studi komparatif ritual dan skripsi lintang ...repository.ub.ac.id/5740/1/lintang violetta yuvinda...

58
STUDI KOMPARATIF RITUAL TEDHAK SITEN DI JAWA DAN HATSU TANJO DI KYUSHU JEPANG SKRIPSI LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI NIM 135110607111003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

STUDI KOMPARATIF

RITUAL TEDHAK SITEN DI JAWA

DAN HATSU TANJO DI KYUSHU JEPANG

SKRIPSI

LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI

NIM 135110607111003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 2: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

STUDI KOMPARATIF

RITUAL TEDHAK SITEN DI JAWA

DAN HATSU TANJO DI KYUSHU JEPANG

SKRIPSI

LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI

NIM 135110607111003

Diajukan Kepada Universitas Brawijaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 3: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi
Page 4: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi
Page 5: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi
Page 6: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat

dan berkah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi berjudul “Studi

Komparatif Ritual Tedhak Siten di Jawa dan Hatsu Tanjo di Kyushu Jepang”

dengan lancar. Penulisan skripsi ini kemudian memiliki tujuan untuk memenuhi

syarat guna mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Brawijaya,Malang.

Dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini penulis mendapatkan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin meyampaikan

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Ir. Ratya Anindita,MS.Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu

Budaya.

2. Bapak Syariful Muttaqin,M.A selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Budaya yang telah memberikan bantuan serta kontribusi dalam rangka

membantu kelancaran studi mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Brawijaya.

3. Ibu Ulfah Sutiyarti,M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

Jepang yang telah memberikan banyak kontribusinya terhadap kelancaran

studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk

motivasi yang selalu diberikannya dalam berbagai kesempatan.Serta

4. Retno Dewi Ambarastuti,M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Pembimbing Skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan, dukungan

dan arahan selama proses penyusunan skripsi.

5. Rr. Ratih Hayuningdyah Orang Tua Penulis dan Segenap Keluarga yang

telah memberikan dukungan serta segala sesuatu yang selama ini penulis

butuhkan. Serta untuk motivasinya yang tiada henti diberikan kepada

penulis selama proses pengerjaan Skripsi sehingga tidak ada kata

‘menyerah’ sampai akhir.

6. Chaula Imanita Berti yang memberikan masukan dan informasi mengenai

data temuan penulis. Tateishi Kenta dan Eyang Djati Kusumo yang

Page 7: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

vii

bersedia memberikan informasi dan menjadi narasumber dalam penelitian

ini.

7. Teman-teman terbaik Penulis, Virga, Hamidah, Zuriatme, Fatkul, Arafat,

Ela, Bagus, Ana, Ari, Robby, Billy serta tidak lupa ムムたち dan

kesayangan yang senantiasa menyediakan waktu, dukungan moril,

dukungan materi dan motivasi tiada hentinya.

Terakhir, penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang

telah memberikan dukungan, doa, dan motivasi. Semoga penelitian ini dapat

memberikan banyak manfaat bagi berbagai pihak baik dari segi pengembangan

penelitian maupun berbagai kebutuhan lainnya.

Malang, Juni 2017

Penulis

Page 8: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

viii

ABSTRAK

Violetta Yuvinda Putri, Lintang. 2017. Studi Komparatif Ritual Tedak Siten di

Jawa dan Hatsu Tanjo di Kyushu Jepang.Program Studi Pendidikan Bahasa

Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya.

Pembimbing : Retno Dewi Ambarastuti

Kata Kunci : Budaya, Tedak Siten, Hatsu Tanjo

Masyarakat pada zaman dahulu kala seringkali menjadikan budaya sebagai

acuan dalam melakukan sesuatu. Seringkali mereka membuat serangkaian upacara

atau ritual untuk memperingati perayaan tertentu. Tedak Siten merupakan sebuah

ritual masyarakat Jawa yang dilaksanakan untuk menyambut bayi dalam rangka

memasuki usia balita. Tedak Siten ini kemudian memiliki beberapa kesamaan

dengan salah satu ritual dari Kyushu, Jepang bernama hatsu tanjo. Seperti halnya

tedak siten, upacara hatsu tanjo ini juga dilaksanakan untuk menyambut bayi saat

mereka memasuki usia balita.

Adapun penelitian ini menggunakan metode observasi langsung berupa

wawancara dengan narasumber untuk mendapatkan data kualitatif yang kemudian

dijabarkan menggunakan pendekatan deskriptif. Berdasarkan latar belakang

penelitian tersebut, rumusan masalah yang ditarik peneliti adalah 1) persamaan

ritual tedak siten dan hatsu tanjo serta 2) perbedaan ritual tedak siten dan hatsu

tanjo.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya persamaan pada kedua ritual

yaitu dalam hal menginjak perantara dan hal yang berkaitan dengan ritual

meramal masa depan sang bayi. Sedangkan perbedaan terletak pada tingkat

kerumitan dari upacara tedak siten yang pada pelaksanaan ritualnya memang lebih

kompleks dibandingkan dengan hatsutanjo. Adapun saran peneliti terhadap

penelitian berikutnya adalah untuk mengkaji peran orang tua dalam kedua ritual

maupun peneltian khusus terhadap penggunaan jaddah dan mochi dalam kedua

ritual.

Page 9: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

ix

要旨

オ ッ 2017年 ワ島 ッ

祝い 九州 初誕生祝いを対象 比較研究 日本語教育学科 人文

学部 大学

指導教官: ッ ノ バ

キ ワ :風習 ッ 祝い 初誕生祝い

社会 あ 文化を軸 物事を行 い 何 を祝う

儀式等を作 い ッ 祝い 幼児 幼少期を迎え 際 行わ

ワ島 あ 伝統風習 あ こ 風習 日本 九州 あ 初誕生祝い

いう伝統風習 幾 類似 を有 ッ 祝い 同 く 初

誕生祝い 幼児 幼少期を迎え 際 行わ い 儀式 あ

本研究 研究方法 記述的 解説さ 質的 を取得

筆者 研究対象者 ビ を実施 直接的 ポ いう研究

方法を用い そ 上記 述べ 研究背景 基 本研究 問題的

) ッ 祝い 初誕生祝い 類似 ) ッ 祝

い 初誕生祝い 相違 いう

本研究 結果 こ 儀式 い 類似 幼少期を迎え 事

幼児 将来性を占う事を目的 行わ いう 一方 こ 儀式

相違 段取 複雑さ あ ッ 祝い 初誕生祝い 比べ

よ 一層複雑 あ 次 研究 こ 儀式 け 親 役割又

ッ 祝い 使わ ッ 初誕生祝い 使わ 餅 役割を研

究 事 筆者 勧 い

Page 10: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………........ i

PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………..................... ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………........ iii

KATA PENGANTAR……………...................................................................... vi

ABSTRAK………………………………………………................................... viii

要旨……………………………………………………………………............... ix

DAFTAR ISI……………………………………………………………........... x

DAFTAR TABEL……………………………………………............................ xii

DAFTAR TRANSLITERASI……………………………………………....... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang...............……………………………………………. 1

1.2 Fokus Penelitan ……………………………………………............... 8

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………......... 1.4 Manfaat Penelitian................................................................................

1.4.1 Manfaat Teoritis...........................................................................

1.4.2 Manfaat Praktis ...........................................................................

1.5 Definisi Operasional ............................................................................

9

9

9

10

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Budaya …………………………………………................................. 13

2.2 Tedhak Siten …………………………………………………............ 15

2.2.1 Tata Cara Tedhak Siten ………................................................... 17

2.3 Hatsu Tanjo ……………………………….........................................

2.3.1Tata Cara Hatsu Tanjo ..................................................................

24

24

2.4 Penelitian Terdahulu ……………………………………………........ 26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ………………..…………………….......................... 30

3.2 Data …………………………………................................................. 31

3.3 Pengumpulan Data ……………………………….............................. 3.4 Teknik Analisa Data ............................................................................

31

33

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan …………………………………………………………........ 4.1.2 Tabel Perbandingan Makna ........................................................

35

4.2 Pembahasan ………………………………………………………….

4.2.1 Persamaan Tedhak Siten dan Hatsu Tanjo ................................

4.2.2 Perbandingan Makna Tedhak Siten dan Hatsu Tanjo ...............

37

37

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ………………………………………………................... 5.2 Saran.......................................................................................................

71

72

Page 11: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

xi

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

Page 12: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1

Tabel 4.2

Perbandingan pada upacara tedhak siten dan hatsu

tanjo...........................................................................................

Perbandingan makna ................................................................

24

26

Page 13: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. 2.1

2. 2.2

3. 2.3

4. 2.4

5. 4.1

6. 4.2

7. 4.3

8. 4.4

9. 4.5

Ritual tedhak siten........................................................................

Tanjo mochi..................................................................................

Issho mochi.............................................................................

Mochi fumi..................................................................................

Jadah dan tangga arjuna............................................................

Kurungan ayam...........................................................................

Udik-udik.....................................................................................

Mochi dan waraji........................................................................

Alat-alat untuk erabitori..............................................................

12

15

16

16

31

32

33

33

34

Page 14: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

xiv

DAFTAR TRANSLITERASI

あ ア a い イ i う ウ u え エ e o

ka ki ku ke ko

sa shi su se so

ta chi tsu te to

na ni nu ne no

ha hi fu he ho

ma mi mu me mo

ya yu yo

ra ri ru re ro

わ ワ wa

ga gi gu ge go

za zu zo

da zu de do

ba bi bu be bo

pa pi pu pe po

kya kyu kyo

sha shu sho

cha chu cho

nya nyu nyo

hya hyu hyo

mya myu myo

rya ryu ryo

gya gyu gyo

ja ju jo

bya byu byo

pya pyu pyo

n wo

Partikel ha ditulis sebagai /wa/

Partikel he ditulis sebagai /e/

Bunyi panjang hiragana /a/ ditulis sebagai /aa/

Bunyi panjang hiragana /i/ ditulis sebagai /ii/

Bunyi panjang hiragana /u/ ditulis sebagai /uu/

Bunyi panjang hiragana /e/ ditulis sebagai /ee/

Bunyi panjang hiragana /o/ ditulis sebagai /oo/

Huruf mati rangkap ditulis (tsu kecil)

Bunyi panjang katakana ditulis sebagai [ ]

Page 15: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya merupakan sesuatu yang menjadi representasi dari adat istiadat,

agama, bahkan pandangan dari sekelompok masyarakat tertentu. Akan tetapi,

meskipun budaya mencerminkan jati diri dari sekelompok masyarakat tertentu,

beberapa daerah memiliki kesamaan dalam segi nilai budaya maupun bentuk dan

macam tradisi dan ritual. Salah satu budaya yang memiliki persamaan di berbagai

daerah di beberapa negara adalah tradisi persiapan anak untuk menghadapi dunia

baru.

Untuk mempersiapkan anak menghadapi dunia baru, masyarakat pada

dahulu kala membuat serangkaian upacara atau ritual agar anak dapat diberkahi

oleh Tuhan atau dewa. Upacara tersebut berlangsung dalam kurun waktu sekian

lama hingga berkembang menjadi tradisi yang selalu diperingati dan

dilaksanakan oleh beberapa generasi. Menurut El Rais (2012:686), tradisi adalah

kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam

masyarakat, penilaian atau anggapan bahwa cara-cara telah ada merupakan baik

dan benar.

Sebagai masyarakat yang memiliki tradisi yang kental, masyarakat jawa

meyakini jika segala sesuatu dikaitkan dengan beberapa ritual atau upacara

tertentu. Upacara tersebut meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan

lingkungan hidup, manusia sejak dari kelahiran, kanak-kanak, remaja, dewasa,

Page 16: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

2

sampai dengan kematiannya, juga upacara-upacara itu dilakukan dalam

rangka untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang tidak

dikehendaki yang akan membahayakan bagi kelangsungan kehidupan manusia.

Dengan upacara tersebut harapannya adalah agar hidup senantiasa “selamet”

(Darori, 2000:130-131).

Dalam setiap upacara adat, tentunya terdapat berbagai macam ritual

didalamnya. Ritual adalah serangkaian tindakan yang melibatkan agama atau

magic, yang kemudian dimantapkan melalui tradisi. Ritual berbeda dengan

pemujaan, karena ritual merupakan tindakan yang bersifat keseharian

(Winnick:2005). Di Indonesia khususnya di Jawa mengenal upacara menyambut

bertumbuhnya bayi memasuki masa balita yang ditandai dengan pertama kalinya

bayi berjalan yang disebut dengan tedhak siten / tedhak siti yang artinya

menginjak tanah. Upacara ini diyakini menjadi awal mula kehidupan dan prediksi

masa depan sang anak. Menurut kepercayaan Jawa, manusia hidup dipengaruhi

oleh empat unsur, yaitu bumi, api, angin dan air, maka untuk menghormati bumi

inilah upacara tedhak siten diadakan. Harapannya agar si anak selalu sehat,

selamat, dan sejahtera dalam menapaki jalan kehidupannnya (Sutrisno, 2005:21).

Tedhak siten merupakan bagian dari adat dan tradisi masyarakat Jawa Tengah.

Upacara ini dilakukan ketika seorang bayi berusia tujuh bulan dan mulai belajar

duduk dan berjalan di tanah. Secara keseluruhan, upacara ini dimaksudkan agar

mereka mandiri di masa depan. Upacara tedhak siten selalu ditunggu-tunggu oleh

orang tua serta kerabat keluarga Jawa karena dari upacara ini mereka dapat

memperkirakan minat dan bakat anak yang baru saja dapat berjalan. Dalam

pelaksanaannya, upacara ini dihadiri oleh seluruh keluarga inti, serta kerabat

Page 17: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

3

keluarga lainnya. Para keluarga hadir untuk mendoakan agar sang anak dapat

terhindar dari gangguan setan.Dalam upacara tedhak siten salah satu persiapan

yang harus disiapkan oleh orang tua adalah tujuh buah jadah atau ketan. Anak

akan dipandu untuk melalui tujuh buah wadah berisi tujuh jadah berwarna.

Seperti halnya di Jawa, di Jepang juga terdapat tradisi serupa yaitu hatsu

tanjo (初誕生). Hatsu Tanjo adalah tradisi masyarakat Jepang untuk menyambut

tahun pertama kelahiran sang anak. Ritual hatsu tanjoadalah salah satu dari ritual

yang diadakan untuk menyambut kelahiran dan pertumbuhan bayi dalam agama

Buddha di Jepang.Meskipun Jepang merupakan negara maju, Jepang selalu

mempertahankan budaya yang ada di Jepang, upacara hatsu tanjo salah

satunya.Tetapi, dikarenakan menurunnya angka kelahiran di Jepang menurun pula

masyarakat yang menjalankan ritual ini.

Ciri khas dari ritual hatsu tanjo adalah mochi. Mochi adalah makanan khas

Jepang yang terbuat dari nasi yang ditumbuk. Mochi memiliki tekstur yang

lengket sama seperti ketan atau jadah. Di Jepang, mochi menjadi makanan yang

menjadi tanda untuk memulai sesuatu yang baru, seperti tahun baru, makanan

pertama bayi, dan untuk perayaan ulang tahun.Mochi yang digunakan biasanya

mochi dipesan di kuil-kuil tertentu.

Ada dua tata cara hatsu tanjo di Jepang. Yang pertama sama dengan tata

cara ritual tedhak siten, masyarakat di daerah Kyushu menjalankan upacara hatsu

tanjo dengan menginjakkan kaki dan berjalan di atas mochidengan menggunakan

waraji atau sandal dari rotan. Kedua masayarakat Jepang pada umumnya

menjalan ritual tersebut dengan memanggul mochi seberat 1,8 kilogram

dipunggung lalu berjalan dengan membawa mochi tersebut.

Page 18: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

4

Masyarakat Jepang percaya bahwa anak yang bisa berjalan sebelum upacara

hatsu tanjo dilaksanakan, maka di masa yang akan datang sang anak akan

meninggalkan rumah. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh membantu anak saat

upacara berlangsung, justru orang dewasa akan melemparkan mochi yang lebih

kecil agar sang anak terjatuh pada saat berjalan diatas mochi atau pada saat

memanggul mochi.Pada saat upacara Hatsu Tanjo selesai, anak dianggap akan

menerima roh baru setiap tahunnya.

Selain mochi dan jadah, dalam upacara tedhak siten dan hatsu tanjo

memiliki persamaan lain, yaitu ritual memilih barang. Pada upacara hatsu

tanjoterdapat ritual yang disebut dengan erabitori (選び取り ) yang artinya

memilih dan menyimpan. Orang tua akan menyiapkan beberapa barang yang

berhubungan dengan keluarga atau barang apapun yang diinginkan seperti sempoa,

uang, pensil dan lain-lain, lalu sang anak akan berjalan dan memilih barang,

barang yang menjadi pilihan sanganak akan menjadi gambaran masa depan anak.

Seperti halnya erabitori, dalam tedhak siten sang anak juga akan

dihadapkan dengan beberapa pilihan barang yang disediakan, dan benda yang

dipilih akan menjadi gambaran sang anak di masa depan. Bedanya adalah dalam

upacara tedhak sitensang anak akan dimasukkan kedalam kurungan ayam terlebih

dahulu.

Meskipun dari dua negara yang berbeda, tedhak siten dan hatsu tanjo

memiliki beberapa kesamaan, yaitu ritual dengan menggunakan bahan dasar

ketan: jadah dan mochi. Kesamaan lainnya adalah, berjalan untuk yang pertama

kalinya, dan memilih barang-barang yang nantinya akan menjadi gambaran minat

dari sang anak di masa depan. Bedanya adalah pada upacara tedhak sitenorang tua

Page 19: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

5

diperbolehkan untuk membimbing sang anak ketika berjalan, sedangkan pada

upacara hatsu tanjo orang tua tidak diperbolehkan untuk membantu sang anak

sama sekali.

Dengan adanya persamaan dan perbedaan tersebut, peneliti tertarik untuk

membahasa perbandingan antara kedua upacara tersebut dengan judul “Studi

Komparatif Ritual Tedhak Siten di Jawa dan Hatsu Tanjo di Kyushu Jepang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan di atas, maka dapat

ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah perbandingan dari ritual tedhak siten dan hatsu tanjo?

2. Apakah perbandingan dari makna tedhak siten dan hatsu tanjo?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari ritual tedhak siten dan

hatsu tanjo.

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbeedaan makna tedhak siten dan

hatsu tanjo.

1.4 ManfaatPenelitian

1.4.1 ManfaatTeoritis

Page 20: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

6

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan inspirasi, serta

masukan terhadap beberapa penelitian berikutnya terutama dengan topik

relevansi budaya.

1.4.2 ManfaatPraktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan

pengetahuan mengenai perbandingan budaya dari dua negara yaitu Jepang

dan Indonesia serta beberapa perbandingan budaya lain.

1.5 DefinisiIstilahKunci

1. Budaya: Adat istiadat yang sudah menjadi tradisi.

2. Tedhak Siten:Upacara atau ritual yang dilaksanakan untuk

menyambut bayi ketika pertama kali berjalan di Jawa.

3. Hatsu Tanjo:Upacara atau ritual untuk memperingati ulang tahun

pertama bayi dan menyambut pertama kali bayi berjalan.

4. Studi Komparatif : Penelitian yang membandingkan dua obyek untuk

mecari persamaan atau perbedaan.

Page 21: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Budaya

Budaya adalah sebuah pemikiran, adat istiadat atau akal budi. Kata budaya

diambil dari bahasa sansekerta yaitu “buddhayah”. Arti dari kata ini adalah

bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan akal serta budi manusia. Budaya

juga dapat diartikan sebagai yang diguanakan sekelompok masyarakat yang

diturunkan dari generasi kepada generasi berikutnya

Budaya juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan kepercayaan. Menurut

E.B Taylor (1871) , budaya ialah suatu keseluruhan yang kompleks meliputi

kepercayaan, kesusilaan, seni, adat istiadat, hukum, kesanggupan dan kebiasaan

lainnya yang sering dipelajari oleh manusia sebagai bagian dari masyarakat.

Menurut Kluckhohn dan Kelly dalam Harsojo (1967:109-110) berpendapat

bahwa budaya adalah semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik

yang eksplisit maupun insplisit, rasional, irasional, yang ada pada suatu waktu,

sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia.

Menurut pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya

adalah tindakan atau adat istiadat yang mencerminkan tingkah laku suatu

kelompok masyarakat. Tidak hanya perilaku, budaya juga mencerminkan

kepercayaan, kesusilaan, seni, adat istiadat, hukum dan kebiasaan lainnya yang

ada dan dipelajari secara turun-temurun oleh suatu kelompok masyarakat.

Unsur-unsur budaya terbagi kedalam beberapa hal. Antara lain :

Page 22: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

2

1. Adanya perilaku-perilaku tertentu.

2. Adanya kebiasaan-kebiasaan.

3. Adanya kepercayaan.

4. Adanya adat istiadat.

5. Adanya tradisi.

6. Adanya gaya berpakaian.

Ciri-ciri budaya terbagi ke dalam beberapa hal. Antara lain :

1. Budaya bisa disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok ke

kelompok serta dari generasi-generasi.

2. Budaya bukan bawaan, namun dipelajari.

3. Budaya berdasarkan simbol.

4. Budaya bersifat selektif.

5. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang bisa berubah sepanjang

waktu.

6. Berbagai unsur budaya saling berkaitan.

7. Etnosentrik

Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada poin berbagai unsur budaya

saling berkaitan. Karena penulis meneliti dua budaya yang berada di negara yang

berbeda.

Budaya yang dilangsungkan secara terus menerus disebut tradisi. Tradisi

menurut Funk dan Wagnalls dalam muhaimin (2001:11), tradisi dimaknai sebagai

kebiasaan, praktek, yang telah diwariskan secara turun-temurun. Tradisi juga bisa

diartikan sebagai kebiasaan yang turun temurun diwariskan oleh nenek moyang.

Page 23: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

3

Tradisi lahir disaat tertentu ketika orang menetapkan fragmen tertentu dari

warisan masa lalu sebagai tradisi.

Tradisi lahir dari masyarakat, dipengaruhi oleh masyarakat, kemudian

masyarakat muncul lalu dipengaruhi oleh tradisi (Hanafi, 2003:3). Hal ini

menandakan bahwa tradisi dan masyarakat saling berkaitan. Tanpa adanya

masyarakat, tradisi tidak akan tumbuh dan berkembang, dan tanpa adanya tradisi

masyarakat tidak akan muncul.

Tradisi berubah ketika orang memberikan perhatian khusus pada fragmen

tradisi tertentu dan mengabaikan fragmen yang lain. Tradisi dapat bertahan dalam

jangka waktu tertentu dan tradisi ini dapat hilang bila benda material dibuang dan

gagasan ditolek atau dilupakan.

Sejarah tradisi lahir yaitu melalui dua cara. Cara pertama, tradisi muncul dari

bawah melalui mekanisme kemunculan secara spontan dan tidak diharapkan serta

melibatkan rakyat banyak. Karena sesuatu alasan, individu tertentu menemukan

warisan historis yang menarik. Perhatian, ketakziman, kecintaan dan kekaguman

yang kemudian disebarkan melalui berbagai cata, memengaruhi rakyat banyak.

Sikap takzim dan kagum itu berubah menjadi perilaku dalam bentuk upacara,

penelitiaan dan pemugaran peninggalan purbakala serta menafsir ulang keyakinan

lama. Semua perbuatan itu memperkokoh sikap. Kekaguman dan tindakan

individu menjadi milik bersama dan berubah menjadi fakta sosial sesungguhnya .

Begitulah tradisi dilahirkan. Proses kelahiran tradisi sangat mirip dengan

penyebaran temuan baru, hanya saja dalam kasus tradisi ini lebih berarti

penemuan atau penemuan kembali yang telah ada di masa lalu ketimbang

penciptaan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.

Page 24: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

4

Cara kedua, tradisi muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu

yang dianggap sebagai tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau

dipaksakan oleh individu yang berpengaruh atau berkuasa. Raja mungkin

memaksakan tradisi dinastinya kepada rakyatnya. Diktator menarik perhatian

rakyatnya kepada kejayaan bangsanya di masa lalu. Kemudian militer

menciptakan sejarah pertempuran besar kepada pasukannya. Perancang mode

terkenal menemukan inspirasi dari masa lalu dan mendiktekan gaya “kuno”

kepada konsumen.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengenal kesadaran sejarah

pada masyarakat yaitu melalui upacara. Upacara yang dimaksud bukanlah upacara

dalam pengertian upacara yang secara formal sering dilakukan, seperti upacara

penghormatan bendera melainkan upacara adat yang melibatkan ritual-ritual

tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu pula.

Upacara adat adalah serangkaian tindakan yang terikat pada aturan tertentu

berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Jenis upacara dalam

kehidupan masyarakat, antara lain, upacara penguburan, upacara perkawinan, dan

upacara pengukuhan kepala suku. Upacara adat adalah suatu upacara yang

dilakukan secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah. Dengan demikian,

setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri, seperti upacara perkawinan,

upacara labuhan, upacara camas pusaka dan sebagainya. Upacara adat yang

dilakukan di daerah juga tidak lepas dari unsur sejarah.

Upacara pada dasarnya merupakan bentuk perilaku masyarakat yang

menunjukkan kesadaran terhadap masa lalunya. Masyarakat menjelaskan tentang

Page 25: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

5

masa lalunya melalui upacara. Melalui upacara, kita dapat melacak tentang asal

usul baik itu tempat, tokoh, sesuatu benda, kejadian alam, dan lain-lain.

2.2 Tedhak Siten

Tedhak siten berasal dari kata thedak yang berarti turun atau menginjak

sedang siten berasal dari kata siti yang berarti tanah. Dengan demikian maksud

dari upacara tedhak siten adalah upacara turun tanah. Tedhak siten dilakukan

ketika seorang anak sudah mencapai umur pitung lapan (7x35 hari) atau delapan

bulan kalender masehi. Biasanya si anak sudah mulai belajar berjalan. Artinya,

sudah harus turun ke tanah (Utomo,2002:21).

Satu tahun dalam kalender bulan ada 12 bulan dan tiap bulan dirinci menjadi

pasar, 1 pasar ada 5 hari. Peringatan yang mendasar kombinasi posisi matahari

dan bulan akan berulang setiap 7x5 hari. Leluhur kita menentukan penanggalan

berdasarkan pengaruh gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi. Weton adalah

hari atau tanggal kelahiran seseorang. Menurut masyarakat jawa weton dapat

mempengaruhi sifat atau watak seorang anak. Wetonhari kelahiran yang berulang

setiap 35 hari tersebut perlu dihormati.

Pada dasarnya kita hidup di dunia, terkurung, terbelenggu oleh dunia. Dalam

tedhak siten dapat dilihat anak sebenarnya tidak senang dimasukkan ke dalam

kurungan dan menangis minta pertolongan pada ibunya. Manusia yang sadar pun

ingin kembali pada yang maha kuasa.

Page 26: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

6

Manusia memiliki beberapa tahap perkembangan diri. Pertama tahap bayi

yang sangat bergantung pada orang tua dan orang lain, hanya bisa meminta.

Tahap kedua adalah anak muda yang mandiri. Tahap ketiga adalah seorang yang

dewsa, yang sudah sadar akan kemandirian, tidak egoitis dan menyadari bahwa

manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain. Awal dari

tahap kedua dimulai ketika anak pertama kali belajar berjalan, dalam tahap ini

anak juga sudah mulai belajar melakukan aktivitasnya sendiri.

Gambar 2.1Ritual tedhak siten

Bayi lahir dengan naluri awal untuk makan. Apapun yang dipeganya akan

dimasukkan kedalam mulut. Pada waktu seorang anak berusia 7x35 hari, atau

kira-kira berusia 6 bulan, inting-naluri bawaan genetiknya masih ada, tetapi dalam

perkembangandiri selanjutnya, insting bawaan akan terdorong ke dalam alam

bawah sadar, tertutup oleh kegiatan-kegiatan baru. Pada saat anak berusia sekitar

6 bulan tersebut, potensi anak dapat diketahui. Pemilihan beberapa benda dalam

Tedhak siten seperti buku tulis, dompet, perhiasan, gunting, kitab sastra selaras

dengan pengetahuan itu. Potensi anak akan nampak jelas, sehingga orang tua

paham bagaimana meningkatkan potensi anak sebaik-baiknya.

Page 27: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

7

Bagi orang tua sendiri, kelahiran anak adalah anugerah dari Tuhan Yang

Maha Esa. Semenjak di dalam kandungan hingga kelahirannya, setiap orang tua

selalu berharap agar kelak anak tersebut menjadi manusia yang berguna.

Pengharapan orang tua kepada anaknya diwujudkan dalam bentuk upacara adat

(adat jawa) yang dimulai sejak bayi dalam kandungan, hingga anak tersebut lahir.

2.2.1 Tata Cara Tedhak Siten

Upacara adat pasti memiliki tata cara dalam pelaksanaannya. Dalam setiap

langkah yang harus disiapkan memiliki makna tersendiri. Tedhak siten

dimaksudkan untuk menggambarkan persiapan seorang anak sampai dewasa

dalam menjalani fase kehidupan dengan baik dan benar. Adapun tata cara upacara

thedak siten adalah sebagai berikut :

1. Upacara biasanya dilaksakan pada pagi hari. Sang anak akan dituntun oleh

ibunya berjalan menginjak 7 piring jadah atau ketan dengan warna yang

berbeda-beda. Angka 7 (tujuh) dalam bahasa jawa disebut pitu memiliki

makna pitulungan atau pertolongan, sedangkan tujuh piring jadah

berwarna memiliki makna bermacam-macam fase kehidupan yang akan

dialami. Berjalan diatas jadah secara bertahap memiliki harapan sang anak

akan mampu melewati kehidupan pada setiap tahapnya dengan batuan atau

pertolongan Tuhan Yang MahaEsa.

2. Selanjutnya anak akan dituntun menaiki tangga yang terbuat dari tebu.

Tebu memiliki makna antebing kalbu atau kemantaban hati. Dalam proses

ini, anak diharapkan memiliki kemantaban hati dalam menjalani hidupnya

mulai dari kecil hingga dewasa.Setelah turun dari tebu, anak akan dituntun

berjalan menuju gundukan pasir. Anak akan melakukan ritual ceker-ceker

Page 28: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

8

atau mengais pasir dengan kakinya. Hal ini bertujuan agar anak dapat

mencari nafkah ketika sudah dewasa.

3. Anak kemudian dimasukkan kedalam kurungan ayam yang sudah dihias.

Dalam kurungan tersebut terdapat benda-benda untuk memprediksi minat

dari sang anak, misalnya bohlam, uang, buku, mainan, alat hitung dan lain-

lain.

4. Berikutnya adalah bapak atau kakek akan menyebar udik-udik atau uang

logam yang sudah dicampur dengan berbagai macam uang. Harapannya

adalah agar anak menjadi orang yang dermawan sehingga melancarkan

rejekinya.

5. Setelah itu, anak dimandikan dengan kembang tujuh rupa atau bunga tujuh

rupa. Tujuannya adalah agar anak membawa nama baik keluarga, agama

dan berguna bagi masyarakat.

6. Terakhir, sang anak akan didandani dengan pakaian yang bagus dan bersih,

tujuannya agar anak mempunyai jalan kehidupan yang bagus dan dapat

membanggakan orang tua.

Dari tahapan-tahapan tersebut dapat diketahui bahwa setiap ritual memiliki

makna atau arti sendiri-sendiri. Segala sesutu yang dipersiapkan dalam upacara

tedhak siten adalah simbol dari harapan orang tua untuk anaknya di masa depan.

2.3 Hatsu Tanjo

Hatsu tanjo 初誕生 berarti ulang tahun pertama. Dalam budaya

Jepang, ulang tahun hanya dirayakan sekali yaitu pada saat umur 1 tahun.

Page 29: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

9

Perayaan ini diselenggarakan dengan menggunakan tanjo mochi (誕生餅) atau

mochiulang tahun.

Gambar 2.2Tanjo Mochi

Pada ulang tahun pertama diadakan acara untuk meramal masa depan sang

anak. Masyarakat Jepang pada umumnya melaksanakan upacara hatsu tanjo

dengan membungkus mochi menggunakan furoshiki(風呂敷/kain pembungkus).

Mochi tersebut berwarna putih, dan bertuliskan nama sang anak berwarna merah.

Mochi ini memiliki berat 1800cc atau sekitar 1,8 kilogram. Selama upacara

berlangsung, orang tua dilarang membantu anak untuk berjalan dengan lancar.

Orang yang lebih dewasa akan melemparkan mochi kecil agar sang anak jatuh.

Upacara menggendong mochi ini disebut “shoi” atau “seoi” mochi (背負餅) issho

mochi (一升餅).

Gambar 2.3Issho Mochi

Page 30: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

10

Berbeda dengan masyarakat pada umumnya, di Kyushu perayaan hatsu

tanjo dilakukan dengan sedikit berbeda. Upacara di Kyushu disebut dengan mochi

fumi (餅踏み) yang artinya menginjak mochi.Sang anak harus menginjak mochi

berwarna merah dan putih dengan menggunakan sandal anyaman yang disebut

waraji (草鞋). Bedanya dengan masyarakat Jepang pada umumnya, orang tua

boleh membimbing sang anak ketika berjalan diatas mochi.

Gambar 2.3 mochi fumi

Pada dasarnya, kedua cara upacara ini memiliki tujuan yang sama, yaitu

agar sang anak diberkahi kesehatan, makanan dan enman 円満. Enman adalah

respesentasi dari kesempurnaan, harmoni, kedamaian, kelancaran, kelengkapan,

kepuasan dan integritas. Pada penelitian ini penulis memilih untuk meneliti hatsu

tanjo yang ada di Kyushu.

2.3.1 Tata cara upacara hatsu tanjo

Pada momen hatsu tanjo keluarga di Jepang berkumpul untuk merayakan

satu tahun ulang tahun sang anak. Kelurga akan mendoakan anak agar diberi

kelancaran dalam hidupnya. Berikut adalah prosesi upacara hatsu tanjo:

Page 31: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

11

1. Upacara dilakukan dirumah. Anak akan dituntun untuk menginjak mochi

berwarna merah dan putih dengan menggunakan waraji. Makna dari

mochi adalah sesuatu yang baru, sedangkan warna merah adalah kelahiran

sedangkan putih adalah kematian.

2. Selanjutnya, keluarga akan melemparkan mochi kecil gara sang anak

terjatuh. Ritual ini dimaksudkan agar anak tidak meninggalkan atau

melupakan orang tuanya ketika dewasa nanti. Masyarakat jepang percaya

anak yang bisa berjalan sebelum upacara akan cepat meninggalkan rumah.

3. Terakhir, anak akan diberikan beberapa barang yang akan memprediksi

karir atau masa depan anak. Ritual ini disebut erabitori. Tidak hanya

memprediksi masa depan, pilihan yang diambil anak juga bisa

memperkiraan karirnya di masa lalu. Benda-benda tersebut adalah kuas

atau pensil, sempoa, penggaris atau alat ukur, sumpit atau alat makan,

kamus, dan bola

Setiap ritual dalam hatsu tanjo juga memiliki makna agar anak

dimudahkan jalannya di masa depan nanti. Terlepas dari kenyataan yang akan

dihadapi, keluarga sang anak berharap agar sang anak akan sukses dan selalu

memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya.

2.4 Penelitian terdahulu

Terdapat dua penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan penulisan

penelitian ini. Penelitian terdahulu yang pertama memiliki obyek yang sama yaitu

tedhak siten. Penelitian tersebut berjudul MAKNA TRADISI TEDHAK SITEN

DAN RELEVANSINYA DENGAN AJARAN ISLAM DI DESA SUKOSONO

Page 32: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

12

KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA karya Ida Sholihatin dari

UIN Walisongo Semarang yang dilakukan pada tahun 2015.Persamaan penelitian

ini adalah sama-sama menggunakan tedhak siten sebagai obyek penelitian

dan.Perbedaanya adalah penelitian terdahulu mencari relevansi dengan ajaran

Islam. Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa relevansi antara tedhak siten

dengan ajaran Islam yaitu mengikat tali persaudaraan dan mensyukuri nikmat

Tuhan yang diberikan.

Penelitian terdahulu yang kedua adalah STUDI KOMPARATIF UNSUR

PEMBENTUK DRAMA TRADISIONAL NOH DAN WAYANG TOPENG

MALANGAN karya Chaula Imanita Bherti dari Universitas Brawijaya yang

dilakukan pada tahun 2014. Penelitian ini sama-sama mengambil tema budaya dan

membandingkan dua budaya. Dalam penelitian ini Chaula lebih fokus terhadap

unsur pembentuk kedua budaya yaitu sejarah dan naskah pada setiap drama.

Teknik pengumpulan data juga memiliki kesamaan yaitu wawancara dan studi

literatur, bedanya dalam penelitian milik Chaula juga menggunakan metode

observasi. Dalam penelitian ini Chaula menemukan beberapa kesamaan antara

noh dan topeng malangan, yaitu skenario yang digunakan, jenis topeng-topeng

yang digunakan, dan penokohan yang terdapat pada noh dan topeng malangan.

Page 33: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Menurut Nazir (1988:63), metode deskriptif merupakan suatu metode

dalam meneliti sekelompok manusia, suatu kondisi, suatu objek, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, suatu gambaran, atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antarfenomena yang sedang diselidiki.

Sedangkan menurut Moleong (2007:6), penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian dan dideskripsikan dalam bentuk kata-kata serta bahasa

yang berada pada suatu konteks khusus dengan memanfaatkan berbagai metode

yang alamiah.Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh suatu gambaran yang

utuh mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian

kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang

yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini kemudian

digunakan untuk mendeskripsikan tentang perbandingan ritual dan makna tedhak

siten di Jawa dan ritual hatsu tanjo di Kyushu, Jepang.

Page 34: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

2

3.2 Data dan Sumber Data

Menurut Sutopo (2006:56-57), sumber data merupakan tempat data

diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik yang berupa manusia,

artefak, ataupun dokumen-dokumen. Pada penelitian kualitatif, kegiatan untuk

memperoleh sumber data merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan secara sadar,

terarah dan bertujuan untuk memperoleh suatu informasi yang diperlukan.

Adapun sumber data yang ada pada penelitian iniadalah buku, jurnal, internet.

Data dalam penelitian kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan

dalam bentuk angka. Data dalam penelitian kualitatif diperoleh melalui berbagai

macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi

terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan. Data

dalam penelitian ini adalah wawancara dan analisis dokumen.

Dalam penelitian ini, peneliti juga akan melakukan wawancara dengan

beberapa narasumber mengenai hatsu tanjo dan tedhak siten. Narasumber yang

akan peneliti wawancarai adalah Eyang djati Kusumo sebagagai narasumber

untuk tedhak siten. Beliau merupakan budayawan dan mantan anggota DPR RI.

Selain itu, narasumber penelitian ini adalah Tateishi Kenta native speaker dari

kyushu Jepang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

mendapatkan data dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2009:225),

pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi,

Page 35: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

3

dan gabungan/triangulasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian kali ini adalah studi literatur dan wawancara.

Studi literatur adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data-data

dari sumber yang berhubungan dengan topik penelitian. Sumber dari studi literatur

dapat diambil dari jurnal, buku, dokumentasi, internet dan pustaka. Menurut

Pohan dalam Prastowo (2012:81) kegiatan studi literatur bertujuan

mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode, atau

pendekatan yang pernah berkembang dan telah didokumentasikan dalam bentuk

buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman, dan dokumen lainnya.

Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data dengan bertanya

langsung kepada responden untuk mendapatkan informasi. Sedangkan menurut

Esterberg dalam Sugiyono (2013:231), wawancara merupakan pertemuan dua

orang atau lebih yang bertujuan untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.Untuk

menghindari kehilangan informasi, maka peneliti akan menggunakan alat bantu

perekam dalam melakukan wawancara kepada informan.

3.4Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2004:280- 281), analisis data merupakan sebuah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam sebuah pola, kategori, dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukannya sebuah tema dan tempat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik analisis data

yang peneliti lakukan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data mengenai tedhak siten dan hatsu tanjo.

Page 36: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

4

2. Membaca setiap referensi mengenai tedhak siten dan hatsu tanjo.

3. Mewawancarai Eyang Djati Kusumo narasumber yang memahami

tentang tedhak siten.

4. Mewawancarai Tateishi Kenta narasumber yang mengetahui tentang

hatsu tanjo.

5. Menganalisis persamaan dari tedhak siten dan hatsu tanjo.

6. Hasil analisis referensi dan wawancara menggambarkan persamaan

dan perbedaan dari tedhak siten dan hatsu tanjo.

7. Menarik kesimpulan.

Page 37: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

24

BAB IV

TEMUAN DAN BAHASAN

4.1 Temuan

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan narasumber, peneliti

menemukan proses pada masing-masing upacara. Peneliti juga menemukan

beberapa persamaan dan perbedaan pada masing-masing prosesi. Berikut adalah

tabel pembeda pada setiap prosesi.

Tabel 4.1.1 tabel perbandingan pada upacara tedhak siten dan hatsu tanjo.

No Unsur Tedhak Siten Hatsu Tanjo

1 Prosesi

1. Anak melakukan ritual

tedhak jadah.

2. Anak menaiki tangga

arjuna.

3. Melakukan ritual ceker-

ceker.

4. Kemudian anak

dimasukkan ke dalam

kurungan ayam dan

memilih benda-benda

untuk memprediksi

masa depan anak.

5. Bapak atau kakek

menyebar udik-udik.

6. Anak dimandikan

dengan kembang 7 rupa

dan dipakaikan baju

yang bagus dan bersih.

1. Anak melakukan

ritual mochi fumi.

2. Anak dibimbing

untuk menghentak-

hentakkan kakinya di

atas mochi oleh orang

tua.

3. Orang tua akan

melemparkan mochi

yang lebih kecil atau

memberikan

hentakkan kecil.

4. Anak melakukan

ritual erabitori.

5. Keluarga yang sudah

bekerja memberikan

uang sebagai hadiah

Page 38: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

25

2 Alat yang

digunakan

1. Jadah

2. Tangga tebu

3. Pasir

4. Kurungan ayam

5. Kembang 7 rupa

6. Alat tulis

7. Alat hitung

8. Uang

9. Jajan pasar

10. Mainan

1. Mochi

2. waraji

3. alat hitung

4. alat tulis

5. mainan

6. uang

7. penggaris

8. alat makan

3. Waktu dan

tempat

Pagi hari di pekarangan

rumah.

Tidak ada waktu spesifik.

Upacara dilaksanakan

dirumah, beberapa orang

juga melaksanakannya di

kuil.

Dari tabel di atas diketahui bahwa tedhak siten dan hatsu tanjo memiliki

beberapa kesamaan juga perbedaan. Salah satu persamaan adalah pada prosesi

menginjak mochi dan jadah. Perbedaan pada prosesi pertama adalah, jadah yang

diinjak memiliki 7 warna, sedangkan mochi yang diinjak memiliki 2 warna saja.

Selain prosesi, alat yang digunakan, dan waktu penulis juga menemukan

makna dari masing-masing prosesi. Berikut adalah tabelmakna pada setiap prosesi

dan media dari tedhak siten dan hatsu tanjo.

Page 39: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

26

Tabel 4.1.2 tabel perbandingan makna

No Ritual Tedhak siten Hatsu tanjo

1 Menginjak tanah Tedhak jadah

1. Diharapkan anak

mampu melewati

kehidupan dengan

bantuan dari Tuhan

Yang Maha Esa

2. Jadah memiliki

makna supaya anak

“lengket” dengan

bumi

Mochi fumi

1. Anak dapat

menginjakkan kaki

dengan yakin dan

menjdi orang yang

kuat

2. Mochi memiliki

makna memulai

sesuatu yang baru

2 Memantabkan hati Menaiki tangga tebu

1. Tebu = anteb ing

kalbu

2. Diharapkan

memiliki

kemantaban hati

Tidak ada

3 Kesejahteraan hidup Ceker-ceker

1. Diharapkan anak

dapat mencari

nafkah ketika

dewasa

Tidak ada

4 Memohon rejeki Menyebar udik-udik

1. Diharapkan anak

menjadi orang yang

dermawan sehingga

tidak menghambat

rejekinya

Keluarga yang lebih tua

memberikan uang

1. Uang diberikan

sebagai hadiah dan

memiliki harapan agar

anak tidak kekurangan

tidak kekurangan

uang saat dewasa.

5 Agar mengingat orang

tua

Tidak ada

Melemparkan mochi

kecil

1. Agar anak tidak

meninggalkan orang

tuanya ketika dewasa.

6 Memprediksi masa

depan

Memilih barang-barang

1. Untuk meprediksi

masa depan anak

dan mengetahui

bakat minat anak

Erabitori

1. Untuk meramalkan

masa depan anak.

7 Membersihkan badan Mandi kembang tujuh

rupa

1. Diharapkan anak

dapat membawa

Tidak ada

Page 40: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

27

nama baik keluarga,

agama, dan berguna

untuk masyarakat.

Pada kedua upacara sama-sama memiliki makna yang baik untuk sang anak

ketika dewasa nanti. Selain persamaan makna, kedua upacara ini juga memiliki

beberapa perbedaan makna dalam setiap prosesinya.

4.2 Pembahasan

Seperti yang sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya, tedhak siten

merupakan salah satu tradisi dari masyarakat jawa untuk merayakan pertama kali

anak belajar berjalan atau menginjak bumi. Sedangkan hatsu tanjo adalah upacara

untuk merayakan ulang tahun pertama dan pertama kali anak belajar berjalan.

Meskipun berasal dari dua negara yang berbeda, kedua tradisi ini memiliki

beberapa kesamaan. Selain itu, kedua tradisi ini memiliki beberapa perbedaan

dalam setiap prosesinya. Untuk membandingkan kedua ritual, maka peneliti akan

membahas setiap prosesi dan makna dari masing-masing upacara ini.

4.2.1 Persamaan dan perbedaan tedhak siten dan hatsu tanjo

4.2.1.1 Prosesi

A. Tedhak siten

Masyarakat jawa memiliki keyakinan bahwa manusia dan bumi memiliki

keterikatan. Eyang Djati Kusumo menjelaskan bahwa dalam kehidupan terdapat

dua jagad yaitu jagad gedhe dan jagad cilik, jagad cilik melambangkan manusia

Page 41: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

28

sedangkan jagad gedhe melambangkan bumi. Jagad cilik tidak dapat hidup

makmur dan bahagia tanpa adanya jagad gedhe. Bumi dan manusia memiliki

keterkaitan, bumi memberikan dan manusia merawat. Bumi memberikan sumber

daya untuk manusia agar bisa hidup dan manusia sebaiknya dapat merawat bumi

sebagai bentuk terima kasih kepada bumi. Oleh karena itu, ketika anak pertama

kali dapat menginjak bumi, maka orang tua memperkenalkan bumi kepada anak

melalui ritual tedhak siten.

Upacara tedhak siten ini juga sebagai wujud syukur atas karunia Tuhan atas

anak yang dititipkan kepada orang tua. Pada saat upacara, keluarga juga

menyiapkan tumpeng dengan ayam utuh. Masyarakat jawa menggunakan

tumpeng untuk setiap perayaan. Tumpeng adalah nasi kuning yang memiliki

bentuk kerucut dan terdapat 7 macam lauk disekitarnya.

Upacara ini, biasanya dilaksanakan di pelataran rumah. Seluruh keluarga

dan tetangga akan hadir pada upacara ini. Prosesi pertama adalah tedhak jadah

atau menginjak jadah. Selain jadah, juga terdapat jenang sengkoloatau bubur

ketan berwarna merah dan putih yang berarti ilang kolo ne atau hilang sialnya.

Jadah memiliki 7 warna yaitu merah, putih, hijau, hitam, biru, putih, kuning, ungu

yang melambangkan warna-warni kehidupan. Anak yang masih belajar berjalan

dituntun oleh orang tuanya untukberjalan diatas 7 buah jadah yang diletakkan di

atas tempeh atau wadah yang terbuat dari bambu.

Setelah itu, anak dituntun untuk menaiki tangga yang tebuat dari tebu yang

disebut tangga arjuna. Biasanya anak akan tertatih ketika menaikki tangga, tidak

jarang anak akan menangis saat prosesi berlangsung. Selanjutnya anak dituntun

Page 42: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

29

berjalan keatas gundukan pasir dan melakukan ritual ceker-ceker, kemudian anak

dimasukkan kedalam kurungan ayam yang sudah dihias dengan bunga-bunga.

Dalam kurungan ayam telah tersedia berbagai macam barang seperti buku, pensil,

kalkulator, alat-alat kedokteran, mainan, dan jajan pasar. Anak dibimbing untuk

memilih salah satu dari barang yang nantinya akan menjadi prediksi masa depan

sang anak. Biasanya anak diperbolehkan untuk memilih beberapa barang sesuai

dengan keinginan orang tua.

Setelah itu, keluarga akan melemparkan udik-udik atau uang logam yang

sudah dicampur dengan kembang tujuh rupa. Biasanya yang melemparkan udik-

udik adalah ayah dan kakek, tetapi dengan seiring perkembangan zaman anggota

keluarga yang lain akan ikut menyebarkan udik-udik yang dilemparkan kearah

tamu.

Prosesi terakhir adalah memandikan anak dengan kembang 7 rupa. Ibu akan

menyiramkan anak dengan air kembang lalu mengganti pakaian sang anak dengan

pakaian yang lebih bagus. Setelah itu acara dilanjutkan dengan makan bersama

keluarga dan tamu undangan.

Upacara tedhak siten biasanya diadakan dengan meriah dan dipandu oleh

seorang pemandu acara wanita. Pemandu acara harus mengerti setiap prosesi dan

makna yang terkandung dalam setiap langkah yang diambil sang anak.

A. Hatsu tanjo

Perayaan hatsu tanjo di Jepang tidak semeriah perayaan tedhak siten di

Jawa. Ritual ini hanya dihadiri oleh keluarga yang tinggal serumah dengan sang

Page 43: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

30

anak. Upacara ini memiliki beberapa versi diantaranya issho atau shoi mochi, tate

mochi dan mochi fumi. Masyarakat Kyushu menjalankan hatsu tanjo dengan

mochi fumi yaitu dengan menginjak mochi.

Mochi memiliki tekstur kenyal dan lengket sama seperti jadah. Mochi

terbuat dari beras mochi atau mochigome. Menurut Tateishi Kenta, mochi

memang sering digunakan untuk perayaan di Jepang, seperti untuk tahun baru,

kelahiran, peresmian gedung baru dan lain lain.

Warna mochi untuk ritual mochi fumi lebih sederhana dari tedhak

siten.Mochi dalam ritual ini hanya memiliki dua warna yaitu merah dan putih.

Mochi yang diinjak memiliki berat sekitar 2 kilogram yang melambangkan

kehidupan dan kematian seseorang.

Tata cara ritual mochi fumi adalah, anak akan dipakaikan sandal yang

terbuat dari rotan atau yang disebut dengan waraji. Setelah itu , anak didampingi

orang tua akan berjalan dan menginjak mochi. Tetapi, biasanya anak akan

menangis saaat ritual ini karena merasa tidak nyaman dengan sandal rotan. Oleh

karena itu, beberapa orang tua tidak memakaikan waraji agar anak merasa lebih

nyaman.

Pada saat berjalan diatas mochi anggota keluarga lainnya akan menyanyikan

lagu untuk menyemangati sang anak. Lagu yang dinyanyikan adalah sebagai

berikut :

あんよ が 上手、あんよ が 上手、あんよ が 上手

Anyo ga jouzu, anyo ga jouzu, anyo ga jouzu

Kaki kecil hebat, kaki kecil hebat, kaki kecil hebat

Page 44: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

31

Apabila anak sudah pintar berjalan orang tua akan melemparkan mochi kecil

agar anak terjatuh. Biasanya tidak semua anak akan dilempari mochi karena hal

tersebut juga dapat membahayakan sang anak. Setelah berjalan diatas mochi, anak

merangkak kearah barang-barang yang sudah disusun oleh orang tuanya. Barang-

barang tersebut adalah sempoa, kamus, pensil atau kuas, kosmetik, uang atau

dompet, alat ukur atau penggaris. Barang yang dipilih pertama kali akan menjadi

prediksi masa depan anak.

4.2.1.2 Alat yang digunakan

A. Tedhak siten

Pada upacara tedhak siten terdapat banyak alat atau media yang digunakan, alat

pertama adalah jadah. Jadah adalah unsur terpenting dalam upacara ini, karena

jadah merupakan media penanda anak pertama kali menginjak bumi. Terdapat 7

buah jadah dengan warna yang bermacam-macam dan sang anak harus berjalan di

atas jadah tersebut.

Gambar 4.1 jadah dan tangga arjuna

Page 45: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

32

Alat yang kedua adalah tangga arjuna. Tangga ini terbuat dari tebu yang

disusun vertikal dan sudah dihiasi dengan berbagai macam bunga. Tangga ini

dinaiki tepat setelah sang anak selesai berjalan diatas jadah. Setelah anak menaiki

tangga Arjuna, anak melakukan ritual ceker-ceker. Pada ritual ini alat yang

digunakan adalah gundukan pasir. Kaki dari sang anak harus menggali pasir yang

sudah dicampur oleh bunga-bunga. Pasir yang digunakan adalah pasir hitam biasa

yang diletakkan di dalam wadah wadah mangkuk atau di biarkan begitu saja di

atas lantai. Bunga yang dicampurkan pada pasir adalah bunga-bunga yang biasa

digunakan dalam ritual-ritual yaitu bunga mawar dan melati.

Gambar 4.2 Kurungan Ayam

Selanjutnya anak dimasukkan kedalam kurungan ayam untuk memilih

barang-barang yang menggambarkan masa depan mereka. Di dalam kurungan ini

terdapat berbagai macam barang yang akan menjadi penuntun atau penanda masa

depan anak yaitu, alat tulis, mainan, penggaris, buku, alat hitung, dan lain-lain.

Page 46: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

33

Gambar 4. 3 Udik udik

Alat selanjutnya adalah udik-udik atau uang logam yang sudah dicampur

dengan bunga-bunga. Uang logam dimasukkan kedalam kendi yang dicampurkan

dengan beras kuning dan kembang 7 rupa, yang nantinya akan disebar kepada

tamu-tamu undangan yang hadir.

B. Hatsu tanjo

Pada upacara hatsu tanjo alat yang digunakan lebih sedikit dari tedhak siten.

Pada prosesi mochi fumi, anak harus menginjak mochi. Mochi yang digunakan

hanya 2 buah saja yang berwarna merah dan putih dengan berat sekitar 2 kilogram.

Saat menginjak mochi sang anak menggunakan sandal yang bernama waraji, tidak

ada ketentuan warna khusus pada waraji tetapi umumnya berwarna merah.

Gambar 4.5 Mochi dan waraji

Page 47: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

34

Pada prosesi selanjutnya, anak merangkak kearah barang-barang untuk

melakukan erabirtori. Sama seperti tedhak siten, anak juga diharuskan memilih

beberapa barang yang akan menentukan masa depan sang anak, seperti kuas,

sempoa, uang, maianan, penggaris, gunting, dan lain-lain.

Gambar 4.6 Alat-alat untuk Erabitori

Persamaan pertama adalah media injak kedua ritual. Meskipun memiliki

nama yang berbeda dan bahan yang berbeda, tetapi tekstur dari kedua media

sama-sama kenyal dan lengket. Bahan jadah berasal dari beras ketan sedangkan

mochi berasal dari beras mochi atau mochigome.

Perbedaan hatsu tanjo dan tedhak siten pada prosesi pertama adalah, pada

saat menginjak mochi atau jadah upacara hatsu tanjo anak menggunakan sandal

waraji, sedangkan pada tedhak siten anak bertelanjang kaki. Tidak ada makna

khusus dalam penggunaan alas kaki pada setiap ritual. Tetapi hal ini, menjadi

perbedaan yang signifikan pada kedua ritual.

Perbedaan kedua pada prosesi pertama adalah, warna pada masing-masing

jadah dan mochi. Warna jadah lebih beragam, sedangkan warna mochi hanya dua

warna.

Page 48: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

35

Persamaan selanjutnya adalah, ritual memilih barang. Masyarakat jepang

menyebut ritual ini sebagai erabitori. Pada ritual erabitori anak akan dihadapkan

dengan beberapa pilihan barang. Begitu pula dengan hatsu tanjo, anak juga akan

dibimbing untuk memilih salah satu dari beberapa barang yang disediakan oleh

orang tua.

Pada upacara hatsu tanjo, ritual erabitori dilakukan setelah anak selesai

menginjak dan berjalan di atas mochi. Anak akan dibiarkan duduk terlebih dahulu,

lalu merangkak atau berjalan kearah barang –barang yang sudah disediakan.

Biasanya anak diperbolehkan memilih 1 sampai 2 barang.

Hampir sama dengan upacara hatsu tanjo, pada upacara tedhak siten anak

juga dibimbing untuk memilih barang. Bedanya, pada upacara tedhak siten anak

akan dimasukkan kedalam kurungan ayam yang sudah dihias terlebih dahulu. Di

dalam kurungan ayam, anak akan memilih barang tanpa dibimbing oleh orang tua.

Kedua ritual ini sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meramal

masa depan anak dan untuk mengetahui minat anak. barang yang disedakan tidak

memiliki ketentuan khusus. Tetapi biasanya, dalam kedua ritual terdapat beberapa

kesamaan, yaitu alat tulis seperti kuas dan pensil, alat hitung seperti sempoa atau

kalkulator, dan uang. Sisanya tergantung pilihan orang tua, seperti mainan, alat-

alat kedokteran, bola, penggaris, kosmetik, buku, dan jajan pasar. Arti dari barang

yang disediakan juga memiliki beberapa kesamaan, yang nanti juga akan dibahas

di bab setelah ini.

Page 49: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

36

Prosesi selanjutnya pada upacara tedhak siten adalah menyebar uang

logam yang dicapur dengan kembang tujuh rupa. Ritual ini dinamakan udik-udik.

Biasanya yang menyebar atau melempar uang logam adalah kakek atau ayah.

Sedangkan dalam upacara hatsu tanjo, anak diberikan uang oleh keluarga yang

lebih dewasa sebagai hadiah ulang tahun.

Setelah semua runtutan ritual berakhir, mochi akan dipersembahkan untuk

leluhur dan seluruh keluarga akan merayakan dengan makan bersama. Dalam

upacara tedhak siten, ritual terakhhir adalah memandikan anak dengan air

kembang tujuh rupa dan didandani pakaian yang bagus. Setelah itu, keluarga dan

tamu undangan makan bersama.

4.2.2 Perbandingan makna tedhak siten dan hatsu tanjo

Pada setiap prosesi dalam tedhak siten dan hatsu tanjo memiliki makna

yang tersirat. Ada beberapa prosesi dengan makna yang berbeda, tetapi pada

beberapa prosesi kedua upacara ini memiliki makna yang sama.

Pada upacara tedhak siten banyak terdapat angka 7 dan 5. Bukan tanpa

alasan, angka 7 dan 5 memiliki makna tertentu. Angka tujuh atau dalam bahasa

jawa disebut pitu memiliki arti pitulungan atau pertolongan. Angka ini diharapkan

membawa keberuntungan dan pertolongan pada setiap kehidupan yang dijalani.

Sedangkan angka 5 diambil dari istilah sedulur papat, limo pancer yang artinya

kita sebagai manusia ketika lahir memiliki 4 saudara yaitu watman, wahman,

rahman dan ariman. Watman berarti kondisi ibu saat pertama kali mengejan,

wahman berarti kawah atau jalan lahir bayi, rahman darah yang keluar saat

Page 50: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

37

melahirkan, ariman adalah ari-ari atau plasenta bayi. Sedangkan limo pancer

memiliki arti jati diri atau diri sendiri.

Menurut Eyang Djati Kusumo 7 dan 5 juga melambangkan perjalanan

hidup serta kunci hidup manusia. Dapat diartikan angka 7 dan lima sebagai

lambang kunci perjalan manusia. Oleh karena itu, pada saat anak berusia 7x35

hari anak harus di”selameti”. Tidak seperti di Jawa yang memiliki perhitungan

tanggal untuk melaksanakan upacara, pada upacara hatsu tanjo tidak memiliki

makna tertentu dalam pemilihan tanggal. Upacara dilaksanakan tepat pada hari

kelahiran sang anak.

Salah satu persamaan yang menonjol antara hatsu tanjo dan tedhak siten

adalah media injak saat upacara. Pada upacara tedhak siten penggunaan jadah 7

warna memiliki arti warna-warni kehidupan. Makna jadah pada upacara tedhak

siten adalah supaya lengket dengan bumi, tidak merusak dan menjaga kelestarian

alam.Warna pada jadah juga memiliki arti sendiri-sendiri. Berikut adalah arti dari

setiap warna jadah.

1. Merah : merah memiliki arti berani. Selain itu, warna darah manusia

adalah merah, jadi merah juga dapat diartikan sebagai manusia.

2. Hijau : melambangkan dedaunan atau bumi.

3. Biru : melambangkan angin dan kesetiaan

4. Kuning : melambangkan air dan kekuatan

5. Putih : timur cahaya matahari atau kesucian

6. Hitam : kecerdasan dan api

7. Ungu : melambangkan jiwa manusia dan ketenangan

Page 51: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

38

Jadah disusun dari warna yang paling gelap lalu warna yang paling terang,

hal ini menggambarkan cobaan yang dialami ketika sang anak dewasa mulai yang

paling berat hingga mendapatkan pencerahan.

Di Jepang, mochi digunakan untuk melaksakan perayaan. Pada upacara

hatsu tanjo, mochi yang digunakan memiliki berat hampir 2 kilogram dan

berwarna merah putih. Mochi dengan berat 2 kilogram ini memiliki makna

perjalanan kehidupan manusia dari hidup sampai meninggal. Warna merah

memiliki arti kehidupan dan warna putih memiliki arti kematian.

Pada kedua upacara ini, ritual menginjak jadah dan mochi sama-sama

memiliki tujuan untuk memperingati anak pertama kali menapaki kehidupan baru

sebagai manusia. Bayi merasakan pengalaman baru sebagai manusia yaitu

berjalan, dan orang tua menggunakan media jadah dan mochi sebagai tanda

bahwa sang anak sudah mulai bertumbuh.

Prosesi selanjutnya pada upacara tedhak siten adalah menaikki tangga tebu.

Tebu memiliki arti anteb ing kalbu yang artinya kemantaban hati. Pada prosesi ini

anak diharapkan memiliki kemantaban hati dan tidak mudah digoyahkan

keputusannya. Setelah itu, anak melakukan ritual ceker-ceker yang memiliki

makna agar ketika dewasa anak dapat mencar nafkah sendiri dan tidak bergantung

pada orang lain.

Hatsu tanjo dan tedhak siten memiliki prosesi yang mirip, yaitu prosesi

memilih barang. Pada upacara tedhak siten sebelum memilih barang anak

dimasukkan kedalam kurungan ayam terlenih dahulu, sedangkan pada hatsu tanjo

anak langsung diarahkan untuk memilih. Kurungan ayam pada upacara tedhak

Page 52: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

39

siten memiliki makna dunia, anak diibaratkan telah memasuki dunia yang

sesunggguhnya dan telah dapat memilih apa yang akan dilakukannya pada saat

dewasa nanti. Barang-barang yang digunakan juga hampir sama, makna dari

setiap barang-barang juga sama.Berikut adalah makna dari barang-barang yang

terdapat pada erabitori:

1. Kuas atau pensil : di masa depan anak akan menjadi seniman atau penulis.

2. Sempoa : pedagang atau seseorang yang pandai dalam menghitung.

3. Uang atau dompet : akan diberkahi dengan kekayaan, properti, dan barang-

barang mewah lainnya.

4. Gunting : memiliki bakat dibidang fashion atau memiliki keahlian tangan

yang bagus.

5. Penggaris ukur : memiliki rumah yang besar ketika dewasa nanti.

6. Alat makan (sumpit, sendok) : akan menjadi juru masak atau tidak akan

kelaparan dimasa depannya nanti.

7. Kamus : akan menjadi orang yang pintar dan memiliki pengetahuan yang

luas.

8. Bola atau sepatu : akan menjadi atlet.

Dalam upacara tedhak siten juga memiliki arti yang hampir sama dengan

erabitori, hanya saja biasanya orang tua menambahkan alat-alat yang sesuai

dengan keinginan orang tua atau profesi orang tua. Apabila orang tua adalah

seorang dokter maka akan ditambahkan alat-alat kedokteran seperti suntik dan

stetoskop.

Page 53: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

40

Kedua ritual ini sama-sama memiliki makna memprediksi masa depan

sang anak, sebagai doa untuk profesi anak di masa depan. Untuk masyarakat

Jepang biasanya tidak terlalu mempercayai hal ini, sehingga ritual erabitori

biasanya hanya untuk bersenang-senang saja. Masyarakat Jepang percaya bahwa

upacara hatsu tanjo dapat menjadi awal kehidupan sang anak sehingga orang tua

mempersiapkan dan memberikan doa agar anak dapat menjadi anak yang sukses

di kehidupannya nanti. Pada setiap ritual yang dilaksakan juga mengandung doa

agar sang anak tidak lupa akan orang tuanya dan menjadi anak yang selalu

diberkati oleh Tuhan.

Tujuan utama dari upacara tedhak siten adalah agar anak mengenal bumi.

Dalam masyarakat kejawen, alam dan manusia harus saling berkaitan. Ketika anak

sudah menjalani ritual untuk mengenal bumi, maka bumi tidak akan jahat kepada

sang anak. ritual ini juga bertujuan agar anak secara spiritual dapat menjalani

kehidupan yang baik dan tidak melupakan orang tua serta keluarganya. Selain itu,

anak juga harus dermawan terhadap sesama, sehingga saat kesulitan sang anak

akan mendapat pertolongan dari orang lain. Terlepas dari ramalan masa depan,

orang tua juga berharap anak dapat mendapatkan profesi yang diinginkan. Pada

upacara hatsu tanjo juga memiliki makna yang baik. Anak diharapkan menjadi

anak yang kuat, sehat, bisa menjadi apa yang diharapkan ketika dewasa nanti dan

menjadi anak berbakti pada orang tuanya. Setiap perjalanan hidup dari lahir

sampai meninggal nanti selalu diberkahi oleh Tuhan, dan diberi rejeki yang cukup.

Page 54: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

41

Meskipun kedua budaya ini berasal dari dua negara yang berbedahatsu

tanjo dan tedhak siten sama-sama memiliki makna agar sang anak dapat

menjalani kehidupan yang baik di masa depan. Keduanya juga sama-sama berisi

doa keselamatan dan kesuksesan untuk sang anak.

Page 55: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

42

Page 56: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

41

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada sub bab ini, peneliti akan menarik kesimpulan berdasarkan rumusan

masalah dan pembahasan pada bab sebelumnya. Adapun kesimpulan yang ditarik

oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Upacara hatsu tanjo dan tedhak siten memiliki beberapa kesamaan.

Terutama pada ritual mochi fumi dan tedhak jadah, kedua ritual ini

memiliki prosesi yang hampir sama yaitu menginjak media perantara.

Selain itu, ritual meramal masa depan juga memiliki prosesi dan media

yang yang sama meskipun terdapat beberapa perbedaan. Adapun

perbedaan antara upacara hatsu tanjo dan tedhak siten adalah kemeriahan

dan makna pada setiap prosesi. Upacara tedhak siten lebih memiliki

makna yang rumit dan selalu berhubungan dengan kesinambungan antara

manusia dan alam, sedangkan hatsu tanjo dilaksanakan hanya untuk

merayakan dan kesenangan semata.

2. Kesamaan makna antara kedua upacara ini adalah setiap ritual yang

dilaksanakan mengandung doa dari orang tua dan keluarga agar ketika

sang anak beranjak dewasa, mereka dapat menjalani kehidupan yang baik.

Selain itu, anak diharapkan ketika dewasa dapat membanggakan orang tua

dan tidak pernah lupa kepada orang tua yang membesarkannya.

Page 57: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

42

Upacara ini juga memiliki makna bahwa ketika anak pertama kali belajar

berjalan, saaat itu pula kehidupan baru sebagai manusia telah dimulai.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ditarik berhubungan dengan penelitian ini,

maka peneliti memberikan saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut yang

terbagi menjadi saran teoritis dan praktis.

5.2.1 Saran Teoritis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan

saran teoritis terhadap peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian

terhadap upacara tedhak siten dan hatsu tanjo untuk meneliti beberapa aspek, di

antaranya:

1) Makna penggunaan mochi dan jadah dalam upacara tedhak siten dan hatsu

tanjo.

2) Peran orang tua dalam upacara tedhak siten dan hatsu tanjo.

5.2.2 Saran Praktis

Diharapkan terdapat lebih banyak penelitian mengenai studi perbandingan

budaya antara budaya Indonesia dan Jepang. Mengingat Jepang pernah

menduduki Indonesia selama 3,5 tahun yang membuat budaya dan tradisi antara

kedua negara m ini memiliki beberapa kemiripan.

Page 58: STUDI KOMPARATIF RITUAL DAN SKRIPSI LINTANG ...repository.ub.ac.id/5740/1/LINTANG VIOLETTA YUVINDA PUTRI...studi Penulis dan mahasiwa Pendidikan Bahasa Jepang lainnya serta untuk motivasi

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

AG. Muhaimin. (2001). Islam dalam Bingkai Budaya Local Potret dari cirebo.

Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu

Amin, Darori. (2000). Islam dan Kebudayaan Jawa . Yogyakarta : Gamamedia.

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa. (2000). Upacara Tradisional Masyarakat Jawa.

Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

El Rais, Heppy. (2012). Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Pusat Belajar.

Harsojo. (1967). Pengantar Antropologi. Bandung: Bina Cipta.

Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nazir, Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Yogyakarta : Ar Ruzz Media.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet.

Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

Utomo, Sastro Sutrisno. (2002). Upacara daur Hidup Adat jawa. Semarang :

Efflar.

Skripsi :

Ida Solihatin. 2015. Makna Tradisi Tedhak Siten dan Relevansinya dengan Ajaran

Islam di Desa Sukosono Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara.

Chaula Imanita Berti. 2014. Studi komparatif Unsur Pembentuk Drama

Tradisional Noh dan Wayang Topeng Malangan.