lap rehab tdk berurutan
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Tn. P . K
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jln. 17 Agustus
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
MRS : 25 Juli 2012
Tanggal periksa : 30 Juli 2012
Anamnesis
Keluhan utama : Kelumpuhan anggota gerak kiri
Riwayat penyakit sekarang :
Kelumpuhan anggota gerak kiri dirasakan penderita ± 14 jam SMRS. Secara tiba-tiba, pagi
hari saat penderita bangun pagi. Saat itu penderita merasa tidak mampu untuk bangkit dari
tempat tidur, sehingga penderita perlu dibantu oleh orang lain. 2 minggu sebelum merasakan
kelumpuhan anggota gerak kiri penderita mengeluhkan telapak tangan kiri dan tungkai kaki
kiri terasa kram. Mulut mencong ke kanan disertai bicara pelo, sukar menelan diakui
penderita, makanan sering terkumpul dimulut pada sisi kiri, dan terkadang keluar dari mulut
tanpa disadari. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, kejang, mual, muntah, nyeri kepala,
pusing, penglihatan buram, riwayat trauma disangkal. BAB dan BAK normal.
1

Pada saat ini (30 Juli 2012) penderita masih mengeluhkan anggota gerak kirinya belum bisa
digerakkan, bicara sudah semakin membaik, kesedakan sudah tidak ada.
Riwayat penyakit dahulu :
Penyakit Diabetes Melitus (+) kurang lebih 20 tahun yang lalu sampai sekarang, tidak
terkontrol.
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat kolesterol dan asam urat disangkal oleh penderita
Riwayat keluarga :
Ibu penderita juga memiliki penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi
Riwayat Kebiasaan :
Penderita perokok dan peminum alkohol
Penderita sering makan daging
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien adalah seorang pegawai negeri. Mempunyai 1 orang istri dan 3 orang anak, penderita
tinggal dirumah permanen satu lantai, lantai beton, rumah memiliki 3 kamar dan dihuni oleh
5 orang. Wc berada di dalam rumah WC jongkok. Sumber air dari PAM, sumber penerangan
dari PLN.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis, E4 M6 V5
Tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC
2

MAP : ( 2 x 80) + 120 / 3 = 93
IMT : BB = 50 kg, TB = 160 cm
= 50/(160/100)2 = 50/2,56 = 19,53
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm, RC+/+, RCTL +/+
Leher : Trakea letak tengah , pembesaran kelenjar getah bening tidak teraba
Thoraks : Cor : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-)
Pulmo : Ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Status Neurologis
Pemeriksaan nervus cranialis : Intake : Baik
Paresis nervus VII sentral sinistra, Paresis nervus IX dextra
Paresis nervus XII sentral sinistra
Status MotorikEkstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Gerakan Normal Menurun Normal Menurun
Kekuatan otot 5/5/5/5 0/0/1/0 5/5/5/5 0/1/1/0
Tonus otot Normal Menurun Normal Menurun
Refleks fisiologis (+) N (+) ↓ (+) N (+) ↓
Refleks patologis (-) (-) (-) (-)
3

Status SensorikEkstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Protopatik Normal Menurun Normal Menurun
Proprioseptik Normal Normal Normal Normal
Status Otonom : Normal
Kemampuan Fungsional
Indeks Barthel
Aktifitas Tingkat Kemandirian N :
Nilai
A
Bladder
Kontinensia, tanpa memakai alat bantu 10
10Kadang-kadang ngompol 5
Inkontinensia urin 0
B
Bowel
Kontinensia, memasang enema,
suppositoria tanpa dibantu
10
10Dibantu 5
Inkontinensia alvi 0
C
Toilet
Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan
dubur tidak mencemari baju). Boleh
berpegangan pada bar dinding benda,
memakai bad pen, dapat meletakkan di
kursi & membersihkan, dibantu hanya
salah satu kegiatan diatas
10
5
Dibantu 5
D
Kebersihan diri
Tanpa dibantu cuci mulut, menyisir, hias,
gosok gigi termasuk persiapan alat-alat
tersebut
10
0
Dibantu 0
E Tanpa dibantu buka/pakai baju, resleting,
ikat tali sepatu, termasuk pakaian khusus,
10
4

Berpakaian boleh pakaian yang disesuaikan keadaan
misalkan kancing depan. Dibantu dengan
minimal, setengah tidak dibantu
5
Dibantu 5
F
Makan
Tanpa dibantu memakan makanan normal
lengkap
10
0
Memakai alat-alat makan. Dibantu
sebagian hasil memotong, memoles
mentega
5
Dibantu 0
G
Transfer/berpindah
Dari kursi roda ke tempat duduk/
sebaliknya termasuk duduk dan berbaring
tanpa dibantu
15
0
Bantuan minor secara fisik atau verbal
pada langkah-langkah diatas
10
Bantuan mayor secara fisik (1/2 orang
terlatih), tetapi dapat duduk/dengan
tanpadibantu
5
Tidak dapat duduk berpindah 0
H
Mobilitas
Berjalan 16m (50 yard) ditempat datar,
boleh dengan alat bantu kecuali rolling
walker. Mengayuh kursi roda 16m,
berkeliling, berputar, berjalan tanpa
dibantu
15
Menguasai alat bantunya, berjalan dengan
bantuan minor fisik/verbal. Memakai kursi
10
5

roda dengan dibantu
5
Imobile 5
I
Naik turun tangga
Tanpa dibantu 10
0Dibantu secara fisik/verbal 5
Tidak dapat 0
J
Mandi
Tanpa dibantu berendam, memakai
pancuran, seka
5
0Dibantu 0
Total 100 35
Keterangan :
Sangat berat : 0-25 Ringan : 70-95
Berat : 25-45 Normal : 96-100
Sedang : 50-65
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Brain CT-Scan : Belum dilakukan pemeriksaan
Foto Thoraks : Dalam batas normal
Pemeriksaan laboratorium :
Hemoglobin : 16,9 gr/dl
Leukosit : 7900/mm3
Trombosit : 212.000/mm3
6

Hematokrit : 52,5 %
GDS : 105 mg/dl
Ureum : 23 mg/dl
Kreatinin : 0,8 mg/dl
7

Resume
Pasien laki-laki umur 44 tahun, MRS 25 Juli 2012 dengan kelumpuhan anggota gerak kiri
secara tiba-tiba di pagi hari disertai bicara pelo dan kesedakan serta wajah miring kesisi kanan. BAB /
BAK Normal. Riwayat Diabetes Melitus kurang lebih 20 tahun yang lalu tidak terkontrol. Tanda vital:
TD: 120/80 mmHg, N : 76x/m, R : 20x/m, S : 36,5 0C. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan,
intake baik, paresis nervus VII sentral sinistra, paresis nervus IX dextra, paresis nervus XII sentral
sinistra. Pemeriksaan motorik ditemukan penurunan gerakan ekstremitas superior dan inferior sinistra
dan penurunan kekuatan otot ekstremitas superior ( 0/0/1/0 ) dan inferior sinistra (0/1/1/0) serta
penurunan tonus otot ekstremitas superior sinistra. Pada pemeriksaan sensibilitas ditemukan
hemihipestesi sinistra dan status otonom dalam batas normal.
Diagnosis
Diagnosis klinis : Hemiparesis sinistra, Hemihipestesi sinistra, Disartria, Disfagia
Diagnosis etiologi : Stroke Non hemoragik
Diagnosis Topis : Sub kortikal
Fungsional : Disabilitas Berat
PROBLEM REHABILITASI MEDIK
Problem motorik :
1. Kelemahan anggota gerak kiri
2. Gangguan transfer dan ambulasi
3. Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (AKS)
4. Gangguan bicara (Artikulasi)
5. Gangguan menelan
6. Gangguan sensibilitas
8

Fisioterapi
Evaluasi :
Kelemahan anggota gerak kiri ekstremitas superior (0/0/1/0) dan
ektremitas inferior (0/1/1/0)
Gangguan transfer dan ambulasi
Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (AKS)
Program :
Proper bed positioning
Alih baring / 2 jam
Breathing exercise aktif
Latihan LGS pasif untuk anggota gerak kiri
Mobilisasi bertahap mulai hari ke lima
Okupasi Terapi
Evaluasi :
Gangguan AKS (Misalnya : makan, mandi, kerapian/penampilan, dan
berpakaian)
Gangguan sensibilitas
Program :
Latihan LGS pasif, dengan keterampilan sesuai dengan aktivitas/kegiatan
penderita sehari-hari.
Reedukasi sensoris dengan bushing
Terapi Bicara
Evaluasi :
Gangguan artikulasi
9

Gangguan menelan
Program :
Latihan didepan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-
kata.
Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-
kata.
Latihan penguatan otot-otot untuk menelan
Ortotik Prostetik
Evaluasi :
Kelemahan anggota gerak kiri ekstremitas superior (0/0/1/0) dan inferoir
sinitra (0/1/1/0)
Program :
Memakai alat bantu kursi roda
Psikologi
Evaluasi :
Motivasi untuk berobat dan latihan baik; memiliki keinginan sembuh
Program :
▪ Memberi pengertian pada pasien dan keluarga bahwa proses rehabilitasi
memerlukan waktu yang agak lama, jadi butuh kesabaran dan ketaatan
dalam menjalankan program di tempat rehabilitasi.
Memberikan dukungan mental agar penderita rajin melakukan latihan di
rumah seperti yang telah diajarkan dan dianjurkan untuk kontrol secara
teratur dan tidak berputus asa dalam melakukan terapi.
Memberi support mental pada penderita agar lebih percaya diri.
Sosial Medik
10

Evaluasi :
Penderita seorang Pegawai Negeri, Istri sudah tidak bekerja, biaya
pengobatan ditanggung ASKES
WC jongkok
Program :
Memberikan masukan untuk rekreasi
Modifikasi WC jongkok menjadi WC duduk.
BAB I
PENDAHULUAN
11

Stroke adalah suatu gangguan peredaran darah di otak. Organisasi kesehatan dunia
WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu sindrom klinis dengan “gangguan fokal atau
global dari fungsi otak yang berkembang dengan cepat, dengan gejala yang bertahan lebih
dari 24 jam atau lebih atau dapat menyebabkan kematian, dengan penyebab yang tak lain
berasal dari gangguan sirkulasi darah. Gangguan sirkulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa
hal yaitu trombosis, emboli dan perdarahan. Beberapa faktor resiko yang dapat menimbulkan
gejala stroke diantaranya adalah hipertensi, diabetes mellitus. Transient ischemic attack
(TIA), gangguan kardiovaskular dan kebiasaan merokok. 1
Perjalanan penyakit stroke beragam. Ada penderita stroke yang pulih sempurna, tapi
ada pula yang sembuh dengan cacat ringan, atau cacat sedang atau cacat berat. Paralisis
adalah disabilitas paling umum terjadi akibat stroke. Paralisis atau kelumpuhan biasanya
terjadi pada sisi tubuh yang berlawanan dengan sisi otak yang mengalami kerusakan akibat
stroke. Paralisis ini dapat terjadi pada wajah, lengan, tungkai, atau satu sisi tubuh secara
keseluruhan (hemiplegia). Penderita yang mengalami kelumpuhan akan terjadi gangguan
dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari dan mengalami penurunan kualitas hidupnya.1
Stroke adalah penyakit usia lanjut tetapi juga dapat menyerang usia yang lebih
muda. 3-4% stroke terjadi pada golongan usia 15-45 tahun, masa yang masih sangat produktif
dan potensial. Hal ini sangat menantang para profesi yang terlibat untuk menangani stroke
sebaik mungkin dalam mencapai hasil yang maksimal. Rehabilitasi sebagai suatu program
yang didesain untuk memungkinkan seseorang yang mengalami disabilitas, untuk dapat
hidup dan bekerja semaksimal mungkin dengan kapasitas yang dimilikinya. Sesuai dengan
definisi WHO, rehabilitasi yaitu semua tindakan yang bertujuan untuk mengurangi dampak
disabilitas/handicap, agar individu dapat berintegrasi dalam masyarakat. Dengan pelayanan
rehabilitasi yang tepat maka 80% dari mereka yang tetap hidup dapat berjalan tanpa bantuan,
70% dapat menguasai (melakukan) aktifitas mengurus diri sendiri dan 30% dapat kembali
bekerja.2
BAB II
Definisi
12

Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanyapenyebab
lain selain vaskuler.6
Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kecacatan kedua terbanyak di negara maju dan ketiga
terbanyak di negara berkembang. Berdasarkan data WHO tahun 2002, lebih dari 5,47 juta
orang meninggal karena stroke di dunia.Dari data yang dikumpulkan oleh American Heart
Association tahun 2004 setiap 3 menit satu orang meninggal akibat stroke pada individual di
atas 60 tahun. Secara umum diketahui sebanyak 25% pasien dengan stroke meninggal dalam
bulan pertama dan 40% meninggal dalam tahun pertama setelah serangan akut stroke dan
separuh dari mereka yang hidup akan mengalami kecacatan fisik. Survei kesehatan
dilaporkan jumlah penderita stroke rawat inap di RSUP Manado tahun 1997-2000 adalah
1604 penderita atau 60% dari seluruh penderita rawat inap bagian saraf.1
Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang dapat menimbulkan stroke :3
1. Faktor biologik yang tidak dapat dimodifikasi yaitu : umur, jenis kelamin, ras dan
genetik.
2. Faktor fisiologik yang dapat dimodifikasi yaitu : hipertensi, diabetes, lipid, penyakit
jantung, stenosis karotis, TIA, hemosisteinemia dan ateroma aorta, Faktor gaya hidup
dan pola perilaku seperti merokok, obesitas, aktifitas fisik, diet, alkohol dan
kontrasepsi hormonal.
Klasifikasi
13

Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat dari gangguan
fungsi otak fokal atau global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
atau menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain selain vaskuler.2
1. Mendadak
2. Penyumbatan /robek dinding pembuuluh darah
3. Gangguan akut fungsi otak
Berdasarkan perjalanan penyakit, stroke terbagi atas :
1. Transient ischemic attacks, yaitu stroke dengan defisit neurologik yang terjadi dan
akan kembali normal dalam 24 jam.
2. Reversible ischemic neurologic deficit, yaitu stroke dengan deficit neurologic lebih
dari 24 jam yang akan kembali normal dalam waktu 3 minggu.
3. Progressing stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologik menjadi lebih berat dan
jelas dalam beberapa jam atau hari.
4. Completed stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologik yang telah stabil atau tidak
bertambah lagi sejak awal serangan.
Menurut New Neurological Institute, stroke dibagi atas 2 golongan besar, yaitu:
1. Stroke iskemik atau stroke infark (stroke non hemoragik) yang disebabkan karena
trombosis dan emboli.
2. Stroke perdarahan (stroke hemoragik) yang terdiri dari perdarahan Intracerebral dan
perdarahan sub arachnoid
Menurut klasifikasi Bamford, stroke iskemik digolongkan atas :
1. Lacunar Infarct (LACI)
Hemiparesis murni
Hemisensorik murni
Hemiparesis sensorik motorik
Disartria – clumsy hand syndrome
Hemiparesis ataksik
14

Tidak ada defidit visual
Tidak ada gangguan fungsi batang otak
Tidak ada hemianopsia homonym
Tidak terdapat gejala kortikal : afasia/disfasia
2. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)
Hemiparesis dan / gangguan hemisensoris
Hemianopsia homonym
Disfungsi kortikal luhur : terutama disfasia/disfungsi persepsivisuospatial
Sering terdapat penurunan kesadaran
3. Partial Circulation Infarct (PACI)
Terdapat 2 atau 3 gejala yang terdapat pada TACI
Hemiparesis / hemisensorik
Hemianopsia homonim
Disfungsi kortikal luhur
Hanya disfungsi kortikal luhur saja
Hanya terbatas pada hemiparesis/hemisensorik
4. Posterior Circulation Infarct (POCI)
Ditemukan beberapa dari gelaja ini :
Paresis nervus cranialis ipsilateral dan hemiparesis/hemisensorik kontralateral
Paresis dan gangguan sensorik bilateral
Gangguan gerakan konjugasi mata
Disfungsi serebelar : vertigo, ataksia anggota gerak dan trunkus
Hanya hemianopsia homonym atau buta kortikal
Mungkin ada gejala tanpa arti lokalisasi :syndrome homer, nistagmus,
gangguan pendengaran.
Patofisiologi
Persoalan pokok pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada daerah otak
tertentu. Beberapa hal yang menyebabkan lesi vaskuler serebral antara lain :2
1. Penyumbatan aliran darah otak karena vasospasme langsung dan menimbulkan gejala
defisit atau perangsangan sesuai dengan fungsi daerah otak yang terkena.
15

2. Penyumbatan aliran darah yang disebabkan oleh trombus. Akibatnya aliran darah
otak regional tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan darah otak yang terganggu.
3. Penyumbatan aliran darah otak oleh embolus. Sumber embolisasi dapat terletak di
arteri karotis atau vertebralis tapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.
4. Lesi daerah otak akibat ruptur dinding pembuluh darah. Penyebab ruptur pembuluh
darah bisa akibat dari suatu stroke embolik, perdarahan lobaris spontan dan
perdarahan intraserebral akibat hipertensi
Diagnosis
Diagnosis stroke mencakup diagnosis klinis (sesuai perjalanan penyakit atau
kawasan pembuluh darah), topis (kortikal, subkortikal, atau batang otak) dan etiologis
(infark atau perdarahan).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neurologis serta pemeriksaan penunjang. Untuk mendapatkan diagnosis stroke seawal
mungkin, perlu adanya anamnesis yang terarah.
Pada pemeriksaan fisik / neurologis penting mengetahui keadaan
kardiovaskuler, fungsi vital, perkembangan kesadaran sejak kejadian dan kelainan
neurologis yang terjadi.
Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk menentukan stroke atau bukan
serta membedakan stroke karena perdarahan intracerebral / subarakhnoid, trombosis,
emboli, dan untuk mengungkapkan adanya faktor resiko.9
Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik
WHO menyatakan rehabilitasi ialah semua tindakan yang bertujuan untuk
mengurangi dampak disabilitas/hándicap, agar penca (penyandang cacat) dapat berintegrasi
dalam masyarakat. Prinsip rehabilitasi medik pada penderita stroke adalah sedapat mungkin
penderita tidak tergantung pada orang lain. maka jelaslah yang ditanggulangi meliputi
problem fisik dan psikis.5,6
Problem fisik pada stroke yaitu :
Kesukaran/tidak dapat ambulasi
16

Kesukaran/tidak dapat berkomunikasi
Kesukaran/tidak dapat merawat diri sendiri
Kesukaran/tidak dapat melakukan gerak yang diperlukan untuk mencari nafkah
Problem psikis yaitu :
Rasa malu
Rasa rendah diri
Tidak dapat menerima kenyataan
Tidak mau menyesuaikan diri dengan disabilitasnya
Beberapa penderita juga mengalami penurunan intelegen.
Evaluasi psikososial dan vokasional. Mencakup faktor psikologis, vokasional, dan aktifitas
rekreasi, hubungan dengan keluarga, sumber daya ekonomi dan sumber daya lingkungan.
Program rehabilitasi medik pada penderita stroke :
Fase awal :
1. Bed positioning atau ubah baring dengan tujuan mencegah dekubitus, kontraktur
sendi, dan nyeri bahu. Penderita diubah posisinya tiap 2 jam untuk mencegah
dekubitus
2. Pada ekstremitas yang lumpuh dilakukan latihan luas gerak sendi secara pasif
Fase lanjutan :
1. Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan
aktivitas kegiatan sehari-hari. Program pada fase ini meliputi :
Fisioterapi
1. Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot < 2
2. Diberikan terapi panas superfisial (infra merah) untuk melemaskan otot
3. Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu, atau aktif tergantung kekuatan otot
4. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot
5. Latihan fasilitas atau reduksi otot. Berupa latihan otot terkoordinasi dengan bersandar
pada pola atau tahap perkembangan motorik bayi atau anak
17

6. Latihan mobilisasi. Dimulai dengan aktifitas di tempat tidur, duduk, berdiri, dan
ambulasi. Mobilisasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya orthostatic postural
hypotension
Okupasi Terapi
Sebagian besar penderita stroke mencapai kemandirian dalam AKS, meskipun
pemulihan fungsi neurologis pada ekstermitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat
bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat
dikerjakan, kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.7
Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat ditangani
oleh speech therapist dengan cara :
a. Latihan pernapasan (pre-speech training) berupa latihan napas, menelan, meniup,
latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
b. Latihan didepan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-
kata.
c. Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-
kata.
d. Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
Ortotik Prostetik
Penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer
dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara lain arm sling, hand sling,
walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot orthotic (AFO), knee
ankle foot orthotic (KAFO).
Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase
psikologis, yaitu : fase shock, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan.
18

Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan sebagian lain
mengalami secara lambat, berhenti pada satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat.
Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
Sosial Medik
Pekerja sosial medik dapat memulai pekerjaan dengan wawancara keluarga,
keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta
keadaan rumah penderita.
Aktifitas Kehidupan Sehari-hari (Activity of Daily Living)
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS, meskipun
pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat
bantu yang disesuaikan, aktifitas AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat
dikerjakan. Program AKS ini meliputu makan, minum, personal hygine, berpakaian, dan lain-
lain.10
19

KEPUSTAKAAN
1. Kotambunan RC. Epidemiologi Stroke: Stroke Up Date 2001. Manado: Bagian / SMF
Saraf FK Unsrat; 2001 : 1-7.
2. Karema W. Diagnosis dan Klasifikasi Stroke: Stroke Up Date 2001. Manado: Bagian /
SMF Saraf FK Unsrat; 2001 : 10-5.
3. Runtuwene TW. Faktor Risiko dan Pencegahan Stroke: Stroke Up Date 2001. Manado:
Bagian / SMF Saraf FK Unsrat; 2001 : 20-9.
4. Angliadi LS. Rehabilitasi Medik pada Stroke : Stroke Up Date 2001. Manado: Bagian /
SMF Saraf FK Unsrat; 2001: 56-7.
5. Sengkey LS, Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi : Buku Diktat. Manado: Bagian /
SMF Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK Unsrat; 2006
6. Susilo H. The Powerful Blood Pressure Reduction In Hypertensive Stroke Patients With
Single Pill Combination Of Valsartan and Amlodipine. Neurology Update. Manado:
Konas Perdossi ke-7; 2011: 235
7. Widjaja D. Perkembangan Penyelidikan Mutakhir Faktor Resiko Stroke. Neurona Jan
2000. Vol. 17 (2) : 4-15.
8. Garrison SJ. Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Ahli Bahasa: Widjaja. Jakarta:
Hipokrates; 1996 : 338-12.
9. Garrison SJ, et al. Rehabilitation of the Stroke Patient. In: DeLisa JA, editor.
Rehabilitation Medicine Principles and Practice. 2th ed. Philadelphia PA: JB Lippincott;
1993: 565-84.
10. Roth EJ, Harvey RL. Rehabilitation of Stroke Syndromes. In: Braddom RL, editor.
Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelpia PA: WB Saunders; 1996: 1053-87.
20

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus dengan judul Rehabilitasi Medik Pada Penderita
Stroke Non Hemoragik
Telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada tanggal 3 Agustus 2012
Dosen Pembimbing :
Dr. Paulina Wowiling
Penguji :
Dr. Lidwina Sengkey, Sp RM
21