ada.

Riwayat penyakit dahulu :

Penyakit Diabetes Melitus (+) kurang lebih 20 tahun yang lalu sampai sekarang, tidak

terkontrol.

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat kolesterol dan asam urat disangkal oleh penderita

Riwayat keluarga :

Ibu penderita juga memiliki penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi

Riwayat Kebiasaan :

Penderita perokok dan peminum alkohol

Penderita sering makan daging

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien adalah seorang pegawai negeri. Mempunyai 1 orang istri dan 3 orang anak, penderita

tinggal dirumah permanen satu lantai, lantai beton, rumah memiliki 3 kamar dan dihuni oleh

5 orang. Wc berada di dalam rumah WC jongkok. Sumber air dari PAM, sumber penerangan

dari PLN.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis, E4 M6 V5

Tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 78x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,5 oC

2

Page 3: Lap Rehab Tdk Berurutan

MAP : ( 2 x 80) + 120 / 3 = 93

IMT : BB = 50 kg, TB = 160 cm

= 50/(160/100)2 = 50/2,56 = 19,53

Status Generalis

Kepala : Normocephal

Pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm, RC+/+, RCTL +/+

Leher : Trakea letak tengah , pembesaran kelenjar getah bening tidak teraba

Thoraks : Cor : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-)

Pulmo : Ronki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Status Neurologis

Pemeriksaan nervus cranialis : Intake : Baik

Paresis nervus VII sentral sinistra, Paresis nervus IX dextra

Paresis nervus XII sentral sinistra

Status MotorikEkstremitas Superior Ekstremitas Inferior

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Gerakan Normal Menurun Normal Menurun

Kekuatan otot 5/5/5/5 0/0/1/0 5/5/5/5 0/1/1/0

Tonus otot Normal Menurun Normal Menurun

Refleks fisiologis (+) N (+) ↓ (+) N (+) ↓

Refleks patologis (-) (-) (-) (-)

3

Page 4: Lap Rehab Tdk Berurutan

Status SensorikEkstremitas Superior Ekstremitas Inferior

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Protopatik Normal Menurun Normal Menurun

Proprioseptik Normal Normal Normal Normal

Status Otonom : Normal

Kemampuan Fungsional

Indeks Barthel

Aktifitas Tingkat Kemandirian N :

Nilai

A

Bladder

Kontinensia, tanpa memakai alat bantu 10

10Kadang-kadang ngompol 5

Inkontinensia urin 0

B

Bowel

Kontinensia, memasang enema,

suppositoria tanpa dibantu

10

10Dibantu 5

Inkontinensia alvi 0

C

Toilet

Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan

dubur tidak mencemari baju). Boleh

berpegangan pada bar dinding benda,

memakai bad pen, dapat meletakkan di

kursi & membersihkan, dibantu hanya

salah satu kegiatan diatas

10

5

Dibantu 5

D

Kebersihan diri

Tanpa dibantu cuci mulut, menyisir, hias,

gosok gigi termasuk persiapan alat-alat

tersebut

10

0

Dibantu 0

E Tanpa dibantu buka/pakai baju, resleting,

ikat tali sepatu, termasuk pakaian khusus,

10

4

Page 5: Lap Rehab Tdk Berurutan

Berpakaian boleh pakaian yang disesuaikan keadaan

misalkan kancing depan. Dibantu dengan

minimal, setengah tidak dibantu

5

Dibantu 5

F

Makan

Tanpa dibantu memakan makanan normal

lengkap

10

0

Memakai alat-alat makan. Dibantu

sebagian hasil memotong, memoles

mentega

5

Dibantu 0

G

Transfer/berpindah

Dari kursi roda ke tempat duduk/

sebaliknya termasuk duduk dan berbaring

tanpa dibantu

15

0

Bantuan minor secara fisik atau verbal

pada langkah-langkah diatas

10

Bantuan mayor secara fisik (1/2 orang

terlatih), tetapi dapat duduk/dengan

tanpadibantu

5

Tidak dapat duduk berpindah 0

H

Mobilitas

Berjalan 16m (50 yard) ditempat datar,

boleh dengan alat bantu kecuali rolling

walker. Mengayuh kursi roda 16m,

berkeliling, berputar, berjalan tanpa

dibantu

15

Menguasai alat bantunya, berjalan dengan

bantuan minor fisik/verbal. Memakai kursi

10

5

Page 6: Lap Rehab Tdk Berurutan

roda dengan dibantu

5

Imobile 5

I

Naik turun tangga

Tanpa dibantu 10

0Dibantu secara fisik/verbal 5

Tidak dapat 0

J

Mandi

Tanpa dibantu berendam, memakai

pancuran, seka

5

0Dibantu 0

Total 100 35

Keterangan :

Sangat berat : 0-25 Ringan : 70-95

Berat : 25-45 Normal : 96-100

Sedang : 50-65

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Brain CT-Scan : Belum dilakukan pemeriksaan

Foto Thoraks : Dalam batas normal

Pemeriksaan laboratorium :

Hemoglobin : 16,9 gr/dl

Leukosit : 7900/mm3

Trombosit : 212.000/mm3

6

Page 7: Lap Rehab Tdk Berurutan

Hematokrit : 52,5 %

GDS : 105 mg/dl

Ureum : 23 mg/dl

Kreatinin : 0,8 mg/dl

7

Page 8: Lap Rehab Tdk Berurutan

Resume

Pasien laki-laki umur 44 tahun, MRS 25 Juli 2012 dengan kelumpuhan anggota gerak kiri

secara tiba-tiba di pagi hari disertai bicara pelo dan kesedakan serta wajah miring kesisi kanan. BAB /

BAK Normal. Riwayat Diabetes Melitus kurang lebih 20 tahun yang lalu tidak terkontrol. Tanda vital:

TD: 120/80 mmHg, N : 76x/m, R : 20x/m, S : 36,5 0C. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan,

intake baik, paresis nervus VII sentral sinistra, paresis nervus IX dextra, paresis nervus XII sentral

sinistra. Pemeriksaan motorik ditemukan penurunan gerakan ekstremitas superior dan inferior sinistra

dan penurunan kekuatan otot ekstremitas superior ( 0/0/1/0 ) dan inferior sinistra (0/1/1/0) serta

penurunan tonus otot ekstremitas superior sinistra. Pada pemeriksaan sensibilitas ditemukan

hemihipestesi sinistra dan status otonom dalam batas normal.

Diagnosis

Diagnosis klinis : Hemiparesis sinistra, Hemihipestesi sinistra, Disartria, Disfagia

Diagnosis etiologi : Stroke Non hemoragik

Diagnosis Topis : Sub kortikal

Fungsional : Disabilitas Berat

PROBLEM REHABILITASI MEDIK

Problem motorik :

1. Kelemahan anggota gerak kiri

2. Gangguan transfer dan ambulasi

3. Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (AKS)

4. Gangguan bicara (Artikulasi)

5. Gangguan menelan

6. Gangguan sensibilitas

8

Page 9: Lap Rehab Tdk Berurutan

Fisioterapi

Evaluasi :

Kelemahan anggota gerak kiri ekstremitas superior (0/0/1/0) dan

ektremitas inferior (0/1/1/0)

Gangguan transfer dan ambulasi

Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (AKS)

Program :

Proper bed positioning

Alih baring / 2 jam

Breathing exercise aktif

Latihan LGS pasif untuk anggota gerak kiri

Mobilisasi bertahap mulai hari ke lima

Okupasi Terapi

Evaluasi :

Gangguan AKS (Misalnya : makan, mandi, kerapian/penampilan, dan

berpakaian)

Gangguan sensibilitas

Program :

Latihan LGS pasif, dengan keterampilan sesuai dengan aktivitas/kegiatan

penderita sehari-hari.

Reedukasi sensoris dengan bushing

Terapi Bicara

Evaluasi :

Gangguan artikulasi

9

Page 10: Lap Rehab Tdk Berurutan

Gangguan menelan

Program :

Latihan didepan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-

kata.

Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-

kata.

Latihan penguatan otot-otot untuk menelan

Ortotik Prostetik

Evaluasi :

Kelemahan anggota gerak kiri ekstremitas superior (0/0/1/0) dan inferoir

sinitra (0/1/1/0)

Program :

Memakai alat bantu kursi roda

Psikologi

Evaluasi :

Motivasi untuk berobat dan latihan baik; memiliki keinginan sembuh

Program :

▪ Memberi pengertian pada pasien dan keluarga bahwa proses rehabilitasi

memerlukan waktu yang agak lama, jadi butuh kesabaran dan ketaatan

dalam menjalankan program di tempat rehabilitasi.

Memberikan dukungan mental agar penderita rajin melakukan latihan di

rumah seperti yang telah diajarkan dan dianjurkan untuk kontrol secara

teratur dan tidak berputus asa dalam melakukan terapi.

Memberi support mental pada penderita agar lebih percaya diri.

Sosial Medik

10

Page 11: Lap Rehab Tdk Berurutan

Evaluasi :

Penderita seorang Pegawai Negeri, Istri sudah tidak bekerja, biaya

pengobatan ditanggung ASKES

WC jongkok

Program :

Memberikan masukan untuk rekreasi

Modifikasi WC jongkok menjadi WC duduk.

BAB I

PENDAHULUAN

11

Page 12: Lap Rehab Tdk Berurutan

Stroke adalah suatu gangguan peredaran darah di otak. Organisasi kesehatan dunia

WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu sindrom klinis dengan “gangguan fokal atau

global dari fungsi otak yang berkembang dengan cepat, dengan gejala yang bertahan lebih

dari 24 jam atau lebih atau dapat menyebabkan kematian, dengan penyebab yang tak lain

berasal dari gangguan sirkulasi darah. Gangguan sirkulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa

hal yaitu trombosis, emboli dan perdarahan. Beberapa faktor resiko yang dapat menimbulkan

gejala stroke diantaranya adalah hipertensi, diabetes mellitus. Transient ischemic attack

(TIA), gangguan kardiovaskular dan kebiasaan merokok. 1

Perjalanan penyakit stroke beragam. Ada penderita stroke yang pulih sempurna, tapi

ada pula yang sembuh dengan cacat ringan, atau cacat sedang atau cacat berat. Paralisis

adalah disabilitas paling umum terjadi akibat stroke. Paralisis atau kelumpuhan biasanya

terjadi pada sisi tubuh yang berlawanan dengan sisi otak yang mengalami kerusakan akibat

stroke. Paralisis ini dapat terjadi pada wajah, lengan, tungkai, atau satu sisi tubuh secara

keseluruhan (hemiplegia). Penderita yang mengalami kelumpuhan akan terjadi gangguan

dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari dan mengalami penurunan kualitas hidupnya.1

Stroke adalah penyakit usia lanjut tetapi juga dapat menyerang usia yang lebih

muda. 3-4% stroke terjadi pada golongan usia 15-45 tahun, masa yang masih sangat produktif

dan potensial. Hal ini sangat menantang para profesi yang terlibat untuk menangani stroke

sebaik mungkin dalam mencapai hasil yang maksimal. Rehabilitasi sebagai suatu program

yang didesain untuk memungkinkan seseorang yang mengalami disabilitas, untuk dapat

hidup dan bekerja semaksimal mungkin dengan kapasitas yang dimilikinya. Sesuai dengan

definisi WHO, rehabilitasi yaitu semua tindakan yang bertujuan untuk mengurangi dampak

disabilitas/handicap, agar individu dapat berintegrasi dalam masyarakat. Dengan pelayanan

rehabilitasi yang tepat maka 80% dari mereka yang tetap hidup dapat berjalan tanpa bantuan,

70% dapat menguasai (melakukan) aktifitas mengurus diri sendiri dan 30% dapat kembali

bekerja.2

BAB II

Definisi

12

Page 13: Lap Rehab Tdk Berurutan

Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanyapenyebab

lain selain vaskuler.6

Epidemiologi

Stroke merupakan penyebab kecacatan kedua terbanyak di negara maju dan ketiga

terbanyak di negara berkembang. Berdasarkan data WHO tahun 2002, lebih dari 5,47 juta

orang meninggal karena stroke di dunia.Dari data yang dikumpulkan oleh American Heart

Association tahun 2004 setiap 3 menit satu orang meninggal akibat stroke pada individual di

atas 60 tahun. Secara umum diketahui sebanyak 25% pasien dengan stroke meninggal dalam

bulan pertama dan 40% meninggal dalam tahun pertama setelah serangan akut stroke dan

separuh dari mereka yang hidup akan mengalami kecacatan fisik. Survei kesehatan

dilaporkan jumlah penderita stroke rawat inap di RSUP Manado tahun 1997-2000 adalah

1604 penderita atau 60% dari seluruh penderita rawat inap bagian saraf.1

Faktor Resiko

Beberapa faktor resiko yang dapat menimbulkan stroke :3

1. Faktor biologik yang tidak dapat dimodifikasi yaitu : umur, jenis kelamin, ras dan

genetik.

2. Faktor fisiologik yang dapat dimodifikasi yaitu : hipertensi, diabetes, lipid, penyakit

jantung, stenosis karotis, TIA, hemosisteinemia dan ateroma aorta, Faktor gaya hidup

dan pola perilaku seperti merokok, obesitas, aktifitas fisik, diet, alkohol dan

kontrasepsi hormonal.

Klasifikasi

13

Page 14: Lap Rehab Tdk Berurutan

Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat dari gangguan

fungsi otak fokal atau global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih

atau menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain selain vaskuler.2

1. Mendadak

2. Penyumbatan /robek dinding pembuuluh darah

3. Gangguan akut fungsi otak

Berdasarkan perjalanan penyakit, stroke terbagi atas :

1. Transient ischemic attacks, yaitu stroke dengan defisit neurologik yang terjadi dan

akan kembali normal dalam 24 jam.

2. Reversible ischemic neurologic deficit, yaitu stroke dengan deficit neurologic lebih

dari 24 jam yang akan kembali normal dalam waktu 3 minggu.

3. Progressing stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologik menjadi lebih berat dan

jelas dalam beberapa jam atau hari.

4. Completed stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologik yang telah stabil atau tidak

bertambah lagi sejak awal serangan.

Menurut New Neurological Institute, stroke dibagi atas 2 golongan besar, yaitu:

1. Stroke iskemik atau stroke infark (stroke non hemoragik) yang disebabkan karena

trombosis dan emboli.

2. Stroke perdarahan (stroke hemoragik) yang terdiri dari perdarahan Intracerebral dan

perdarahan sub arachnoid

Menurut klasifikasi Bamford, stroke iskemik digolongkan atas :

1. Lacunar Infarct (LACI)

Hemiparesis murni

Hemisensorik murni

Hemiparesis sensorik motorik

Disartria – clumsy hand syndrome

Hemiparesis ataksik

14

Page 15: Lap Rehab Tdk Berurutan

Tidak ada defidit visual

Tidak ada gangguan fungsi batang otak

Tidak ada hemianopsia homonym

Tidak terdapat gejala kortikal : afasia/disfasia

2. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)

Hemiparesis dan / gangguan hemisensoris

Hemianopsia homonym

Disfungsi kortikal luhur : terutama disfasia/disfungsi persepsivisuospatial

Sering terdapat penurunan kesadaran

3. Partial Circulation Infarct (PACI)

Terdapat 2 atau 3 gejala yang terdapat pada TACI

Hemiparesis / hemisensorik

Hemianopsia homonim

Disfungsi kortikal luhur

Hanya disfungsi kortikal luhur saja

Hanya terbatas pada hemiparesis/hemisensorik

4. Posterior Circulation Infarct (POCI)

Ditemukan beberapa dari gelaja ini :

Paresis nervus cranialis ipsilateral dan hemiparesis/hemisensorik kontralateral

Paresis dan gangguan sensorik bilateral

Gangguan gerakan konjugasi mata

Disfungsi serebelar : vertigo, ataksia anggota gerak dan trunkus

Hanya hemianopsia homonym atau buta kortikal

Mungkin ada gejala tanpa arti lokalisasi :syndrome homer, nistagmus,

gangguan pendengaran.

Patofisiologi

Persoalan pokok pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada daerah otak

tertentu. Beberapa hal yang menyebabkan lesi vaskuler serebral antara lain :2

1. Penyumbatan aliran darah otak karena vasospasme langsung dan menimbulkan gejala

defisit atau perangsangan sesuai dengan fungsi daerah otak yang terkena.

15

Page 16: Lap Rehab Tdk Berurutan

2. Penyumbatan aliran darah yang disebabkan oleh trombus. Akibatnya aliran darah

otak regional tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan darah otak yang terganggu.

3. Penyumbatan aliran darah otak oleh embolus. Sumber embolisasi dapat terletak di

arteri karotis atau vertebralis tapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.

4. Lesi daerah otak akibat ruptur dinding pembuluh darah. Penyebab ruptur pembuluh

darah bisa akibat dari suatu stroke embolik, perdarahan lobaris spontan dan

perdarahan intraserebral akibat hipertensi

Diagnosis

Diagnosis stroke mencakup diagnosis klinis (sesuai perjalanan penyakit atau

kawasan pembuluh darah), topis (kortikal, subkortikal, atau batang otak) dan etiologis

(infark atau perdarahan).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan

neurologis serta pemeriksaan penunjang. Untuk mendapatkan diagnosis stroke seawal

mungkin, perlu adanya anamnesis yang terarah.

Pada pemeriksaan fisik / neurologis penting mengetahui keadaan

kardiovaskuler, fungsi vital, perkembangan kesadaran sejak kejadian dan kelainan

neurologis yang terjadi.

Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk menentukan stroke atau bukan

serta membedakan stroke karena perdarahan intracerebral / subarakhnoid, trombosis,

emboli, dan untuk mengungkapkan adanya faktor resiko.9

Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik

WHO menyatakan rehabilitasi ialah semua tindakan yang bertujuan untuk

mengurangi dampak disabilitas/hándicap, agar penca (penyandang cacat) dapat berintegrasi

dalam masyarakat. Prinsip rehabilitasi medik pada penderita stroke adalah sedapat mungkin

penderita tidak tergantung pada orang lain. maka jelaslah yang ditanggulangi meliputi

problem fisik dan psikis.5,6

Problem fisik pada stroke yaitu :

Kesukaran/tidak dapat ambulasi

16

Page 17: Lap Rehab Tdk Berurutan

Kesukaran/tidak dapat berkomunikasi

Kesukaran/tidak dapat merawat diri sendiri

Kesukaran/tidak dapat melakukan gerak yang diperlukan untuk mencari nafkah

Problem psikis yaitu :

Rasa malu

Rasa rendah diri

Tidak dapat menerima kenyataan

Tidak mau menyesuaikan diri dengan disabilitasnya

Beberapa penderita juga mengalami penurunan intelegen.

Evaluasi psikososial dan vokasional. Mencakup faktor psikologis, vokasional, dan aktifitas

rekreasi, hubungan dengan keluarga, sumber daya ekonomi dan sumber daya lingkungan.

Program rehabilitasi medik pada penderita stroke :

Fase awal :

1. Bed positioning atau ubah baring dengan tujuan mencegah dekubitus, kontraktur

sendi, dan nyeri bahu. Penderita diubah posisinya tiap 2 jam untuk mencegah

dekubitus

2. Pada ekstremitas yang lumpuh dilakukan latihan luas gerak sendi secara pasif

Fase lanjutan :

1. Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan

aktivitas kegiatan sehari-hari. Program pada fase ini meliputi :

Fisioterapi

1. Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot < 2

2. Diberikan terapi panas superfisial (infra merah) untuk melemaskan otot

3. Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu, atau aktif tergantung kekuatan otot

4. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot

5. Latihan fasilitas atau reduksi otot. Berupa latihan otot terkoordinasi dengan bersandar

pada pola atau tahap perkembangan motorik bayi atau anak

17

Page 18: Lap Rehab Tdk Berurutan

6. Latihan mobilisasi. Dimulai dengan aktifitas di tempat tidur, duduk, berdiri, dan

ambulasi. Mobilisasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya orthostatic postural

hypotension

Okupasi Terapi

Sebagian besar penderita stroke mencapai kemandirian dalam AKS, meskipun

pemulihan fungsi neurologis pada ekstermitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat

bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat

dikerjakan, kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.7

Terapi Bicara

Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat ditangani

oleh speech therapist dengan cara :

a. Latihan pernapasan (pre-speech training) berupa latihan napas, menelan, meniup,

latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.

b. Latihan didepan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-

kata.

c. Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-

kata.

d. Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.

Ortotik Prostetik

Penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer

dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara lain arm sling, hand sling,

walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot orthotic (AFO), knee

ankle foot orthotic (KAFO).

Psikologi

Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase

psikologis, yaitu : fase shock, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan.

18

Page 19: Lap Rehab Tdk Berurutan

Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan sebagian lain

mengalami secara lambat, berhenti pada satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat.

Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.

Sosial Medik

Pekerja sosial medik dapat memulai pekerjaan dengan wawancara keluarga,

keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta

keadaan rumah penderita.

Aktifitas Kehidupan Sehari-hari (Activity of Daily Living)

Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS, meskipun

pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat

bantu yang disesuaikan, aktifitas AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat

dikerjakan. Program AKS ini meliputu makan, minum, personal hygine, berpakaian, dan lain-

lain.10

19

Page 20: Lap Rehab Tdk Berurutan

KEPUSTAKAAN

1. Kotambunan RC. Epidemiologi Stroke: Stroke Up Date 2001. Manado: Bagian / SMF

Saraf FK Unsrat; 2001 : 1-7.

2. Karema W. Diagnosis dan Klasifikasi Stroke: Stroke Up Date 2001. Manado: Bagian /

SMF Saraf FK Unsrat; 2001 : 10-5.

3. Runtuwene TW. Faktor Risiko dan Pencegahan Stroke: Stroke Up Date 2001. Manado:

Bagian / SMF Saraf FK Unsrat; 2001 : 20-9.

4. Angliadi LS. Rehabilitasi Medik pada Stroke : Stroke Up Date 2001. Manado: Bagian /

SMF Saraf FK Unsrat; 2001: 56-7.

5. Sengkey LS, Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi : Buku Diktat. Manado: Bagian /

SMF Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK Unsrat; 2006

6. Susilo H. The Powerful Blood Pressure Reduction In Hypertensive Stroke Patients With

Single Pill Combination Of Valsartan and Amlodipine. Neurology Update. Manado:

Konas Perdossi ke-7; 2011: 235

7. Widjaja D. Perkembangan Penyelidikan Mutakhir Faktor Resiko Stroke. Neurona Jan

2000. Vol. 17 (2) : 4-15.

8. Garrison SJ. Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Ahli Bahasa: Widjaja. Jakarta:

Hipokrates; 1996 : 338-12.

9. Garrison SJ, et al. Rehabilitation of the Stroke Patient. In: DeLisa JA, editor.

Rehabilitation Medicine Principles and Practice. 2th ed. Philadelphia PA: JB Lippincott;

1993: 565-84.

10. Roth EJ, Harvey RL. Rehabilitation of Stroke Syndromes. In: Braddom RL, editor.

Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelpia PA: WB Saunders; 1996: 1053-87.

20

Page 21: Lap Rehab Tdk Berurutan

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul Rehabilitasi Medik Pada Penderita

Stroke Non Hemoragik

Telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada tanggal 3 Agustus 2012

Dosen Pembimbing :

Dr. Paulina Wowiling

Penguji :

Dr. Lidwina Sengkey, Sp RM

21