obs-gin, sc ai. bekas sc + letak lintang

23
PENDAHULUAN Seksio sesarea didefinisikan sebagai pengeluaran janin hidup atau meninggal melalui insisi dinding abdomen dan dinding uterus. Katz dan kawan-kawan menganjurkan penggunaan terminologi histeretomi sebagai pengganti seksio sesarea. Di berbagai bagian dunia, frekuensi seksio sesarea mengalami peningkatan, sementara di beberapa tempat lainnya frekuensinya tetap karena perbedaan indikasi dan ketetapan. Di Indonesia sendiri angka kejadiannya sekitar 30 % di tahun 2002. Di RSCM Jakarta, sebagai rumah sakit pusat rujukan, mempunyai angka kekerapan rata-rata 41,2 % dengan 18 % diantaranya adalah kasus seksio sesarea elektif. 1-5 Di RSUP Malalayang, tahun 2001 terdapat 489 kasus, tahun 2002 ada 556 kasus dan tahun 2003 terdapat 493 kasus. Peningkatan ini terjadi berkat kemajuan dalam bidang antibiotika, teknik operasi yang lebih sempurna, transfusi darah, anestesi yang lebih baik, pengenalan gawat janin yang cepat dan penurunan paritas. 6 Indikasi untuk melakukan seksio sesarea antara lain: 7 Indikasi ibu: panggul sempit absolut, tumor pada jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/ 1

Upload: andrian-hok-halim

Post on 31-Jul-2015

283 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

PENDAHULUAN

Seksio sesarea didefinisikan sebagai pengeluaran janin hidup atau

meninggal melalui insisi dinding abdomen dan dinding uterus. Katz dan

kawan-kawan menganjurkan penggunaan terminologi histeretomi sebagai

pengganti seksio sesarea. Di berbagai bagian dunia, frekuensi seksio

sesarea mengalami peningkatan, sementara di beberapa tempat lainnya

frekuensinya tetap karena perbedaan indikasi dan ketetapan.

Di Indonesia sendiri angka kejadiannya sekitar 30 % di tahun 2002. Di

RSCM Jakarta, sebagai rumah sakit pusat rujukan, mempunyai angka

kekerapan rata-rata 41,2 % dengan 18 % diantaranya adalah kasus seksio

sesarea elektif.1-5 Di RSUP Malalayang, tahun 2001 terdapat 489 kasus,

tahun 2002 ada 556 kasus dan tahun 2003 terdapat 493 kasus. Peningkatan

ini terjadi berkat kemajuan dalam bidang antibiotika, teknik operasi yang lebih

sempurna, transfusi darah, anestesi yang lebih baik, pengenalan gawat janin

yang cepat dan penurunan paritas.6

Indikasi untuk melakukan seksio sesarea antara lain:7

Indikasi ibu: panggul sempit absolut, tumor pada jalan lahir yang

menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/ vagina, plasenta previa, disproporsi

sefalopelvik dan ruptura uteri membakat.

Indikasi janin: kelainan letak (letak lintang yang tidak bisa diputar, letak

sungsang pada primigravida dan letak muka dengan dagu didepan), gawat

janin, bayi besar (>3500 gram pada letak bokong).

Seorang wanita yang telah mengalami SC sebaiknya tidak hamil

selama 3 tahun, untuk memberi kesempatan pada luka untuk sembuh

dengan baik dan untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri.8

Dalam pengelolaan kehamilan dan persalinan pada bekas seksio

sesarea ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu:8

Versi luar tidak boleh dilakukan

Wanita harus dirawat mulai kehamilan 38 minggu.

1

Page 2: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

Pada kehamilan dengan bekas sc, diambil tindakan :

Seksio sesarea (SC)9 apabila SC terdahulu adalah SC klasik/ korporal,

penyembuhan luka operasi buruk, sudah dua kali atau lebih SC, SC

sebelumnya kurang dari 1 tahun dan penyebab SC tetap seperti panggul

sempit absolut disertai penyulit lain seperti kelainan letak, kehamilan lewat

waktu dengan pelvic skore rendah, plasenta previa dan distosia.

Partus pervaginam8 bila hal-hal diatas tidak ada, dengan ketentuan tidak

dibenarkan memakai oksitosin dalam kala I untuk memperbaiki his dan kala II

harus dipersingkat (wanita diperbolehkan mengedan 15 menit).

Letak sungsang adalah suatu keadaan dimana janin terletak

memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong menempati bagian

bawah kavum uteri.7,8

Insiden letak sungsang lebih sering pada akhir trimester kedua dan

menurun sesudahnya, dimana presentasi sungsang pada primigravida sekitar

38,31 %.10

Penanganan letak sungsang dalam persalinan berupa versi luar bila

syarat versi luar terpenuhi, dan bila versi luar tidak berhasil, dilakukan

persalinan perabdominal (SC) bila terdapat salah satu kriteria yaitu panggul

sempit, anak mahal, primi tua dan TBBA > 3500 gram.10

Berikut ini akan kami sajikan laporan kasus seksio sesarea pada

bekas seksio dan letak sungsang.

2

Page 3: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. AU

Umur : 36 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Maasing Lk. IV

Suku : Gorontalo

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Nama suami : Tn. YU

Pekerjaan : Swasta

MRS : 04 Januari 2005, jam 07.00

ANAMNESIS

Anamnesis Utama

Anamnesis diberikan oleh penderita.

Keluhan utama:

Nyeri perut bagian bawah dan ingin melahirkan

Riwayat penyakit sekarang:

Nyeri perut bagian bawah dirasakan teratur sejak jam 00.00 (24-01-2005).

Pelepasan lendir campur darah , pelepasan air (-), pergerakan janin masih

dirasakan saat MRS.

Riwayat kembar disangkal penderita.

Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.

Riwayat penyakit dahulu

Penyakit darah tinggi, jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis disangkal

3

Page 4: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

Anamnesis Kebidanan

Riwayat Kehamilan Sekarang

Pemeriksaan Ante Natal (PAN)

PAN dilakukan sebanyak 3 kali di PKM tuminting

Riwayat Haid

Haid pertama pada usia 13 tahun dengan siklus tidak teratur dan lamanya

haid tiap siklus 3-5 hari. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 23 Maret 2004

dan taksiran tanggal partus 30 Desember 2004.

Riwayat Keluarga

Penderita menikah satu kali dengan suami sekarang 4 tahun.

Jumlah anak sekarang 1 orang

Keluarga Berencana

Pernah ikut KB suntik

Riwayat Kehamilan Terdahulu

1. 2002, laki-laki, lewat waktu, dengan SC ai. Lewat waktu dan letak

sungsang di Rumah sakit, BBL: 3600 gram, hidup

2. 2005, ini

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Umum

Status Praesens

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos mentis.

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/m.

Pernapasan : 24 x/m.

Suhu badan : 36,4 0C.

Berat badan : 62 kg.

Tinggi badan : 150 cm.

Gizi : Cukup.

4

Page 5: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

Kepala

Kepala berbentuk simetris. Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera

tidak ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari

liang telinga. Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada

sekret yang keluar dari hidung. Pada gigi ditemukan adanya karies dentis.

Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.

Leher

Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.

Dada

Bentuk simetris normal.

Jantung

Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.

Paru-paru

Tidak ditemukan adanya ronki dan “wheezing” di kedua lapangan paru.

Abdomen

Hepar dan lien sukar dievaluasi

Anggota gerak

Tidak ditemukan adanya edema pada kedua tungkai. Varises tidak ada.

Refleks

Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis.

Kulit

Turgor normal.

Status Obstetri

Pemeriksaan luar

Tinggi fundus uteri : 34 cm.

Letak janin : Letak sungsang, punggung kiri

Detak jantung janin : 12 – 12 – 13.

His : 3-4’ / 40-45”

TBBA : 3500 gram

5

Page 6: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

Pemeriksaan dalam (PD)

Eff. 90 %, pemb. 8-9 cm, ketuban , pp bokong murni, H II-III os sacrum

didepan.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb : 12,2 gr %.

Leukosit : 7.300/mm3.

Trombosit : 311.000/mm3.

RESUME MASUK

G2P1A0, 36 tahun MRS tanggal 04 Januari 2005 jam 07.00 Wita dengan

keluhan utama nyeri perut bagian bawah dan ingin melahirkan. Tanda inpartu

sejak jam 00.00 (04-01-05), pelepasan air (-), gerak janin , Riwayat

gemeli (-), RPD (-).

HPHT 23-03-2004, TTP 30-12-2004

Status Praesens : KU: Cukup; Kes: CM; T: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt;

R: 24x/mnt; SB: 36.46 0C.

Status Obstetri : TFU: 34 cm; Letak sungsang punggung kiri

BJA: 12 – 12– 13; His: 3-4’ / 40-45”

TBBA: 3500 gram

Pemeriksaan dalam:

Eff. 90 %, Pemb. 6-7 cm, ket , PP bokong murni, H II-III os sakrum didepan

DIAGNOSIS KERJA

G2P1A0, 36 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I + HRP

Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak bokong murni H II-III

SIKAP/ TERAPI/ RENCANA

- SC Cito

- Sedia donor, setuju operasi

- Lapor konsulen setuju SC Cito

6

Page 7: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

OBSERVASI

Tanggal 04 Januari 2005

Jam 07.00 : Kes: CM; T; 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt

His 3-4’ / 40-45”, BJA: 12-12-13

PD : Eff. 90 %, Pemb. 8-9 cm, ket , PP bokong murni H II-III

os sakrum di depan

Diagnosis:

G2P1A0, 42 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I

Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak bokong murni H II-III

Sikap:

- SC cito

- Sedia donor dan Informed concent

- Lapor konsulen setuju SC

Jam 07.30 : His 3-4’ / 40-45”, BJA 12-12-12

Jam 08.00 : His 3-4’ / 40-45”, BJA 12-11-11

Jam 08.30 : Ketuban pecah spontan 100 cc

Kes: CM; T; 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt

His 3-4’ / 45-50”, BJA: 13-12-12

PD : Pembukaan lengkap, ket (-), PP bokong murni, os

sakrum di depan

Diagnosis:

G2P1A0, 42 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala II

Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak bokong murni

Sikap: SC cito

Jam 09.00 : Penderita didorong ke OK Cito

Jam 09.25 : Operasi dimulai, dilakukan SCTP

Laporan Operasi:

7

Page 8: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

- Penderita terlentang diatas meja operasi, dilakukan tindakan antiseptik pada

abdomen dan sekitarnya, ditutup dengan doek steril kecuali lapangan

operasi

- Dalam GA dilakukan insisi pfanenstiel dan insisi diperdalam lapis demi lapis

secara tajam dan tumpul sampai tampak peritoneum. Peritoneum dijepit

dengan 2 pinset

- Setelah yakin tidak ada usus di bawahnya, digunting dan diperlebar,

tampak uterus gravidarum

- Identifikasi plika vesiko uterina, dijepit dan digunting, diperlebar kekiri dan

kekanan, disisihkan kebawah, vesika urinaria dilindungi dengan haak

abdomen.

- Insisi pada SBR diperdalam sampai ke kavum uteri, tampak keluar

mekonium. Eksplorasi janin letak bokong. Dengan menarik kaki janin

dilahirkan

- Jam 09.30 lahir bayi perempuan, BBL: 3300 gr, PBL: 49 cm, Apgar

Score: 8-10 sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat dijepit pada 2

tempat dan digunting diantaranya.

- Bayi diserahkan ke neonati, Eksplorasi implantasi plasenta pada korpus

uteri belakang, plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan,. Kavum uteri

dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban

- Luka SBR dijepit dengan beberapa ringtang, uterus dijahit 2 lapis simpul

dan jelujur, kontrol perdarahan, perdarahan tidak ada, dilakukan

reperitonealisasi, kontrol perdarahan kembali, jika tidak ada perdarahan

eksplorasi uterus bentuk arkuatus. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-

sisa perdarahan dan bekuan darah.

- Kontraksi uterus baik, dinding abdomen ditutup lapis demi lapis, kulit dijahit

subkutikuler. Luka ditutup dengan gaas steril.

Jam 10.25 : Operasi selesai

KU post Operasi: T: 120/80, N: 88 x/m, R: 24 x/m

8

Page 9: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

Kontraksi uterus baik

Perdarahan kira-kira 700 cc

Diuresis kira-kira 500 cc

Follow up Ruangan

05 Januari 2005

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 130/80 mmHg; N: 94 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,9 0C

Status Puerpuralis:

TFU: setinggi pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.

Lokia: Rubra

Terpasang infus dan kateter

Diagnosis:

P2A0, 36 tahun post SCTP Hr I a.i. Bekas SC + Letak sungsang

Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10

Sikap:

- IVFD

- Ceftriakson inj 2 x 1 gram IV

- Metronidazol 2 x 500 mg IV

- Induksin drips 3 x 1 amp

- Vit c. 3 x 1 amp

- Penderita boleh minum sedikit-sedikit

- mobilisasi

- Periksa HB post OP ( HB: 12,9 gr%)

06 Januari 2005

9

Page 10: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 110/70 mmHg; N: 90 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 37,2 0C

Status Puerpuralis:

TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen: luka operasi baik, tertutup kain gaas.

Lokia: Rubra

Diagnosis:

P2A0, 36 tahun post SCTP Hr II a.i. Bekas SC + Letak sungsang

Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10

Sikap:

- Aff infus dan kateter

- Cefadroksil tab 3 x 500 mg

- Metronidazol tab 3 x 500 mg

- Becomzet 1 x 1 tab

- Diet: TKTP

- ASI on demand

- Rawat luka

07 Januari 2005

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 100/60 mmHg; N: 94 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,5 0C

Status Puerpuralis:

10

Page 11: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen: luka operasi baik, tertutup kain gaas.

Lokia: Rubra

Diagnosis:

P2A0, 36 tahun post SCTP Hr III a.i. Bekas SC + Letak sungsang

Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10

Sikap:

- Cefadroksil tab 3 x 500 mg

- Metronidazol tab 3 x 500 mg

- Becomzet 1 x 1 tab

- Diet: TKTP

- ASI on demand

- Rawat luka

08 Januari 2005

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 100/70 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,2 0C

Status Puerpuralis:

TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen: luka operasi baik, tertutup kain gaas.

Lokia: Sanguinolenta

Diagnosis:

P2A0, 36 tahun post SCTP Hr IV a.i. Bekas SC + Letak sungsang

Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10

Sikap:

11

Page 12: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

- Cefadroksil tab 3 x 500 mg

- Becomzet 1 x 1 tab

- Diet: TKTP

- ASI on demand

- Rawat luka

09 Januari 2005

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 110/80 mmHg; N: 90 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,3 0C

Status Puerpuralis:

TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen: luka operasi baik, tertutup kain gaas.

Lokia: Sanguinolenta

Diagnosis:

P2A0, 36 tahun post SCTP Hr V a.i. Bekas SC + Letak sungsang

Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10

Sikap:

- Cefadroksil tab 3 x 500 mg

- Becomzet 1 x 1 tab

- Diet: TKTP

- ASI on demand

- Rawat luka

10 Januari 2005

12

Page 13: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

Keluhan: (-)

Pemeriksaan Fisik:

KU: Cukup; Kes: CM

Status Praesens:

T: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,0 0C

Status Puerpuralis:

TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-

Abdomen: luka operasi kering

Lokia: Sangunolenta

Diagnosis:

P2A0, 36 tahun post SCTP Hr VI a.i. Bekas SC + Letak sungsang

Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10

Sikap:

- Cefadroksil tab 3 x 500 mg

- Becomzet 1 x 1 tab

- ASI on demand

- Rawat luka

- Konsultasi KB

- Rencana pulang

13

Page 14: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

DISKUSI

Diagnosis

Penderita ini didiagnosis dengan:

G2P1A0, 42 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I

Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak bokong murni H II-III

Dignosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

serta pemeriksaan kebidanan.

Dari anamnesis diketahui bahwa kehamilan adalah kehamilan kedua,

dimana kehamilan pertama pada tahun 2002 dengan melahirkan secara

seksio sesarea atas indikasi kehamilan lewat waktu dengan letak

sungsang. Sesuai dengan HPHT, saat ini ibu hamil 40-41 minggu dan saat

datang ibu sudah dalam keadaan inpartu kala I

Diagnosis janin intra uterin tunggal hidup letak bokong murni H II-III

ditegakkan berdasarkan adanya pergerakan anak terasa oleh ibu, dan

pada pemeriksaan kebidanan teraba bagian keras, bundar dan melenting

pada fundus uteri. Pada pemeriksaan dalam didapatkan presenting part

adalah bokong murni H II-III dengan os sakrum di depan.

Penatalaksanaan

Pasien ini merupakan bekas SC dimana pada setiap bekas SC harus

masuk rumah sakit pada umur kehamilan 34 minggu. Hal ini dilakukan

untuk mencegah terjadinya ruptur uteri. Dimana ruptur bekas SC klasik

sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan luka bekas SC

profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.

Ruptur uteri pada luka bekas SC sukar sekali didiagnosis sehingga

disebut “silent ruptur” karena tidak ada gejala-gejala yang khas seperti

yang terdapat pada ruptur uteri yang utuh misalnya:

Sewaktu kontraksi yang kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri yang

mengiris di perut bagian bawah.

14

Page 15: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

SBR nyeri sekali kalau di palpasi

Ada perdarahan pervaginam walaupun tidak banyak

Kalau ruptur sudah lama terjadi maka seluruh perut nyeri dan

gembung

Air kencing mengandung darah karena kandung kencing teregang

atau tertekan.

Pada pasien ini diambil keputusan seksio sesarea karena pada persalinan

pertama dilakukan dengan SC (bekas SC) ditambah adanya faktor dari janin

berupa malpresentasi yaitu letak sungsang. Hal ini sesuai dengan

kepustakaan yang menyatakan bahwa pada kehamilan dengan bekas sc

diambil tindakan seksio sesarea (SC) apabila SC terdahulu adalah SC klasik/

korporal, penyembuhan luka operasi buruk, sudah dua kali atau lebih SC, SC

sebelumnya kurang dari 1 tahun dan penyebab SC tetap seperti panggul

sempit absolut disertai penyulit lain seperti kelainan letak, kehamilan lewat

waktu dengan pelvic skore rendah, plasenta previa dan distosia.

Prognosis

Prognosis untuk ibu sebelum operasi adalah dubia, karena kehamilan

dengan bekas SC dan malpresentasi janin, ditambah usia ibu yang sudah

lebih dari 35 tahun.

Prognosis post operasi adalah dubia ad bonam, karena operasi

berjalan dengan lancar tanpa komplikasi. Selain itu pada follow up tidak

didapatkan keluhan yang berarti dan penderita dipulangkan dengan kondisi

baik.

Prognosis untuk bayi adalah dubia ad bonam dengan apgar skore 8-

10 tanpa komplikasi dan keluhan selama follow-up.

Prognosis untuk kehamilan berikutnya adalah dubia ad malam karena

sudah dilakukan SC dua kali, maka kemungkinan terjadinya komplikasi

berupa ruptura uteri spontan cukup besar.

15

Page 16: Obs-Gin, SC Ai. Bekas SC + Letak Lintang

KEPUSTAKAAN

1. Cunningham FG, MacDonad PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.

Caesarean section and caesarean hysterectomy. In: Williams

obstetrics. 19th ed. New Jersey: Prentice Hall International Inc, 1993.p.

591-604

2. Hanskins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap LC. Caesarean

section in operative obstetrics. 1st ed. Connecticut: Appleton and

Lange, 1995.p. 308-28

3. Wiknjosastro GH, Baslamah A. Iatrogenic obstetrics intervention and

high caecarea section tare. In: Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro

GH, editors. Womens health. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, 1995.p. 391-4

4. Quilingan EJ. Caesarean section: modern prospective in management

of high risk pregnancy. 3th ed. Boston: Blackwell Scientific Publication,

1994.p. 520-3

5. Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro GH. Kehamilan dan persalinan

dengan parut uterus. Dalam: Buku panduan praktis pelayanan

kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 2002; 76-7

6. Data Obstetric. RSUP Malalayang tahun 2002

7. Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. Ed.3. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirahardjo. Jakarta, 1999: 6628-9.

8. Bagian Obstetri dan Ginekologi UNPAD. Gestose. Dalam: Obstetri

patologi. Bandung: 84-98

9. Mochtar R. Toksemia gravidarum. Dalam: Lutan G, editor. Sinopsis

Obstetri jilid I. Jakarta: EGC, 1998; 207

10.Nurhasan. Kehamilan dengan bekas seksio sesarea. Standar

pelayanan medis vol 2. Jakarta: IDI, 1998.

16