laporan kasus- letak lintang 2
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Letak lintang merupakan suatu keadaan dimana sumbu memanjang tubuh bayi kira-kira
tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Bila sumbu memanjang tersebut membentuk
sudut lancip, hasilnya adalah letak lintang oblik. Pada letak lintang, biasanya bahu berada diatas
pintu atas panggul, sedangkan kepala terletak di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa
iliaka yang lain. Keadaan ini disebut presentasi bahu atau presentasi akromion.1,2,3
Jenis-jenis letak lintang, adalah sebagai berikut: menurut letak kepala, yakni letak lintang
I (posisi kepala di sebelah kiri), letak lintang II (posisi kepala di sebelah kanan). Menurut posisi
punggung, yaitu dorso anterior (posisi punggung janin berada di depan), dorso posterior (posisi
punggung janin berada di belakang), dorso superior (posisi punggung janin berada di atas), dorso
inferior (posisi punggung janin berada di bawah). 1,4
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Rumah sakit di Indonesia
melaporkan angka kejadian letak lintang antara lain: RSUP Dr. Pirngadi, Medan 0,6%,
RS Hasan sadikin, Bandung 1,9%, RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1%
dari 12.827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3% dan Holland 0,5-0,6%. 1,5
Insiden letak lintang bertambah dengan bertambahnya paritas. Pada wanita dengan paritas
4 kali atau lebih, insiden letak lintang hampir 10 kali lipat dibanding wanita nulipara.6
Penyebab dari letak lintang antara lain ibu dengan paritas tinggi, adanya tumor pelvis,
deformitas pelvis, malformasi uterus, janin yang prematur, hamil ganda, hidramnion,
makrosomia, hidrosefalus, anensefalus, atrofi otot uterus dan plasenta previa.1,6
Setiap kehamilan dan persalinan tentu ada resikonya, tetapi yang dimaksud ialah
kehamilan dan persalinan dengan resiko meningkat (High Risk Pregnancy). Kira-kira 20-30 %
dari kehamilan dan persalinan mengandung resiko yang meningkat.7,8
Kehamilan resiko tinggi (High Risk Pregnacies) adalah kehamilan atau
janinnyamempunyai outcome yang buruk apabila dilakukan tata laksana secara umum seperti
yang dilakukan pada kasus normal. Kehamilan dengan kelainan letak seperti letak lintang
merupakan kehamilan yang beresiko tinggi bagi ibu dan bayi. Letak lintang dapat meningkatkan
resiko tali pusat menumbung antara 7-14 %. Angka bayi lahir mati lebih tinggi dua sampai tiga
kali untuk letak lintang. 7,8
1
Selain kehamilan dengan kelainan, riwayat persalinan buruk atau bad obstetri history
(BOH) juga merupakan salah satu faktor risiko dalam kehamilan risiko tinggi. Riwayat obstetrik
dengan luaran perinatal yang buruk merupakan predisposisi berulangnya insiden serupa,
disamping itu bayi pada kehamilan ini memiliki nilai sosial yang lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka tanpa BOH. 7
Gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin tidak menerima oksigen yang cukup,
sehingga hipoksia. Keadaan ini berbahaya bagi janin sehingga dapat mengancam kesehatan
janin. Gawat janin ditandai dengan berkurangnya gerakan bayi, denyut jantung janin > 160 x/m
atau < 120 x/m, adanya mekonium , dan ada gambaran deselerasi pada NST. 9
Persalinan pada wanita hamil dengan kehamilan risiko tinggi, seperti letak lintang dan
BOH serta keadaan gawat janin sudah merupakan indikasi untuk dilakukannya sectio
ceasarea. 3,10
Dalam laporan kasus ini akan dipaparkan suatu kasus seksio sesarea atas indikasi letak
lintang, BOH dan gawat janin.
2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. Yanti Tengkueh
Umur : 17 Tahun
Alamat : Perum Paniki
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Nama Suami : Tn. Yusak Tulit
Pendidikan Suami : Swasta
Pekerjaan Suami : SD
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Masuk Rumah Sakit : 2 Juni 2013 Jam 10.00 WITA
ANAMNESIS UTAMA
Keluhan Utama:
Pasien dirujuk dari PKM Paniki bawah dengan diagnosis G2P1A0, 17 tahun, hamil aterm + KPD 4
jam (ketuban pecah jam 06.00 wita di rumah pasien menyusul tangan bayi).
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Nyeri perut bawah ingin melahirkan dirasakan teratur.
- Pelepasan lendir bercampur darah (+)
- Pelepasan air dari jalan lahir (+)
- Pergerakan janin masih dirasakan oleh penderita.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit darah
tinggi, dan kencing manis disangkal penderita.
3
ANAMNESIS KEBIDANAN
Riwayat Kehamilan Sekarang:
Riwayat mual/muntah pada kehamilan muda. Nyeri ulu hati dan penglihatan terganggu
disangkal, sakit kepala disangkal. Kencing dan buang air besar biasa. Perdarahan dan keputihan
disangkal. Penderita tidak mengkonsumsi rokok dan minuman beralkohol.
Pemeriksaan Antenatal (PAN):
PAN dilakukan sebanyak 4 kali di PKM Paniki. Suntik TT sebanyak 1 kali.
Riwayat Haid:
Haid pertama dialami pada usia 13 tahun dengan siklus teratur dan lamanya haid tiap siklus 4
hari. Hari pertama haid terakhir 27 Agustus 2012, tafsiran tanggal partus pada 3 Juni 2013.
Riwayat Keluarga:
Penderita tidak menikah sah dengan suami sekarang, sudah berlangsung 3 tahun.
Keluarga Berencana:
Belum pernah ikut program KB.
Riwayat Kehamilan Terdahulu:
1. 2012, ♂, spontan bracht, BBL 2600 gram, meninggal 3 hari post partum.
2. 2013, hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernapasan : 22 x /menit
Suhu Badan : 36,60C
4
Gizi : Cukup
Mata : Pupil isokor, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
Dada : Simetris, deformitas (-)
Jantung : Bunyi jantung I-II normal, bising (-)
Paru-Paru : Sp. vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Hati dan Limpa : Sulit dievaluasi
Kelamin : Vulva edema (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), RF (+) normal
BB/TB : 58 kg/ 152 cm
Status Obstetri:
Pemeriksaan Luar:
Tinggi Fundus Uteri : 30 cm
Letak Janin : Letak lintang
His : 6-7’/ 20-25”
BJA : 170 – 180 dpm
TBBA : 2790 gram
Pemeriksaan Dalam:
Eff 90%. Pembukan 3-4. Ketuban (-), sisa mekonium. PP masih tinggi, teraba tangan.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
2 Juni 2013
Leukosit : 17.800 /mm3
Eritrosit : 4,56 x 106/mm3
Hb : 10,3 g/dL
Hematokrit : 32,9 %
Trombosit : 213.000 /mm3
5
KESIMPULAN SEMENTARA
G2P1A0, 17 tahun, hamil 39-40 minggu, inpartu kala I + BOH.
Janin intrauterin tunggal hidup letak lintang+ gawat janin.
RESUME MASUK
G2P1A0, 17 tahun, MRS tanggal 2 Juni 2013 jam 10.00 WITA, dirujuk dari PKM Paniki dengan
diagnosis G2P1A0, 17 tahun, hamil aterm + KPD 4 jam (ketuban pecah jam 06.00 menyusul
tangan bayi). Tanda inpartu (+), pelepasan air dari jalan lahir (+), pergerakan janin (+).
Status presens: T: 130/70 mmHg N: 80 x/menit R: 22/menit S: 36,60C
Status obstetri: TFU 30 cm, letak lintang, BJA 170 – 175 dpm
Pemeriksaan dalam: Eff 90%, Pembukan 3-4. Ketuban (-). PP masih tinggi, teraba tangan.
DIAGNOSIS KERJA:
G2P1A0, 17 tahun, hamil 39-40 minggu, inpartu kala I + BOH
Janin intrauterin tunggal hidup letak lintang + gawat janin.
Sikap:
Resusitasi intrauterine
Section sesarea
Konseling, informed consent
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, crossmatch
Sedia donor,setuju operasi
Observasi TNRS, His, BJJ
Lapor Konsulen: Advis SC.
6
OBSERVASI PERSALINAN
Tanggal 2 Juni 2013
Jam 11.30 WITA
Keluhan : nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan dirasakan teratur
Pemeriksaan : Keadaan umum : cukup Kesadaran: compos mentis
T: 120/90 mmHg N: 84 x/menit R: 20 x/menit S: 36,5 °C
Status obstetri : TFU : 30 cm BJA:180-193 dpm TBBA: 2790 gram
Letak janin: letak lintang
His: 6-7’/ 20-25”
Pemeriksaan dalam : Eff 90%, pembukaan 3-4 cm, ketuban (-), sisa
mekonium, PP bahu masih tinggi, teraba tangan bayi.
Diagnosis : G2P1A0, 17 tahun, hamil 39-40 minggu inpartu kala I + BOH.
Janin intrauterin tunggal hidup letak lintang + gawat janin.
Sikap : - Rencana Seksio Sesarea
- Konseling, Informed Consent
- Sedia donor, setuju operasi
- Cek Lab, Cross match
- Obs TNRS, His, BJJ
- Lapor konsulen advis SC
Jam 12.00 WITA
Pasien didorong ke OK Cito.
Jam 12.30 WITA
Operasi dimulai, dilakukan “Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda (SCTP)”
Jam 12.35
Lahir bayi laki-laki, BBL: 2500 g, PBL: 47 cm, AS: 1-3-5.
Jam 13.40
Operasi selesai.
7
LAPORAN OPERASI
Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi dalam keadaan spinal anastesi, dilakukan
asepsis dan antisepsis dengan betadin pada daerah abdomen dan daerah sekitarnya, kemudian
ditutup dengan doek steril, kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi pfanensteil, diperdalam
secara tajam sampai fascia. Fascia dijepit dengan dua klem Kocher, digunting kecil, diperlebar
ke atas dan ke bawah, otot disisihkan secara tumpul. Peritoneum dijepit dengan dua pinset.
Setelah yakin tidak ada usus di bawahnya, peritoneum digunting kecil dan diperlebar ke atas dan
ke bawah, tampak uterus gravidarum. Identifikasi plika vesika uterina, insisi, kemudian
disisihkan ke bawah. Identifikasi segmen bawah rahim (SBR). Kemudian dilakukan insisi
semulunar, ditembus secara tumpul sampai kavum uteri. Keluar cairan mekonium. Identifikasi
bayi letak lintang, bayi dilahirkan dengan tarikan kaki. Jam 12.35 Lahir bayi laki-laki, BBL:
2500 gram, PBL: 47 cm, APGAR score 5-7. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat diklem
dengan 2 klem Kocher lalu digunting diantaranya. Bayi diserahkan ke neonati untuk perawatan
selanjutnya. Identifikasi plasenta letak di corpus posterior. Plasenta dilahirkan dengan tarikan
ringan pada tali pusat. Luka insisi SBR dijahit dua lapis dengan chromic catgut. Lapisan pertama
secara simpul dan lapisan kedua secara jelujur. Plika vesika uterina dijahit secara jelujur dengan
chromic. Kontrol perdarahan (-). Dilakukan eksplorasi rongga abdomen, uterus bentuk normal,
tuba dan ovarium kiri dan kanan baik. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-sisa bekuan darah.
Dinding perut dijahit lapis demi lapis. Peritoneum dijahit dengan chromic catgut secara jelujur,
otot dijahit simpul dengan plain catgut, fascia dijahit jelujur dengan safil, lemak dijahit simpul
dengan plain catgut dan kulit dijahit subkutikuler dengan chromic catgut. Luka operasi
dibersihkan dan ditutup dengan kasa betadin. Jam 13.40 operasi selesai.
Diagnosis Post operasi : P2A0, 17 tahun, post SCTP ai Letak lintang + gawat janin
Lahir bayi laki-laki, BBL : 2500gr, PBL : 47cm, AS: 1-3-5
KU Post Operasi: T: 130/80 mmHg N: 80 x/menit R: 20 x/menit S: 36,60C
Kontaksi uterus baik
Perdarahan : ± 500 cc
Diuresis : ± 300 cc
8
Sikap Post SCTP:
IVFD RL : D 5% = 2:1 30 gtt/menit
Ceftriaxone 3 x 1 gr
Metronidazole 2 x 0,5 gr
Oksitosin 3 x 10 unit i.v.
Vit. C 1 x 1 amp i.v.
Kaltrofen supp. 1 x 2
Cek Hb 2 jam dan 6 jam post op
Bila Hb ≤ 10 g/dL pro transfusi.
FOLLOW UP
3 Juni 2013
S Nyeri luka operasi
O KU: Cukup Kes: CM
T: 120/80 mmHg N: 84 x/menit R: 22x/menit Sb: 36,50C
Mammae: laktasi -/-, infeksi -/-
Abdomen lemas, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Luka operasi terawat, BU (+), flatus (-).
A P2A0, 17 tahun, post SCTP a.i. letak lintang + gawat janin H. I
Lahir bayi laki-laki, BBL: 2500 gram, PBL: 47 cm, AS 1-3-5.
P
IVFD RL : D 5% = 2:1 30 gtt/menit
Ceftriaxone 3 x 1 gr
Metronidazole 2 x 0,5 gr
Oksitosin 3 x 10 unit i.v.
Vit. C 1 x 1 amp i.v.
4 Juni 2013
S (-)
O KU: Cukup Kes: CM
T: 110/80 mmHg N: 84 x/menit R: 20x/menit Sb: 36,40C
Mammae: laktasi -/-, infeksi -/-
9
Abdomen lemas, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Luka operasi terawat.
Lab:
Leukosit : 13.600 /mm3
Eritrosit : 4,05 x 106/mm3
Hb : 10,6 g/dL
Hematokrit : 27,0 %
Trombosit : 231.000 /mm3
A P2A0, 17 tahun, post SCTP a.i. letak lintang + gawat janin H. II
Lahir bayi laki-laki, BBL: 2500 gram, PBL: 47 cm, AS 1-3-5.
P
ASI on demand
Cefadroxil 3 x 500
SF 2 x 1
Vit. C 3x1
Metronidazole 2x1
Rawat luka
Diet TKTP
5 Juni 2013
S -
O KU: sedang Kes: CM
T: 120/80 mmHg N: 80 x/menit R: 20x/menit Sb: 36,60C
Mammae: laktasi +/+, infeksi -/-
Abdomen lemas, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Luka operasi terawat, BU (+).
A P2A0, 17 tahun, post SCTP a.i. letak lintang + gawat janin H. III
Lahir bayi laki-laki, BBL: 2500 gram, PBL: 47 cm, AS 1-3-5.
P
10
Cefadroxil 3 x 500mg
SF 1 x 1
Metronidazole 2x1
Vit. C 2x1
ASI on demand
Rawat luka
Diet TKTP
6 Juni 2013
S (-)
O KU: Cukup Kes: CM
T: 120/80 mmHg N: 78 x/menit R: 20x/menit Sb: 36,40C
Mammae: laktasi +/+, infeksi -/-
Abdomen lemas, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Luka operasi terawat, BU (+).
A P1A0, 25 tahun, post SCTP a.i. letak lintang + gawat janin H. IV
Lahir bayi laki-laki, BBL: 2500 gram, PBL: 47 cm, AS 1-3-5.
P
Cefadroxil 3 x 500
SF 1 x 1
Metronidazole 2x 1
Vit.C 2x1
ASI on demand
Rawat luka
Diet TKTP
R/ rawat jalan
DISKUSI
11
Pada diskusi ini akan dibahas tentang:
1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Komplikasi
4. Prognosis
1. DIAGNOSIS
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesa didapatkan adanya tanda-tanda inpartu pada pasien ini. Pelepasan air dari
jalan lahir dialami sejak pukul 06.00 WITA (2 Juni 2013). Keluar air dari jalan lahir, diikuti
dengan keluar tangan bayi. Nyeri perut bagian bawah rasa ingin melahirkan dirasakan teratur,
ada pelepasan lendir campur darah, pergerakan bayi masih dirasakan. Pergerakan bayi lebih
banyak dirasakan pada bagian kiri dan kanan perut.
Keluarnya air dari jalan lahir dan diikuti dengan keluarnya tangan bayi, menunjukan
adanya kemajuan pada persalinan. Dimana bahu janin dipaksa masuk ke dalam panggul dan
tangan sehingga didapatkan tangan menumbung seperti pada kasus di atas. 1,4
Pada pemeriksaan fisik pasien ini status praesens dalam batas normal. Status
obstetric pada pasien ini adalah TFU 30 cm, letak janin letak lintang, BJA (+) 180-193, His 6-
7’/20-25”, pergerakan janin (+), TBBA 2790 gram.
Letak lintang pada kasus ini, adalah letak lintang II (posisi kepala sebelah kanan).
Letak janin diketahui berdasarkan pemeriksaan Leopold. Pada Leopold I, pada fundus uteri
kosong, tidak ada teraba bagian janin, Leopold II teraba bagian keras, bulat pada samping kanan,
dan samping kiri lunak, Leopold III teraba bagian kecil. Letak lintang dapat terjadi karena
kelainan bentuk uterus ibu. Biasanya uterus berbentuk arkuatus, dimana uterus hanya memiliki
cekungan di fundus yang membuat janin sulit untuk dengan beradaptasi dengan ruangan uterus. 4,6
Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tebal lunak, arah axial. Pembukaan 3-4,
ketuban (-), sisa mekonium, PP masih tinggi, teraba tangan.
12
Pemeriksaan ini sesuai dengan literaur, yang menjelaskan pada kehamilan letak lintang
apabila ketuban telah pecah akan menyebabkan adanya kontraksi uterus yang terus berlanjut
sehingga bahu janin dipaksa masuk ke panggul dan juga ditemukan tangan menumbung. 1
Ditemukan sisa mekonium dalam pemeriksaan ini dapat merupakan tanda gawat janin. 9
Pada observasi persalinan, sejak pukul 11.00 sampai pukul 11.30, didapatkan denyut
jantung janin berkisar diantara 180 – 193 x/mnt. Pukul 11.30 sampai dengan pukul 12.00 denyut
jantung janin berkisar 180 – 195 x/mnt, terdapat peningkatan pada denyut jantung janin yang
menunjukkan adanya tanda-tanda gawat janin.
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin yang
abnormal, yaitu lebih dari 160 x/mnt atau kurang dari 120 x/mnt, disertai adanya pengeluaran
mekonium. Gawat janin atau fetal distress terjadi bila janin tidak menerima oksigen yang
cukup. 9
Pemeriksaan laboratorium pada saat pasien masuk rumah sakit, yaitu Hb 10,3 gr %,
leukosit 17.800/mm3, eritrosit 4,56 , hematokrit 32,9, trombosit 213.000/mm3.
2. PENANGANAN
Pada kasus ini dilakukan seksio sesarea. Seksio sesarea merupakan penanganan leak
linang yang paling aman khususnya pada bayi aterm. 1,4
Selain itu, menurut protocol kelainan letak dengan 1 faktor penyulit merupakan indikasi
untuk dilakukan sekion sesarea. Dalam kasus ini ditemukan letak lintang dengan 2 faktor
penyulit yaitu BOH dan gawat janin. 3,7,10
Berdasarkan literatur, persalinan pada kehamilan letak lintang pada anak hidup aterm
tidak dapat dilakukan pervaginam dan selalu memerlukan tindakan operaif. Bahaya persalinan
letak lintang adalah : 1,3,4,6
Pada bayi, dapat terjadi :
a) Prolapsus tali pusat atau tangan saat ketuban pecah
b) Retraksi otot uterus yang semakin pendek dapat menimbulkan gangguan
sirkulasi retroplasenta dan menyebabkan asfiksia intrauteri hingga kematian
janin.
Pada ibu, dapat terjadi rupture uteri dan kematian maternal yang dapat disebakan
oleh pendarahan, syok, atau infeksi.
13
3. KOMPLIKASI
Komplikasi utama letak lintang pada ibu adalah bila dipaksakan untuk lahir pervaginan
dapat menyebabkan rupture uteri, plasenta previa. Bila terjadi ketuban pecah dini, dapat degan
mudah terjadi infeksi. Dapat pula terjadi pendarahan post partum.
Komplikasi pada bayi adalah prolaps tali pusat atau tangan, distosia bahu, gawat janin,
infeksi dan kematian bayi.
Pada kasus ini, komplikasi pada ibu tidak ditemukan. Sedangkan pada bayi didapatkan
adanya gawat janin.1,3,4,6
4. PROGNOSIS
Prognosis terhadap ibu adalah dubia ad bonam karena keadaan ibu pre operasi, durante
dan post operasi baik, tanpa adanya komplikasi yang mempersulit dan membahayakan keadaan
ibu.
Prognosis pada bayi adalah dubia ad malam karena ketika bayi lahir, didapatkan APGAR
skore 1-3-5.
PENUTUP
14
KESIMPULAN
o Diagnosis letak lintang, BOH dan gawat janin pada kasus ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
o Penyebab letak lintang pada kasus ini belum diketahui dengan pasti,
namun faktor-faktor ibu dengan paritas tinggi, adanya tumor pelvis, deformitas pelvis,
malformasi uterus, janin yang prematur, hamil ganda, hidramnion, makrosomia,
hidrosefalus, anensefalus, atrofi otot uterus dan plasenta previa.
o Keputusan untuk melakukan seksio sesaria pada kasus ini sudah tepat
sesuai indikasi kelainan letak dengan faktor penyulit yaitu letak lintang, BOH, dan gawat
janin.
o Prognosis pada kasus ini untuk ibu adalah dubia ad bonam dan untuk anak
adalah dubia ad malam.
SARAN
o Pemeriksaan sebaiknya dilakukan setiap bulan sampai umur kehamilan 28
minggu, setiap 2 minggu 1x sampai umur kehamilan 36 minggu dan setiap minggu untuk
umur kehamilan lebih dari 36 minggu. Sehingga jika terdapat penyulit pada kehamilannya
dapat ditangani sedini mungkin.
o Dianjurkan agar ibu menggunakan kontrasepsi untuk menunda kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Cunningham FG, et al. Distosia, Transverse Lie : Williams Obstetrics. 22nd edition. New
York: Mc Graw Hill Medical Publising Division; 2005. p. 509-36.
2. Mochtar, Rustam., Lutan, Delfi (ed). Letak lintang. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2.
Jakarta: EGC. 1998. p. 366-372
3. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu
Kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2002. h. 607-622.
4. Manuaba IBG, et al. Persalinan Distosia Akibat Letak Lintang. Pengantar Kuliah
Obsteri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. h. 758-761
5. Martohoesodo, S dan Hariadi, R. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin.
Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. 1999.
6. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal
and problem pregnancies. 3rd edition. New York: Churchill Livingstone. Ltd; 2000. p.
478-90.
7. Manuaba IBG, et al. Kehamilan risiko tinggi. Pengantar Kuliah Obsteri. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2007. h. 43-44
8. Mochtar R, Lutan D. Kasus Resiko Tinggi. Sinopsis Obstetri. Jilid 2 Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998. H. 201-6
9. Mochtar R, Lutan D. Asfiksia Neunatorum. Sinopsis Obstetri. Jilid 1 Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998. h. 427- 430
10. W ink jos a s t ro H . I lm u Bedah Ke b ida nan ed i s i pe r t a ma , cetakan
kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2000. h. 103-32
16