makalah stroke

87
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada tahun 2000 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 tahun dan jumlah populasi lansia sebanyak 17 juta (7%). Menurut perkiraan pada tahun 2020 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 71 tahun dan jumlah penduduk lansia diperkirakan sebanyak 28 juta jiwa, hal ini merupakan peringkat tertinggi ke empat setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Data WHO menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit pembuluh darah lebih banyak dibanding penyakit lain, yaitu sekitar 15 juta tiap tahun atau sekitar 30% dari kematian total pertahunnnya dan sekitar 4,5 juta diantaranya disebabkan oleh stroke. Dari seluruh kematian di negara-negara industri , 10-12% disebabkan oleh stroke dan sekitar 88% kematian akibat stroke terjadi pada usia diatas 65 tahun. Stroke merupakan masalah utama kesehatan di negara maju, penyebab utama kecacatan pada orang dewasa dan penyebab kedua terjadinya demensia. Diseluruh dunia prevalensi stroke ada 7,1 juta pada tahun 2000 dan akan terus meningkat. Data di negara berkembang seperti indonesia menunjukkan insidensi

Upload: cucook

Post on 02-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Stroke

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada tahun 2000 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 tahun dan

jumlah populasi lansia sebanyak 17 juta (7%). Menurut perkiraan pada tahun

2020 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 71 tahun dan jumlah

penduduk lansia diperkirakan sebanyak 28 juta jiwa, hal ini merupakan

peringkat tertinggi ke empat setelah RRC, India dan Amerika Serikat.

Data WHO menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit pembuluh

darah lebih banyak dibanding penyakit lain, yaitu sekitar 15 juta tiap tahun

atau sekitar 30% dari kematian total pertahunnnya dan sekitar 4,5 juta

diantaranya disebabkan oleh stroke. Dari seluruh kematian di negara-negara

industri , 10-12% disebabkan oleh stroke dan sekitar 88% kematian akibat

stroke terjadi pada usia diatas 65 tahun.

Stroke merupakan masalah utama kesehatan di negara maju, penyebab

utama kecacatan pada orang dewasa dan penyebab kedua terjadinya

demensia. Diseluruh dunia prevalensi stroke ada 7,1 juta pada tahun 2000 dan

akan terus meningkat. Data di negara berkembang seperti indonesia

menunjukkan insidensi 234 per 100.000 penduduk (survey di Bogor oleh

Misbach, 2001).

Stroke menempati urutan kedua sebagai penyebab kecacatan di negara

maju dan penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik

(Lipska et al., 2007; van der Worp et al., 2007). Menurut data Riskesdas

Depkes RI, 2007 dalam laporan nasionalnya mendapatkan bahwa penyebab

kematian utama untuk semua umur adalah stroke (15,4%), tuberkulosis

(7,5%), hipertensi (6,8%). Dan lebih dari dua pertiga penderita stroke di

dunia berasal dari negara berkembang, di mana usia rata-rata penderitanya 15

tahun lebih muda daripada penderita di negara maju (Lipska et al., 2007).

Sedangkan di negara-negara barat sendiri, stroke merupakan penyebab

kematian tersering ketiga setelah penyakit jantung dan kanker dan mungkin

penyebab utama kecacatan.

Page 2: Makalah Stroke

Menurut WHO, 15 juta orang di dunia mengalami stroke setiap tahunnya.

Dan dari 15 juta orang tersebut, 5 juta orang meninggal dan 5 juta orang lagi

mengalami kecacatan permanen dan menjadi beban bagi keluarganya.

Menurut American Heart Association, insidensi penyakit stroke di Amerika

Serikat mencapai 500.000 pertahun (Japardi, 2002). 85,5% dari total kematian

akibat stroke di seluruh dunia terjadi di negara berkembang. Ada pendapat

yang menyatakan bahwa kondisi tersebut terkait dengan keadaan ekonomi

negara (Kamal et al., 2009; Lipska et al., 2007).

Di Indonesia prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk

dan berdasarkan hasil Surkesnas 2001 penyakit sistem sirkulasi darah berupa

penyakit jantung, stroke, hipertensi, merupakan penyebab utama kematian

yaitu 26,3% kematian. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi

adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang

terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita

stroke, 6 diantaranya telah didignosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini

menujukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah terdiagnosis oleh

tenaga kesehatan, namun angka kematian akibat stroke tetap tinggi. Data

menunjukkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab

kematian utama semua umur di Indonesia. Stroke, bersama-sama dengan

hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga

merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia

(Departemen Kesehatan R.I, 2009).

Secara umum, stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke

hemoragik. Di Negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80%

merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke

hemoragik (Davenport et al.,1999; van der Worp et al., 2007). Ada banyak

faktor risiko dari stroke, diantaranya hipertensi, obesitas, hiperlipidemia,

diabetes mellitus, merokok, kelainan jantung dan konsumsi alkohol (Arboix

et al., 2001; Lipska et al., 2007; Yamamoto et al., 1988).

Dampak dari serangan stroke sangat bergantung pada lokasi dan luasnya

kerusakan, dan juga usia serta status kesehatan sebelum stroke. Stroke

hemoragik memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dari iskemik. Sekitar

Page 3: Makalah Stroke

20% dari penderita stroke akan bergantung pada orang lain untuk melakukan

kegiatan sehari-hari (seperti mencuci, berpakaian, dan berjalan) pada 12 bulan

pertama. Dan sekitar 10-16% penderita stroke memiliki risiko untuk

mengalami serangan ulang, dan risiko kematian akibat stroke menjadi dua

kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum (davenport et al., 1999).

Peran perawat dalam menangani pasien stroke haruslah melaksanakan

asuhan keperawatan yang komprehensif sehingga klien tidak akan mengalami

stroke yang berulang. Oleh karena itu, pentingnya peran perawat pada klien

stroke kelompok kami mengangkat studi kasus terkait dengan masalah stroke.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan yang diinginkan penulis yaitu diperolehnya pengalaman

nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien pada Ny R

dengan stroke hemoragik di ruang Stroke di Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Soebroto.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Ny. R dengan stroke

hemoragik

b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada Ny. R dengan stroke

hemoragik.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien ny. R dengan

stroke hemoragik.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Ny. R dengan

stroke hemoragik

e. Mampu melaksanakan evaluas pada Ny. R dengan stroke hemoragik.

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien Ny. R

dengan stroke hemoragik.

C. Ruang lingkup

Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan dari

pemberian asuhan keperawata Ny. R dengan stroke hemoragik di Ruang

Stroke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat gatot Soebroto yang

dilaksanakan pada tanggal 24-31 Desember 2012.

Page 4: Makalah Stroke
Page 5: Makalah Stroke

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Stroke adalah cedera akut pada otak. Ini berarti stroke adalah cedera

mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak. Cedera dapat

disebabkan sumbatan bekuan darah otak, penyempitan pembuluh darah otak

dan pecahnya pembuluh darah otak (feigin, 2007).

Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-

tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau

global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih,

dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh

gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat

menimbulkan cacat atau kematian.

Stroke merupakan penyakit peredarah darah otak yang diakibatkan oleh

tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya pembuluh darah di otak,

sehingga supplay darah ke otak berkurang (Smletzer & Bare, 2005).

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya

pembuluh darah pada otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di

dalam otak pecah. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan dan kerusakan

dapat terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat

mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan pembengkakan,

mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga

meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak.

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan

disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan

bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya

pembuluh arteri, vena dan kapiler.

Stroke hemoragik adalah Pecahnya pembuluh darah otak yang

menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan

serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut

Page 6: Makalah Stroke

menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak

dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya.

Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi

jaringan otak dan menekan batang otak.

B. Klasifikasi

a. Berdasarkan patologis

Secara patologi ada dua macam stroke, yaitu stroke sumbatan

(stroke iskemik/stroke non hemoragik) dan stroke perdarahan (stroke

hemoragik) (Michel, 2003 dalam Pinzon & Asanti, 2010).

1) Stroke Non Hemoragik (SNH)

Terjadi ketika pembuluh darah otak mengalami penyumbatan. Stroke

non hemoragik dibagi menjadi 2:

a) Thrombosis arteri maupun vena

Menurut Muttaqin (2008), Trombosis ini terjadi pada pembuluh

darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia

jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti

disekitarnya, thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang

sedang tidur atau bangun tidur.

Page 7: Makalah Stroke

Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan

penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri.

Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk dalam 48 jam

setelah terjadinya thrombosis. Beberapa keadaan dibawah ini dapat

menyebabkan thrombosis otak:

Aterosklerosis dan arteriosklerosis

Hiperkoagulasi dan polisitemia

Arteritis (radang pada arteri)

b) Emboli

Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah

otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli

merupakan thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat

system arteri serebri. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala

timbul kurang dari 10-30 detik .

Menurut perjalanan penyakitnya stroke non-hemoragik dibagi

kembali menjadi:

1) Trancient Iskemik Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas

Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul

mendadak dan hilang dalam beberapa menit (durasi rata-rata 10

menit) sampai kurang dari 24 jam).

2) Stroke Involution atau Progresif

Adalah perjalanan penyakit stroke berlangsung perlahan

meskipun akut. Munculnya gejala makin bertambah buruk, proses

progresif beberapa jam sampai beberapa hari.

3) Stroke Complete

Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau

permanen, maksimal sejak awal serangan dan sedikit

Page 8: Makalah Stroke

memperlihatkan parbaikan dapat didahului dengan TIA yang

berulang.

2) Stroke Hemoragik (SH)

Stroke yang terjadi karena perdarahan, disebabkan oleh pecahnya

pembuluh darah otak pada daerah tertentu, biasanya terjadi saat pasien

melakukan aktivitas atau saat aktif.

Stroke hemoragik dibagi menjadi 2:

Stroke perdarahan intraserebral (pada jaringan otak)

Stroke perdarahan sub-arachnoid (dibawah jaringan pembungkus

otak).

C. Klasifikasi dan Etiologi

Klasifikasi Stroke Hemoragik Menurut WHO, dalam International

Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th

Revision, stroke hemoragik dibagi atas:

1. Perdarahan Intraserebral (PIS)

Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari

pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.

Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor

penyebab lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit

darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian

antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat,

amiloidosis serebrovaskular.

Page 9: Makalah Stroke

2. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)

Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya

darah ke dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena

pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV

(5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.

3. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena

jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak

dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.

D. Faktor Risiko

Faktor risiko stroke terdiri dari dua kategori, yaitu:

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:

a. Usia

Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap

penambahan usia tiga tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar

11-20%. Dari semua stroke, orang yang berusia lebih dari 65 tahun

memiliki risiko paling tinggi yaitu 71%, sedangkan 25% terjadi pada

orang yang berusia 65-45 tahun, dan 4% terjadi pada orang berusia

<45 tahun. Menurut penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam

Malik Medan dengan desain case control, umur berpengaruh terhadap

terjadinya stroke dimana pada kelompok umur ≥45 tahun risiko

terkena stroke dengan OR: 9,451 kali dibandingkan kelompok umur <

45 tahun.

b. Jenis Kelamin

Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata laki-laki

banyak menderita stroke dibandingkan perempuan. 3 Insiden stroke

1,25 kali lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan.

c. Ras/bangsa

Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit

putih. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup.

Pada tahun 2004 di Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki

yang berkulit putih sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar

Page 10: Makalah Stroke

62,9% sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan

yang berkulit hitam sebesar 58,7%.

d. Hereditas Gen

Berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya

hipertensi, jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat

stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga

pernah mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun,

meningkatkan risiko terkena stroke. Menurut penelitian Tsong Hai

Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001 riwayat stroke pada keluarga

meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 29,3%.

2. Faktor risiko yang dapat diubah:

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke.

Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6

kali. Semakin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar

karena terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah sehingga

memudahkan terjadinya penyumbatan/perdarahan otak. Sebanyak 70

% dari orang yang terserang stroke mempunyai tekanan darah tinggi.

b. Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak

sekuat hipertensi. Diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya

aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) yang lebih berat sehingga

berpengaruh terhadap terjadinya stroke. Menurut penelitian Siregar F

(2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan desain case control,

penderita diabetes melitus mempunyai risiko terkena stroke dengan

OR: 3,39. Artinya risiko terjadinya stroke pada penderita diabetes

mellitus 3,39 kali dibandingkan dengan yang tidak menderita diabetes

mellitus.

c. Penyakit Jantung

Penyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah

fibrilasi atrium/atrial fibrillation (AF), karena memudahkan

terjadinya penggumpalan darah di jantung dan dapat lepas hingga

Page 11: Makalah Stroke

menyumbat pembuluh darah di otak. Di samping itu juga penyakit

jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, pasca

operasi jantung juga memperbesar risiko stroke.3 Fibrilasi atrium

yang tidak diobati meningkatkan risiko stroke 4-7 kali.

d. Transient Ischemic Attack (TIA)

Sekitar 1 dari seratus orang dewasa akan mengalami paling sedikit 1

kali serangan iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati

dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini kemudian akan

mengalami stroke dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan

sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan

pertama. Risiko TIA untuk terkena stroke 35-60% dalam waktu lima

tahun.

e. Obesitas

Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan

diabetes melitus. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%.

Obesitas dapat meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan

aterosklerosis yang semuanya akan meningkatkan kemungkinan

terkena serangan stroke.

f. Hiperkolesterolemia

Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor

risiko, tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah

dan juga menyebabkan penyakit jantung koroner. Kolesterol yang

tinggi terutama Low Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk

plak di dalam pembuluh darah dan dapat menyumbat pembuluh darah

baik di jantung maupun di otak. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl

meningkatkan risiko stroke 1,31-2,9 kali.

g. Merokok

Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik

Medan dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan

risiko terkena stroke sebesar 4 kali.23 Merokok menyebabkan

penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh (termasuk yang

ada di otak dan jantung), sehingga merokok mendorong terjadinya

Page 12: Makalah Stroke

aterosklerosis, mengurangi aliran darah, dan menyebabkan darah

mudah menggumpal.

h. Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme

tubuh, sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi

berat badan dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf

otak dan lainlain. Semua ini mempermudah terjadinya stroke.3

Konsumsi alkohol berlebihan meningkatkan risiko terkena stroke 2-3

kali.

i. Stres

Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres psiokososial dapat

menyebabkan depresi. Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko

lain (misalnya, aterosklerosis berat, penyakit jantung atau hipertensi)

dapat memicu terjadinya stroke. Depresi meningkatkan risiko terkena

stroke sebesar 2 kali.

j. Penyalahgunaan Obat

Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan

akan mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan

kerusakan dinding pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba

itu sendiri akan mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah

terserang stroke. Hasil pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta

tahun 2001 yang menangani narkoba, didapatkan bahwa lebih dari

50% pengguna narkoba dengan suntikan berisiko terkena stroke.

E. Patofisologi

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam

arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan

sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke

jaringan otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau

kematian jaringan. Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri

menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.

Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Dapat

juga karena keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti

Page 13: Makalah Stroke

aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh darah dan

terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah

misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat

bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam

jaringan otak. (Sylvia A. Price dan Wilson, 2006).

Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri

penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan

berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa

anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat terjadi dengan bertambahnya umur dan

adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi

aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah

yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga

dapat terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur

otak dan merembas kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau

ke ruang intrakranial. Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh

karena ruptur arteri serebri.

Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga

jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat

mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada

arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer

otak dan sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan larut

dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan

mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan

mencair, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua

jaringan nekrotik akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga

terbentuk jalinan desekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut

terisi oleh astroglia yang mengalami proliferasi (Price & Willson, 2002).

Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya aneurisma.

Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan

perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering

terdapat lebih dari satu aneurisma.

Page 14: Makalah Stroke

PatoflowSTROKE HEMORAGIK

Hipertensi/Terjadi Perdarahan

Aneurisma

Ruptur arteri cerebri

Ekstravasasi darah diotak / Subarachnoid

Vasospasme arteri

Menyebar ke hemisfer otak & sirkulus Willisi

PERDARAHAN CEREBRI

perfusi vaskularisasi distal

Iskemia

Pelepasan kolateral

aktifitas elektrolit terhenti

Pompa Na+, K+ gagal

Na+, Air masuk ke sel

Edema intrasel & ekstrasel

Perfusi jaringancerebral menurun

SEL MATI SECARA PROGRESIF(STROKE)

Page 15: Makalah Stroke
Page 16: Makalah Stroke

F. Manifestasi klinik

Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan

jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa

peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan

menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.

Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:

1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).

2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.

3. Kesulitan menelan.

4. Kesulitan menulis atau membaca.

5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,

membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.

6. Kehilangan koordinasi.

7. Kehilangan keseimbangan.

8. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan

menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan

motorik.·

9. Mual atau muntah.

10. Kejang.

11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan

sensasi, baal atau kesemutan.

12. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cek laboratorium, pemeriksaan

neurokardiologi, pemeriksaan radiologi, penjelasanya adalah sebagai berikut :

1. Laboratorium.

a. Pemeriksaan darah rutin.

b. Pemeriksaan kimia darah lengkap.

1) Gula darah sewaktu.

Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif. Gula darah dapat

mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur – angsur

kembali turun.

Page 17: Makalah Stroke

2) Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim

SGOT/SGPT/CPK, dan profil lipid (trigliserid, LDH-HDL

kolesterol serta total lipid).

c. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap).

1) Waktu protrombin.

2) Kadar fibrinogen.

3) Viskositas plasma.

d. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas indikasi Homosistein.

2. Pemeriksaan neurokardiologi

Sebagian kecil penderita stroke terdapat perubahan elektrokardiografi.

Perubahan ini dapat berarti kemungkinan mendapat serangan infark

jantung, atau pada stroke dapat terjadi perubahan – perubahan

elektrokardiografi sebagai akibat perdarahan otak yang menyerupai suatu

infark miokard. Pemeriksaan khusus atas indikasi misalnya CK-MB follow

up nya akan memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan EKG dan

pemeriksaan fisik mengarah kepada kemungkinan adanya potensial source

of cardiac emboli (PSCE) maka pemeriksaan echocardiografi terutama

transesofagial echocardiografi (TEE) dapat diminta untuk visualisasi

emboli cardial.

3. Pemeriksaan radiologi

a. CT-scan otak

Perdarahan intraserebral dapat terlihat segera dan pemeriksaan ini

sangat penting karena perbedaan manajemen perdarahan otak dan

infark otak. Pada infark otak, pemeriksaan CT-scan otak mungkin

tidak memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari-hari

pertama, biasanya tampak setelah 72 jam serangan. Jika ukuran infark

cukup besar dan hemisferik. Perdarahan/infark di batang otak sangat

sulit diidentifikasi, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan MRI

untuk memastikan proses patologik di batang otak.

b. Pemeriksaan foto thoraks.

1) Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat

pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda

Page 18: Makalah Stroke

hipertensi kronis pada penderita stroke dan adakah kelainan lain

pada jantung.

2) Dapat mengidentifikasi kelainan paru yang potensial

mempengaruhi proses manajemen dan memperburuk prognosis.

H. Penatalaksanaan Medis

1. Neuroproteksi

Berfungsi untuk mempertahankan fungsi jaringan. Cara kerja metode ini

adalah menurunkan aktifitas metabolisme dan kebutuhan sel-sel neuron.

2. Antikoagulasi

Diperlukan antikoagulasi dengan derajat yang lebih tinggi (INR 3,0 – 4,0)

untuk pasien stroke yang memiliki katup prostetik mekanik. Bagi pasien

yang bukan merupakan kandidat untuk terapi warvarin (coumadin), maka

dapat digunakan aspirin tersendiri atau dalam kombinasi dengan

dipiridamol sebagai terapi anti trombotik awal untuk profilaksis stroke.

3. Trombolisis Intravena

Satu-satunya obat yang telah disetujui oleh US Food and Drug

Administration (FDA) untuk terapi stroke iskemik akut adalah aktivator

plasminogen jaringan (TPA) bentuk rekombinan. Terapi dengan TPA

intravena tetap sebagai standar perawatan untuk stroke akut dalam 3 jam

pertama setelah awitan gejala. Risiko terbesar menggunakan terapi

trombolitik adalah perdarahan intraserebrum.

4. Trombolisis Intraarteri

Pemakaian trombolisis intraarteri pada pasien stroke iskemik akut sedang

dalam penelitian, walaupun saat ini belum disetujui oleh FDA. Pasien

yang beresiko besar mengalami perdarahan akibat terapi ini adalah yang

skor National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS)-nya tinggi,

memerlukan waktu lebih lama untuk rekanalisasi pembuluh, kadar

glukosa darah yang lebih tinggi, dan hitung trombosit yang rendah.

I. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas dan istirahat

1) Data Subyektif:

Page 19: Makalah Stroke

a) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi

atau paralisis.

b) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )

2) Data obyektif:

a) Perubahan tingkat kesadaran

b) Perubahan tonus otot  ( flaksid atau spastic),  paraliysis

(hemiplegia ) , kelemahan umum.

c) Gangguan penglihatan

b. Sirkulasi

1) Data Subyektif:

a) Riwayat penyakit jantung (  penyakit katup jantung, disritmia,

gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.

2) Data obyektif:

a) Hipertensi arterial

b) Disritmia, perubahan EKG

c) Pulsasi : kemungkinan bervariasi

d) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

c. Integritas ego

1) Data Subyektif:

a) Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

2) Data obyektif:

a) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan ,

kegembiraan

b) Kesulitan berekspresi diri

d. Eliminasi

1) Data Subyektif:

a) Inkontinensia, anuria

b) Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),  tidak

adanya suara usus ( ileus paralitik )

e. Makan/ minum

1) Data Subyektif:

a) Nafsu makan hilang

Page 20: Makalah Stroke

b) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK

c) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia

d) Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah

2) Data obyektif:

a) Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan

faring )

b) Obesitas ( faktor resiko )

f. Sensori neural

1) Data Subyektif:

a) Pusing / syncope  ( sebelum CVA / sementara selama TIA )

b) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan

sub arachnoid.

c) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat

seperti lumpuh/mati

d) Penglihatan berkurang

e) Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada

ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama

f) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

2) Data obyektif:

a) Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,

gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang)

dan gangguan fungsi kognitif

b) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada

semua jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang,

berkurangnya reflek tendon dalam  ( kontralateral )

c) Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )

d) Afasia  (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,

kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif /

kesulitan berkata-kata komprehensif, global / kombinasi dari

keduanya.

e) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,

stimuli taktil

Page 21: Makalah Stroke

f) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik

g) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi

pada sisi ipsi lateral

g. Nyeri / kenyamanan

1) Data Subyektif:

Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya

2) Data Obyektif:

Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

h. Respirasi

1) Data Subyektif:

Perokok ( faktor resiko )

Tanda:

a) Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas

b) Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur

c) Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

i. Keamanan

1) Data Obyektif:

a) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

b) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat

objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

c) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang

pernah dikenali

d) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan

regulasi suhu tubuh

e) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap

keamanan, berkurang kesadaran diri.

j. Interaksi sosial

1) Data Obyektif:

Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi

k. Pengajaran / pembelajaran

1) Data Subjektif :

a) Riwayat hipertensi keluarga, stroke

Page 22: Makalah Stroke

b) Penggunaan kontrasepsi oral

l. Pertimbangan rencana pulang

1) Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi

2) Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,

perawatan diri dan pekerjaan rumah

(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

2. Diagnosa keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah  :

penyakit oklusi,  perdarahan, spasme pembuluh darah serebral,

edema serebral

b. Imobilisasi berhubungan dengan keterlibatan neuromuskuler:

kelemahan, parestesia, paralisis hipotonik.

c. Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi (pemenuhan

intake) berhubungan dengan gangguan menelan.

d. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan

sirkulasi serebral

e. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan paralisis,

hemiparesis

f. Resiko penurunan curah jantung yang berhubungan dengan

kerusakan pada jaringan otak

g. Resiko cedera yang berhubungan dengan paralisis

h. Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan

i. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan

peningkatan tekanan intrakranial.

j. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan

penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan

k. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

l. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan

dengan penurunan refleks batuk dan menelan.

Page 23: Makalah Stroke

3. Rencana Tindakan keperawatan

a) Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan

gangguan aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan

intracranial ditandai dengan klien tampak tidak sadar, dan

kondisi lemah

Tujuan:

Setelah diberikan askep selama …x 24 jam, diharapkan Perfusi

jaringan otak dapat tercapai secara optimal dengan kriteria hasil :

- Klien tidak gelisah

- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.

- GCS 456

- Pupil isokor, reflek cahaya (+)

- Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-

37oC, Pernafasan 16-20 kali permenit)

Intervensi Mandiri:

1) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab

peningkatan TIK dan akibatnya

Rasional: Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses

penyembuhan

2) Anjurkan kepada klien untuk bed rest total

Rasional: Untuk mencegah perdarahan ulang

3) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan

intrakranial tiap dua Jam

Rasional: Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien

secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat

4) Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung

(beri bantal tipis)

Rasional: Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan

drainage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral

5) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan

berlebihan

Page 24: Makalah Stroke

Rasional: Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan

intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang

6) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjunng

Rasional: Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat

meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan

mingkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan

dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya

Kolaborasi:

7) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat

neuroprotektor

Rasional: Memperbaiki sel yang masih viabel

b) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan

kontrol otot facial atau oral ditandai dengan klien tampak tidak

mampu berbicara.

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam

diharapkan kerusakan komunikasi verbal klien dapat teratasi, dengan

kriteria hasil:

- Menerima pesan-pesan melalui metode alternatif (mis; komunikasi

tertulis, bahasa isyarat, bicara dengan jelas pada telinga yang baik).

- Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi.

- Meningkatkan kemampuan untuk mengerti.

- Mengatakan penurunan frustrasi dalam berkomunikasi.

- Mampu berbicara yang koheren.

- Mampu menyusun kata – kata/ kalimat.

Intervensi Mandiri:

1). Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami

kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian

sendiri.

Rasional: Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan

serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau

seluruh tahap proses komunikasi. Pasien mungkin mempunyai

Page 25: Makalah Stroke

kesulitan memahami kata yang diucapkan; mengucapkan kata-kata

dengan benar; atau mengalami kerusakan pada kedua daerah

tersebut.

2). Bedakan antara afasia dengan disartria.

Rasional : Intervensi yang dipilih tergantung pada tipe

kerusakannya. Afasia adalah gangguan dalam menggunakan dan

menginterpretasikan simbol-simbol bahasa dan mungkin

melibatkan komponen sensorik dan/atau motorik, seperti

ketidakmampuan untuk memahami tulisan/ucapan atau menulis

kata, membuat tanda, berbicara. Seseorang dengan disartria dapat

memahami, membaca, dan menulis bahasa tetapi mengalami

kesulitan membentuk/mengucapkan kata sehubungan dengan

kelemahan dan paralisis dari otot-otot daerah oral.

3). Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.

Rasional : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk

memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa

komunikasi yang diucapkannya tidak nyata. Umpan balik

membantu pasien merealisasikan kenapa pemberi asuhan tidak

mengerti/berespon sesuai dan memberikan kesempatan untuk

mengklarifikasikan isi/makna yang gterkandung dalam ucapannya.

8) Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti

“buka mata,” “tunjuk ke pintu”) ulangi dengan kata/kalimat

yang sederhana.

Rasional: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan

sensorik (afasia sensorik)

9) Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama

benda tersebut.

Rasional: Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan

motorik (afasia motorik), seperti pasien mungkin mengenalinya

tetapi tidak dapat menyebutkannya.

Page 26: Makalah Stroke

10) Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti

“Sh” atau “Pus”

Rasional: Mengidentifikasikan adanya disartria sesuai

komponen motorik dari bicara (seperti lidah, gerakan bibir,

kontrol napas) yang dapat mempengaruhi artikulasi dan

mungkin juga tidak disertai afasia motorik.

11) Minta pasien untuk menulis nama dan/atau kalimat yang

pendek. Jika tidak dapat menulis, mintalah pasien untuk

membaca kalimat yang pendek

Rasional: Menilai kemampuan menulis (agrafia) dan

kekurangan dalam membaca yang benar (aleksia) yang juga

merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.

12) Tempatkan tanda pemberitahuan pada ruang perawat dan

ruangan pasien tentang adanya gangguan bicara. Berikan bel

khusus bila perlu.

Rasional: Menghilangkan ansietas pasien sehubungan dengan

ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan perasaan takut

bahwa kebutuhan pasien tidak akan terpenuhi dengan segera.

Penggunaan bel yang diaktifkan dengan tekanan minimal akan

bermanfaat ketika pasien tidak dapat menggunakan system bel

regular.

13) Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di

papan tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan,

gambar-gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi).

Rasional: Memberikan komunikasi tentang kebutuhan

berdasarkan keadaan/deficit yang mendasarinya.

14) Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan

dengan tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban

“ya/tidak,” selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang

lebih kompleks sesuai dengan respons pasien.

Rasional: Menurunkan kebingungan/ansietas selama proses

komunikasi dan berespons pada informasi yang lebih banyak

Page 27: Makalah Stroke

pada satu waktu tertentu. Sebagai proses latihan kembali untuk

lebih mengembangkan komunikasi lebih lanjut dan lebih

kompleks akan menstimulasi memori dan dapat meningkatkan

asosiasi ide/kata.

15) Hargai kemampuan pasien sebelum terjadi penyakit; hindari

“pembicaraan yang merendahkan” pada pasien atau membuat

hal-hal yang menentang kebanggaan pasien.

Rasional: Kemampuan pasien untuk merasakan harga diri,

sebab kemampuan intelektual pasien seringkali tetap baik

Kolaborasi

16) Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.

c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

neuromuskular ditandai dengan terjadi hemiperase pada

ekstremitas kanan

Tujuan: Setelah diberikan askep ....x 24 jam diharapkan mobilisasi

klien mengalami peningkatan, dengan kriteria hasil:

- mempertahankan posisi optimal,

-mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh

yang terserang hemiparesis dan hemiplagia.

- mempertahankan perilaku yang memungkinkan adanya aktivitas.

Intervensi Mandiri:

1). Kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan awal dan

dengan cara yang teratur.

Rasional: Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat

memberikan informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam

pemilihan terhadap intervensi sebab teknik yang berbeda

digunakan untuk paralisis spastik dengan flaksid.

2). Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang,miring) dan sebagainya

dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam

posisi bagian yang terganggu.

Page 28: Makalah Stroke

Rasional: Menurunkan risiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.

Daerah yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih

jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan

kerusakan pada kulit/ dekubitus.

3). Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali sekali jika

pasien dapat mentoleransinya.

Rasional: Membantu mempertahankan ekstensi pinggul

fungsional;tetapi kemungkinan akan meningkatkan ansietas

terutama mengenai kemampuan pasien untuk bernapas.

4). Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada

semua ekstremitas saat masuk. Anjurkan melakukan latihan sepeti

latihan quadrisep/gluteal, meremas bola karet, melebarkan jari-jari

kaki/telapak. Rasional: Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan

sirkulasi, membantu mencegah kontraktur. Menurunkan risiko

terjadinya hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah utamanya

adalah perdarahan. Catatan: Stimulasi yang berlebihan dapat

menjadi pencetus adanya perdarahan berulang.

5). Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan

kaki (foot board) selama periode paralisis flaksid. Pertahankan

posisi kepala netral.

Rasional: Mencegah kontraktur/footdrop dan memfasilitasi

kegunaannya jika berfungsi kembali. Paralisis flaksid dapat

mengganggu kemampuannya untuk menyangga kepala, dilain

pihak paralisis spastik dapat meengarah pada deviasi kepala ke

salah satu sisi.

6). Tempatkan bantal di bawah aksila untuk melakukan abduksi pada

tangan.

Rasional : Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku.

7). Tempatkan ”handroll’ keras pada teelapak tangan dengan jari – jari

dan ibu jari saling berhadapan.

Page 29: Makalah Stroke

Rasional: Alas/dasar yang keras menurunkan stimulasi fleksi jari-

jari, mempertahankan jari-jari dan ibu jari pada posisi normal

(posisi anatomis).

8). Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi.

Rasional: Mempertahankan posisi fungsional.

9).Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk (seperti

meninggikan bagian kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di sisi

tempat tidur, biarkan pasien menggunakan kekuatan tangan untuk

menyokong berta badan dan kaki yang kuat untuk memindahkan

kaki yang sakit; meningkatkan waktu duduk) dan keseimbangan

dalam berdiri (seperti letakkan sepatu yang datar;sokong bagian

belakang bawah pasien dengan tangan sambil meletakkan lutut

penolong diluar lutut pasien;bantu menggunakan alat pegangan

paralel dan walker).

Rasional: Membantu dalam melatih kembali jaras saraf,

meningkatkan respon proprioseptik dan motorik.

10). Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan

menggunakan ekstremitas yang tidak sakit untuk menyokong/

menggerakkan daerah tubuh yang mengalami kelemahan.

Rasional: Mungkin diperlukan untuk menghilangkan spastisitas

pada ekstremitas yang terganggu.

Kolaborasi

1). Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif,

dan ambulasi pasien.

2). Bantulah dengan stimulasi elektrik, seperi TENS sesuai indikasi.

3). Berikan obat relaksan otot, antispasmodik sesuai indikasi seperti

ANALISA DATA

Data Masalah keperawatan

DS: Klien mengatakan nyeri kepala

hebat, skala nyeri 9 (1-10)

Gangguan perfusi jaringan serebral b.d

perdarahan otak

Page 30: Makalah Stroke

DO:

K/U : Lemah

Kesadaran : CM

TD : 160/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 21 x/menit

Suhu : 36o C

Bicara sedikit Pelo

Pupil : 2/2

Tampak nyeri kepala hebat

CT-scan :

Perdarahan intraparenkimal

cerebri dibasal ganglia kanan

dengan estimasi volume ± 7 cc,

Sinusitis maksilaris kiri

DS : Klien mengatakan tidak bisa

menggerakan tangan dan kaki

kiri, tidak kuat untuk beraktivitas.

DO :

Tampak lemah

Tirah baring

Tidak dapat melakukan ADL

secara mandiri

Kekuatan otot :

Eksteremitas atas : 5555/2222

Ekstremitas bawah : 5555/2222

Tidak dapat menggerakan

anggota gerak sisi sebelah kiri

Gangguan mobilisasi fisik b.d

penurunan kekuatan otot

DS : Klien mengatakan tidak bisa

melakukan perawatan diri secara

mandiri.

DO :

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi,

toileting) b.d kelelahan

Page 31: Makalah Stroke

Mulut dan gigi tampak kotor

Tercium bau

Tidak bisa mandi secara mandiri

Menggunakan pempers

Page 32: Makalah Stroke

RENCANA PERAWATAN

Ruangan : Stroke

Dx Medis : Stroke Hemoragik

Nama Klien : Ny. R

No Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan RasionalGangguan Perfusi jaringan serebral b.d perdarahan otak

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 x 24 jam perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil :

TTV dalam batas normal

Bicara jelas Pupil normal

2/2 Nyeri kepala

berkurang

NIC : peningkatan perfusi jaringan otak

Aktifitas :1. Monitor status neurologik

2. Monitor status respirasi

3. Monitor bunyi jantung

4. Letakkan kepala dengan posisi lebih tinggi 15-30o

5. Cegah klien melakukan valsava manuver seperti mengedan, batuk dan bersin

Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi. Luas dan kemajuan kerusakan sistem saraf pusat.

Ketidakteraturan pernapasan dapat memberikan gambaran lokasi kerusakan atau peningkatan TIK.

Bradikardi dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak.

Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi.

Mencegah terjadinya tekanan TIK

Page 33: Makalah Stroke

5. Kelola obat sesuai order

6. Berikan oksigen sesuai indikasi

Pencegahan atau pengobatan penurun TIK

Menurunkan hipoksia

No Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan RasionalGangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot

NOCAmbulasi/ROM normal dipertahankan setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam KH :

Bangun dari tempat tidur

Dapat melakukan ADL secara mandiri

Kekuatan otot mendekati normal

Dapat menggerakan

NIC1. Kaji kemampuan dan kebutuhan klien terhadap

mobilisasi2. Atur posisi klien setiap 2 jam sekali3. Terapi Latihan

Mobilitas sendi a. Jelaskan pada klien dan keluarga tujuan latihan

pergerakan sendib. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama

latihanc. Gunakan pakaian yang longgard. Kaji kemampuan klien terhadap pergerakane. Ajarkan ROM aktif atau pasif pada klien atau

keluargaf. Ubah posisi klien tiap 2 jamg. Kaji perkembangan atau kemajuan latihan

Untuk menentukan intervensi

Pergerakan aktif atau pasif bertujuan untuk fleksibilitas sendi.

Page 34: Makalah Stroke

anggota gerak sisi sebelah kiri

No Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan RasionalDefisit perawatan diri (Mandi, makan, toileting, berdandan) b.d kelemahan

NOC : self care Assistance (Mandi, berpakaian, makan, toileting).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri KH :

Mulut tampak bersih

Mandi secara mandiri

Tidak menggunakan pempers

Mampu melakukan perawatan diri

NIC : Self care 1. Observasi kemampuan klien untuk mandi,

berpakaian dan makan serta toileting.2. Bantu klien dalam posisi lebih tinggi tubuh

sekitar (30o)3. Hindari kelelahan sebelum makan, mandi dan

berpakaian serta berdandan.

4. Bantu dalam memenuhi aktivitas perawatan diri (makan, mandi, toileting dan berdandan).

Dengan mengobservasi dapat menentukan intervensi yang tepatPosisi kepala ditinggikan dapat membantu proses menelan dan mencegah aspirasi.Konservasi energi meningkatkan toleransi aktivitas dan peningkatan kemampuan perawatan diri.

Page 35: Makalah Stroke

secara mandiri

IMPLEMENTASI

Page 36: Makalah Stroke

Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf Nama

25/122012

Gangguan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan

1. Memonitor status neurologik2. Memonitor status respirasi3. Memonitor bunyi jantung4. Meletakkan kepala dengan posisi lebih tinggi 15-30o

5. Mencegah klien melakukan valsava manuver seperti mengedan, batuk dan bersin

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

1. Mengkaji kemampuan dan kebutuhan klien terhadap mobilisasi2. Mengatur posisi klien setiap 2 jam sekali

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

1. Mengobservasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian dan makan serta toileting.

2. Membantu klien dalam posisi lebih tinggi tubuh sekitar (30o)3. Menghindari kelelahan sebelum makan, mandi dan berpakaian serta

berdandan4. Membantu dalam memenuhi aktivitas perawatan diri (makan, mandi,

toileting dan berdandan).

Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf Nama

26/12 Gangguan perfusi jaringan 1. Memonitor status neurologik

Page 37: Makalah Stroke

2012 serebral b.d perdarahan 2. Memonitor status respirasi3. Memonitor bunyi jantung4. Meletakkan kepala dengan posisi lebih tinggi 15-30o

5. Mencegah klien melakukan valsava manuver seperti mengedan, batuk dan bersin

6. Mengelola obat sesuai order7. Memberikan oksigen sesuai indikasi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

1. Mengkaji kemampuan dan kebutuhan klien terhadap mobilisasi2. Mengatur posisi klien setiap 2 jam sekali3. Mobilitas sendi

Jelaskan pada klien dan keluarga tujuan latihan pergerakan sendiMonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama latihanGunakan pakaian yang longgarKaji kemampuan klien terhadap pergerakanAjarkan ROM aktif atau pasif pada klien atau keluargaUbah posisi klien tiap 2 jam

4. Mengkaji perkembangan atau kemajuan latihanDefisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

1. Mengobservasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian dan makan serta toileting.

2. Membantu klien dalam posisi lebih tinggi tubuh sekitar (30o)3. Menghindari kelelahan sebelum makan, mandi dan berpakaian serta

berdandan4. Membantu dalam memenuhi aktivitas perawatan diri (makan, mandi,

toileting dan berdandan).

Page 38: Makalah Stroke

Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf Nama

27/122012

Gangguan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan

1. Memonitor status neurologik2. Monitor status respirasi3. Monitor bunyi jantung4. Meletakkan kepala dengan posisi lebih tinggi 15-30o

5. Cegah klien melakukan valsava manuver seperti mengedan, batuk dan bersin6. Kelola obat sesuai order7. Berikan oksigen sesuai indikasi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

1. Mengkaji kemampuan dan kebutuhan klien terhadap mobilisasi2. Mengatur posisi klien setiap 2 jam sekali3. Terapi Latihan

Mobilitas sendi Jelaskan pada klien dan keluarga tujuan latihan pergerakan sendi Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama latihan Gunakan pakaian yang longgar Kaji kemampuan klien terhadap pergerakan Ajarkan ROM aktif atau pasif pada klien atau keluarga Ubah posisi klien tiap 2 jam Kaji perkembangan atau kemajuan latihan

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

1. Mengobservasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian dan makan serta toileting.

2. Membantu klien dalam posisi lebih tinggi tubuh sekitar (30o)3. Menghindari kelelahan sebelum makan, mandi dan berpakaian serta

berdandan.4. Membantu dalam memenuhi aktivitas perawatan diri (makan, mandi,

Page 39: Makalah Stroke

toileting dan berdandan).

Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf Nama

28/122012

Gangguan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan

1. Memonitor status neurologik2. Monitor status respirasi3. Monitor bunyi jantung4. Meletakkan kepala dengan posisi lebih tinggi 15-30o

5. Cegah klien melakukan valsava manuver seperti mengedan, batuk dan bersin6. Kelola obat sesuai order7. Berikan oksigen sesuai indikasi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

1. Mengkaji kemampuan dan kebutuhan klien terhadap mobilisasi2. Mengatur posisi klien setiap 2 jam sekali3. Terapi Latihan

Mobilitas sendi Jelaskan pada klien dan keluarga tujuan latihan pergerakan sendiMonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama latihanGunakan pakaian yang longgarKaji kemampuan klien terhadap pergerakanAjarkan ROM aktif atau pasif pada klien atau keluargaUbah posisi klien tiap 2 jamKaji perkembangan atau kemajuan latihan

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting

1. Observasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian dan makan serta

Page 40: Makalah Stroke

dan berdanadan) b.d kelelahan

toileting.2. Bantu klien dalam posisi lebih tinggi tubuh sekitar (30o)3. Hindari kelelahan sebelum makan, mandi dan berpakaian serta berdandan.4. Bantu dalam memenuhi aktivitas perawatan diri (makan, mandi, toileting

dan berdandan).

Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf Nama

29/122012

Gangguan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan

1. Monitor status neurologik2. Monitor status respirasi3. Monitor bunyi jantung4. Letakkan kepala dengan posisi lebih tinggi 15-30o

5. Cegah klien melakukan valsava manuver seperti mengedan, batuk dan bersin

6. Kelola obat sesuai order7. Berikan oksigen sesuai indikasi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

1. Kaji kemampuan dan kebutuhan klien terhadap mobilisasi2. Atur posisi klien setiap 2 jam sekali3. Terapi Latihan

Mobilitas sendi Jelaskan pada klien dan keluarga tujuan latihan pergerakan sendiMonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama latihanGunakan pakaian yang longgarKaji kemampuan klien terhadap pergerakanAjarkan ROM aktif atau pasif pada klien atau keluarga

Page 41: Makalah Stroke

Ubah posisi klien tiap 2 jamKaji perkembangan atau kemajuan latihan

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

1. Observasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian dan makan serta toileting.

2. Bantu klien dalam posisi lebih tinggi tubuh sekitar (30o)3. Hindari kelelahan sebelum makan, mandi dan berpakaian serta berdandan4. Bantu dalam memenuhi aktivitas perawatan diri (makan, mandi, toileting

dan berdandan).

Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Paraf Nama

31/122012

Gangguan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan

1. Monitor status neurologik2. Monitor status respirasi3. Monitor bunyi jantung4. Letakkan kepala dengan posisi lebih tinggi 15-30o

5. Cegah klien melakukan valsava manuver seperti mengedan, batuk dan bersin5. Kelola obat sesuai order6. Berikan oksigen sesuai indikasi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

1. Kaji kemampuan dan kebutuhan klien terhadap mobilisasi2. Atur posisi klien setiap 2 jam sekali3. Terapi Latihan

Mobilitas sendi Jelaskan pada klien dan keluarga tujuan latihan pergerakan sendiMonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama latihanGunakan pakaian yang longgar

Page 42: Makalah Stroke

Kaji kemampuan klien terhadap pergerakanAjarkan ROM aktif atau pasif pada klien atau keluargaUbah posisi klien tiap 2 jamKaji perkembangan atau kemajuan latihan

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

1. Observasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian dan makan serta toileting.

2. Bantu klien dalam posisi lebih tinggi tubuh sekitar (30o)3. Hindari kelelahan sebelum makan, mandi dan berpakaian serta berdandan.4. Bantu dalam memenuhi aktivitas perawatan diri (makan, mandi, toileting

dan berdandan).

Page 43: Makalah Stroke

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl Diagnosa Keperawatan SOAP Paraf Nama

25/12/12 Gangguan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan

S: Klien mengatakan nyeri kepala hebat, skala nyeri 9 (1-10)O:

K/U : Lemah Kesadaran : CM TD : 160/90 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 21 x/menit Suhu : 36o C Bicara sedikit Pelo Tampak nyeri kepala hebat CT-scan :

Perdarahan intraparenkimal cerebri dibasal ganglia kanan dengan estimasi volume ± 7 cc, Sinusitis maksilaris kiri

A : Masalah keperawatan belum teratasiP : lanjutkan intervensi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

S : Klien mengatakan tidak bisa menggerakan tangan dan kaki kiri, tidak kuat untuk beraktivitas.

O : Tampak lemah Tirah baring Tidak dapat melakukan ADL secara mandiri Kekuatan otot :

Page 44: Makalah Stroke

Eksteremitas atas : 5555/3333Ekstremitas bawah : 5555/333

Tidak dapat menggerakan anggota gerak sisi sebelah kiriA : Masalah keperawatan belum teratasiP : Lanjutkan intervensi

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

S : Klien mengatakan tidak bisa melakukan perawatan diri secara mandiri.O :

Tidak bisa mandi secara mandiri Menggunakan pempers

A : Masalah keperawatan teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi

Tgl Diagnosa Keperawatan SOAP Paraf Nama

26-12-12 Gangguan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan

S: Klien mengatakan nyeri kepala hebatO:

K/U : Lemah Kesadaran : CM TD : 170/100 mmHg Nadi : 88 x/menit RR : 21 x/menit Suhu : 36o C Bicara sedikit Pelo Pupil : 2/2 Tampak nyeri kepala hebat CT-scan :

Page 45: Makalah Stroke

Perdarahan intraparenkimal cerebri dibasal ganglia kanan dengan estimasi volume ± 7 cc, Sinusitis maksilaris kiri

A : Masalah keperawatan belum teratasiP : lanjutkan intervensi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

S : Klien mengatakan tidak bisa menggerakan tangan dan kaki kiri, tidak kuat untuk beraktivitas.

O : Tampak lemah Tirah baring Tidak dapat melakukan ADL secara mandiri Kekuatan otot :

Eksteremitas atas : 5555/2222Ekstremitas bawah : 5555/2222

Tidak dapat menggerakan anggota gerak sisi sebelah kiriA : Masalah keperawatan belum teratasiP : Lanjutkan intervensi

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

S : Klien mengatakan tidak bisa melakukan perawatan diri secara mandiri.O :

Mulut dan gigi tampak kotor Tidak bisa mandi secara mandiri Menggunakan pempers

A : Masalah keperawatan teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi

Tgl Diagnosa Keperawatan SOAP Paraf

Page 46: Makalah Stroke

Nama27-12-12 Gangguan perfusi jaringan

serebral b.d perdarahanS: Klien mengatakan nyeri kepala hebatO:

K/U : Lemah Kesadaran : CM TD : 150/90 mmHg Nadi : 78 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36o C Bicara sedikit Pelo Tampak nyeri kepala hebat CT-scan :

Perdarahan intraparenkimal cerebri dibasal ganglia kanan dengan estimasi volume ± 7 cc, Sinusitis maksilaris kiri

A : Masalah keperawatan teratasi sebagianP : lanjutkan intervensi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

S : Klien mengatakan tidak bisa menggerakan tangan dan kaki kiri, tidak kuat untuk beraktivitas.

O : Tampak lemah Tirah baring Tidak dapat melakukan ADL secara mandiri Kekuatan otot :

Eksteremitas atas : 5555/2222Ekstremitas bawah : 5555/2222

Page 47: Makalah Stroke

Tidak dapat menggerakan anggota gerak sisi sebelah kiriA : Masalah keperawatan belum teratasiP : Lanjutkan intervensi

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

S : Klien mengatakan tidak bisa melakukan perawatan diri secara mandiri.O :

Mulut dan gigi tampak kotor Tidak bisa mandi secara mandiri Menggunakan pempers

A : Masalah keperawatan teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi

Tgl Diagnosa Keperawatan SOAP Paraf Nama

28-12-12 Gangguan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan

S: Klien mengatakan nyeri kepala hebatO:

K/U : Lemah Kesadaran : CM TD : 150/90 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 21 x/menit Suhu : 36o C Bicara sedikit Pelo Tampak nyeri kepala hebat CT-scan :

Perdarahan intraparenkimal cerebri dibasal ganglia kanan dengan estimasi volume ± 7 cc,

Page 48: Makalah Stroke

Sinusitis maksilaris kiriA : Masalah keperawatan belum teratasiP : lanjutkan intervensi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

S : Klien mengatakan tidak bisa menggerakan tangan dan kaki kiri, tidak kuat untuk beraktivitas.

O : Tampak lemah Tirah baring Tidak dapat melakukan ADL secara mandiri Kekuatan otot :

Eksteremitas atas : 5555/3333Ekstremitas bawah : 5555/3333

Tidak dapat menggerakan anggota gerak sisi sebelah kiriA : Masalah keperawatan belum teratasiP : Lanjutkan intervensi

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

S : Klien mengatakan tidak bisa melakukan perawatan diri secara mandiri.O :

Mulut dan gigi tampak kotor Tidak bisa mandi secara mandiri Menggunakan pempers

A : Masalah keperawatan teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi

Tgl Diagnosa Keperawatan SOAP Paraf Nama

29-12-12 Gangguan perfusi jaringan S: Klien mengatakan masih belum dapat menggerkan ekstremitas dengan baik

Page 49: Makalah Stroke

serebral b.d perdarahan dan masih belum bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

O: K/U : Lemah Kesadaran : CM TD : 160/90 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 21 x/menit Suhu : 36o C Bicara sedikit Pelo Tampak nyeri kepala berkurang CT-scan :

Perdarahan intraparenkimal cerebri dibasal ganglia kanan dengan estimasi volume ± 7 cc, Sinusitis maksilaris kiri

A : Masalah keperawatan belum teratasiP : lanjutkan intervensi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

S : Klien mengatakan tidak bisa menggerakan tangan dan kaki kiri, tidak kuat untuk beraktivitas.

O : Tampak lemah Tirah baring Tidak dapat melakukan ADL secara mandiri Kekuatan otot :

Eksteremitas atas : 5555/3333Ekstremitas bawah : 5555/3333

Page 50: Makalah Stroke

Tidak dapat menggerakan anggota gerak sisi sebelah kiriA : Masalah keperawatan belum teratasiP : Lanjutkan intervensi

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

S : Klien mengatakan tidak bisa melakukan perawatan diri secara mandiri.O :

Mulut dan gigi tampak kotor Tidak bisa mandi secara mandiri Menggunakan pempers

A : Masalah keperawatan teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi

Tgl Diagnosa Keperawatan SOAP Paraf Nama

31-12-12 Gangguan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan

S: Klien mengatakan nyeri kepala berkurangO:

K/U : Baik Kesadaran : CM TD : 160/90 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 21 x/menit Suhu : 36o C Bicara sedikit Pelo CT-scan :

Perdarahan intraparenkimal cerebri dibasal ganglia kanan dengan estimasi volume ± 7 cc, Sinusitis maksilaris kiri

Page 51: Makalah Stroke

A : Masalah keperawatan belum teratasiP : lanjutkan intervensi

Gangguan mobilisasi fisik b.d penurunan kekuatan otot

S : Klien mengatakan tidak bisa menggerakan tangan dan kaki kiri, tidak kuat untuk beraktivitas.

O : Tampak lemah Tirah baring Tidak dapat melakukan ADL secara mandiri Kekuatan otot :

Eksteremitas atas : 5555/4444Ekstremitas bawah : 5555/4444

Tidak dapat menggerakan anggota gerak sisi sebelah kiriA : Masalah keperawatan belum teratasiP : Lanjutkan intervensi

Defisit perawatan diri (hygiene, mandi, toileting dan berdanadan) b.d kelelahan

S : Klien mengatakan tidak bisa melakukan perawatan diri secara mandiri.O :

Mulut dan gigi tampak kotor Tidak bisa mandi secara mandiri Menggunakan pempers

A : Masalah keperawatan teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi

Page 52: Makalah Stroke
Page 53: Makalah Stroke

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan dari tanggal 25-31 Desember 2012 telah

dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif yang meliputi aspek bio,

psiko, sosial dan spirtual, dengan permasalahan yang dialami oleh klien.

Berikut ini adalah beberapa diuraikan kesenjangan antara teori dengan data

yang diperoleh oleh klien.

Terdapat persamaan antara teori yang ada dengan data-data yang

ditemukan di studi kasus pada saat pengkajian, berdasarkan teori definisi dari

stroke sendiri adalah Stroke adalah cedera akut pada otak. Ini berarti stroke

adalah cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak.

Cedera dapat disebabkan sumbatan bekuan darah otak, penyempitan

pembuluh darah otak dan pecahnya pembuluh darah otak, dan yang terjadi

pada klien adalah stroke yang terjadi pada klien adalah akibat adanya

perdarahan.

Stroke yang terjadi pada klien adalah stroke hemoragik karena terjadi

pecahnya pembuluh darah dan terjadi perdarahan, berdasarkan klasifikasinya

stroke hemoragik dibagi mejadi tiga yaitu, perdarahan intraserebral (PIS),

perdarahan subarakhnoidal (PSA) dan perdarahan subdural, untuk yang tejadi

pada klien adalah terjadinya perdarahan di intraserebral (PIS) dibuktikan

dengan hasil CT-scan yaitu adanya perdarahan intraparenkim cerebri di basal

ganglia kanan dengan estimasi volume ± 7 cc.

Secara teori ada beberapa faktor reesiko yang dapat mengalami stroke

hemoragik dan pada klien faktor resikonya adalah usia yang > 45 tahun dan

memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol.

Manifestasi klinis yang terjadi pada klien adalah klien merasakan

kelemahan pada sisi kiri sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, klien

mengatakan merasakan nyeri kepala. Dari data tersebut masuk kedalam

manifestasi yang terjadi pada stroke hemoragik

Page 54: Makalah Stroke

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang terdapat pada klien adalah gangguan perfusi jaringan

serebral b.d perdarahan, gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan

otot, dan defisit perawatan diri.bd kelemahan. Berdasarkan teori diagnosa

keperawatan pada klien stroke memang banyak tetapi untuk prioritas dalam

pemberian asuhan keperawatan adalah dari tiga diagnosa tersebut.

Diagnosa keperawatan yang pada kasus stroke ini muncul karena pada saat

pengkajian ditemukan data-data yang mendukung ditegakkannya diagnosa

tersebut. Data-data yang mendukung adalah untuk diagnosa yang pertama

gangguan perfusi jaringan b.d perdarahan data subjektif yang ditemukan

adalah bahwa klien mengatakan merasakan nyeri kepala hebat dengan skala

9, keadaan umum lemah, TD : 160 mmHg, bicara sedikit pelo dan hasil CT-

scan didapatkan hasil perdarahan intraparenkim cerebri dibasal ganglia kanan

dengan estimasi ± 7 cc.

Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu ganguan mobilitas fisik b.d

penurunan kekuatan otot didapatkan data yaitu data subjektif: klien

mengatakan tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki kiri, tidak kuat untuk

beraktivitas, dan data objektif yaitu tampak lemah, tirah baring, tidak dapat

melakukan ADL secara mandiri, dan kekuatan otot untuk ektermitas atas :

5555/2222 dan ektstremitas bawah 5555/2222, tidak dapat menggerakkan

anggota gerak sisi sebelah kiri.

Diagnosa yang ketiga yaitu defisit perawatan diri (makan, toileting, mandi

dan berdandan) b.d kelemahan didapatkan data yaitu data subjektif klien

mengatakan tidak dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dan data

objektif yaitu mulut dan gigi tampak kotor, tidak dapat mandi secara mandiri,

dan menggunakan pampers.

C. Perencanaan Keperawatan

Berdasarkan kasus pada Ny. R perencanaan keperawatan yang dapat

dilakukan adalah intervensi hanya pada ketiga diagnosa yang menjadi

priortas.

Pada diagnosa gangguan perfusi jaringan, rencana tindakan yang sudah

dilaksanakan adalah memonitor status neurologik, memonitor status respirasi,

Page 55: Makalah Stroke

memonitor bunyi jantun, meletakkan kepala dengan posisi lebih tinggi 15-

30o, dan mencegah klien melakukan valsava manuver seperti mengedan,

batuk dan bersin. Tindakan yang tidak dilakukan sesuai dengan rencana

tindakan keperawatan adalah tidak ada.

Diagnosa gangguan mobilisasi fisik rencana tindakan keperawatan yang

sudah dilakukan adalah mengkaji kemampuan dan kebutuhan klen terhadap

mobilisasi dan mengatur posisi setiap 2 jam sekali, dan rencana tindakan

keperawatan yang tidak dilakukan adalah tidak ada.

Diagnosa yang terakhir yaitu defisit perawatan diri (mandi, makan,

toileting dan berhias) rencana tindakan keperawatan yang sudah dilakukan

adalah mengobservasi kemampuan klien untuk perawatan diri, menhindari

kelelahan danlam perawatan diri dan memenuhi aktivitas perawatan diri

klien, dan untuk rencana keperawatan yang tidak dilakukan pada diagnosa

tersebut tidak ada.

D. Implementasi

Pada implementasi keperawatan yang telah dilakukan, perawat sudah

melaksanakan implementasi terhadap ketiga masalah yang menjadi priotas

dari kasus.

1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan

Pada teori, tindakan yang harus dilakukan adalah monitor status

neurologik, monitor status respirasi, monitor bunyi jantung, meletakkan

kepala dengan posisi lebih tinggi 15-30o dan menjelaskan kepada klien

untuk mencegah klien untuk melakukan valsava manuver seperti

mengedan, batuk dan bersin, mengelola obat sesuai order dan memberikan

oksigenasi sesuai indikasi

Pada pelaksanaannya untuk implementasi memberikan obat sesuai order

dan melaksanakan pemberian oksigen pada klien baru dilaksanakan dari

tanggal 26 Desember 2012-31 Desember 2012

2. Gangguan Mobilisasi Fisik b.d penurunan kekuatan otot

Pada teori, tindakan yang harus dilakukan adalah menjelaskan kepada

klien dan keluarga tujuan latihan pergerakan sendi, monitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama latihan, gunakan pakaian longgar, kaji

Page 56: Makalah Stroke

kemampuan klien terhadap pergerakan, ajarkan ROM aktif atau psif pada

klien atau keluarga, ubah posisi klien tiap 2 jam dan kaji perkembangan

dan kemajuan latihan.

Pada pelaksanaannya untuk mengajarkan ROM baru dilaksanakan tanggal

26 Desember 2012-31 Desember 2012

3. Defsisit perawatan diri b.d kelemahan

Pada teori, tindakan yang harus dilakukan adalah mengobservasi

kemampuan klien untuk mandi, berpakaian, makan, toileting serta berhias,

hindari kelelahan sebelum maan, mandi, berpakaian, dan berhias, dan

memnbantu dalam memenuhi aktivitas perawatan diri (makan, mandi,

toileting, dan berhias).

Pada pelaksanaanya tindakan keperawatan yang terdapat di rencana

tindakan keperawatan mulai dilaksanakan dari tanggal 25 Desember 2012-

31 Desember 2012.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan sesuai dengan prinsip SOAP yaitu data yang berasal

dari subjektif, objektif kemudian dianalisis dan menentukan rencana tindak

lanjut yang baik utnuk klien maupun untuk perawat. Evaluasi keperawatan

dilakukan berdasarkan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan per

hari.

1. Gangguan perfusi jaringan b.d perdarahan

Pada pelaksanaannya rencana tindakan keperawatan sudah

dilaksanakan dengan hasil pada tanggal 25 Desember 2012 data subjektif

klien mengatakan nyeri kepala hebat skala nyeri 9, data objektif klien

yaitu keadaan umum lemah, kesadaran compos nebtis TD: 160/90

mmHg, N : 80 x/menit, RR: 21 x/menit, S 36oC, bicara sedikit pelo,

klien tampak lemah, tirah baring, aktivitas sehari-hari dibantu, kekuatan

otot: ekstremitas atas 5555/222; ektremitas bawah 5555/2222, tidak dapat

melakukan perawatan secara mandiri.

Dari hasil implementasi terjadi perubahan pada kekuatan otot tanggal

yaitu menjadi ektermitas atas: 5555/3333, ektremitas bawah: 5555/3333,

dan perubahan pada nyeri kepala hebta klien mengatakan sudah tidak

Page 57: Makalah Stroke

merasakan nyeri kepala hebat, untuk hasil yang lain keadaan masih sama

dengan keadaan sebelumnya ini dilakukan pengkajian pada tanggal 28

Desember 2012.

Perubahan kekuatan juga didapatkan dari hasil pengkajian tanggal 31

Desember 2012 yang didapatkan kekuatan otot pada ektremitas atas:

5555/4444; ektremitas bawah 5555/4444. Untuk keadaan yang lain masih

sama dengan keadaan yang ada pada tanggal 28 desember 2012.

Page 58: Makalah Stroke

BAB V

PENUTUP

Stroke adalah cedera akut pada otak. Ini berarti stroke adalah cedera

mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak. Cedera dapat

disebabkan sumbatan bekuan darah otak, penyempitan pembuluh darah otak dan

pecahnya pembuluh darah otak.

Stroke hemoragik adalah Pecahnya pembuluh darah otak yang

menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan

serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut

menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan

juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya.

Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi

jaringan otak dan menekan batang otak.

Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan

jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa

peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan

menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.

Diagnosa yang terdapat pada Ny. R adalah gangguan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan perdarahan otak, gangguan mobilisasi fisik

berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, defisit perawatan diri (hygiene,

mandi, toileting) berhubungan dengan kelelahan.

Page 59: Makalah Stroke

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.

Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000.

Edisi 3. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta.EGC.

Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama.

Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Price, Sylvia A.2007.Edisi 4. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit.

Jakarta. EGC

Rumantir CU. 2007. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf

RSUD Arifin Achmad/FK UNRI. Pekanbaru..

Goetz Christopher G. 2007.Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of

Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders.

Ropper AH, Brown RH. 2005. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s

Priciples of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill.

Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. 2007. Pencegahan Primer Stroke. Dalam :

Guideline Stroke : Jakarta.

Baehr M, Frotscher M. Duus’ . 2005. Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised

edition. New York : Thieme.