stroke hemoragik.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Rehabilitasi Medik pada
Hemiplegi Dextra + Paresis N.VII dan XII Sentral Dextra
e.c Stroke Hemoragik
SMF Bagian Rehabilitasi Medik
BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandow Manado
2012
MMW_256
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke menurut World Health Organisation (WHO) didefinisikan sebagai
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
ataupun menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.1
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa stroke hemoragik merupakan 8-13% dari
semua stroke di USA, 20-30% stroke di Jepang dan Cina. Sedangkan di
Asia Tenggara menunjukkan stroke perdarahan 26% terdiri dari lobus 10%,
ganglionik 9%, serebellar 1%, dan perdarahan subaraknoid 4%.2 Di Indonesia,
stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan
kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan
pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan
ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya
bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan
sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fu ngs io na l
be r a t ya ng me ng ha rus ka n pe nd e r i t a t e r u s me ne rus d i ka su r .
Ke mu ng k i nan meninggal akibat stroke adalah 30% sampai 35%, dan
kemungkinan kecacatan mayor pada yang selamat adalah 35% sampai 40%.
Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke
berikutnya dalam 5 tahun; 5% sampai 14% dari mereka akan mengalami stroke ulangan dalam
tahun pertama.3 Di Sulawesi Utara jumlah penderita stroke pada periode tahun 1999
– 2001 adalah 2780 dari 138.112 total penderita rawat inap.4
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya
kesadaran dalam wak tu 15 -20 de t i k dan ke rusakan o t ak yang
i r r eve r s ib l e t e r j ad i s e t e l ah t u juh hingga sepuluh menit.
Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang
terbatas (stroke). Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu
defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga
1
menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya.
Kematian s e l m e n y e b a b k a n i n f l a m a s i , y a n g j u g a
m e r u s a k s e l d i t e p i a r e a i s k e m i k (penumbra). Gejala
ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh
pembuluh darah tersebut.5
Serangan stroke yang tiba-tiba ini, bisa disebabkan penyumbatan ataupun
pecahnya pembuluh darah pada otak. Gangguan inilah yang menyebabkan fungsi
koordinasi dari otak ke tubuh menjadi hilang dan menimbulkan gangguan. Namun
manifestasi stroke dapat bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah
otak mana yang terganggu. Jika terjadi pada otak bagian depan, maka dapat
menyebabkan gangguan pada kemampuan berpikir, kebijakan, penalaran dan
bahasa. Jika terjadi pada area temporal, dapat menyebabkan gangguan pada
kemampuan berbicara. Gangguan pada otak bagian tengah dapat menyebabkan
manifestasi gangguan sensorik dan gerak. Gangguan pada otak bagian belakang
dapat mempengaruhi kemampuan penglihatan dan pendengaran. Dan, jika terkena
pada bagian otak kecil, menyebabkan gangguan keseimbangan.6
Menurut WHO, Rehabilitasi Medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang
mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan dampak keadaan sakit / nyeri / cacat dan / atau halangan serta meningkatkan
kemampuan pasien mencapai interaksi sosial. Tujuan Rehabilitasi Medik yaitu mengurangi atau
menghilangkan keadaan sakit / nyeri / cacat semaksimal mungkin dan melatih pasien dengan
gejala - gejala yang ada maupun yang tersisa agar dapat pulih / mendekati seperti keadaan
semula, sehingga pasien tersebut dapat bekerja kembali sesuai dengan kemampuan yang ada.
Rehabilitasi medik harus dan selalu bekerja dalam 1 tim, diantaranya: dokter rehabilitasi medik,
fisioterapis, terapis okupasi, terapis wicara, ortotis prostetis, psikolog, pekerja sosial medis.7
Secara garis besar tahapan Rehabilitasi Stroke adalah : Bedside Exercise,
Sitting Exercise, Standing Exercise dan Ambulation Exercise. Apabila penderita
sudah mampu duduk lama, maka latihan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS)
dapat dimulai, biasanya diberikan oleh terapis Okupasi. Terdapat 2 pola besar
dalam rehabilitasi stroke, yaitu :8
2
Pola traditional, pola rehabilitasi kompensasi atau pola pendekatan unilateral.
Pola ini, sisi yang sehat dilatih untuk kompensasi sisi yang sakit.
Pola pendekatan neurodevelopmental atau pola pendekatan bilateral, dimana
segala upaya ditujukan untuk melatih kembali sisi yang sakit. Pola ini telah
menggeser pola tradisional di dalam program rehabilitasi stroke modern.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Stroke termasuk penyakit cerebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang
ditandai dengan kematian jaringan otak (infark cerebral) yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.9
Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai
gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis
baik fokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.10,11,12
B. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun stroke membunuh lebih dari 160.000 orang. Menurut laporan
WHO, di dunia stroke merupakan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung
dan kanker. Kasus stroke di Indonesia, menurut data yang dirilis Yayasan Stroke
Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Setelah tahun 2000 kasus stroke ternyata terus melonjak. Stroke menyerang 35,8
% penderita usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total
penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu,
sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan
maupun berat.12
C. KLASIFIKASI
Banyak klasifikasi yang telah dibuat untuk memudahkan penggolongan
penyakit pembuluh darah otak. Menurut modifikasi Marshall, stroke dapat
diklasifikasikan menjadi:6
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
Stroke Iskemik :
Transient Ischemic Attack (TIA)
Trombosis serebri
4
Emboli serebri
Stroke Hemoragik :
Perdarahan intra serebral
Perdarahan subarchnoid
Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu :
Transient Ischemic Attack (TIA)
Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
Stroke in evolution atau progressing stroke
Completed stroke
Berdasarkan sistem pembuluh darah :
Sistem karotis.
Sistem vertebro-basilar
Berdasarkan sindroma klinis yang berhubungan dengan lokasi lesi otak,
Bamford dkk mengemukakan klasifikasi stroke menjadi 4 subtipe:
Total Anterior Circulation Infarct (TACI)
Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)
Posterior Circulation Infarct (POCI)
Lacunar infarct (LACI)
D. FAKTOR RESIKO
Yang dimaksud dengan faktor risiko adalah faktor-faktor atau keadaan-
keadaan yang memungkinkan terjadinya stroke. Faktor tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :6
Faktor Biologik yang tidak dapat dimodifikasi
Umur
Jenis Kelamin
Ras
5
Herediter
Faktor Fisiologik yang dapat dimodifikasi
Hipertensi
Diabetes
Lipid
Penyakit Jantung
Stenosis karotis
TIA
Homosisteinemia
Ateroma Aorta
Faktor gaya hidup dan pola perilaku
Merokok
Obesitas
Aktivitas Fisik
Diet
Alkohol
Kontrasepsi oral
Drug Abuse
E. MANIFESTASI KLINIS
Serangan stroke yang tiba-tiba ini, bisa disebabkan penyumbatan ataupun
pecahnya pembuluh darah pada otak. Gangguan inilah yang menyebabkan fungsi
koordinasi dari otak ke tubuh menjadi hilang dan menimbulkan gangguan. Namun
manifestasi stroke dapat bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah
otak mana yang terganggu.6
Stroke bisa menyebabkan lumpuh sebagian tubuhnya, kehilangan
keseimbangan, kehilangan penglihatan, kehilangan pendengaran, tidak mampu
memahami kata-kata hingga kesulitan bicara. Ini tergantung sisi otak yang
mengalami gangguan pembuluh darah, apakah sisi otak depan, temporal, samping
tengah, belakang, atau otak kecil.6
6
Jika terjadi pada otak bagian depan, maka dapat menyebabkan gangguan pada
kemampuan berpikir, kebijakan, penalaran dan bahasa. Jika terjadi pada area
temporal, dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berbicara. Gangguan
pada otak bagian tengah dapat menyebabkan manifestasi gangguan sensorik dan
gerak. Gangguan pada otak bagian belakang dapat mempengaruhi kemampuan
penglihatan dan pendengaran. Dan, jika terkena pada bagian otak kecil,
menyebabkan gangguan keseimbangan.6
Sering dijumpai penderita tidak dapat menghentikan tangisnya karena
lumpuhnya kontrol otak pada sistem emosinya. Hal itu membuat penderita stroke
berlaku seperti penderita penyakit kejiwaan, padahal bukan. Hal-hal seperti ini
yang perlu dimengerti oleh keluarga penderita.6
F. DIAGNOSIS
Diagnosis stroke mancakup diagnosis klinis (sesuai perjalan penyakit atau
kawasan pembuluh darah), topis (kortikal, subkortikal, atau batang otak) dan
etiologis (infark atau perdarahan). 13
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
neurologis serta pemeriksaan penunjang. Untuk mendapatkan diagnosis stroke se
awal mungkin perlu adanya anamnesis yang terarah. 13
Pada pemeriksaan fisik/neurologis penting mengetahui keadaan
kardiovaskuler, fungsi vital, perkembangan kesadaran sejak kejadian dan kelainan
neurologis yang terjadi. 13
Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk menentukan stroke atau bukan
serta membedakan stroke karena perdarahan intraserebral/subarachnoid,
trombosis, emboli, dan untuk mengungkapkan adanya faktor resiko. 13
G. REHABILITASI MEDIK
Tujuan rehabilitasi medik adalah tercapainya sasaran fungsional yang
realistik dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan
sasaran tersebut. 14
7
Menurut definisi WHO, jelaslah bahwa yang ditanggulangi rehabilitasi medik
adalah problem fisik dan psikis. Untuk mengatasi problem fisik yang berperan
adalah program fisioterapi dan terapi okupasi. Keduanya sebetulnya mempunyai
kesamaan dalam sasaran, dengan sedikit perbedaan bahwa terapi okupasi bahwa
terapi okupasi juga melatih aktivitas kehidupan sehari-hari dan melakukan
prevokasional untuk mengarahkan pasien pada latihan kerja bila terpaksa alih
pekerjaan. 14
H. PROBLEM REHABILITASI MEDIK
Masalah – masalah dalam Rehabilitasi Medik adalah sebagai berikut: 14
Problem Rehabilitasi
Kesukaran/tidak dapat ambulasi
Kesukaran/tidak dapat berkomunikasi
Kesukaran/tidak dapat merawat diri sendiri
Kesukaran/tidak dapat melakukan gerak
Problem Psikis
Rasa Malu
Rasa rendah diri
Tidak dapat menerima kenyataan
Tidak mau menyesuaikan diri dengan kecacatannya
Beberapa mengalami penurunan intelegensia
I. PENANGANAN REHABILITASI MEDIK
Menurut definisi WHO, jelaslah bahwa yang ditanggulangi rehabilitasi
medik ialah problem Fisik dan Psikis. Untuk mengatasi problem fisik, yang
berperan utama ialah Fisioterapi dan Terapi Okupasi. Keduanya sebetulnya
memiliki kesamaan dalam sasaran dan sedikit perbedaan, bahwa Terap Okupasi
juga melatih aktivitas kehidupan sehari – hari dan melakukan prevocational untuk
mengarahkan pasien pada latihan kerja bila terpaksa alih pekerjaan. Sasaran
umum kedua terapis adalah : melatih otot, mengurangi kekakuan sendi,
8
memperbaiki koordinasi dengan tujuan agar pasien dapat melakukan aktivitasnya
kembali, baik untuk ambulasi, merawat diri sendiri maupun bekerja.8
Secara garis besar tahapan Rehabilitasi Stroke Program adalah : Bedside
Exercise, Sitting Exercise, Standing Exercise dan Ambulation Exercise. Apabila
penderita sudah mampu duduk lama, maka latihan AKS dapat dimulai, biasanya
diberikan oleh terapis Okupasi. 8
Terdapat 2 pola besar dalam rehabilitasi stroke, yaitu :
Pola traditional, pola rehabilitasi kompensasi atau pola pendekatan unilateral.
Pola ini, sisi yang sehat dilatih untuk kompensasi sisi yang sakit.
Pola pendekatan neurodevelopmental atau pola pendekatan bilateral, dimana
segala upaya ditujukan untuk melatih kembali sisi yang sakit. Pola ini telah
menggeser pola tradisional di dalam program rehabilitasi stroke modern.
J. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis: 8
1. Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam
maka pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam
maka kemampuan memelihara diri akan kembali lebih dahulu.
2. Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila
ditemukan adanya: 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6 minggu
fungsi tangan belum kembali dan adanya hipotonia dan arefleksia yang
menetap.
9
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas penderita
Nama : Ny. RA
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 49 tahun
Alamat : Karombasan utara ling.3
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan : 13 november 2012
2. Anamnesis
Jenis anamnesis : Aloanamnesis
Keluhan utama : kelemahan anggota gerak kanan
Riwayat penyakit sekarang :
Kelemahan anggota gerak kanan dirasakan oleh penderita sejak 2 hari
yang lalu. Kelemahan tersebut terjadi secara tiba-tiba pada malam hari dan saat
itu penderita hendak akan bangun untuk buang air kecil namun mulai merasa
lemah pada lengan dan tungkai kanan. Penderita sempat muntah 2 kali. Muntah
berisi makanan dan air kurang lebih 1/3 gelas aqua tiap kali muntah, tidak ada
darah. Penderita juga mengalami bicara pelo, mulut mencong, sakit kepala, dan
tersedak saat makan, tidak ada kejang, riwayat penurunan kesadaran tidak ada.
Pada saat pemeriksaan didapatkan kelemahan anggota gerak kanan, mulut
mencong, bicara pelo, sakit kepala, tidak ada demam, tidak ada kejang maupun
riwayat trauma, sudah bisa makan tanpa tersedak. Perawatan diri, penggunaan
toilet, makan, berpakaian, duduk, mandi dan berjalan masih perlu bantuan.
BAB/BAK biasa.
10
Riwayat penyakit dahulu:
Penyakit hipertensi tidak ada
Kolesterol (+) baru diketahui saat masuk RS
DM (+) sejak ±6 tahun lalu, menggunakan Glibenclamid teratur
Penyakit paru, penyakit jantung , hati, ginjal tidak diketahui oleh penderita.
Riwayat penyakit keluarga:
Kakak laki-laki penderita pernah mengalami keluhan serupa dan didiagnosis
dengan stroke.
Riwayat kebiasaan: right handed, merokok (-), minum alkohol (-)
Riwayat sosial ekonomi:
Penderita tinggal di rumah milik pribadi, dua lantai, permanen, dinding
tembok, lantai ubin, dan wc jongkok. Penderita sekarang bekerja sebagai ibu
rumah tangga dan sekali-kali menjaga warung. Biaya pengobatan rumah sakit
menggunakan program jamkesmas.
Riwayat psikologi:
Suami penderita telah meninggal ± 4 tahun yang lalu. Sejak itu penderita
menjadi depresi.
3. Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : T = 110/60mmHg
R = 20x/mnt
N = 66x/mnt, regular, isi cukup
Sb = 36,5o
Kulit : sawo matang
11
Kepala : bentuk bulat, simetris
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
pupil bulat isokor ø 3 mm/3mm
Refleks cahaya+ /+ normal, refleks cahaya tidak langsung +/+
Hidung : sekret (-) telinga : sekret (-) mulut : caries (-), lidah beslag (-),
tonsil t1-t1, hiperemis (-)
Mulut : asimetris
Leher : kaku kuduk ( – )
: trakea letak di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks : simetris kiri = kanan, retraksi (-)
Jantung : s1-s2 normal, bising (-)
Paru-paru: suara pernapasan vesikuler, rhonki -/-,wheezing-/-
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tak teraba
Ekstremitas : akral hangat, udema -/-
Status neurologis
Kesadaran : GCS E4M6V5
Pemeriksaan fungsi luhur : disartria
Nervus kranialis : paresis N. VII dan XII sentral dextra
12
Status motorik dan sensorik
Pemeriksaan
Ekstremitas
superior
Ekstremitas
inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
GerakanMenuru
nNormal
Menuru
nNormal
Kekuatan otot 0/0/0/0 5/5/5/5 0/0/0/0 5/5/5/5
Tonus ototMenuru
nNormal
Menuru
nNormal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Refleks fisiologi
Refleks bisepMenuru
nNormal
Refleks trisepMenuru
nNormal
Refleks patellaMenuru
nNormal
Refleks achilesMenuru
nNormal
Refleks patologi
Hoffman/Trommer - -
Babinski - -
Chaddock - -
Gordon - -
Oppenheim - -
Gonda - -
Schaefer - -
Sensibilitas
ProtopatikMenuru
nNormal
Menuru
nNormal
13
Proprioseptif Normal Normal Normal Normal
Index Barthel
Aktifitas Tingkat kemandirian N=Nilai
ABladder
Kotinensia, tanpa memakai alat bantu 10 5Kadang-kadang ngompol 5Inkontinensia urin 0
BBowel
Kontinensia, memasan enema, suppositoria tanpa dibantu 10 5Dibantu 5Inkontinensa alvi 0
CToilet
Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tanpa mencemari baju) boleh berpegang pada bar dinding benda, memaai bad pen, dapat meletakkan di kursi dan membersihkan diri, dibant hanya salah satu kegiatan diatas
10 5
Dibantu 5D
Kebersihan diri
Tanpa dibantu cuci muka, menyisir, hias, gosok gigi termasuk persiapan alat-alat tersebut
5 0
Dibantu 0
EBerpakaian
Tanpa dibantu buka/pakai baju, resleting, ikat tali sepatu, termasuk pakaian khusus, boleh pakaian yang disesuaikan keadaan mis: kancing depan. dibantu sebagai sebagian minimal, setengah tidak membantu
10 0
dibantu 5
FMakan
Tanpa dibantu memakai pakian normal lengkap 10 5Memakai alat-alat makan. dibantu sebagian hasil memotong, memoles mentega
5
Dibantu 0
GTransfer/berpindah
Dari kursi roda ke tempat duduk / sebaliknya terauk duduk dan berbaring tana dibantu
15 0
Bantuan minor secara fisik atau verbal pada langkah - langkah diatas
10
Bantuan mayor secara fisik (1/2 org terlatih), tetapi dapat duduk/ dengan tanpa dibantu
5
Tidak dapat duduk berpindah (sitting balace) 0H
MobilisasiBerjalan 16 m (50 yard), boleh dengan alat bantu kecuali rolling walker. mengayuh kursi roda 16 m, berkeliling,
15 5
14
berjalan tanpa dibantuMenguasai alat bantunya, berjalan dengan bantuan minor fisik / verbal. memakai kuri roda dengan dibantu
10
Imobile 5I
Naik turun tangga
Tanpa dibantu 10 0Dibantu secara fisik / verbal 5Dibantu 0
Jmandi
Tanpa dibantu berendam 5 0dibantu 0
Total 100 25
15
45
3
5
3
213
1
1
1
Ny.Rahima Adam
49Tamat SLTA
13 November 2012
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Hb 13,3 g/dl 12,0 - 17,0
Leukosit 9.900 /mm3 3.500 - 10.000
Trombosit 281.000 /mm3 150.000 - 390.000
Hematokrit 38,4 % 35,0 - 50,0
Ureum 29 mg% 20 - 40
Kreatinin 0,6 mg% 0,6 - 1,1
GDP 147 mg% 70 - 125
Cholesterol total 251 mg/dl 160 - 200
HDL 44 mg/dl 0 - 40
LDL 185 mg/dl 0 - 150
Trigliserida 110 mg/dl 30 - 190
Pemeriksaan EKG: dalam batas normal
5. Resume
16
29
Seorang perempuan, 49 tahun, dengan hemiplegi dextra + paresis N.VII
dan XII sentral dextra. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekuatan otot
ekstremitas superior dan inferior dextra (0/0/0/0). Penurunan fungsi sensorik
(protopatik) ekstremitas dextra. Barthel index : disabilitas berat, MMSE :
normal
6. Diagnosis
Diagnosis klinis : hemiplegi dextra + paresis N.VII dan N. XII sentral
dextra
Diagnosis Topis : Subkortikal
Diagnosis etiologi : stroke hemoragik
Diagnosis Fungsional: disabilitas berat dalam AKS (memegang sendok,
membuka pakaian), gangguan transfer dan ambulasi,
gangguan protopatik
7. Terapi dari bagian Neurologi
Oksigen 2 – 4 L/mnt
Elevasi kepala 30º
IVFD NaCl 0,9% 500 cc + sohobion 1 amp drips 1 : 1 14 gtt/mnt
Citicolin 500 mg 2x1 amp (i.v)
Ranitidin amp 2x1 amp (i.v)
Ondansentron 4 mg 3x1 (i.v) kalau muntah
Paracetamol 500 mg 3x1 tab
8. Problem rehabilitasi
1) Kelemahan anggota gerak kanan (KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)
2) paresis N.VII, paresis N.XII dextra
3) penurunan sensibilitas (protopatik) pada ekstremitas dextra
4) gangguan AKS (memegang sendok, membuka pakaian)
5) Gangguan transfer dan ambulasi
6) depresi sejak suami meninggal kurang lebih 4 tahun yang lalu
17
9. Program rehabilitasi medik
1. Fisioterapi
evaluasi :
- kelemahan anggota gerak kanan ((KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)
- gangguan protopatik sisi tubuh sebelah kanan
- gangguan transfer dan ambulasi (berpindah tempat dan berjalan)
Program : - breathing exercise
- Proper bed positioning
- Alih baring tiap 2 jam
- Latihan peningkatan LGS pasif untuk ekstremitas superior
dextra dan ekstremitas inferior dextra
2. Terapi okupasi
evaluasi :
- Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
- Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (cth: Perawatan diri,
penggunaan toilet, makan, berpakaian, duduk, mandi dan berjalan)
- Kelemahan anggota gerak kanan (KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)
Program :
- Latihan peningkatan AKS dengan aktifitas
3. Ortotik prostetik
Evaluasi: kelemahan anggota gerak kanan (KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)
Program: AFO pada ekstremitas inferior dextra
Hand splint pada ekstremitas superior dextra
4. Terapi bicara
Evaluasi :
- Kontak, pengertian dan komunikasi baik
18
- Bicara pelo (+)
Program : latihan artikulasi
5. Psikologi
Evaluasi :
- Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
- Motivasi untuk berobat dan latihan baik
- depresi karena suami telah meniggal
Program :
- Memberikan dukungan mental pada penderita dan keluarga tentang
penyakit penderita dan prognosis penyakitnya jika penderita latihan
terus
- Memerikan dukungan psikologi untuk depresi pasien
6. Sosial medik
evaluasi :
- Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
- Biaya perawatan : jamkesmas
- Rumah tinggal permanen, lantai ubin, dinding tembok dan WC
jongkok
Program :
- Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat
dan berlatih secara teratur
- Mengadakan edukasi dan evaluasi terhadap lingkungan rumah.
- WC jongkok sebaiknya diganti dengan WC duduk, atau dimodifikasi
10. Prognosis
Dubia ad bonam
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro klinis dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian
Rakyat,1995;269–302
2. Misbach J. Stroke aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen. Jakarta:
balai penerbit FKUI, 1999. Hal: 2-3; 55; 59-60
3. Price, Anderson S, et all. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Ed.4.Jakarta: EGC, 1995.Hal 1119-1122.
4. Siwi RC. Epidemiologi Stroke. Dalam : Kumpulan Makalah Pertemuan
Ilmiah Regional II. Perdossi. Manado, 2002.
5. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi.
EGC:Jakarta, 2007.
6. PERDOSRI. Klasifikasi Stroke. Dalam Konsensus Nasional Rehabilitasi
Stroke. Jakarta. PERDOSRI 2004.
7. Webmaster RSMK Group. Rehabilitasi Medik. RS Mitra Keluarga
Cikarang. Diunduh dari: http://www.mitrakeluarga.com/cikarang/?p=75
tanggal 15 November 2012
8. Siwi RC. Epidemiologi stroke. Dalam Stroke Up date. Manado : SMF FK
UNSRAT 2001.
20
9. Karema W. klasifikasi dan diagnosis stroke. Dalam : Stroke Up date.
Manado : SMF FK UNSRAT 2001.
10. Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Jakarta : FKUI. 2008
11. Martono H, Kusmawardani RA. Stroke Dan Penatalaksanaannya Oleh
Internis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV 2006
Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UI.
12. Tim Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Undip. Penatalaksanaan stroke.
Dalam : Materi Lokakarya Stroke. Semarang : Bagian/SMF Ilmu Penyakit
Saraf FK Undip. 1996.
13. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : Dian
Rakyat. 2008
14. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation After Stroke. In : Basic Clinical Rehabilitation Medicine. Philadelpia. Mosby, 1993; p.87-88.
21