spo yg sdh di edit.doc

11
Rumah Sakit ‘aisyiyah SITI FATIMAH PENATALAKSANAAN KEGIATAN EDUKASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI No. Dokumen ...... No. Revisi ...... Halaman 1 dari 2 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal Terbit ..... Ditetapkan, Direktur RS AISYIYAH SITI FATIMAH dr. Dedy Tri Soetjahjono PENGERTIAN Aturan dan tata cara dalam memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pencegahan dan pengendalian kejadian infeksi Nosokomial atau sekarang disebut dengan infeksi yang berkaitan dengan pelayanan difasilitas pelayanan kesehatan (Healthcare Associated Infections – HAIs). TUJUAN 1. Salah satu program kerja KPPI. 2. Salah satu upaya mengurangi resiko kejadian HAIs. 3. Salah satu upaya dalam menerapkan konsep keselamatan pasien dan konsep kerja yang aman. 4. Mengenalkan dan mengedukasi tata cara dan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi pada karyawan. KEBIJAKAN 1. Dilakukan pada setiap karyawan baru masuk. 2. Kegiatan bersifat wajib untuk diikuti. 3. Salah satu aspek dalam penilaian karyawan. 4. Jadwal edukasi dan sosialisi diatur oleh Diklat.

Upload: dovec-junayd

Post on 04-Sep-2015

78 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Rumah Sakit aisyiyah

SITI FATIMAHPENATALAKSANAAN KEGIATAN EDUKASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

No. Dokumen

......No. Revisi

......Halaman

1 dari 2

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)Tanggal Terbit

.....Ditetapkan,

Direktur RS AISYIYAH SITI FATIMAHdr. Dedy Tri Soetjahjono

PENGERTIANAturan dan tata cara dalam memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pencegahan dan pengendalian kejadian infeksi Nosokomial atau sekarang disebut dengan infeksi yang berkaitan dengan pelayanan difasilitas pelayanan kesehatan (Healthcare Associated Infections HAIs).

TUJUAN1. Salah satu program kerja KPPI.2. Salah satu upaya mengurangi resiko kejadian HAIs.3. Salah satu upaya dalam menerapkan konsep keselamatan pasien dan konsep kerja yang aman.4. Mengenalkan dan mengedukasi tata cara dan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi pada karyawan.

KEBIJAKAN1. Dilakukan pada setiap karyawan baru masuk.2. Kegiatan bersifat wajib untuk diikuti.3. Salah satu aspek dalam penilaian karyawan.4. Jadwal edukasi dan sosialisi diatur oleh Diklat.5. Pemberi materi bisa bersifat internal dari KPPI atau eksternal.6. Konsep edukasi mengacu pada keilmuan terbaru.

PROSEDUR1. Bahan materi edukasi dibuat dalam bentuk presentasi yang mudah dimengerti dan di pahami.

2. Ketua KPPI menugaskan ketua tim atau anggota komite sebagai pembicara.

3. Menginformasikan ke Diklat jika ada perubahan pembicara atau materi yang akan diberikan.

4. Memberikan materi sesuai dengan program edukasi dari KPPI.

5. Melakukan evaluasi selama edukasi dengan melakukan sesi tanya jawab.

6. Pemberi materi menyampaikan laporan hasil kegiatan edukasi kepada ketua KPPI disertai dengan daftar absensi kehadiran peserta.

7. Laporan selanjutnya di laporkan ke Direktur beserta saran dan rekomendasi.

8. Melakukan analisa dari hasil kegiatan edukasi dengan melakukan monitoring atau evaluasi dilapangan sesuai dengan program dan kebijakan KPPI.

UNIT TERKAIT Diklat

HRD

KPPI

Rumah Sakit aisyiyah

SITI FATIMAHPENATALAKSANAAN KEGIATAN RE-EDUKASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

No. Dokumen

.....No. Revisi

.....Halaman

1 dari 2

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

(SPO)Tanggal Terbit

.....Ditetapkan,

Direktur RS AISYIYAH SITI FATIMAHdr.Dedy Tri Soetjahjono

PENGERTIANAturan dan tata cara dalam memberikan pengulangan edukasi dan sosialisasi mengenai pencegahan dan pengendalian kejadian infeksi Nosokomial atau sekarang disebut dengan infeksi yang berkaitan dengan pelayanan difasilitas pelayanan kesehatan (Healthcare Associated Infections HAIs).

TUJUAN1. Salah satu program kerja KPPI.

2. Upaya dari PPI untuk senantiasa menerapkan konsep PPI.

3. Upaya PPI untuk senantiasa melaksanakan dan mengingatkan tentang kegiatan PPI kepada seluruh karyawan.

4. Memberi informasi terbaru dari ilmu PPI.

5. Bagian dari upaya evaluasi dan monitoring terhadap PPI.

KEBIJAKAN1. Dilakukan pada seluruh karyawan dengan masa kerja lebih dari satu tahun.

2. Kegiatan bersifat wajib diikuti satu kali dalam setahun.

3. Salah satu aspek dalam penilaian karyawan.

4. Jadwal re-edukasi dan sosialisasi diatur oleh Diklat.

5. Pemberi materi bisa bersifat internal dari KPPI atau eksternal.

6. Konsep re-edukasi mengacu pada keilmuan terbaru.

PROSEDUR1. Bahan materi re-edukasi dibuat dalam bentuk presentasi yang mudah untuk dimengerti dan dipahami.

2. Ketua KPPI menugaskan ketua Tim atau anggota komite sebagai pembicara.

3. Menginformasikan ke Diklat jika ada perubahan pembicara atau materi yang diberikan.

4. Memberikan materi sesuai dengan program edukasi dari KPPI.

5. Melakukan evaluasi selama re-edukasi dengan melakukan sesi tanya jawab.

6. Pemberi materi menyampaikan laporan hasil kegiatan re-edukasi kepada ketua KPPI disertai dengan daftar absensi kehadiran peserta.

7. Laporan selanjutnya dilaporkan ke direktur beserta saran dan rekomendasi.

8. Melakukan analisa dari hasil kegiatan edukasi dengan melakukan monitoring atau evaluasi di lapangan sesuai dengan program dan kebijakan KPPI.

UNIT TERKAIT Diklat

HRD

KPPI

Rumah Sakit aisyiyah

SITI FATIMAH PENEMPATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR

ATAU SUSPEK

No. Dokumen

.............................No. Revisi

.........Halaman

1 dari 4

SPO

(STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL)

Tanggal Terbit

..................Ditetapkan,

Kepala RS AISYIYAH SITI FATIMAHdr. Dedy Tri Soetjahjono

PENGERTIAN

Penempatan pasien adalah penatalaksanaan pasien dan pengaturan ruangan pasien yang memiliki penyakit menular atau suspek dengan melakukan pemisahan pasien dalam ruangan yang sesuai dan tersendiri atau khusus (ruang isolasi) untuk meminimalkan resiko infeksi, mulai dari pasien terdiagnosa infeksi atau suspek sampai pasien pulang atau meninggal.

TUJUANMenghindari penularan penyakit melalui kontak langsung, droplet, dan airborne.

KEBIJAKANSetiap pasien dengan penyakit menular atau suspek harus dilakukan penempatan secara terpisah pada tempat tertentu yang sudah ditetapkan.Bila kamar untuk satu orang tidak cukup dapat dilakukan penggabungan (cohorting), dimana hanya pasien yang telah dipastikan dengan diagnosis laboratorium sebagai pasien yang terinfeksi oleh pathogen yang sama yang dapat digabungkan ditempat yang sama.

PROSEDURA.Penanganan Pasien dengan Penyakit Menular atau Suspek

1. Letakkan pasien di dalam ruangan tersendiri. Jika ruangan tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah didiagnosis dengan kasus yang belum didiagnosis (suspek) ke dalam satu ruangan (cohorting) dengan jarak antara tempat tidur harus lebih dari 2 meter dan diantara tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.2. Jika memungkinkan upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan negatif yang dimonitor, dengan 6-12 kali pergantian udara per jam dan sistem pembuangan udara ke luar atau menggunakan saringan udara partikulasi - efisiensi tinggi (filter HEPA) yang termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah sakit.

3. Jika tidak tersedia ruangan bertekanan negatif dengan sistem filter HEPA, dapat dipasang pendingin ruangan atau kipas angin dijendela sedemikian rupa agar aliran udara keluar gedung melalui jendela. Jendela harus membuka keluar dan tidak mengarah ke daerah publik. Uji untuk tekanan negatif dapat dilakukan dengan menempatkan sedikit bedak tabur dibawah pintu dan amati apakah terhisap kedalam ruangan. Jika diperlukan, kipas angin tambahan didalam ruangan dapat meningkatkan aliran udara.

4. Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan pada pasien mengenai perlunya tindakan pencegahan ini.

5. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai.

6. Tempatkan pasien di ruangan terpisah bila terdapat kontaminasi luas terhadap lingkungan (misalnya luka lebar dengan cairan keluar, diare, perdarahan masif).7. Kamar terpisah dengan pintu tertutup, waspadai transmisi melalui udara ke kontak / sumber luka (misalnya, luka dengan infeksi kuman gram positif).

8. Kamar terpisah atau cohorting, ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke area yang tidak dilalui orang (misalnya, kasus TBC).9. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne luas (misalnya, kasus varicella).

10. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan (misalnya, pasien anak, gangguan mental).

11. Bila kamar terpisah tidak memungkinkan untuk difasilitasi, gunakan sistem cohorting.B. Transport Pasien Infeksius :

1. Transportasi dibatasi, bila perlu saja.

2. Berikan APD pada pasien (masker, baju pelindung)

3. Ingatkan petugas di area tujuan akan kedatangan pasien tersebut untuk melaksanakan kewaspadaan yang sesuai.4. Berikan informasi pada pasien untuk dilibatkan kewaspadaannya agar tidak terjadi transmisi kepada orang lain.5. Bersihkan semua permukaanyang kontak dengan pasien dengan desinfektan seperti alcohol 70% atau larutan klorin 0,5% termasuk ambulans jika menggunakannya.

6. Edukasi keluarga pendamping pasien di rumah sakit tentang kebersihan tangan dan menjelaskan kewaspadaan isolasi (kecuali pemakaian sarung tangan)C. Pemulangan Pasien

1. Lakukan upaya pencegahan infeksi sampai batas waktu masa penularan.

2. Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, maka pasien yang masih suspek harus diisolasi di dalam rumah sampai batas waktu penularan atau sampai diagnosis alternatif dibuat atau hasil uji diagnosis menunjukkan pasien tidak terinfeksi dengan penyakit yang dimaksud.

3. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tindakan pencegahan penularan penyakit yang diderita pasien.

4. Bersihkan dan desinfeksi dengan benar, ruangan bekas pasien yang sudah pulang.D. Pemulasaraan Jenazah

1. Petugas kesehatan harus menjalankan Kewaspadaan Standar ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit menular.

2. Gunakan APD lengkap saat menangani jenazah jika pasien yang meninggal dalam masa penularan.

3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.4. Jaga jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah.

5. Pindahkan jenazah sesegara mungkin ke Kamar Jenazah setelah meninggal dunia.

6. Izinkan keluarga pasien jika ingin melihat jenazah, sebelum dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan APD.

7. Jelaskan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular. Perhatikan sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya ketika seorang pasien dengan penyakit menular meninggal dunia.

8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.

9. Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan keluarga dan Direktur rumah sakit.

10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.11. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.12. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di pemulasaraan jenazah.

E. Pemeriksaan Post Mortem

1. Beritahu petugas kamar jenazah atau tempat pemakaman bahwa kematian pasien adalah akibat penyakit menular agar kewaspadaan standar diterapkan dalam penanganan jenazah.

2. Gunakan APD lengkap, apalagi jika pasien meninggal dunia masih dalam masa penularan.

3. Hindari penggunaan pisau bedah dan gunting dengan ujung yang runcing.

4. Jangan memberikan instrument dan peralatan dengan tangan, selalu gunakan nampan.

5. Jika memungkinkan, gunakan instrument dan peralatan sekali pakai.

6. Hindari penggunaan semprotan air tekanan tinggi.

7. Upayakan jumlah petugas seminimal mungkin dan dapat menjaga diri masing-masing.

8. Penyiapan jenazah sebelum dimakamkan seperti pembersihan, pemandian, perapian rambut, pemotongan kuku, pencukuran, hanya boleh dilakukan oleh petugas khusus kamar jenazah

UNIT TERKAIT1. Instalasi Rawat Inap

2. Instalasi Rawat Jalan

3. Unit Gawat Darurat4. Ambulanc