obs-gin, sc ai. bekas sc + letak lintang
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Seksio sesarea didefinisikan sebagai pengeluaran janin hidup atau
meninggal melalui insisi dinding abdomen dan dinding uterus. Katz dan
kawan-kawan menganjurkan penggunaan terminologi histeretomi sebagai
pengganti seksio sesarea. Di berbagai bagian dunia, frekuensi seksio
sesarea mengalami peningkatan, sementara di beberapa tempat lainnya
frekuensinya tetap karena perbedaan indikasi dan ketetapan.
Di Indonesia sendiri angka kejadiannya sekitar 30 % di tahun 2002. Di
RSCM Jakarta, sebagai rumah sakit pusat rujukan, mempunyai angka
kekerapan rata-rata 41,2 % dengan 18 % diantaranya adalah kasus seksio
sesarea elektif.1-5 Di RSUP Malalayang, tahun 2001 terdapat 489 kasus,
tahun 2002 ada 556 kasus dan tahun 2003 terdapat 493 kasus. Peningkatan
ini terjadi berkat kemajuan dalam bidang antibiotika, teknik operasi yang lebih
sempurna, transfusi darah, anestesi yang lebih baik, pengenalan gawat janin
yang cepat dan penurunan paritas.6
Indikasi untuk melakukan seksio sesarea antara lain:7
Indikasi ibu: panggul sempit absolut, tumor pada jalan lahir yang
menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/ vagina, plasenta previa, disproporsi
sefalopelvik dan ruptura uteri membakat.
Indikasi janin: kelainan letak (letak lintang yang tidak bisa diputar, letak
sungsang pada primigravida dan letak muka dengan dagu didepan), gawat
janin, bayi besar (>3500 gram pada letak bokong).
Seorang wanita yang telah mengalami SC sebaiknya tidak hamil
selama 3 tahun, untuk memberi kesempatan pada luka untuk sembuh
dengan baik dan untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri.8
Dalam pengelolaan kehamilan dan persalinan pada bekas seksio
sesarea ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu:8
Versi luar tidak boleh dilakukan
Wanita harus dirawat mulai kehamilan 38 minggu.
1
Pada kehamilan dengan bekas sc, diambil tindakan :
Seksio sesarea (SC)9 apabila SC terdahulu adalah SC klasik/ korporal,
penyembuhan luka operasi buruk, sudah dua kali atau lebih SC, SC
sebelumnya kurang dari 1 tahun dan penyebab SC tetap seperti panggul
sempit absolut disertai penyulit lain seperti kelainan letak, kehamilan lewat
waktu dengan pelvic skore rendah, plasenta previa dan distosia.
Partus pervaginam8 bila hal-hal diatas tidak ada, dengan ketentuan tidak
dibenarkan memakai oksitosin dalam kala I untuk memperbaiki his dan kala II
harus dipersingkat (wanita diperbolehkan mengedan 15 menit).
Letak sungsang adalah suatu keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong menempati bagian
bawah kavum uteri.7,8
Insiden letak sungsang lebih sering pada akhir trimester kedua dan
menurun sesudahnya, dimana presentasi sungsang pada primigravida sekitar
38,31 %.10
Penanganan letak sungsang dalam persalinan berupa versi luar bila
syarat versi luar terpenuhi, dan bila versi luar tidak berhasil, dilakukan
persalinan perabdominal (SC) bila terdapat salah satu kriteria yaitu panggul
sempit, anak mahal, primi tua dan TBBA > 3500 gram.10
Berikut ini akan kami sajikan laporan kasus seksio sesarea pada
bekas seksio dan letak sungsang.
2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. AU
Umur : 36 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Maasing Lk. IV
Suku : Gorontalo
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Nama suami : Tn. YU
Pekerjaan : Swasta
MRS : 04 Januari 2005, jam 07.00
ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan utama:
Nyeri perut bagian bawah dan ingin melahirkan
Riwayat penyakit sekarang:
Nyeri perut bagian bawah dirasakan teratur sejak jam 00.00 (24-01-2005).
Pelepasan lendir campur darah , pelepasan air (-), pergerakan janin masih
dirasakan saat MRS.
Riwayat kembar disangkal penderita.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.
Riwayat penyakit dahulu
Penyakit darah tinggi, jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis disangkal
3
Anamnesis Kebidanan
Riwayat Kehamilan Sekarang
Pemeriksaan Ante Natal (PAN)
PAN dilakukan sebanyak 3 kali di PKM tuminting
Riwayat Haid
Haid pertama pada usia 13 tahun dengan siklus tidak teratur dan lamanya
haid tiap siklus 3-5 hari. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 23 Maret 2004
dan taksiran tanggal partus 30 Desember 2004.
Riwayat Keluarga
Penderita menikah satu kali dengan suami sekarang 4 tahun.
Jumlah anak sekarang 1 orang
Keluarga Berencana
Pernah ikut KB suntik
Riwayat Kehamilan Terdahulu
1. 2002, laki-laki, lewat waktu, dengan SC ai. Lewat waktu dan letak
sungsang di Rumah sakit, BBL: 3600 gram, hidup
2. 2005, ini
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis.
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/m.
Pernapasan : 24 x/m.
Suhu badan : 36,4 0C.
Berat badan : 62 kg.
Tinggi badan : 150 cm.
Gizi : Cukup.
4
Kepala
Kepala berbentuk simetris. Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera
tidak ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari
liang telinga. Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada
sekret yang keluar dari hidung. Pada gigi ditemukan adanya karies dentis.
Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.
Leher
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.
Dada
Bentuk simetris normal.
Jantung
Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.
Paru-paru
Tidak ditemukan adanya ronki dan “wheezing” di kedua lapangan paru.
Abdomen
Hepar dan lien sukar dievaluasi
Anggota gerak
Tidak ditemukan adanya edema pada kedua tungkai. Varises tidak ada.
Refleks
Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis.
Kulit
Turgor normal.
Status Obstetri
Pemeriksaan luar
Tinggi fundus uteri : 34 cm.
Letak janin : Letak sungsang, punggung kiri
Detak jantung janin : 12 – 12 – 13.
His : 3-4’ / 40-45”
TBBA : 3500 gram
5
Pemeriksaan dalam (PD)
Eff. 90 %, pemb. 8-9 cm, ketuban , pp bokong murni, H II-III os sacrum
didepan.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 12,2 gr %.
Leukosit : 7.300/mm3.
Trombosit : 311.000/mm3.
RESUME MASUK
G2P1A0, 36 tahun MRS tanggal 04 Januari 2005 jam 07.00 Wita dengan
keluhan utama nyeri perut bagian bawah dan ingin melahirkan. Tanda inpartu
sejak jam 00.00 (04-01-05), pelepasan air (-), gerak janin , Riwayat
gemeli (-), RPD (-).
HPHT 23-03-2004, TTP 30-12-2004
Status Praesens : KU: Cukup; Kes: CM; T: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt;
R: 24x/mnt; SB: 36.46 0C.
Status Obstetri : TFU: 34 cm; Letak sungsang punggung kiri
BJA: 12 – 12– 13; His: 3-4’ / 40-45”
TBBA: 3500 gram
Pemeriksaan dalam:
Eff. 90 %, Pemb. 6-7 cm, ket , PP bokong murni, H II-III os sakrum didepan
DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0, 36 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I + HRP
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak bokong murni H II-III
SIKAP/ TERAPI/ RENCANA
- SC Cito
- Sedia donor, setuju operasi
- Lapor konsulen setuju SC Cito
6
OBSERVASI
Tanggal 04 Januari 2005
Jam 07.00 : Kes: CM; T; 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt
His 3-4’ / 40-45”, BJA: 12-12-13
PD : Eff. 90 %, Pemb. 8-9 cm, ket , PP bokong murni H II-III
os sakrum di depan
Diagnosis:
G2P1A0, 42 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak bokong murni H II-III
Sikap:
- SC cito
- Sedia donor dan Informed concent
- Lapor konsulen setuju SC
Jam 07.30 : His 3-4’ / 40-45”, BJA 12-12-12
Jam 08.00 : His 3-4’ / 40-45”, BJA 12-11-11
Jam 08.30 : Ketuban pecah spontan 100 cc
Kes: CM; T; 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt
His 3-4’ / 45-50”, BJA: 13-12-12
PD : Pembukaan lengkap, ket (-), PP bokong murni, os
sakrum di depan
Diagnosis:
G2P1A0, 42 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala II
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak bokong murni
Sikap: SC cito
Jam 09.00 : Penderita didorong ke OK Cito
Jam 09.25 : Operasi dimulai, dilakukan SCTP
Laporan Operasi:
7
- Penderita terlentang diatas meja operasi, dilakukan tindakan antiseptik pada
abdomen dan sekitarnya, ditutup dengan doek steril kecuali lapangan
operasi
- Dalam GA dilakukan insisi pfanenstiel dan insisi diperdalam lapis demi lapis
secara tajam dan tumpul sampai tampak peritoneum. Peritoneum dijepit
dengan 2 pinset
- Setelah yakin tidak ada usus di bawahnya, digunting dan diperlebar,
tampak uterus gravidarum
- Identifikasi plika vesiko uterina, dijepit dan digunting, diperlebar kekiri dan
kekanan, disisihkan kebawah, vesika urinaria dilindungi dengan haak
abdomen.
- Insisi pada SBR diperdalam sampai ke kavum uteri, tampak keluar
mekonium. Eksplorasi janin letak bokong. Dengan menarik kaki janin
dilahirkan
- Jam 09.30 lahir bayi perempuan, BBL: 3300 gr, PBL: 49 cm, Apgar
Score: 8-10 sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat dijepit pada 2
tempat dan digunting diantaranya.
- Bayi diserahkan ke neonati, Eksplorasi implantasi plasenta pada korpus
uteri belakang, plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan,. Kavum uteri
dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban
- Luka SBR dijepit dengan beberapa ringtang, uterus dijahit 2 lapis simpul
dan jelujur, kontrol perdarahan, perdarahan tidak ada, dilakukan
reperitonealisasi, kontrol perdarahan kembali, jika tidak ada perdarahan
eksplorasi uterus bentuk arkuatus. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-
sisa perdarahan dan bekuan darah.
- Kontraksi uterus baik, dinding abdomen ditutup lapis demi lapis, kulit dijahit
subkutikuler. Luka ditutup dengan gaas steril.
Jam 10.25 : Operasi selesai
KU post Operasi: T: 120/80, N: 88 x/m, R: 24 x/m
8
Kontraksi uterus baik
Perdarahan kira-kira 700 cc
Diuresis kira-kira 500 cc
Follow up Ruangan
05 Januari 2005
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 130/80 mmHg; N: 94 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,9 0C
Status Puerpuralis:
TFU: setinggi pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Rubra
Terpasang infus dan kateter
Diagnosis:
P2A0, 36 tahun post SCTP Hr I a.i. Bekas SC + Letak sungsang
Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10
Sikap:
- IVFD
- Ceftriakson inj 2 x 1 gram IV
- Metronidazol 2 x 500 mg IV
- Induksin drips 3 x 1 amp
- Vit c. 3 x 1 amp
- Penderita boleh minum sedikit-sedikit
- mobilisasi
- Periksa HB post OP ( HB: 12,9 gr%)
06 Januari 2005
9
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 90 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 37,2 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Rubra
Diagnosis:
P2A0, 36 tahun post SCTP Hr II a.i. Bekas SC + Letak sungsang
Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10
Sikap:
- Aff infus dan kateter
- Cefadroksil tab 3 x 500 mg
- Metronidazol tab 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
- Diet: TKTP
- ASI on demand
- Rawat luka
07 Januari 2005
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 100/60 mmHg; N: 94 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,5 0C
Status Puerpuralis:
10
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Rubra
Diagnosis:
P2A0, 36 tahun post SCTP Hr III a.i. Bekas SC + Letak sungsang
Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10
Sikap:
- Cefadroksil tab 3 x 500 mg
- Metronidazol tab 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
- Diet: TKTP
- ASI on demand
- Rawat luka
08 Januari 2005
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 100/70 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,2 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Sanguinolenta
Diagnosis:
P2A0, 36 tahun post SCTP Hr IV a.i. Bekas SC + Letak sungsang
Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10
Sikap:
11
- Cefadroksil tab 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
- Diet: TKTP
- ASI on demand
- Rawat luka
09 Januari 2005
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/80 mmHg; N: 90 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,3 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Sanguinolenta
Diagnosis:
P2A0, 36 tahun post SCTP Hr V a.i. Bekas SC + Letak sungsang
Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10
Sikap:
- Cefadroksil tab 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
- Diet: TKTP
- ASI on demand
- Rawat luka
10 Januari 2005
12
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,0 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-
Abdomen: luka operasi kering
Lokia: Sangunolenta
Diagnosis:
P2A0, 36 tahun post SCTP Hr VI a.i. Bekas SC + Letak sungsang
Lahir bayi perempuan, BBL 3300 gr, PBL 49 cm, AS 8–10
Sikap:
- Cefadroksil tab 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
- ASI on demand
- Rawat luka
- Konsultasi KB
- Rencana pulang
13
DISKUSI
Diagnosis
Penderita ini didiagnosis dengan:
G2P1A0, 42 tahun, hamil 40 – 41 minggu, inpartu kala I
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak bokong murni H II-III
Dignosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan kebidanan.
Dari anamnesis diketahui bahwa kehamilan adalah kehamilan kedua,
dimana kehamilan pertama pada tahun 2002 dengan melahirkan secara
seksio sesarea atas indikasi kehamilan lewat waktu dengan letak
sungsang. Sesuai dengan HPHT, saat ini ibu hamil 40-41 minggu dan saat
datang ibu sudah dalam keadaan inpartu kala I
Diagnosis janin intra uterin tunggal hidup letak bokong murni H II-III
ditegakkan berdasarkan adanya pergerakan anak terasa oleh ibu, dan
pada pemeriksaan kebidanan teraba bagian keras, bundar dan melenting
pada fundus uteri. Pada pemeriksaan dalam didapatkan presenting part
adalah bokong murni H II-III dengan os sakrum di depan.
Penatalaksanaan
Pasien ini merupakan bekas SC dimana pada setiap bekas SC harus
masuk rumah sakit pada umur kehamilan 34 minggu. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya ruptur uteri. Dimana ruptur bekas SC klasik
sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan luka bekas SC
profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Ruptur uteri pada luka bekas SC sukar sekali didiagnosis sehingga
disebut “silent ruptur” karena tidak ada gejala-gejala yang khas seperti
yang terdapat pada ruptur uteri yang utuh misalnya:
Sewaktu kontraksi yang kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri yang
mengiris di perut bagian bawah.
14
SBR nyeri sekali kalau di palpasi
Ada perdarahan pervaginam walaupun tidak banyak
Kalau ruptur sudah lama terjadi maka seluruh perut nyeri dan
gembung
Air kencing mengandung darah karena kandung kencing teregang
atau tertekan.
Pada pasien ini diambil keputusan seksio sesarea karena pada persalinan
pertama dilakukan dengan SC (bekas SC) ditambah adanya faktor dari janin
berupa malpresentasi yaitu letak sungsang. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa pada kehamilan dengan bekas sc
diambil tindakan seksio sesarea (SC) apabila SC terdahulu adalah SC klasik/
korporal, penyembuhan luka operasi buruk, sudah dua kali atau lebih SC, SC
sebelumnya kurang dari 1 tahun dan penyebab SC tetap seperti panggul
sempit absolut disertai penyulit lain seperti kelainan letak, kehamilan lewat
waktu dengan pelvic skore rendah, plasenta previa dan distosia.
Prognosis
Prognosis untuk ibu sebelum operasi adalah dubia, karena kehamilan
dengan bekas SC dan malpresentasi janin, ditambah usia ibu yang sudah
lebih dari 35 tahun.
Prognosis post operasi adalah dubia ad bonam, karena operasi
berjalan dengan lancar tanpa komplikasi. Selain itu pada follow up tidak
didapatkan keluhan yang berarti dan penderita dipulangkan dengan kondisi
baik.
Prognosis untuk bayi adalah dubia ad bonam dengan apgar skore 8-
10 tanpa komplikasi dan keluhan selama follow-up.
Prognosis untuk kehamilan berikutnya adalah dubia ad malam karena
sudah dilakukan SC dua kali, maka kemungkinan terjadinya komplikasi
berupa ruptura uteri spontan cukup besar.
15
KEPUSTAKAAN
1. Cunningham FG, MacDonad PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.
Caesarean section and caesarean hysterectomy. In: Williams
obstetrics. 19th ed. New Jersey: Prentice Hall International Inc, 1993.p.
591-604
2. Hanskins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap LC. Caesarean
section in operative obstetrics. 1st ed. Connecticut: Appleton and
Lange, 1995.p. 308-28
3. Wiknjosastro GH, Baslamah A. Iatrogenic obstetrics intervention and
high caecarea section tare. In: Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro
GH, editors. Womens health. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1995.p. 391-4
4. Quilingan EJ. Caesarean section: modern prospective in management
of high risk pregnancy. 3th ed. Boston: Blackwell Scientific Publication,
1994.p. 520-3
5. Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro GH. Kehamilan dan persalinan
dengan parut uterus. Dalam: Buku panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2002; 76-7
6. Data Obstetric. RSUP Malalayang tahun 2002
7. Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. Ed.3. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo. Jakarta, 1999: 6628-9.
8. Bagian Obstetri dan Ginekologi UNPAD. Gestose. Dalam: Obstetri
patologi. Bandung: 84-98
9. Mochtar R. Toksemia gravidarum. Dalam: Lutan G, editor. Sinopsis
Obstetri jilid I. Jakarta: EGC, 1998; 207
10.Nurhasan. Kehamilan dengan bekas seksio sesarea. Standar
pelayanan medis vol 2. Jakarta: IDI, 1998.
16