tahapan stres
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Tahapan Stres
1/5
STRESS
Stres adalah keadaan atau respon ketegangan yang disebabkan oleh stressor atau
oleh tuntutan aktual yang dirasakan yang tetap tidak teratasi (Antonovsky, 1979;
Burr, 1973).
Sters adalah ketegangan dalam diri seseorang atau system sosial (keluarga) dan
merupakan reaksi terhadap situasi yang menimbulkan tekanan (Burgess, 1978).
TAHAPAN STRESS
1. Tahap alarm (bahaya) stagemenerima tuntutan dari lingkungan dan menganggap sebagai ancaman.
Masa ini tidak berlangsung lama
2. Tahap resistence (perlawanan)Tahap ini tubuh anda mencoba untuk menyesuaikan stressor dengan
memulai proses dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh
stressor.
3. Tahap exhaustion (kehabisan tenaga)Selama tahap ini stressor tdk diatur dgn efektif, tubuh dan pikiran tdkmampu untuk memperbaiki kerusakan.
Manajemen Stress
Manajemen Stres Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200).
Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat
menyebabkan timbulnya Stres yaitu :
1. Faktor LingkunganDalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat
menimbulkan Stres bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi.
Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga
hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena Stres. Hal
ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat.
Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian
seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua
pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang
singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.
2. Faktor OrganisasiDidalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat
menimbulkan Stres yaitu role demands, interpersonal demands,
organizational structure dan organizational leadership. Pengertian dari
masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role DemandsPeraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam
suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan
untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam
suatu organisasi tersebut.
b. Interpersonal DemandsMendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya
dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara
karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyeba bkan
komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhandalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial
akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara
karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational StructureMendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana
keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam
struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat
mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d. Organizational LeadershipBerkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinandalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The
Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik
pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada
hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan
karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam
-
7/29/2019 Tahapan Stres
2/5
mengukur tingginya tingkat Stres. Pengertian dari tingkat Stres itu
sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan
atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu
dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau
permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan
keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang
tidak pasti tapi penting (Robbins, 2001:563).
3. Faktor IndividuPada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari
keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan
menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat
tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah
ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat
menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta
dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya.
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat
menimbulkan Stres terletak pada watak dasar alami yang dimiliki olehseseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala Stres yang timbul pada
tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian
seseorang.
Cara Menanggulangi Stres
Berikut cara Strategi Pencegahan terhadap stres :
Untuk mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis.
1. Lapis pertama ~ primary preventionDengan cara merubah cara kita melaku kan sesuatu. Untuk keperluan ini
kita perlu memiliki skills yang relevan, misal-nya : skill mengatur
waktu, skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skill
mengorganisasikan, menata, dst.
2. Lapis kedua ~ Secondary preventionstrateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara
exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dst.
3. Lapis ketiga ~ Tertiary preventionStrateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau
diperlukan meminta bantuan jaringan supportive ( social-network)
ataupun bantuan profesional.
KOPING
Koping didefinisikan sebagai respon (kognitifperilaku atau persepsi) terhadap
ketegangan hidup eksternal yang berfungsi untuk mencegah, menghindari,
mengandalkan distress emosional.
Koping adalah sebuah istilah yang terbatas pada perilaku atau kognisi aktual
yang ditampilkan seseorang, bukan pada sumber yang mungkin mereka gunakan.
Koping keluarga didefinisikan sebagai proses aktif saat keluarga memamfaatkan
sumber yang ada dan mengembangkan perilaku serta sumber baru yang akan
memperkuat unit keluarga dan mengurangi dampak peristiwa hidup penuh stress
(McCubbin,1979).
STRATEGI KOPING KELURGA
1. Strategi Koping keluarga internalStrategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu
strategi hubungan, kognitif dan komunikasi.
a. Strategi hubungan1) Mengandalkan kelompok keluarga = Kleuarga tertentu saat
mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi lebih bergantung
pada sumber mereka sendiri.
2) Kebersamaan yang lebih besar = Kebersamaan yang lebih besarmenghasilkan kohesi keluarga yang lebih tinggi, atribut keluarga
yang mendapatkan perhatian yang luas sebagai atribut keluarga inti
(Olson, 1993).
-
7/29/2019 Tahapan Stres
3/5
3) Fleksibitas peran = Olson (199) dan Walsh (1998) telah menekankanbahwa fleksibitas peran adalah satu dari dimensi utama adaptasi
keluarga. Keluarga harus mampu beradaptasi terhadap
perubahanperkembangan dan lingkungan.
b. Strategi kognitif1) Normalisasi = Normalisasi adalah proses terus menerus yang
melibatkan pengakuan pentakit kronik tetapi menegaskan
kehidupan keluarga sebagai kehidupan keluarga yang normal,
menegaskan efek social memiliki anggota yang memiliki atau
menderita penyakit kronik sebagi suatu yang minimal, dan
terlibat dalam perilaku yang menunjukkan kepada orang lain
bahwa keluarga tersebut adalah normal.
2) Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang danpenilaian pasif = Keluarga yang menggunakan strategi koping
ini cenderung melihat aspek positif dari peristiwa hidup penuh
stress dan membuat peristiwa penuh stress menjadi tidak
terlalu penting dalam hierarki nilai keluarga.
3) Pemecahan masalah bersama4) Mendapatkan informasi dan pengetahuan
c. Strategi Komunikasi1) Terbuka dan jujur2) Menggunakan humor dan tawa
2. Strategi Koping Keluarga Eksternala. Strategi komunitasb. Memamfaatkan sistem dukungan social
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOPING
1. Perbedaan Gender dalam kopingWanita lebih menganggap lebih bermamfaat berkumpul bersam
orang lain, mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan
negatif secara terbuka, Disi lain pria cenderung menggunakan
strategi yang lebih menarik diri
2. Variasi Sosial Budaya Dalam Koping Keluarga3. Dampak Gangguan Kesehatan
AREA PENGKAJIAN KELUARGA
Pertanyaan yang menyertai relevan untuk dipertimbangkan saat
menilai stressor, kekuatan, persepsi, strategi koping dan adaptas.
1. Stressor, Kekuatan, dan Persepsi Keluarga
a. Stersor (baik jangka panjang maupun pendek) apa yang dialami
oleh keluarga? Lihat family inventory of life scale untuk contoh
stressor yang signifikan. Pertimbangkan stressor lingkungan dan
sosioekonomi. Bagaiman kekuatan dan durasi dari stressor ini?
b. Kekuatan apa ynag menyebabakan stressor? Apakah keluarga
mampu mengatasi stress biasa dan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari keluarga? Sumber apa yang dimiliki keluarga untuk
mengatasi stressor?
c. Apa definisi keluarga mengenai situasi tersebut? Apakah dilihat
sebagai tantangan secara realistic dan penuh harapan? Apakah
keluarga mampu bertindak bardasarka penilaian realistic dan
objektif mengenai situasi dan peristiwa penuh stress? Apakah
-
7/29/2019 Tahapan Stres
4/5
stressor utama dilihat sangat membebani, mustahil untuk diatasi,
atau sedemikian rupa mengganggu?
2. Strategi Koping Keluarga
a. Bagaiman keluarga bereaksi terhadap stressor yang dialaminya?
Strategi koping apa yang digunakan? Strategi koping apa yang
diterapkan keluarga dan untuk mengatasi tipe masalah apa?
Apakah anggota keluarga berada dalam cara koping mereka saat
ini? Jika demikian, bagaimana keluarga mengatasi perbedaab itu?
b. Sejauh man keluarga menggunakan strategi koping internal:
1) Mengandalkan kelompok keluarga
2) Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas
3) Fleksibilitas peran
4) Normalisasi
5) Mengendalikan makn masalah denagn pembimbing ulang dan
penilaian pasif
6) Pemecahan masalah bersam
7) Mendapatkan informasi dan pengetahuan
8) Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga
9) Menggunakan humor dan tawa
c. Sejauh mana keluarga menggunakan keluarga menggunakan
strategi koping eksternal dan sistem dukungan informal berikut:
1) Memelihara jalinan aktif dengan komunitas
2) Menggunakan dukungan spiritual
3) Menggunakan sistem dukungan social
4) Apakah keluarga memiliki ikatan yang bermakna dengan
teman, kerabat, tetangga, kelompok social dan organisasi
komunitas yang memberikan dukungan dan bantuan jika
dibutuhkan?
5) Jika demikian, siapa mereka dan bagaimana sifat hubungan
mereka? Apakah keluarga memiliki sedikit atau tidak memiliki
teman, tetangga, kerabat, kelompok social atau organisasi
komunikasi? Jika demikian, mengapa? Apakah keluarga
mempunyai ketidakpuasan atau kemarahan terhadap sumber
dukungan social yang ada?
6) Apa layanan dan petugas kesehatan yang membantu keluarga?
7) Apa fungsi dan kekuatan dari hubungan ini?
d. Strategi koping disfungsional apa yang telah digunakan keluarga
atau apa yang sedang digunakan? Apakah ada tanda-tanda
disfungsionalitas berikut? Jika demikian, catat keberadaannya dan
seberapa ekstensif digunakannya?
1) Mengambinghitamkan
2) Penggunaan ancaman
3) Orang ketiga
4) Psedumutualitas
5) Otoriterianisme
6) Perpecahan keluarga
7) Penyalahgunaan alcohol dan atau obat-obatan
8) Kekerasan dalam keluarga
-
7/29/2019 Tahapan Stres
5/5
9) Pengabaian anak
3. Adaptasi
a. Bagimana pengelolaan dan fungsi keluarga? Apakah stressor atau
masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa
dampak dari stressor pada fungsi keluarga?
b. Apakah keluarga berada dalam krisis? Apakah masalah yang ada
bagian ketidakmampuan kronikmenyelesaikan masalah?
4. Mengidentifikasi Stresor, Koping dan Adaptasi
Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang
waktu, akan sangat bermamfaat untuk mengidentifikasi atau memantau
bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor, persepsi, koping dan
adaptasi.
DIAGNOSIS KEPERAWATN KELUARGA
Menurut klasifikasi NANDA (NANDA, 2000), terdapat 12
diagnosis keperawatan yang berhubungan erat dengan masalah stress,
koping, dan adaptasi keluarga antara lain:
1. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapi keluarga
2. Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga
3. Gangguan koping keluarga
4. Ketidakmampuan koping keluarga
5. Resiko kekerasan terhadap orang lain
6. Gangguan proses keluarga
7. Proses keluarga yang tidak fungsional: alkoholisme
8. Berduka disfungsional
9. Gangguan pemeliharaan rumah
10. Distress spiritual
11. Resiko distress spiritual
12. Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual