tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

20
Edisi II Tahun XIV Januari 2015 Burjo Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa Mahasiswa FT Kelola Lahan Parkir Sendiri Fokus Sajian Utama Rektor Terpilih Jadi Menteri, Undip Butuh Pengganti Liputan Khusus

Upload: lembaga-pers-mahasiswa-manunggal

Post on 08-Apr-2016

245 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Tabloid LPM Manunggal

TRANSCRIPT

Page 1: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

Edisi II Tahun XIV Januari 2015

Burjo Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa

Mahasiswa FT Kelola Lahan Parkir Sendiri

Fokus

Sajian UtamaRektor Terpilih Jadi Menteri, Undip

Butuh Pengganti

Liputan Khusus

Page 2: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015

SURAT PEMBACA

SEBAGAI mahasiswa Undip, mengapa begitu rumit untuk mengurus peminja-man fasilitas kampus? Mulai dari pemin-jaman bus, sepeda, hingga peminjaman gedung dan tempat lainnya untuk kegia-tan kemahasiswaan tampak dipersulit oleh birokrasi. Sebagai bagian dari Undip, saya

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Universitas Diponegoro Pelindung: Prof Drs. Sudharto P. Hadi, MES., Ph.D. Penasihat: Prof. Dr. dr. Hertanto W. Subagio, M.S., Sp.GK., Dr. Mohammad Chabachib, M.Si, Akt, Drs. Warsito, S.U., Prof. dr. Sultana, Ph.D., Dr Adi Nugroho, Rini Handayaningsih Pemimpin Umum: Dila Naharikra W. Sekretaris Umum: Indraswari Nur I. Pemimpin Redaksi: Nur Ainina Razan Pemimpin Litbang: Zulfa Ayu A. Pemimpin Perusahaan: Fikri Maulana Sekretaris Redaksi: M. Iqbal Tawakal Redaktur Pelaksana Tabloid: Klaudia Molasiarani Staf Redaksi Tabloid: Fathur Albaani, Gina Mardani C., Rr. Selli Nisrina F. Redaktur Fotografi: Fadhila Kusumaningrum Reporter Fotografi: Agung Prasetyo, Sekardwita R. Redaktur Artistik: Febrianna Chadijah Staf Artistik: Rachmat Saleh, Rosyida Noor A. Redaktur Pelaksana Cyber News: Rifqi Aditya U. Reporter Cyber News: Ririn Wulansari, Ahmad K. Nuzuli, Kalista V. Redaktur Pelaksana Joglo Pos: Shela Kusumaningtyas Reporter Joglo Pos: Anisah Novitarani, Faiz Balya M., Nigitha Joszy Redaktur Pelaksana Majalah: M. Irzal Adiakurnia Reporter Majalah: Rindu Rescuemha, Maya Nirmala T., Merina Wulandari, Manajer Rumah Tangga: Regita Andriani Manajer Produksi dan distribusi: Rodhiyah Nur A. Produksi dan distribusi: Dewi Komala Kadiv Kaderisasi: Vina Putri W. Staf Kaderisasi: Najah Anindya A. Kadiv Jaringan Kerjasama: Eka Puspita A. P. Staf Jaringan Kerjasama: Nurdinda J. Kadiv Data dan Informasi: Saveratul A. Staf Data dan Informasi: M. Fuad Manajer EO: Asep Virgo Staf EO: Haqqi I., Mizan Ikhlasul R. Alamat Redaksi, Iklan dan Sirkulasi: Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Joglo Universitas Diponegoro Jln. Imam Bardjo, SH No.2 Semarang 50241 Telp: (024) 8446003 Email: persmanunggal@

yahoo.com Website: www.manunggal.undip.ac.id

Redaksi menerima tulisan berupa opini, esai, puisi, cerpen, surat pembaca, dan akademika. Tulisan diketik rapi dengan spasi 2, maksimal 3 folio. Redaksi berhak melakukan penyuntingan naskah seperlunya. Tulisan dapat dikirim melalui email ke [email protected].

Salam Pers Mahasiswa!PUJI syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Tabloid Manunggal 2014 edisi kedua kembali hadir. Terbitnya Tabloid Ma-nunggal edisi kedua ini bertepatan den-gan pasca pemilihan rektor (pilrek)Undip beberapa waktu silam.

Seperti yang kita ketahui, masa jabatan Prof. Sudharto P. Hadi, MES., Ph.D. berakhir pada Desember 2014. Un-tuk itu, proses pilrek sudah dimulai be-berapa bulan sebelum masa jabatan Prof. Sudharto habis.

Kami mengangkat tema tersebut pada rubrik Sajut mulai dari tahap penja-

ringan, penyaringan, hingga terpilihnya rektor baru yang kemudian diangkat men-jadi menteri dalam Kabinet Kerja Pres-iden Jokowi. Para pembaca juga dapat melihat cermin sivitas akademika Undip dalam mengawal pilrek dalam polling yang dikelola oleh Tim Litbang Ma-nunggal.

Kami juga mengangkat satu hal unik yang ada di lingkungan kampus Un-dip, yakni pengelolaan lahan parkir FT yang dilakukan oleh mahasiswa sendiri. Pihak dekanat FT membiarkan hal terse-but sebagai sarana belajar manajemen. Info selengkapnya dapat dilihat pada rub-

rik Fokus. Adapun rubrik Lipsus yang

mengupas gaya hidup mahasiswa yang akrab dengan tempat makan bernama Burjo. Kedekatan mahasiswa dengan tem-pat makan yang relatif murah ini, mem-buat burjo makin menjamur di lingkungan kampus.

Tidak hanya info seputar kampus, Tim Tabloid Manunggal juga melaku-kan plesir ke Magelang dan Yogyakarta. Di Magelang, ada kesenian yang pernah tampil pada pembukaan PIMNas bebera-pa waktu lalu di Undip, yakni Kesenian Soreng. Liputan Soreng ini berbicara ten-tang karakter tarian yang dibawakan oleh para penari Soreng yang terkesan kasar. Simak liputan lengkapnya dalam rubrik Sastra Budaya.

Tak tanggung-tanggung, Tim Tabloid memutuskan untuk meneruskan liputan ke Yogyakarta. Di sana, kami me-nemukan objek wisata alam yang dapat

berharap agar kampus dapat memberi-kan prosedur yang lebih mudah dipahami oleh mahasiswa. Birokrat pun seyogianya lebih ramah terhadap mahasiswa, bukan malah mempersulit. Terima kasih. Ja-yalah Diponegoro Universitasku!

IDN Fakultas Sains dan Matematika

GONG

Mahasiswa Tidak Kenal Calon Rektornya Sosialisasinya kurang gencar atau mahasiswanya apatis?

Rektor Terpilih Diangkat Menjadi MenteriSemoga amanah dan sivitas akademika tetap mengawal pilrek selanjutnya

Aktivis Mahasiswa Gulirkan Aksi Saat PilrekAsal tetap junjung tinggi etika berpendapat dan paham aturan.

Mahasiswa FT Kelola Lahan Parkir SendiriMahasiswa kok ya turun tangan urus parkir?.

Sarana Prasarana Undip untuk Siapa?

dikatakan baru. Bagi para pembaca yang memiliki minat travelling, objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran bisa jadi referensi saat berlibur. Pasalnya, para pengun-jung bisa melakukan tracking, camping, outbond, live-in, dan sebagainya. Pe-nasaran? Simak liputannya dalam rub-rik Perjalanan.

Bagi yang memiliki passion ber-wirausaha, rubrik Pojok Usaha mempu-nyai liputan menarik tentang dua maha-siswa Undip yang berwirausaha. Liputan ini mengulas perjuangan mereka dalam merintis usaha yang mereka geluti hing-ga sekarang.

Adapun liputan tentang mahasiswa dan dosen yang memiliki pengalaman di bidang tertentu dan membuahkan hasil. Si-mak liputan lengkapnya dalam rubrik So-sok. Akhir kata, Selamat membaca!

SALAM REDAKSI

Oleh: Febrianna/Manunggal

2

Page 3: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

OPINI

HARI Senin (29/9) lalu, tahap putaran kedua pemilihan rektor Undip telah usai. Mengacu pada statuta Undip sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbesar di Jawa Tengah, maka pemungutan suara dalam pemilihan rektor diperoleh dari oleh 65% (126 suara) anggota Senat Uni-versitas dan 35% (72 suara) dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendik-bud).

Beberapa kalangan sering menyoal mengapa seorang menteri harus ikut me-nentukan layak tidaknya seseorang untuk memimpin sebuah universitasnya sendi-ri. Aturan birokrasi yang ada memang dibuat demikian karena Undip adalah PTN milik pemerintah, sehingga pemerintah harus ikut menentukan sosok pemimpin yang akan mengelola aset miliknya terse-but.

Untuk itu, sivitas akademika Undip hendaknya memahami aturan yang tertu-ang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 33 Tahun 2012 ini. Tidak hanya aturan, sivitas akademika juga perlu memahami statuta Undip untuk mewujudkan pro-ses demokrasi kampus agar berlangsung dengan aman, tertib, dan lancar.

Dengan total 198 suara dalam pemilihan rektor silam, anggota senat dan perwakilan Mendikbud secara sah telah menjatuhkan pilihan. Maka, kelu-arlah Prof Drs Muhammad Nasir MSi Akt

Rektor Terpilih dan Pola Ilmiah Pokok Undip

Sinergisme Pemimpin dengan Masyarakat dalam Keberagaman Ide

Oleh: Dila Naharikra Winengku*

TAHUN ini, Indonesia menggarap se-buah hajatan yang akan menjadi pe-nentu nasib orang banyak dalam beberapa tahun ke depan. Hajatan tersebut begitu digembor-gemborkan karena menyangkut pencarian seorang sosok pemimpin.

Bangsa kita mencari sosok pemim-pin yang sesuai dengan harapan ke de-pan. Semua hal itu nampak dalam per-gulatan pemilihan pemimpin, mulai dari tingkat desa, kecamatan, kota, provinsi, hingga lingkup nasional. Kampanye di setiap waktu dan tempat serta perang kalimat antarpendukung sangat gencar dilakukan demi terpilihnya sosok yang mampu merepresentasikan pemikiran dan gagasan mereka.

Senada dengan pencarian sosok pemimpin negara, Undip turut melaku-kan hal yang sama untuk menentukan

pemegang estafet kepemimpinan kam-pus selanjutnya. Persiapan yang tak kalah menguras pikiran pun mewarnai tahap-tahap pemilihan pimpinan Undip ini.

Berbeda dengan sistem pemilihan pada umumnya, dalam pemilihan rektor, mahasiswa tidak terlibat memberikan suara. Hak suara dalam pemilihan rek-tor hanya dimiliki Senat Universitas. Hal ini sesuai dengan peraturan yang tertera dalam Peraturan Kemendikbud No. 33 ta-hun 2012.

Para calon rektor dengan kuali-tas terbaik akan disaring sesuai dengan syarat dan aturan yang berlaku. Tak sekadar memimpin, seorang pemimpin nantinya harus memiliki tindakan dan pengaruh yang didasarkan pada akal dan logika serta inspirasi dan gairah. Selain itu, pemimpin juga sebaiknya memiliki keterampilan konseptual, interpersonal

yang cukup besar, informasi dibagikan se-cara terbuka, partisipasi didorong dalam keputusan, dan penghargaan digunakan untuk menguatkan perilaku yang konsis-ten dengan misi dan sasaran kampus.

Akan tetapi, semua kembali pada masing-masing individu di dalamnya. Sebagai masyarakat Undip, siapkah kita bersatu-padu mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik bersama rektor selanjutnya? Ataukah kita hanya duduk tenang tanpa berani maju?

*) Pemimpin Umum LPM Manunggal Universitas Diponegoro

skill, serta keterampilan teknis.Seorang pemimpin juga harus

mampu membedakan kapan menggu-nakan kekuasaan dan kapan menggu-nakan wewenang, mampu memberi peru-bahan positif dalam budaya organisasi yang sudah ada, serta mampu mengambil kepu-tusan di tengah keberagaman yang muncul. Keberagaman tersebut muncul dari ber-bagai ide kreatif setiap individu yang ada di dalamnya, yang kemudian oleh rektor terpilih nanti akan diambil sebuah kepu-tusan yang baik untuk dijalani bersama.

Lembaga pendidikan, khususnya universitas, memerlukan pemimpin dengan karisma positif yang berorientasi kekuasaan sosial. Pemimpin harus menekankan inter-nalisasi dari nilai-nilai, bukan identifikasi pribadi. Di samping itu, banyak hal yang perlu diperhatikan seorang pemimpin, yakni otoritas didelegasikan hingga batas

3

GAUNG

PhD sebagai rektor terpilih periode 2014-2018 dengan perolehan suara sebesar 148 suara, disusul Prof Dr Muchamad Syafrudin MSi Akt 36 suara, dan Prof Dr Ir Purwanto DEA 14 suara.

Sivitas akademika hendaknya mendukung rektor terpilih untuk dapat menjalankan visi dan misinya serta mengeksekusi program kerjanya untuk menjadikan Undip sebagai universitas riset bertaraf internasional. Strategi Un-dip sebagai universitas riset tahun 2015-2020 adalah untuk meningkatkan daya saing regional, fase IV awal sebagai uni-versitas riset.

Keunggulan kompetitif yang bisa dipakai sebagai daya ungkit Undip sebagai universitas riset adalah letak geografis- nya yang berada tepat di ibukota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang. Kota pesi-sir yang berada tepat di tengah Pantura Barat dan Pantura Timur Jawa Tengah ini memiliki keanekaragaman hayati pesisir dan pulau-pulau kecil.

Undip memiliki kampus seluas 51,5 Ha, dengan bangunan kampus selu-as 5.780 m2, bangunan empat blok ting-kat asrama, serta 46 rumah mess dosen, peneliti, dan karyawan di Marine Station Teluk Awur, berada persis di depan Pulau Panjang yang ditetapkan Bupati Jepara sebagai Kawasan Pencadangan Konser-vasi Laut Daerah bernama Taman Pulau Kecil Pulau Panjang serta Taman Nasional

Kepulauan Karimunjawa sebagai destina-si wisata bahari alternatif setelah Bali dan Lombok.

Program kerja rektor terpilih, seyo-gianya kembali pada keberanian mengek-sekusi Pola Ilmiah Pokok (PIP) Undip, yaitu “Tropical Coastal Ecoregion Deve- lopment” untuk menjadikan Undip ung-gul sebagai Centre of Excellence di bidang ke maritiman. Program ini sama seperti program yang dicanangkan Prof Dr dr Moelyono Trastotenojo, Rektor Undip beberapa waktu silam.

Kini, saatnya Undip kembali ke jati dirinya sebagai universitas yang berori-entasi pada bidang kepesisiran. Program yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan Marine Station sebagai tem-pat berkumpul dan bertemunya para ahli kelautan se-Indonesia dengan menja- dikan Pusat Antar Universitas (PAU) Ke-lautan.

Seraya menunggu realisasi pro-gram tersebut, penataan konsep mas-ter plan pengembangan kampus Marine Station perlu direalisasikan dalam rangka penataan kampus yang lebih terencana dan visioner, sejalan dengan PIP Undip.

Semua program studi yang ada harus merasa memiliki dan memanfaat-kan Marine Station sebagai rumahnya. Eduwisata adalah alternatif pemanfaatan aset infrastruktur dan sumber daya ma-nusia yang dimiliki, dengan memadukan

edukasi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) serta pariwisata sebagai sektor yang dapat di-jadikan Revenue Generating Unit (RGU), pusat bisnis Undip yang berwawasan lingkungan di kawasan pesisir. Semoga ekonomi biru Indonesia dengan poros maritimnya, dapat terwujud dengan PIP Undip di bawah kepemimpinan presiden terpilih, Jokowi dan Rektor Undip terpilih, Prof Nasir. Selamat Prof Nasir, sukses!

Oleh: Ir Suryono, MSc*

*) Ketua Marine Station Teluk Awur, Jepara

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Page 4: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015

UNTUK itu, Sekretaris Senat Universitas Diponegoro, Prof. Sunarso, memaparkan, sebelumnya pihak senat te-lah mendistri-busikan surat undangan ke fakultas-fakul-tas melalui BEMKM, BEM Fakultas, dan pihak terkait yang berkunjung ke Sek-retariat Senat Undip. “Kami juga men-yampaikan informasi lewat pers maha-siswa yang datang ke sini. Bagi yang tidak membawa undangan pun tetap diperbo-lehkan untuk hadir,” ujarnya.

Sosialisasi Pilrek yang kurang gencarSunarso menambahkan, sepinya

peserta pada acara tersebut terjadi kare-na masih ada kaitannya dengan waktu li-bur panjang semester. Proses pemilihan rektor berlangsung pada minggu pertama mahasiswa memulai aktivitas perkuliah-an setelah libur semester, dan rangkaian acara Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNas) ke-27. Pada minggu pertama pun, Undip juga sedang menjalani rang-kaian acara Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB).

“Sosialiasi pilrek memang sempat dilakukan ketika mahasiswa libur jadi mahasiswa kurang mendapat informa-si,”tambah Sunarso. Sunarso mengang-gap, banyak hal yang bisa menjadi faktor penyebab. Hal ini bisa karena mahasiswa yang apatis, sosialisasi yang kurang, atau karena figur-figur calon rektor kurang dekat dengan mahasiswa.

Pihaknya mengakui, sosialisasi yang dilakukan memang kurang gencar. Banyak keterbatasan yang menjadi ken-dala, misalnya penggunaan space baliho di pintu masuk Undip, Tembalang, yang harus bergantian dengan baliho dari ke-giatan yang juga sedang berlangsung. Baliho pemilihan rektor memang baru dipasang setelah PIMNas usai.

Aksi mahasiswaDalam acara pemaparan visi

dan misi, sempat pula bergulir aksi dari kelompok mahasiswa yang menamakan diri mereka Aliansi Suara Undip (A.S.U). Kelompok A.S.U ini mengeluarkan tiga pernyataan dalam spanduk putih yang dibentangkan di lantai dua Gedung Prof. Sudharto. Tiga tuntutan tersebut yakni: 1. Mahasiswa = Anak Tiri 2. Panjenengan Sinten Pak? 3. Mendadak Rektor .

Kelompok A.S.U mempertanyakan mengapa di acara sepenting itu maha-siswa tidak diliburkan agar mereka dapat terlibat secara penuh. Mereka menge-luhkan sistem rapat senat terbuka yang kurang mampu merangkul seluruh sivitas akademika yang tampak dari minimnya partisipasi mahasiswa yang hadir dalam rapat senat tersebut. Menanggapi hal itu, Sunarso menga-takan, panitia telah menyediakan kuota kursi sebanyak kurang lebih 2000 kursi,

namun karena terhalang oleh kegiatan kuliah, banyak yang tidak dapat hadir.

Salah satu anggota kelompok A.S.U, Dinar Fitra menyatakan, aksi terse-but muncul karena menurutnya, agenda pilrek Undip kurang transparan. Dia juga menambahkan, visi misi bakal calon ha-nya didapat mahasiswa pada satu hari sebelum penyampaian visi misi.

Hal lain yang menjadi pemicu timbulnya aksi pada acara tersebut ada-lah pernyataan panitia pilrek yang me-nekankan kepada mahasiswa bahwa mereka akan menyediakan tempat untuk bertemu dengan bakal calon, namun ti-dak diungkapkan secara jelas mengenai waktu penyelenggaraannya.

Sementara dua poin lainnya yang dinyatakan, yakni “Panjenengan sinten, pak?” dan “Mendadak Rektor” mengandung pengertian akan rasa praktis pada mekanisme pemilihan. “Proses pemilihan sungguh sangat tidak terbuka. Selain ketidaktransparan-nya terkait visi misi tadi, evaluasi rektor yang lama pun juga tidak ada, sehing-ga pengertian ‘mendadak’ terasa ken-tal,”kata Dinar.

Isu PilrekSempat beredar pula isu menge-

nai persyaratan khusus bagi calon rektor yang berbunyi ‘Calon rektor tidak sedang menjalani hukum pidana’. Persyaratan tersebut dinilai lebih longgar dibanding pemilihan dekan yang berbunyi ‘Calon

dekan tidak pernah menjalani hukum pidana.’ Mengenai hal itu, Sunarso me-negaskan bahwa peraturan rektor dan dekan sama-sama mengacu pada Kepu-tusan Rektor No. 2 tahun 2014 yang juga meliputi peraturan pemilihan pembantu rektor dan dekan.

Salah satu anggota senat, Prof FX.Sugiyanto mengatakan, tidak sedang atau tidak pernah menjalani hukum pidana adalah problem moral. “Menurut saya, seorang calon rektor sebaiknya tidak pernah karena persoalannya kita sedang mencari pemimpin yang sebetulnya tidak tuna moral begitu, jadi itu (tidak per-nah menjalani hukum pidana, red) jauh lebih penting untuk dilakukan.” Adapun tuntutan aktivis mahasiswa yang meng-inginkan adanya transparansi kekayaan, menurut Sugiyanto memang penting dan perlu. Persoalannya apakah hal tersebut ditetapkan dalam peraturan atau tidak. “Setuju itu bukan berarti aturannya ada, kan? Persoalannya kan bagaimana senat mengangkatnya sebagai sebuah code of conduct. Tapi sebagai pribadi dan anggo-ta senat saya setuju,”pungkasnya.

Prof. Lazarus tersisihkanSeusai pemaparan visi, misi, dan

program kerja oleh para bakal calon rek-tor, acara dilanjutkan dengan rapat senat tertutup yang hanya boleh dihadiri oleh Senat Undip. Adapun jumlah anggota Senat Undip yang hadir pada waktu itu berjumlah 123 dari 133 anggota yang ak-

tif. Sepuluh anggota senat berhalangan hadir karena sedang bertugas di luar ne-geri dan beberapa lainnya sakit.

Hasil perolehan suara seusai rapat senat tertutup, Prof. M. Syafruddin me-meroleh 22 suara, Prof. M. Nasir 87 su-ara, Prof. Lazarus Tri Setyawanta 1 suara, dan prof. Purwanto memeroleh 13 suara. Berdasarkan hasil ini, Prof. Lazarus tidak memiliki kesempatan untuk maju menja-di calon rektor.

Prof. Nasir menjadi rektor terpilihKemudian, pada tanggal 29 Sep-

tember 2014 salah satu dari tiga calon tersebut akan terpilih menjadi rektor. Pemilihan rektor pada hari tersebut dilakukan oleh Senat Undip bersama Ke-menterian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Adapun anggota senat yang hadir berjumlah 126 orang. Semen-tara suara Mendikbud diwakilkan oleh Sekretaris Ditjen Dikti Kemdikbud, Dr Ir. Patdono Suwignyo, MEngSC sebanyak 72 suara atau 35 persen dari total suara Senat Undip. Sehingga total suara secara keseluruhan berjumlah 198 suara. Ber-dasarkan hasil pemungutan suara, Prof. M. Nasir memeroleh suara terbanyak ber-jumlah 148 suara, disusul dengan Prof. Syafruddin 48 suara, dan Prof. Purwanto 14 suara. Dengan begitu, Prof M. Nasir adalah rektor terpilih Undip periode 2014-2018. (Selli, Klaudia)

SAJIAN UTAMA

4

Pemaparan Visi Misi Bakal Calon Rektor Undip 2014-2018 Bersamaan dengan Hari Aktif Kuliah

Pemaparan Visi, Misi Bakal Calon Rektor Undip 2014-2018 diadakan pada Rabu, 10 September 2014 bertempat di Gedung Prof, Sudhartoto. Adapun jumlah mahasiswa yang hadir dalam acara Pemaparan Visi dan Misi Bakal Calon Rektor Undip 2014-2018 sangat sedikit jika dibandingkan dengan kuota undangan yang disediakan. Padahal, perhelatan akbar ini perlu dukungan dari seluruh civitas akademika termasuk mahasiswa untuk mengawal pemilihan

rektor 2014.

Beberapa aktivis mahasiswa yang menamai diri mereka Aliansi Suara Undip (A.S.U.) menggulirkan aksi pada tahap pemilihan rektor bersama Mendikbud, Senin (29/9) di depan Gedung Prof. Sudharto.

foto: Fadhila/Manunggal

Page 5: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

SAJIAN UTAMA

5

Rektor Terpilih Jadi Menteri, Undip Butuh Pengganti

Rektor Undip terpilih, Prof Drs H Muhammad Nasir MSi Akt PhD diangkat Presiden RI Joko Widodo untuk menduduki kursi Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) pada 27 Oktober lalu. Padahal, mantan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) tersebut baru akan dilantik pada 18 Desember mendatang. Hingga kini, Undip belum juga menemukan rektor pengganti Prof Nasir. Banyak pihak menganggap

pemilihan rektor ulang memiliki tingkat urgensi yang tinggi.

DIANGKATNYA Prof Nasir sebagai Men-ristek Dikti membuat dilema sivitas ak-ademika Undip. Ada kebanggaan bagi Undip karena salah satu guru besarnya dipilih menjadi menteri. Di sisi lain, ada kekecewaan karena Prof Nasir baru saja memenangkan pemilihan rektor yang belum lama digelar. Hal ini diungkapkan banyak pihak, baik secara lisan maupun tulisan yang menghiasi halaman suratka-bar lokal.

Sekretaris Senat Undip, Prof Dr Ir Sunarso MS, mengaku terkejut dan se-nang mendengar kabar Prof Natsir diang-kat Jokowi menjadi Menristek Dikti. Di sisi lain, ketua panitia pemilihan Rektor Un-dip tersebut juga mengaku sedih karena menurutnya, menjadi panitia pemilihan rektor itu tidak mudah dan memakan waktu yang tidak sedikit.

Senada dengan Prof Sunarso, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Undip, Taufik Aulia Rahmat, juga mengaku senang sekaligus

sedih ketika mendengar kabar tersebut. Dia mengatakan, meski bangga kare-na Prof Natsir terpilih menjadi menteri, dia mewaspadai adanya kekosongan kepemimpinan di Undip.

Menanggapi hal tersebut, Pem-bantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Undip, Drs Warsito SU menuturkan, sivi-tas akademika harus melepas Prof Nasir yang mendapat tugas lebih besar untuk kepentingan negara. Baginya, kecewa karena Prof Nasir lebih memilih menjadi menteri dibanding rektor merupakan hal yang wajar.

“Undip punya banyak sumber daya manusia yang jauh lebih dari Prof Nasir sehingga diangkatnya Prof Nasir sebagai menteri tidak perlu menjadi beban. Tapi, jangan terjebak pada euforia berkepan-jangan agar tidak terjadi kekecewaan di kemudian hari,” ujarnya.

Teka-Teki Rektor PenggantiDitetapkannya Rektor Undip terpi-

lih sebagai menteri tak pelak membuat banyak pihak menuntut Undip untuk segera mencari pengganti Prof Nasir. Na-mun, menurut Prof Sunarso, hal tersebut tidak dapat dilakukan dengan serta-mer-ta. Dia menerangkan, sistem pemilihan rektor Undip akan dibahas Senat Univer-sitas setelah pihaknya menerima surat dari Kementerian Ristek dan Dikti. Sem-bari menunggu surat tersebut, masa ja-batan Rektor Undip periode 2010-2014, Prof Sudharto Pranata Hadi MES PhD, diperpanjang.

“Perpanjangan tersebut berakhir hingga calon rektor yang baru sudah ter-jaring. Saat ini kami berkoordinasi dengan dekan tiap fakultas untuk melakukan penjaringan bakal calon rektor. Saya harap pendaftarnya akan lebih banyak. Saya tidak tahu mengapa pada pemilihan rektor lalu hanya sedikit yang mendaftar, mungkin karena banyak yang takut ka-lah saing dengan Prof Nasir,” tuturnya diakhiri tawa.

Surat dari Kementerian Ristek dan Dikti akhirnya diterima Senat Universitas pada awal Desember lalu, yang memerin-tahkan Undip untuk segera menggelar pemilihan rektor ulang. Oleh karena itu, Senat Universitas mengadakan rapat untuk menyusun kepanitiaan pemilihan rektor. Namun, hal tersebut dipertanyaan calon rektor sebelumnya yang memer-oleh suara terbanyak kedua, Prof Dr Muchamad Syafruddin MSi Akt.

Menurut Prof Syafruddin, sesuai dengan peraturan pemilihan rektor, dia terpilih secara aklamasi menjadi Rektor Undip menggantikan Prof Nasir. Dia me-nerangkan, jika dia kembali mendaftar-kan diri sebagai rektor, dia akan melang-gar aturan. Untuk itu, Prof Syafruddin, melalui kantor pengacara Elza Syarief, melayangkan somasi pada Prof Sudharto. Menanggapi hal tersebut, Prof Sunarso mengatakan, Senat Universitas hanya menjalankan perintah dari kementerian. (Nina)

Yang jadi masalah kan kita ingin menjadi universitas riset tapi berkelas dunia. World Class Univer-sity itu sebenarnya sudah kita lalui, sudah kita jalani, terbukti dengan adanya mahasiswa asing di sini. Itu berarti kita sudah dikenal di kancah internasional. Masalahnya, Uni-versitas Riset 2020 itu sebenarnya realistis nggak sih ? Menurut saya belum realistis.

Untuk mencapai kesana, strategi pengembangannya perlu diubah. Perlu ada perombakan atau penyesuaian terhadap pengem-bangan lima tahun itu supaya kita benar-benar realistis menjadi Uni-versitas Riset yang unggul bukan di tahun 2020, melainkan 2030. (Klaudia)

Tahun 2015, Undip Baru Berupa Embrio Universitas

RisetDalam pemaparan visi, misi,

dan program kerjanya pada Rabu, (10/9) silam, Nasir ingin mewu-judkan perbaikan budaya menuju Good University Governance yang menunjukan adanya transparen-cy, fairness, accountability, dan re-sponsibility.”Keempat poin tersebut sangat penting bagi para stakehold-er,” kataNasir.

Dengan mengacu pada visi Undip untuk menjadi World Class, program kerja yang Ia tawarkan pun juga mengarah pada peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM). Dia mengatakan, apabila ingin men-capai visi tersebut, cara yang dapat ditempuh adalah dengan mening-katkan kualitas dosen dan para pegawai. “Kalau dosen dan pegawai memiliki kualitas yang baik, maka implikasinya kepada mahasiswa akan menjadi lebih baik,” kata Nasir menjelaskan. (Klaudia)

Undip Jadi Leader

Isu-isu pendidikan yang menurutnya mesti mendapat per-hatian adalah isu internasionalisa-si. Begitu juga persoalan link and match antara perguruan tinggi dengan pengguna lulusan, baik industri, lembaga pemerintahan dan swasta serta masyarakat selalu menjadi topik perbincangan.

Dalam menjawab semua isu tersebut, Purwanto menawarkan rencana program yang meliputi em-pat (4) bidang, yakni pengemban-gan kurikulum program studi ber-dasarkan standar untuk meningkat-kan kompetensi lulusan; peningkatan mutu administrasi dan keuangan yang lebih akuntabel dan trans-paran; pengembangan unit ke-giatan mahasiswa berbasis riset; dan pengembangan mutu kerja sama universitas dengan institu-si lain untuk menjawab tantangan global. (Klaudia)

Undip Siapkan Strategi Hadapi Tantangan Globalisasi

Dalam pemaparan visi, misi, dan program kerjanya, Syafruddin menyoroti masalah organisasi. Menurutnya, masalah organisasi yang paling penting adalah sumber daya manusia (SDM). Selain SDM, keamanan kampus pun tak luput dari perhatiannya.

Sebagai anggota BAN PT, Syafruddin juga menyatakan akan membantu program studi (prodi) maupun jurusan dalam urusan akreditasi. Hal lain yang menjadi perhatiannya antara lain sistem pendidikan dan jurnal internasional.

Untuk merealisasikan program kerjanya, Syafruddin menggunakan tiga istilah yang merepresentasikan program-program tersebut, yakni membangun, mengembangkan, dan memperkokoh. (Klaudia)

Membangun, Mengembangkan, dan

Memperkokoh

Prof Lazarus Prof Nasir Prof Purwanto Prof Syafrudin

foto: Fadhila/Manunggal

Page 6: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015

PARA pelaku usaha burjo memiliki cara tersendiri untuk menarikpara pelanggan. Burjo Motekar, misalnya. Burjo yang ter-letak di jalan Galang Sewu, Baskoro, ini menawarkan jasa antar pesanan ke tem-pat tujuan tanpa ongkos tambahan.Ini menyebabkan burjo tersebut kebanjiran pelanggan.

Menurut Puzi, salah seorang pekerja di burjo Motekar, menu favorit pelanggan adalah Ayam Bali. Burjo yang telah buka sekitar empat tahun di Tem-balang ini mampu menghabiskan lima be-las hingga delapan belas kilogram ayam perharinya. “Makanannya enak,” begitu jawab pemuda asal Darma, Kuningan, Jawa Barat, saat ditanya keunggulan burjo Motekar.

Salah satu pelanggan burjo Motekar, Sri Ayu Winda, mengaku lebih senang memesan menu burjo ketimbang memasak sendiri, padahal kosnya telah dilengkapi dengan fasilitas dapur. “Kan kalau pesen burjo enak, langsung dateng sendiri makanannya ke kos,” ungkap ma-hasiswa Undip yang bertempat tinggal di PerumdaTembalang itu.

Meski demikian, menurut Winda, kekurangan dari burjo langganannya ada-lah waktu antar makanan yang cukup la-ma.“Tapi ngerti juga sih, kan si Aa (Sunda: panggilan kepada laki-laki yang dituakan, red) nungguin pelanggan lain juga, jadi

Burjo Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa

Siapa tak kenal burjo? Tempat makan ini begitu familiar, khususnya bagi mahasiswa. Bahkan, burjo telah berubah menjadi gaya hidup. Apa yang membuat burjo begitu istimewa?

mereka nganter muter-muter”.Disadari atau tidak, konsumsi bur-

jo seakan telah menjadi gaya hidup bagi mahasiswa di lingkungan kampus Undip. Praktis dan terjangkaunya harga mem-buat burjo cukup digemari.

Hal senada juga diungkapkan oleh ‘Mas Londo’, pemilik Burjo Londo yang terletak di kawasan Baskoro.“Burjo me-mang identik dengan lingkungan kampus, anak kost khususnya,” ujarnya.

Banyaknya PesaingMenjamurnya burjo membuat

semakin ketatnya persaingan di antara pengusaha warung burjo. Namun hal ini membuat Mas Londo tidak khawatir. Ia justru memandang hal itu sebagai se-buah tantangan untuk terus berinovasi agar warung burjonya tetap bertahan di tengah banyaknya kompetitor. “Rezeki sudah ada yang mengatur. Tinggal kita saja yang kreatif agar pelanggan tidak bosan,” ujarnya.

Untuk menyiasati pelanggan agar tidak bosan, Mas Londo menambah rag-am menu di Burjo Londo. Salah dua menu andalannya adalah Ayam Bali dan Mie Dok-Dok. Menu ini berbeda dari keban-yakan menu yang ada di burjo lain sekitar Undip, yang hanya menyediakan menu standar seperti mie instan, bubur kacang ijo, dan nasi omelet.Burjo Londo memang

terkenal dengan ayam balinya, seperti yang juga diungkapkan oleh pemiliknya.“Di sini, memang Ayam Bali yang paling laris,” kata Mas Londo.

Karena Ayam Balinya, Mas Londo mengatakan bahwa semakin hari sema-kin banyak pelanggan berdatangan.Banyak pelanggannya yang memberikan komen-tar positif atas rasa masakan di Burjo Lon-do.

Dari usaha yang berdiri sejak tahun 2010 ini, Mas Londo mendapat penghasilan sebesar sepuluh juta tiap bulannya.

Sejarah BurjoBurjo berasal dari daerah Kuningan.

Sampai sekarang, masih banyak bur-jo yang tumbuh subur di kawasan Jawa Barat tersebut. Konsep asli yang ditawar-kan adalah warung sederhana yang men-jual bubur kacang ijo dan mie instan.

Menu-menu tersebut yang menja-di alasan mengapa warung jenis ini laris didatangi mahasiswa, khususnya anak kost, yang tidak memiliki cukup waktu untuk memasak dan lebih menggemari makanan praktis.

Identik dengan Salah Satu Produk Mie Instan

Mengenai interior warung burjo yang dipenuhi oleh spanduk-spanduk milik salah satu produk mie instan, Mas

Londo mengatakan bahwa burjo me-mang memiliki hubungan merger dengan produsen mie instan tersebut.

Diakuinya bahwa burjo memili-ki andil dalam memperkenalkan pro-duk-produk mie instan itu. Sebagai tim-bal balik, setiap tahun sekali, perusahaan pemilik merek tersebut mengadakan mu-dik gratis, bazaar, dan kegiatan gathering bagi seluruh pengusaha warung burjo.

Burjo Sebagai Gaya HidupKepraktisan dan menjamurnya

burjo menjadikannya pilihan yang mudah dijangkau, baik dari segi harga maupun lokasi.Hampir semua menu di burjo ditarif dengan harga yang ramah dengan kan-tong mahasiswa. Ditambah lagi kebanyakan burjo menyediakan menu makanan ringan seperti gorengan dan snack. Tak heran, mayoritas mahasiswa memilih burjo se-bagai tempat makan sehari-hari.

Burjo telah terlihat lebih sebagai gaya hidup, tempat makan dan tempat nongkrong yang pas bagi mahasiswa.Di Tembalang, lokasi burjo hampir merata di semua tempat.Hal tersebut yang menjadi faktor ramainya pengunjung burjo selain harganya yang relatif murah dan jarak yang dekat dengan tempat tinggal maha-siswa. (Klaudia, Gina, Selli)

foto: Agung/Manunggal

Burjo Motekar yang terletak di bilangan Baskoro merupakan salah satu warung burjo yang ramai dikunjungi mahasiswa.

LIPUTAN KHUSUS

6 Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

Page 7: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

FOKUS

PENGELOLAAN parkir di setiap fakultas berbeda-beda. Hampir semua fakultas menyerahkan kebijakan mengenai pengelolaan parkir pada pihak fakultas. Hal ini berarti segala bentuk tata kelola, penjaga parkir, dan lain sebagainya menjadi wewenang fakultas. Sistem ini telah diterapkan Fakultas Sains dan Matematika, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Hukum, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Fakultas Pertanian dan Peternakan, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Berbeda dengan fakultas-fakultas tersebut, Fakultas Teknik (FT) tidak menyerahkan pengelolaan parkir kepada fakultas, melainkan mahasiswa sendiri. Hal ini dapat diartikan, segala bentuk pengelolaan parkir, seperti penjaga, pengaturan, dan sistem parkirnya diatur mahasiswa.

Meski demikian, sistem parkir di FT sangat terstruktur. Ada koordinasi antarjurusan di Gedung Kuliah Bersama (GKB) yang tempat parkirnya menjadi satu. Kesejahteraan Mahasiswa Himpunan Mahasiswa (KesMa HM) yang memegang amanah tersebut.

Adapun pembagian tugas untuk setiap jurusan adalah Jurusan Teknik Perkapalan sebagai koordinator produksi, Jurusan Teknik Lingkungan sebagai koordinator informasi dan jaringan komunikasi, Jurusan Teknik Geodesi sebagai koordinator keuangan, dan Jurusan Sistem Komputer sebagai

Mahasiswa FT Kelola Lahan Parkir Sendiri

Parkir merupakan hal yang cukup penting sebagai tempat

menitipkan kendaraan. Sebagai universitas yang mempunyai

ribuan mahasiswa, Universitas Diponegoro (Undip) perlu

menyiapkan lahan yang cukup untuk kebutuhan parkir

mahasiswa. Undip memiliki 13 fakultas, di mana sekitar 50% lebih mahasiswa merupakan

pengendara sepeda motor dan sekitar 10% pengendara mobil. Itulah mengapa, lahan parkir yang cukup luas sangat diperlukan untuk menunjang

aktivitas perkuliahan di lingkungan kampus Undip.

koordinator desain kartu.Setiap tahunnya, mahasiswa

dikenai biaya pembuatan kartu langganan sebesar Rp 50 ribu yang dibayar ke KesMa HM masing-masing jurusan. Kartu langganan ini adalah wujud bebas biaya parkir di FT. Dengan menunjukkan kartu langganan tersebut, mahasiswa dapat parkir secara gratis. Uang kartu langganan akan dikelola KesMa HM setiap jurusan untuk menggaji tukang parkir dan keperluan lainnya. Setiap tahunnya, KesMa HM memberikan Rp 325 ribu x 12 sebagai gaji tukang parkir, sedangkan sisanya akan dikelola KesMa menurut kebijakannya. Salah satu pengelolaannya adalah untuk merenovasi bagian tempat parkir yang sudah rusak, karena renovasi tersebut juga diserahkan kepada mahasiswa.

“Setiap tahunnya, mahasiswa membayar Rp 50 ribu kepada KesMa HM-nya masing-masing untuk mendapatkan kartu langganan bebas parkir, sedangkan yang belum mempunyai kartu akan dikenakan biaya Rp 5 ratus setiap parkirnya,” ujar Koordinator Parkir KesMa HM Perkapalan, Ridwan Redi Putra.

Mengenai pengelolaan parkir yang diatur mahasiswa, Dekan Fakultas Teknik, Bambang Pudjianto menuturkan,

dekanat memang tidak mengatur parkir. Urusan tersebut diserahkan ke mahasiswa. Bambang juga berujar, pihak dekanat bahkan tidak mengetahui jika parkir di kampusnya berbayar.

“Masalah parkir itu memang cukup banyak di kampus, seperti di (Fakultas, red) Hukum misalnya. Sedangkan di (Fakultas, red) Teknik, pihak dekanat hanya menyediakan tempat, sedangkan tukang parkir adalah mahasiswa yang mengadakan,” ujarnya.

Paad, juru parkir di Fakultas Teknik mengatakan, parkir berbayar sudah ada sejak tahun 2003. Menurutnya, sudah ada SK dari dekanat bahwa pengelolaan parkir di semua gedung Teknik, kecuali D3, diserahkan kepada mahasiwa. Pernyataan tersebut mengindikasikan pihak dekanat hanya mengeluarkan SK, selebihnya mahasiswa yang mengatur pengelolaan parkirnya sendiri.

Pengelolaan parkir oleh mahasiswa memberikan kelebihan dan kekurangan bagi mahasiswa sendiri. Secara tidak langsung, mahasiswa telah melakukan pembelajaran manajemen keuangan dengan terjun langsung ke lapangan. Hal ini telah dirasakan Ridwan. Dia mengatakan, dengan adanya pengelolaan parkir oleh mahasiswa, mereka bisa

mengontrol segala hal yang berkaitan dengan parkir dan bisa terjun langsung ke lapangan bekerjasama dengan tukang parkir untuk mengelola parkir di Fakultas Teknik.

Senada dengan Ridwan, Hadi Maulana Rahmat, mahasiswa Jurusan Sistem Komputer mengatakan, sistem ini bisa membuat HM dapat berbagi keuntungan yang didapat dari biaya parkir tersebut.

Akan tetapi, ada beberapa kekurangan yang dirasakan mahasiswa FT terhadap parkir GKB. Salahsatunya, menurut Hadi, sistem ini belum maksimal.

“Buat mahasiswa baru belum bisa langsung pakai kartu parkir, tetapi masih pakai uang Rp 5 ratus buat bayar parkir. Kartu parkir juga cukup rawan saat kunci jatuh, motor dari kunci itu bisa dicari orang lain,” ujarnya.

Karena masih ada kekurangan, maka perlu adanya jaringan komunikasi yang luas dan merata untuk semua jurusan yang ada di GKB agar tahu mengenai kartu langganan bebas parkir. (Selli, Fathur)

foto: Fadhila/Manunggal

Penuh: Area parkir di samping Gedung Dekanat Fakultas Teknik dipenuhi kendaraan roda dua milik mahasiswa.

7Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

Page 8: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015

FORUM MAHASISWA

BANYAK hal yang bisa menjadi ba-han perbincangan menyoal sosok pemimp-in. Mulai dari latar belakangnya, kiat suk-sesnya, kualitas kinerjanya, kriteria yang dimiliki, hasil nyata yang telah dicapai dalam ruang lingkup kepemimpinannya dan sebagainya. Pembahasan itu menjadi menarik ketika kita dapat mengembang-kan dan memperluas cakupan diskusi soal kepemimpinan.

Keberhasilan yang dicapai setiap

pemimpin dalam organisasi, kelompok, keluarga bahkan diri sendiri bersifat rela-tif. Tidak semua hal harus diselesaikan secara super tuntas dan luar biasa sem-purna. Akan tetapi sebuah keberhasilan yang dicapai pemimpin harus dapat dira-sakan secara nyata oleh setiap insan yang dipimpinnya. Kekurangan dan kelebihan dalam proses pencapaian adalah hal yang lumrah. Sempurna adalah indikator relatif dari setiap pemimpin yang memili-ki target yang berbeda.

Semua memiliki porsi masing-masing dalam mencapai kesempurnaan. Berusaha maksimal haruslah menjadi hal yang biasa bagi seorang pemimpin. Dalam pencapaiannya, dibutuhkan berbagai kriteria yang memang dapat menjadi in-dikator dan pendukung untuk mencapai tujuan dan keberhasilan, sehingga dapat dikatakan bahwa pemimpin yang ber-hasil dalam mencapai tujuannya adalah pemimpin yang punyakriteria. Apa saja kriteria itu? Menurutsaya, kriteria terse-but adalah KOMPAK. Apa itu KOMPAK?

Kepemimpinan Kreatif, yaitu pemimpin yang berpikir, belajar, me-mahami dan bertindak atau berbuat dengan sesuatu yang baru. Baru bukan berarti mengikuti tuntutan kemutakhiran zaman, tetapi baru dalam artian berusaha memperbaiki dan mengembangkan se-

*)Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekononomi dan Bisnis

Oleh : Nuryan Dimas Maulana*

TAHUN 2014 Undip merayakan pes-ta demokrasi. Namun, sudahkah Undip menjadi salah satu universitas riset yang unggul dan terkemuka di Indonesia, se-suai visi yang dicanangkan hingga 2014 ini?

Beberapa tahun terakhir, Undip menorehkan prestasi yang luar biasa. Diantaranya, Kementerian Keuangan RI menobatkan Undip sebagai Satuan Ker-ja yang memiliki kinerja Badan Layanan Umum terbaik kedua di Indonesia untuk kategori perguruan tinggi tahun 2012.

Selain itu, Undip menempati rangking 47 di dunia dan rangking tiga nasional kampus terhijau yang dirilis Green Matric (okezone.com). Meski demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh sivitas aka-demika Undip, khususnya oleh rektor ter-pilih.

Pertama, menginjak usia ke-57 ta-hun (berdiri 1957), Undip telah memiliki 1.675 tenaga pengajar. Dari jumlah terse-but, ada 267 dosen (16 persen) bergelar Doktor dan 122 lainnya (7,4 persen) ber-pangkat Guru Besar. Persentase ini, kemu-dian dibandingkan dengan PTN lain yang memiliki beberapa kesamaan dengan Un-

dip, diantaranya letak geografis dan tahun berdirinya, yakni Universitas Padjadjaran (Unpad).

Kedua, Undip pun masih dalam proses menuju PTN Berbadan Hukum (PTN BH). Mereka memiliki 576 dosen bergelar Doktor dan 130 dosen berpang-kat Guru Besar dari 1.700-an jumlah tenaga pengajar yang dimiliki (data tahun 2013). Di bidang ini, Undip cukup keting-galan dengan Unpad. Jumlah tenaga penga-jar di kedua Universitas tersebut berbanding terbalik dengan jumlah mahasiswa aktifnya. Undip mempunyai mahasiswa yang lebih banyak yakni 47.580 mahasiswa sedang-kan Unpad sebanyak 41.743 mahasiswa.

Kedua, iklim penelitian dan penu-lisan di kalangan mahasiswa Undip, khususnya fakultas yang notabenenya sosial, masih belum begitu kentara. Data Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) tahun 2013 menunjukan, dari 44.752 proposal yang diusulkan ke Dikti, Undip menyumbang 1307 proposal (2,9 persen) dan 231 proposal (3,2 persen) yang di-antaranya didanai Dikti dari jumlah total 7300 proposal yang didanai.

Selanjutnya, ada 13 tim PKM ma-hasiswa Undip yang dapat maju ke laga

*)Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Undip

Angkatan 2012

PIMNas 27 dengan jumlah 440 tim yang berlaga di PIMNas secara keseluruhan. Harapannya, iklim ilmiah dapat terbentuk karena ini merupakan salah satu indikator yang sering dilihat guna menilai kema-juan sebuah Universitas.

Ketiga, kemampuan ICT dalam menangani masalah keamanan masih belum optimal, sehingga website Undip beserta domain di bawahnya sering mengalami gangguan karena diretas.

Tak heran, berdasarkan 100 besar peringkat PTN/PTS se-Indonesia pada 2013 yang dirilis www.4icu.org, Unpad berada di urutan ke-6 sedangkan Undip berada di urutan ke-8. Situs tersebut ada-lah situs yang melakukan pemeringkatan universitas-universitas di dunia.

Sementara itu, www.topuniver-sities.com melansir, Undip dan Unpad berada pada urutan yang hampir sama, yakni antara 701-750. Sedangkan ber-dasarkan akreditasi BAN-PT, Undip be-rada lima peringkat di bawah Unpad yang mendapat nilai 366, yakni 361.

Melihat berbagai fakta itu, dengan meminjam istilah mantan Presiden RI, Soeharto, maka mau tidak mau, suka ti-dak suka, kita harus segera melakukan ak-

selerasi secara progresif dengan menam-bah speed yang tinggi untuk mengejar ketertinggalan.

Jika kita tidak mampu menyamai universitas yang sudah menjadi PTN BH, minimal kita dapat menjadi Univer-sitas terbaik di Jawa Tengah. Untuk itu, kita tidak bisa lagi memiliki pemimpin yang “biasa-biasa” saja, namun kita harus memiliki pemimpin yang “tidak biasa” yang sanggup bekerja keras di atas rata-rata, dan menjadikan kelemah-an-kelemahan menjadi kekuatan dan an-caman-ancaman menjadi peluang.

Oleh: Faiz Balya Marwan*

suatu sesuai dengan keadaan dan tujuan yang telah ditetapkan.

Optimis dan Objektif, yaitu pemimpin berusaha untuk lebih percaya diri dengan si-fat optimis yang dimiliki, karena keoptimisan akan memunculkan energi positif bagi setiap orang.Jika pemimpin memiliki rasa optimis yang tinggi maka energi positif akan lebih banyak teralirkan pada pihak yang dipimpin. Objektif diartikan bahwa seorang pemimpin mampu mengarahkan setiap orang yang dipimpin dengan baik dan benar.

Mix Management is Good, yaitu pemimpin yang tidak hanya menerapkan satu cabang ilmu manajemen saja, tetapi dapat memadukan berbagai ilmu mana-jemen dengan baik dan benar sehingga dapat mengarahkan tujuan yang akan di-capai.

Pemimpin juga harus mampu me-netapkan Priority of Top, yaitu pemimpin yang dapat memilih dan menetukan de-ngan baik berbagai tujuan yang benar-benar menjadi prioritas dalam suatu organisasi kepemimpinan, karena dengan menentu-kan prioritas, maka suatu tujuan akan lebih mudah dicapai dan dilaksanakan sesuai dengan apa yang benar-benar menjadi tujuan selama kepemimpinan-nya berlangsung.

Selain itu, pemimpin juga bertindak sebagai Analisator, yaitu pemimpin yang berusaha untuk selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak, atau berusa-ha menganalisis sesuatu yang menjadi tujuan utama dalam kepemimpinannya.

Kerja ikhlas. Dalam kepemi-mpinan, seorang pemimpin sudah se-layaknya kerja keras, tetapi sedikit yang menanamkan kerja ikhlas dalam periode kepemimpinannya. Kerja Ikhlas berarti selalu berusaha menghargai besar kecil usaha yang dilakukan, berusaha berpikir lebih sabar dan mensyukuri besar mau-pun kecil hasil yang dicapai dari apa yang diusahakan, selalu berusaha memper-baiki diri terlebih dahulu dan tidak se-ring menyalahkan orang lain atas apa yang dilakukan.

Dari pembahasan diatas, di-harapkan dengan kriteria KOMPAK, seorang pemimpin dapat menghasilkan sesuatu yang nyata dalam penerapanya, dapat diterima oleh berbagai pihak, serta dapat dijadikan teladan dalam kepemimpinan berikutnya.

Rektor Harus Kompak

Menunggu Pemimpin Undip yang “Tidak Biasa”

foto: Dokumen Pribadi

foto: Dokumen Pribadi

8 Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

Page 9: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

SEBAGAI salah satu negara tropis, Indo-nesia menjadi tempat tumbuh yang baik bagi tanaman pisang. Melihat potensi tersebut, Umi Ardiningsih, Razzaq Alhanif Islamudin, Hamas Musyaddad Abdul Aziz, Kinanti Fajar Cahyaningtyas, dan Laelatul Hikmah memanfaatkan tumbuhan ber-nama latin Musa Paradisiaca tersebut se-bagai alternatif cairan pembersih untuk mencuci tangan atau biasa dikenal den-gan istilah hand sanitizer.

Mengadopsi ide pemanfaatan pelepah pisang, tim yang diketuai Umi itu lantas menggagas ide tersebut ke dalam proposal Pekan Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) dan terdaftar sebagai peserta PIMNas ke-27 yang berlangsung di Undip, Agustus lalu. Ide memanfaatkan pelepah pisang se-bagai hand sanitizer muncul ketika mere-ka menemukan referensi pelepah pisang mengandung senyawa saponin, tanin, dan flafanoid. Saponin dan tanin merupakan senyawa kimia yang bermanfaat sebagai antiseptik alami, sedangkan flafanoid merupakan senyawa yang baik untuk ku-lit karena bisa melembutkan kulit.

Tim pun kemudian menguji keab-sahan senyawa di Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip. Setelah diyakini senyawa dalam pelepah pisang bisa membantu meng-hilangkan bakteri, mereka kemudian mengujinya dengan cara menambah-kan aroma. Melalui percobaan ini, akan diketahui apakah senyawa-senyawa penghilang bakteri tetap akan bekerja walaupun ditambahkan aroma. Setelah melakukan serangkaian tes, termasuk uji desinfektan dan uji efektivitas, ha-sil membuktikan zat penghilang bakteri yang terkandung dalam pelepah pisang masih berfungsi dengan baik. Setelah itu, mereka mengemasnya menjadi sebuah produk hand sanitizer berbahan dasar pelepah pisang yang kemudian dina-makan Handsang.

Sebagai hand sanitizer yang ter-buat dari bahan alami, bahan baku pro-duk sangat bergantung pada alam. Pa-sokan pelepah pisang mereka peroleh dari Desa Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Menurut tim, Desa Rowo-sari memiliki potensi yang sangat menun-jang bagi PKM mereka dari segi sumber daya alam.“Rowosari sendiri kan sering disebut rowobana, rowo banana,” ujar salah seorang anggota tim yang ditun-juk sebagai juru bicara, Razzaq Alhanif Islamudin.

Tidak hanya melihat potensi Rowosari dari segi sumber penyedia ba-han baku, Umi dan kawan-kawan juga memanfaatkan sumber daya manusia di Desa Rowosari yang mayoritas bekerja sebagai buruh tani dan ibu rumah tangga.

“Ibu rumah tangga kebanyakan ti-

dak mendapatkan penghasilan, sehingga (berpenghasilan, red) nol rupiah, kecuali dari suaminya. Kemudian, buruh tani di sana kebanyakan tidak memiliki lahan sendiri, bila tidak panen mereka tidak dapat penghasilan,” jelas Razzaq.

Berdasarkan data monografi Desa Rowosari tahun 2012, Tim PKM Handsang menjelaskan 47% masyarakat Rowosari masih berpendidikan rendah. Hal tersebut menjadi alasan minimnya inovasi yang diciptakan masyarakat desa tersebut. Kedua dasar itulah yang kemu-dian dijadikan landasan Umi dan kawan-kawan untuk melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Rowosari.

Sebagai projek PKM-M, Umi dan timnya membutuhkan masyarakat Desa Rowosari sebagai partisipan. Pada awal-nya, tim sempat mengalami kendala, seperti rendahnya tingkat keaktifan masyarakat. Mereka sadar, mengum-pulkan warga untuk berperan aktif da-lam program mereka bukan hal yang se-derhana. Umi dan kawan-kawan lantas mencari cara untuk menarik simpati masyarakat Rowosari dengan menga-dakan tumpengan. “Selain kita kenalkan hand sanitizer itu apa, kita kenalkan juga sumber daya alam dan sumber daya ma-nusianya. Kita juga makan bersama war-ga, sehingga masyarakat bisa senang,” kata Razzaq.

Tidak berhenti sampai disitu, selanjutnya mereka melakukan pen-dampingan sebanyak tiga kali. Pen-dampingan pertama dilakukan untuk

mengenalkan masyarakat Rowosari mengenai bahan, alat, serta cara pem-buatan hand sanitizer. Lalu, masyarakat diajak berperan aktif dalam melak-sanakan program tersebut. Setelah itu, masyarakat dibentuk dalam Kelompok Usaha Wanita “Rowobana Makmur”, sebuah program rintisan menuju Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Kini, Rowobana Makmur sudah terdaftar se-cara resmi menjadi UMKM binaan pe-merintah Kota Semarang.

Berkat dukungan pemerintah Kota Semarang, merek hasil produksi Hand-sang rencananya akan didaftarkan pada 2015. Meski demikian, produk Handsang masih boleh dijualbelikan. Namun, pem-binaan dan perizinan untuk mematenkan merek dagang tetap akan dilakukan sela-ma kurang lebih setahun.

Selama ini, masyarakat telah ber-hasil menjual sebanyak 820 botol dari total 921 Handsang yang diproduksi. Pemasaran dilakukan secara personal, melalui pemesanan, dan menjalin mitra ke beberapa toko di Rowosari dan Tem-balang. Harga tertinggi yang dipatok da-lam penjualan Handsang per botol se-besar lima ribu rupiah. Meski terbilang murah, keuntungan masyarakat lumayan tinggi. Penghasilan bersih mereka sekitar satu juta rupiah. Selain itu, mereka juga ditunjang dengan modal awal dan fasili-tas dari Tim PKM.

Razzaq menjelaskan, keunggulan Handsang dibandingkan dengan hand sanitizer pada umumnya terletak pada

kealamian bahannya. “Jika hand sanitiz-er di pasaran itu menggunakan alkohol, sedangkan Handsang ini mengandung sedikit sekali alkohol. Alkohol yang ter-kandung dalam Handsang tetap ada karena kita menggunakan etanol se-bagai pelarut,” ujar mahasiswa FKM angkatan 2012 itu.

Menurut Razzaq, usaha yang mereka lakukan telah berhasil. Sebab, awalnya dalam proposal, mereka hanya mengajukan rintisan UMKM, tapi ternya-ta terbentuk UMKM di Desa Rowosari. Sekitar 30 orang terlibat dalam program usaha produksi Handsang. “Program ini dilaksanakan di RT 05 RW 04 Kelurahan Rowosari, Tembalang. Setelah terben-tuk kelompok usaha, RT satu hingga RT empat tertarik untuk membuat usaha yang sama,” kata mahasiswa asal Solo ini. Lebih lanjut, Razzaq mengatakan, dukungan pemerintah seperti pendamp-ingan dan pelatihan adalah penting. Melalui pelatihan, masyarakat dapat memasarkan produk, membagi hasil dan memproduksi dengan lebih baik lagi.

Pelepah pisang telah mengantar-kan Tim PKM yang seluruh anggotanya mahasiswa FKM itu sebagai juara satu kategori poster pada PIMNAS ke-27. PKM-M yang mereka garap nyatanya mampu menyumbang emas bagi Undip dalam kategori poster di PIMNas tahun ini. (Gina)

PENELITIAN

9

foto: Dokumen Istimewa

Pelepah Pisang

sebagai Antibakteri Pencuci Tangan

Handsang : Produk Hand Santitizer dari pelepah pisang.

Page 10: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015

POLLINGPOLLING

10 Manunggal - Edisi I tahun XIII Juni 2014

PADA tahun ini, Undip kembali menghe-lat pemilihan rektor. Adapun tingkat pen-getahuan mahasiswa mengenai informasi ini sebesar 93,09%, sementara mayoritas dosen dan karyawan yang tahu menge-nai informasi ini sebesar 99,98%. Hal ini menunjukkan gencarnya publikasi dari pihak rektorat mengenai pemilihan rek-tor Undip periode 2014-2018.

Hasil jajak pendapat dari LPM Ma-nunggal memperlihatkan sumber infor-masi terbesar responden, sebesar 47%,

Sivitas Akademika Undip Belum Kenal Calon Rektor

adalah media massa. Hal ini menunjuk-kan media massa mempunyai pengaruh besar dalam memberikan informasi mengenai pemilihan rektor, baik media massa intra maupun ekstra kampus. Beri-kutnya, secara berurutan, 28% informa-si yang diterima responden berasal dari teman kampus, 7% dari surat pengumu-man universitas, 6% dari dosen atau staf akademik, dan 12% berasal dari sumber informasi lainnya, seperti pamflet, span-duk, dan baliho.

Dari hasil di atas, dapat diketahui penggunaan kampanye dialogis terbuka, menurut 51% responden, dirasa efek-tif agar kandidat dapat

bertatap muka secara langsung dengan seluruh sivitas akademika. Na-mun, sebanyak 41,6% responden juga menginginkan model kampanye melalui debat antarcalon. Hal ini diperlu-kan karena semua calon rektor dapat memaparkan prioritas yang akan dicapai.

Adapun responden yang menyetujui model kam-panye tertutup hanya sebesar 1,6%. Sisanya, sebesar 5,7%, memiliki jawaban lainnya. Mereka memilih model kam-panye keliling di setiap fakultas yang ada di Undip karena di-anggap lebih efektif.

Sistem pemilihan rek-tor oleh senat universitas ti-dak disetujui 63% responden yang sebagian besar maha-

siswa. Sedangkan 20% lainnya menyetu-jui hal tersebut dengan alasan lebih ce-pat dan sudah mewakili sivitas akade-mika Undip. Sisanya, sebanyak 17% re-sponden, tidak tahu mekanisme pemi-

lihan rektor seperti

Kriteria Calon Rektor

apa yang harus diterapkan. Begitu juga untuk peningkatan

akses, layanan, dan birokrasi yang menja-di prioritas utama program calon rek-tor terhadap jajak pendapat menurut responden. Dari hasil survei, terdapat 29,6% responden yang menjawab ma-sih sulitnya akses pelayanan birokra-si, baik pihak universitas maupun fakultas. Kemudian, prioritas untuk meningkat-kan sarana dan infrastruktur memer-oleh suara sebesar 25,8%. Sedangkan 18,7% responden memilih peningkatan d a n penjaminan mutu, 16

% mengutamakan per-baikan SDM , dan 9,9% lainnya.

J i k a dijabarkan, jajak pendapat mengenai prioritas program calon rektor ke depan menurut ma-hasiswa, dosen dan karyawan adalah

sebagai berikut:

Sejumlah 33% responden meng-inginkan calon rektor terpilih bisa responsif terhadap aspirasi seluruh sivitas akademika, meliputi maha-siswa, dosen, dan karyawan. Disusul dengan 12% responden yang meng-

harapkan calon rek-tor demokratis, 9,9%

jujur, 9,7% beri-man, 8,5% berpen-galaman, 6,7% tegas, 5,8% berpendidikan tinggi, 4,2% berjiwa enterpreneur, dan 10% lainnya, seperti adil dan bertanggungjawab.

Berdasarkan kriteria golongan, 32,4% responden setuju calon rektor minimal men-duduki jabatan lektor kepala, 17% berpendapat

tidak setuju, dan sisanya 50,6% men-jawab tidak tahu.

Dari jajak pendapat ini, 47% respon-den tidak menjawab siapa calon rektor ter-pilih menurut mereka. Sedangkan 34% responden memilih Prof. Drs. Mohammad Nasir, M.Si. Akt., Ph.D, 14% memilih Prof. Dr. Ir. Purwanto, DEA, dan 5% memilih Prof. Dr. Mochamad Syafruddin, M.Si., Akt. Nilai persentase ketidaktahuan da-lam memilih calon rektor cukup tinggi. Hal ini menunjukkan sivitas akademika Undip belum terlalu mengenal profil para calon rektor.

Pengumpulan data dalam polling

ini diperoleh dari 1.271 responden yang merupa-

kan sivitas akademika Undip, terdiri dari mahasiswa, dosen, dan karyawan di wilayah Undip. Jajak pendapat dilakukan

pada 14-31 September dengan wawan-cara langsung. Penarikan sampel dengan metode Simple Random Sampling (Pro-portionale) dengan penentuan jumlah responden secara proporsional. Tingkat kepercayaan survei ini sebesar 95% dan sampling error kurang lebih sebesar 1,7% dengan tidak menutup kemungkinan adanya non-sampling error. (Litbang)

Page 11: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

SEJATINYA, Gunung Api Purba Nglanggeran bukan destinasi wisata yang baru. Kawasan ini telah dikelola sejak 1999 yang mulanya lebih fokus digu-nakan untuk kegiatan konservasi. Pada 2013, Nglanggeran baru mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Pemerintah Desa Nglanggeran untuk dikelola sebagai kawasan ekowisata. Sebagai kawasan ekowisata, Nglanggeran memusatkan per-hatiannya pada pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, kawasan ini dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Taruna Purba Mandiri yang anggotanya tinggal di seki-tar lokasi.

Nglanggeran merupakan gunung api yang sempat aktif 60 juta tahun yang lalu, terdiri dari material-material vulkanik tua yang menjulang dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Gunung Api Purba Nglanggeran adalah salah satu atrak-si wisata Desa Wisata Nglanggeran, yang terletak di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogya-karta. Tidak hanya Gunung Api Purba, desa wisata ini juga menawarkan atrak-si-atraksi wisata lain, seperti Embung Ke-bun Buah Nglanggeran dan Sumber Mata Air Comberan.

Lebih Dekat dengan NglanggeranUntuk dapat memasuki kawasan

Gunung Api Purba, pengunjung dikenai biaya masuk sebesar Rp 7 ribu. Selama pendakian ke puncak, Tim Tabloid Ma-nunggal melihat beberapa orang mendi-rikan tenda-tenda di ketinggian tertentu. Pengelola ekowisata bagian promosi, Aris Budiyono, mengatakan Gunung Api Purba ini kerap dijadikan lokasi Malam Keakra-ban (Makrab) para mahasiswa atau murid sekolah. “Selain mereka mendirikan tenda sendiri, kita sebenarnya juga menyediakan home stay bagi pengunjung,” ujarnya.

Terdapat 80 home stay dengan kapasitas tampungan mencapai 400 orang dengan kisaran tarif sebesar Rp 80 ri-bu-Rp 100 ribu per orang. Aris menjelas-kan, konsep home stay yang ditawarkan Gunung Api Purba Nglanggeran berbeda dengan konsep penginapan biasanya. Pe-ngunjung menginap sebagai tamu di ru-mah-rumah warga sekitar. Induk semang pun menyediakan transportasi untuk tamu yang menginap.

Tidak tanggung-tanggung, manaje-men Gunung Api Purba Nglanggeran juga

Menyapa Langit di Puncak Gunung Api Purba Nglanggeran

Perjalanan panjang, udara berdebu, dan sengatan matahari yang menemani Tim Tabloid Manunggal selama hampir lima jam terbayar sudah. Dalam

radius beberapa meter, anggota tim yang bermotor dari Kota Semarang dapat melihat keindahan sebuah kawasan ekowisata Yogyakarta. Gunung Api Purba

Nglanggeran, itulah namanya, nampak begitu hijau dan menyejukkan pandangan.

menyediakan berbagai paket wisata, seperti “Live-In” dan “Wisata Pelajar”. Paket “Live-In” dikemas dalam bentuk kegiatan-ke-giatan yang dilakukan pengunjung bersama masyarakat lokal, seperti be-lajar serba-serbi pertanian dan membajak sawah serta workshop kerajinan tangan dan olahan kuliner. Kegiatan ini bertu-juan untuk mengangkat semua potensi yang dimiliki masyarakat lokal. Dengan demikian, perekonomian warga di sekitar Nglanggeran mampu terangkat. Sedang-kan paket “Wisata Pelajar” menawarkan belajar menanam tanaman obat sebagai salah satu kegiatannya.

Ada yang menarik dari cerita yang beredar seputar Gunung Api Purba Nglanggeran. Di salah satu puncak gunung ini, terdapat sebuah kawasan yang hanya boleh dihuni tujuh kepala keluarga. Ka-wasan tersebut disebut Dusun Tlogo Mar-didho. Masyarakat percaya, jika keluarga di Tlogo Mardidho kurang atau lebih dari tujuh, maka hal-hal buruk akan terjadi. Sesuai dengan pesan dari sesepuh pepun-den Tlogo Mardidho, Eyang Iro Dikromo, lokasi itu hanya boleh dihuni Mpu Pitu, yakni kelompok tujuh atau tujuh kepa-la keluarga. Jika anak-anak mereka su-dah berkeluarga, keluarga baru itu harus

meninggalkan Dusun Tlogo Mardidho.

Menuju PuncakKarena terbatasnya waktu, Tim

Tabloid Manunggal memilih untuk hanya tracking ke puncak. Perjalanan kami me-makan waktu tempuh sekitar satu jam. Semakin tinggi medan yang kami lewati, semakin terjal medan tersebut. Di keting-gian tertentu, kami melewati celah yang cukup sempit dengan lebar sekitar 50 cm yang merupakan satu-satunya jalan menu-ju puncak. Terdapat bongkahan batu ka-pur yang besar di bagian atas ujung celah yang hampir menutup jalan keluar, sehing-ga pengunjung harus menundukkan kepala untuk melewatinya.

Gunung Nglanggeran memiliki beberapa puncak, yaitu Gunung Gede, Gunung Lima Jari, Gunung Wayang, dan Gunung Kelir. Di penghujung tracking, kami tiba di salah satu puncak yang menghadap Embung Kebun Buah Nglanggeran yang serupa kolam telaga. Selain dari puncak Gunung Nglanggeran, Embung juga menjadi lokasi favorit untuk menyaksikan matahari terbenam di langit Yogyakarta.

Meski berbeda kawasan, Embung masih dinaungi manajemen yang sama dengan pengelola Gunung Api Purba Nglanggeran. Embung merupakan waduk tampungan air buatan yang berada kurang lebih 1,5 km dari Gunung Nglanggeran. Pembangunan embung bertujuan untuk pengairan kebun buah di sekitarnya. Peresmiannya dilakukan pada 2013

oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Akhir PerjalananDari berbagai atraksi wisata yang

dimiliki, Gunung Nglanggeran adalah objek yang paling sering diteliti. Jurusan Geologi, Universitas Pembangunan Nasi-onal (UPN) pernah bekerjasama dengan Di-nas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul untuk meneliti bebatuan yang membentuk Gunung Nglanggeran. Dari hasil peneli-tian, diketahui bahwa bebatuan tersebut

berasal dari jenis batuan andesit vulkanik yang merupakan bekas muntahan gunung berapi aktif. Dengan begitu, gunung ini dinyatakan pernah aktif dengan durasi 30-60 juta tahun yang lalu.

Memang di sepanjang pendakian, kami disuguhi pemandangan bukit batu di sisi kiri dan kanan jalan. Aris sempat ber-cerita, terdapat bekas kawah aktif di salah satu puncak gunung. Namun, karena telah dipenuhi tumbuhan, bekas kawah itu tidak lagi menyerupai bentuk selayaknya kawah.

Pendakian kami selama kurang lebih satu jam terbayar dengan indahnya bentangan alam dan bergugus-gugus awan yang berarak di ketinggian. Rasanya, den-gan harga tiket masuk, waktu pendakian, dan pemandangan yang bisa didapat, semuanya sangat sepadan. (Selli)

PERJALANAN

foto: Agung/Manunggal

foto: Agung/Manunggal

foto: Agung/Manunggal

11

Perjalanan menuju puncak Gunung Api Purba Nglanggeran melewati dinding sempit.

Pemandangan dari atas Gunung Api Purba Nglanggeran dapat melihat Embung di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

Suasana pintu masuk objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

Page 12: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015

Srikandhi, dari Sebuah Kompetisi Lahirkan Aksi Peduli

Berawal dari kisah lima orang mahasiswa yang memiliki minat di bidang yang sama, Syahadah Rizka (Polines), Putranto Adhi (Udinus), Hidayah Cahyani (Polines), Infra Ranisetya (Undip), dan Febriyudha Utama (Undip) mengikuti sebuah kompetisi proyek

yang bergerak di bidang sosial. Tak pelak, kelompok mereka berhasil menyabet juara kedua. Tak berhenti di situ, hasil usaha kompetisi yang telah mereka lombakan membuat mereka lebih bersemangat untuk mengembangkan proyek tersebut menjadi sebuah

komunitas yang bergerak di bidang sosial lingkungan, yakni komunitas Bank Sampah Srikandhi.

Filosofi Nama KomunitasNAMA Srikandhi tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita. Pasal-nya, Srikandhi adalah salah satu tokoh pewayangan yang anggun, kuat, dan suka menolong sesama. Tokoh ini dapat digambarkan sebagai sosok perempuan, namun juga bisa sebagai sosok lelaki. Be-gitulah kira-kira komunitas ini menamai dirinya, dengan harapan agar komunitas Bank Sampah ini tidak hanya sekadar ko-munitas yang hanya diberi nama, namun juga dapat mengambil filosofi dari tokoh pewayangan tersebut.

Dengan mengusung visi misi lingkungan, komunitas ini memunyai harapan agar setiap orang memiliki rasa peduli untuk menjaga lingkungannya.

Beberapa Proyek SrikandhiKetua komunitas Bank Sampah Sri-

kandhi, Enjang Murwanto, menjelaskan, proyek awal Srikandhi yang dilombakan adalah pemberdayaan masyarakat di Kelu-rahan Tandang. “Di sana kita membuat semacam bank sampah dengan anggota masyarakat. Terus membuat pelatihan dan membuat barang dari bahan yang sudah ti-dak terpakai menjadi barang yang bernilai ekonomis,” kata mahasiswa Unissula ini.

Proyek tersebut berawal dari se-

buah kompetisi yang diselenggarakan oleh AIESEC pada akhir 2012 silam. Setelah kompetisi berakhir, kelima maha-siswa tadi melanjutkan karyanya dengan membentuk komunitas yang berdiri tepat pada tanggal 22 Desember 2012.

Selain membuat pelatihan menge-nai barang daur ulang di tahun 2013, ko-munitas Bank Sampah Srikandhi juga per-nah mengadakan Green Campaign.

Di tahun 2014, komunitas ini terus melejit dengan menjadi penyelenggara aksi Earth Hour bersama Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip sebagai wujud peringatan Hari Bumi. Aksi ini secara konkrit dilakukan dengan mematikan listrik selama kurang lebih satu jam. Enjang mengatakan, Pem-kot Semarang sangat antusias mendukung aksi ini. Tak heran, acara ini pun ramai di-kunjungi oleh banyak masyarakat.

Akhir-akhir ini, mereka juga baru saja mengadakan penyuluhan di bebera-pa SMA di Semarang tentang lingkungan. Komunitas yang terdiri dari berbagai ma-hasiswa di Kota Semarang ini juga mem-buat kompetisi untuk mereka. “Kami mengajak mereka untuk berlomba mem-buat barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang bernilai ekonomis,” kata Enjang menjelaskan.

Sebagai komunitas muda, Bank

Sampah Srikandhi pernah menjadi Top 10 Aksi Sosial Terbaik Indonesia 2013 dalam program Klik Hati yang diselenggarakan oleh PT. Merck Tbk. Program Klik Hati merupakan Corporate Social Responsi-bility (CSR) dari PT. Merck Tbk yang se-tiap setahun sekali memberikan apresiasi dan dukungan kepada gerakan sosial dari komunitas se-Indonesia.

Ketika itu, Co-Founder Srikandhi, Infra Ranisetya, Febriyudha Utama, dan Syahadah Rizka mengikutsertakan proyek Bank Sampah Srikandhi dalam kompeti-si yang diselenggarakan PT. Merck Tbk. Mereka bersaing dengan sekitar 200 ko-munitas/proyek se-Indonesia melalui be-berapa tahapan, seperti pelatihan dengan mentor dari Indonesia Berkebun. “Terus kita ditantang buat bikin proyek yang kasih impact ke banyak orang dan juga memanfaatkan sosmed (sosial media, red),” kata Infra menjelaskan.

Adapun proyek yang mereka ikut sertakan adalah Green Campaign yang mereka buat di acara Car Free Day (CFD) Simpang Lima. “Kita kolaborasi sama Nutrifood buat ajak masyarakat di Semarang buang sampah yang berserakan di sepanjang kawasan CFD ke booth Bank Sampah kita,” jelas Infra. Sampah yang dibawa tersebut, kata dia, akan ditukar dengan minuman Nutrisari dari Nutri-food.

Tak tanggung-tanggung, mere-ka juga mendatangkan lima anak muda dari Jerman, Slovakia, dan Mesir untuk bergabung di proyek yang mereka buat. “Dari berbagai proses itu, kita terpilih

jadi Top 10 aksi sosial terbaik se-Indone-sia,” jelas Infra.

Keanggotaan SrikandhiHingga kini, keanggotaan Srikandhi

terdiri dari mahasiswa dari berbagai univer-sitas di Semarang, seperti Undip, Unissula, Polines, dan Udinus. “Kita nggak mem-batasi bagi siapa aja yang mau gabung. Mau mahasiswa, pelajar, ibu-ibu rumah tangga, yuk kolaborasi bareng,”kata Enjang.

Komunitas ini memiliki dua cara perekrutan anggota. Pertama, perekrutan ta-hunan. Komunitas akan menyebar peng-umuman perekrutan terbuka melalui me-dia-media sosial dan pamflet. “Bagi yang minat bisa langsung daftar,” imbuhnya.

Selain itu, calon anggota juga bisa menjadi relawan di acara yang mereka buat. Para relawan diharapkan bisa menilai bagaimana cara kerja Srikandhi. “Nah, bagi relawan yang ikut acara kita, dia kan bisa nilai tuh gimana kita. Kalau dia mi-nat, ya ayo aja join bareng,” kata maha-siswa Jurusan Teknik Sipil 2012 ini.

Lebih eksis Enjang berharap, Komunitas Bank

Sampah Srikandhi bisa membuat kegia-tan-kegiatan sosial yang lebih menarik dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan. Tentunya, dia juga berharap agar Srikandhi bisa lebih eksis. Lebih lanjut, Enjang mengatakan, Sri-kandhi juga ingin konsen ke dunia bisnis. “Ke depannya, kita juga mau lebih konsen ke bisnis. Membuat dan menjual barang hasil kreasi sampah,”ujarnya. (Klaudia)

foto: Dokumen Pribadi

PROFIL

12

foto: Dokumen Pribadi

Page 13: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

MESKI sudah lama berniat untuk mem-buka usaha, laki-laki yang akrab disapa Ibam ini belum menemukan usaha apa yang cocok untuk dikembangkan. Akh-irnya, pada April lalu, Ibam membuka usaha minuman yang dia beri nama Sop Duren EsRadja. Keberanian Ibam dalam mendirikan usaha ini didasari kepan-daiannya untuk melihat peluang. Saat itu, belum ada warung minuman duren di Tembalang.

Ibam sengaja memberi nama Sop Duren EsRadja, karena warung minuman yang didirikannya ini menyajikan inovasi minuman dengan buah durian. Mengapa duren, bukan durian? Kata duren dipakai karena orang Jawa sering menyebut duri-an dengan nama tersebut. “Rajanya buah itu ya duren. Oleh karena itu, kami beri nama EsRadja,” ujar mahasiswa Jurusan Teknik Mesin 2010 ini.

Keinginan untuk mandiri menjadi motivasi utama Ibam. Selain itu, ketatnya persaingan dan harapan memiliki usaha sebelum lulus kuliah menjadi alasan Ibam untuk lebih giat menggeluti usahanya.

Dalam mengembangkan usahanya, Ibam ditemani tiga orang temannya yang memiliki semangat dan motivasi yang sama. Mereka adalah Nova Geri Jordan, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin 2010 yang bertugas di bagian produksi, Ismail Nurhidayat, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin 2010 yang bertugas di bagian pub-likasi, Yoki Reza Ramadhan, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin 2011 bagian yang

Terinspirasi dari perjalanan ke sebuah kota di ujung pulau Jawa, yaitu Tangerang, seorang mahasiswa Undip memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri. Dia adalah Muhammad Riski Ibrahim, sosok anak muda yang mencoba

menerapkan cara berpikir out of the box.

bertugas di pengembangan, dan Ibam ber-tugas di bagian marketing. Dengan modal patungan senilai Rp 10 juta sampai Rp 15 juta, Ibam dan kawan-kawan memulai usaha ini.

Ibam dan kawan-kawan memu-lai promosi dengan menggunakan media sosial online sebagai media utama untuk promosi. Mereka juga membuka kuis on-line dengan tema pengetahuan. Selain se-bagai ajang promosi, kuis online ini juga dapat menambah pengetahuan para neti-zen yang mengikuti. Untuk lebih menarik perhatian netizen, Ibam dan kawan-kawan pun menyediakan diskon dari produk-pro-

duk EsRadja. Apa yang dilakukan Ibam dan

kawan-kawan tak lepas dari kendala. Meski sudah mencoba melakukan per-bandingan dengan usaha-usaha lain yang sejenis, kendala tetap ada. Kendala uta-manya adalah konsep. Setelah konsep di-matangkan, konsep tersebut belum tentu bisa berjalan mulus.

Biaya produksi, tempat, keter-batasan waktu, bahan baku durian, cua-ca, strategi marketing, dan lahan parkir menjadi kendala tersendiri dalam men-jalankan usaha ini. Namun, diskusi dan menjalin kekompakan satu sama lain

menjadi modal utama untuk menjaga usa-hanya tetap berkembang.

Pada mula didirikan, warung ini berlokasi di Timoho, Bulusan, Tembalang. Karena dinilai kurang strategis dan sepi pengunjung, mereka mencari lokasi yang lebih strategis. Kini, warung EsRadja dengan menu utama sop buah duren ini berlokasi di Jalan Banjarsari Sela-tan, Tembalang, belakang komplek BQ Square.

Hingga kini, warung EsRadja memliliki empat orang karyawan yang dibagi dua shift, yaitu siang dan malam. Dengan omset penjualan yang lumayan, mereka bisa menghidupi diri sendiri dari usaha bersama ini.

Warung EsRadja tidak hanya menyajikan menu Sop Duren Original. Ibam menambahkan ragam pilihan, seperti Sop Duren Kacang Ijo, Sop Duren Kurma, Lumpia Duren, Roti Bakar Du-ren, Indomie Kuah Susu Keju, dan masih banyak lagi. Selain menu yang inovatif dengan bahan dasar durian yang berkualitas, warung EsRadja juga menawarkan harga terjangkau bagi saku mahasiswa.

Meski usahanya telah dikenal banyak orang, mereka berharap agar usa-hanya dapat berkembang lebih baik lagi. Tentunya, dengan segala upaya perbaikan dan pembenahan dari berbagai sisi. “Mu-dah-mudahan ke depannya, kami bisa lebih maju lagi dan tetap melakukan ino-vasi-inovasi terbaru demi perkembangan usaha kami ini,” kata Ibam. (Asep)

Inovatif dan Kreatif, Senjata Ampuh Kembangkan Usaha

AWALNYA, usaha ini hanyalah usaha warung makan kecil. Norman berkisah bisnis ini merupakan hasil kerja sama antara ayahnya dan temannya yang sudah memiliki usaha warung makan. Pada saat itu, ayah Norman diajak bermitra sebagai pemodal penuh. Namun dalam

Pengalaman Jatuh, Bekal Berwirausaha

perjalanannya, hubungan kerja sama ini kurang berjalan lancar sehingga membuat kerja sama itu tidak dapat berlanjut.

Norman mengaku, menjalani dunia wirausaha warung makan adalah sebuah kejadian yang tak direncanakan. Menurutnya, sangat disayangkan jika usaha ini harus berhenti. Keadaan tersebut mendesak Norman untuk mengambil peran penuh. Dengan niatan belajar, akhirnya dia berani mengambil risiko dan menerima tawaran sang ayah. “Lha dari niat belajar itu, tetap saya beranikan dan upayakan. Alhamdulilah sekarang sudah mulai jalan,” imbuhnya.

Dengan berbekal niat belajar, sampailah Norman pada sebuah bisnis tempat makan bernama Geole. Usaha ini berdiri sekitar Agustus 2012. Nama Geole terbilang cukup unik. Nama tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan nama atau jenis makanan apapun. Norman menuturkan, nama ini dia pakai karena sang ayah adalah seorang PNS di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). “Geole itu bahasa Perancis buat penjara, karena orang Perancis membacanya jeil atau jail dalam bahasa Inggris,” imbuhnya.

Hadirnya Geole di tengah ramainya usaha warung makan menggelitik Norman untuk menyajikan menu lain yang bisa menjadikan warung makannya berbeda, seperti ayam rica, balado, ayam kecap, ayam opor, ikan bumbu bali, bahkan soto. Selain sajian menu yang berbeda, konsep tata ruang yang ada di warung makan ini pun dibuat lesehan. “Lesehan itu supaya lebih santai. dan teralis di jendelanya itu yang mengesankan penjaranya,” kata mahasiswa Jurusan Manajemen ini.

Meski banyak warung makan yang didirikan di sekitar kampus Undip, Norman tidak merasakan hal itu sebagai kendala. Justru kendala utama yang harus dia hadapi adalah ketika musim libur semester tiba.

Kini Norman bisa sedikit berbangga diri. Usaha yang dirintisnya telah berkembang cukup pesat. Tak tanggung-tanggung, dalam sebulan, Norman bisa meraup untung sekitar Rp 80-90 juta dalam sebulan. (Klaudia)

foto: Fadhila/Manunggal

POJOK USAHA

13

foto: Fadhila/Manunggal

Niat belajar yang tinggi akan dunia kewirausahaan, membuat

Norman Ardiansyah bersedia untuk meneruskan bisnis sang ayah yang

sempat hampir tutup karena putusnya hubungan kerja sama. Sempat muncul

dilema antara mengalihtangankan kontrak atau menyerahkan seluruh bisnisnya pada Norman, mengingat sang ayah adalah seorang Pegawai

Negeri Sipil (PNS). Namun, niat belajar ala Norman membuatnya

berani untuk mengupayakan kepercayaan sang ayah hingga

berdirilah warung makan di lingkungan kampus Undip bernama

Geole.

Page 14: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015

IKA, begitulah perempuan ini sering disa-pa. Semangatnya untuk terus belajar tanpa mengenal batas ruang dan waktu, berha-sil membawanya ke negeri orang. Pada awalnya, dosen yang mengajar di Jurusan Hubungan Internasional (HI) FISIP Undip ini tidak pernah bercita-cita untuk belajar ke Eropa, melainkan ke Jepang. “Seiring berjalannya waktu, saya mengikuti garis hidup saya,” ujarnya menjelaskan.

Sebelum berangkat ke Italia, Ika memang sudah berstatus sebagai Pega-wai Negeri Sipil (PNS) di Pemerintah Daerah Yogyakarta. Namun, keinginan kuat untuk terus belajar membuat Ika ingin meninggalkan zona nyamannya tersebut dengan mendaftar beasiswa dok-tor.

Ika melamar beasiswa tersebut secara langsung melalui jalur mandiri ke universitas yang sedang membuka ke-sempatan. Adapun universitas tersebut adalah Universitas Ferrara, Italia, yang

Tinggalkan Zona Nyaman Demi Wujudkan Impian

Keinginan kuat untuk mengenal dunia, menambah wawasan, dan

melihat cakrawala kehidupan untuk menyadari hidup ini tidak monoton,

membuat perempuan kelahiran 21 Maret 1982 ini tidak berhenti

belajar meski sudah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tak

heran, berkat keinginan kuat serta usaha yang tak kenal lelah, dalam usianya yang terbilang muda, Ika Riswanti Putranttelah mendapat

gelar doktor dari Universitas Ferrara, Italia.

merupakan universitas tua berusia 600 ta-hun.

Saat itu, Universitas Ferrara sedang membuka lamaran beasiswa untuk maha-siswa doktor dan menawarkan lima posisi untuk mahasiswa asing untuk mendapat-kan beasiswa.

Ketika mengawali cerita menge-nai pengalamannya melamar beasiswa, Ika mengatakan banyak kendala dan tan-tangan, tetapi bukan tidak mungkin untuk dilalui. Menurutnya, yakin dan tidak pu-tus asa adalah hal yang paling penting. Ika bercerita, ada dua tantangan yang menurutnya berat, yakni proyek dan ba-hasa.

Proyek yang Ika kerjakan harus berfokus pada ekonomi, perdagangan, food law, dan hukum kontrak. “Jadi kita harus menyesuaikan dengan fokus riset yang ada disitu. Kalau tidak, biasanya akan sulit diterima,” kata dia menambah-kan.

Begitu juga dalam hal bahasa, Ika merasa tertantang ketika harus mengua-sai bahasa lokal. Meski dalam keseharian di lingkungan akademis menggunakan Bahasa Inggris, dia merasa perlu untuk menguasai bahasa lokal untuk keperluan lain.

Di Universitas Ferrara, Ika adalah satu-satunya mahasiwa doktor yang be-rasal dari Indonesia. Dia sangat sering berdiskusi dengan mahasiswa asing yang berasal dari Afrika, Timur Tengah, Amerika, Asia Timur, dan tentunya Ero-pa mengenai kebudayaan, sosial, politik, serta ekonomi di negara masing-masing.

Bangga Promosikan Pariwisata Semarang

foto: Dokumen Pribadi

Bukan rahasia umum jika Indonesia memiliki keindahan alam yang memesona Salah satu anugerah keindahan alam di Indonesia dibuktikan dengan banyaknya objek wisata. Negeri ini pun dikenal mancanegara melalui sektor pariwisatanya. Menurut Zeanita Tiffany Spallanzani, tanggung

jawab mengenalkan pariwisata Indonesia ke dunia bukan hanya menjadi tugas pemerintah dan duta wisata, melainkan juga semua orang.

3 Duta Wisata Kabupaten Semarang. Saat ditanya alasannya mengikuti ajang pemilihan duta wisata, mahasiswa Sas-tra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip ini mengaku sering melakukan travelling sejak kecil. Kedua orang tua Fafa yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan sering bepergian keliling Kabupat-en Semarang selalu membawakannya cen-dera mata. Bahkan, dia juga kerap diajak orangtuanya untuk mengunjungi daer-ah-daerah tersebut. Kebiasaan inilah yang kemudian membuat mahasiswa kelahiran Kabupaten Semarang, 10 Januari 1994 ini mengenal sektor pariwisata tempat kela-hirannya itu.

Hobi travelling dan minat di bidang kuliner membuat Fafa ingin berkontribusi di bidang pariwisata. Baginya, gelar duta wisata yang pernah diraihnya adalah tang-gung jawab moral pada masyarakat. “Se-benarnya, gelarnya (duta wisata, red) itu enggak penting ya, karena setiap orang diharuskan dan diwajibkan untuk

Ika semakin bersyukur saat men-dengar cerita teman-teman negara lain seperti dari Syria, Palestina, Pakistan, dan Afganistan, di mana konflik dan sistem pemerintahan di sana begitu keras. “Ten-tu saja kita tidak bisa mengharapkan sesuatu yang sempurna. Namun paling tidak, dengan kita melihat negara lain, kita juga melihat proses negara kita yang perlahan-lahan berubah,” kata perempuan yang memiliki hobi menonton film doku-menter dan membaca novel ini.

Kecintaan Ika terhadap Indonesia semakin nyata ketika dia mengerjakan disertasi. Saat itu, disertasi Ika berfokus

pada Hukum Uni-Eropa. Sayangnya, profesor yang mendampingi disertasin-ya tidak menyetujui hal tersebut. Mes-ki demikian, hal itu tidak menyurutkan semangat Ika terhadap penelitiannya. Terbukti, pada April lalu, Ika mendapat penghargaan sebagai The Best Disser-tation Cycle XV Universita Degli studi di Ferrara. Uniknya, dia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang mendapat penghargaan tersebut.

Ika berpesan kepada mahasiswa ”Lakukan dahulu seperti kata Nelson Mandela, ‘It seems impossible until it’s done!’ ujarnya. (Klaudia)

menjadi duta wisata suatu tempat,” ujar Fafa.

Sebagai pemuda yang pernah dia-manahi menjadi Duta Wisata Kabupaten Semarang, dia merasa memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan pariwisa-ta di kabupaten yang memiliki 19 keca-matan ini. Menurut Fafa, belum banyak orang yang mengetahui objek wisata di Kabupaten Semarang. Selama ini, kata dia, Kota Semarang lebih banyak dikenal masyarakat disbanding Kabupaten Sema-rang. “Sebenarnya, tempat wisatanya lebih banyak di kabupatennya daripada di Kota Semarang, karena Kabupaten Semarang le-taknya di pegununungan,” katanya.

Fafa juga menjelaskan, objek wisata yang terletak di Kabupaten Sema-rang juga memiliki dampak yang sangat baik dari segi ekonomi bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, kini, lanjut Fafa, semakin banyak objek dan desa wisata yang dikembangkan, salahsatunya objek wisata Air Terjun Klenting Kuning yang

terletak di Desa Kemawi, Kecamatan Sumowono.

Bagi Fafa, wisata adalah suatu des-tinasi yang diperuntukkan bagi masyarakat untuk dinikmati keindahannya. Sebagai duta wisata, dia tidak memungkiri masih banyak kekurangan yang dimiliki objek wisata di Kabupaten Semarang. “Me-mang banyak sekali kekurangan tempat wisata kita yang belum banyak dieks-pos sehingga kita harus mempresenta-sikan dan promosikan (pada, red) mereka (masyarakat, red),” ujarnya.

Salah satu cara Fafa mengenalkan objek wisata di Kabupaten Semarang adalah melalui organisasi yang diikutinya, yakni Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC). Lewat organisasi tersebut, dia mengajak mahasiswa pertukaran pelajar dari luar negeri untuk mengunjungi berbagai ob-jek wisata di Kabupaten Semarang. (Gina)

TAHUN 2013 lalu, Zeanita Tiffany Spallan-zani yang akrab disapa Fafa, meraih Juara

SOSOK

foto: Dokumen Pribadi

14

Foto tengah

Page 15: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

SETIBANYA di kediaman Pembina Kese-nian Soreng, Riyadi, mata Tim Tabloid di-manjakan dengan pesona kesenian yang ter-pancar melalui lukisan-lukisan, pernak-per-nik, serta sanggar tempat berlatih Soreng.

Kesenian Soreng adalah kese-nian rakyat yang asal-muasalnya belum diketahui secara pasti, tetapi telah ada sejak 1970-an. Konon, kesenian ini berkembang di wilayah Gunung Mer- babu, sebelah barat Magelang.

Riyadi menjelaskan, kelompok Soreng yang dibinanya ini merupakan perkembangan dari Kesenian Soreng di Dusun Babadan, Desa Banyusidi. Riyadi mendalami dan menekuni Kesenian Soreng untuk pertama kali di dusun tersebut seki-tar tahun 2000. Tiga tahun kemudian, kesenian ini juga muncul dari dusun lain, yakni Dusun Keditan. Meski bernama Soreng juga, keduanya tidak sama. Per-bedaan tersebut tampak dari gerakan, for-masi, dan musiknya.

Munculnya berbagai Kesenian Soreng dari dusun-dusun yang berbeda di Desa Banyusidi, membuat Kesenian Soreng semakin berkembang.

Alkisah, Tari Soreng menceritakan sejarah prajurit Arya Penangsang yang merupakan adipati Jipang Panolan yang berperang memperebutkan kekuasaan dengan Hadi Wijoyo, penguasa Pajang.

“Soreng itu sendiri nama praju-rit dari Arya Penangsang. Kalau istilah sekarang sih kopasus-kopasusnya,” ujar Riyadi.

Makna di Balik TarianDalam praktiknya, karakter Tari

Soreng memancarkan watak-watak yang secara umum dimiliki sosok seorang pra-jurit, karena tarian ini memang mencitra-kan tarian prajurit atau tentara. “Nggak mungkin kalau tentara itu klemar-klemer, dia harus keras,” ucap Riyadi.

Soreng, Kesenian Rakyat Berjiwa Pemberontak

foto: Agung/Manunggal

Di balik karakternya yang terbilang keras, ada beberapa faktor yang secara tidak langsung memengaruhi terbentuknya karak-ter itu, salahsatunya letak geografis Gunung Merbabu. Kontur tanah yang miring membuat masyarakat di sekitar lereng Mebabu terbiasa beraktivitas dengan ber-jalan kaki naik turun gunung. Apalagi, se-bagian besar dari mereka bermatapencah-arian sebagai petani.

“Pagi, sore, siang harus naik turun gunung. Entah itu mencangkul, cari rum-put, itu kan membentuk karakter sendiri,” kata Riyadi sambil mengepulkan asap rokoknya.

Keadaan daerah di sini, kata Riyadi, memiliki posisi yang miring, sehingga komunikasi yang terjalin bi-asanya dengan berteriak-teriak. Hal ini berdampak pada terbentuknya vokal yang tidak halus Bagaimanapun, letak geografis dan mata pencaharian di daerah Gunung Merbabu sangat memengaruhi karakter yang muncul dalam kesenian ini.

Selain faktor geografis, sejarah terbentuknya kesenian ini juga berlatar-belakang sifat pemberontak dari prajurit Arya Penangsang. Sempat menjadi per-tanyaan, ketika hal yang diangkat untuk dilestarikan dalam kesenian adalah sosok pemberontak yang kalah. Riyadi menga-takan, belum mengetahui secara pasti mengenai hal tersebut. Menurutnya, banyak kemungkinan yang bisa men-dasari hal itu. Salahsatunya ketika Arya Penangsang kalah dalam perang melawan Pajang.

Saat itu, ada prajurit yang melarikan diri ke Gunung Merbabu. Prajurit tersebut memilih Gunung Merbabu sebagai tem-pat persembunyiannya dengan berbagai pertimbangan. Selain aman untuk bersembunyi, kesuburan wilayah di daerah Gunung Merbabu sangat te-pat untuk dijadikan tempat bertahan hidup.

Berawal dari situ, Ke- senian Soreng berkembang sebagai kesenian yang mencirikan karakter pemberontak. Mes-ki demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian ini relevan un-tuk diterapkan dalam ke-hidupan.

Jika dilihat dari gerakannya, kesenian ini menggambarkan sebuah perjuangan masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merbabu. Perju- angan yang dimaksud dalam hal ini, kata Riyadi, bukan kembali pada perjuangan pada zaman Arya Penang-sang, melainkan bagaimana masyarakat berjuang untuk selalu hidup.

Sepak Terjang Komunitas Seni

Selain mengembang-kan berbagai kesenian,

Padhepokan Warga Budhaya juga aktif melakukan kegiatan rutin tahunan yang disebut Ritual Sungkem Telompak. Ke-giatan ini merupakan tradisi tahunan di mana warga masyarakat melakukan kirab menyusuri jalan utama Dusun Gejayan menuju dasar Jurang Telompak hingga tiba di dekat mata air yang ada di dasar jurang. Sebelum tiba di mata air yang ber-jarak kurang lebih 1,5 meter ke arah barat Dusun Gejayan, mereka meminta izin dengan juru kunci yang bernama Purwo Sugito.

“Waktu Indonesia belum merde-ka, sekitar tahun 1932, Kecamatan Pa-kis pada saat itu mengalami masa-masa paceklik, tidak ada yang dipanen. Kemu-dian sesepuh di sana mengadakan acara ritual, meditasi, semedi hingga bisa ber-komunikasi dengan penunggu mata air yang dikenal sebagai Prabu Singobarong. Apa yang diminta oleh masyarakat akan dikabulkan dengan syarat setiap lebaran tanggal lima, harus ada kesenian yang ditampilkan di depan sumber mata air itu,” kata Riyadi menjelaskan.

Ritual semacam ini, menurut Riyadi, memiliki dampak yang positif terhadap lingkungan di daerah Gunung Merbabu. Pasal-

nya, dengan adanya sumber mata air yang sakral di daerah itu, po-

hon-pohon dan tanaman yang ada di situ tidak akan berani ditebang oleh siapapun.

Kembali ke Kese-nian Soreng, Riyadi op-

timistis, kesenian ini akan terus eksis. “Soreng tidak akan krisis penerus karena sudah menjadi ciri khas dari

lereng Merbabu sendiri. Kami juga punya acara Festival Lima

Gunung yang menjadi media dan tempat untuk berapresiasi, berekspresi untuk bisa selalu eksis,” kata Riyadi. Lebih lan-

jut, Riyadi juga menambahkan, eksis tidak sekadar menari dan

pentas, melainkan kita juga harus berpikir bagaimana kesenian bisa menghibur penonton, yakni dengan cara melakukan penyesuaian de-ngan keadaan zaman. (Klaudia)

SASTRA BUDAYA

15Ilustrasi: Febrianna/Manunggal

Setelah melewati kelokan di sepanjang perjalanan dengan

disambut kesejukan udara pegunungan yang dikelilingi pohon pinus, tibalah Tim Tabloid di Dusun

Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Di tempat inilah, kesenian rakyat

bernama Soreng dikembangkan dalam komunitas bernama

Padhepokan Warga Budhaya.

Pendopo tempat latihan Kesenian Soreng di kediaman Riyadi.

foto: Agung/Manunggal

Foto tengah

Selamat Mengemban AmanahProf. Drs. H M. Nasir MSi. Akt. PhD

sebagai Menristek Dikti

Mengucapkan:

Page 16: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015

KEHIDUPAN di dunia ini memang ti-dak pernah terlepas dari pilihan, karena hidup ini memang pilihan. Begitu juga dengan pemilihan umum (pemilu) yang merupakan perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan pemerintahan yang demokratis.

Pemilu dalam sebuah negara demokrasi seperti Indonesia merupakan ajang pemilihan sosok pemimpin yang dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan konsti-tusi. Prinsip-prinsip demokrasi tersebut ditandai dengan keaktifan warga negara dalam setiap proses pengambilan kepu-tusan kenegaraan.

Sebuah negara berbentuk republik memiliki sistem pemerintahan yang tidak pernah lepas dari pengawasan rakyatnya. Demokrasi pun digambarkan sebagai se-buah bentuk pemerintahan yang terben-tuk karena kemauan rakyat dan bertujuan memenuhi kepentingan rakyat itu sendiri.

Berbeda dengan negara monarki yang menjadikan garis keturunan sebagai landasan untuk memilih pemimpin, pada republik demokrasi diterapkan azas kesa-maan di mana setiap orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin dapat men-jadi pemimpin apabila ia disukai seba-gian besar rakyat. Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak sosial atau perjanjian antara pemerintah dengan rakyatnya di-wujudkan dalam pemilu.

Sebagai miniatur negara, sudah seharusnya pemilihan pemimpin dalam organisasi kampus, seperti Badan Ekse-

Politik Kampus sebagai Miniatur Pemerintahan NegaraOleh: Regita Andriani*

kutif Mahasiswa (BEM) memiliki sistem pemilihan yang demokratis. Ketua BEM selaku pimpinan tertinggi organisasi kampus dipilih langsung oleh mahasiswa dengan mekanisme pemilu yang jujur dan adil.

Ada yang berpendapat, kampus adalah miniatur sebuah negara. Awalnya saya kurang paham mengenai pernyata-an tersebut, karena mungkin hanya segelintir hal yang terlihat. Misalnya, pembagian pimpinan organisasi dalam kabinet berdasarkan struktur atau jenjang yang nyata. Menurut hemat saya, kampus memang bertindak sebagai miniatur pe-merintahan negara.

Adapun hal yang mendukung per-nyataan di atas ini tampak dari bentuk

kepemimpinan yang terbagi atas bebera-pa residen. Indonesia menerapkan sistem demokrasi dan pembagian kepala pe-merintahan berdasarkan trias politica. Artinya, struktur pemerintahan yang ada dibagi menjadi tiga kelembagaan, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Sebagai media pembelajaran poli-tik dan ketatanegaraan, kampus pun me-nerapkan hal yang sama. Dalam ekseku-tif, mahasiswa bertindak sebagai pihak yang menjalankan roda pemerintahan mahasiswa melalui program kegiatan. Selanjutnya adalah pihak legislatif. Tak ubahnya bentuk pemerintahan di Indo-nesia, kampus memiliki lembaga legis-latif untuk menjadi pihak controller yang mengawasi jalannya roda pemerintahan.

Namun, hal yang tercermin dalam ke-hidupan kampus, hanya mencakup fungsi eksekutif dan legislatif.

Selain itu, iklim politik dalam or-ganisasi kampus turut mencerminkan se-buah miniatur negara. Dalam pemilihan raya (pemira), mahasiswa berhak mem-berikan suaranya untuk menentukan siapa pemimimpinnya kelak. Proses ini dimulai dari pendaftaran calon, verifikasi berkas, sosialiasi atau kampanye, masa tenang, hingga pemilihan sebagai puncak kegiatan.

Aura politik berhembus kencang saat kampanye terjadi. Calon diusung be-berapa organisasi eksternal yang menjadi partai mahasiswa sebagai kendaraan poli-tiknya. Ketegangan pun kerap terjadi un-tuk memperebutkan kursi pemerintahan.

Adanya organisasi mahasiswa merupakan bukti nyata bahwa mahasiswa dapat mengelola kegiatan pengembangan diri di luar bidang akademis. Rektorat, fakultas, dan jurusan berperan sebagai pengawas dan fasilitator beragam kegia-tan mahasiswa.

Sistem tersebut sangat mencer-minkan kampus sebagai media pembela-jaran politik dan sosial yang nyata. Ma-hasiswa dapat bertindak sebagai pemerin-tah sekaligus masyarakat dalam kampus. Maka, tak heran jika kampus layak dise-but sebagai miniatur sebuah negara.

*) Manajer Rumah Tangga LPM Manunggal

Bila ini waktunya, bolehkah aku melihatmuDi saat aku masih di perempat jalanMasihkah hati ini bergejolak merasakan indahnya dunia perkuliahanApakah ini waktu yang tepat untuk berbalik?....menatap ke arahmu,Berdoa di tepi danau harapanAgar semua kembali terencanaNamun keterlambatan merupakan alasan paling beratYang telah usai menyapu semua bintang di langit Aku tak sekuat beringin yang tetap kokoh tumbuh diterpa hujan dan petirDan tak sekuat pohon kelapa yang berdiri tegap diterpa anginKarena tulang punggung keluarga rasanya tak kuat berjalan dan terus berjalanDan sanggupkah diri ini, menengok kembali ke belakangMelihat sang Rembulan bekerja keras untuk tidak redupMasih tetap berjuang memberikan sinarnya

Widya Wahyuni Teknik KimiaFakultas TeknikUniversitas Diponegoro

BelengguSenja sore iniribuan bintang mengantri untuk menunjukkan diri

serupa kita yang masih berdampingan sama sisiribuan langkah penerus generasi untuk negerimau berhenti atau terus menjalaniuntuk melanjutkan apa yang pernah diperjuang-kan.

Enam puluh sembilan tahun sudah mendeklarasikan diriDengan tetes darah dan perjuangan yang tanpa henti

Semoga segalanya tidak berhenti sampai di siniUntuk negeri dimana kita memulai bermimpiHaruskan kita masih berdiam diri?Menyombongkan apa yang sudah dimilikiHingga lupa sebagian telah hilang dan pergi

Untuk negeri yang penuh pengharapanDari yang pernah memperjuangkanTugas kita, melanjutkan

Terima kasih, pahlawanDan selamat meneruskan perjuangan

Untuk Negeri

PUISI

Jika mata bukan jendelaMaka hati adalah lilin yang bercahayaJika mata melihat dalam terangMaka hati berkelana dalam gulita

Setapak hilang karena hujanJejak pun berbekas karena pemilikGontai tak berarti kalahKalah bukanlah kegagagalan

Mimpi BermimpiMengimpikanMereka satu dari nurani

Ketika kau haus akan kepercayaanMaka menolehlah ke dalam hatimuKetika kau takut tak dipercayaMaka menoleh pulalah ke dalam hatimu

Sinar yang menerangi siang adalah mentariNamun sinar hidupmu adalah hati yang suciBulan setia akan malam yang begitu sepiKau patut setia pada janji dan mimpi

Jalanmu adalah Mimpi

Fitri Nengsih ChaniagoFakultas Kesehatan Masyarakat Uni-versitas Diponegoro

KOLOM

16

ilustrasi: Rosyida/Manunggal

Irlina FarahSastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Page 17: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

SETELAH beraksi dalam film Curi-Curi Kesempatan yang dirilis tahun 1990, Ray sempat menghilang dari dunia perfilman Tanah Air. Pria lulusan Institut Kesenian Jakarta ini kemudian muncul kembali pada pertengahan 2006 lewat film Dunia Mereka, garapan sutradara Lasja Fauzia.

Tahun ini, Ray kembali hadir dengan film teranyarnya, Mantan Ter-indah, besutan Marcella Zalianty. Simak petikan wawancara khusus reporter Ma-nunggal, Selli Nisrina Faradila, bersama Ray Sahetapy usai Roadshow Film Mantan Terindah di Fakultas Teknik Sipil Undip beberapa waktu lalu.

Apa yang membuat Anda menyukai dunia teater?

Itu berjalan mengalir saja. Awalnya, saya diminta oleh beberapa teman untuk ikut dalam pementasan drama di Jakarta. Setelah pementasan, sutradara drama itu entah tertarik atau bagaimana dengan akting saya, sehingga menyarankan saya untuk se-kolah seni peran di IKJ. Akhirnya, saya ke sana atas saran sutradara tersebut. Beliau adalah Almarhum Bambang BS. Dari beliau dan IKJ pula saya banyak mendapat ilmu tentang dunia keaktoran dan penyutradaraan.

Dari banyak peran yang pernah dib-awakan, adakahperanyang memen-garuhi kepribadian Anda?

Sebenarnya bukan memengaruhi, tapi lebih tepatnya mengembangkan pribadi saya. Karena dari macam-macam peran yang saya bawakan, semisal peran menjadi presiden, profesor, semuanya membuat pribadi saya menjadi berkem-bang.

NamaFerene Raymond Sahetapy

Nama BekenRay Sahetapy

Tempat, Tanggal Lahir

Donggala, Sulawesi Tengah, 1 Januari 1957

PendidikanInstitut Kesenian Jakarta (IKJ)

Riwayat PekerjaanKetua Perhimpunan Seniman

Nusantara

IstriDewi Yull (penyanyi, 16 Juni

1981 - 24 Agt 2004), Sri Respatini Kusumastuti (a.k.a

Iin, sejak Oktober 2004)

AnakGizca Puteri Agustina Sahetapy

(almh), Rama Putra, Panji Surya, Mohammad Raya Sahetapy

VideografiFilm: 67 contents

Sinetron: 1 contents

Ray Sahetapy, Berakting Menuntut Kreativitas

Ferene Raymond Sahetapy atau yang dikenal dengan nama Ray Sahetapy adalah aktor kawakan asal Indonesia. Puluhan film layar lebar telah

dibintangi lelaki yang sempat berkali-kali dinominasikan sebagai Aktor Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia ini.

Untuk mendalami peran, apa yang bi-asanya Anda lakukan?

Saya biasa membaca tokoh itu se-jauh mungkin. Seolah-olah saya berusa-ha mendekati tokoh tersebut, mengajak-nya diskusi, kemudian berkembang ber-samanya sehingga tokoh yang diciptakan itu muncul dalam diri saya. Jika orang-orang di sekitar saya melihat saya sudah mulai berbeda, artinya tokoh itu sudah memproses dirinya di dalam diri saya.

Apakah Anda selektif dalam memilih peran?

Tidak juga. Semua peranbagi saya unik. Meskipun terkadang ada tokoh yang tidak memberikan banyak infor-masi, namun di situlah momen di mana kreativitas seorang aktor diuji. Sebagai aktor, saya harus mampu menerjemah-kan tokoh yang akan saya perankan. Saat Anda, orang lain, atau saya membaca sebuah tokoh, pasti akan berbeda. Ketika aktor membaca sebuah peran, kata-kata itu seakan-akan muncul jadi orang. Seo-rang aktor memerankan tokoh itu berarti ia menciptakan sebuah kehidupan. Perlu emosi dan improvisasi. Misalkan dalam

mengatakan “Tidak” saja ada berbagai macam caranya.

Menurut Anda, bagaimana perkemban-gan dunia perfilman di Indonesia?

Film Indonesia akan berkem-bang dan lebih maju. Tinggal persoalan bagaimana mengisi nilai-nilai yang se-suai dengan kehidupan di bumi Nusan-tara ini lewat film.

Apa genre film favorit Anda?Saya menyukai film apa saja asal

digarap dengan serius dan ada nilai-nilai kehidupannya.

Menurut Anda, apa fungsi lain dari se-buah film selain menjadi hiburan?

Film harus bisa menghibur seka-ligus mendidik. Film harus bisa menjadi tempat untuk mengembangkan pikiran dan menggali kerohanian kita. Dan yang terpenting, film harus bisa membangun kesadaran terhadap sesuatu. Intinya, memberikan pengetahuan baru kepada penontonnya. Kalau perlu, memberikan realitas kehidupan yang baru.

BIODATA

WANSUS

17

foto: Dokumen Istimewa

Selamat dan sukses atas kelulusan alumni

LPM Manunggal Undip

Reandy Indrayana, S. KelKadiv Kaderisasi 2012

Devy Dwioktaviani , S. HumKadiv Data dan Informasi 2013

Adkha Iriani , S. HumSekretaris Umum 2013

Page 18: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015

Hubungan dengan Ibu TiriPernikahan Ayah saya yang ketiga telah berlangsung selama tujuh tahun. Hingga

kini, saya masih sering bertengkar dengan ibu tiri saya. Saya selalu mencoba

membuka hati, namun pertengkaran dengannya selalu terjadi. Bagaimana

seharusnya saya menyikapinya? Shafira

Susah Percaya Laki-lakiSaya memiliki pengalaman buruk ketika menjalin hubungan. Pacar saya yang dulu telah dua kali berselingkuh. Dan kini saya menjadi ragu untuk menjalin hubungan kembali dengan laki-laki. Bagaimana seharusnya saya bersikap dan apa tips untuk memilih lelaki setia? Adis

Usia 20 tahun memungkinkan setiap individu untuk jatuh cinta berkali-kali, apalagi la-ki-laki itu berjiwa poligam. Hal tersebut wajar, jadi Anda tidak perlu trauma atau menyalah-kan diri sendiri. Cobalah untuk berpikir realistis dan meningkatkan pesona serta kualitas diri Anda. Semua orang yang bermain cinta berarti siap bermain api. Jika Anda tidak siap, maka jangan bermain api. Jika Anda kembali berpacaran, usahakan untuk menjaga diri baik-baik supaya ketika dia selingkuh, Anda tidak menyesal atau merugi. Saya sarankan berpacaranlah dengan harga diri yang tinggi. Artinya, tidak menjadi pengemis cinta dan terlalu agresif atau proaktif. Dengan begitu, Anda tetap bisa menjaga harga diri dan iden-titas sebagai wanita yang sangat menjaga kehormatan diri.

2

Perlu diketahui, hasil pengalaman tersebutlah yang memberikan isi nilai dan asumsi yang membuat Anda minder, takut bergaul, tidak percaya diri, dan takut mengambil keputusan. Anda bisa disembuhkan, tetapi harus dilakukan dengan sabar karena membutuhkan waktu yang lama. Dukungan dari lingkungan sosial bisa membantu menyembuhkan, tetapi jika ti-dak ada, butuh seorang profesional untuk menolong Anda. Sebaiknya, rajin konseling untuk menjalani terapi kognitif atau hipnoterapi yang akan membantu mengurai ‘benang ruwet’ dari pikiran maupun kenangan buruk Anda. Seringlah berkonsultasi ke psikolog di Biro Konsultasi Mahasiswa Fakultas (BKMF) yang ada di fakultas masing-masing.

3 Trauma Masa KecilKetika saya kecil, saya sangat nakal dan sering dihukum orang tua saya. Akibatnya,

kini saya merasa saya sangat sulit bergaul dan sulit bersikap tegas. Bagaimana

solusi untuk mengurangi rasa trauma dalam diri saya? Frida

ilustrasi: Rosyida/Manunggal

ilustrasi: Rosyida/Manunggal

ilustrasi: Rosyida/Manunggal

1

KONSULTASI

18

Diasuh oleh:Dra. Endang Sri Indrawati, M.Si.Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi, Undip

Cara menyikapinya adalah Anda harus meningkatkan Spiritual Quotion (SQ). Jika mempunyai SQ yang tinggi, maka tidak akan mudah membuat kita down, galau, dan plin-plan. SQ bisa ditingkatkan dengan cara sering membayangkan jika diri Anda menjadi ibu tiri. Menjadi ibu tiri bukanlah hal yang mudah dan bukan merupakan idaman setiap wanita. Jika hal tersebut menimpa Anda, apakah Anda bisa lebih baik dari ibu tiri Anda sekarang? Jika Anda merasa tidak akan bisa lebih baik dari ibu tiri Anda, sebaiknya berdamailah dengannya. Anda boleh berbeda pendapat, tapi Anda harus menghormatinya. Berpikirlah bahwa dia adalah istri dan takdir ayah Anda. Anggaplah kehadirannya sebagai rezeki.

Page 19: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

f

SETELAH sukses mengajak para pe-nikmat traveling dengan keempat buku The Naked Traveler, kini Trinity kem-bali mengeluarkan buku terbarunya, yaitu The Naked Traveler: Anthology. Buku ini merupakan kumpulan tulisan para pembaca blog naked-traveler.com yang dimuat pada laman khusus, yaitu -anthology pada 2009 hingga 2011.

Uniknya, para penulis dalam buku ini memiliki latar belakang profe-si yang berbeda, mulai dari wartawan, penulis novel, peneliti, hingga polisi. Oleh karena itu,cerita dalam buku ini dikemas dengan gaya bahasa yang ala kadarnya.

Pada edisi kali ini, pembaca dapat menemukan pengalaman-pengalaman menarik para traveler Indonesia. Setiap

bab juga diberi ilustrasi, sehingga dapat membawa para pembaca larut ke dalam cerita.

Dua orang traveler ‘penumpang haram’ menceritakan perjalanannya dari Jakarta-Surabaya. Uniknya, mere-ka menghabiskan waktu 36 jam untuk sampai ke Surabaya hanya karena ingin biaya murah, dan memberikan sebutan diri mereka sendiri sebagai penumpang haram. Salah satu bab pada buku ini juga mengisahkan seorang traveler yang ke-sulitan mencari air minum di Amerika, serta baru mengetahui air adalah fasilitas mewah di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pengalaman menarik lainnya muncul dari seorang polisi yang menemukan tempat wisata favoritnya, ternyata lokasi terkenal untuk bunuh diri. Kisah lainnya adalah mengenai pengalaman traveler yang memiliki phobia transportasi udara.

Para penulis memberikan inspirasi untuk mengetahui lebih jelas mengenai apa saja yang dapat terjadi di perjalanan. Berbeda dengan buku traveling lainnya, buku ini ditulis dalam bahasa yang ringan, tapi tetap membuat para pembaca tertawa dengan cerita yang tak terduga dari para traveler. (Najah)

“MUNGKIN kamu belum tahu bahwa di suatu tempat ada seseorang yang tengah menunggumu. Dan hanya kamu yang tahu berapa lama lagi ia harus menunggu.” (hlm 2) Buku kumpulan cerita pendek (kumcer) dengan judul amat panjang ini dibuka dengan cerita dari sudut pandang orang kedua, menempatkan si “kamu” se-bagai sosok tak kasat mata yang mengeta-hui segala tindak tanduk tokoh sentral.

Berjudul Tentang Mengganti Se-prai dan Sarung Bantal, cerpen perta-ma dalam kumcer debut karya Norman Erickson Pasaribu ini berkisah tentang seorang laki-laki kesepian yang memper-tanyakan banyak hal, termasuk bolehkah kita menikahi bantal kita saja? Bantal yang “...menyangga kepala kita setiap malam, yang mengusir demam, menjauh-kan kuntilanak dari mimpi, mengamini doa-doa, merindukan kita di siang hari, menyimpan aroma sampo yang kita su-kai, menyerap keringat, liur, air mata, tumpahan kopi tanpa sekalipun protes apa---apa...” Salah satu cerpen lainnya

Terus Menunggu Bersama Norman Erickson Pasaribu

berjudul Garpu mengisahkan tentang tiga orang sahabat yang diibaratkan seperti tiga tusuk pada ujung garpu dan saling silang perasaan di antara mereka.

Karya Norman ini terbilang unik. Kita dapat merasakan nuansa cerita dengan baik berkat gaya tutur cerita Norman yang santai tapi penuh kejutan, tanpa harus meledak-ledak penuh emosi. Fatamor-gana di Meja Makan, Novelis Terkutuk, Tulang Rusuk yang Hilang, hanya seba-gian dari berbagai macam emosi yang akan kita rasakan begitu mengikuti tiap cerita yang dibuat Norman. Kita akan ikut menangis, ikut marah, ikut menyesal, ikut merindu, ikut menunggu.

Nama Norman sebagai penga-rangnya boleh menjadi jaminan. Ia di-gadang-gadang sebagai sastrawan muda yang telah membawa aroma segar da-lam dunia literatur Indonesia. Triyanto Triwikromo pun memuji karya-karyanya.

Buku setebal 176 halaman ini dikemas dengan cerita-cerita yang sangat menarik sehingga waktu yang berjalan seiring kita membuka lembar demi lem-barnya jadi tidak terasa. Membaca isi-nya akan menghanyutkan kita ke dalam lika-liku pikiran sang penulis, rumit tapi tetap menghibur. (Selli)

RESENSI

19

Judul : The Naked Traveler AnthologyBerat : 200 gramPenerbit : B First (@BentangPustaka)Penyunting : IkhdahHenny Tebal : 236 halamanHarga : Rp 44.000,-ISBN : 978-602-1246-05-4

Selamat dan sukses atas kelulusan alumni LPM Manunggal Undip

Ifadah Vellayati W., S. IkomRedpel Fotografi 2013

Yuyun Octaviani B., S. IkomKadiv Jarkem 2013

Judul : Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu Terbit : April 2014Penerbit : Gramedia Pustaka UtamaPengarang : Norman Erickson PasaribuTebal : 176 halamanHarga : Rp 48.000,-ISBN : 978-602-03-0448-9

The Naked Traveler: Anthology

Dian Ayu N. Ihsani , S. SiRedpel Artistik 2013

Johanes Ricky B., S. IPManajer Dispro 2013

Page 20: Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

FORUM MAHASISWA

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015

Tari merupakan salah satu warisan budaya Indo-nesia yang mulai terlupakan. Melalui Gelar Seni Nusantara yang dipraksarai Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia, tarian nusantara kembali dike-nalkan kepada masyarakat luas. Acara yang berte-ma Harmoni Negeri Melalui Seni diselenggarakan di Taman Budaya Raden Saleh, Sabtu (20/12) lalu.

Fotografer: Agung/Manunggal

Narasi: Agung/Manunggal

Harmoni Tari Tradisional Indonesia

Tari merupakan salah satu warisan budaya Indo-nesia yang mulai terlupakan. Melalui Gelar Seni

Nusantara yang dipraksarai Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia, tarian nusantara kembali disa-jikan pada masyarakat luas. Acara bertema Harmo-ni Negeri Melalui Seni ini diselenggarakan di Taman

Budaya Raden Saleh, Sabtu (20/12).

Fotografer: Agung/Manunggal

Naskah: Agung/Manunggal

Menunggu Giliran Tampil

Perbincangan Sesama Penari

Pemakaian Kostum Penari

Penampilan Tari Pemasangan Aksesoris Penari

Proses Make Up Penari