tabloid syiar edisi januari 2013

16
Alamat Redaksi : Kompleks Royal Sincom, Blok F No. 3, Batam Center, Batam–Kepulauan Riau. Telp : 0778 - 7061006 - Hp : 0813 7233 7121, Email : [email protected] EDISI PERDANA Januari s/d Februari 2013

Upload: isukepricom

Post on 25-Oct-2015

76 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tabloid Syiar Edisi Januari 2013Batam

TRANSCRIPT

Page 1: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

Alamat Redaksi : Kompleks Royal Sincom, Blok F No. 3, Batam Center, Batam–Kepulauan Riau. Telp : 0778 - 7061006 - Hp : 0813 7233 7121, Email : [email protected]

EDISI PERDANAJanuari s/d Februari

2013

Page 2: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

2 TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013

lambang, simbol, slogan, moto atau lambang. Dengan demikian syiar Islam, disebut seb-agai simbol kemuliaan dan kebesaran Islam. Secara umum, syi’ar Islam merupakan tanda, simbol, atau slogan Islam yang nampak dari ibadah yang dirayakan secara besar-besaran. Contohnya, ibadah salat idul fitri, Idul Adha di lapangan terbuka, atau ibadah haji di Mekah, dan lain-lain.

Islam sebagai satu sistem keyakinan yang memiliki ajaran dengan nilai-nilai universal, seperti keadilan (al-adalah), persaudaraan (al-akh), persamaan/kesedarajatan (al-musawa), dan musyawarah (syura). Melalui prinsip-prinsip ajaran universalisme tersebut, Islam menjadi agama yang memberikan rahmat bagi semesta alam, rahmatan lil’alamin.

Sebagai sebuah tabloid baru, maka kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan didalamnya, karena dari awalnya berdiripun masih dalam segala keterbatasan. Kami akan terus melakukan perbaikan dan pengembangan sehingga tabloid ini benar-benar layak di baca dan dapat menjadi referensi bagi permasalahan keumatan dan kebangsaan yang sedang terjadi. Kami sangat berkeinginan untuk menyajikan bacaan yang berbobot dan berkualitas.

Tabloid Syi’ar Islam berada di bawah Naungan Majelis Syi’ar Islam Kepulauan Riau Diterbitkan Oleh : CV. Insan Cita

Penanggungjawab : Rizaldy Siregar, S.Ag.Pemimpin Umum : Suprapto, ST.

Pemimpin Redaksi : Zaki Setiawan, S.Kom.Dewan Redaksi : Rizaldy Siregar, S.Ag, Bima Sakti, S.Ag, Suprapto, ST,

Zaki Setiawan.Pemimpin Perusahaan : Suprapto, ST

Manager Iklan : Arbi Hasbi NstManager Sirkulasi : Masirwan

Desain dan Layot : dewok

Alamat Redaksi : Kompleks Royal Sincom, Blok F No. 3Batam Center, Batam–Kepulauan Riau

Telp : 0778 - 7061006 - Hp : 0813 7233 7121Email : [email protected]

Redaksi menerima tulisan lepas dari pembaca dengan tema yang sesuai dengan kebijakan Tabloid Syi’ar. Untuk berlangganan & pemasan-gan iklan hubungi: 0858 3608 7090

Tarif Iklan: Seperdelapan halaman : Rp 500.000Sepertempat halaman : Rp 1.000.000Setengah halaman : Rp 1.500.000Satu halaman : Rp 2.000.000

Bacaan Ummat Muslim Kepri TABLOID SYI’AR ISLAM

Pembaca yang budiman, dengan segala kerendahan hati dan senantiasa bersyukur kehadirat ALLah SWT, Alhamdulillah akhirnya Tabloid Syi’ar Islam dapat terbit sebagai bahan bacaan umat muslim terutama di Kepu-lauan Riau. Tabloid Syi’ar Islam merupakan pengembangan dari bulletin Syi’ar Islam yang diterbitkan setiap minggu yang di sebar di wilayah Tanjungpinang dan Bintan. Dengan konsep yang sedikit berbeda, namun tetap mengusung konsep Islam sebagai agama Rah-matan Lil Alamin. Kami mencoba mengambil dan menuangkan hal-hal yang terjadi dalam dinamika sosial masyarakat yang majemuk dan beragam. Yaitu, melihat realitas dinamika sosial yang diteropong dan direspon melalui pesan2 ajaran Islam (Qur’an dan Sunnah) secara teks dan kontekstual. Sehingga dalam pergaulan dan gerak dinamika sosial, Islam menjadi agama yg hidup dan hadir memberi rahmat bagi semua.

Kenapa Syi’ar Islam? Syi’ar adalah satu suku kata yang umum didengar, diketahui dan tidak asing lagi. Sering kali kata “syi’ar” di-padankan dengan kata Islam. Yaitu, syi’ar Islam, dalam tata bahasa Arab, syi’ar (isim mufrodnya dan sya’air isim jama’nya) artinya, tanda,

Salam Redaksi

Dari Syi’ar, Kepada Ummat

EKBIS

Namun sebagai kerja manusia, tidak akan pernah luput dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu dalam segala keterbatasan dan kekurangan itulah, kami tetap berusaha untuk terbit dan hadir di tengah-tengah pembaca, dengan satu tujuan menjadikan tulisan-tulisan ini sebagai bagian dari dakwah dan berserah diri untuk mencari ridho Allah SWT.

Tabloid ini diterbitkan oleh CV. Insan Cita serta dibawah naungan Majelis Syi’ar Islam Kepulauan Riau. Pada edisi kali ini, dengan segala keter-batasan dan kemampuan kami, team redaksi mengangkat beberapa permasalah / topik yang hangat diperbincangkan terutama di Kepulauan Riau. Salah satunya adalah rublik khusus yang membahas mengenai Pesantren yang ada di Kepulauan Riau. Selain itu kami juga mencoba menyisipkan mengenai aktifitas beberapa ormas ke-Islaman yang ada di Kepulauan Riau.

Demikianlah pembaca yang budiman, terkait apa-apa yang ingin kami sajikan pada penerbi-atan perdana ini. Kami berharap kritik dan saran serta masukan yang membangun dari pembaca semua. Besar harapan kami, media ini dapat menjadi media umat dan media kita bersama. Semoga semua kerja kita mendapatkan Ridho Allah SWT. Amin.

Islam memiliki karakteristik yang khas dibanding dengan aga-ma-agama lain. Agar ajaran Islam bisa dipahami dengan benar dan komprehensif, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu dikaji secara seksama. Pemahaman ajaran Islam dengan benar dapat memengaruhi pola pikir, sikap dan perilaku dalam menghadapi berb-agai permasalahan yang berkaitan dengan Islam.

Para ulama berbeda pendapat dalam memberikan batasan mengenai agama secara tepat. Karena untuk mendefinisikannya diperlukan rumusan yang dapat menjelaskan semua unsur yang didefinisikan sekaligus mengung-kapkan segala hal yang tidak termasuk unsur-unsurnya. Namun demikian, apa yang dinamakan agama oleh para ulama dapat pula ditinjau dari segi etimologi dan terminologi.

Definisi AgamaDari segi etimologi agama ber-

asal dari bahasa Sangsakerta yaitu dari kata “a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti kocar-kacir, kacau balau atau tidak teratur. Jadi agama adalah sesuatu yang teratur dan tidak kacau. Dengan demikian bahwa agama itu membawa hidup seseorang ke dalam kehidupan yang penuh keteraturan dan ter-tata dengan baik.

Secara terminologis agama didefinisikan oleh para ahli dengan berlainan, sesuai dengan latar be-lakang yang dianutnya. Mah-mud

Syaltut berpendapat bahwa agama adalah ketetapan Ilahi yang diwa-hyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Sementara Endang Ansari, mem-berikan definisi agama sebagai hubungan manusia dengan suatu kekuatan suci yang dianggapnya lebih tinggi untuk dipuja, dim-inta bantuan dalam memecahkan kesulitan hidupnya. Sedangkan Harun Nasution mendefinisikan agama sebagai ajaran-ajaran yang diwujudkan Tuhan kepada manu-sia melalui para rasul-Nya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa agama adalah ajaran Tu-han yang merupakan ketetapan ilahi untuk manusia yang berisikan tentang peraturan hidup bagi pedoman hidup manusia.

Sedangkan pengertian Islam dalam pengertian Arab disebut Dinul Islam. Kata Islam berasal dari kata kerja Aslama yang artinya menyerah, tunduk, atau patuh. Dari asal kata aslama ini didefinisikan menjadi beberapa arti yaitu salam artinya keselamatan, taslim artinya penyerahan, salam artinya meme-lihara, sullami artinya titian dan silm artinya perdamaian.

Dinul Islam mengandung pengertian peraturan yang diwa-hyukan oleh Allah Swt kepada para rasul untuk ditaati dalam rangka menciptakan keselamatan, kes-ejahteraan dan perdamaian bagi umat manusia.

Universalitas Ajaran IslamAgama Islam yang dibawa oleh

Nabi Muhammad Saw diperuntuk-

kan bagi seluruh umat manusia pada umumnya dan melintas batas ruang dan waktu. Oleh sebab itu, Islam dikenal sebagai agama yang bersifat universal. Bahwa Islam di-tujukan untuk semua ras manusia, tanpa terkecuali, tersurat dengan jelas dalam firman Allah berikut ini, “Dan kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk rahmat bagi semesta alam” (QS al-Anbiya’ [21]: 107).

Para ulama memberikan pengertian terhadap keuniver-salan (rahmatan lil alamin) Islam melalui perspektif definisi Islam yang meliputi; pertama, Islam be-rarti tunduk dan menyerah kepada Allah Swt serta mentaati-Nya yang lahir dari kesadaran. Ketundukan dengan penuh kesadaran adalah hakikat Islam.

Kedua, Islam adalah kumpulan peraturan yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw yang di dalamnya terkand-ung peraturan-peraturan tentang akidah, akhlak, mu’amalat, dan segala berita yang disebut di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah adalah perintah agar disampaikan kepada manusia.

Dalam Islam perintah atau larangan tidaklah diberlakukan tanpa maksud. Islam memerintah-kan atau melarang untuk melaku-kan sesuatu demi menjaga atau melindungi lima hal yang dikenal sebagai maqashid asy-syariah. Kelima hal tersebut adalah sebagai berikut: Hifdzu Din (memelihara

kebebasan beragama), Hifdzu Aql (memelihara kebebasan nalar berpikir), Hifdzu Mal (memelihara/menjaga harta benda), Hifdzu Nafs (memelihara hak hidup), Hifdzu Nasl (memelihara hak untuk mengembangkan keturunan). Kelima prinsip dasar inilah yang juga menjadikan Islam sebagai garda agama rahmatan lil alamin.

Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin juga dapat ditelusi dari ajaran-ajaran yang berkaitan dengan kemanusian dan keadilan. Dari sisi konsep pengaja-ran tentang keadilan, Islam adalah satu jalan hidup yang sempurna, meliputi semua dimensi kehidu-pan. Islam memberikan bimbingan untuk setiap langkah kehidupan perorangan maupun masyarakat, material dan moral, ekonomi dan politik, hukum dan kebudayaan, nasional dan internasional.

Konsep keadilan yang pada prinsipnya berarti pemberdayaan kaum miskin atau lemah untuk memperbaiki nasib mereka sendiri dalam sejarah manusia yag terus mengalami perubahan sosial. Se-cara umum, Islam memperhatikan susunan masyarakat yang adil dengan membela nasib mereka yang lemah.

Islam dan KemanusianSementara itu, universalisme

(sifat rahmatan lil alamin) Islam yang tercermin dalam ajaran-ajaran yang memiliki kepedulian kepada unsur-unsur utama kema-nusiaan itu diimbangi pula oleh

kearifan yang muncul dari keter-bukaan peradaban Islam sendiri.

Dari sisi kemanusiaan, Islam memberikan konsep pengajaran bahwa Islam adalah agama berisi tuntunan hidup demi kebahagian manusia itu sendiri. Paling tidak ada dua hal yang harus terpenuhi agar manusia bahagia.

Pertama, terpenuhinya ke-butuhan pokok berikut sumber-sumbernya untuk menjamin kelangsungan hidup. karena itu Islam mewajibkan zakat dan men-ganjurkan infak dan sedekah. Kedua, mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang tata cara hidup perseorangan dan ma-syarakat, agar terjamin berlakunya keadilan dan ketentraman dalam masyarakat.

Sebagaimana kita ketahui dalam syariat Islam, ada dua ben-tuk hubungan, yaitu ibadah dan mu’amalah yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah. Ibadah ialah seperangkat aktifi-tas dengan ketentuan-ketentuan syariat yang mengatur pola hubun-gan diantara manusia dengan Tuhannya. Sedangkan mu’amalah ialah usaha atau pola daya hubun-gan anatara manusia yang satu dengan manusia yang lain seka-ligus dengan lingkungan sekitar (baca; alam).

Hubungan antar sesama ma-nusia disebut hablum minannas. Semua manusia diciptakan dari satu asal yang sama. Tidak ada kelebihan yang satu dari yang

lainnya, kecuali yang paling baik (baca; bertakwa) dalam menunai-kan fungsinya sebagai pemimpin (khalifah) dimuka bumi sekaligus sebagai hamba Allah Swt.

Atas prinsip persamaan itu, maka setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Islam tidak memberi hak-hak istimewa bagi seseorang atau golongan lainnya, baik dalam bidang kero-hanian, maupun dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan kebu-dayaan. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan masyarakat, dan masyarakat mem-punyai kewajiban bersama atas ke-sejahteraan tiap-tiap anggotanya. Islam menentang setiap bentuk diskriminasi, baik diskriminasi secara keturunan, maupun karena wana kulit, kesukuan, kebangsaan, kekayaan dan lain sebagainya.

Bahkan Nabi Muhammad bersabda “Tidak beriman seorang kamu sehingga kamu mencintai saudaramu sebagaimana men-cintai dirimu sendiri”. Dari sinilah konsep ajaran Islam dapat dik-etahui dan dipelajari. Persaudaraan manusia semakin dikembangkan, karena sesama manusia bukan hanya berasal dari satu bapak satu ibu (Adam dan Hawa) tetapi karena satu sama lain saling mem-butuhkan, saling menghargai dan saling menghormati. Pada akhirnya terciptalah kehidupan yang ten-teram dan sejahtera. Itulah hakikat Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin.

Islam Agama Rahmatan lil’alaminDan kami tidak meng-utus kamu (Muhammad) melainkan untuk rahmat bagi semesta alam” (QS al-Anbiya’ [21]: 107).

Page 3: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013 3BOLA

BiodataNama : Cristian Gerard Alfaro Gonzalez Mustafa Habibi (nama muslim)TTL : Monteveido, Uruguay/30 Agustus 1976Ayah : Eduardo AlfaroIbu : Meriam GonzalesIstri : Eva Nurida SiregarAnak : Fernando, Florencia, Amanda, MichaelTinggi Badan : 177Karir:Penarol Uruguay (1988-1991),South Amerika (1994-1995),Huracan de Carientes Argentina (1997),Deportivo Maldonado (2000-2003) ,PSM Makassar (2003-2005),Persik Kediri (2005-2008 ),Persib Bandung (2008-2011)Timnas Indonesia (2010)Persisam Samarinda (2011-2012)Arema Malang (2012-sekarang)

Siapa tak kenal Crhistian “El Loco” Gonzales? Pemain natural-isasi asal Uruguay yang populer dalam persepakbolaan Indonesia dan kini menjadi penyerang Arema Malang.

Sebagai “selebriti” dalam dunia sepakbola Indonesia, pemilik nama lengkap Christian Gerard Alfaro Gonzales ini tergolong pemain berprestasi. Semenjak merumput di Indonesia, berbagai prestasi ia peroleh. Di antaranya top scorer pada Liga Indonesia tahun 2005 saat bergabung dengan Persik. Se-tahun kemudian, secara berturut-turut, ia dinobatkan sebagai top scorer dua kali. Lalu, pada tahun 2009, saat ia bergabung dengan Persib, ia pun meraih top scorer.

Gonzales adalah salah satu penyerang berkualitas dalam persepakbolaan Indonesia. Ke-mampuannya dalam menendang, mencetak gol, penempatan po-sisi, visi permainan, dan sundu-

lan adalah andalannya. Ia juga memiliki fisik yang prima, meski terkadang kontroversial.

Dalam catatan perjalanan sepakbola Indonesia, misalnya, Gonzales terkenal dengan sikap-nya yang temperamental. Memulai karirnya di Indonesia pada tahun 2003 silam, klub labuhan perta-manya di Indonesia adalah PSM Makassar.

Di PSM Makassar, Gonzales menunjukkan ketajamannya den-gan mencetak 27 gol selama satu musim, sekaligus mengantar klub tersebut menjadi runner up (juara 2) ISL. Namun di musim berikut-nya, 2004, ia dikenai sangsi laran-gan bermain selama semusim dan denda Rp20 juta oleh PSSI, karena memukul seorang offisial dari tim Persita Tangerang.

Pada putaran final Liga Indo-nesia 2006, Christian menanduk penyerang PSIS Semarang, Eman-uel de Porras. Pada tahun 2007,

dia meludahi wasit Hidayat ketika Persik Kediri dijamu Pelita Jaya. Di babak delapan besar Liga Indone-sia 2007, dia berkelahi dengan bek Persija Jakarta, Herman Abanda.

Ketajaman Gonzales berband-ing lurus dengan keberingasannya. Di tahun 2008, ia kembali diskors PSSI karena tindakan tidak sportif. Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman larangan bermain 1 tahun kepadanya karena memu-kul bek PSMS Medan, Erwin-syah Hasibuan. Dia mengajukkan banding ke Komisi Banding PSSI, namun bandingnya ditolak, dan Komisi Banding ikut menguatkan sanksi yang diberikan oleh Komisi Disiplin.

Namun, tahukah Anda, bahwa di tengah sifatnya yang tem-pramental itu, ia memiliki hati yang lembut. Bukan lantaran ia romantis, tapi lantaran ia memilih jalan hidup dalam pangkuan Islam. Bagaimanakah perjalanan dirinya hingga menjadi seorang mualaf? Siapa sajakah yang berperan dalam kehidupan keislamannya?

Tanpa PaksaanGonzales dilahirkan di Monte-

veido, Uruguay, pada 30 Agustus 1976 dari seorang ayah angkatan militer bernama Eduardo Alfaro dan ibu seorang suster di rumah sakit Montevideo bernama Me-riam Gonzales. Orangtuanya pen-ganut Katolik yang taat. Mereka berdua mengajarkan ketaatan beragama kepada anak-anaknya, termasuk Gonzales.

Gonzales mulai suka dengan sepakbola pada usia 6 tahun. Sejak itulah, sepakbola menjadi dunia yang tidak terpisahkan dalam kehidupan pria yang dijuluki ‘El Loco’ (Si Gila) ini. Pada 1994, saat dirinya berusia 18 tahun, ia ber-

temu seorang gadis asal Indonesia, Eva Nurida Siregar di Cile, Amerika Latin. Gadis inilah yang kini setia mendampingi hidupnya sebagai seorang istri.

Sebagai penganut Katolik, Gonzales tentu menghadapi ban-yak kesulitan menjalani kehidu-pan rumah tangganya dengan Eva, yang beragama Islam. Meski demikian, setahun setelah perte-muan mereka akhirnya menikah di Uruguay. Sejak menikah dengan Eva inilah, Gonzales sedikit demi sedikit mempelajari Islam.

Setiap kali pria dengan tinggi badan 177 cm berangkat ber-tanding, Eva memanjatkan doa kepada Allah SWT. Dalam berdoa terkadang Eva sengaja menger-askan suara dengan harapan Gonzales dapat mendengarnya. Kebiasaan inilah yang membuat Gonzales mulai tertarik dengan ajaran Islam. Ia sendiri tidak akan beranjak pergi sebelum kekasi-hnya selesai berdoa. Karena dari doa inilah Gonzales menemukan kedamaian dan ketenangan. Doa ini pula yang membuat dirinya semakin bersemangat dan optimis setiap kali bertanding di lapangan hijau.

Apalagi Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayori-tas beragama Islam. Sebelumnya Gonzales hanya mengenal Islam melalui istrinya dan ini dirasa tidak cukup. Sekarang ayah empat anak itu bisa langsung menemukan Islam dari para penganutnya di Indonesia.

Eva kadang memiliki ke-biasaan meletakkan buku-buku Islam di meja rumahnya. Tanpa disengaja, Gonzales kadang ikut membacanya. Maka, tepat pada 9 Oktober 2003, Christian Gonzales memutuskan masuk Islam ber-dasarkan kemauan sendiri dengan disaksikan Ustadz Mustafa di Masjid Agung Al-Akbar, Surabaya.

Eva sama sekali tidak pernah memaksa Gonzales untuk meme-luk agama Islam. Kalau mau me-maksa, mungkin dari dulu ia akan mengajak Gonzales masuk Islam. Gonzales akhirnya diberi nama Islam ‘Mustafa Habibi’.

Nama ‘Mustafa’ diambil dari guru spiritualnya, Ustadz Mustafa. Sedangkan “Habibi”, yang berarti “cintaku” diambil karena rasa cinta sang istri yang amat besar kepada Christian Gonzales.

Bagi Mustafa Habibi, Islam adalah agama yang mengajar-kan kedamaian dan perdamaian. Islam mengajarkan pentingnya

Christian Gonzales:

Semakin Optimis Setelah Mualaf

berdoa dalam setiap melakukan tindakan apa pun. Saat masuk rumah saja, seorang muslim ha-rus mengucapkan salam, yang artinya mendoakan keselamatan bagi orang yang ada di dalam rumah tersebut. Bila mau makan, umat Islam dianjurkan untuk membaca Basmalah. Pendek kata, setiap perilaku selalu ada unsur do-anya. Karena itu, Gonzales semakin merasa hatinya tenang dan damai.

Keislaman Habibi dilegalkan di Kediri, Jawa Timur, dengan piagam mualaf dari Kantor Urusan Agama (KUA) setempat. Sekaligus mele-galkan pernikahan antara Christian Gonzales dengan Eva Siregar. Mendengar anaknya menjadi seorang muslim, ibunda Gonzales ternyata tidak keberatan. Sang ibu, Meriam Gonzales, menerima dengan ikhlas agama yang dipilih anak tercintanya itu.

Selama di Kediri, Gonzales membela Persik Kediri dan ting-gal di perumahan Taman Persada. Rumah ini menjadi awal kehidu-pan baru bagi Mustafa Habibi. Islam telah banyak mengubah dirinya. Setiap tengah malam, ia terbiasa membangunkan istrinya untuk shalat Tahajud atau sekadar berdoa.

Setiap kali pertandingan akan digelar keesokan harinya, Eva se-lalu mengadakan pengajian yang dihadiri ibu-ibu sekitar rumahnya dan diakhiri dengan pembacaan doa. Sementara pengajian ber-langsung, Gonzales selalu mem-perhatikan pengajian dan duduk di samping Eva atau terkadang duduk di belakang ibu-ibu pen-gajian.

Perjalanan karir pemain yang menjadi warga negara Indonesia lewat naturalisasi ini memang tergolong tidak selalu mulus. Berkat dorongan dari guru dan penasihat spiritualnya, sejak menjadi mualaf, Gonzales bangkit lagi dari keterpurukan dan terus menunjukkan kelasnya sebagai bintang lapangan.

Gonzales pun kemudian suk-ses meraih posisi top scorer pada musim kompetisi Indonesia Su-perliga 2009 bersama klub Persib Bandung dengan mencetak 14 gol. Pamor Gonzales bersinar lagi dan dipanggil untuk memperkuat

tim nasional. Sejak itulah, Gon-zales seakan telah menjadi ‘artis’ lapangan hijau yang digemari jutaan orang Indonesia.

Setiap hari raya Idul Fitri, Gonzales juga tak luput untuk melaksanakan shalat Idul Fitri bersama istri dan anak-anaknya. Menurut Eva, dirinya dan Gon-zales dulu pernah berniat untuk menunaikan ibadah haji pada 2008. Namun, Allah berkehendak lain. Karena, uang yang dipersiap-kan untuk pergi haji itu akhirnya terpakai untuk biaya persalinan istrinya yang tengah melahirkan anak keempatnya.

Menyangkut kebiasaanya dalam pertandingan sepak bola, pemain yang rajin bersih-bersih rumah ini setiap kali berangkat bertanding selalu membawa tas-bih di dalam tasnya dan beberapa buku doa sebagai perbekalan. Ini dilakukan sebagai bentuk upaya dirinya agar senantiasa tenang ketika berada di lapangan sepakbola.

Gonzales juga punya ke-biasaan unik. Hampir setiap kali menciptakan gol ke gawang lawan, ia sujud syukur. Bagi Gon-zales, itu adalah bentuk rasa syu-kur ketika berhasil mencetak gol. Adakalanya ia juga mengangkat telunjuknya ke mulut seraya menengadah ke langit. Hal ini merupakan isyarat rasa syukur terhadap Allah yang Maha Esa. Mengangkat telunjuk ke atas sambil mengucap kalimat Al-hamdulillah adalah upaya dirinya untuk mensyukuri kemenangan.

Bahkan pada saat mem-bela tim Persib Bandung, pria berkalung ayat kursi ini meng-gunakan nomor punggung 99. Nomor ini dipilih bukan tanpa alasan, 99 merupakan isyarat asma Allah yang dikenal dengan Asmaul Husna. Angka 99 adalah angka keramat bagi umat Islam. Keramat karena angka itu meru-pakan kumpulan nama-nama Allah.

Dalam menjalani hidup ini, El Loco berusaha untuk tenang. Ha-rapan terbesar dalam hidupnya adalah menyaksikan istri dan anak-anaknya senantiasa be-rada dalam keadaan yang sehat. Semoga!

Page 4: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

4 TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013

Umat Islam mempunyai dua di-mensi hubungan yang harus selalu dipelihara dan dilaksanakan, yakni hubungan vertikal dengan Allah Swt melalui shalat dan ibadah-ibadah lain-nya, dan hubungan horizontal dengan sesama manusia di masyarakat dalam bentuk perbuatan baik.

Menjaga keharmonisan, keseim-bangan, equilibrium antara intensitas hubungan vertikal dan hubungan horizontal ini merupakan keniscayaan bagi umat Islam. Orientasi hubungan vertikal disimbolkan oleh pencarian keselamatan dan kebaikan hidup di akhirat. Sedangkan hubungan hori-zontal diorientasikan pada perolehan kebaikan dan keselamatan hidup di dunia.

Hubungan horizontal, interaksi antar sesama manusia, akan berjalan harmonis jika dilandasi keyakinan bahwa semua manusia adalah ber-saudara, terlepas dari adanya perbe-daan suku, bangsa, dan agama. Ajaran Islam sendiri tidak menentang konsep persaudaraan universal ini, bahkan meneguhkan konsep persaudaraan universal ini demi terciptakan kehidu-pan yang damai dan harmonis.

Empat Macam UkhuwahQuraish Shihab dalam Wawasan Al-

Qur’an mengatakan bahwa al-Qur’an memperkenalkan minimal empat macam jenis persaudaraan (ukhuwah). Pertama, ukhuwah ‘ubudiyyah, yakni persaudaraan karena sesama makhluk yang tunduk kepada Allah. Allah Swt berfirman, “Dan tidaklah (jenis bina-tang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya) kecuali umat-umat juga seperti kamu,” (QS al-An’am [6]: 38).

Kedua, ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, yakni persaudaraan kare-na sama-sama manusia secara keselu-ruhan. Hal ini didasarkan pada firman Allah, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling ber-takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,” (QS al-Hujurat [49]: 13).

Ini berarti bahwa semua manusia adalah seketurunan dan dengan demikian bersaudara. Ketiga, ukhuw-wah wathaniyyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan (lihat, QS al-Hujurat [49]: 13). Menurut Muhammad Imarah, pluralitas bangsa, suku bangsa, agama dan golongan merupakan kaidah yang abadi yang berfungsi sebagai pendorong untuk saling berkompetisi dalam melakukan kebaikan, berlomba menciptakan prestasi dan memberi-kan tuntunan bagi perjalanan bangsa-bangsa dalam menggapai kemajuan dan ketinggian.

Keempat, ukhuwah diniyyah, yakni persaudaraan karena seagama (Ukhuwwah fi din al-Islam). Islam menyatakan bahwa umat Islam, den-gan latar belakang yang berbeda, baik suku, etnis, keturunan, warna kulit, bahasa dan lain sebagainya adalah bersaudara. Allah Swt berfir-man, “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua sauda-ramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat,” (QS al-Hujurat [49]: 10).

Dalam sebuah hadits dilukiskan bahwa persaudaraan kaum muslim ibarat rumah yang mana satu sama lain saling menguatkan. Dalam hadits lain digambarkan bahwa persauda-raan sesama muslim diibaratkan den-gan tubuh, apabila ada satu anggota tubuh yang sakit, maka yang lain juga ikut sakit.

Faktor Penunjang UkhuwahGuna mewujudkan atau membu-

mikan empat konsep persaudaraan di

atas, al-Qur’an memberikan beberapa arahan.

Pertama, menghargai dan meng-hormati perbedaan serta berkomptesi secara sehat dalam melakukan keba-jikan. Seseorang tidak boleh memak-sakan orang lain untuk berpendirian sama dengannya. Bahkan juga di-larang untuk memaksa seseorang mengikuti agama tertentu (lihat, QS al-Baqarah [2]: 256).

Kedua, senantiasa menegakkan ke-benaran dan berbuat adil (lihat, QS al-maidah 5]: 8). Menegakkan kebenaran dan keadilan merupakan syarat utama terwujudnya tatanan masyarakat yang damai dan harmonis. Sejarah mem-buktikan bahwa persaudaraan yang harmonis tidak akan terwujud tanpa adanya komitmen bersama untuk senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan.

Ketiga, memperkecil jurang per-bedaan dan memperbesar ruang persamaan. Jangan mengungkit-ungkit perbedaan yang ada karena bisa menimbulkan rasa sakit hati di antara kelompok yang berbeda. Yang lebih penting adalah mencari titik persamaan (kalimatun sawa’) dalam rangka menjadi orang yang terbaik dalam pandangan Allah, yakni orang yang bertakwa.

Keempat, menjalin kerja sama den-gan kelompok lain dalam membangun kemaslahatan bersama. Allah berfir-man, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya,” (QS al-Maidah [5]: 2).

Kelima, tidak memandang rendah, tidak pula menghina atau mengejek kelompok lain. Al-Qur’an melarang kita mengejek atau mengolok-olok kelompok lain atau memberi gelar yang menyakiti hati (lihat QS al-Hujurat [49]: 11).

Menyakut perbedaan pengamalan agama, mengutip pendapat Qurais Shihab, para ulama memperkenalkan tiga konsep memantapkan ukhuwah diniyyah. Pertama, keragaman cara ibadah (tanawwu’al-’ibadah). Konsep ini mengakui adanya keragaman yang dipraktikkan Nabi Saw dalam bidang pengamalan agama, yang mengantar-kan kepada pengakuan akan kebenaran semua praktek keagamaan, selama semuanya itu merujuk kepada Rasu-lullah Saw.

Kedua, kesalahan dalam berijtihad mendapat pahala (al-mukhti’u fi al-ijtihad lahu ajr). Selama seseorang mengikuti pendapat seorang ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi ganjaran oleh Allah, walaupun hasil ijt-thad yang diamalkannya keliru. Namun perlu pula digarisbawahi bahwa yang mengemukakan ijtihad maupun orang yang pendapatnya diikuti haruslah memiliki otoritas keilmuan.

Ketiga, hukum ada setelah ada ijtihad (la hukma lillah qabla ijtihad al-mujtahid). Menurut Shihab, hasil ijtihad itulah yang merupakan hukum Allah bagi masing-masing mujtahid, walau-pun hasil ijtihadnya berbeda-beda.

Dari uraian di atas tentulah kita mafhum bahwa Islam adalah aga-ma yang menganjurkan pemeluknya mewujudkan persatuan dan persauda-raan, baik antarsesama umat Islam maupun dengan umat manusia secara

keseluruhan. Islam mangajarkan agar kita hidup dengan landasan saling kasih mengasihi, sayang menyayangi, tidak terbatas hanya antara satu golongan atau satu suku saja, tetapi antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain, umat manusia secara keseluruhan, bahkan terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Karena itu, kita harus mampu mem-perlihatkan kepada dunia bahwa Islam adalah agama persatuan dan persauda-raan untuk semua umat manusia di muka bumi ini. Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk mencintai dan mempertahankan, serta memeli-hara negara, mempersatukan umat dan membangun masyarakat.

Rasulullah Saw sebagai teladan terbaik memberika kita bagaimana membangun persaudaraan lintas golongan, ras, suku, dan agama. Awal-nya masyarakat Arab adalah saling bermusuhan antara satu suku dengan suku yang lain. Namun berkat datang-nya Rasulullah Saw, permusuhan itu sirna dan terjalinlah persatuan dan persaudaraan.

Demi menjaga persatuan dan persaudaraan, marilah kita hindari pertikaian dan permusuhan di antara sesama kita. Imam Ali berkata, “Sesung-guhnya sesuatu yang hak dan benar akan menjadi lemah dan hancur karena perselisihan dan perpecahan, dan suatu yang bathil terkadang menjadi kuat dan menang, karena persatuan dan kesepakatan”. Wallahu a’lam bis shawab.

Penulis adalah Deny Suito, pemerhati masalah sosial ke-agamaan dan alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Konsep Islam Merajut Ukhuwah“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat,” (QS al-Hujurat [49]: 10).

LIPUTAN UTAMA

Page 5: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013 5

TANJUNGPINANG – Gubernur Provinsi Kepri, Muhammad Sani meresmikan Masjid Raya Dompak, Jumat (25/1/2013). Peresmian masjid yang berdiri di pusat pemerintahan Provinsi Kepri tersebut diselaraskan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Masjid Raya Dompak telah dilengkapi sejumlah fasilitas pendukung, seperti aliran listrik, air bersih dan perangkat sound sys-tem. Mesjid berdaya tampung sekitar 3.000 jamaah ini juga memiliki ruangan serba guna, Islamic Centre, perpustakaan, ruang pengurus dan Imam Masjid. Ke depannya juga akan dilengkapi dengan ruangan perkantoran MUI, Dewan Masjid dan Ormas Islam.

Sani menyatakan, hingga saat ini Kepri merupakan daerah yang kondusif bagi keru-kunan umat beragama. Rasa saling menghor-mati antar umat beragama harus terus dijaga dan dapat ditingkatkan.

“Tempatkanlah diri kita agar bermanfaat bagi orang lain. Dan terus tingkatkan silatur-ahmi sesama masyarakat untuk bersama-sama membangun Kepri lebih baik lagi,” ujarnya.

Kepada para pegawai Pemprov Kepri yang muslim, Sani berpesan agar selalu meluang-kan waktu untuk mendirikan sholat di Masjid Raya Dompak. Dengan semaraknya aktivitas ibadah di masjid, maka akan memberikan ke-tenangan para pegawai dalam menjalankan tugasnya.

“Kita minta semua pegawai Pemprov Kepri yang beragama Islam hendaknya melu-angkan waktu untuk sholat di masjid ini. Kalau

Pendirian rumah ibadah adalah bagian dari kebebasan beribadah. Merupakan bagian dari hak kebebasan beragama dan wajib dilindungi negara. Meskipun dalam memberikan perlindungan, negara dapat melakukan pembatasan.

Pelaksanaan kebebasan be-ragama sangat tergantung pada toleransi antar umat beragama. Kerjasama antara semua pi-hak, baik negara sebagai pem-buat kebijakan dan pelaksana, pemuka agama selaku teladan bagi umatnya dan masyarakat, berperan penting dalam men-jaga keharmonisan antar umat beragama.

Keharmonisan akan terwu-jud jika dalam pendirian rumah

R a p a t h a r i a n D e w a n Pengurus Wilayah (DPW ) Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BK-PRMI) Kepri di Batam, Selasa (25/12/2012) akhirnya mene-tapkan Maryono sebagai Ketua Umum definitif. Maryono akan melanjutkan periode kepen-gurusan DPW BKPRMI Kepri 2010-2014 paska meninggal-nya Ketua Umum sebelumnya, Agus Salam Kasya.

Kepergian Almarhum men-jadi duka mendalam seluruh jajaran pengurus dan ang-gota BKPRMI Provinsi Kepri. Mengingat pengorbanan dan jasa-jasa Almarhum selama memimpin dan menjalankan roda organisasi.

Sejumlah program kerja yang masih tertunda dan be-lum sempat terlaksana, akan dilanjutkan pengurus dibawah kepemimpinan Ketua Umum penggantinya, Maryono. Den-gan tetap mempertimbangkan skala prioritas dan kemampuan anggaran untuk melaksanakan program bagi generasi muda Islam di Kepri masa mendatang.

Menurut Maryono, gen-erasi muda Islam harus mampu menggelorakan semangat nilai-nilai Islam dan siap meng-hadapi era globalisasi. Apa-lagi tren masyarakat kini, telah menjadi tantangan tersendiri bagi kemajuan peradaban Is-lam, khususnya di kalangan generasi muda.

“Pemberdayaan dan pem-binaan akhlak serta mewa-dahi kreativitas generasi muda masjid merupakan diantara program yang akan dijalankan BKPRMI Kepri,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, kepengurusan DPW BKPRMI Kepri 2010-2014 dilantik pada 16 Januari 2011 di Hotel PIH

masjid ramai dengan ibadah, InsyaAllah kita akan tenang,” katanya.

Sejumlah pejabat, tokoh masyarakat dan warga Dompak hadir dalam peresmian tersebut. Diantaranya Sekda Suhajar Diantoro, Ketua DPRD Kepri, sejumlah pimpinan insti-tusi di Kepri, Huzrin Hood dan lainnya.

Sementara itu dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Pemprov Kepri men-datangkan penceramah dari Jakarta, KH Agus Darmawan. Dalam tausyiahnya, Penceramah Kondang ini mengajak jamaah untuk dapat memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW. Tidak sekedar diperingati, namun juga harus dapat meningkatkan ketaqwaan, keimanan dan Ukhuwah Islamiyah.

ibadah dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan umat be-ragama. Serta tidak menggang-gu ketentraman dan ketertiban umum dan mematuhi peraturan perundang-undangan.

S ebagaimana ter tuang dalam surat keputusan ber-sama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 9 tahun 2006, terdapat sejumlah ketentuan dalam pendirian rumah ibadah. Diantaranya me-nyebutkan bahwa pendirian rumah ibadah didasarkan apa-bila terdapat sekurang-kurang-nya 90 orang pengguna rumah ibadah di wilayah kelurahan/desa. Dibuktikan dengan daftar nama dan kartu tanda penduduk (KTP) pengguna rumah ibadah

Terkait dengan peresmian Masjid Raya Dompak, Ia menyatakan bahwa pemban-gunan masjid yang dilakukan Pemprov Kepri merupakan bagian dari pembangunan infrastruktur aqidah yang sangat penting. Dan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian seorang pemimpin atas pembangunan moral agama di daerahnya.

“Kita doakan mudah-mudahan Pak Gubernur senantiasa memimpin Kepri ini menjadi daerah yang Baldatun Toyyibatun Warabbun Ghafur. Daerah yang selalu aman, makmur dan mendapat keampunan serta limpahan rahmat dari Allah SWT,” ujar ustad KH Agus Darmawan yang diamini oleh semua undangan yang hadir.

yang telah disahkan pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah.

Selain itu, pendirian rumah ibadah juga harus mendapatkan dukungan masyarakat setem-pat. Paling sedikit 60 orang yang telah disahkan oleh lurah/kepala desa. Masyarakat setem-pat adalah masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi berdirinya rumah ibadah.

Kemudian mendapatkan rekomendasi tertulis Kepala Kantor Kementerian Agama Ka-

bupaten/Kota. Dan mendapat-kan rekomendasi tertulis dari Forum Kerukunan antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten/Kota.

Tentunya, masih terdapat sejumlah persyaratan lain yang harus dipenuhi selain tersebut diatas. Dan jika persyaratan-persyaratan tersebut dipenuhi, akan mengurangi potensi ter-jadinya pergesekan antar umat beragama. Sehingga keharmoni-san antar umat beragama tidak sebatas pada tataran kata-kata.

Gubernur Kepri Resmikan Masjid Raya Dompak

Batam Centre. Pelantikan di-lakukan langsung oleh Ketua DPP BKPRMI, Ali Muchtar Ng-abalin yang diselaraskan den-gan seminar Kemitraan dan Kebersaman dalam Memban-gun Generasi Umat dan Bangsa Guna Menyambut Abad 21.

Sejumlah kegiatan telah dijalankan BKPRMI Provinsi Kepri, baik di tingkat lokal maupun nasional. Diantaranya mengirimkan kafilah dalam Pemilihan Putra-Putri Islam dan Festival Gema Sakinah tingkat nasional di Gorontalo pada 29 November-3 Desem-ber 2012.

Kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam mem-bentengi remaja Islam dan di-harapkan dapat menjadi model serta panutan bagi putra-putri muslim nusantara. Baik soal mode atau fashion, sikap dan perilaku yang sebagian sudah terkooptasi dengan budaya barat.

Provinsi Kepri juga men-girimkan delegasi dalam Fes-tival Anak Shaleh Indonesia (FASI) ke-VIII tingkat nasional di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Dalam kegiatan ini, prestasi cemerlang ditore-hkan Muhammad Farist yang berhasil meraih juara ketiga nasional kategori lomba cerita Islami tingkat pelajar SLTP.

Selain Muhammad Farist, prestasi juga ditorehkan oleh Amirul Ikhlas yang meraih Juara Harapan II nasional lom-ba bacaan (tartil) TKA putra. Begitupun dengan Syamimi Asshira yang berhasil meraih Juara Harapan II putri nasional, Maleni Zulaeha juara II harapan nasional tartil TKA putri dan Zain Azis Nuh sebagai juara terbaik III nasional pada lomba hafalan Alquran.

Maryono Lanjutkan KepemimpinanBKPRMI Kepri

Pendirian RumahIbadah Wajib DapatDukungan Masyarakat

MESJID

Page 6: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

6 TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013

Kegiatan Penguatan Pesantren Sebagai Pilar Kemajuan Bangsa

Registrasi Peserta yang akan mengikuti Seminar Ke-agamaan.

Narasumber dan peserta seminar menyanyikan lagu indonesia raya.

Pembacaan doa oleh Karyano Efiandi sebelum acara seminar keagamaan dimulai.

Kata Sambutan Sekaligus Pembukaan Seminar oleh Drs. Zulkarnaen Umar (Ketua PMB Kota Batam)

Suasana saat seminar keagamaan Pesantren Sebagai Pilar Kemajuan Bangsa berlangsung.

Suasana Seminar Keagamaan “Pesantren Sebagai Pilar Kemajuan Bangsa”.

Pembacaan Ayat Suci Al Qur’an oleh Ustad Taufiq sebe-lum seminar dimulai.

Warga antusias mengikuti seminar keagamaan “Pesantren Sebagai Pilar Kemajuan Bangsa”.

Sambutan Pimpinan Pondok Pesantren Mudi Madani Al–Aziziyyah Kota Batam, Drs. H. TGK Zulkifiaka, M.Si.

Ustad Rizaldy Siregar, Moderator Acara Seminar ke-agamaan “Pesantren Sebagai Pilar Kemajuan Bangsa”.

Pembukaan seminar keagamaan Pesantren Sebagai Pilar Kemajuan Bangsa oleh pembawa acara.

Para peserta seminar keagamaan sedang berdoa sebe-lum Seminar dimulai.

Kata sambutan dari Ketua FPP Kepulauan Riau, Ustad Rizaldy Siregar.

Pemberian Cenderamata Kepada Pondok Pesantren Mudi Madani Al-Aziziyyah.

Foto bersama setelah kegiatan seminar keagamaan selesai dilaksanakan.

GALERI

Page 7: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013 7

Banjir kembali menerjang sejumlah daerah di Indonesia, menyebabkan terjadinya korban jiwa, harta dan benda. Gatranews dalam situsnya menulis, berdasarkan data kepolisian Polda Metro Jaya sejak Selasa-Senin (15-21/1/2013) mencatat 26 korban jiwa dalam banjir di Jakarta. Korban meninggal lebih didominasi karena tenggelam dan terseret banjir.

Banjir di Kota Bandar Lampung, Kamis (24/1/2013) petang menewas-kan tiga korban jiwa. Banjir yang terjadi setelah hujan deras selama tiga jam tersebut juga merendam 20 titik di Kota Bandar Lampung.

Di Jawa Timur, kerugian banjir Ben-gawan Solo mencapai Rp47 miliar (metrotvnews). Kerugian materi akibat banjir luapan Bengawan Solo dan banjir bandang yang melanda 151 desa di tiga kabupaten hilir sungai.

Ini setelah banjir merendam Kabu-paten Tuban, Bojonegoro, dan Lamongan Provinsi Jawa Timur, awal Januari lalu. Di tiga kabupaten tersebut banjir telah merendam 7.651 hektare (ha) lahan pertanian. Bencana banjir di tiga wilayah ini juga telah menggenangi 25 keca-matan dengan jumlah rumah terendam mencapai 5.838 unit.

Utusan Khusus Presiden untuk Pen-gendalian Perubahan Iklim, Rahmat Witoelar menyatakan, sejumlah bencana yang terjadi di Indonesia merupakan dampak dari perubahan iklim. Pemerin-tah tak bisa sendiri, perlu kebersamaan mengatasi perubahan fenomena global ini. Meningkatkan partisipasi dan ke-sadaran masyarakat menjadi prioritas dalam mencegah dampak semakin meluas di masa mendatang.

“Langkah strategis untuk mengatasi perubahan iklim adalah lewat masyara-kat, bukan lewat pemerintah,” kata Man-tan Menteri Lingkungan Hidup tersebut dalam Lokakarya Wartawan “Meliput Perubahan Iklim” yang dilaksanakan Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) beker-jasama dengan Kedutaan Besar Norwe-gia di Batam, Selasa (22/1/2013).

Menurut Rahmat Witoelar, dampak

perubahan iklim tidak hanya men-impa negara miskin. Negara paling maju sekalipun telah mengalami dampak negatif dari perubahan iklim, baik primer, sekunder dan turunan.

Dampak primer dari perubahan iklim diantaranya terjadinya pemanasan global, pergeseran dan perubahan karak-teristik musim dan cuaca ekstrem. Sedan-gkan dampak sekunder mengakibatkan melelehnya lapisan es dan pemuaian air laut, banjir, kekeringan dan tanah longsor serta badai, gelombang laut yang tinggi dan gelombang panas.

Dampak primer dan sekunder ini juga mengakibatkan dampak turunan. Diantaranya peningkatan volume air laut, terganggunya sistem aliran air laut, tergenangnya kawasan pesisir dan daerah landai, kerusakan infrastruktur, wabah penyakit, kematian, panen dan ketahanan pangan terganggu.

Terjadinya perubahan iklim dengan dampaknya, terjadi lebih didominasi oleh ulah manusia. Perilaku masyarakat yang boros dalam pembakaran karbondiok-sida (CO2), reklamasi, penebangan hutan dan bakau, buang sampah sembarangan, pemborosan bahan bakar merupakan diantara penyebab terjadinya perubahan iklim oleh ulah manusia.

“Perilaku masyarakat harus berubah, agar tidak melakukan “dosa” bagi gen-erasi mendatang. Masyarakat harus lebih mencintai dan turut menjaga kelestarian

lingkungan,” ujarnya.Memang, terjadinya bencana pada

dasarnya tidak luput dari perilaku ma-nusia. Jika kita mau kembali membuka kembali Alquran, tampak jelas bahwa bencana alam dan krisis lingkungan akibat dari ulah merusak sebagian dari umat manusia.

Kerusakan lingkungan telah lama disinyalir dalam Al Qur’an. Dalam sebuah ayat Allah berfirman,”Telah nampak

kerusakan di darat dan di laut disebab-kan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mer-eka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS Ar-Rum[30]:41).

Ayat ini secara eksplisit menegaskan bahwa kerusakan di muka bumi dise-babkan ulah tangan manusia. Bencana yang datang silih berganti bukan fenomena alam. Akan tetapi karena prilaku merusak manusia sendiri yang telah merusak alam ciptaan Allah.

Dalam Islam sudah sangat terang bahwa bumi, alam, dan lingkungan diciptakan Allah SWT bukan tanpa arti. Penciptaan alam, lingkungan, bumi merupakan tanda keberadaan Allah, Tuhan Yang Maha Pencipta. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an bahwa terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya di bumi ini.

“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin,”(QS Adz-Dzariyat [51]:20).

Dalam Al Qur ’an, Al lah me -nyatakan bahwa alam diciptakan untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Allah berfirman,”Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada demikian itu benar-benar ter-dapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir,”(QS Al-Jatsiyah [45}:13).

Ayat inilah yang menjadi landasan teologis pembenaran Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Islam tidak melarang memanfaatkan alam, namun ada aturan mainnya. Manfaat-kan alam dengan cara yang baik (bijak) dan manusia bertanggungjawab dalam melindungi alam dan lingkungannya serta larangan merusaknya.

Manusia sebagai khalifah (wakil atau pengganti) Allah, salah satu kewa-jiban atau tugasnya adalah membuat bumi makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan alam berada di tangan manusia.

Kini manusia harus lebih ramah terhadap alam semesta melebihi sebe-lumnya. Untuk mewujudkan kedamaian dan keseimbangan dengan lingkungan, manusia harus memiliki ikatan yang kokoh dengan pencipta alam semesta. Orang yang mematuhi aturan ilahi, maka ia juga memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia dan alam semesta.

Merusak dan mencemari lingkun-gan menyebabkan terjadinya berbagai bencana seperi kekeringan saat ini. Untuk itu, Islam mengharamkan setiap tindakan yang merusak alam. Dalam Islam, kerusakan lingkungan juga mengakibatkan kerusakan sosial yang menyebabkan terjadinya perampasan terhadap hak jutaan orang. Saatnya menjaga kelestarian lingkungan. (zaki)

HIKMAH

Page 8: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

8 TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013KAJIAN KHUSUS

Batam – Pesantren bukan tempat untuk menjadi teroris. Hal ini diungkapkan oleh Zulkar-naen Umar, Ketua Persatuan Mubaligh Kota Batam saat men-jadi narasumber pada acara seminar keagamaan yang dige-lar oleh Forum Pemberdayaan Pesantren di Pondok Pesantren Mudi Madani Al-’Aziziyyah, Selasa (22/1/2013).

Zulkarnaen mengatakan bahwa Pesantren sebagai lem-baga pendidikan tertua di Indo-nesia telah memberikan kontri-busi kepada kemajuan Bangsa. Hal ini terbukti dengan ban-yaknya founding father bangsa dari alumni pondok pesantren.

”Para pendiri dan pemimpin bangsa banyak dari alumni Pondok Pesantren, seperti Wahid Hasyim, Agus Salim serta sede-retan tokoh nasional lainnya. Alumni-alumni pesantren inilah yang memberikan warna bagi berdirinya negara Indonesia,” ujar Zulkarnaen.

Saat ini pesantren harus diberikan porsi yang lebih dalam memberikan warna dalam ke-majuan bangsa. Karena kuriku-lum pesantren yang memadu-kan antara kemampuan emo-sional, spiritual dan intelektual.

“Pesantren harus diberikan porsi yang lebih dalam mengisi pembangunan bangsa, karena ciri khas nya yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain-nya. Para lulusan pesantren jangan menjadi minder karena lulusan pondok, namun harus dapat berkarya yang lebih baik lagi ditengah-tengah masyara-kat, ” ujar Zulkarnaen.

Lulusan pesantren bisa menjadi apa saja, baik men-jadi birokrat, tentara, akadmisi, pengusaha dan lain sebagainya, yang terpenting adalah mental dan moral yang ditempat selama di pesantren dapat dipertah-ankan.

Selain Zulkarnaen Umar, hadir juga sebagai narasum-ber H. Handarlin Umar, Kanwil Kementian Agama Kepualauan Riau, H. Syahril, Kasat Binmas Kapolresta Barelang serta Imran Efendi Hasibuan dari akademisi.

Imran Efendi Hasibuan yang juga menjadi narasumber mengatakan bahwa pondok pesantren harus terus berbena-ah dalam memperbaiki kualitas santri, namun tidak mening-galkan ciri khas sebuah pondok pesantren.

“ Pe r b a i k a n k u r i k u l u m ponpes perlu di lakukan agar pondok pesantren dapat bersa-ing dengan lembaga pendidikan lainnya. Namun perlu dipertah-ankan ke-khasan pesantren, dimana sebuah pesantren harus memiliki kyai, harus memiliki santri, harus ada masjid, serta asrama dan yang paling pent-ing adalah adanya kajian tetang kitab kuning, ” ujar pria yang

hampir 17 tahun di pondok pesantren itu.

Hal senada juga disampai-kan oleh Syahril, Kasat Binmas Polresta Barelang. Menang-gapi pertanyaan terkait ad-anya aktifitas pesantren yang dianggap mencurigakan, seperti latihan menembak maka Syahril mengatakan bahwa sebaiknya pesantren fokus pada pendidi-kan saja.

“Kalau di rasa ada aktifitas pondok pesantren yang men-curigakan diluar dari rutinitas sebuah pondok maka segera menghubungi pihak yang ter-kait. Namun sejauh ini, seluruh pondok pesantren di Batam semuanya adalah lembaga pen-didikan yang baik dan tidak ada kaitannya dengan terorisme,” ujar Syahril.

Namun Syahril juga tidak menyangkal, bahwa masih ada aliran atau pemahaman radikal yang berkembang di masyarakat yang harus di waspadai.

Kegiatan yang disejalankan dengan peringatan maulid nabi Muhammad SAW ini dihadiri oleh sekitar 130 masyarakat. Dalam kesempatan tersebut Forum Pemberdayaan Pesantren juga memberikan beasisiwa kepada santri pondok pesantren mudi madani Al-’Aziziyyah.

Rizaldy Siregar, Ketua Fo-rum Pemberdayaan Pesantren mengatakan bahwa kegiatan seminar keagamaan merupakan agenda rutin FPP Kepri. Kegiatan

ini sengaja dilakukan untuk memberikan citra positif kepada lembaga pendidikan tertua di Indonesia tersebut. Rizaldy juga mengajak semua elemen ma-syarakat untuk memperhatikan dan membantu pesantren.

“Pesantren jangan di bi-arkan, namun harus di perha-tikan dan di bantu. Sehingga lembaga pendidikan pesantren bisa menjadi kuat, dan meme-berikan kontribusi kepada ke-majuan bangsa dan negara. Siapa lagi yang mau memikir-kan pesantren jika bukan umat Islam.” ujar Rizaldy.

P i m p i n a n p o n d o k pesantren, Tengku Azinur Bin Ibrahim dalam sambutannya juga menyambut baik keg-iatan seminar tersebut. Pondok pesantren yang diresmikan langsung oleh mentri agama, Surya Dharma Ali ini saat ini pada tahap pembangunan dan penambahan ruang belajar santri. Hingga saat ini sudah terdapat sekitar 120 santri dari berbagai tingkatan, dari tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah.

“Ada beberapa santri kita yang bersekolah di luar, namun mondok di pesantren, ” ujar Azinur. Azinur optimis bahwa kedepan pesantren akan terus berkembang, namun perlu ad-anya perhatian dan koordinasi yang serius dari semua pihak, terutama kepada pemerintah dan orang tua wali.

Zulkarnanen Umar:

Pesantren Aset Kemajuan Bangsa

Pesantren telah memain-kan peranan yang besar dalam perjalanan sejarah Indone-sia. Melalui upaya tanpa henti dalam memperkuat iman, ketakwaan, membina akhlak mulia dan ikut mencerdas-kan kehidupan bangsa dengan pendidikan formal dan non formal yang diselenggarakan. Kini, peran pesantren dalam mengawal perjalanan bangsa seolah memudar, sebagian kecil kalangan justru mengidentik-kan pesantren dengan citra negatif, teroris misalnya.

Padahal sebagai lembaga sosial dan pendidikan Islam ter-tua di Indonesia, pesantren me-miliki keunikan dan kekhususan tersendiri dibanding lembaga pendidikan lainnya. Santri dan kyai yang tinggal dalam ling-kungan yang mandiri, ketaatan dan kepatuhan santri kepada kyai, kesederhanaan serta se-mangat gotong royong dapat ditemukan di hampir kehidupan pesantren. Para santri juga ter-latih hidup disiplin dan tirakat.

Di pesantren, kyai memiliki peran vital, laksana jantung bagi kehidupan manusia. Oto-ritas kyai begitu dominan dan sangat dihormati santri, bahkan masyarakat sekitar pesantren. Pancaran kharisma dan wibawa Kyai menjadikan santri memiliki kewajiban taat dan tunduk kepada Kyai.

S e b a g a i p e m i m p i n pesantren, watak dan keber-hasilan pesantren banyak ber-gantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren.

Mantan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kepri, Razali Jaya men-gakui pudarnya kharisma Kyai. Terutama di Kepri, wibawa Kyai dinilai masih kurang mem-berikan pengaruh yang besar bagi santri dan masyarakat di lingkungan sekitar.

Hal ini menjadi salah satu penyebab berkurangnya ke-

Pudarnya Kharisma Kyai

percayaan masyarakat terhadap pendidikan pesantren. Banyak masyarakat yang lebih memilih memasukkan anaknya pada lembaga-lembaga pendidikan umum.

“Kelemahan pesantren di Kepri, (salah satunya) belum mampu memenuhi standar Kyai. Wibawa Kyai di pesantren-pesantren di Kepri menurun,” ungkapnya, Sabtu (26/1/2013).

Menurut Razali, kondisi ini berbeda dengan kyai-kyai pesantren di sejumlah daerah di luar Kepri. Di Jawa misalnya, Kyai di pesantren sangat dihor-mati para santri dan masyarakat sekitarnya. Bahkan tak jarang, para santri berlomba-lomba meringankan pekerjaan Kyai. Seperti menimba dan mengisi air, merawat kebersihan ling-kungan tempat tinggal Kyai, merawat ladang dan sawah serta aktivitas lainnya yang dilakukan secara sukarela.

Di sejumlah pesantren-pesantren di Kepri, kehidupan pesantren seperti itu jarang ditemui. Unsur pokok pesantren, mulai dari adanya kyai, santri, masjid, asrama atau pondok dan kemampuan santri untuk membaca kitab kuning juga harus menjadi acuan sebuah pesantren. Tentunya ini menjadi tantangan bagi pemberdayaan dan pengembangan pesantren di Provinsi Kepri.

“Terdapat dua tantangan bagi pesantren di Kepri, yakni kurang mampu mencetak Kyai dan menurunnya minat ma-syarakat untuk memasukkan anaknya pada pendidikan di pesantren,” jelas Razali.

Ke depan, lanjut Razali, harus ada keberanian bagi pesantren untuk berbenah. Dengan melakukan perubahan penyelenggaraan pendidikan berbasiskan pondok, seperti madrasah.

“Dalam waktu dekat, kami juga akan mendirikan pendidi-kan berbasiskan pondok den-gan membuka MA (Madrasah Aliyah) dan MTs (Madrasah Tsanawiyah) di Tanjungpinang,” pungkasnya.

Zulkarnaen Umar, Ketua Persatuan Mubaligh Kota Batam (dua dari kanan) saat menjadi narasumber pada acara seminar keagamaan yang digelar oleh Forum Pemberdayaan Pesantren di Pondok Pesantren Mudi Madani Al-’Aziziyyah.

Page 9: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

9TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013 KAJIAN KHUSUS

Kijang – Kabupaten Bintan me-miliki masyarakat yang homogen. Beragam suku bangsa dan agama berkumpul serta hidup bersama dalam sebuah wilayah yang damai. Tidak ada persengketaan antar suku, apalagi antar agama. Bahkan kehidupan ma-syarakat selalu dilandasi rasa tolong – menolong yang sangat tinggi.

Demikian pernyataan bupati Bin-tan, H. Anshar Ahmad, SE, MM saat melepas ratusan peserta Gerak Jalan Santai Kerukunan yang diselenggara-kan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bintan bekerja sama den-gan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan pada hari minggu (13/01) di lapangan Relief Antam, Kijang. Menu-rutnya, Kementerian Agama sangat berperan penting dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di daerah Bintan.

“Kemenag Bintan telah banyak membantu pemerintah daerah dalam menjaga kerukunan antar umat be-ragama. Mereka juga membimbing moral masyarakat agar menjadi lebih baik,” ucap Anshar.

Beliau juga menyambut baik ke-giatan Gerak Jalan Santai Kerukunan yang dilaksanakan oleh Kantor Kemen-terian Agama Kabupaten Bintan dalam rangka peringatan Hari Amal Bhakti ke 67 ini dan berharap agar kedepan kegiatan ini akan terus berlanjut.

“Saya berharap agar Kemenag Bintan bisa terus konsisten untuk menggelar acara seperti ini. Selamat Hari Amal Bhakti untuk Kementerian Agama.” tambah Anshar.

Sementara itu, Kepala Kantor Ke-menterian Agama Kabupaten Bintan, Drs. H. Arusman mengatakan bahwa Gerak Jalan Santai Kerukunan ini diiku-ti oleh seluruh masyarakat Kabupaten Bintan tanpa terkecuali, terutama yang tinggal di daerah Kijang. Beliau juga berterima kasih kepada seluruh SKPD se Kabupaten Bintan yang telah membantu pelaksanaan gerak jalan santai tersebut.

“Kita telah menyiapkan kupon berhadiah yang akan dibagikan ke-pada para peserta gerak jalan santai. Mudah-mudahan masyarakat yang berpartisipasi bisa mengikuti kegiatan ini dengan tertib,” harap Arusman saat menyampaikan sambutan.

Kegiatan Gerak Jalan Santai Keru-kunan ini dilepas oleh Bupati Bintan, H. Anshar Ahmad, SE, MM pada pukul 06.30 WIB. Sekitar 800 peserta berbon-dong-bondong menyusuri jalan utama kota Kijang dan akhirnya kembali lagi ke lapangan Relief Antam Kijang untuk mendengarkan pengumuman bagi peserta yang beruntung untuk medapatkan kupon berhadiah.

Dalam kesempatan ini, berbagai doorprize telah disediakan. Antara

lain hadiah utama sebuah televisi ukuran 42 inchi yang disumbangkan oleh Bupati Bintan Anshar Ahmad, SE, MM. Kemudian sebuah televisi ukuran 24 inchi sumbangan Ketua DPRD Ka-bupaten Bintan, H. Lamen Sarihi, SH. Empat buah sepeda gunung dan lima buah jam dinding besar disumbangan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bintan, serta masih banyak lagi sumbangan doorprize yang diberi-kan oleh Kepala SKPD dan organisasi keagamaan lainnya di lingkungan Ka-bupaten Bintan.

Kegiatan Gerak Jalan Santai terse-but berakhir pada pukul 10.30 WIB. Peserta atas nama Haluwiyah akhirnya menjadi peserta yang beruntung karena mampu mendapatkan hadiah utama berupa televisi ukuran 42 inchi.

Turut hadir dalam acara Gerak Jalan Santai Kerukunan tersebut, Wakil Bupati Bintan Drs. Khazalik, Ketua DPRD Kabupaten Bintan H. Lamen Sarihi, SH, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bintan Dra. Hj. Dewi Kum-alasari Anshar, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Kabupaten Bintan Drs. H. Edi Yusri, Kabag Kesra Kabupaten Bintan Drs. H. Luki Prawira, Kasubbag Hukmas, Infoka, KUB dan Umum Kanwil Kemenag Kepri Syah-johan, S.Ag, serta pejabat lainnya di lingkungan pemda Kabupaten Bintan. (Sumber: Kemenag Kepri)

Bupati Bintan, Ansar Ahmad:

Kinerja Kemenag Bintan Sangat Memuaskan

JAKARTA – Menteri Agama (Me-nag), Suryadharma Ali mengatakan, pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang pengelolaan Dana Abadi Umat (DAU). Namun untuk memanfaatkan dana masih menunggu pembentukan sebuah badan khusus yang mengelola dana dari hasil efisiensi biaya penyeleng-garaan ibadah haji itu.

“Ada satu persyaratan yang belum selesai, harus ada Badan Pengelola DAU, PPnya sudah terbit,” kata Menteri Agama saat memberi sambutan pada acara Tasyakur Haji 2012 dan Musyawarah Nasional Asosiasi Bina Haji dan Umrah Nahd-latul Ulama (ASBIHU NU) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Rabu (23/1/2013) malam.

Menag mengatakan, peng-gunaan DAU harus tepat sasaran yang lebih bermanfaat bagi umat. Jangan sampai uang ini dipakai un-tuk program abstrak seperti untuk rapat, pembinaan dan sebagainya. Jumlah dana yang terkumpul dalam DAU dari tahun ke tahun terus bertambah.

“Waktu saya dapat tugas per-tama Rp 1,7 tr i lyun. Sekarang sudah 2,2 trilyun, duitnya ada, saya berencana bikin masjid. Kalau dana sebesar Rp 2,2 trilyun, manfaatnya 5-7 persen berarti Rp 120 milyar pertahun. Dalam satu tahun bisa dibangun 120 masjid, sehingga dalam jangka 8 tahun ada 1.000 masjid,” katanya.

Menag juga mengatakan, dana

subsidi dari dana optimalisasi bagi setiap jamaah dari tahun ke tahun meningkat. Subsidi dari dana man-faat setoran awal bagi jamaah akan terus kita tingkatkan.

Pada 2009 hanya 27 persen ja-maah yang pemondokannya berada di jarak 2.000 meter ke bawah dari Masjidil Haram. Pada 2010, jamaah yang pemondokannya mendapat subsidi dari dana optimalisasi haji meningkat menjadi 65 persen. Begitu pula subsidi untuk setiap jamaah dari dana optimalisasi haji untuk pemondokan pada 2011 meningkat.

“Pada 2011 dan 2012, seluruh pemondokan jamaah haji reguler berada di Ring I, yakni 2.500 meter ke bawah,” jelasnya.

Menag mengungkapkan, biaya sewa pemondokan yang dibayar jamaah pada 2011 mencapai 3.150 riyal. Padahal harga sewa mencapai 3.700 riyal. Setiap jamaah mendapat subsidi sebesar 550 riyal.

Tahun 2012, jamaah hanya m e m b aya r s e wa p e m o n d o k a n sebesar 3.100 riyal. Padahal sewa pemondokan mencapai 4.300 riyal.

Jika pada 2011 jamaah masih dibebankan membayar general service fee sebesar 100 dolar AS dari total biaya sebesar 277 dolar AS, maka musim Haji 2012 ditanggung sepenuhnya oleh dana optimalisasi. “Itu berarti subsidi yang diterima jamaah semakin meningkat,” pa-parnya.

Selain itu, setiap jamaah juga mendapat subsidi untuk biaya kat-ering, asuransi, biaya pembuatan paspor. Semua digratiskan, karena ditanggung dari dana optimalisasi setoran awal.

Menag berjanji, subsidi untuk jamaah pada musim haji 2013 akan terus ditingkatkan. Terlebih, biaya sewa pemondokan yang akan terus naik.

Saat ini Pemerintah Arab Saudi sedang gencar melakukan per-luasan Masjidil Haram. Karena itu pemerintah harus mengelola dana optimalisasi ini agar meringankan jamaah haji. Sehingga, manfaatnya menjadi lebih besar.

PP Tentang DAU Sudah Terbit

DAU Capai Rp2,2 Triliun

Suryadharma Ali

Page 10: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

10 TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013

Rabiul Awal yang biasa disebut bulan Maulid meru-pakan bulan yang tidak per-nah terlupakan bagi seorang muslim. Pada bulan tersebut, tepatnya S enin, 12 Rabiul Awal bertepatan dengan 20 April 571 M, lahir seorang putra terbaik dari Bani Hasyim Bangsa Arab, sesosok pemuda teladan yang kemudian men-jadi pemimpin terbesar dunia.

M u h a m m a d, n a m a p e -mimpin terbesar dunia itu. Yang telah berhasil merubah wajah dunia menjadi bermak-na, dari gelap menjadi terang, dari kebodohan menjadi ber-peradaban. Dialah seorang yang telah mengantarkan ma-nusia kepada nilai kemanu-siaannya yang tinggi, dialah yang telah mengembalikan manusia kepada keberadaan yang sebenarnya, mulia dan sempurna.

Beberapa peristiwa luar biasa mengiringi kelahiran beliau, diantaranya adalah padamnya api pemujaan di Persi yang seribu tahun se-belumnya tak pernah padam sama sekali, hancurnya pasu-kan bergajah yang dipimpin Abrahah yang hendak meng-

Bulan Maulid merupakan bulan rahmat bagi kita semua. Rahmat karena kita memiliki peluang untuk membuktikan cinta kita kepada Rasulullah SAW dengan meneladaninya.

Rahmat yang sudah sepatutnya kita syu-kuri dengan memperbanyak shalawat dan menyenangkan kaum fakir miskin dengan bersedekah. Meneladani bel iau sebagai penolong yang lemah, yang selalu menda-hulukan kepentingan orang lain (umatnya) dari pada kepentingan pribadi atau golongan. Bahkan keberadaan rahmat itu mewajibkan kita selaku umat untuk menyambutnya den-gan gembira.

“Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka

Meneladani Rasulullah SAW, Bukan yang Lain

hancurkan ka’bah. Mereka hancur dit impa batu-batu panas yang dibawa burung-burung ababil yang sengaja dikir im Allah untuk mem-batalkan niat busuk mereka, ser ta banyak lagi kejadian luar bisa lainnya.

Kenyataan ini tentu saja membuat kita merasa berteri-ma kasih dengan kedatangan-nya. Sebagaimana laiknya kita sebagai umatnya, memperin-gati hari dan bulan ini sebaik-baiknya dengan melihat dan membaca kembali sejarah perjalanan pribadi dan ke-pribadian beliau. Allah selalu membimbing, mengarahkan dan mengingatkan orang–orang yang menginginkan kehidupan Akhirat. Dalam konteks ini Allah mengurai-kan dalam Al Qur ’an Surat Al-Ahzab ayat 21:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu ( y a i t u ) b a g i o r a n g y a n g mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Al-lah.” (QS Al-Ahzab 21).

Dalam f irman ini Al lah menegaskan bahwa orang-

orang yang menginginkan ke h i d u p a n A k h i rat, m a k a hendaklah mereka meniru kepribadian Rasulullah SAW. Menjadikan Rasulullah seb-agai panutan dan suri tau-ladan, bukan kepada yang lain. Sebuah pengakuan jujur d a r i s e o ra n g p e n u l i s n o n M u s l i m te l a h d i t u a n g k a n dalam buku seratus tokoh dunia tentang pribadi Nabi M u h a m m a d S AW. Pe n u l i s buku ini telah menempatkan Nabi Muhammad SAW pada tingkat pertama disusul oleh tokoh-tokoh dunia lainnya.

Ini semua karena beliau

Nabi Muhammad telah ber-hasil menghapuskan segala bentuk penindasan kepada masyarakat yang lemah, be-l iau menghapuskan sistim perbudakan yang jelas-jelas merendahkan martabat ma-nusia, beliau tutup jurang pemisah antara yang kaya dan miskin, beliau persatukan ma-nusia yang semula bermusu-han dan menjadikan mereka bersaudara, beliau berhasil meletakkan landasan kema-nusiaan, yaitu bahwa tidak ada perbedaan antara satu suku dengan lainnya, bangsa satu dengan bangsa lainnya,

bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan. (QS Yunus: 58).

Apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu? Para mufassir berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun dalam Ulumul Qur’an diterangkan bahwa menafsirkan ayat dengan ayat Al-Qur’an yang lain merupakan bentuk penafsiran yang paling kuat. Karenanya as-Suyuthi dalam ad-Durrul Mantsur menerangkan bahwa rahmat itu tiada lain adalah Rasulullah SAW.

Hal ini senada dengan kutipan Ibnu Abbas: Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah SWT adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muhammad SAW. Allah SWT telah berfirman

Rahmat bagi Semua

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS Al-Anbiya: 107).

Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah SAW memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya. Maka kalimat selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang

berbunyi ‘hendaklah mereka bergembira’ secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambut gembira atas rahmat tersebut. Dengan mengingat berbagai kisah hidupnya, mengingat kepahlawanannya dan mengingat kebijaksanaannya. Dan tidak lupa meneladaninya.

“Muhammad, nama pemimpin terbesar dunia itu. Yang telah berhasil merubah wajah dunia menjadi bermakna, dari gelap menjadi terang, dari kebodohan menjadi berperadaban. Dialah seorang yang telah mengantarkan manusia kepada nilai kemanusiaannya yang tinggi, dialah yang telah mengembalikan manusia kepada keberadaan yang sebenarnya, mulia dan sempurna”

komunitas satu dengan ko-munitas lainnya apapun war-na kulit dan keturunannya, tidak ada yang membedakan mereka kecuali takwanya ke-pada Allah, inilah nampaknya yang dimaksudkan.

Allah SWT dalam firman-Nya: “Dan tiadalah Kami men-gutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya 107).

Dengan ayat ini, jelaslah bahwa Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini bukan hanya untuk satu golongan atau komunitas tertentu, me-

lainkan untuk kesejahteraan manusia sedunia. Oleh karena itulah, beliau memiliki sifat-s i fat kepemimpinan yang luar biasa, mempunyai sifat keberanian dalam membawa kebenaran.

Merayakan hari kelahiran Rasulullah SAW yang biasa dilakukan melalui Peringatan Maulid Nabi, merupakan amal kebajikan. Jika amal ini dis-ertai dengan keihklasan dan niat yang lurus dengan penuh rasa kegembiraan dan kecin-taan atas kelahiran Rasulullah SAW akan menjelma sebagai sebuah ibadah.

SIRAH

Page 11: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013 11

Ditilik dari segi bahasa, konflik (dalam bahasa Inggris “conflict”) berasal dari bahasa Latin, yakni “configere” yang berarti saling memukul. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik diartikan sebagai percekcokan; perselisihan; dan pertentangan.

Secara sosiologis, konflik diartikan se-bagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Faktor Pemicu KonflikTidak ada satu pun kelompok ma-

syarakat yang bisa membebaskan diri dari konflik, baik konflik antar anggota atau dengan kelompok masyarakat lain, karena konflik akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Selama ada masyarakat, di situ dipasti-kan ada konflik. Yang berbeda hanyalah intensitas, kuantitas, dan jumlah korban. Berikut ini penulis akan menguraikan faktor pemicu konflik yang diutarakan oleh beberapa pakar.

Ralf Dahendrof, dalam bukunya Kon-flik dan konflik dalam Masyarakat Indus-tri, membagi konflik ke dalam empat jenis. Pertama, konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran/role). Kedua, konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar geng). Ketiga, konflik ke-lompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa). Keempat, konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara).

Dalam Wikipedia disebutkan bahwa ada empat faktor penyebab konflik. Per-tama, perbedaan individu, yang meliputi

perbedaan pendirian dan perasaan. Kedua, perbedaan latar belakang kebudayaan se-hingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Ketiga, perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Dan ke-empat, perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Sementara itu, Simon Fisher (et. al.) dalam buku Mengelola Konflik; Ket-rampilan dan Strategi untuk Bertindak memberikan beberapa perspektif men-genai sebab-sebab konflik. Pertama, teori hubungan masyarakat. Teori ini mengang-gap bahwa konflik disebabkan oleh po-larisasi yang terus terjadi ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.

Kedua, teori negosiasi prinsip. Teori ini menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi yang tidak selaras dan per-bedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.

Ketiga, teori kebutuhan manusia. Teori ini berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia—fisik, mental, dan sosial—yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Ke-amanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering sering merupakan inti pembicaraan.

Keempat, teori identitas. Teori ini berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.

Kelima, teori kesalahpahaman antar-budaya. Teori ini berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.

Keenam, teori transformasi konflik.

Teori ini berasumsi bahwa konflik disebab-kan oleh masalah-masalah ketidaksetara-an dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.

Solusi yang Ditawarkan al-Qur’an.

Islam sebagai agama yang syamil (komprehensif ) memberikan arahan bagaimana menyikapi faktor-faktor pe-micu konflik sehingga tidak menimbulkan kerugian dan kesengsaraan bagi umat ma-nusia. Karena keterbatasan ruang, berikut ini akan dijabarkan solusi yang ditawarkan Islam dalam menyikapi tiga faktor penye-bab konflik yang menurut hemat penulis paling dominan menyebabkan konlik di negeri ini, yaitu perbedaan identitas (suku, bangsa maupun agama), pengua-saan sumber ekonomi, dan ketidakadilan (kezaliman).

Pertama, perbedaan identitas. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa perbedaan identitas, baik jenis kelamin, suku, bangsa dan lain sebagainya adalah sunnatullah. Tujuan dari penciptaan yang berbeda-beda ini adalah agar manusia bisa saling mengenal.

Allah berfirman, “Hai manusia, sesung-guhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,” (QS al-Hujurat [49]: 13).

Dalam ayat di atas juga disebutkan bahwa tidak ada satu pun suku atau bangsa yang bisa mengklaim memiliki superioritas atas suku atau bangsa lain. Kedudukan semua suku atau bangsa sama di sisi Allah Swt. Kemulian di sisi Allah di-tentukan oleh kualitas ketakwaan, bukan karena faktor keturunan.

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbâh mengemukakan bahwa saling mengenal antar suku atau bangsa akan memberi manfaat. Saling mengenal antar suku atau bangsa, menurut Shihab, dibutuhkan untuk saling menarik pela-jaran dan pengalaman pihak lain guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt yang akan berdampak pada keda-maian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagian ukhrawi.

“Anda tidak dapat menarik pelajaran, tidak dapat melengkapi dan saling men-arik manfaat bahkan tidak dapat bekerja sama tanpa saling kenal mengenal,” kata Quraish Shihab ketika menafsirkan QS al-Hujurat ayat 13 (Tafsir al-Mishbâh, Vol. 13, h. 262).

Kedua, penguasaan sumber ekonomi. Penguasan terhadap sumber ekonomi, seperti kekayaan alam yang menjadi ke-butuhan orang banyak, oleh satu atau kelompok tertentu akan melahirkan kemiskinan masyarakat kebanyakan dan hanya menguntungkan sebagian orang. Maka lahirlah ketimpangan yang dalam antara satu kelompok dengan kelompok lain. Tentu saja ketimpangan ekonomi akan melahirkan kecemburuan yang bisa

berujung pada konflik terbuka. Karena itu, menurut sistem ekonomi

yang digariskan Islam, sumber ekonomi yang menjadi hajat hidup orang banyak, seperti air, api, padang rumput, hutan, tambang, tidak boleh dikuasi oleh individu, melainkan harus dikelola oleh negara. Hasil dari pengelolaan sumber daya alam ini harus dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk barang murah atau subsidi untuk kebutuhan primer semisal pangan, pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum.

Hal ini didasarkan pada Sabda Ra-sulullah Saw, “Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal; air, padang rumput gemba-laan, dan api. Harga (memperjualbelikan-nya) adalah haram,” (HR Ibnu Majah).

Ketiga, ketidakadilan. “Semut pun akan marah jika diinjak”, kata pepatah. Artinya, orang yang diperlakukan dengan tidak adil atau dizalimi suatu saat akan melawan. Karena itu, banyak konflik terjadi disebabkan perasaan diperlakukan tidak adil atau dizalimi oleh kelompok lain.

Dalam Islam, penegakan keadilan merupakan nilai yang fundamental. Kitab Suci al-Qur’an juga memerintahkan umatnya untuk berbuat adil (lihat misal-nya, QS al-Baqarah [2]: 282, QS an-Nisa’ [4]: 58, dan QS an-Nahl [16]: 90). Dalam satu ayat disebutkan bahwa berlaku adil adalah perbuatan yang mendekati takwa, sebagaimana firman-Nya, “Berlaku adillah, karena berlaku adil itu lebih dekat kepada takwa,” (QS al-Maidah [5]: 8).

Itulah arahan yang diberikan Islam dalam mengantisipasi terjadinya konflik yang disebabkan oleh faktor perbedaan identitas, ekonomi, dan ketidakadilan. Marilah kita praktikkan arahan Islam tersebut agar negeri ini damai dan aman sentosa, sepi dari konflik. Wallahu a’lamu bis shawab.

Penulis: adalah Deny Suito, pemerhati masalah sosial ke-agamaan dan alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Solusi Islam Mengantisipasi Konflik“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,” (QS al-Hujurat [49]: 13)”

FIQIH

Page 12: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

12 TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013

Politik adalah seni mengatur ma-syarakat. Politik bukanlah wujud kotor yang harus dijauhi. Ungkapan “politik itu kotor” hanya benar bila di dalam politik itu tidak ada etika atau akhlak. Kita sebagai bangsa relijius harus mengisi-kan muatan-muatan etis dan moral ke dalam politik. Tanpa misi ini, politik akan terus menjadi wilayah abu-abu yang banyak menghadirkan kemadaratan ketimbang kemaslahatan. Umat Islam tidak perlu pesimis terhadap masalah politik, karena sikap pesimis justru akan menjauhkan jarak politik dengan pemer-intah. Mengedepankan sikap optimis (husnudzan) justru lebih baik karena ia menjadi media dialog dan komunikasi politik yang baik. Inilah salah satu akhlak politik yang diajarkan oleh Islam.

Pentingnya Moral dan Etika dalam Politik

Pembicaraan tentang etika adalah pembicaraan tentang moral. Etika adalah sendi bagi kehidupan bermasyarakat. Manusia sebagai makluk politik me-merlukan itu sebagai perekat perilaku-perilaku sosial yang berakhlak dan beretika di dalam sebuah masyarakat. Karena itu, dalam politik keberadaan etika sangat penting.

Di sinilah perlunya moral dan etika diketengahkan. Moral merupakan nilai yang menentukan baik-buruk, benar-salah, yang akan dirasakan oleh manusia yang meyakini hidup ini punya makna. Moralitas adalah norma atau standar tingkah laku yang didasarkan atas pertimbangan benar-salah, baik-buruk. Persoalan moral adalah bagaimana manusia menahan diri sendiri, menunda kesenangan atau keinginan dan tidak hanya mementingkan diri sendiri. Lain halnya dengan binatang yang tidak bisa mengendalikan diri, karena binatang tidak memiliki moral.

Jadi, moral merupakan hal yang ha-rus dilakukan manusia. Moral menunjuk kualitas dan martabat kepribadian manusia. Pribadi yang dapat menegak-kan kebenaran dan keadilan sebagai kebajikan, serta menegakkan hak asasi yang seimbang dengan kewajiban asasi adalah contoh manusia yang memiliki kesadaran moral yang memadai. Se-dangkan etika membahas makna moral, merupakan pemeliharaan sistematis

tentang moralitas atau menyangkut upaya menjadikan moralitas sebagai landasan berperilaku. Dalam Islam bisa disebut akhlak sebagai pranata perilaku yang didasarkan pada nilai ihsan, nilai iman, dan nilai Islam. Sering dikenal akhlakul karimah yang bersumbar pada nilai Ilahiah (al-Qur’an dan Sunnah) yang mengatur ibadah dan mu’amalah, dan nilai Duniawi yang tidak berten-tangan dengan al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Menurut etika Islam, akhlak harus berkualifikasi ihsan untuk mencapai al-Islam. Pentingnya akhlak mulia itu sesuai dengan Hadist Rasulullah SAW “ Sesung-guhnya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan keutamaan akhlak.”

Etika politik merefleksikan kualitas moral para pelaku politik dan sekaligus masalah tatanan hidup kemasyara-katan, hukum, keadilan, karena etika politik akan berpegang pada nilai-nilai, norma, etik, dan moral. Etika politik melandaskan pada nilai keluhuran dan moral, dan tidak bertolak dari pandan-gan yang membolehkan cara-cara yang jahat untuk mencapai tujuan. Etika politik merupakan abstraksi moral untuk memberi arti bagi kehidupan politik, yang pada gilirannya akan memacu berfungsinya hati nurani para pelaku politik yang dimanifestasikan dalam tindakan. Etika politik menunjukkan ten-tang baik-buruk, benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan politik, sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban pelaku politik yang harus diikuti agar bersikap dan berperilaku benar, lurus, bersih, terpuji, dan konsisten memperjuangkan kesejahteraan rakyat.

Pancasila Sebagai Sumber NilaiPara the founding fathers bangsa

ini dengan legowo telah menyepakati Pancasila sebagai dasar negara Indone-sia. Keberadaaan Pancasila memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya adalah “Pancasila sebagai suatu sistem nilai dan etika”. Bangsa Indonesia dengan dasar Negara yang dimilikinya telah diakui dan dikenal oleh dunia internasional sebagai salah satu negara yang memiliki etika yang baik, rakyatnya yang ramah tamah, sopan santun yang dijunjung tinggi dan banyak lagi, dan pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab didunia.

Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pan-casila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan

negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Yakni: nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, serta nilai keadilan.

Upaya mewujudkan pancasila seb-agai sumber nilai adalah dengan menja-dikan nilai dasar Pancasila sebagai sum-ber pembentukan norma etik (norma moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat diwujudkan kedalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai etika politik di-dasarkan atas sila-sila yang terkandung di dalamnya. Dalam pelaksanaan dan pe-nyelenggaraan Negara, Pancasila sebagai etika politik menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan: Pertama; Asas legalitas atau legitimasi hukum, yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku dalam negara RI yang berdasarkan Pancasila; Kedua; Disahkan dan dijalankan secara demok-kratis; Ketiga; Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak berten-tangan dengan moral.

Khazanah Etika Dalam Politik Islam

Islam merupakan agama moral. Ibnul Qayyim bahkan mengatakan bahwa semua isi agama adalah etika. “Barangsiapa bertambah etikanya, maka bertambah pula agamanya”, kata Ibnul Qayyim. Ungkapan ini menunjukkan perhatian Islam terhadap masalah moral dan etika yang tujuannya adalah untuk menegakkan kehidupan yang lebih adil, harmonis, dan kemauan untuk bekerja sama. Selain itu, sebuah Hadis Nabi mengatakan, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti” (HR. Bukhari).

Logika hadis ini hendak mengemu-kakan bahwa masyarakat tidak akan sempurna tanpa moral atau budi pekerti (akhlak). Nabi tidak perlu diutus jika tidak ada misi penyempurnaan moral. Masalah moral, karena itu, terkait dengan kehidu-pan bersama baik di dalam masyarakat maupun negara. Kumpulan orang-orang di dalam suatu masyarakat harus diikat oleh suatu konsensus-konsensus sosial yang bermoral sehingga kepentingan setiap orang tidak saling bertabrakan. Itulah sebabnya, kepemimpinan dibu-tuhkan untuk mengorganisasikan ber-bagai kepentingan itu dalam wadah sistem politik.

Pemerintahan Nabi Muhammad SAW di Madinah adalah pemerintahan yang berjalan berdasarkan moral al-Qur’an. Hukum ditegakkan dan ketida-kadilan tak boleh hidup di sana. Selama pemerintahannya, Nabi di samping ber-pegang pada wahyu juga mengajak bermusyawarah dengan para sahabat-nya. Karena itu, hamper bisa dikatakan tidak ada gerakan perlawanan yang berarti menggerogoti pemerintahannya. Hal ini terjadi karena dua hal. Pertama, pemerintahan Nabi Muhammad SAW berlandaskan etika. Kedua, tindakan makar tidak diperkenankan karena ia sama dengan melanggar kepatuhan kepada ulil amr dan Rasulullah.

Dalam politik itu ada etika. Kritik har-uslah disampaikan secara konstruktif dan dengan alasan-alasan yang rasional serta mengedepankan etika moral sehingga ia berguna bagi perubahan-perubahan kebijakan pemerintahan.

Selanjutnya, dalam pemerintahan para Khulafi’ al-Rasyidin juga telah menampilkan sebuah etika pemerin-tahan. Supremasi hukum ditegakkan dan kepentingan rakyat dikedepankan. Masa pemerintahan Khulafi’ al-Rasyidin dinilai banyak sejarahwan sebagai paling etis, bermoral, dan demokratis meski ada se-jumlah kelemahan-kelemahan. Namun kelemahan-kelemahan itu ditutup oleh kecemerlangan etis yang menghadirkan keadilan dan rasa aman.

Pelajaran praktik politik dalam seja-rah Islam di atas harus menjiwai moral masyarakat Indonesia. Para pemimpin bangsa harus mengusung tema-tema moral dan etika sebagai dasar kepe-mimpinan politik. Dengan dasar etika, sebuah kepemimpinan akan menampil-kan keadilan, keluhuran budi, kepekaan terhadap rakyat, dan memiliki visi kes-ejahteraan bagi semua.

***

Untuk mempelajari, memahamami, serta mencari model etika politik yang baik tidak harus jauh-jauh ke pergi sam-pai ke Yunani yang memakan biaya tidak sedikit, sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa anggota Parlemen kita beberapa saat lalu. Apalagi anggaran tersebut bersumber dari uang rakyat. Kita tahu saat ini sebagian rakyat kita masih ada di barak-barak pengungsian akibat berbagai bencana alam dengan kondisi memprihatinkan dan membutuhkan bantuan yang mendesak. Alih-alih be-lajar etika politik jangan sampai justru mencederai etika dan perasaan rakyat itu sendiri yang sedang menderita. Alangkah bijak dan beretika-nya apabila para wakil rakyat tersebut menunjukan ‘sedikit’ empatinya dengan membatalkan atau paling tidak menunda untuk sementara waktu. Menurut hemat kami itu akan lebih baik dan sesuai dengan etika politik yang berlaku universal. Termasuk dengan falsafah Pancasila serta nilai-nilai moral agama (Islam) yang ada.

Figur kepemimpinan Nabi Muham-mad SAW serta sosok beliau yang lembut, santun, dan bermartabat juga dapat dijadikan rujukan dan suri tauladan untuk membangun satu system etika politik yang bermartabat. Karena beliau adalah sosok pemimpin yang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang kehidupan. Mulai dari pengembangan diri, bisnis dan kewi-rausahaan, rumah tangga, etika politik yang bermartabat,, system pendidikan yang bermoral, hukum yang berkeadilan, strategi pertahanan dan keamanan yang menjamin seluruh warga Negara.

Semoga sosok dan suri tauladan kepemimpinan beliau dapat menginspi-rasi kita semua, terutama para pemimpin serta elite politik bangsa ini, dalam rangka mengembangkan etika politik yang lebih bermartabat.

Mengedepankan EtikaBerpolitik Yang Bermartabat

Oleh : Suprapto

POLITIK ISLAM

Page 13: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013 13

Toleransi (Arab: as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, mau-pun agama. Toleransi, karena itu, merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam.

Dalam konteks toleransi antar-umat be-ragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”, “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta histo-ris itu menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing. Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka.

Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam.

Konsep Toleransi Dalam IslamIslam sendiri secara definisi adalah “damai”,

“selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’lamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dia-log dan toleransi dalam bentuk saling menghor-mati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tidak mungkin disa-makan. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, “dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”

Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menan-daskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu (ya Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun saw atau com-mon values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhan-tuhan” selain Allah!” Ayat ini mengajak umat beragama (teru-tama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan meng-hormati. Ayat ini juga mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi konflik’.

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan uni-versal juga menyatakan, “sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di lanit kepadamu”. Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan

Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlind-unginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.

Fakta historis toleransi juga dapat ditunjuk-kan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.

Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, se-bagai bagian dari inti toleransi, menajdi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.

Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini. Dalam hal ini, al-Qur’an menyatakan yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah agama menurut cara (Alla); yang alamiah sesuai dengan pola pemberian (fitrah) Allah, atas dasar mana Dia menciptakan manusia…”

Toleransi beragama menurut Islam bu-kanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghor-mati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya.

Islam menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap a historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan.

Pasang Surut Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia

Dalam konteks Indonesia, hubungan antar-inter agama atau toleransi beragama mengalami pasang surut. Paling tidak dalam dekade tahun terakhir Indonesia menjadi sorotan komunitas keberagamaan Internasi-onal. Indikasinya adalah ketika Indonesia be-berapakali didaulat sebagai tuan rumah untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan keberlangsungan kehidupan keberagamaan, baik dalam lingkup regional maupun global. Sebagai bangsa yang mayoritas masyarakatanya muslim namun tetap dapat hidup berdampingan bahkan mengayomi kaum minoritas menjadi pertimbangan tersendiri yang diakui oleh komunitas Internasional, tidak berlebihan ketika ada yang beranggapan bahwa Islam di Indonesia telah dipraktikan secara lebih terbuka dan moderat jika dibandingkan dengan praktik-praktik ajaran Islam di beberapa negeri muslim asal ajaran Islam untuk pertamakali di turunkan, Jazeerah Arab mupun Timur Tengah pada umumnya.

Anggapan demikian bukan tanpa dasar,

kita dapat merujuk mulai dari proses masukan (penetrasi) Islam ke wilayah Nusantara melalui akulturasi budaya dan media perkawinan dan perdagangan menjadi indikasinya. Metode dakwah yang diaplikasikan oleh walisongo (sembilan wali penyebar agama Islam di tanah Jawa) dengan tidak meninggalkan tradisi dan kearifan lokal pada masa itu juga menjadi indi-kasi kuat lainnya bahwa toleransi ajaran Islam yang terbangun di Indonesia sudah dimulai sejak awal masuknya Islam di wilayah Indonesia atau wilayah Nusantara pada masa itu.

Jika ditarik dari catatan sejarah perjuangan bangsa, sebenarnya kehidupan toleransi kehidu-pan antar umat beragama juga dapat kita baca. Perjuangan dan dinamisasi demokrasi bangsa Indonesia, sejak awal kemerdekaan hingga kini, telah terbangun dalam nuansa toleransi etika beragama yang sangat kental. Contoh nyatanya adalah waktu perumusan dasar negara kita yang melibatkan berbagai elemen agama. Terlepas dari segala kontroversi ceritanya, saat itu elemen Islam merupakan elemen yang paling dominan. Jika saja saat itu umat Islam Indonesia tidak bertoleransi sedikitpun pada elemen agama lain, maka hingga kini tujuh kata di sila pertama Pancasila kita masih menjadi sarana untuk bertikai antar umat beragama.

Padahal kita tahu bersama, bahwa tetes darah perjuangan ini juga didominasi oleh santri dan ulama. Dan sekali lagi, kalau saja itu menjadi dalih, tentulah itu sudah cukup untuk ‘meming-girkan’ elemen-elemen lainnya. Tetapi betapa luar biasanya bangsa ini, umat Islam Indonesia masih menjunjung tinggi nilai toleransi. Umat islam rela menghapus tujuh kata tersebut demi keutuhan Negara Republik Indonesia.

Dan bangsa ini pun juga memaklumi, bahwa agama dan politik adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Walaupun tidak secara frontal dan tetap dalam koridor toleransi, nilai-nilai islam telah mengidentitaskan dirinya secara lembut dalam sendi kehidupan bangsa, dan akhirnya dapat diterima oleh semua elemen tanpa ada kekisruhan yang berujung pada tindakan anarkis.

Oleh karena itu ketika akhir-akhir ini paham-paham transnasional (paham Islam yang berasal dari luar) di impor dan dipraktikan secara mentah-mentah tanpa memperhatikan tradisi dan kearifan lokal yang telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat kita. Hal tersebut seringkali menimbulkan gesekan antar sesama umat. Tidak hanya dengan dengan umat non-muslim dengan sesama muslim yang berbeda faham pun bisa saling mengkafirkan. Sebagai dampaknya hubungan harmonis dan toleransi antar dan inter penganut agama yang sebelumnya terjalin kuat menjadi kurang harmonis, bahkan cenderung mengalami kete-gangan, menimbulkan sikap saling mencurigai, saling benci, dan gejala-gejala sosial yang merusak serta kontraproduktif dengan perwu-judan cita-cita luhur para the founding fathers bangsa ini yang ingin menjadikan bangunan Indonesia sebagai rumah yang aman nyaman dan aman bagi setiap warga bangsa apapun dan darimanapun latar belakangnya.

Kondisi yang demikian dapat kita rasakan paling tidak pada dekade terakhir ini beberapa aksi teror dan beberapa peristiwa kerusuhan berbau SARA (suku, agama, dan ras) yang sempat terjadi di beberapa wilayah Indonesia menjadi catatan hitam yang mewarnai kehidu-pan toleransi keberagamaan kita. Meski saat ini konflik tersebut telah berhasil diatasi, namun hingga saat ini sisa-sisa ketegangan yang di latarbelakangi sentimen paham keagamaan tertentu, masih menguat.

Persoalan ini cukup memprihatinkan dan tidak dapat dibiarkan terus berlarut, karena sentimen SARA adalah persoalan yang paling

murah dan mudah disulut untuk mengobarkan semangat permusuhan antar sesama warga bangsa, apalagi ketika sentimen tersebut telah dibumbui dengan aroma kepentingan politik dan kekuasaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Untuk itu kesadaran sebagai warga bangsa yang terikat hak dan kewajiban untuk menjaga serta memelihara semangat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah salah satu syarat mutlak yang harus ditanamkan kedalam diri setiap masyarakat dan seluruh komponen bangsa Indonesia apapun dan darimanapun latar belakang kita berasal.

Aturan dan Hukum Sebagai PanglimaWujud kesadaran sebagai warga negara

Indonesia yang baik tercermin dari kesadaran dalam mentaati peraturan dan hukum yang berlaku. Hal ini berlaku bagi setiap warga negara Indonesia, tanpa kecuali termasuk bagi umat Islam. Karena Islam sendiri mengajarkan untuk mentaati ulil amri (penguasa/pemerintah) beserta segala kebijakan yang ada, sejauh tidak menjerumuskan kita untuk menentang Allah SWT; sebagaimana tertuang dalam Al Quran yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (terj. QS. An Nissa: 59).

Melalui ayat ini Allah memerintahkan kita semua untuk taat kepada Allah, yaitu dengan mengikuti kitab-Nya, dan menaati Rasulullah SAW dengan mengikuti sunnahnya, serta menaati para pemimpin (ulul ‘amri) di antara kita, baik ulul ‘amri dari kalangan ulama atau umara (penguasa). Pemahaman semacam ini diperterkuat dengan tegas oleh Nabi SAW dalam sabdanya; ”Wajib atas setiap orang muslim untuk mendengar dan menaati, baik dalam hal yang ia suka atau yang ia benci, kecuali kalau ia diperintahkan dengan kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan menaati.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Hal ini atau prinsip ini bukan hanya berlaku dalam hubungan interaksi antara rakyat dan pemerintah dan ulama akan tetapi berlaku dalam segala urusan, sampai-sampai dalam hubungan antara anak dan orang tuanya prinsip ini tetap berlaku dan wajib diindahkan oleh setiap muslim. Perhatikanlah firman Allah SWT berikut ini: “Dan jika keduanya (Ayah dan ibu) memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu patuhi keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (terj. QS. Luqman: 15).

Dan masih banyak lagi dalil serta ket-erangan para ulama tentang prinsip ketaatan kepada sesama manusia, baik pemerintah, atau orang tua, atau atasan dalam sebuah organisasi, perusahaan, pemerintah dan yang lainnya, yang semuanya menguatkan apa yang di utarakan disini, yaitu ketaatan kepada pen-guasa beserta aturan dan hukum yang berlaku wajib hukumnya selama tidak menjerumuskan dan menghalangi kita untuk melaksanakan perintah Allah SWT.

PenutupIslam adalah rahmat bagi seluruh umat

manusia dan alam. Kehidupan yang tentram dan rukun akan terwujud manakala dalam setiap hati umat Islam tertanam sikap toleransi yang tinggi, baik terhadap manusia sebagai mahluk individual, sosial, maupun sebagai mahluk beragama. Toleransi tidak sebatas mensyarat-kan dengan cukup membiarkan atau tidak menyakiti kelompok/orang lain, lebih dari itu

toleransi berupaya untuk saling mendukung dan memberi motivasi terhadap kelompok lain. Sehingga timbul rasa aman dan kerjasama yang saling sinergis.

Dalam konteks bangsa Indonesia, sudah saatnya solidaritas dan toleransi antar umat, antar golongan, hingga antar sesama warga bangsa tidak hanya menjadi slogan semu yang tidak memiliki makna. Kecenderungan ingin menang sendiri, menganggap paling benar sendiri, merasa paling berhak atas negara ini menjadi benih-benih konflik yang mudah tersulut oleh persoalan-persoalan kecil dan sepele harus segera di kikis. Kesadaran sebagai bagian dari warga negara yang memiliki hak dan kewajiban serta kedudukan sama dimata hukum menjadi modal untuk membangun toleransi antar sesama baik dalam menyikapi persoalan-persoalan yang bersifat vertikal maupun horisontal.

Ketika kesadaran tersebut tertanam dengan baik dalam disi setiap warga bangsa maka semes-tinya persoalan-persoalan seperti insiden Jemaat HKBP dengan warga sekitar komplek perumahan Mustika Jaya di Bekasi tidak perlu terjadi, apalagi membawa persoalan tersebut kedalam persoa-lan Agama. Berdasarkan informasi dari sebuah sumber, insiden itu sendiri bermula dari persoalan biasa yaitu pengaduan beberapa warga sekitar perumahan tersebut yang merasa terganggu dan tidak nyaman dengan aktifitas sekelompok orang yang melakukan aktifitas ibadah tidak pada tempatnya kepada Pemerintah Kota Bekasi. Karena berlarutnya persoalan tersebut hingga terjadilah insiden 12 September 2010 yang menyebabkan dua orang Jemaat HKBP tersebut mengalami luka-luka. Kita menyayangkan dan turut prihatin dengan peristiwa tersebut. Kita saling mengingatkan, mudah-mudahan semua pihak dapat menahan diri dan tidak terprovo-kasi untuk melakukan tindakan lebih jauh yang melawan hukum apalagi menyeret persoalan hukum tersebut seolah-olah menjadi konflik an-tar agama, selain beresiko menimbulkan konflik horisontal yang akan merugikan kedua belah pihak tindakan tersebut juga kontraproduktif dengan upaya penegakan hukum itu sendiri.

Selanjutnya peran pemerintah sebagai ‘ulil amri’ seyogyanya dapat berdiri sebagai jembatan penghubung untuk mendekatkan perbedaan-perbedaan yang ada ditengah masyarakat, bukan justru sebaliknya apalagi berpihak kepada salah satu pihak. Jadikan hukum sebagai panglima dengan tetap mengedepankan moral dan etika sebagai pengawalnya. Agar negara tidak lagi keliru mengambil perannya sebagai pembuat aturan hukum maka dalam menyusun aturan soal agama, negara wajib mengacu pada empat kaidah penuntun hukum nasional, yaitu hukum itu harus bertujuan dan menjamin integrasi bangsa baik secara teritorial maupun ideologis, formulatif membangun demokrasi, memban-gun keadilan sosial, dan membangun toleransi beragama serta berkeadaban. Dalam soal aturan beragama, kaidah pertama dan keempat mutlak dijadikan patokan. Ini diperlukan bukan saja karena persoalan pengaturan soal agama adalah soal yang sensitif, melainkan karena konstitusi memang menginginkan demikian.

Tidak ada lagi golongan yang merasa paling berhak dengan mengabaikan hak golongan yang lain, tidak akan ada persoalan yang dapat terse-lesaikan dengan baik ketika sikap toleran atau kemampuan serta kemauan untuk memahami pihak lain tidak ada. Dengan sikap toleran dan kesadaran sebagai warga Negara yang baik, kita akan mampu menemukan jalan keluar dan prob-lem solving yang pantas dan mengangkat mar-tabat serta harga diri kita dalam berbagai bidang kehidupan. Mari kita bangun, kita jaga dan kita kelola keragaman ini dengan rasa saling meng-hargai dan menghormati. Wallahu’alambishawab. (referensi: berbagai sumber)

Membangun Toleransi Tanpa Intimidasi

OASE

Page 14: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

14 TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013

BATAM – Ketua Persatuan Mubaligh Batam (PMB), Zulkar-naen Umar mengharapkan menin-gkatnya peran mubaligh di tengah umat. Setiap mubaligh dituntut memiliki kemampuan dalam menenangkan masyarakat, ketika terjadi pergolakan dan konflik di masyarakat.

“Mubaligh jangan jadi provo-kator dan harus mampu menyele-saikan masalah sekecil apapun,” ujarnya dalam pelatihan PMB 2012 di Hotel Harmoni One Batam Centre, Selasa (16/10/2012).

Selain itu, lanjut Zulkarnaen, Mubaligh juga harus mampu menyikapi perkembangan ajaran-ajaran agama Islam. Mengin-gat saat ini, sudah mulai banyak berkembang aliran-aliran agama

BATAM – Masyarakat harus mampu menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai agama ini meru-pakan ruh bagi pandangan hidup dalam kehidupan di masyarakat dalam bingkai ideologi Pancasila. Jika nilai-nilai agama disusun dalam suatu sistem dan diproyeksikan dalam suatu negara, maka dapat menjadi ideologi dalam negara tersebut.

Akademisi yang juga sebagai staf Pemko Batam, Syamsul Bahrum menyatakan, untuk menjadikan nilai-nilai agama sebagai ideologi, terkadang terbentur dalam proses demokrasi. Dimana dalam proses demokrasi, faktor kuantitas (jum-lah) lebih mempengaruhi diband-ing kualitas itu sendiri.

“Ada konstitusi yang men-gatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Sementara kon-stitusi sendiri terlahir dari proses demokrasi yang mengedepankan faktor kuantitas dan relatif. Sedan-gkan nilai-nilai agama berasal dari kitab suci yang absolut,” katanya dalam Seminar Keagamaan yang diselenggarakan Forum Pember-dayaan Pesantren Kepri di Pondok Pesantren Hidayatullah Batuaji, Rabu (28/11/2012).

Nilai-nilai agama bisa menjadi ideologi sepanjang ajaran agama mampu direfleksikan dalam ke-hidupan sehari-hari. Tidak hanya menjadikan agama sebatas proses reaktif bagi pemeluknya. Untuk itu, diperlukan kemampuan dalam memberikan pemahaman bagi pentingnya penerapan nilai-nilai agama secara universal di tengah kehidupan masyarakat.

Dalam memberikan pemaha-

BATAM – Menteri Agama (Menag), Suryadharma Ali menyatakan, tantangan yang dihadapi lembaga pendidikan pondok pesantren semakin berat. Apalagi melihat fenomena saat ini terjadi penurunan lembaga ini dalam melahirkan ulama-ulama baru.

“Kalau ulama meninggal susah cari pengganti. Pondok pesantren dalam waktu dekat tidak dapat langsung mewu-judkan ulama baru,” kata Menag pada halaqah pimpinan pondok pesantren dan tokoh pendidikan Islam di Batam beberapa waktu lalu.

Menurut Suryadharma, pondok pesantren harus beru-paya mengantisipasi masalah tersebut. Sehingga senantiasa ada ulama disamping memiliki ilmu pengetahuan yang luas juga memiliki ciri-ciri kepribadian khusus seperti keikhlasan, mau berjuang keras serta memiliki kepedulian sesama.

S elain masalah tersebut, pondok pesantren juga menghadapi tantangan lain. Yakni semakin melemahnya penguasaan para santri terhadap kitab-kitab kuning, kitab berbahasa arab sebagai standar literatur pondok pesantren.

Kelemahan ini disebabkan oleh beberapa hal. Dianta-ranya menurunnya konsentrasi pengembangan tafaqquh fiddin, baik yang berkembang di pondok pesantren maupun lembaga lembaga pendidikan keislaman lainnya seperti madrasah dan perguruan tinggi Islam.

Padahal tafaqquh fiddin sangat diharapkan untuk men-garahkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dan mengembangkannya di tengah masyarakat. Dalam konteks ini, konservasi dan pengembangan tafaqquh fiddin menjadi sebuah kebutuhan dan tidak dapat ditawar.

“Kalau kitab kuning diganti dengan terjemahan memang memudahkan, tapi dari segi keilmuan kurang tepat,” jelas Suryadharma.

Adapun tantangan lain pondok pesantren saat ini, adalah rendahnya respon lembaga ini menghadapi perubahan za-man. Semestinya pesantren cepat dalam inovasi berbagai hal, seperti kurikulum yang disesuaikan dengan perkem-bangan saat ini. Seperti penafsiaran Alquran yang sesuai dengan perkembangan zaman, tidak stagnan hanya sesuai fiqih dan sejarah.

Disamping itu, pesantren juga menghadapi tantangan menurunnya animo masyarakat untuk menempuh pendi-dikan di lembaga ini. Apakah dari pihak orang tua maupun anak-anaknya.

“Saya berharap dari pertemuan ini akan lahir gaga-san dan saran-saran bagaimana mengembangkan pondok pesantren yang lebih mandiri, modern dan tanpa harus meninggalkan jati diri dan kekhasnya,” kata Suryadharma dalam pertemuan yang dihadiri mantan Menag Said Aqil Al Munawar, Dirjen Pendidikan Islam Nur Syam, Ketua Komisi VIII DPR Ida Fauziah.

yang dikhawatirkan mengganggu ketentraman masyarakat.

“Mubaligh harus kritis melihat kondisi masyarakat dan segera laporkan ke PMB, MUI ataupun Kementerian Agama jika melihat ada perbedaan ajaran agama yang berpotensi meresahkan masyara-kat,” katanya.

Pelatihan PMB 2012 dibuka secara resmi oleh Walikota Batam, Ahmad Dahlan. Kegiatan yang diselenggarakan bagian dari Ke-sejahteraan Rakyat (Kesra) Pemko Batam ini diikuti sebanyak 100 mubaligh yang berasal dari daerah hinterland maupun mainland.

Kepala Bagian Kesra Pemko Batam, Alwi AR menyatakan, kegiatan dimaksudkan untuk menyatukan gerak langkah serta

man, seseorang harus mampu menguasai filsafat, sains dan teknologi. Dengan penguasaan fil-safat, sains dan teknologi, akan ter-bangun moral (spiritual quotient), sensitifitas (emotional quotient) dan mental (intelligent quotient) yang melekat pada diri seseorang. Sehingga mampu menerjemahkan nilai-nilai agama yang bisa diterima secara logika, disertai analisa dan data.

“Dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah dan dengan agama hidup menjadi terarah,” katanya.

Selain Syamsul Bahrum, keg-iatan ini juga menghadirkan se-jumlah narasumber lain, seperti dari Kementerian Agama (Kemenag) Kota Batam, Ridho Amir, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ba-tam, Effendi Asmawi dan Kasat Bimas Polresta Barelang, Syahril. Peserta terdiri atas para siswa SMA dan santri Hidayatullah serta Pe-nyuluh Kemenag Kota Batam.

Ridho Amir memaparkan, tantangan bagi penerapan nilai-nilai agama dalam bingkai ide-ologi Pancasila ada pada generasi muda saat ini. Generasi muda harus

persepsi para Mubaligh di Batam dalam membangun Batam men-jadi dunia yang madani. ”Pelatihan ini juga untuk memberikan pem-bekalan bagi para Mubaligh dalam membina akhlak para generasi muda yang agamis,” katanya.

Sementara itu, Ahmad Dahlan berpesan agar para pendakwah selalu mengingatkan masyarakat akan pentingnya ilmu agama bagi anak-anak. “Beri kesadaran pada para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka ilmu agama tapi bukan berarti harus masuk pesantren,” jelasnya.

Sebagai daerah dengan ma-syarakat multietnis, Dahlan juga mengingatkan agar para penda-kwah memiliki wawasan yang luas. Karena semakin beragam dan

mendapatkan bekal yang cukup selama mendapatkan pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal seperti pondok pesantren. Sehingga generasi muda memiliki akhlak dan karakter untuk mem-perbaiki kondisi kepemimpinan dan moral yang mencemaskan yang dapat menciderai keluhuran martabat kemanusiaan.

“Pondok pesantren harus mampu menjawab tantangan za-man ke depan. Dengan membentuk generasi muda yang mampu men-gelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang berlimpah dan memanfaatkan SDM yang dimiliki tanpa harus meninggalkan empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI,” jelasnya.

Kepala Kementerian Agama Kota Batam, Zulkifli Aka juga mem-berikan penekanan khusus menge-nai pembentukan akhlak generasi muda. Peran pondok pesantren sangat strategis dalam memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi umat. Seperti terjadinya marginalisasi atau disfungsi peran dalam masyarakat, baik pada tata-ran keluarga maupun komunitas.

kompleksnya masalah sosial yang ada di Batam.

berdakwah di Batam, perlu strategi yang khusus. Ditunjang dengan kemampuan dan penge-tahuan yang mumpuni serta ilmu yang komprehensif.

Serta terjadinya kemiskinan fungsi agama dalam kehidupan manusia, berkembangnya prilaku anti-sosial dalam masyarakat, merosotnya nilai kemanusiaan dan merosotnya kepercayaan diri umat terhadap norma, nilai-nilai, ajaran baik yang mereka miliki.

“Perlu adanya keistiqomahan dan kesabaran dalam menjalankan program-program keummatan. Sebagaimana kesabaran Nabi Ayub AS yang tidak pernah berputus asa akan nikmat Allah SWT. Dan ini akan berhasil dengan disertainya akhlak yang baik,” kata Zulkifli saat membuka kegiatan secara resmi.

Sementara itu Ketua Forum Pemberdayaan Pesantren Provinsi Kepri, Rizaldy Siregar menyatakan, kegiatan seminar dilakukan dalam rangka memperingati 1 Muharram dengan semangat hijrah. Perjalanan hijrah merupakan perpindahan un-tuk menuju kehidupan yang lebih baik. Kegiatan ini merupakan satu rangkaian dari sejumlah kegiatan yang telah dilakukan di sejumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepri. Untuk menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan bangsa In-donesia.

“Forum Pondok Pesantren merupakan mitra Kementerian Agama untuk menjalankan pro-gram dalam memikul bersama kerja-kerja keumatan,” katanya. Dalam kesempatan tersebut, Forum Pemberdayaan Pesantren Provinsi Kepri juga menyerahkan beasiswa kepada 10 siswa SMA Hidayatullah Batuaji. Beasiswa kepada siswa berprestasi ini guna memotivasi siswa-siswa lainnya untuk lebih meningkatkan prestasi dan kualitas sumber dayanya.

Mubaligh Jangan Jadi ProvokatorUlama Pesantren Makin Langka

Nilai-nilai Agama Sebagai Ruh Ideologi Pancasila

Zulkarnaen Umar

PESANTREN

Page 15: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

TABLOID SYI’AR ISLAMJanuari s/d Februari 2013 15

Menutup rangkaian kegiatan Hari Amal Bhakti Kementerian Agama Ke 67, Kementerian Aga-ma (Kemenag) Kota Tanjungpi-nang menyelenggarakan bhakti sosial. Kegiatan dilaksanakan di Tanjung Duku, Kelurahan Dompak, Kecamatan Bukit Bestari, Minggu (20/1/2013).

Seluruh karyawan dan kary-awati Kemenag Kota Tanjungpi-nang mengikuti kegiatan yang diawali dengan tausyiah Maulid Nabi Muhammad SAW 1434 H oleh Ustadz H. Abdul Manan AR tersebut. Dalam kesempa-tan tersebut, juga diserahkan Al-Qur’an, sumbangan dari unit dan satker di lingkungan Kemenag Kota Tanjungpinang.

Dalam sambutannya, Kepala Kemenag Kota Tanjungpinang, Abu Sufyan menyampaikan, inti Hari Amal Bakti Kemenag ke-67. Yakni silaturahmi dan sarana untuk lebih mendekatkan Kemen-terian Agama dengan masyarakat hiterland.

“Selama ini, masyarakat hinterland banyak yang kurang mengenal Kementerian Agama,”

Metode membaca Al Qur’an di Indonesia kian berkembang setelah era kebangkitan yang dimulai tahun 1980-an. Selan-jutnya bermunculan lebih dari 70 metode menyebar di seluruh Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. Metode Iqro bahkan digunakan oleh Kementrian Pen-didikan Malaysia sebagai metode resmi pembelajaran Al Qur’an di tingkat sekolah dasar.

Pada umumnya puluhan metode cepat membaca Al Qur’an selalu diawali dengan mengenal-kan huruf a, ba, ta dan seterusnya. Namun berbeda dengan metode Kibar yang langsung mengenal-kan huruf hijaiyyah yang hampir sama bunyinya seperti “sa” dengan “tsa”, kemudian dilanjutkan den-gan “sya” dan seterusnya.

“Hasilnya, anak-anak usia TK telah bisa fasih membaca Al Qur’an tidak lebih dari enam bulan,” ungkap Trainer Metode Kibar Kota Batam, Aminudin Hadi.

Kreatif, Inovatif, Brilian, Aktif dan Religius (KIBAR) dikembang-kan sejak tahun 2004 lalu di Yog-yakarta. Metode Kibar dituangkan dalam buku yang terdiri dari tiga jilid dengan beberapa keunggulan. Seperti desain cover yang menarik, beraneka warna membuat anak

Masyarakat Tanjung Duku Belum Tersentuh Dakwah

katanya.Kegiatan diakhiri dengan ra-

mah tamah bersama masyarakat setempat. Kesempatan tersebut dimanfaatkan masyarakat setem-pat untuk menyampaikan kelu-han dan masukan. Diantaranya, minimnya kegiatan keagamaan atau dakwah di daerah berpen-duduk 29 kepala keluarga tersebut.

Selain itu, masyarakat Tanjung Duku juga mengeluhkan belum adanya fasilitas pendidikan dan wadah aktivitas keagamaan. Sep-erti belum adanya Taman Pendi-dikan Al Qur’an (TPA) dan belum terbentuknya majelis taklim.

Menanggapi informasi terse-but, Abu Sufyan mengintruksikan Kepala KUA Kecamatan Bukit Bestari untuk menggerakkan kegiatan keagamaan bagi ma-syarakat Tanjung Duku. Dengan menjadwalkan pengajian rutin guna memberikan bekal agama ke masyarakat dan memfasilitasi pembukaan TPA dan majelis tak-lim di surau Al-Mukhlisin, satu-satunya surau di Tanjung Duku. (Sumber: Humas Kemenag Kepri)

menyukai buku sehingga bisa me-numbuhkan minat belajar, hanya tiga jilid sehingga anak tidak cepat bosan dan anak dikenalkan irama murottal sejak dini.

Agar metode ini efektif dan mampu diterapkan dengan baik, lebih tepat diajarkan oleh guru yang fasih dan memahami dunia anak usia dini. Serta mampu memanajemen kelas dengan memperhatikan karakter anak.

“Karena itu, sebelum mu-lai dan saat menerapkan Kibar, pada umumnya guru-guru wa-jib mengikuti pelatihan tingkat dasar dan tingkat lanjut yang merupakan praktek metodologi mengajar dan melatif kefasihan guru,” katanya.

Penyusun buku KIBAR yang juga pembina TK Alquran KIBAR Yogyakarta, Hj RWSB Maimanati menuturkan bahwa tidak lebih dari enam bulan santri cilik di TK yang dikelolanya telah menamat-kan KIBAR A, B dan C. Mereka mampu membaca Alquran secara fasih dengan irama murottal dan tajwid yang benar.

“Di Yogyakarta, metode Iqro masih diterapkan di kelas TPQ. Sedangkan KIBAR umumnya diterapkan untuk jenjang TK dan sekolah formal,” katanya.

Cepat Baca Al Qur’anDengan Metode Kibar

Delapan puluh dua tahun lalu. Tepatnya 30 November 1930 atau 9 Rajab 1349 H. Ketika itu sekelompok pelajar Maktab Islamiyah Tapanuli di Medan yang dipimpin Abdurrahman Syihab, mendatangi Syeikh H Muhammad Yunus, sebagai ulama kharismatik dan guru mereka.

Kaum terpelajar yang rata-rata baru berumur 20 sd 26 tahun yang menamakan diri dengan : “Debating Club”, kelom-pok diskusi, bermaksud meminta Yunus memberi nama oragnisasi yang mereka bentuk. Oleh al-marhum Yunus diberi nama : “ Al-Jam’iyatul Al-Washliyah”, yang bermakna perhimpunan/organisasi yang menghubung-kan.

Semula, nama tersebut terasa asing di telinga, dan jarang dilafazkan. Anak muda yang memiliki semangat dan dedikasi yang tinggi terhadap umat, terdiri dari Ismail Banda, Abdurrahman Syihab, Arsyad Thalib Lubis, Adnan Nur, M Yusuf, dan Syamsuddin, akhirnya me-nyetujui nama yang diusulkan oleh guru mereka sebagai nama organisasi.

Ide dasar pembentukan Al-Washliyah ketika itu seb-agai respon terhadap situasi perkembangan dinamika sos-ial masyarakat di Kota Medan khususnya, tentang perbedaan pemahaman dan cara pan-dang keagamaan yang bersifat fiqhiyah. Perbedaan itu terjadi di kalangan kelompok “tua” dan “muda” yang kerap terjadi perbedaan pemahaman dan cara pandang tentang ibadah, bukan hanya soal ushuliyah, dasar-dasar ketauhidan, bahkan soal-soal yang furu’iyah pun kerap terjadi perdebatan, seperti soal qunut, ziarah kubur.

Waktu pun terus berjalan. Tahun demi tahun, al-Washliyah pun berkembang di berbagai daerah, terutama di Sumatera Utara. Dari Medan, Al-Washliyah mengembangkan organisasinya ke berbagai daerah di Nusan-tara, seperti Sumatera, Indonesia Timur, Kalimantan dan Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

Bankan, khusus di Kepri,

Al- Washliyah didirikan pada tahun 1995, sebagai Cabang dari Riau dan kini telah terbentuk pengurus wilayah dan pengu-rus daerah untuk kabupaten kota. Alhamdulillah, untuk per-ayaan milad Al-Washliyah ke 82 tahun 2012 ini, Jum’at, 21 Desember, Kepri mendapat ke-percayaan sebagai tuan rumah dalam memperingati hari lahir organisasi yang berdiri sebelum kemerdekaan RI.

Kini, al-Washliyah yang memiliki berbagai organisasi bagian telah mengembangkan dirinya ke berbagai amal dak-wah. Bukan hanya mengem-bangkan dakwah bil-lisan, tapi juga dakwal bil-amal, seperti pendidikan, mulai dari ma-drasah/sekolah dasar sampai aliyah/SMA sampai universitas.

Apa yang menjadi kekuatan Al-Washliyah sehingga mampu bertahan hingga usianya men-capai 82 tahun?

Ada dua kesadaran yang dibangun Al-Washliyah dalam mengembangkan amal usaha dakawahnya sebagai sebuah organisasi massa Islam, yaitu, pertama, mengembangkan aja-ran Islam sebagai sumber nilai kebajikan dan perdaban bagi manusia. Kedua, memperjuang-kan kemerdekaan dan mengisi serta mengawal kemerdekaan Negara Kesatuan Republik In-donesia menuju Indonesia yang adil dan makmur.

Dua kesadaran amal dak-

wah Al-Washliyah itulah yang menjadi komitmen para kad-ernya untuk terus menerus mengabdikan dirinya tiada henti untuk kepentingan umat dan bangsa. Soal kepentingan umat ini, tak perlu diragukan lagi, di berbagai pelosok tanah air, Al-Washliyah ikut mendak-wahkan Islam secara rahmatan lilalamin.

B egitu juga ikut ser ta m e n ce rd a s k a n ke h i d u p a n bagsa dengan memberi pendi-dikan bagi anak-anak bangsa yang memadukan kecerdasan intelegensianya, emosionalnya dan spritualitasnya. Hebat-nya, para kader yang menjadi juru dakwah tersebut, melaku-kannya tanpa pamrih kecuali mengharap ridlo Allah SWT.

Atas dasar itulah, Al-Washli-yah yang para kadernya ikut berjuang dalam menegakkan kemerdekaan Republik Indo-nesia, rasanya cukup berala-san, bila pemerintah memberi penghargaan kepada organisasi ini dengan penghargaan life time achievment award. Seperti halnya Persyarikatan Muham-madiyah (1912) dan Nahdlatul Ulama (1926),

Hanya saja dengan gerak dinamika perbahan sosial de-wasa ini dengan pengaruh perdaban global, mau tidak mau, al-Wahsliyah, membu-tuhkan inovasi-inovasi baru, gagasan-gagasan segar yang kreatif dan responsif, agar

mampu menghadapi tantan-gan perubahan zaman.

Menjaga akhlak dan mo-ralitas bangsa agar tidak ter-jerembab kedalam pergaulan global yang liberal dan sekuler, hendaknya menjadi perhatian serius bagi Al-Washliyah di masa depan.

Mengembangkan inovasi-inovasi baru yang kreatif untuk kemakmuran umat, hendaknya menjadi perhatian serius bagi Al-Wahsliyah. Sistem ekonomi syari’ah yang kini semakin booming di tengah pengem-bangan ekonomi masyarakat Indonesia, hendaknya menjadi perhatian khusus di masa men-datang.

D e n g a n k at a l a i n , A l -Washliyah jangan berhenti dengan dakwah konvension-alnya, melainkan sudah harus beralih kepada dakwah komod-ernan yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Saya akin, Al-Washliyah dengan semangat kemandirian dan ikhlas dalam perjuangan dakwahnya, berharap ridlo Al-lah SWT, menjadi kekuatan dan energi yang luar biasa. Itulah kekuatan modal sosial bagi al-Washliyah untuk semakin me-mantapkan amal dakwahnya dalam bingkai dan rajutan keislaman dan keindonesiaan.

Selamat Milad Al-Washliyah ke 82 tahun, Dalam Bingkai Keislaman dan Kebangsaan.

Merajut ke–Islaman Dalam Bingkai ke–Indonesiaan

82 Tahun Al-Washliyah

Oleh Surya Makmur NasutionKetua Umum Ikatan Pelajar Al- Washliyah 1987-1988

TANFIDZ

Page 16: Tabloid Syiar Edisi Januari 2013

Tanjungpinang – Majelis Ulama Indo-nesia Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau menyatakan, Pancasila merupakan ide-ologi yang dapat menjadi perekat kerukunan umat beragama, karena itu jangan ada lagi upaya mengubah ideologi tersebut.

“Jangan ada lagi upaya mengubah Pan-casila. Ideologi itu sudah tepat dan sesuai dengan kepentingan umat beragama,” kata Ketua Ketua I Majelis Ulama Indonesia Kota Tanjungpinang, Imran Effendy Hasibuan, Senin.

Pendapat itu juga disampaikannya saat menjadi narasumber di hadapan ratusan mahasiswa pada acara Seminar deradika-lisasi yang digelar oleh Forum Pemberdayaan Pesantren Kepulauan Riau, di Aula Muham-madiyah Tanjungpinang baru-baru ini.

Hasibuan yang juga dosen di STAI Tan-jungpinang mengatakan, permasalahan kebangsaan seperti konflik antarsuku dan antarumat beragama, korupsi, narkoba dan terorisme harus segera diselesaikan. Seluruh elemen masyarakat diharapkan tidak hanya sibuk mengurus kelompoknya masing-masing.

“Jangan pula berfikir untuk mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi tertentu, karena hal itu hanya akan menambahkan beban bagi bangsa dan negara,” ujarnya.

Menurut dia, sejarah telah mencatat perjalanan panjang perumusan Pancasila se-bagai ideologi bangsa mengalami pergulatan pemikiran yang cukup alot, dan keputusan untuk mengambil Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah merupakan keputusan yang tepat dengan kondisi Indonesia saat dahulu hingga sekarang.

Pemaksaan terhadap pendirian Negara Islam oleh sekelompok tertentu, justru hanya menimbulkan konflik yang tidak akan berhenti.

“Justru pada akhirnya, hal ini akan mem-bentukan antar umat Islam itu sendiri, apalagi Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim,” ujar alumnus Universitas Kebang-saan Malaysia itu.

Ia menyatakan tidak ada benturan antara nilai-nilai Islam dengan apa yang terkandung di dalam Pancasila. Justru Islam menjadi roh bagi Pancasila.

Semua sila-sila dalam Pancasila adalah re-fleksi dari berbagai firman-firman Allah yang terkandung di dalam Alquran. Sila pertama dari Pancasila merupakan sebuah refleksi dari

Surat Asy Syuura ayat 11.“Dalam surat tersebut Allah SWT berfir-

man bahwa tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” ungkap Hasibuan sambil memberikan gambaran secara rinci.

Hal senada juga di sampaikan oleh Kepala Kementerian Agama Kota Tanjungpinang, Abu Sofyan. Dia menambahkan, banyaknya tindakan-tindakan amoral yang terjadi di Indonesia disebabkan mulai lunturnya pema-haman Pancasila.

“Pancasila hanya dipahami secara tek-stual saja, orang hanya mengenail Pancasila sebagai dasar atau lambang negara namun tidak mampu mengamalkan sila-sila yang terkandung di dalam Pancasila itu sendiri,” ujar Abu Sofyan.

Ia mengemukakan, menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2013, maka sebagai umat beragama harus saling menghargai umat lainnya yang menjalankan ibadah. Menghargai bukan berarti ikut dalam meray-akan Natal, namun membiarkan mereka men-jalankan ibadah dan tetap menjaga keamanan dan kenyamanan.

“Sebagai umat Islam dan mayoritas di Indonesia maka kita harus menghargai dan menjaga keamanan dan kenyamanan dalam peribadatan umat lain, namun tentunya tidak ikut dalam merayakannya,” imbau Abu.

Kegiatan Seminar deradikalisasi yang

mengangkat tema Meminimalisir Paham Ra-dikal Dengan Pengamalan Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Perekat Kerukunan Umat Beragama” ini dihadiri narasumber seperti dari unsur Polresta Tanjungpinang yang di-wakili oleh AKP Aswandi, Unsur Kementerian Agama serta dari MUI dan akademisi.

Dalam kegiatan tersebut dilakukan penandatanganan nota bersama dalam menjaga keamanan dan kekondusifan se-lama perayaan Natal dan Tahun Baru 2013 antara kepolisian dengan beberapa ormas Islam yang di Tanjungpinang. “Nilai-nilai Pancasila harus senantiasa ditanamkan pada generasi muda,” kata Rizaldy Siregar, Ketua Forum Pemberdayaan Pesantren Kepri.

Siregar mengatakan, dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, Indo-nesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, sudah memiliki Pancasila sebagai sebuah ideologi dalam berbangsa dan ber-negara. Pancasila yang sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa sudah melewati perjalanan yang cukup panjang dalam men-emani perjalanan bangsa Indonesia hingga saat ini.

“Pancasila saat ini masih sangat ideal dan relevan digunakan dalam merajut dan merekat segala keberbedaan yang ada di Indonesia. Apalagi untuk saat ini, konsep dan ideologi Pancasila harus terus ditanamkan kepada setiap generasi bangsa Indonesia,” katanya. (ANTARA)

MUI Tanjungpinang:

Jangan Ada Upaya Untuk Mengubah Pancasila

Permasalahan yang terjadi di Kantor Urusan Agama (KUA) seolah patah tumbuh hilang berganti. Sebelumnya, persoa-lan tingginya biaya nikah dari seharusnya Rp30 ribu sempat membuat KUA menuai sorotan. Meski isu tingginya biaya nikah berawal dari pusat (Jakarta), toh hembusan isu tak bisa terha-dang hingga daerah, termasuk di Batam dan Kepri.

Kali ini, kinerja dan pelay-anan di KUA kembali disorot. Ini terjadi akibat adanya pernikah-an dilakukan pasangan sesama jenis di KUA Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam. Berdasar-kan buku nikah, pasangan lesbi bernama Angga Soetjipto alias Musjalifa (23) dengan Ninies Ramiluningtyas (41) menikah pada 6 Januari 2012 lalu. Dan terkuak setelah ketahuan warga sekitar setahun kemudian, 8 Januari 2013 lalu.

“Angga itu kalau keluar rumah selalu menggunakan jaket. Sebenarnya kecurigaan warga sudah lama. Tapi, karena mereka menikah secara resmi di KUA, kecurigaan itu hilang send-iri,” kata Marlina, salah seorang tetangga pasangan sesama jenis di Komplek Perumahan Puri Agung III, Mangsang.

Mendapati kebohongan tersebut, warga mengusir Angga. Sementara Ninies tetap diperbolehkan tinggal, karena rumah yang mereka tempati selama ini merupakan miliknya.

Sementara itu, KUA Sei Beduk membenarkan perni-kahan keduanya. Berdasarkan catatan KUA, saat akad nikah, pasangan ‘suami istri’ itu mem-bawa saksi dan wali, masing-masing dua orang. Selain itu, mereka juga melengkapi syarat administrasi dan prosedur per-nikahan, sehingga tidak men-imbulkan kecurigaan.

“Prosedurnya semua leng-kap, saksi dan wali juga setuju. Tak mungkinlah kita telanjangi dulu baru dinikahkan. Yang kita tahu, satu pria dan satu wanita,” ungkap salah satu staf KUA Sei Beduk, Hadi.

Lolosnya pernikahan pas-angan sesama jenis, membuat KUA Sei Beduk kembali menuai

Pernikahan Pasangan Sejenis Terbongkar

kecaman. KUA dinilai tidak cer-mat dan tidak teliti terhadap berkas-berkas hingga lolosnya pernikahan sesama jenis yang tidak diatur dalam undang-undang perkawinan tersebut. Berkas tersebut diantaranya adalah kartu tanda penduduk (KTP) yang dimiliki masing-masing calon pasangan serta adanya wali dan saksi.

Keberadaan Wali dan dua orang saksi laki-laki sebagai syarat mutlak dalam suatu akad nikah. Urutan wali nikah adalah ayah kandung, kakek atau ayah dari ayah, saudara se-ayah dan se-ibu, saudara se-ayah saja, anak laki-laki dari saudara yang se-ayah dan se-ibu, anak laki-laki dari saudara yang se-ayah saja, saudara laki-laki ayah dan anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah. Daftar urutan wali di atas tidak boleh dilangkahi atau diacak-acak. Sehingga bila ayah kandung masih hidup, maka tidak boleh hak kewaliannya itu diambil alih oleh wali pada nomor urut berikutnya. Kecuali bila pihak yang bersangkutan memberi izin dan haknya itu kepada mereka.

Penting untuk diketahui bahwa seorang wali berhak mewakilkan hak perwaliannya itu kepada orang lain, meski tidak termasuk dalam daftar para wali. Hal itu biasa sering dilakukan di tengah masyara-kat dengan meminta kepada tokoh ulama setempat untuk menjadi wakil dari wali yang sah. Dan untuk itu harus ada akad antara wali dan orang yang mewakilkan.

Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Batam akh-irnya mencabut surat nikah pasangan sesama jenis terse-but. Karena dinilai melanggar aturan, menggunakan doku-men palsu dan nama pasangan tidak sesuai KTP.

Selain itu, pasangan sesama jenis tersebut juga harus men-jalani sidang di Kantor Penga-dilan Agama. Sidang tertutup tersebut dilakukan pada Jumat (18/1/2013) lalu terkait den-gan pembatalan buku nikah yang telah dikeluarkan KUA Sei Beduk.

Penandatanganan nota bersama untuk menjaga kekondusifan menjelang natal dan tahun baru.

Alamat Redaksi : Kompleks Royal Sincom, Blok F No. 3, Batam Center, Batam–Kepulauan Riau. Telp : 0778 - 7061006 - Hp : 0813 7233 7121, Email : [email protected]

EDISI PERDANAJanuari s/d Februari

2013